LKPD 6 Bab 2 Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) SMAK

BAB 2 MENGUNGKAP KRITIK LEWAT SENYUMAN W.R. SOEPRATMAN 020


KELAS X – FASE E SAMARINDA
Buku Paket Siswa halaman 46 – 49

LKPD 6
Menampilkan Lawakan Tunggal secara Santun
(Menampilkan lawakan tunggal (stand up comedy) sebagai sarana menyampaikan kritik
terhadap fenomena yang terjadi. Penyampaian kritik tersebut tetap harus
memperhatikan kesantunan dalam berbicara maupun bersikap).

Nama Peserta Didik : Louise Giselle

Kelas / Fase : X/E

Kegiatan
Kali ini, kalian akan membuat naskah lawakan tunggal. Sebelum membuatnya, pahamilah beberapa
istilah yang terdapat dalam naskah lawakan tunggal berikut.
1. Set up
Set up merupakan bagian tidak lucu yang berperan sebagai pengantar lelucon yang disampaikan.
Bagian ini biasanya berisi informasi. Pada teks anekdot, set up berfungsi sama dengan krisis.
Contoh:
Anak saya itu memang jarang liburan.
2. Punch
Punch atau punchline merupakan bagian yang mengandung unsur humor dan seharusnya
mengundang tawa penonton. Pada bagian ini, komika menyajikan kejutan atau reaksi
terhadap set up yang diberikan. Punch disebut juga sebagai pembelok pikiran penonton karena
berisi sesuatu yang di luar kewajaran atas set up yang diberikan. Pada teks anekdot, punch
berfungsi sama dengan reaksi.
Contoh:
Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng
nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak
saya jadi pos ronda.
3. Bit
Sepasang kesatuan set up dan punch yang membahas satu subtema disebut dengan bit. Sebuah
naskah terdiri dari beberapa bit yang saling berkaitan. Bit merupakan bagian kecil dari naskah
lawakan tunggal.
Contoh:
Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu
tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun
lego, anak-anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.
4. Rule of three
Rule of three merupakan sebuah cara untuk mengundang tawa penonton. Rule of three
digunakan melalui penyampaian tiga hal atau contoh sesuatu. Akan tetapi, contoh yang ketiga
berupa hal lucu atau punch. Contoh ketiga berisi hal yang tidak terduga, tetapi tetap masih
berkaitan dengan contoh sebelumnya.
Contoh:
Dia bilang gini, “Bapak curang. Tidur di hotel, makan nasi kotak, tiaphari naik lift.”
(Disarikan dari berbagai sumber)

Setelah memahami istilah-istilah atau bagian dalam sebuah naskah lawakan tunggal, buatlah
sebuah naskah lawakan tunggal yang mengangkat tema fenomena sosial yang terjadi di sekitar
kalian. Kalian dapat menggunakan tabel berikut untuk membantu dalam membuat naskah.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) SMAK
BAB 2 MENGUNGKAP KRITIK LEWAT SENYUMAN W.R. SOEPRATMAN 020
KELAS X – FASE E SAMARINDA
Buku Paket Siswa halaman 46 – 49

Tema: Kehidupan Sosial

Judul: Nama anak zaman now

Halo semua! kenalin nama saya Bagus Setiawan. Simpel ya, tapi ketebak
Set up
sekali kalau saya ini terbitan edisi lama.
Bit 1
Soalnya kalau anak zaman sekarang itu kan kebanyakan namanya pada
Punch
panjang-panjang dan kebaratan lah. Setuju ya?
Pernah sekali ketemu sama orang, cantik ini kenalan kan nih. “Salam kenal,
Set up
bagus” baru dia bales, “Salam kenal juga, aku revaveroesy”
Bit 2
Lah buset itu nama atau apaan dah, gimana coba ngejanya? Yaudahlah saya
Punch
coba tanya lagi dong ke dia.
“Maaf sebelumnya, boleh diulang dengan siapa?”
Set up
“Revaveroesy kayanya agak panjang ya kalau gitu bisa panggil eci aja”
Bit 3 Lantas buat ape emaknya kasih nama bagus-bagus kalau ujung-ujungnya
dipanggil cuma pakai 3 huruf??? Eci sudah itu doang. Mulai detik itu juga,
Punch
saya jadi Trust Issue kalau kenalan sama orang lain, apalagi sama yang lebih
muda dari saya.

