Mioma Uteri
Mioma Uteri
Mioma Uteri
MIOMA UTERI
1. Pendarahan Abnormal
2. Nyeri
3. Terasa Benjolan mengeras pada perut
2 Asesmen Keperawatan
4. Lemah
5.Susah BAK/Konstipasi
6. Pengkajian bio,psiko,sosial,spritual dan budaya
1. Nyeri Akut
2. Resiko Tinggi Syok Hipovolemik
3 Diagnosis Keperawatan
3. Gangguan Eliminasi Urine
4. Kecemasan
(L.08066 )Tingkat Nyeri
Ekspektasi: menurun
Kriteria hasil:
1. Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
2. Keluhan nyeri menurun
Kriteria Evaluasi
4 3. Kesulitan tidur menurun
(Outcome/luran)
4. Menarik diri menurun
5. Berfokus pada diri sendiri menurun
6. Ketegangan otot menurun
7. Pola tidur membaik
8. Sifat proteksi menurun
5 Intervensi Keperawatan Dukungan Nyeri Akut: Manajemen Nyeri
A. Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
B. Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Berikan teknik nonfarmakologis yaitu teknik relaksasi
nafas dalam
3. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
C. Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis teknik relaksasi
untuk mengurangi rasa nyeri
D. Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgeti
Menghindari faktor resiko yang dapat dimodifikasi,
misalnya dengan berolahraga, mengurangi konsumsi
daging merah, mengkonsumsi cukup buah dan sayur
serta vitamin A dan D
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering
6 Informasi dan Edukasi ditemui. Massa ini tidak bersifat kanker dan sangat
jarang berubah menjadi kanker
Memberitahukan berbagai pendekatan diagnosis dan
tata laksana penyakit
Memberitahukan tanda dan bahaya, khusunya tanda-
tanda keganasan
Melakukan evaluasi membandingkan data yang ada di
kriteria hasil dengan data dievaluasi (subyektif, obyektif,
assesment/analisa, planning).
1. nyeri berhubungan dengan penekanan pada uteri
7 Evaluasi
2. kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
informasi tentang penyakit
3. resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan
mual/muntah
8 Dischanger Planning 1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda,
gejala dan pengobatan.
2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik
waktu minum obat, jumlah obat, efeksamping yang
mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.
3. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
4. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan
aktivitas seksual
5. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi
protein, buah-buahan, sayur dan biji-bijianyang dapat
membantu penyembuhan luka operasi jika dilakukan
histerektomi.
6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga
kebersihan dan kekeringan luka pada luka
posthisterektomi.
7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka,
yang meliputi kemerahan pada luka, panasdi area luka,
bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.
8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut
memberi dukungan kepada pasien
9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan
bila terjadi hal-hal yang tidak wajar,seperti perdarahan
per vagina yang banyak, nyeri yang tidak tertahan dan
keluhan seperti sebelumpengobatan, segera periksa ke
rumah sakit.
10. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak
melakukan aktivitas-aktivitas berat, sepertimengangkat
beban berat, naik turun tangga,dll.
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot
polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada
traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri
jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak
karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan
prematur dan malpresentasi.
B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
1) Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-
50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum mendapatkan haid).
3) Riwayat keluarga Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4) Makanan Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
6) Paritas Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (dua) kali Faktor
terbentuknya tomor:
a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat selsel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan
dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika
seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus
mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara
internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO,
10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal.
b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan
pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak
juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya. Kuman yang
hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya aflatoksin pada kacang-
kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang
virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi
yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih
berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat
korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
1) Estrogen Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim
hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estrogen
(estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga
mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
C. Patofisiologi/WOC
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun
membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat
satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila
terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas tegas
dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor
mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran
berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor
tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk
menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus
nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause
tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi.
D. Klasifikasi
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma tumbuh.
1) Lapisan Uterus Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah
(miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan terbentuk
sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi
padat. Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan
miksi.
b. Mioma Uteri Subserosa Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang
paling luar yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai
atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma
subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau
omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering parasitis
fibroid.
c. Mioma Uteri Submukosa Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan
lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran
seviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi,
terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah
jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga
rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan.
E. Manifestasi Klinis
Umumnya, mioma tidak menimbulkan gejala yang disadari pengidapnya. Beberapa gejala
umum yang dapat dirasakan, antara lain:
F. Komplikasi
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-
0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau terputarnya tumor
24. Hal itu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat
disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan
hematokrit menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.
2. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin Sering membantu dalam evaluasi suatu
pembesaran uterus yang simetrik menyerupai kehamilan atau terdapat bersamaan dengan
kehamilan.
4. Pielogram intravena :
a. Pap smear serviks Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum
histerektomi.
b. Histerosal pingogram Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari
untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi.
1) Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun atau meningkat,
Eritrosit turun.
3) Vaginal toucher (VT) : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi
6) ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya
dan tidak ingin dilakukan histerektomi, maka ada beberapa pilihan tindakan untuk melakukan
miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma, tindakan miomektomi dapat
dilakukan dengan laparatomi, histerektomi maupun laparoskopi.
Histerektomi tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu dengan pendekatan abdominal (laparatomi), vaginal dan beberapa kasus secara
laparaskopi. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila
didapati keluhan menorrghagia, metrorrghagia, keluhan obstruksi, pada traktus uranius dan
ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12 – 14 minggu.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
1) Keluhan Utama Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang
disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma
saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada
rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas
nyeri.
5) Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri
yang perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada
masa menopause.
c. Faktor Psikososial
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau
tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang
lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri
yang harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang
terjadi.
e. Pola eliminasi Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya,
jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat
siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut,
lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar
getah bening/tidak.
h) Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol, Palpasi:
terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi: timpani, pekak Auskultasi:
bagaimana bising usus
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder akibat tumor
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada
organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status
kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi atau tindakan invasif
1. Kaji derajat ketidaknyamanan melalui isyarat verbal dan non verbal.
2. Catat karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri.
3. Kaji tanda-tanda vital
4.Ajarkan teknik non farmakologi
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik
b. Resiko gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan pemasokan peroral
1. Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit
2.Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur keluaran urin dengan akurat
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Fokus pada intervensi keperawatan antara lain :
mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan
sistem tubuh, menetapkan 50 hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pada
dokter
6. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada perencanaan.
J. Daftar Pustaka
Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi
Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Inonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Inonesia