Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Budaya
1. Budaya (Culture)
yang diakui oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir,
perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun
abstrak.25 Budaya dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup
makna yang luas dan sempit. Kalau dalam bahasa sehari-hari “kebudayaan”
dibatasi hanya pada hal-hal yang indah (seperti; candi, tari-tarian, seni suara,
kesusastraan dan filsafat) saja, maka itulah yang melihat budaya dalam
25
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigrafi Publishing, 2003),
hlm.148
22
23
Ilmu Antropologi melihat budaya dalam makna yang jauh lebih luas
23
24
itu adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar
yang mereka ajukan hanya beberapa saja diantara banyak definisi lain yang
pernah diajukan, tidak hanya para sarjana Antropologi, tetapi juga oleh
bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian
sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari
kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.31 Karena itu mereka
“daya dan budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan “kebudayaan”
26
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.144
27
Lihatlah karangan C.wissler, “Psychological and Historical Interpretations for Culture”,
Science, XLV (1916: hlm.165)
28
Lihatlah karangan C. Kluckhohn, “Patterning as Examplified in Navaho Culture”,
Language, Culture and Personality (1941: hlm.2
29
Lihatlah karangan A. Davis, Social Class Influences Upon Learning (1948: hlm.59
30
Lihatlah buku pelajaran A. Hoebel, Man in the Primitive World An Introduction to
Antrhopology, New York, Mc Graw Hill (1958: hlm. 152-153)
31
Lihat buku P.J Zoetmulder, Culture, Oost en West, Amsterdam, C.P.J van der Peet (1951)
25
adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.32 Dalam istilah “antropologi-
sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama.
berkembang arti culture sebagai “segala daya upaya serta tindakan manusia
“keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia
cakupan semua ide yang dihasilkan oleh manusia dari pengalamannya yaitu
segala sesuatu yang dipelajari dari pola perilaku yang normatif, yaitu
32
Lihatlah karangan M.M Djojodigoeno, Azas-azas Sosiologi (1958: hlm. 24-27)
33
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,…, hlm.146
34
Rafael Raga Maran, Manusia dan Kebudayaan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 26
26
manusia terhadap diri dan dari ikatan instingnya, dan penguasaan manusia
nilai kebudayaan mencakup aspek logika, etika, estetika, dan praktika. Logika
berbicara tentang benar dan salah, etika membahas tentang baik dan buruk,
estetika mengupas masalah indah dan tidak indah, sedang praktika berbicara
tentang berguna dan mudarat. Kebudayaan disebut pula sebagai ide vital yang
35
Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.110
27
perwujudan dan keseluruhan hasil logika, etika dan estetika umat manusia
sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia yang hidup sebagai anggota
masyarakat.
berpikir dari orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lain
36
Ibid, hlm.111
28
(Spiritual atau immaterial culture). Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh
melalui estetika. Hal itu semuanya merupakan kebudayaan, yang juga dapat
2. Unsur-unsur Kebudayaan
kebudayaan, yaitu: (1) alat-alat teknologi, (2) sistem ekonomi, (3) keluarga,
37
Ibid, hlm.155
29
alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga
pokok besar kebudayaan, yang lazim disebut cultural universals. Istilah ini
kita sebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan di dunia adalah: (1)
bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan
hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi, (7)
kesenian.40
38
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Yayasan
Badan Penerbit Fakultas Ekonoi Universitas Indonesia, 1964), hlm.113
39
Ibid
40
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,…, hlm.165
30
menjelma dalam ketiga wujud yang diuraikan diatas, yaitu wujudnya berupa
sistem budaya, berupa sisitem sosial dan beberapa unsur kebudayaan fisik.
ekonomi tetapi mempunyai juga wujud yang berupa tindakan dan interaksi
dengan konsumen dan selain itu dalam sistem ekonomi terdapat juga unsur-
sistem keyakinan dan gagasan tentang Tuhan, Dewa, roh halus, neraka, surga
dan sebagainya, tetapi mempunyai juga wujud berupa upacara, baik yang
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma,
41
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,…, hlm.150
31
abstrak, tidak dapat diraba dan difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau
dengan kata lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan
tadi dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam
komputer.42
masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu satu dengan
system). Dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah yang sangat tepat untuk
menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat-istiadat. Adat
tingkat paling abstrak dari adat. Yang dimaksud dengan sistem nilai budaya
adalah konsepsi yang hidup dalam alam pikiran masyarakat mengenai hal
yang sangat bernilai dalam hidup dan berfungsi sebagai pedoman tertinggi
42
Ibid, hlm.151
32
mengenai tindakan berpola dari manusia sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari
lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu
ideal wujud kebudayaan yang disebut sistem sosial itu lebih konkret.
seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
yang dapat diraba, dilihat dan difoto. Ada benda-benda yang sangat besar,
berkapasitas tinggi, bangunan hasil seni arsitek seperti suatu candi yang
indah, atau ada pula benda-benda yang sangat kecil seperti kain batik dan
sebagainya.44
43
ibid
44
Ibid
33
sesuatu yang berkaitan satu sama lain. Ide atau gagasan-gagasan terdapat di
dalam pemikiran manusia. Tentunya sebagai hasil olah otak karena di otak
atau di kepala manusia maka ide-ide tidak tampak. Tidak terlihat. Hanya
baru terlihat bila dituliskan atau ditayangkan dalam slide atau power point
melalui LCD. Idealnya gagasan-gagasan atau ide bisa disimpan dalam arsip.
kehidupan di masyarakat tentu tidak terpisah satu sama lain. Kebudayaan dan
adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada manusia. Baik pikiran-
suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia
adanya pengaruh timbal balik antar ketiganya. Tidak hanya kebudayaan ideal
manusia, bukan ciptaan Tuhan atau Dewa. Manusia adalah pelaku sejarah
dan kebudayaannya.
diwariskan dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya melalui suatu
dirinya.
45
Rafael Raga Maran, Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar,
(Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2000), hlm.49-50
35
misalnya, tidak mampu mengubah makanan hingga terasa enak dan lezat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
3. Karakteristik Kebudayaan
kebudayaan adalah suatu cara hidup. Kedua, kebudayaan adalah total dari
proses belajar. Kelima, kebudayaan adalah cara hidup dari suatu grup atau
46
Rafael Raga Maran, Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar,…,
hlm. 26
36
kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri, yang tidak selalu baik
baginya. Kecuali dari pada itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula
kebutuhan-kebutuhan manusia.47
47
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), hlm.154
37
dengan orang lain. Apabila manusia hidup sendiri, maka tidak akan ada
kebiasaan seseorang itu adalah berbeda dengan kebiasaan orang lain, waupun
mereka hidup dalam satu rumah. Jadi setiap orang akan membentuk suatu
kebiasaan yang khusus bagi dirinya sendiri. Contoh, ada orang yang ingin
membiasakan dirinya bangun pagi, sebab dia akan merasakan bahwa udara
pagi akan menyebabkan jiwa menjadi bersih. Akan tetapi, orang lain akan
mempunyai kebiasaan yang lain pula, ada yang mempunyai kebiasaan untuk
tidur jauh sampai siang hari. Apabila semua kebiasaan tadi tidak dilakukan,
misalnya satu hari saja karena sesuatu hal, maka jiwanya akan kacau
tadi masuk dalam tata cara hidupnya. Kedua, dalam arti bahwa kebiasaan
tersebut dijadikan norma bagi seseorang, norma yang diciptakan untuk dirinya
sendiri. Dalam hal ini, maka orang yang bersangkutanlah yang menciptakan
48
Ibid, hlm. 161
38
suatu prilaku bagi dirinya sendiri. Ketiga, sebagai perwujudan kemauan atau
yang baik akan diakui serta dilakukan pula oleh orang-orang lain yang
orang lain, bahkan bisa dijadikan peraturan oleh orang lain. Kebiasaan yang
tersebut adalah cara-cara bertindak atau tindakan yang sama terhadap orang-
orang yang hidup bersama dalam masyarakat yang harus diikuti oleh semua
anggota masyarakat yang kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang-
orang lain.49
berevolusi paling jauh jika dibandingkan dengan makhluk lain. Otak manusia
gagasan dan konsep-konsep yang makin lama makin tajam, untuk memilih
keturunannya.50
49
Ibid, hlm. 162
50
Koentjaraningrat, Pengantar,…, hlm.78
40
Sikap hidup untuk berkelompok bukan karena insting semata, melainkan atas
suatu kesatuan yang tersusun dari banyak bagian yang berbeda -a complex
Maka tidaklah memadai jika kehidupan di pandang hanya dari satu atau
51
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Press, 2010), hlm. 75
41
belajar yang bai, namun sebaliknya jika lingkungan itu tidak baik tentu akan
5. Kebudayaan adalah cara hidup dari suatu grup atau kelompok sosial
Kebudayaan adalah cara hidup dari suatu grup atau kelompok sosial.
yang sama.
Ciri-ciri watak yang sama pada sebagian besar warga dewasa dalam
oleh latar belakang kebudayaan dan sub kebudayaan dari lingkungan sosial di
52
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II,…, hlm. 52
53
Ibid, hlm. 53-55
42
1. Pengertian Belajar
dapat dikatakan, tidak ada ruang dan waktu di mana manusia dapat
melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti bahwa belajar tidak
sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik
psikis. Artinya, belajar itu berkaitan dengan kebutuhan fisik dan mental serta
54
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.35
55
Rosleny Marliany, Psikologi Umum, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2010), hlm.195
43
belajar adalah suatu kegiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kapabilitas,
dan nilai.56 Hakim juga berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses
laku, baik yang dilakukan berdasarkan latihan dan pengalaman dan akan
belajar tentunya berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan
56
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002),
hlm.10
57
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Puspa Swara, 2005), hlm.1
44
melalui proses belajar pengetahuan tidak akan sampai pada siswa itu sendiri.
yang mengungkapkan bahwa ada beberapa para ahli yang mendefinisikan apa
58
Ngalim Puerwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm.84
45
belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
siswa, baik dalam tingkah laku (sikap), kemampuan kognitif, kebiasaan atau
telah melalui proses belajar, baik dalam tataran positif maupun negatif.
