LAPORAN PENDAHULUAN GDD Fix

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GDD (GLOBAL DEVELOPMENT DELAY)


DI RUANG POLIKLINIK TUMBUH KEMBANG RSUD ULIN
BANJARMASIN

DISUSUN OLEH:
KIYAN YANG HENDRO NAMBERA
PO.62.20.1.22.069

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI-DIII KEPERAWATAN REGULER XXV
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN

Oleh:
Kiyan Yang Hendro Nambera
PO.62.20.1.22.069

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Widya Warastuti, S. Kep., M. Kes Ns) (Hj. Noor Thaybah, S.SiT)


A. Konsep Dasar
1. Definisi
Delay development merupakan ketidakmampuan seorang anak dibawah
usia 5 tahun yang tidak dapat mencapai tugas perkembangan sesuai dengan
usianya. Dengan istilah lain delay development merupakan keterlambatan dua
bidang atau lebih perkembangan motorik kasar, motorik halus, bicara/bahasa,
kognitif, personal/sosial, dan aktivitas sehari-hari. Keluhan yang sering muncul
berupa kelemahan otot dan keterlambatan kemampuan fungsional anak
(Tjandrajani, 2017). Delay development sendiri diartikan suatu kondisi
ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku,
emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak
normal seusiannya.
Berdasarkan pengertian diatas delay development adalah kondisi dimana
seorang anak mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan yang
memiliki tingkat kemampuan intelektual, fungsional, kognitif, perilaku, emosi,
ataupun perkembangan sosial terhambat. Bobath exercise ialah metode terapi
latihan untuk mengatasi gejala keterlambatan atau kelumpuhan pada otak.

2. Etiologi
Ada begitu banyak penyebab anak terdiagnosis GDD. Penyebab ini dapat
dibagi menjadi 4, yaitu:
a) Prenatal
Beberapa penyebab GDD yang terjadi pada saat kehamilan adalah genetik,
kurangnya nutrisi saat masa kehamilan, infeksi (misalnya rubella,
toksoplasma, cytomegalovirus), sindrom alcohol serta penyalahgunaan zat
yang dikonsumsi ibu ketika hamil.
b) Intranatal
Periode intranatal atau disebut juga persalinan, merupakan suatu proses
pengeluaran janin dan plasenta dari uterus, dengan ditandai meningkatnya
aktivitas otot rahim (intensitas dan frekuensi kontraksi) yang
mengakibatkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lender
darah (bloody show) dari vagina.
c) Postnatal
Infeksi yang terjadi setelah bayi lahir seperti meningitis, ensefalitis,
kemudian terjadinya kerusakan pada susunan saraf pusat, psikososial
(deviprasi, kemiskinan), serta malnutrisi juga turut andil menjadi
penyebab terjadinya GDD.
d) Penyebab tidak diketahui
Penyebab yang tidak diketahui atau diklasifikasi ini terjadi jika pada
seluruh komponen yang telah disebutkan tadi tidak terjadi pada anak.

3. Tanda Dan Gejala


Pada anak dengan kondisi delay development memiliki gejala seperti
keterlambatan perkembangan sesuai tahap perkembangan pada usianya seperti
anak terlambat duduk, berdiri, dan berjalan. Selain itu anak juga mengalami
keterlambatan kemampuan motorik halus dan motorik kasar, rendahnya
kemampuan sosial, perilaku agresif, dan masalah dalam berkomunikasi atau
bahasa.
Dalam kasus keterlambatan tumbuh kembang ini bisa lihat tanda dan
gejalanya berupa milestonenya yang belum bisa tercapai pada usianya,
contohnya anak terlambat untuk bisa duduk, berdiri maupun berjalan (Halimah,
2018).

4. Patofisiologi
Terdapat beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan Global Delayed
Development dan beberapa penyebab dapat diterapi. Seperti yang dijelaskan di
atas ada 4 etiologi tertinggi penyebab Developmental Delay ini selain
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dan kelahiran
prematur. Salah satu contoh pada plasi serebral dimana terjadi malformasi
hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenarasi laminar.
Serebral palsi digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh
yang disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak.
Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan
(struktural otak: awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau luka-luka kerugian
setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidak cukupan vaskuler, toksin atau
infeksi).