Sebelum ditampilkan, mintalah pendapat orang lain terhadap naskah yang sudah kalian tulis.
Gunakan pertanyaan berikut untuk memeriksa apakah naskah tersebut sudah tepat atau tidak.
1. Apakah tema yang diangkat faktual dan tidak menyinggung SARA?
= Tema yang saya angkat menurut pendapat orang sekitar merupakan tema faktual
berdasarkan kebanyakan pengalaman banyak orang. Ternyata banyak mengalami hal atau
pengalaman yang serupa dengan isi lawakan tunggal yang saya buat. Tema saya bebas dari
unsur SARA, lawakan tunggal yang saya buat walaupun mungkin dapat menyinggung tetapi
hanyalah berisi singgungan lucu tanpa membawa unsur SARA.

2. Apakah isi naskah sudah sesuai dengan tema?


= Menurut pendapat orang lain, menurut mereka naskah saya sudah sesuai dengan tema saya
yaitu kehidupan sosial. Isi naskah saya menyinggung tentang nama anak zaman sekarang yang
susah-susah beda dengan anak zaman dahulu kala.

3. Apakah terdapat kritik yang disampaikan dalam naskah?


= Terdapat kritik yang disampaikan namun secara tersirat. Dimanakah bagian kritik yang
saya sampaikan itu? Saya menyampaikan kritik saya mengenai nama anak zaman sekarang
yang susah-susah tapi nama panggilannya malah tidak sesuai dengan nama realnya.

4. Apakah kritik disampaikan secara santun dan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan
antargolongan atau menampilkan kekerasan, sadis, pornoaksi, bias gender, dan ujaran
kebencian?
= Menurut saya dan pendapat orang yang saya tanyakan, kritik yang saya sampaikan tidak
sama sekali menyinggung ataupun mengandung unsur SARA, porno dan lainnya. Pure
mengenai kehidupan sosial yang relate saja dengan zmaan sekarang.

5. Apakah terdapat unsur humor dalam naskah?


= Terdapat unsur humor dalam naskah. Lumayan banyak, karena naskah saya berisi tentang
orang zaman dulu yang bingung sama konsep penamaan di zaman sekarang ini yang makin
belibet tapi nama panggilannya malah cuma 3-4 huruf saja.

6. Apakah humor disampaikan secara menarik dan santun. Apakah humor yang disampaikan tidak
menyinggung suku, agama, ras, dan antargolongan atau menampilkan kekerasan, sadis,
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) SMAK
BAB 2 MENGUNGKAP KRITIK LEWAT SENYUMAN W.R. SOEPRATMAN 020
KELAS X – FASE E SAMARINDA
Buku Paket Siswa halaman 46 – 49
pornoaksi, bias gender, dan ujaran kebencian?
= Menurut pendapat teman-teman saya dan saya, lawakan tunggal yang saya buat disampaikan
dengan santun dan tidak mengandung sama sekali unsur SARA maupun kebencian.

Kuasailah naskah yang telah ditulis sehingga kalian dapat menyampaikannya tanpa harus
melihatnya. Bacalah berulang-ulang sambil becermin agar kalian dapat menguasai naskah serta
melihat ketepatan ekspresi atau gerak tubuh.
Adapun hal yang perlu diperhatikan saat kalian menampilkan lawakan tunggal adalah
kesantunan dalam berbahasa. Meskipun anekdot atau lawakan tunggal mengandung unsur
kritik, kritik yang disampaikan harus santun tanpa menggunakan kata-kata kasar. Penggu-
naan kata “maaf” atau “permisi” tidak dilarang dalam menyampaikan lawakan tunggal, terlebih
saat akan mengkritik orang yang ada di depan kita. Selain itu, kritik yang disampaikan harus
berdasarkan fakta yang valid agar dapat lebih diterima oleh pihak yang dikritik atau audiensi.
Kesantunan dalam berpakaian dan bersikap pun harus diperhatikan saat kalian ingin menampilkan
lawakan tunggal. Gunakanlah pakaian yang sopan, tetapi tetap nyaman. Gunakanlah gestur
atau gerak tubuh yang tidak membuat orang lain memikirkan sesuatu yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai