Makalah Ruland Dan Moore

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KONSEP TEORI KEPERAWATAN


CORNELIA M.RULAND DAN SHIRLEY M.MOORE
Disusun untuk Memenuhi Tugas Falsafah dan Teori Keperawatan

Dosen Pengampu : Erfan Rofiqi,S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Arla Shavia Ailani ( 20231660021 )


2. Claryssa Rivalda Putri ( 20231660046 )
3. Dianita Fazrina ( 20231660020 )
4. Dika Faza Maharani ( 20231660038 )
5. M Adam Yulloh ( 20231660011 )
6. Valencia Bilqis Mawilos (20231660047)
7. Waode Finza Khairunnisa (20231660031)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah menganugerahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah Konsep Teori Keperawatan ini dengan
baik. Laporan makalah ini berisi tentang uraian yang menjelaskan secara lebih detail mengenai
“Konsep Teori Keperawatan Cornelia M.Ruland dan Shirley M.Moore.”
Laporan ini dapatkami susun karena dengan adanya bantuan dan dukungan berbagai pihak di
antaranya; Bapak Erfan Rofiqi,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Falsafah
dan Teori Keperawatan.Oleh karena itu, kami ucapkan terimakasih karena telah meluangkan
waktu dan tenaga dalam membimbing kami untuk membantu menyelesaikan laporan makalah ini
dengan baik.

Dalam penyusunan laporan ini, kami selaku penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia
umumnya.

Surabaya, 19 Oktokber 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teori Peaceful End Of Life dikembangkan dengan tujuan pasien dapat
hidup tenang sebelum kehidupan berakhir. Standar dari kekhawatiran
dikembangkan oleh satu group berpengalaman dari perawat yang berasal dari
Norwegia. Perawat tersebut berada pada satu unit gastroenterological dimana
setengah dari pasien didiagnose dengan cancer dan dihadapkan pada pasien
terminal dalam setiap harinya (Ruland dan Moore 1998). Dengan pasien
terminal dokter tidak memfokuskan pada mereka, sehingga perawat harus
memiliki pengetahuan untuk merawat pasien dalam kondisi terminal dan
management gejalanya. Menurut salah satu ahli teori keperawatan Shirley M.
Moore, teori Peaceful End Of Life, menyatakan bahwa perawat integral akhir
dari ketenangan hidup meliputi, kebebasan dari sakit, dukungan emosional,
kedekatan dan keikutsertaan pada kenyataan lain yang berpengaruh, dan
perlakuan dengan empati dan hormat (Alligood, 2014).
Berdasarkan situasi diatas menunjukkan bahwa seorang perawat perlu
untuk mengetahui secara kompleks perawatan pasien yang mengalami
penyakit terminal dan bagaimana perawat dapat berkontribusi dalam
memberikan ketenangan akhir dari hidup pasien. Kondisi ini dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien dan memberikan bimbingan klinis
dalam perawatan dan memberikan mereka pelayanan yang berkualitas.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa penerapan yang dilakukan oleh
perawat tersebut merupakan hasil pengembangan dari teori Peaceful End Of
life (Ruland dan Moore 1998).
Teori ini tidak hanya berfokus pada kematian dari pasien, melainkan
ketenangan dan arti dari kehidupan selama akhir dari hidup yang bisa diingat
oleh pasien, kenyataan lain dan anggota keluarga. Teori dikembangkan dari
satu standar kekhawatiran yang diciptakan oleh pakar keperawatan untuk

1
Alligood, M.R. (2014). Nursing theorists and their work eighth edition. USA:
Mosby Elseiver.701-709
mengatur pasien dengan penyakit terminal (Ruland dan Moore 1998). Suatu
hal yang sangat menarik tentunya, ketika seorang perawat mampu
menterjemahkan bagaimana mengembangkan teori ini menjadi lebih mudah
untuk dapat diterapkan pada pasien. Untuk itu Penulis sangat tertarik
mengangkat teori ini agar dapat difahami bersama bagaimana teori peaceful
end of life ini bisa diterapkan dalam asuhan keperawatan khususnya pada
pasien terminal.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisa Middle Range Theory salah satunya teori yang dibahas
adalah Peaceful End Of Life

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui salah satu bagian Middle Range Theory yang salah
satunya teorinya adalah Peaceful End of Life
b. Membandingkan perbedaan dan persamaan antara teori tersebut
berfokus pada asumsi teoritis terhadap konsep-konsep sentral disiplin
ilmu keperawatan dan pernyataan/hubungan antar konsep sesuai masa
dan orientasi teoritis.
c. Menganalisa teori menggunakan proses keperawatan sebagai
pendekatan aplikatif dalam asuhan keperawatan.
BAB 2

LANDASAN TEORI

1. Riwayat Hidup Ahli Teori Peaceful End of life (EOL)


a. Cornelia M. Ruland

Cornelia M. Ruland lahir di Norwegia tahun 1954. Lulus sarjana


keperawatan (B.Sn ) pada tahun 1974 dari Universitas Bergen, Norwegia.
Pada tahun 1979, Ruland mengambil Registered Nurse (RN) selanjutnya
bekerja menjadi perawat klinik spesialis anak di tahun 1983. Tahun 1994
ia mengambil Master dan tahun 1998 mendapatkan gelar doktornya dari
Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio.
Karir keperawatannya dimulai sejak tahun 1979 sampai tahun 1980
dengan menjadi staf keperawatan di unit anak di Rumah Sakit Bergen,
Norwegia. Dilanjutkan dengan menjadi staf perawat di unit anak dan
onkologi di Oslo tahun 1980-1983. Tahun 1983-1988, Ruland menjadi
perawat klinik spesialis anak di Oslo, dilanjutkan dengan menjadi kepala
unit anak tahun 1988-1990. Tahun 1990-1994, ia menjabat sebagai
direktur keperawatan di Rumah Sakit Aker University. Pada tahun 1994-
1997, Ruland mendapat beasiswa untuk mengambil doctor di USA
dilanjutkan dengan menjadi asisten professor post doctoral di Oslo tahun
1998-1999. Tahun 2000-2001 ia menjadi asisten professor di Hanover dan
tahun 2001-2002 menjadi asisten professor di New York. Tahun 2006
mendapat gelar professor di department of clinical medicine, University of
Oslo.