59
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
hlm.232
46
belajar, yaitu:60
yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman pertama yang sangat
dirinya. Dari aspek ini dapat dipahami, begitu banyak aktivitas seseorang
yang merupakan cerminan dari kegiatan belajar, walupun diri individu tidak
lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-
60
Ibid, hlm.36
47
menjadi perhatian.
Waupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan
tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat
diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku
aspek-aspek motorik.
2. Budaya Belajar
belajar. Perubahan ini mencakup perubahan sikap, nilai dan perilaku tertentu
kita, baik dampak positif maupun dampak negatif. Sebab kita akan
tanggung jawab utama terhadap pelajaran, pola perilaku yang dilakukan untuk
pelaksanaan belajar yang efektif dan norma-norma serta nilai yang berlaku.
belajar, sehingga kita dalam bertindak dan berpikir aktif serta kreatif. Sebab
aktivitas dan kreabilitas yang tinggi dapat berjalan dengan baik jika ditopang
yang ditunjang dengan budaya belajar akan memberikan arah kepada kita
untuk bersifat kreatif, dinamis dan inovatif. Sikap-sikap tersebut antara lain
terbuka dan peka terhadap rangsangan dari luar, interest, bervariasi, bersikap
mandiri, memiliki rasa ingin tahu, berani menjelajahi dan meneliti serta
tidak lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin, dan kurang bersemangat,
masalah pengaturan waktu dalam belajar, istirahat yang kurang dan kurang
tidur.
61
Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Karya,
2011), hlm.11
49
dilaksanakan, berarti melanggar suatu nilai atau patokan yang ada, dan
belajar muncul dari dalam diri kita sendiri, yang akhirnya produktifitas
belajar meningkat.
dasarnya baik, ia jadi buruk dan jahat karena pengaruh kebudayaan. 63 Berarti
pengaruh budaya yang lebih fatal terjadi apabila sebagian besar masyarakat
mau mengubah cara dan kebiasaan yang selama ini menganggap dirinya
sudah maju. Pada kelompok ini mereka tidak mau menerima segala macam
pembaharuan dan tidak mau mengubah tradisi yang selama ini sudah diyakini
kebenarannya.64
62
Tabrani Rusyan, Budaya Belajar yang Baik, (Jakarta: Panca Anugerah Sakti, 2007), hlm.
12
63
Dalyono, Psikologi Pendidikan, ((Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 106
64
Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 246
50
negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap
dengan mereka. Dalam hal ini Slameto mengatakan bahwa banyaknya siswa
gagal belajar akibat karena mereka tidak mempunyai budaya belajar yang
Hamalik yang termasuk dalam salah satu prinsip belajar, yaitu proses belajar
adalah cakupan semua ide yang dihasilkan oleh manusia berupa pengetahuan,
dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
65
Koentjaraningrat, Bunga Rampai: Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 147.
66
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm.73
67
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm.26
51
kebiasaan belajar dan cara-cara belajar yang dianut oleh siswa. Pada
kebiasaannya) sekalipun ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih
menguntungkan.
yang dianut oleh peserta didik. Tradisi tersebut akan selalu melekat di dalam
68
Tabrani Rusyan, Budaya Belajar Yang Baik, (Jakarta: PT Panca Anugerah, 2007), hlm.14
52
2. Etika belajar
melalui etos belajar, karena etos belajar merupakan etika belajar yang
terdapat dari diri seseorang untuk bertindak atau berbuat yang tertuju pada
3. Lingkungan belajar
proses belajar, karena baik buruknya budaya dalam belajar itu juga
69
Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm.164
53
dengan budaya belajar segala kegiatan pelajaran dan tugas akan teratur dan
terarah, sehingga tujuan belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.70
tertib dan teratur, sehingga tujuan yang diharapkan mudah untuk dicapai.
b) Dengan budaya belajar kreativitas dapat terpusat pada satu arah tujuan
yang tepat.
karena budaya belajar memberikan rasa peka terhadap pengaruh dari luar,
negatif.
70
Tabrani Rusyan, Budaya Belajar Yang Baik,…, hlm.34-77
54
belajar.
Dari uraian di atas dapat dianalisis bahwa budaya belajar yang baik
perlu adanya faktor pendukung seperti motivasi belajar, etika dalam belajar,
belajar akan menjadi terarah sesuai dengan tujuan yang akan di capai.