Skripsi Ai Nuryati Revisi 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH METODE BERCERITA DENGAN TEKNIK CHAIN STORY

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DI PAUD


AL MUNAWAR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PAUD

Oleh

Ai Nuryati
NIM : 0142.S1.D.019276

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYYAH BOGOR RAYA
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamduillahirabill‟alaamin, sujud syukur peneliti persembahkan


pada Allah SWT yang maha kuasa, atas limpahan berkah dan rahmat yang
diberikan-Nya hingga saat ini peneliti dapat menyelasaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Metode Bercerita dengan Teknik Chain Story Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak di Paud Al-munawar”.
Sholawat teriring salam semoga selalu dicurahkan-Nya kepada baginda
suri tauladan Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya yang
kita nantikan syafaatnya di yaumul akhir.
Tujuan dalam penyusunan skripsi ini untuk melengkapi tugas-tugas
dan memenuhi syarat-syarat dalam menyelesaikan studi pada program
studi sarjana (S1) Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas
Muhammadiyah Bogor Raya guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd). Atas dukungan dan bantuan semua pihak dalam menyelesaikan
skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Lucky Dewanti,. M.Pd. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
meluangkan waktu memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
2. Heru Wardhany, M.pd. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
3. Didin Mahyudin ,M.Pd selaku ketua prodi Pendidikan Guru Paud yang
siap memberikan arahan kepada fakultas kami dalam penulisan skripsi ini.
4. Suami yang selalu yang selalu mendukung dan mendoakan dalam
menyelesaikan proposal ini.
5. Orang tua dan keluarga yang selalu memotivasi dan memberi semangat
dalam menyusun proposal ini.
6. Seluruh rekan-rekan saya baik dari dalam maupun dari luar lingkungan
kampus Universitas Muhammadiyyah Bogor Raya.

i
Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan
keikhlaskan semua pihak dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti juga menyadari keterbatasan dan kekurangan yang ada pada
penulisan skripsi ini. Sehingga peneliti juga mengharapkan saran dan kritik
yang membangun bagi peneliti. Akhirnya semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti dan juga pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bogor, 2023

Peneliti
Ai Nuryati
0142S1D019276

ii
LEMBAR PERSEUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ai Nuryati
NIM : 0142.S1.D.019276
Program Sudi : Pendidikan Anak Usia Dini
Judul Skripsi : Pengaruh Metode Bercerita dengan Teknik Chain
Story Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa
Anak di Paud Al-munawar

Disetujui untuk diajukan dalam Ujian Proposal Skripsi

Bogor, 26 Syawal1444 H./16 Mei 2023 M.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Luck Dewanti, S.Pd.I,M.Pd Heru Wardhany, M.pd.


NIK. 19721210100 NIK. 19890620103

Mengetahui:
Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Anak Usia Dini

Didin Mahyudin, M,Pd


NIK: 19720801009
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..........................................................................................4
C. Analisis Pemecahan Masalah............................................................................4
D. Rumusan Masalah.............................................................................................4
E. Tujuan Penelitian...............................................................................................5
F. Manfaat Penelitian.............................................................................................5
BAB II.................................................................................................................11
KAJIAN PUSTAKA............................................................................................11
A. Kajian Teori.............................................................................................11
a. Perkembangan Bahasa Anak............................................................................11
1. Pengertian Perkembangan Bahasa anak..........................................................11
1. Pembelajaran Bahasa Untuk Anak Usia Dini..........................................13
2. Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini................................................15
4. Aspek-Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini............................17
5. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini................................19
6. Tujuan Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini......................................20
7. Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Dini.......................................................22
8. Prinsip Pengembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini...........................23
B. Metode Bercerita.....................................................................................25
2. Tujuan Dari Metode Bercerita.................................................................28
3. Manfaat kegiatan bercerita......................................................................29
4. Bentuk-bentuk cerita anak.......................................................................29

iv
5. Jenis-Jenis Cerita Anak............................................................................30
6. Komponen –Komponen Cerita Anak......................................................31
7. Kriteria Pemilihan Media Bercerita.........................................................31
8. Bentuk- Bentuk Metode Bercerita...........................................................32
C. Peneliti Terdahulu....................................................................................34
B. Kerangka Pikir.........................................................................................37
Gambar 2.1..........................................................................................................39
D. Hipotesis Penelitian.................................................................................39
2. Variabel Terikat.......................................................................................41
Desain perlakuan..................................................................................................42
1. Observasi.................................................................................................42
2. Dokumentasi............................................................................................43
a. Uji Validitas.............................................................................................43
Tabel 3.3 Uji Validitas.........................................................................................43
Tabel 3.4 uji Reabilitas Reliability Statistics.......................................................44
4. Uji Prasyarat............................................................................................45
3. Pengujian Hipotesis.................................................................................46
a. Uji Validitas.............................................................................................48
Tabel 3.3 Uji Validitas.........................................................................................48
Tabel 3.4 uji Reabilitas Reliability Statistics.......................................................49
6. Uji Prasyarat............................................................................................50
6. Pengujian Hipotesis.................................................................................51
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu usaha dalam menjawab permasalahan serta


berbagai tantangan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat
mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia
pendidikan memiliki tujuan yang sangat penting, seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 20 yang
menjelaskan bahwa : Pendidikan Nasional Bertujuan Untuk Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa dan Mengembangkan Manusia Seutuhnya, yaitu Manusia
Yang Beriman dan Bertaqwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Berbudi
Pekerti Yang Luhur, Memiliki Pengetahuan Dan Keterampilan, Kesehatan
Jasmani dan Rohani, Kepribadian Yang Mantap dan Mandiri Serta Tanggung
Jawab Kemasyarakatan dan Kebangsaan. Pendidikan anak usia dini (PAUD)
merupakan pendidikan yang paling fundamental karena perkembangan anak di
masa selanjutnya akan sangat ditentukan oleh berbagai stimulasi bermakna yang
diberikan sejak usia dini. Awal kehidupan anak merupakan masa yang paling
tepat dalam memberikan dorongan atau upaya pengembangan agar anak dapat
berkembang secara optimal.

Anak-anak sejak dini perlu diberi kesempatan dalam kebebasan berbicara


yang sangat diperlukan karena sebagai dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan
orang lain, baik orang tuannya maupun dengan teman seusianya serta orang lebih
dewasa dari segi umurnya. Berbicara merupakan perkembangan yang sangat
penting bagi anak usia dini, karena bahasa bukanlah sekedar pengucapan kata-
kata atau bunyi tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, mengatakan,
menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Tujuan
berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan
meyakinkan seseorang. Secara umum keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun
sudah dapat penyebut berbagai bunyi atau suara tertentu, menirukan 3-4 urutan
kata, sederhana dan sudah dapat menjawab pertanyaan tentang
keterangan/informasi secara sederhana.

1
2

Salah satu aspek perkembangan yang ingin dicapai oleh anak usia dini
terutama melalui pembelajaran dengan metode bercerita adalah aspek
keterampilan berbicara. Keterampilan ini keterampilan berbicara. Keterampilan
ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa
kata yang telah dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara terstruktur
misalnya keterampilan anak mengulang kembali penjelasan ataupun pembicaraan
yang didengarnya dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang sesuai hingga
dapat dimengerti oleh orang lain. Oleh karena itu, diperlukan latihan, praktek serta
pembiasaan yang rutin.

Beberapa penelitian di atas rata-rata menggunakan metode bercerita untuk


mengembangkan satu kemampuan saja, terutama mengembangkan kemampuan
berbahasa Anak. Penelitian yang menggunakan metode Chain Story diterapkan
pada siswa SD, SMA, dan SMA juga untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
(bahasa Indonesia), dan kemampuan menulis (bahasa Inggris). Padahal metode
bercerita pada dasarnya dapat juga digunakan untuk meningkatkan kemampuan
dasar peserta didik lainnya. Namun, penelitian yang terkait dengan kemampuan
dasar lainnya, kelihatannya kurang diminati. Oleh sebab itu, penelitian ini ingin
menawarkan model pengembangan teknik Chain Story untuk anak usia dini.
Kebaruan penelitian ini adalah: 1) Chain Story ini dikembangkan khusus untuk
anak usia dini, 2) bukan hanya mengembangkan kemampuan berbahasa dan
kemampuan dasar lainnya, tetapi sangat tepat untuk mengembangkan karakter,
seperti: menghargai pendapat orang lain, kemampuan bekerjasama, kemampuan
berkomunikasi, bernalar, berfikir kritis, dll. Hasil penelitian yang khusus
menggunakan Chain Story diantaranya: bahwa hasil akhir kemampuan
menceritakan kembali isi fable rata-rata mencapai skor 80.17, (Achsani, 2020).
Penerapan cerita berantai (Chain Story) dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa SD, (Nurhalimah, 2020), Cerita berantai bertujuan untuk melatih
kemampuan siswa agar mudah berkonsentrasi, cermat, dan kreatif (Lawota, 2018).

Metode Chain Story dapat juga diterapkan sebagai sebuah metode bagi
peningkatan kemampuan menungkapkan pengalaman individu peserta didik,
(Hatma, 2017). Chain Story adalah sebuah teknik bercerita yang dilakukan secara
berantai. Budden dalam Custudiana mengungkapkan bahwa Chain Story adalah
3

kegiatan yang membangun teks dengan melanjutkan kalimat yang diberikan oleh
teman-teman untuk membuat kalimat yang lengkap (Custudiana, A., 2015). Cerita
berantai merupakan sebuah metode yang digunakan pada pembelajaran berbicara.
Siswa pertama menerima sebuah cerita, kemudian diceritakan ulang pada siswa
kedua, lalu cerita tersebut diceritakan kembali kepada siswa pertama (Febriyanto,
2019). Teknik cerita berantai membantu siswa untuk belajar dalam kelompok
tetapi tidak secara pasif. Setiap siswa diundang untuk terlibat dalam pembelajaran
dengan menghubungkan sebuah cerita yang topiknya telah diberikan terlebih
dahulu (Uktolseja, L.J, dan Gaspersz, U.S, 2019).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Bercerita dengan Teknik Chain Story
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak di Paud Al-munawar”
4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada


beberapa masalah yang peneliti identifikasi, yaitu :

1. Keterampilan berbicara peserta didik masih rendah


2. Metode yang digunakan dalam mengembangkan berbicara belum maksimal
3. Kurangnya pengetahuan pendidik tentang metode bercerita dengan tekik Chain Story
dalam mengembangakan berbicara anak

4. Penerapan metode bercerita masih berpusat pada guru


5. Peserta didik kurang aktif dan bersemangat saat mengikuti kegiatan
metode bercerita dalam mengembangkan keterampilan berbicara
6. Upaya meningkatkan keterampilan kognitif anak melalui teknik Chain Strory di
PAUD Al-Munawar kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor

C. Analisis Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas untuk menyesuaikan dengan


tingkat kesukaran eksperimen maka peneliti membatasi permasalahan sebagai
fokus masalah : Aspek berbicara anak 5-6 tahun yang digunakan dalam penelitian
ini hanya di batasi 4 indikator aspek berbicara anak yaitu dapat berkomunikasi
dengan orang lain, dapat mengungkapkan fikiran dan perasaan kepada orang lain,
dapat mendengarkan, dan dapat mengenal dirinya dan orang sekitarnya.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah pada
dua aspek :
1. Pengaruh Metode bercerita dengan teknik Chain Story terhadap berbahasa
anak di PAUD Al-Munawar kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor
2. Kemampuan bahasa anak di PAUD Al-Munawar kecamatan Cariu, Kabupaten
Bogor
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah :
7

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan metode bercerita dengan teknik Chain
Story terhadap keterampilan berbahasa anak usia dini di Paud Al-Munawar
Bogor?
2.Bagamaina metode bercerita dengan teknik Chain Story terhadap
keterampilan berbahasa anak usia dini di Paud Al-Munawar Bogor?
3. Bagaimana upaya meningkatkan keterampilan kognitif anak melalui metode
bercerita dengan teknik Chain Story terhadap keterampilan berbahasa anak
usia dini di Paud Al-Munawar Bogor?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui pengaruh metode bercerita dengan teknik Chain Story
terhadap keterampilan berbahasa anak usia dini di PAUD Al-Munawar Bogor.
2. Untuk mengetahui perkembangan anak dalam pembelajaran metode
bercerita dengan teknik Chain Story terhadap keterampilan berbahasa anak
usia dini di Paud Al-Munawar Bogor.
3. Untuk Mengetahui Upaya meningkatkan keterampilan kognitif anak usia dini
melalui pembelajaran metode bercerita dengan teknik Chain Story terhadap
keterampilan berbahasa anak usia dini di Paud Al-Munawar Bogor.

F. Manfaat Penelitian

1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
keterampilan berbicara tentang ilmu pendidikan anak usia dini sebagai
salah satu bagian dari ilmu keguruan.

2. Praktis
a. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman langsung tentang penerapan metode
bercerita terhadap keterampilan berbicara anak.
b. Bagi peserta didik
6

a) Mendapatkan kegiatan bercerita yang lebih menarik


b) Meningkatkan keterampilan bahasa terutama berbicara anak
c. Bagi pendidik
a) Menjadi contoh referensi penerapan metode bercerita yang
inovatif pada keterampilan berbicara anak
b) Memotivasi agar pendidik menjadi lebih kreatif dalam
memilih metode yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara
anak.
d. Bagi sekolah
Sebagai masukan untuk meningkatkan variasi penerapan metode
pembelajaran untuk menyusun program peningkatan kualitas proses.

G. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran terhadap variabel yang akan
dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti menguraikannya secara singkat
sebagai berikut:
a. Pengertian metode belajar bercerita dengan teknik Chain Story
Chain Story adalah sebuah teknik bercerita yang dilakukan secara berantai.
Budden dalam Custudiana mengungkapkan bahwa Chain Story adalah kegiatan
yang membangun teks dengan melanjutkan kalimat yang diberikan oleh teman-
teman untuk membuat kalimat yang lengkap.
b. Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses
berpikir, mengingat, memecahkan sebuah masalah dan pengambilan sebuah
keputusan, sejak kecil menuju remaja hingga dewasa, kemampuan untuk
menilai dan mempertimbangkan sesuatu.
7

H. Sistematika Penulisan
Proposal skripsi ini terdiriatas 5 Bab, masing-masing pembahasanya
sebagai berikut:
Bab I Memuat uraian Pendahuluan. Bab ini meliputi pembahasan Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Analisis Pemecahan Masalah, Batasan Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional,
dan Sistematika Penelitian.
Bab II memuat uraian Tijauan Pustaka. Bab ini meliputi Deskripsi Teori, dan
kerangka berpikir.
Bab III memuat uraian Metodologi Penelitian. Bab ini meliputi Setting Penelitian,
Subjek Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian,
Teknik Analisis Data, dan Prosedur Penelitian.
Bab IV memuat uraian Metodologi Penelitian. Bab ini meliputi Hasil Penelitian
dan Pembahasan.
Bab V memuat uraian Metodologi Penelitian. Bab ini meliputi Kesimpulan dan
Saran.
4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
a. Perkembangan Bahasa Anak.
1. Pengertian Perkembangan Bahasa anak.
Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan

dasar di taman kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa

memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengelaman kedalam simbol-

simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Bahasa

merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan bertanya, dan bahasa juga

menghasilkan konsep dan kategori-kategori untuk berpikir.

Anak-anak memperoleh kemampuan berbahasa dengan cara yang

sangat menakjubkan. Selama usia dini, yaitu sejak lahir hingga usia 6

(enam) tahun, ia tidak pernah belajar bahasa, apa lagi kosa kata secara

khusus. Akan tetapi, pada akhir masa usia dininya, rata-rata anak telah

menyimpan lebih dari 14.000 kosa kata.14

Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan

meraban. Perkembangan selanjutnya berhubungan erat dengan

perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat

berpikir. Berpikir merupakan suatu proses memahami dan melihat

hubungan. Peroses ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa

alat bantu, yaitu bahasa. Bahasa juga merupakan alat berkomunikasi

dengan orang lain dan kemudian berlangsung dalam suatu interaksi sosial.

7
8
Bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan diri dan

berkomunikasi. Keterampilan bahasa juga penting dalam rangka

pembentukan konsep , informasi dan pemecahan masalah. Melalui bahasa

pula kita dapat memahami komunikasi pikiran dan perasaan.15

Bahasa juga merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

seseorang dalam pergaulanya atau hubungannya dengan orang lain.

Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa

menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan

orang lain.

Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak

itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan

sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi-anak) dimulai dengan

meraban (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu kata,

dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan

sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan

tingkat perilaku sosial.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang

berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan

kemampuan berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang

dan masih sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang

dan serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai

berkembang mulai dari tingkat yang sederhana menuju ke bahasa yang

15
Ahmad susanto, perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2011), h. 73
9

kompleks. Perkembangan bahasa dipengharuhi oleh lingkungan, karena

bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan.

Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal lain. ”meniru”

dan “mengulang” hasil yang didapatkan merupakan cara belajar bahasa

awal. Bayi bersuara, ”mmm mmm”, ibunya tersenyum dan mengulang

menirukan dengan memperjelas arti suara itu menjadi ”maem maem”.

Bayi belajar menambah kata-kata dengan menirukan bunyi-bunyi yang

didengarkannya. Manusia dewasa terutama (ibunya) disekelilingnya

membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru

dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, disaat anak mulai bersekolah.

Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan

penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi secara lisan, tertulis,

maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai

alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat

memahami dan dipahami orang lain.16

1. Pembelajaran Bahasa Untuk Anak Usia Dini

Belajar bahasa sangat krusial terjadi pada anak sebelum enam

tahun. Oleh karena itu, taman kanak-kanak atau prasekolah merupakan

wahana yang sangat penting dalam mengembangkan bahasa anak.

Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga, dan dari

lingkungan tetangga. Dengan bahasa yang mereka miliki perkembangan

kosakata akan berkembang dengan cepat sebagaimana dikemukakan

16
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT Rineka
Cipta,2008), h. 137
10

Sroufe”Children vocabularies grew quite quickly after they begin to

speak”. Pertambahan kosakata anak akan sangat cepat setelah mereka

mulai berbicara. Hal ini, dapat dipahami karena anak akan menggunakan

arti bahasa konteks yang digunakannya.

Bahasa anak dimulai dari kata huruf lalu pengalaman, tetapi dari

perbuatan dan pengalaman ke huruf baru kemudian ke kata. Selanjutnnya

menurut Ganeshi, anak yang berhasil membaca di sekolah telah memiliki

bahasa tulisan sebagai bagian yang dominan dari kehidupan mereka

sehari-hari. Oleh karena itu, lingkungan yang mendukung akan membantu

dalam mengembangkan bahasa anak.

Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada

kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis).

Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca dan

menulis. Oleh karana itu, belajar bahasa sering dibedakan menjadi dua,

yaitu belajar bahasa untuk komunikasi dan belajar literasi, yaitu belajar

membaca dan menulis.17Pada umumnya bahasa dan pikiran anak berbeda.

Kemudian secara perlahan, sesuai tahap perkembangan mentalnya, bahasa

dan pikirannya menyatu sehingga bahasa merupakan ungkapan dari

pikiran. Anak secara alami belajar bahasa dari interaksinya dengan orang

lain untuk berkomunikasi, yaitu menyatakan pikiran dan keinginannya

memahami pikiran dan keinginan orang lain

17
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), h . 75
11

Bukankah manusia itu makhluk sosial yang selalu bergaul,

bermasyarakat, dan bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu,

belajar bahasa yang paling efektif ialah dengan bergaul dan berkomunikasi

dengan melatih anak belajar bahasa dapat dilakukan dengan cara

berkomunikasi melalui berbagai setting berikut ini, antara lain:

a. Kegiatan bersama, biasanya anak-anak secara otomatis berkomunikasi

dengan temannya sambil bermain bersama.

b. Cerita, baik mendengar cerita maupun menyuruh anak untuk bercerita.

c. Bermain peran, seperti memerankan penjual dan pembeli, guru dan

murid, atau orang tua dan anak.

d. Bermain puppet dan boneka tangan yang dapat dimainkan dengan jari

(fingerplay), anak berbicara mewakili boneka ini.

e. Belajar dan bermain kelompok (cooperative play dan cooperative

learning).

2. Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini.

Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi

kedalam beberapa rentang usia, yang masing-masing menunjukkan ciri-ciri

tersendiri. Menurut Gentur, tahapan perkembangan ini sebagai berikut:

1. Tahap pralingguistik, yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari :

a. Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama) .

Tahap ini dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam dimana

anak akan mulia menangis, tertawa dan, menjerit.


12

b. Tahap meraban-2 (pralinguistik kedua).

Tahap ini pada dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna mulai

dari bulan ke-6 hingga 1 tahun,18

2. Tahap II (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu:

a. Tahap-1; holafrastik (1 tahun).

Ketika anak-anak mulai menyatakan makna keseluruhan frasa atau

kalimatdalam satu kata. Tahap ini juga ditandai dengan

perbendaharaan kata anak hingga kurang lebih 50 kosa kata.

b. Tahap-2; frasa (1-2).

Pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan dua kata (ucapan

dua kata), tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak

sampai dengan rentang 50-100 kata.

3. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun).

Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat, seperti

telegram. dilihat dari aspek pengembangan tata bahsa S-P-O, anak dapat

memperpanjang kata menjadi satu kalimat.

4. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun).

Tahap ini ditandai dengan kemampuan yang mampu

menggabungkan kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks.

Anak belajar dari konkret keabstrak melalui tiga tahapan, yaitu:

enative,iconic,dan symbolis. Pada tahap enative, anak berinteraksi dengan

objek berupa benda-benda, orang dan kejadian. Dari interaksi tersebut,

18
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008 ), h. 76
13

anak belajar nama dan merekam ciri benda dan kejadian. Itulah sebabnya

anak usia 2-3 tahun akan banyak bertanya. ”apa itu ? ”, ”apa ini ?”, Sangat

penting untuk mengenalkan nama benda-benda sehingga anak mulai

menghubungkan antara benda dan simbol, nama benda.19

Pada proses iconic anak mulai belajar mengembangkan simbol

dengan benda. Proses symbolic terjadi saat anak mengembangkan konsep.

Dengan proses yang sama anak belajar tentang berbagai benda seperti

gelas, minum, dan air. Semakin dewasa ia akan mampu menggabungkan

konsep tersebut menjadi lebih kompleks, ”minum air dengan gelas”.

Pada tahap simbolis anak mulai belajar berpikir abstrak. Ketika

anak usia 4-5 tahun pertanyaan ”apa itu?”, dan “apa ini?”, akan berubah

menjadi “kenapa?” atau “mengapa?”, pada tahap ini anak mulai mampu

menghubungkan keterkaitan antara berbagai benda, orang atau objek

dalam suatu urutan kejadian. Ia mulai mengembangkan arti atau makna

dari suatu kejadian.

4. Aspek-Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini.

Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan

bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat

mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya

dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat digunakan

anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang berkaitan dengan

19
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008 ), h. 76
14

perkembangan bahasa anak menurut Jamaris, dapat dibagi ke dalam tiga

aspek, yaitu:

a. Kosakata.

Seiring perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan

lingkungannya, kosakata anak berkembang dengan pesat.

b. Sintaksis (tata bahasa)

Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui

contoh-contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak

dilingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan

susunan kalimat yang baik. Misalnya “Rita memberi makan kucing”

bukan “kucing rita makan memberi”.20

c. Semantik

Semantik maksudnya pengunaan kata sesuai dengan tujuannya.

Anak di taman kanak kanak sudah dapat keinginan, penolakan, dan

pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat.

Misalnya “tidak mau” untuk menyatakan penolakan.21

Sesuai dengan pendapat vygotsky tentang prinsip zone of proximal,

yaitu zona yang berkaitan dengan perubahan dari potensi yang dimilki oleh

anak menjadi kemampuan aktual, maka prinsip-prinsip bahasa anak usia

taman kanak-kanak adalah

20
Dalman , keterampilan membaca (Jakarta : Rajawali, 2014), h.. 5
21
Dalman , keterampilan membaca (Jakarta : Rajawali, 2014), h. 7
15

1. Interaksi

Interaksi anak dengan lingkungan di sekitarnya, membantu anak

memperluas kosakatanya dan memperoleh contoh-contoh dalam

menggunakan kosakata ini secara tepat.

2. Ekspresi

Mengekspresikan kemampuan bahasa. Ekspresi Kemampuan bahasa

anak dapat disalurkan melalui pemberian kesempatan pada anak untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tepat.

5. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

Menurut Jamaris, karakteristik kemampuan bahasa anak usia empat

tahun yaitu:

a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak.

Anak telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.

b. Menguasai 90 persen dari fonem dan sintaksis bahasa yang digunakan

c. Dapat berpatisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah dapat

mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan

tersebut.

Selajutnya, menurut Jamaris karakteristik kemampuan bahasa anak

usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:

a. Sudah dapat mengucapkan lebih 2.500 kosakata

b. Lingkup kosakata yang dapat diucapakan anak menyangkut warna,

ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan,

perbandingan, jarak dan permukaan (kasar-halus).


16

c. Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar

yang baik.

d. Dapat berpatisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat

mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan

tersebut.

e. Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah menyangkut

bebagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri

dan orang lain, serta apa yang dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun ini

sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca, dan bahkan

berpuisi.

6. Tujuan Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini

Pengembangan keterampilan bahasa anak merupakan kemampuan

yang sangat penting untuk berkomunikasi terutama bagi mereka yang

sudah masuk ke lingkungan pendidikan prasekolah khususnya taman

kanak-kanak. Sehubungan dengan hal ini, Early Learning Goals,

mengemukakan bahwa ttujuan pengembangan bahasa pada usia awal

dijabarkan sebagai berikut:22

a. Menyenangi, mendengarkan, menyimak, menggunakan bahasa lisan

dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya.

b. Menyelidiki dan mencoba dengan suara-suara, kata-kata, dan teks.

c. Mendengar dengan kesenangan dan merespon cerita, lagu, irama, dan

sajak-sajak dan memperbaiki sendiri cerita, lagu, musik dan irama.

22
Ahmad susanto, Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Kencana, 2011), h . 81
17

d. Menggunakan bahasa untuk menciptakan, melukiskan kembali peran,

dan pengalaman.

e. Menggunakan pembicaraan, untuk mengorganisasi mengurutkan,

berfikir jelas ide-ide, perasaan, dan kejadian-kejadian.

f. Mendukung, mendengarkan dengan penuh perhatian.

g. Merespons terhadap yang mereka dengan komentar, pertanyaan dan

perbuatan yang relevan.

h. Interaksi dengan orang lain, merundingkan rencana dan kegiatan, dan

menunggu giliran dalam percakapan.

i. Memperluas kosakata mereka, meneliti arti dan suara dari kata-kata

baru.

j. Mengatakan kembali cerita-cerita dalam urutan yang benar,

menggambar pola bahasa pada cerita.

k. Berbicara lebih jelas dan dapat didengar dengan kepercayaan dan

pengawasan dan bagaimana memperlihatkan kesadaran pada

pendengar.

l. Mendengar dan berkata, ciri dan suara akhir dalam kata-kata.

m. Menyesuaikan suara dan huruf, memberi nama, mengarahkan huruf-

huruf dalam alphabet.

n. Membaca kata-kata umum yang sudah dikenal dan kalimat sederhana.

o. Mengetahui bahwa cetakan itu memilki arti contoh dalam bahasa

inggris membaca dari kiri ke kanan dari atas ke bawah.


18

p. Menunjukkan suatu pemahaman dan unsur-unsur buku seperti

karakternya urutan kajian, dan pembahasan.

q. Mencoba menulis untuk berbagai pilihan.

r. Menulis nama sendiri dan benda-benda lain seperti berbagai label dan

kata-kata di bawah gambar dan mulai dari bentuk kalimat sederhana,

kadang-kadang menggunakan tanda baca.

s. Menggunakan pengetahuan huruf untuk menulis kata-kata sederhana

dan mencoba dengan kata-kata yang lebih kompleks.

t. Menggunakan pensil dan menggunakan secara lebih efektif untuk

membentuk huruf yang dapat dikenal.

Adapun menurut Depdiknas (2000), menggemukakan bahwa tujuan

bahasa di taman kanak-kanak ialah sesuai dengan Garis-garis besar

Program Kegiatan Belajar (GBPKB) taman kanak-kanak, pengembangan

kemampuan berbahasa di Taman kanak-kanak bertujuan agar anak didik

mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan

yang dimaksud adalah lingkungan di sekitar anak antara lain lingkungan

teman sebaya, teman bermain, orang dewasa, baik yang ada di sekolah, di

rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

7. Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Dini

Dalam membahas fungsi bahsa bagi anak taman kanak-kanak,

dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Hal ini, terutama ditujukan pada

fungsi secara langsung pada anak itu sendiri. Ada beberapa sumber yang

telah mencoba memberikan penjabaran dari fungsi bahasa bagi anak taman
21

kanak-kanak, di antaranya menurut Depdiknas (2000), fungsi

pengembangan bahasa bagi anak prasekolah adalah:

1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan

2. Sebagai alat untuk mengembangakan kemampuan intelektual anak.

3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak.

4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang

lain.

Fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak ialah sebagai alat

mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak.

Secara khusus bahwa fungsi bahasa bagi anak taman kanak-kanak adalah

untuk mengembangkan ekspresi-perasaan, imajinasi dan pikiran.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

pengembangan berbahasa bagi anak taman kanak-kanak yaitu sebagai alat

untuk berkomunikasi dengan linkungan, sebagai alat untuk

mengembangkan kemampuan itelektual anak, sebagai alat untuk

mengembangkan ekspresi anak, dan sebagai alat untuk menyatakan

perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

8. Prinsip Pengembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini

Sesuai dengan tujuan den fungsi yang dijabarkan di atas, maka

pada pelaksanaan upaya pengembagan bahasa untuk anak taman kanak-

kanak memerlukan beberapa prinsip dasar. Adapun beberapa prinsip

pengembangan bahasa sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas

(2000), sebagai berikut:


20

1. Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.

2. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai

sesuai potensi anak.

3. Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan

dikaitkan dengan spotanitas.

4. Diberikan alternatif pikiran dalam mnegungkapkan isi hatinya.

5. Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan.

6. Guru menguasai pengembangan bahasa.

7. Guru harus bersikap normatif, model, contoh penggunaan bahasa yang

baik dan benar.

8. Bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak.

9. Tidak menggunakan huruf satu-satu secara normal.23

23
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2011), h. 82
21

B. Metode Bercerita

1. Pengertian Bercerita.

Metode cerita adalah metode yang mengisahkan suatu peristiwa

atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian atau peristiwa tersebut

disampaikan kepada peserta didik melalui tutur kata, ungkapan dan mimik

wajah yang unik. Pendapat lain menyebutkan metode cerita merupakan

metode pembelajaran yang menggunakan teknik guru bercerita tentang

suatu legenda, dongeng, mitos, atau suatu kisah yang di dalamnya

diselipkan pesan-pesan moral atau intelektual tertentu. 24

Cerita atau yang disebut dalam islam dengan istilah qashash

(kisah) merupakan suatu kejadian atau peristiwa masa lalu. Selanjutnya,

Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kisah adalah

menyampaikan pesan-pesan materi kepada peserta didik melalui kisah-

kisah masa lalu yang mangandung nilai-nilai kabaikan dalam kehidupan. 25

Dalam pendidikan anak usia dini, cerita sangat diperlukan dan

banyak membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini

disebabkan sebagian besar anak-anak menyukai cerita, kisah atau dongeng.

Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak. Biasanya

cerita yang disukai anak, yaitu cerita yang berkaitan dengan dunia

binatang, seperti cerita si kancil ataupun yang sejenisnya. Apabila anak

dapat menyimak cerita dengan penuh perhatian maka “pesan” dari cerita

24
Murti Bunanta, Buku mendongeng dan minat membaca (Jakarta: Pustaka Tangga,
2004), h. 10
25
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita (Bandung; Rosda, 2008), h. 39
22

tersebut dapat dengan mudah ditangkapnya Seorang anak akan cenderung

lebih senang menyimak cerita dari pada mendengarkan ceramah dari

bapak/ibu gurunya.26

Berikut adalah beberapa alasan mengapa cerita sangat penting bagi

dunia anak-anak.27

a. Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah

dicerna anak, di samping teladan yang dilihat anak setiap hari.

b. Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan

dengan dasar keterampilan lain, yaitu berbicara, membaca, menulis dan

menyimak.

c. Bercerita memberikan ruang lingkup yang bebas pada anak untuk

mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap

peristiwa yang menimpa orang lain.

d. Bercerita memberikan contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu

permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang

baik, sekaligus memberi pelajaran pada anak bagaiman cara

mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh

masyarakat.

e. Bercerita memberikan barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa saja

yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti patuh pada perintah

orang tua, mengalah pada adik, dan selalu bersikap jujur.

26
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008 ), h. 172
27
Moeslichatoen, Metode pengajaran di taman kanak-kanak (Jakarta: Rineka cipta,
2004), h. 156
23

f. Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang memiliki

retensi lebih kuat dari pada pelajaran budi pekerti yang diberikan

melalui penuturan dan perintah langsung.

g. Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai yang

berhasil ditangkap akan diaplikasikan.

h. Bercerita memberikan efek psikologis yang positip bagi anak dan guru

sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti figur

lekat orangtua.

i. Bercerita memberikan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur

dan demikian itu menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan

sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak

untuk belajar menelaah kejadian-kejadian di sekelilingnya.

j. Bercerita memberikan daya tarik bersekolah bagi anak karena didalam

bercerita ada efek reaktif dan imajinatif yang dibutuhkan anak usia dini.

k. Bercerita memberikan makna bagi proses belajar terutama mengenai

empati sehingga anak dapat menkonkretkan rabaan psikologis mereka

bagaimana seharusnya memandang sesuatu masalah dari sudut pandang

orang lain.

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang

bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cara penuturan cerita tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga.
24

Seorang anak yang berada pada rentang usia 3-4 tahun mulai menyukai

tuturan cerita atau ia sendiri mulai senang untuk menuturkan sebuah cerita.

2. Tujuan Dari Metode Bercerita

Adapun tujuan dari metode bercerita adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya kemampuan

menyimak (listening), juga kemampuan berbicara (speaking), serta

menambah kosa kata yang dimilikinya.

2. Mengembangkan kemampuan berfikirnya karena dengan bercerita anak

diajak untuk memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan

cerita serta mengembangkan kemampuan berpikir secara simbolik.

3. Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang

akan mengembangakan kemampuan moral dan agama, misalnya konsep

benar-salah atau konsep ketuhanan.

4. Mengembangkan kepekaan sosio-emosi anak tentang hal-hal yang

terjadi di sekitarnya melalui tuturan cerita yang disampaikan.

5. Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan

inforamsi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan.

6. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita

yang dituturkan.28

28
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008 ), h. .43
25

3. Manfaat kegiatan bercerita

Begitu pentingnya cerita bagi anak usia dini, tidak salah bila

metode bercerita ini sebisa mungkin diaplikasikan dalam pembelajaran.

Selain untuk memudahkan anak dalam memahami materi yang diberikan,

juga untuk memberikan daya imajinatif dan fantasi, serta menambahkan

wawasannya terhadap nilai-nilai kebaikan. Di antara manfaat-manfaat

cerita bagi anak usia dini adalah sebagai berikut.

a. Membangun kontak batin, antara anak dengan orang tuanya maupun

anak dengan gurunya.

b. Media penyampai pesan terhadap anak.

c. Pendidikan imajinasi atau fantasi anak.

d. Dapat melatih emosi atau perasaan anak.

e. Membantu proses indentifikasi diri (perbuatan).

f. Memperkaya pengalaman batin.

g. Dapat sebagai hiburan atau menarik perhatian anak.

h. Dapat membentuk karakter anak.29

4. Bentuk-bentuk cerita anak

a. Cerita lisan

Bentuk cerita, yaitu lisan, tulis dan gerak atau akting. Memiliki

konsekuensi atau tuntutan yang berbeda.

29
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008 ), h. 35
26

b. Cerita tulis

Konsekuensi utama cerita tulis terletak pada kemampuan penyampaian

cerita secara hidup dengan bahasa dan pemilihan kata yang tepat.

c. Cerita panggung

Konsekuensi cerita panggung atau pementasan adalah kemampuan

dalam tampilan visualisasi gerak atau akting dengan dukungan tata

panggung yang menarik30

5. Jenis-Jenis Cerita Anak

a. Cerita Rakyat

Cerita rakyat berasal dari ciri khas daerah tersebut. Dongeng, legenda,

mite, dan sage adalah bagian dari cerita rakyat namun memilki

perbedaan pada permasalahan cerita, tokoh, serta anggapan tentang

keberadaan cerita tersebut.

b. Cerita Realitas

Cerita ini mengkisahkan tentang kehidupan nyata sesuai dengan apa

yang dialami seseorang.

c. Cerita Sains

Cerita ini bersifat alamiah dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan zaman.

d. Biografi

Biografi berisi tentang riwayat hidup seseorang yang menceritakan

tentang pengalaman serta kesuksesannya.

30
Tadkiroaton Musfiroh, Cerita Untuk Perkembangan Anak ( Jogjakarta :Navila, 2010),
h. 57
27

e. Cerita Keagamaan

Cerita yang berisi tentang kisah dari agama tertentu. 31

6. Komponen –Komponen Cerita Anak

a. Tema

Tema dalam cerita menjadi dasar bagi berkembangmua cerita.

b. Latar

Latar merupakan landas tumpu yang menunjuk pada pengertian tempat,

hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan.

c. Tokoh

Tokah hadir dalam cerita sebagai pembawa pesan yang ongin

disampaikan kepada pembaca.

d. Alur Cerita

Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian yang dihubungkan

secara sebab akibat. 32

7. Kriteria Pemilihan Media Bercerita

Kriteria pemilihan perlu diperhatikan, agar pendidik dapat

memanfaatkan media tersebut dengan sebaiak-baiknya, dan tujuan

pembelajaran yang diharapkan terlaksana dengan baik. Beberapa hal akan

terkait dengan pemilihan media bercerita, di antaranya:

a. Ketepatan dengan tujuan proses kegiatan belajar mengajar

31
Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita,
( Jakarta :Indeks, 2013 ), h. 86
32
Tadkiroaton Musfiroh, Cerita Untuk Perkembangan Anak ( Jogjakarta : Navila, 2010 ),
h. 66
28

b. Dukungan terhadap isi materi yang disampaikan

c. Adanya media sebagai bahan pembelajaran yang lebih mudah dipahami

anak

d. Media yang digunakan mudah diperoleh, murah sederhana, dan praktis

penggunaannya.

e. Keterampilan guru dalam menggunakan media pada proses

pembelajaraan.

f. Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat

bermanfaat bagi anak selama proses kegiatan belajar mengajar

berlangsung,

g. Disesuaikan kebutuhan anak.33

8. Bentuk- Bentuk Metode Bercerita

Metode bercerita memiliki bentuk-bentuk yang menarik dapat

disajikan pada anak usia dini. Bentuk-bentuk cerita tersebut dapat

digunakan secara bergantian agar anak tidak merasa bosan dengan satu

bentuk metode bercerita atau digunakan secara kombinasi agar menambah

daya tarik cerita yang kita sajikan. Bentuk-bentuk metode bercerita terbagi

dua jenis, yaitu

1. Bercerita tanpa alat peraga.

Bercerita tanpa alat peraga dapat diartikan sebagai kegiatan

bercerita yang dilakukan oleh guru atau oleh orang tua tanpa menggunakan

media atau alat perga yang bisa diperlihatkan pada anak. Dengan

33
Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita,
( Jakarta : Indeks, 2013 ), h.92
29

demikian, kekuatan dari metode bercerita tanpa alat peraga ini terletak

pada kepiawaian guru atau orang tua dalam menuturkannya. Kepiawaian

adalah kemampuan guru untuk menghafal seluruh rangkaian isi cerita,

kepiawaian guru atau orang tua dalam mengubah-ubah intonasi maupun

karakter suara, kepiawaian dalam memainkan mimik atau ekspresi wajah,

serta keterampilan dalam memainkan gerakan tubuh untuk mengambarkan

perilaku suatu tokoh cerita atau gambaran suatu kejadian.

2. Bercerita dengan alat peraga.

Bercerita menggunakan alat peraga berarti kita menggunakan

media atau alat pendukung untuk memperjelas penuturan cerita yang kita

sampaikan. Alat peraga atau media tersebut digunakan untuk menarik

perhatian dan memepertahankan fokus perhatian anak dalam jangka waktu

tertentu. Alat peraga atau media yang digunakan hendaknya aman bagi

anak, menarik serta sesuai dengan tahap perkembangan anak. 34

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode bercerita

merupakan salah satu metode pembelajaran anak usia dini yang dapat

menberikan manfaat positif bagi perkembangan anak.

34
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2008 ),h. 24
30

C. Peneliti Terdahulu

Skripsi Taranindya Zulhi Amalia, dengan judul Bercerita Sebagai

Metode Mengajar Bagi Guru Raudlatul Athfal Dalam Mengembangkan

Kemampuan Dasar Bahasa Anak Usia Dini Di Desa Ngembalrejo Bae, Kudus,

Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus.35 Metode dalam penelitian ini menggunakan

metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yakni:

bercerita merupakan salah satu metode penanaman karakter yang sudah lama

dikenal, namun kenyataan menunjukkan bahwa metode ini sudah mulai

ditinggalkan. Salah satu alasannya adalah tuntutan kurikulum yang lebih

menitikberatkan pada penguatan kemampuan kognitif daripada kemampuan

afektif, bahkan perkembangan teknologi juga sudah mulai berdampak pada

berkurangnya aktifitas motorik para peserta didik. Padahal kompetensi afektif

tidak bisa diabaikan begitu saja. Pembentukan karakter dan penanaman nilai-

nilai moral yang merupakan nutrisi utama dalam kemampuan afektif lebih

mudah dibentuk oleh lingkungan, termasuk di dalamnya lingkungan belajar.

Bercerita merupakan salah satu metode yang cukup efektif dalam rangka

penanaman nilai-nilai positif dan penguatan kompetensi afektif. Jika

pembentukan karakter menjadi salah satu tujuan utama pendidikan, maka

seyogyanya kompetensi afektif mendapatkan ruang yang proporsional dalam

dunia pendidikan.

35 Skripsi Taranindya Zulhi Amalia, dengan judul Bercerita Sebagai Metode Mengajar Bagi Guru
Raudlatul Athfal Dalam Mengembangkan Kemampuan Dasar Bahasa Anak Usia Dini Di Desa Ngembalrejo
Bae, (Kudus, Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus)
31

Nurul Khasana, dengan judul Pengaruh Metode Bercerita Terhadap

Kemampuan Bahasa Reseptif Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi II Metuk

Mojosongo Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Februari, 2016. 36

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan bahasa reseptif anak yang

masih beragam. Hal ini karena metode bercerita masih jarang diberikan pada

kegiatan pembelajaran dan media yang digunakan baru menggunakan buku

cerita bergambar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

metode bercerita terhadap kemampuan bahasa reseptif pada anak kelompok B

TK Pertiwi II Metuk. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Desain

eksperimen yang digunakan yaitu preexperimental design jenis one group

pretest-poestest design. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B

TK yang berjumlah 23 anak. Teknik pengumpulan data kemampuan bahasa

reseptif yang digunakan adalah obsevasi. Teknik analisis data menggunakan t-

test. Hasil penelitian diperoleh kemampuan bahasa reseptif anak kelompok B

pada pretest sebesar 454 dan posttest 620. Hasil analisis data uji t diperoleh

bahwa t hitung -40,699 ≤ -t tabel = 1,717. Hal ini menunjukkan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan penelitian ini adalah metode bercerita

berpengaruh terhadap kemampuan bahasa reseptif pada anak kelompok B TK

Pertiwi II Metuk Mojosongo Boyolali Tahun ajaran 2015/2016.

36Nurul Khasana, dengan judul Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Kemampuan Bahasa Reseptif
Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi II Metuk Mojosongo Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Februari, 2016.
32

Elvis Arya Mukti Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Melalui Media

Boneka Tangan Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Pada Kelompok TK A

di Baby Smile School Sidosermo – Surabaya (Mahasiswa, Prodi Pendidikan

Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan,


37
[email protected]) Perkembangan bahasa anak meliputi perkembangan

mendengar, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan

bahasa yang digunakan anak usia TK A (4-5 tahun) secara umum adalah

kemampuan berbicara sebagai upaya untuk berkomunikasi dengan

lingkungannya. Salah satu cara untuk mengoptimalkan kemampuan berbicara

anak yaitu dengan menerapkan metode bercerita dalam pembelajaran, namun

agar anak dapat berkonsentrasi dengan baik, maka penggunaan alat

peraga/media sangat penting. Alat tersebut adalah media boneka tangan

sebagai penguatan cerita yang telah disampaikan. Tujuan dari penelitian ini

yaitu mendiskripsikan pengaruh metode bercerita melalui media boneka

tangan terhadap kemampuan berbicara anak pada kelompok TK A di Baby

Smile School Sidosermo Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dan menggunakan pendekatan eksperimen pura-pura dengan

rancangan pre test – post test design. Subyek dalam penbelitian ini adalah

siswa-siswi kelompok TK A di Baby Smile School SidosermoSurabaya yang

berjumlah 12 anak. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

37 Elvis Arya Mukti Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Melalui Media Boneka Tangan
Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Pada Kelompok TK A di Baby Smile School Sidosermo – Surabaya
(Mahasiswa, Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan,
[email protected])
33

metode observasi sistematis dan metode dokumentasi. Instrumen penelitian ini

menggunakan skala penilaian dan dalam menguji validitas instrumen

menggunakan validitas ahli serta rumus H.J.X Fernandes dalam mengetes

reliabilitas pengamatan. Melalui uji statistik non parametrik dengan

menggunakan rumus Wilcoxon Sign Test, maka dari hasil penelitian dapat

diperoleh Z hitung -3,071 dengan p-value (probabilitas) sebesar 0,002 yang

berarti kurang dari 5%. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan dari penerapan metode bercerita melalui media boneka tangan

terhadap kemampuan berbicara anak pada kelompok TK A di Baby Smile

School Sidosermo-Surabaya

Berdasarkan penelitian diatas, maka persamaan dengan penelitian ini

adalah sama-sama untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak,

sedangkan perbedaannya adalah jika penelitian di atas lebih kepada

peningkatan kemampuan berbahasa anak yang menggunakan penelitian PTK,

sedangkan pada penelitian ini lebih kepada pelaksanaan penerapan metode

bercerita yang menggunakan metode kuantitatif.

B. Kerangka Pikir

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Bercerita

Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak kita

pergunakan di PAUD. Untuk membahas metode bercerita berturut- turut

akan diuraikan tentang pengertian metode bercerita, manfaatnya bagi anak

PAUD, tujuan, dan tema kegiatan pengajaran dengan bercerita.

Selanjutnya akan
34

kita bahas bagaimana melaksanakan kegiatan pengajaran dengan metode

bercerita. Sebagaimana halnya dengan kegiatan pengajaran dengan metode

yang lain, kegiatan itu selalu dimulai dengan merencanakan kegiatan

bercerita, melaksanakannya, dan menilai kegiatan pengajaran dengan

menggunakan metode bercerita tersebut.

1. Kemampuan Berbasaha Anak

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam

pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran

dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak

dengan menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar, atau lukisan.

Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam

sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.

Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi

dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengar cerita yang

bersifat kritis (tentang perjalanan/ petualangan, atau riwayat kehidupan para

pahlawan). Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain.


35

Gambar 2.1

Kerangka berpikir

Metode bercerita

Merupakan salah satu metode


yang banyak kita pergunakan di
PAUD. Untuk membahas metode
bercerita berturut- turut akan
diuraikan tentang pengertian metode
bercerita, manfaatnya bagi anak
PAUD, tujuan, dan tema kegiatan
pengajaran dengan bercerita.

Kegiatan
Pembelajaran

Kemampuan Berbahasa Anak

Dengan dikuasainya keterampilan


membaca dan berkomunikasi dengan
orang lain, anak sudah gemar membaca
atau mendengar cerita yang bersifat kritis
(tentang perjalanan/ petualangan, atau
riwayat kehidupan para pahlawan).
Bahasa adalah sarana berkomunikasi
dengan orang lain.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang akan dibuktikan melalui pengujian adalah :

Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap

kemampuan anak di PAUD Al-Munawar

Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap

kemampuan anak di PAUD Al-Munawar


36

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat penelitian dilaksanakan di PAUD Al-Munawar yang terletak di Desa Cariu
Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian di laksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2023/2024.

Tabel 2.2 Jadwal Penelitian

Februari Maret April Mei Juni Juli


Jenis
No
kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan
1
Judul
Penulisan
2
proposal
Pengumpula
n
3 bahan
dan
penulisan
Melakukan
4
bimbingan
Ujian
5
Proposal
Persiapan
6
Penelitian
Tahap
7 penyusunan
skripsi
Pengumpula
8
n data
Proses
penyelesaian
9 dan
perkiraan
skripsi
37
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PAUD ALMUNAWAR yang terletak di Kp Tinggarjaya Rt
03, RW.04 ·Desa Cariu Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2023/2024, yaitu bulan
Februari 2023 sampai dengan juli 2023.
D. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah guru kelompok B PAUD ALMUNAWAR CARIU
kabupaten Bogor Yang berjumlah 15 peserta didik. Sedangkan objek penelitian ini
adalah keseluruhan proses pembelajaran kolase dengan menggunakan seperti: biji-bijian,
kapas, ampas kelapa dan daun kering di kelompok B PAUD ALMUNAWAR cariu
kabupaten Bogor.
E. Sumber Data
a. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang kemampuan fisik motorik anak usia dini usia 5-6
tahun.
b. Guru
Untuk melihat tingkat implementasi pembelajaran melalui metode kolase sería hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran..
c. Teman sejawat
Untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari siswa maupun guru.
F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Variabel Bebas

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya/timbulnya variabel dependen (terikat)”.41

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu metode bercerita

yang dilakukan sebelum perlakuan yaitu kelas eksperimen sebagai X.

2. Variabel Terikat

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.42 Dalam penelitian ini

variabel terikatnya adalah kemampuan bahasa anak (Y).

Paradigma dalam penelitian eksperimen ini dapat digambarkan


36
sebagai berikut :

X Y

Ket :

X = perlakuan yang diberikan (variabel independen)

Y = observasi (variabel Dependent)

G. Analisis Data Teknik

Desain yang digunakan adalah pretes yaitu desain yang observasinya dilakukan
sebelum eksperimen dan setelah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum diberikan
perlakuan disebut (X) dan

observasi yang dilakukan setelah diberikan perlakuan pretes disebut (Y).

Desain dalam penelitian ini dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut ini :

Tabel 3.2

Desain perlakuan

No Kelompok Variabel Indenpenden Variabel Dependent

1 B 𝑋1 𝑌2

2 15 Metode Bercerita Kemampuan Berbahasa anak

H. Prosedur Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik observasi,tes, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupaka suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara

yang penting adalah proses pengamatan dan ingatan.

Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

langsung ke tempat penelitian menggunakan daftar check list ( √ ) pada


37
kolom yang sesuai ketentuannya yaitu: berkembang sangat baik diberi

skor 4, berkembang sesuai harapa diberi skor 3, mulai berkembang diberi

skor 2, belum berkembang diberi skor 1.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk (1) memperoleh data tentang

profil sekolah PAUD Sahabat, (2) memperoleh data tentang nama-nama

siswa yang akan menjadi sampel penelitian, dan (3) mendapatkan data

tentang nilai tes siswa.

3. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Adapun metode yang digunakan pada uji validitas ini

menggunakan korelasi Corrected Item – Total Correlation dimana alat

ukur dikatakan valid jika “t hitung >t ”. Hasil uji validitas data dapat
tabel

dilhat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Uji Validitas


Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean Variance if Item-Total Alpha if
if Item Item Correlatio Item Deleted
Deleted Deleted n
1 20.03 19.895 .682 .670
2 19.80 20.097 .618 .621
3 19.30 19.555 .143 .121
4 19.60 20.386 .578 .696
5 19.97 19.206 .696 .717
6 19.90 20.507 .139 .116
7 19.10 19.889 .567 .444

No Soal T hitung T tabel Keterangan


1 0,670 0,2015 Valid
2 0,621 0,2015 Valid
3 0,121 0,2015 Tidak valid
4 0,696 0,2015 Valid
5 0,717 0,2015 Valid
6 0,116 0,2015 Tidak valid
7 0,444 0,2015 Valid
38

b. Uji Realibitas

Uji realibitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Realibitas menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama, dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran teknik Cronbach Alpha, dimana alat

ukur dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,05. Hasil uji realibitas

data dapat dilhat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 uji Reabilitas Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.747 5
Tabel 3.5 2
.490
Hasil Uji Realibitas
Cronbac h’s Alpha N of Items ɑ = 0,05 Keterangan
,747 5 0,05 Reliabel
,490 2 0,05 Tidak Realiabel

Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh variabel

memiliki nilai aalpha cronbach yang lebih dari 0,05 maka butir

pernyataan tersebut dinyatakan tersebut dinyatakan reliabel. Artinya

semua butir kuesioner digunakan dalam penelitian karena nilai alpha

cronbach yang lebih dari 0,05.


39

4. Uji Prasyarat

Data yang dikumpulkan adalah data - data yang masih mentah

sehingga perlu diolah dan dianalisis terlebih dahulu. Adapun data yang

dianalisis dalam penelitian kuantitatif melalui perhitungan statistik

dan lebih jelasnya maka penelitian ini dilengkapi dengan paparan

secara kuantitatif yaitu suatu bentuk paparan deskriftif analisis. Dari

awal penelitian hingga akhir penelitian proses analisis data akan

terus berlangsung. Adapun langkah statistik yang digunakan untuk

eksperimen dengan menggunakan pre - tes dan post - tes adalah sebagai

berikut:

a. Mencari rata- rata nilai tes awal

b. Mencari rata-rata nilai tes akhir

Adapun analisis uji prasyarat yang di pakai dalam penelitian ini

meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas, yakni sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk statistik yang akan

digunakan dalam mengolah data. Data yang akan diuji normalitasnya

adalah data nilai post-test kelas B Paud Sahabat Kec. Air Periukan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan uji normalitas untuk

menyelidiki bahwa sampel yang diambil untuk kepentingan penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal:

Dalam mencari realibitas instrumen, penulis menggunakan

rumus Kolmogorov-Smirnov dalam Program Statistical Product for


40

Servicer Solution (SPSS) 15. Jika nilai signifikan lebih tinggi dari 0.05,

maka nilai sampel yang diambil untuk kepentingan penelitian berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu

data yang diambil berasal dari varian yang homogen atau tidak. Dalam

mencari realibitas instrumen, penulis menggunakan rumus

Kolmogorov-Smirnov dalam Program Statistical Product for Servicer

Solution (SPSS) 15. Jika nilai signifikan lebih tinggi dari 0.05, maka

nilai sampel yang diambil untuk kepentingan penelitian tersebut

bersifat homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini penulis menggunakan

rumus Uji T dalam Program Statistical Product for Servicer Solution

(SPSS)

Uji T yang dimaksudkan untuk menguji signifikansi pengaruh

variabel independen X secara keseluruhan terhadap variabel Y. Uji T ini

dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai T yang dihasilkan dari

perhitungan Thitung dengan Ttabel. Hipotesis nol akan diterima atau ditolak

ditentukan sebagai berikut :

a. Apabila Thitung < Ttabel, Ho diterima dimana tidak ada pengaruh variabel

independen dengan variabel dependen.


41

b. Apabila Thitung > Ttabel, Ho ditolak dimana ada pengaruh variabel

independen dengan variabel dependen.


42

siswa yang akan menjadi sampel penelitian, dan (3) mendapatkan data

tentang nilai tes siswa.

5. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Adapun metode yang digunakan pada uji validitas ini

menggunakan korelasi Corrected Item – Total Correlation dimana alat

ukur dikatakan valid jika “t hitung >t ”. Hasil uji validitas data dapat
tabel

dilhat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Uji Validitas


Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean Variance if Item-Total Alpha if
if Item Item Correlatio Item Deleted
Deleted Deleted n
1 20.03 19.895 .682 .670
2 19.80 20.097 .618 .621
3 19.30 19.555 .143 .121
4 19.60 20.386 .578 .696
5 19.97 19.206 .696 .717
6 19.90 20.507 .139 .116
7 19.10 19.889 .567 .444

No Soal T hitung T tabel Keterangan


1 0,670 0,2015 Valid
2 0,621 0,2015 Valid
3 0,121 0,2015 Tidak valid
4 0,696 0,2015 Valid
5 0,717 0,2015 Valid
6 0,116 0,2015 Tidak valid
7 0,444 0,2015 Valid
43

b. Uji Realibitas

Uji realibitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Realibitas menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama, dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran teknik Cronbach Alpha, dimana alat

ukur dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,05. Hasil uji realibitas

data dapat dilhat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 uji Reabilitas Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.747 5
Tabel 3.5 2
.490
Hasil Uji Realibitas
Cronbac h’s Alpha N of Items ɑ = 0,05 Keterangan
,747 5 0,05 Reliabel
,490 2 0,05 Tidak Realiabel

Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh variabel

memiliki nilai aalpha cronbach yang lebih dari 0,05 maka butir

pernyataan tersebut dinyatakan tersebut dinyatakan reliabel. Artinya

semua butir kuesioner digunakan dalam penelitian karena nilai alpha

cronbach yang lebih dari 0,05.


44

6. Uji Prasyarat

Data yang dikumpulkan adalah data - data yang masih mentah

sehingga perlu diolah dan dianalisis terlebih dahulu. Adapun data yang

dianalisis dalam penelitian kuantitatif melalui perhitungan statistik

dan lebih jelasnya maka penelitian ini dilengkapi dengan paparan

secara kuantitatif yaitu suatu bentuk paparan deskriftif analisis. Dari

awal penelitian hingga akhir penelitian proses analisis data akan

terus berlangsung. Adapun langkah statistik yang digunakan untuk

eksperimen dengan menggunakan pre - tes dan post - tes adalah sebagai

berikut:

a. Mencari rata- rata nilai tes awal

b. Mencari rata-rata nilai tes akhir

Adapun analisis uji prasyarat yang di pakai dalam penelitian ini

meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas, yakni sebagai berikut :

4. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk statistik yang akan

digunakan dalam mengolah data. Data yang akan diuji normalitasnya

adalah data nilai post-test kelas B Paud Sahabat Kec. Air Periukan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan uji normalitas untuk

menyelidiki bahwa sampel yang diambil untuk kepentingan penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal:

Dalam mencari realibitas instrumen, penulis menggunakan

rumus Kolmogorov-Smirnov dalam Program Statistical Product for


45

Servicer Solution (SPSS) 15. Jika nilai signifikan lebih tinggi dari 0.05,

maka nilai sampel yang diambil untuk kepentingan penelitian berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

5. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu

data yang diambil berasal dari varian yang homogen atau tidak. Dalam

mencari realibitas instrumen, penulis menggunakan rumus

Kolmogorov-Smirnov dalam Program Statistical Product for Servicer

Solution (SPSS) 15. Jika nilai signifikan lebih tinggi dari 0.05, maka

nilai sampel yang diambil untuk kepentingan penelitian tersebut

bersifat homogen.

6. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini penulis menggunakan

rumus Uji T dalam Program Statistical Product for Servicer Solution

(SPSS) 15.

Uji T yang dimaksudkan untuk menguji signifikansi pengaruh

variabel independen X secara keseluruhan terhadap variabel Y. Uji T ini

dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai T yang dihasilkan dari

perhitungan Thitung dengan Ttabel. Hipotesis nol akan diterima atau ditolak

ditentukan sebagai berikut :

a. Apabila Thitung < Ttabel, Ho diterima dimana tidak ada pengaruh variabel

independen dengan variabel dependen.


46

b. Apabila Thitung > Ttabel, Ho ditolak dimana ada pengaruh variabel

independen dengan variabel dependen.


47

DAFTAR PUSTAKA

Achsani, F. (2020). PENERAPAN DAN KEMAMPUAN TEKNIK CERITA BERANTAI


PADA PEMBELAJARAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI FABEL
[Application and Capability of Chain Relaxed Story Techniques in Learning
Retelling the Fabel Contents].
Nurzannah, N., Sitepu, J. M., & Zailani, Z. (2023). Bercerita dengan Teknik Chain Story
untuk Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 7(1), 949-962.
Hafid, A. (2009). Prosa Fiksi sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), 10(2).
Nurzannah, N., Sitepu, J. M., & Zailani, Z. (2022, December). STORYTELLING
DEVELOPMENT MODEL USING CHAIN STORY TECHNIQUE IN EARLY
CHILDHOOD. In Proceeding International Seminar of Islamic Studies (Vol. 3,
No. 2, pp. 144-154).
Wulandari, E., & Mandasari, Y. P. (2021). WhatsApp Group Sebagai Media Pembelajaran
Bahasa Inggris Daring di Masa Pandemi: Sebuah Kajian Teori. KoPeN:
Konferensi Pendidikan Nasional, 3(1), 175-189.
Soewandi, D. A. S. (2016). Penciptaan Model Pembelajaran Bisnis Melalui Game
“Chochorillo: The Lost Receipes”. Journal of Animation and Games Studies, 2(1),
93-136.
Suhartawan, B. (2013). USING CHAIN STORY TO IMPROVE JUNIOR HIGH
SCHOOL STUDENTS'ABILITY IN WRITING NARRATIVE TEXTS. Jurnal
Sastra dan Budaya Dinamika, 1(2), 85-96.
Damayanti, M. I. Penerapan Strategi Cerita Berantai Bermedia Gambar Berseri dalam
Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Kelas V Sekolah Dasar.
Cahyawati, E., Agustiani, T., & Agustiani, T. (2021). METODE CERITA BERANTAI
TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA FANTASI
SISWA. JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA, 6(2),
112-116.
Nufus, K. H., Aeni, A. N., & Sunarya, D. T. (2017). Penerapan Metode Toples Berbantuan
Permainan Cerita Berantai Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan.
Jurnal Pena Ilmiah, 2(1), 1621-1630.
Syahri, M. (2023). Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Hasil Belajar Materi
48

Menyampaikan Informasi dengan Metode Cerita Berantai Siswa Kelas 6 SDN 2


Sumberanyar Kecamatan Jatibanteng, Situbondo. Jurnal Simki Pedagogia, 6(1),
149-160.
ARSANTI, L. (2018). THE EFFECTIVENESS OF USING CHAIN STORY TECHNIQUE
THROUGH INSTAGRAM TO DEVELOP STUDENTS’WRITING ABILITY IN
LEARNING NARRATIVE TEXT AT SMA MUHAMMADIYAH 1
SURABAYA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Hamidah, S. C., & Cholisatul, S. (2009). MODEL INTERAKSI EDUKATIF UNTUK
MENCIPTAKAN KREATIVITAS BERBAHASA INDONESIA SISWA TAMAN
KANAK-KANAK DI KOTA MALANG. Bahasa dan Seni, 32(2).
Dewi, N. S. N. (2019). WORKSHOP PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
BAHASA INGGRIS BAGI INSTRUKTUR LEMBAGA KURSUS NON
FORMAL. Sarwahita, 16(01), 45-55.
Febriatmoko, A. (2018). MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA
MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI DI KELAS IV SD NEGERI RINGIN
REJO 03 KECAMATAN WATES KABUPATEN BLITAR (Doctoral dissertation,
University of Muhammadiyah Malang).
Maarif, S. (2017). Efektifitas Lattice Method Dalam Pembelajaran Matematika.
JOURNAL PROCEEDING, 3(1).
Lembang, Y. C. D., Ardiyani, D. K., & Muyassaroh, L. U. (2021). Efektivitas model
pembelajaran Information Gap Activity Normalism (IG-AN) terhadap
keterampilan berbicara peserta didik kelas X SMA. JoLLA: Journal of Language,
Literature, and Arts, 1(3), 356-368.

Anda mungkin juga menyukai