Ruland memulai karir penelitian mulai tahun 1994 sebagai asisten


peneliti.Lalu menjabat sebagai direktur proyek riset bersama Shirley
Moore tahun 1995 sampai 1997. Saat ini (Juni 2002 – sekarang) Ruland
menjabat sebagai Direktur Center for shared Decision Making and Nursing
Research di RS Universitas Rikshospitalet Oslo Norwegia dan menjadi
asisten professor di Dartmouth Medical School, Hanover, New Hampshire
juga di Nursing College Universitas Iowa, Amerika Serikat.
Aktifitas professional dan akademik umum Cornelia M. Ruland meliputi:
1) Sebagai manuscript reviewer dari: JAMIA ( Journal of the American
Medical Informatics Association), AMIA ( American Medical
Informatics Association), Society for medical Decision Making,
Medical Care, Patient education and counseling, Computer in nursing,
Health services research, Expert review of pharmaco-economics and
outcomes research, Vardi Norden, dan Nursing informatics di tahun
2003.
2) Menerima hibah penelitian nasional dan internasional: pada presentasi
doctoral dari Konsil riset Norwegia tahun 1994-1997
3) Memperoleh penghargaan professional: dari AMIA, Sigma Theta Tau,
Paper nursing Informatics. Aktif di riset dan kongres internasional.
4) Melakukan publikasi: tesis, paper di jurnal, konferensi dan
menerbitkan buku tentang nursing informatics.
5) Menjadi pembicara di tingkat nasional dan internasional
6) Menjadi peneliti utama pada sejumlah penelitian
7) Mengajar
2
Ruland mengembangkan program riset untuk menerapkan
pengambilan keputusan dan hubungan pasien-pemberi pelayanan di
institusi kesehatan serta mengembangkan, melaksanakan dan
mengevaluasi system informasi untuk mendukung program tersebut.
Penelitiannya berfokus pada aspek-aspek instrument/alat pengambilan
keputusan bersama dalam situasi klinik yang menantang, seperti:
1) Saat pasien dihadapkan dengan tindakan yang sulit atau keputusan
skrining. Situasi ini membuat pasien sangat membutuhkan bantuan
untuk mengerti keuntungan dan kerugian alternative pilihan dan
memperoleh nilai-nilai serta pilihan/preferensi mereka
2) Pilihan/preferensi disesuaikan dengan manajemen penyakit kronis
atau penyakit serius yang lama.
b. Shirley M. Moore

Shirley M. Moore lahir pada tahun 1948. Lulus diploma keperawatan


tahun 1969 di Youngtown Hospital Association School of nursing. Tahun
1974 mengambil Bachelor of Nursing di Kent State University, kemudian
mengambil gelar Master di bidang mental psikiatri (1990) dan Doktornya
di bidang Nursing Science pada tahun 1993 di Case Western Reverse
University.

2
Alligood, M.R. (2014). USA: Mosby Elseiver.701-709
Moore tertarik di bidang epistemology dan teori-teori keperawatan,
model-model asuhan tim interdisiplin serta peningkatan kualitas
berkesinambungan (Continuous Quality Improvement). Ia menjadi peneliti
utama di beberapa riset dan melakukan riset dibidang:
1) Recovery following cardiac events
2) Health behavior change
3) Exercise following cardiac events
4) Obesity
5) Quality and safety
Proyek pelatihan yang dilakukan Moore adalah menjadi sponsor
mentor dan menjadi anggota dari komite kepemimpinan.Publikasi yang
telah dilakukan mencakup tesis, jurnal dan paper. Saat ini Moore
menjabat sebagai wakil dekan untuk penelitian di School of nursing, Case
Western Reserve University. Fokus pemikirannya adalah penerapan teori
keperawatan dan sains keperawatan di semua level mahasiswa
keperawatan dan pusat perhatiannya pada program pengembangan riset
dan teori pada kondisi pemulihan setelah cardio.
Di awal studi doktoralnya, Moore bersama beberapa ahli teori
seperti Joyce J. Fitzpatrick, Jean Johnson dan Elizabeth Lenz tidak hanya
menggunakan teori tetapi juga mengembangkannya. Selama beberapa
tahun, Moore diberi kesempatan untuk menjelaskan teori yang digunakan
pada tools praktik untuk para praktisi, peneliti dan dosen pada konferensi
yang selalu diadakan setiap tahun di Universitas Case Western Reserve.
Dalam hal ini Moore telah dibantu untuk mengembangkan dan
mempublikasikan beberapa teori (Good and Moore, 1996) dan telah
menerapkan bentuk teori menjadi sebuah keterampilan yang penting bagi
mahasiswa doktoral.
2. Sumber Teori
Peaceful End of life dikembangkan dari beberapa kerangka teori, secara
primer berdasarkan model klasik Donabedian baik struktur, proses dan
outcomes (Ruland dan Moore, 1998) yang sebagiannya berkembang dari teori
system umum grand teori. Pengaruh teori sistem umum dapat menembus
semua teori keperawatan, dari model konsep hingga teori middle dan
microrange, sebagai indikator kegunaanya dalam menjelaskan kompleksitas
interaksi antara kesehatan dan organisasi (Higgins dalam buku Tomey dan
Alligood, 2002). Dalam teori EOL, setting struktur adalah sistem keluarga
(pasien penyakit terminal dan orang-orang terdekat) yang menerima asuhan
dari tenaga professional di unit akut rumah sakit, dan prosesnya dijelaskan
sebagai tindakan-tindakan (intervensi keperawatan) yang didesain untuk
meningkatkan hasil positif terkait dengan:
1) Bebas dari rasa nyeri
2) Mengalami rasa nyaman
3) Mengalami perhargaan dan bermartabat
4) Menjadi lebih tenang
5) Mengalami kedekatan dengan orang-orang terdekat dan pemberi
asuhan.
Landasan teoritis kedua dari teori ini adalah teori preferensi atau pilihan
( Brandt, 1979), digunakan oleh para ahli filosofi untuk menjelaskan dan
mendefinisikan kualitas kehidupan (Sandoe, 1999). Ini merupakan suatu
konsep yang sangat penting dalam riset dan praktik EOL. Di dalam teori
preferensi, definisi kehidupan yang baik adalah mendapatkan apa yang
diinginkan, pendekatan ini terlihat sangat tepat pada asuhan EOL. Hal ini
dapat diaplikasikan untuk orang sadar maupun orang yang tak berdaya yang
sudah ada dokumentasinya untuk pengabilan keputusan EOL. Kualitas
kehidupan dapat dievaluasi sebagai manifestasi kepuasan melalui penilaian
empiris seperti berkurangnya gejala dan kepuasan dalam hubungan
interpersonal. Pilihan pasien menggabungkan keputusan asuhan dianggap
baik dan sesuai dengan teori ini (Ruland & Bakken, 2001; Ruland, Kresevic
& Lorensen, 1997) dan penting untuk kesuksesan proses dan hasil (Ruland &
Moore, 2001).
Teori EOL diturunkan dalam berbagai cara pragmatis. Hal ini terjadi
saat Ruland mengambil doktoral dan Moore sebagai orang fakultas. Teori-
3
teori middle range saat ini baru muncul dan ada beberapa definisi dan contoh
yang baik. Kelas ditantang untuk memikirkan kegunaan dan pengembangan
teori mid range dalam ilmu keperawatan dan praktiknya di masa depan.
Selanjutnya mahasiswa berdiskusi tentang sumber-sumber ilmu teori mid
range tersebut diperoleh seperti ilmu empiris, ilmu praktik klinik dan ilmu
sintesa. Setiap mahasiswa bertanya darimana teori-teori middle range itu
berasal. Ruland saat itu baru saja menyelesaikan proyek utamanya yaitu
mengembangkan standar praktik klinik untuk peaceful EOL dengan
sekelompok perawat kanker di Norwegia. Standar tersebut disintesa ke dalam
teori peaceful EOL oleh Ruland dan selanjutnya diperhalus dengan bantuan
Moore. Teori ini menjadi contoh awal penggunaan standar praktik sebagai
sumber pengembangan teori middle range.
3. Penggunaan bukti empiris
Teori ini berdasarkan bukti empiris yang berasal dari pengalaman
langsung perawat-perawat ahli dan tinjauan menyeluruh dari literature
beberapa komponen teori berasal. Kelompok praktisi ahli yang
mengembangkan standar asuhan peaceful EOL ini mempunyai pengalaman
klinik sekurang-kurangnya 5 tahun dalam merawat pasien penyakit terminal.
Standar asuhan terdiri dari praktik-praktik terbaik berdasarkan bukti
penelitian dalam area manajemen nyeri, rasa nyaman, nutrisi dan relaksasi. Di
dalam teori preferensi terdapat usulan pernyataan yang berhubungan dengan
bukti empiris yang dibutuhkan dan dari pernyataan ini hipotesis dapat
diturunkan dengan mudah untuk dites kegunaannya.
4. Konsep Utama dan Kegunaannya
a) Tidak mengalami nyeri
Bebas dari penderitaaan ataupun distress adalah bagian utama dari
banyaknya pengalaman EOL pasien. Nyeri dianggap sebagai pegalaman
sensoris atau emosi yang tidak menyenangkan dikaitkan dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial (Lenz, Suppe, Gift, Pugh & Milligan,
1995; Pain term, 1979)
b) Mengalami rasa nyaman

3
Munn, JC, Dobbs, D, et.al. (2008). The end of life experience in long term care:
Rasa nyaman didefinisikan secara inklusif, menggunakan Kolcaba dan
Kolcaba’s work (1991) sebagai bebas dari rasa tidak nyaman, kondisi
sentosa dan damai/puas dan apapun yang membuat hidup lebih mudah dan
menyenangkan (Ruland & Moore, 1998, p.172)
c) Merasa bermartabat dan dihargai
Setiap pasien penyakit terminal dihargai dan dinilai sebagai seorang
manusia (Ruland & Moore, 1998. P.172). Konsep ini menyatukan
pendapat tentang nilai pribadi, yang diekspresikan oleh prinsip etik
(otonomi) atau menghargai orang lain yang menyatakan bahwa indivisu
seharusnya diperlakukan sebagai agen otonomi dan orang-orang yang
otonominya berkurang mempunyai hak atas perlindungan (United State,
1978). Munn, et al 2008 mengatakan dalam penelitiannya bahwa merasa
dihargai (contoh: perhatian perawat terhadap inkontinen) merupakan hal
yang penting dalam EOL.
d) Menjadi damai
Damai adalah perasaan tenang, harmonis dan puas, bebas dari kecemasan,
kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan (Ruland & Moore, 1998,
p.172).keadaan penuh damai meliputi dimensi fisik, psikologis dan
spiritual.
e) Kedekatan dengan orang-orang terdekat
Kedekatan adaah perasaan terhubung dengan manusia-manusia yang
peduli (Ruland & Moore, 1998, p.172). hal ini meliputi kedekatan fisik
atau emosi yang diekspresikan melalui kehangatan dan hubungan yang
dekat/intim. Munn etal, 2008 dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada
peran yang signifikan dalam hubungan kedekatan perawat-pasien saat
memberikan asuhan EOL.
5. Asumsi Mayor EOL (Keperawatan, individu, Kesehatan, dan
lingkungan)
Seperti halnya teori Middle-range lainnya focus teori EOL ini yaitu akhir
kehidupan klien dengan penuh damai (peaceful end of life) tidak begitu
membahas masing-masing konsep metaparadigma. Teori ini berasal dari
standart perawatan yang ditulis oleh perawat ahli yang berpengalaman di
praktek. Oleh karena itu, konsep paradigm yang secara eksplisit ditujukan
kepada keperawatan dan individu. Teori ini berfokus kepada fenomena
keperawatan yang komplek, perawatan secara holistic untuk mendukung
individu dalam menghadapi kematian secara damai.
Ada dua asumsi Roland and Moore (1998) identifikasi teori sebagai berikut:
a. Pengalaman kejadian dan perasaan pada masa akhir hidup merupakan
bersifat pribadi dan individual.
b. Asuhan Keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menciptakan pengalaman untuk menghadapi kematian dengan damai
(peaceful end of life). Perawat melakukan pengkajian dan
menginterpretasikan isyarat yang mereflesikan pengalaman seseorang
dalam menghadapi kematian dan mengintervensi dengan tepat untuk
memperoleh atau mempertahankan pengalaman yang damai. Bahkan
sekalipun pasien yang akan menghadapi kematian dengan keadaan tidak
dapat komunikasi verbal.
Ada dua tambahan asumsi yang tersirat, yaitu:
a. Keluarga, sebuah istilah yang mencangkup orang lain yang berate
bagi pasien merupakan bagian penting dalam perawatan klien dengan
keadaan menjelang kematian.
b. Tujuan pelayanan end of life adalah bukan mengoptimalkan pelayanan
dengan cara teknologi terbaik melainkan untuk memaksimalkan
pelayanan demi mencapai kualitas hidup dan kematian yang penuh
kedamaian.
Ruland and Moore (1998) mengidentifikasi enam pernyataan hubungan
eksplisit dalam teori mereka yaitu :