5. Pathway Keperawatan

6. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pedoman memberikan rekomendasi diagnosis:
• Pemeriksaan sitogenik
• Pemeriksaan fragile X molecular genetik.
• Pemeriksaan metabolic
• Pemeriksaan neurologis: EEG, MRI
7. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi khusus bagi penderita GDD, tetapi untuk beberapa
keadaan dapat dilakukan penatalaksanaan. Jika ditemukan masalah dalam
pendengaran atau penglihatan, dapat dilakukan koreksi. Perlu mengingat bahwa
penyebab GDD dapat saja tidak diketahui. Kepekaan terhadap keadaan-keadaan
yang dapat membuat keterlambatan perkembangan menolong tenaga medis,
orang tua,maupun penderita GDD.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
A. Identitas penanggung jawab
Nama :
Tanggal lahir :
Umur :
Alamat :
pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dg klien :
B. Identitas Klien
Nama :
Tanggal lahir :
umur :
Pendidikan :
Suku :
Agama :
Penyakit :
Perkawinan ke :
C. Riwayat penyakit (untuk bayi sakit)
a. Keluhan utama :
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu

D. Riwayat Persalinan :
E. Jumlah saudara kandung :
F. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum bayi :
b. kulit
c. kepala dan leher
d. mata dan penglihatan
e. hidung dan penciuman
f. telinga dan pendengaran
g. mulut
h. Dada, pernafasan dan sirkulasi
i. Abdomen
j. Genetalia
k. Eliminasi
l. Ekstermitas atas dan bawah
m. Aktifitas dan istirahat
n. Personal hygiene
o. Nutrisi
p. Sosial
q. Obat/ Therapi
r. Reflek primitif bayi
s. Masalah keperwatan
t. Rencana keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan Tumbuh Kembang (SDKI D.0106)
b) Defisit Nutrisi (SDKI D.0019)
c) Gangguan Komunikasi Verbal (SDKI D.0119)
d) Ansietas (SDKI D.0080)

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO. RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Gangguan Tumbuh Status perkembangan Perawatan perkembangan SIKI


membaik SLKI L. 10101 (I.10339)
Kembang (SDKI D.0106)
b.d ketidakmampuan
keluarga memutuskan Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam,
tindakan Kesehatan yang maka status perkembangan • Identifikasi pencapaian tugas
tepat bagi keluarga membaik dengan kriteria hasil: perkembangan anak
• Identifikasi isyarat perilaku dan
1. Keterampilan/perilaku fisiologis yang ditunjukkan bayi
sesuai usia meningkat (mis: lapar, tidak nyaman)
2. Kemampuan melakukan
perawatan diri meningkat Terapeutik

• Pertahankan sentuhan seminimal


mungkin pada bayi premature
• Berikan sentuhan yang bersifat
gentle dan tidak ragu-ragu
• Minimalkan nyeri
• Minimalkan kebisingan ruangan
• Pertahankan lingkungan yang
mendukung perkembangan optimal
• Motivasi anak berinteraksi dengan
anak lain
• Sediakan aktivitas yang memotivasi
anak berinteraksi dengan anak
lainnya
• Fasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
• Dukung anak mengekspresikan diri
melalui penghargaan positif atau
umpan balik atas usahanya
• Pertahankan kenyamanan anak
• Fasilitasi anak melatih keterampilan
pemenuhan kebutuhan secara
mandiri (mis: makan, sikat gigi,
cuci tangan, memakai baju)
• Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu
yang disukai
• Bacakan cerita atau dongeng
• Dukung partisipasi anak di sekolah,
ekstrakulikuler dan aktivitas
komunitas
Edukasi

• Jelaskan orang tua dan/atau


pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan perilaku
anak
• Anjurkan orang tua menyentuh
dan menggendong bayinya
• Anjurkan orang tua berinteraksi
dengan anaknya
• Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
• Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi

• Rujuk untuk konseling, jika perlu

2. Defisit Nutrisi (SDKI Status Nutrisi Membaik SLKI Manajemen Nutrisi (SIKI I.031119)
L.03030
D.0019)
Observasi
Setelah dilakukan intervensi
DS: keperawatan selama 3 x 24 jam, • Identifikasi status nutrisi
maka status nutrisi membaik • Identifikasi alergi dan intoleransi
• Tidak ada dengan kriteria hasil: makanan
• Identifikasi makanan yang disukai
• Porsi makan yang • Identifikasi kebutuhan kalori dan
dihabiskan menungkat jenis nutrient
DO: • Berat badan membaik • Identifikasi perlunya
• Berat badan menurun • Indeks masa tubuh (IMB) • penggunaan selang nasogastric
minimal 10% dibawah membaik • Monitor asupan makanan
rentang ideal. • Monitor berat badan
• Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

• Lakukan oral hygiene sebelum


makan, jika perlu
• Fasilitasi menentukan
• pedoman diet (mis: piramida
makanan)
• Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
• Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
• Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
• Berikan suplemen makanan, jika
perlu
• Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

• Ajarkan posisi duduk, jika mampu


• Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu
3 Gangguan Komunikasi Komunikasi verba meningkat Promosi Komunikasi: Defisit Bicara
L.13118 (I.13492)
Verbal [SDKI D.0119]
Setelah dilakukan intervensi Observasi
DS: keperawatan selama 3 x 24 jam,
maka komunikasi verbal • Monitor kecepatan, tekanan,
• Tidak ada meningkat, dengan kriteria kuantitias, volume, dan diksi bicara
hasil: • Monitor progress kognitif,
DO: anatomis, dan fisiologis yang
• Kemampuan berbicara berkaitan dengan bicara (mis:
• Tidak mampu berbicara meningkat memori, pendengaran, dan Bahasa)
atau mendengar • Kesesuaian ekspresi • Monitor frustasi, marah, depresi,
• Menunjukkan respon wajah/tubuh meningkat atau hal lain yang mengganggu
tidak sesuai bicara
• Identifikasi perilaku emosional dan
fisik sebagai bentuk komunikasi

Terapeutik

• Gunakan metode komunikasi


alternatif (mis: menulis, mata
berkedip, papan komunikasi dengan
gambar dan huruf, isyarat tangan,
dan komputer)
• Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan (mis: berdiri di depan
pasien, dengarkan dengan seksama,
tunjukkan satu gagasan atau
pemikiran sekaligus, bicaralah
dengan perlahan sambal
menghindari teriakan, gunakan
komunikasi tertulis, atau meminta
bantuan keluarga untuk memahami
ucapan pasien)
• Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
• Ulangi apa yang disampaikan
pasien
• Berikan dukungan psikologis
• Gunakan juru bicara, jika perlu

Edukasi

• Anjurkan berbicara perlahan


• Ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis, dan fisiologis
yang berhubungan dengan
kemampuan bicara

Kolaborasi

• Rujuk ke ahli patologi bicara atau


terapis
4 Ansietas [SDKI D.0080] Tingkat ansietas menurun Reduksi Ansietas (I.09314)
L.09093

Setelah dilakukan intervensi


keperawatan selama 3 x 24 Observasi
DS:
jam, maka tingkat ansietas
menurun, dengan kriteria • Identifikasi saat tingkat ansietas
• Merasa bingung
hasil: berubah (mis: kondisi, waktu,
• Merasa khawatir dengan
stresor)
akibat dari kondisi yang
• Verbalisasi kebingungan • Identifikasi kemampuan mengambil
dihadapi
menurun keputusan
• Sulit berkonsentasi
• Perilaku gelisah menurun • Monitor tanda-tanda ansietas
• Perilaku tegang menurun (verbal dan nonverbal)
DO:
• Konsentrasi membaik
Terapeutik
• Tampak gelisah
• Tampak tegang
• Ciptakan suasana terapeutik untuk
• Sulit tidur
menumbuhkan kepercayaan
• Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
• Pahami situasi yang membuat
ansietas
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
• Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
• Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
• Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

• Jelaskan prosedur, termasuk sensasi


yang mungkin dialami
• Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
• Anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien, jika perlu
• Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
• Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
• Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
• Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
• Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Niha Yati Dwi, A. W. A. L. U. F. I. (2022). Aplikasi Bobath Exercise Untuk


Meningkatkan Kemampuan Aktivitas Fungsional Pada Anak Dengan Kondisi
Delay Development (Doctoral dissertation, Universitas Al-Irsyad Cilacap).

Nhur Syaidah. 2020. Laporan Pendahuluankonsep Asuhan Keperawatanpada An


“I” Dengan Gangguan Global Developmental Dalay (GDD) di Ruang Poli
Tumbuh Kembang Anak di RSUDP NTB.
https://www.scribd.com/document/434093575/lp-gdd. Diakses pada 24
Februari 2024.

Anonymous. 2019. LP GDD. https://www.scribd.com/document/430766754/LP-


GDD. Diakses pada 24 Februari 2024.

Anda mungkin juga menyukai