1. Memantau dan memberikan obat penghilang nyeri dan intervensi


farmakoterapi – nonfarmakoterapi untuk memberikan pengalaman
hidup tanpa nyeri
2. 4
Mencegah, memantau dan memberi kenyamanan fisik, membantu
istirahat, relaksasi dan mencegah komplikasi yang berkontribusi pada
pengalaman merasa nyaman
3. Mengikutsertakan pasien dan orang terdekat dalam proses
pengambilan keputusan terkait pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, memberlakukan pasien dengan martabat, empati dan
hormat, dan bersikap atentif terhadap kebutuhan pasien, harapan untuk
membuat pasien merasa bermartabat dan dihormati
4. Mendukung emosi, memantau dan memenuhi kebutuhan pasien akan
obat-obatan anti cemas, memenuhi keinginan percaya untuk membuat
pasien merasa damai
5. Memfasilitasi partisipasi orang-orang terdekat dalam pelayanan
keperawatan pasien, menerima rasa berduka keluarga, kekhawatiran,
pertanyaan-pertanyaan dan memberi kesempatan pada keluarga untuk
mengalami kedekatan pada orang yang dirawat
6. Kesemua lima point diatas dapat berkontribusi terhadap akhir
kehidupan yang penuh kedamaian

6. Pengembangan Teori EOL


Peaceful end of life atau akhir kehidupan yang penuh kedamaian
merupakan teori yang terutama berdasarkan model klasik Donabedian,
mengikuti struktur, proses hingga tujuannya yang dikembangkan dari grand
theory. Menurut Donabedian tahun 1970, konsep kualitas dengan proses
evaluasi mendefinisikan mutu asuhan sebagai suatu keselarasan antara
perawatan aktual dan kriteria yang telah dibentuknya. Tiga jenis pendekatan
yang mutu asuhan yang berkaitan dengan struktur, proses dan hasil akhir
(Marr and Giebing, 2001).

4
Ruland, C. M., & Moore, S. M. (1998). Theory construction based on standards of
care: A proposed theory of the peaceful end of life. Nursing Outlook. Vol 46 (4). 169-
17
Pada teori ini setting strukturnya adalah sistem keluarga yang menjadi
resipien pelayanan keperawatan dari para professional pada unit rawat di
rumah sakit untuk mendapatkan hal-hal yang positif yaitu bebas dari rasa
nyeri, merasa nyaman, tetap merasa bermartabat dan dihormati, merasa
damai, merasakan kedekatan dengan orang-orang terdekat.
Proses yang dimaksud adalah proses asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Sedangkan hasil akhir yang diinginkan dalam
teori ini adalah pasien meninggal dengan damai dan tenang.
Dalam teori ini konsep yang digunakan untuk menjelaskan end of life
adalah teori kualitas hidup, yang dimanifestasikan dengan kepuasan melalui
pengkajian empiris misalnya gejala penyakit yang dirasakan menjadi
berkurang, kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar
pembuatan teoria dalah teori pemilihan hal yang disukai (Brandt, 1979) yang
digunakan oleh para teoris untuk mendefinisikan kualitas kehidupan (Sandoe,
1999). Teori ini menjelaskan hidup yang berkualitas sebagai keadaan dimana
seseorang mendapatkan apa yang diinginkan, sebuah pendekatan yang dirasa
tepat untuk memberikan perawatan pada seseorang yang ingin menghadapi
kematian dengan tenang dan damai.
Berikut digambarkan dalam circle diagram: peaceful journey end of
life process Reinette Powars Murray, M.S.N, R.N

a. Diangnosis : Pasien menerima kenyataan bahwa prognosis penyakit


yang di derita merupakan penyakit yang terminal atau EOL.
b. Comfort : Pasien memiliki hak untuk berada dalam keadaan nyaman
setiap saat meliputi fisik, lingkungan dan atau intervensi psikospiritual.
c. Advance care directive / embracing your choice : Setelah di diagnosis
pasien harus memiliki instruksi lanjutan, hal ini memungkinkan pasien
menunjuk seseorang untuk berbicara mewakili mereka dalam hal
keinginan kesehatan mereka, sekalipun pasien tersebut tidak dapat
berbicara. Keputusan pasien tersebut yang oleh hukum harus dihormati
bagi kalangan dokter.
d. Palliative / hospice care : perawatan total care yang aktif kepada
pasien yang penyakitnya tidak responsif terhadap pengobatan kuratif.
yang terpenting dalam penanganan adalah pengendalian rasa sakit dan
symtomatis serta mengatasi masalah psikologis, sosial dan spiritual.
pencapaian tujuan dalam perawatan adalah kualitas hidup terbaik bagi
pasien dan keluarga (WHO, 1990).
e. Sprituality : secara terbuka di definisikan sebagai pencarian individu
akan makna utama kehidupan sesuai dengan keyakinan atau pengalaman
sendiri. Penyedia layanan kesehatan lebih baik dapat memberikan bantuan
kepada pasien maupun keluarga yang mengalami masalah dalam
spitualitas.
f. Caring Quilt / Caring cart : bergagai alat perawatan bisa membantu
pasien terminal memberikan suasana nyaman dan menghibur pasien serta
menjadi kenangan bagi yang terkasih pasien. Seperti music, film dan
kamera.
g. No one dies alone : kehadiran pendampin yang terkasih sangat penting
untuk memberikan keyakinan kepada pasien bahwa tidak akan meninggal
disaat sendirian.
5

7. Kerangka Teori Peaceful End of Life

Peaceful End Of
Life

Tidak berada Mengalami rasa Merasa dihargai dan Merasa damai Dekat dengan orang
dalam nyaman Bermartabat yang bermakna
Nyeri / sakit

Memonitor dan Mencegah, memonitor Melibatkan pasien dan Memberikan dukungan Memfasilitasi
mengelola untuk dan menurunkan orang bermakna dalam emosional keikutsertaan orang yang
menghilangkan rasa ketidaknyaman fisik pengambilan keputusan bermakna dalam
nyeri perawatan pasien

Intervensi Memfasilitasi Merawat pasien dengan Memonitor dan Menghadirkan rasa


farmakologis dan kebutuhan istirahat, tulus, empati, dan memenuhi kebutuhan berduka, khawatir dan
non farmakologis relaksasi dan menghormati dengan pengobatan ingin tahu orang yang
kesenangan anti cemas bermakna

Pencegahan Perhatian pada Menumbuhkan Memfasilitasi kedekatan


komplikasi kebutuhan, harapan dan kepercayaan dengan keluarga
kesukaan

Menyediakan orang
bermakna bagi pasien

Menyediakan
bimbingan rohani
tokoh agama, jika
pasien menginginkan

5
Reinette Powars Murray,. circle diagram: peaceful journey end of life process(online). http://www.endoflifejourney.com/circle.htm
8. Penerimaan Teori Oleh Komunitas dan Pengembangan Lebih lanjut

A. Penerimaan dalam Lingkup Praktek


Sebagian kecil tapi semakin banyak kutipan artikel mengenai teori Peacefull end
of life atau akhir hidup damai. termasuk di sekolah universitas Clayton dari link
halaman teori keperawatan dengan link ke American Journal of critical care, perawatan
akhir kehidupan (Kirchhoff, Spuhler, Walker, Hutton, Cole, & Clemmer,2000). Liehr dan
Smith (1999) mengacu pada perkembangan teori tentang standar praktek sebagai dasar
untuk mengembangkan teori, Kehl (2006) mengutip dalam analisis konsepnya “kematian
yang baik” dan Baggs & Schmitt (2000) membahas potensi kegunaan teori sebagai sarana
untuk meningkatkan pengambilan keputusan EOL atau akhir hidup pada orang dewasa
yang sakit kritis. Kirchoff (2002) melanjutkan pembahasan dalam menciptakan
lingkungan perawatan di Ruang Perawatan Intensif yang mempromosikan kematian yang
damai dengan sintesis informasi dari tiga sumber (teori akhir hidup damai, Ruland &
Moore,1998), institut kedokteran tentang definisi kematian damai (Field & Cassell,1997),
dan ajaran dari the american association colleges of nursing's mengenai Kematian damai:
kompetensi yang direkomendasikan dan pedoman kurikuler untuk asuhan
keperawatan akhir hidup,1997).

B. Penerimaan dalam Lingkup Pendidikan


Peaceful end of life atau akhir hidup damai telah diintegrasikan ke dalam
kursus keperawatan untuk generasi dengan fokus pada perawatan pasien dan perawatan
keluarga pada saat itu. Baru-baru ini, konten yang telah menjadi lebih standar dalam
bentuk teori, kompetensi, dan panduan kurikuler. Ruland dan Moore (1998) adalah
contoh awal dari sebuah teori akhir hidup sebagai bentuk perhatian terhadap rumah sakit
dan perawatan paliatif yang telah dikembangkan. Ruland dan Moore (1998) dikutip
oleh Kirchoff dan rekan (2000) ketika akhir
kehidupan adalah topik fitur dari sebuah Continuing Education atau Pendidikan
Berkelanjutan yang ditawarkan untuk perawat perawatan kritis di jurnal online mereka.

C. Penerimaan dalam Lingkup Penelitian


Penelitian deskriptif dengan menggunakan teori akhir
hidup damai oleh beckstrand, Callister, dan Kirchoff (2006) disurvei perawat perawatan
kritis tentang bagaimana meningkatkan perawatan di akhir
kehidupan. Menyediakan untuk sebuah “kematian yang baik” adalah tema nomor
satu. teori akhir hidup merupakan publikasi yang relatif baru sebagian dapat menjelaskan
kesenjangan dalam literatur. kedua teori (Ruland dan Moore) melaporkan bahwa mereka
secara rutin menerima pertanyaan tentang menggunakan teori dari mahasiswa
pascasarjana, dan Ruland berencana untuk mulai menguji teori dalam program
penelitiannya.

D. Pengembangan lebih lanjut


Karena teori Peaceful end of life relative baru, Ruland dan moore mengakui
perlunya perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Ada sejumlah ide yang potensial
untuk memajukan pengembangan ini dan menguji teori ini pada tahap perencanaan.
Memungkinkan menguji hubungan diantara lima konsep mayor.Ide lain adalah
mempertimbangkan penggabungan beberapa kriteria proses dari tiga konsep nyeri,
keyamanan, dan perdamaian untuk mengeksplorasi hasil yang berkaitan dengan
manajemen gejala fisik dan psikologis. Analisa konsep dan mapping dapat
digunakan untuk menentukan apakah kriteria proses yang berhubungan dengan tiga
konsep yang berbeda atau sama cukup untuk memungkinkan penggabungan. misalnya,
untuk konsep nyeri, dua kriteria proses (monitoring dan mengelola rasa sakit dan
menerapkan farmakologis dan intervensi non farmakologis) berkaitan erat dengan kriteria
proses kenyamanan ( pencegahan, monitoring, dan menghilangan ketidaknyamanan
fisik) dan kriteria proses kedamaian (monitoring dan memenuhi kebutuhan pasien untuk
obat anti kecemasan). Intervensi non medis ( contoh music, humor, relaksasi) yang
berfungsi untuk mengalihkan perhatian pasien yang berguna untuk menghilangkan rasa
sakit, kecemasan dan ketidaknyamanan fisik umum. studi masa depan disarankan
untuk mengeksplorasi hubungan dari teori kedamaian di akhir hidup (Peaceful End of
Life Theory) ke teori middle range lain seperti satu untuk nyeri
akut berdasarkan pedoman praktek (Good dan moore, 1996), manajemen
nyeri (Good, 1998) dan gejala yang tidak
menyenangkan (Lenz, pugh, Milligan, gift, dan suppe, 1997; Lenz, suppe, gift, pugh, Dan
miiligan 1995
9. Kelebihan dan Kelemahan Teori
9.1 Kelebihan Teori (Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile, 2006)
 Kelebihan dari Teori ini adalah dapat digunakan pada perawatan pasien sehari-hari.
Baru dan Original serta berbasis dari standart perawatan dan dapat diarahkan secara
langsung ke praktek klinik (Jennifer Totten, Angela Baird, and Amy Howard, 2010) .
 Fokus pada Teori ini tidak hanya pada Pasien saja tapi juga keluarga dan orang-orang
penting lain disekitar pasien. Kita memberikan panduan untuk kelaurga dan orang
terdekat lain, menjawab pertanyaan dan memberikan support.
 Teori Peaceful EOL merupakan Framework yang mengilustrasikan Arah atau Jalan
untuk menjembatani keberlangsungan proses Teori-Practice-Research
 Mengilustrasikan praktik dan standart praktik sebagai sumber untuk mengembangkan
teori
 Semua indikator hasil Teori Peaceful EOL ini dapat diukur

9.2 Kelemahan Teori


 Kelemahan dari Teori model ini adalah secara fakta tidak dapat menjawab
adanya perbedaan budaya dalam hal penanganan orang akan meninggal. Sebagai
contoh sebuah budaya hanya mengijinkan orang-orang tertentu untuk dapat masuk
menemani pasien, sedangkan budaya lain mengharuskan seluruh keluarga untuk
masuk. Budaya lain mungkin memerlukan adanya ritual-ritual tertentu untuk
mengantarkan pasien (Jennifer Totten, Angela Baird, and Amy Howard, 2010).
 Kelemahan lain dalam teori ini adalah membutuhkan lebih banyak penelitian
untuk mendukung teori ini sebagaimana pula kegunaan teori ini yang
mempengaruhi penelitian keperawatan, pendidikan dan praktek. Dukungan
empiris untuk semua hubungan membutuhkan validasi lebih lanjut (Nursing
theory 2007, p. 11).
 Tidak ada instrumen yang dikembangkan untuk mengukur hubungan antara
konsep yang terdapat dalam Framework Teori Peacefull EOL, tidak ada instrumen
yang dikembangkan untuk Teori Peacefull EOL (Tomey, Ann Mariner &
Alligood, Martha Raile, 2006)

10. Kritik terhadap Teori Peacefull EOL


10.1 Kejelasan
Semua elemen dari teori dinyatakan dengan jelas, termasuk
pengaturan, asumsi, dan konsep-konsep dan pernyataan relasional. konsep-konsep
ini bervariasi dalam tingkat abstraksi, dari lebih konkrit (nyeri dan
kenyamanan) yang lebih abstrak (harga diri).
10.2 Kesederhanaan
Walapun istilah tidak rumit dan pernyataan yang tegas dari ide-ide, teori telah
digambarkan sebagai salah satu level yang tinggi dari middle range
teori (Higgins dan Moore, 2000), terutama karena tingkat abstraksi dari kriteria hasil
dan kompleksitas multidimensi yang diungkapkan dalam hubunugan pernyataan ini.
10.3 Keumuman
Teori Peaceful end of live memiliki batas-batas tertentu yang berkaitan
dengan waktu, pengaturan, dan populasi pasien. itu dikembangkan untuk digunakan pada
orang dewasa yang sakit parah dan keluarga mereka yang menerima perawatan dalam
setting perawatan akut. Konsep peaceful end of live berasal dari konteks norwegia dan
dengan demikian mungkin tidak sesuai untuk semua budaya. Namun demikian, konsep
dan hubungan beresonansi dengan banyak perawat, dan komprehensif membahas aspek
multidimensi dari perawatan Peaceful end of live. Sebagai contoh, indikator outcome
berhubungan dengan pembahasan lima konsep aspek teknik dari perawatan (tersedia
intervensi farmokologi dan nonfarmakologi untuk menghilangkan gejala), komunikasi
(membuat keputusan), aspek psikologi (dukungan emosi), dan martabat dan rasa hormat
(memperlakukan pasien dengan bermartabat, empati dan rasa hormat).
10.4 Presisi Empiris
Pengembangan teori ini menggunkan pemikiran induktif dan deduktif yang
menjadikan dasar kuat untuk mengembangkan pengujian hipotesis di antara kelima
konsep teori. Teoritis kongruensi dibuktikan menggunakan indikator hasil dari semua
konseptualisasi perspektif pasien dan keluarga.

11.Aplikasi di Dalam dan Luar Negeri


Dari teori EOL yang dikembangkan oleh Ruland dan Moore, Asosiasi Institusi
Pendidikan Keperawatan Amerika membuat kompetensi yang harus dipenuhi agar
mahasiswa mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien dan keluarga
pada akhir hayatnya. Ada 15 cara untuk mengembangkan kompetensi.
Dari 15 cara megembangkan kompetensi tersebut, nilai atau atau aturan mayor
yang bisa disimpulkan adalah:
1. Menghormati tujuan, kesukaan dan pilihan pasien
2. Memberikan perawatan yang komprehensif
3. Memanfaatkan kekuatan dari sumber daya yang ada, kolaborasi
4. Berfokus pada pemberian pelayanan
5. Membangun system dan mekanisme support

Pada aplikasi di dalam negeri, Teori ini kita fahami sebagai metode perawatan
paliatif yakni bertujuan kepada pasien, keluarga, dan lingkungannya bagaimana mengerti,
memahami, dan menerima kenyataan adanya sakit yang secara ilmu medis tidak ada
harapan kembali sembuh secara optimal. Bentuk aplikasi yang disarankan akan lebih
mudah apabila dapat mengikuti petunjuk dari pemerintah dalam hal ini melalui keputusan
menteri kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
812/MENKES/SK/VII/2007tentang Kebijakan perawatan paliatif
1. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi
dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak
mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
2. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
terbatasdi 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan
Makassar. Ditinjau daribesarnya kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu
memberikan pelayanan perawatan paliatifjuga masih terbatas.
3. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata
sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu,
komprehensif dan holistik, maka diperlukankebijakan perawatan paliatif di Indonesia
yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatanuntuk menyelenggarakan
pelayanan perawatan paliatif.

6
Sherill & Larson. (1992). Religious Commitment And Health. APA:
Annual Meeting
BAB 3

APLIKASI KASUS DALAM PRAKTEK


KEPERAWATAN DENGAN TEORI EOL

1. Kasus
Mr. S berusia 75 tahun dari penduduk Amerika dirawat di ruang
medical dengan keluhan sesak nafas dan fatigue. Mr. di diagnosa Heart
failure. Semenjak di diagnosa heart failure 4 bualan yang lalu Mr.S tidak
bekerja.
Melihat keadaan pasien, tim perawatan paliatif menyadari bahwa selain
dari managemen perawatan paliatif. Ada kebutuhan lain yaitu dukungan
psikologis, social, dan spiritual. Pasien mengeluh kelelahan atau lemah terus
menerus, baik kelelahan secara fisik atau mental
2. Asuhan Keperawatan dengan Konsep Peaceful end of life

1. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahap awal dalam melakukan proses
asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat dapat mengkaji berbagai
data, baik data yang terkait aspek fisik (biologis), psikologis (mental),
sosial, dan spiritual.
a) Aspek fisik (biologis)
Pengkajian yang dapat dilakukan terkait aspek fisik, diantaranya: kaji
skala nyeri, monitoring dan catat hal – hal yang
meringankan/memperberat rasa nyeri, apakah dengan menggunakan obat-
obatan atau tidak yang dapat memberikan kontribusi dalam
meringankan rasa sakit, monitoring hal – hal untuk pencegahan rasa tidak
nyaman pada fisik, fasilitasi klien untuk beristirahat, dan relaksasi.

b) Aspek Psikologis (Mental)


Perawat harus mampu mengkaji respon emosional klien dalam
menghadapi kematian. Apakah klien berada pada fase menyangkal,
kemarahan, tawar menawar, depresi, atau penerimaan (Yosep I, 2007).
Kaji kemampuan klien menghadapi stress dan identifikasi kemungkinan
faktor penghambat klien dalam menghadapi proses berduka.

C) Aspek Sosial (hubungan interaksi dengan orang lain)


Kaji apakah penyakit terminal/kritis yang dialami klien, berpengaruh
terhadap kepuasannya dalam melakukan hubungan interpersonal, seperti
mengalami isolasi sosial. Kaji dukungan sosial (keluarga) terhadap
penerimaan kondisi klien.

d) Aspek Spiritual
Kaji persepsi klien terhadap kondisi sakit yang dialaminya, apakah klien
menyalahkan diri sendiri, atau sudah mampu menerima kondisinya saat
ini. Menurut Sherill & Larson (1992), makin kuat komitmen agama klien
yang mengalami penyakit terminal/kritis, maka proses penyembuhan
makin cepat, lebih mampu mengatasi nyeri, mengatasi deprasi, dan
penderitaan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau
potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan (Carpenito, 1995). Diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien dengan penyakit terminal/kritis, dipengaruhi oleh
data yang diperoleh dari hasil pengkajian. Pada teori ini, lebih menitik
beratkan pada dampak psikologis yang dialami klien (sesuai tujuan
akhir teori). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, diantaranya:
berduka disfungsional kronik, isolasi sosial, harga diri rendah, distress
spiritual, anxietas, kehilangan, dll.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu, dapat dicapai jika serangkaian
tujuan khusus sudah tercapai. Tujuan khusus merupakan rumusan
kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Umumnya
kemampuan pada tujuan khusus dibagi dalam tiga aspek yaitu: kemampuan
kognitif, kemampuan psikomotor, dan kemampuan affektif. Ketiga
kemampuan tersebut terkait langsung dengan kemampuan klien terhadap
diri sendiri, kemampuan klien menggunakan sumber daya yang tersedia, dan
terkait dengan penggunaan terapi medik atau terapi lain yang diperlukan
(stuard and Sundeen, 2007). Intervensi keperawatan yang dilakukan pada
pasien end of life mengacu pada lima aspek dalam teori tersebut, yang
bertujuan agar pasien bebas dari rasa nyeri, terbebas dari ketidaknyamanan
sehingga menimbulkan kepuasan hidup, menghargai pasien sehingga pasien
merasa dihormati dan dihargai sebagai manusia, memperoleh kedamaian
baik secara fisik, psikologis dan spiritual serta tetap merasakan kedekatan
hubungan baik secara fisik maupun emosi.
Intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan berdasarkan pada
teori Peaceful End of Life adalah:
Tujuan umum: Klien dapat menghadapi akhir kehidupan dengan penuh
kedamaian
Tujuan Khusus:
 Klien mampu mengungkapkan perasaannya
 Klien mampu berbagi rasa dengan orang lain (keluarga atau temen)
 Klien/keluarga mampu menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan
damai
 7Gejala penyakit yang dirasakan menjadi berkurang
 Klien mengalami kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain,
seperti: merasakan kedekatan dengan orang-orang terdekat
 Pada unit rawat di rumah sakit klien mendapatkan hal-hal yang positif
yaitu: bebas dari rasa nyeri, merasa nyaman, tetap merasa bermartabat
dan dihormati, merasa damai

Rencana Tindakan Keperawatan:


1. Prinsip rencana tindakan keperawatan pada klien yang mengalami
kehilangan (Yosep I, 2007).:
a. Bina dan tingkatkan hubungan saling percaya
b. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
c. Kurangi/hilangkan faktor penghambat proses berduka
d. Beri dukungan terhadap respon kehilangan klien
e. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
2. Tentukan kondisi klien sesuai dengan fase yang sedang dialaminya:
a. Fase pengingkaran
1) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
2) Berikan umpan balik yang tepat
3) Tunjukkan sikap menerima, ikhlas, dan mendorong klien untuk
berbagi rasa
4) Jadi pendengar aktif dan tidak menilai
5) Jadi pendukung dalam pemenuhan ADL
6) Berikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang
sakit, pengobatan, dan kematian
b. Fase marah
1) Ijinkan dan mendorong klien mengungkapkan perasaan
marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan
2) Jadi pendengar yang aktif
c. Fase tawar menawar
Bantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takut

7
Nanda International. 2014. Nursing Diagnoses;definition & Clasification.
d. 8
Fase depresi
1) Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri sendiri
2) Bantu klien mengurangi rasa bersalah
e. Fase penerimaan
1) Bantu klien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa
dielakkan
2) Motivasi klien untuk mengekspresikan perasaan, pandangan
tentang dirinya
3) Bantu klien untuk merencanakan masa depan
4) Klien dapat menggunakan koping yang konstruktif
3. Beri informasi dan dukungan dengan menghadirkan orang – orang
yang memahami tentang penyakit terminal seperti kanker, jantung
kongestif , ginjal, dan neuromuskuler.
4. Berikan informasi mengenai proses kematian.
5. Bantu menyediakan pelayanan di rumah bila diinginkan
6. Pastikan keluarga tersebut mengetahui apa yang harus dilakukan saat
kematian tiba.
7. Berikan privasi dan waktu yang cukup bagi mereka untuk menerima
kenyataan tersebut
8. Ambil keputusan untuk memberikan perhatian pada klien yang
membutuhkan, dan memberikan rasa hormat untuk meningkatkan
martabat klien
9. Sediakan dukungan emosional, kebenaran, dan menemui klien untuk
menanyakan apa yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan
10.Partisipasi dalam memfasilitasi klien untuk mengurangi kecemasan
dengan bertanya dan memberi kesempatan untuk didampingi oleh
orang terdekatnya.
11.Berikan perhatian dengan menghilangkan rasa nyeri, nyaman,
kedamaian dengan memberikan kesempatan orang terdekat untuk
mendampinginya.

8
Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004,Nursing
Interventions Clasification (NIC), Mosby: St. Louis, Missouri
9
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan : dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat, dalam pelaksanaannya lebih menitikberatkan dalam mengurangi rasa
nyeri, memberikan rasa nyaman, menghormati martabat sebagai manusia,
memberi dukungan emosional dan rasa damai pada pasien menjelang akhir
kehidupan.

Prinsip implementasi yang dapat dilakukan adalah gunakan teknik


komunikasi therapeutic dan libatkan support sistem, seperti: keluarga atau
teman (Yosep I, 2007).

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek
dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan secara terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
(Keliat, B. A, dkk, 1999). Evaluasi keperawatan meliputi respon fisik,
respon emosi, dan respon sosial. Perawat dapat memberi asuhan
keperawatan dengan pasien terminal dan mengantarkan mereka untuk
mengakhiri kehidupan dengan tenang dan damai dengan menghormati dan
menghargai manusia sebagai individu yang bermartabat

9
Yosep I, (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.
10
BAB 4
PENUTU
P

1. Kesimpulan
Peaceful end of life theory merupakan salah satu teori yang termasuk
dalam middle range theory. Teori ini dikemukakan oleh Rulland & Moore
yang menfokuskan pada pasien kondisi terminal dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Konsep utama teori ini meliputi lima
aspek yaitu membebaskan rasa nyeri pada pasien, mempertahankan
kenyaman, respek dan menghargai martabat, kedamaian dan kedekatan
hubungan pasien dengan orang lain.
Berbagai pernyataan diatas yang kemudian mendasari penggunaan teori
ini dalam asuhan keperawatan. Teori ini menjadi contoh awal penggunaan
standar praktik sebagai sumber pengembangan teori middle range. Standar
praktik ini menggunakan proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien, meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Hal-hal yang dikaji dalam teori ini meliputi fisik (biologis), psikologis
(mental), sosial, dan spiritual. Hasil pengkajian merupakan landasan bagi
perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang menitikberatkan
pada dampak psikologis yang dialami pasien. Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul, diantaranya: berduka disfungsional kronik, isolasi sosial,
harga diri rendah, distress spiritual, anxietas, kehilangan, dll.
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien end of life
bertujuan agar pasien bebas dari rasa nyeri, terbebas dari ketidaknyamanan
sehingga menimbulkan kepuasan hidup, menghargai pasien sehingga pasien
merasa dihormati dan dihargai sebagai manusia, memperoleh kedamaian baik
secara fisik, psikologis dan spiritual serta tetap merasakan kedekatan
hubungan baik secara fisik maupun emosi. Hasil akhir yang diinginkan dalam
teori ini adalah pasien meninggal dengan damai dan tenang.

10
Murish, J., (2010). Development of an End of Life Care Pamhflet in the
ICU. California.
2. Saran
Teori peaceful end of life lebih menitik beratkan pada masalah
psikologis pasien. Hal ini berpengaruh terhadap intervensi yang akan disusun
oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Untuk itu seorang
perawat harus dapat menggunakan teori-teori lainnya yang mendukung agar
dapat merumuskan diagnosa keperawatan lainnya yang tidak hanya fokus
terhadap masalah psikologis. Sebagaimana diketahui masalah yang muncul
pada pasien selain aspek psikologis juga aspek lainnya seperti fisik, sosial,
ekonomi, budaya dan spiritual.
11
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorists and their work eighth edition.
USA: Mosby Elseiver.701-709.

Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing


Interventions Clasification (NIC), Mosby: St. Louis, Missouri

http://txnmhospice.org/docs/2013Conference/HandoutsELNEC/Mod
%201%20Ca se%20Studies.doc
Keliat, B A, dkk. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC Munn, JC, Dobbs, D, et.al. (2008). The end of life experience in long
term care:
five themes identified from focus groups with residents, family
members, and staff. The Gerontologist 48.4

Murish, J., (2010). Development of an End of Life Care Pamhflet in the


ICU. California.

Nanda International. 2014. Nursing Diagnoses;definition & Clasification.


Tenth edision. Wiley Blackwell.

Reinette Powars Murray,. circle diagram: peaceful journey end of life


process.
(online). http://www.endoflifejourney.com/circle.htm
Ruland, C. M., & Moore, S. M. (1998). Theory construction based on
standards of care: A proposed theory of the peaceful end of life.
Nursing Outlook. Vol 46 (4). 169-175

Sherill & Larson. (1992). Religious Commitment And Health. APA:


Annual Meeting
Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes
Clasification (NOC), Mosby: St. Louis, Missouri
Yosep I, (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.

11

Anda mungkin juga menyukai