TMK TUGAS 2 IPEM4407 Metodologi Ilmu Pemerintahan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : SUKMA ARU PANJI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043982663

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4407/Metodologi Ilmu Pemerintahan

Kode/Nama UT Daerah : SAMARINDA

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWAB:
SOAL NO 1
Teori Bertrand (1972) adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh sociologist Pierre Bertrand yang
berfokus pada analisis sistem sosial. Teori ini menyoroti empat elemen penting dalam sistem sosial,
yaitu struktur, fungsi, proses, dan nilai. Mari kita analisis elemen-elemen dalam sistem sosial NKRI
berdasarkan teori Bertrand tersebut:

1. Struktur: Struktur dalam sistem sosial NKRI merujuk pada organisasi dan susunan yang ada
dalam negara tersebut. Hal ini mencakup struktur politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Contohnya, struktur politik NKRI terdiri dari lembaga-lembaga seperti presiden, DPR, dan
lembaga-lembaga pemerintahan daerah. Struktur ekonomi mencakup sektor-sektor ekonomi
seperti pertanian, industri, dan jasa. Struktur sosial mencakup berbagai kelompok etnis, agama,
dan kelas sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia. Struktur budaya mencakup norma-
norma, nilai-nilai, dan tradisi yang menjadi bagian dari identitas Indonesia.
2. Fungsi: Fungsi dalam sistem sosial NKRI merujuk pada peran atau tujuan dari setiap elemen
yang ada dalam sistem tersebut. Contohnya, fungsi lembaga legislatif (DPR) adalah membuat
undang-undang yang berdasarkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Fungsi lembaga
eksekutif (presiden) adalah menjalankan kebijakan pemerintah dan mengelola administrasi
negara. Fungsi lembaga yudikatif (Mahkamah Agung) adalah menegakkan hukum dan keadilan
dalam masyarakat.
3. Proses: Proses dalam sistem sosial NKRI merujuk pada interaksi dan dinamika yang terjadi
antara elemen-elemen dalam sistem tersebut. Proses politik di Indonesia melibatkan kompetisi
antara partai politik dalam pemilihan umum, pembuatan kebijakan oleh pemerintah, dan
partisipasi masyarakat dalam berbagai forum politik. Proses ekonomi melibatkan produksi,
distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dalam perekonomian nasional. Proses sosial
melibatkan interaksi antara individu, kelompok, dan institusi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Nilai: Nilai dalam sistem sosial NKRI merujuk pada keyakinan, prinsip, dan norma-norma
yang menjadi pedoman dalam perilaku dan pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang menjadi
landasan NKRI termaktub dalam Pancasila, yaitu nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Selain Pancasila, nilai-nilai demokrasi, pluralisme, keadilan, dan hak asasi
manusia juga menjadi bagian dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam NKRI.

Dengan menganalisis sistem sosial NKRI berdasarkan teori Bertrand ini, kita dapat memahami
kompleksitas dan dinamika yang ada dalam negara ini, serta pentingnya menjaga keseimbangan dan
harmoni antara elemen-elemen tersebut untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

SOAL NO 2
Dalam analisis kasus keterbelahan masyarakat dalam Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) Indonesia
tahun 2019 dengan menggunakan metode studi kasus eksplanatoris, kita akan mencoba untuk
memahami faktor-faktor yang menyebabkan keterbelahan masyarakat selama proses tersebut. Berikut
adalah langkah-langkah analisisnya:
1. Identifikasi Variabel Utama: Pertama-tama, kita perlu mengidentifikasi variabel-variabel
utama yang mungkin berkontribusi terhadap keterbelahan masyarakat selama Pilpres 2019.
Variabel-variabel tersebut dapat mencakup isu-isu politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang
menjadi pusat perhatian dalam kampanye dan perdebatan politik selama masa pemilihan.
2. Pengumpulan Data: Selanjutnya, data perlu dikumpulkan dari berbagai sumber yang
relevan, seperti survei pendapat publik, laporan media, riset akademis, dan analisis data dari
lembaga riset atau polling. Data ini akan membantu dalam memahami dinamika dan pola
keterbelahan masyarakat yang terjadi selama Pilpres 2019.
3. Analisis Data: Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah melakukan analisis
terhadap data tersebut untuk mengidentifikasi pola atau tren yang berkaitan dengan
keterbelahan masyarakat. Ini mungkin melibatkan analisis statistik, analisis teks, atau
penggunaan alat analisis data lainnya untuk mengeksplorasi hubungan antara variabel-variabel
yang telah diidentifikasi.
4. Interpretasi Temuan: Setelah melakukan analisis data, temuan perlu diinterpretasikan untuk
memahami penyebab keterbelahan masyarakat yang terjadi selama Pilpres 2019. Ini melibatkan
identifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi pandangan, preferensi, dan perilaku
pemilih serta dinamika polarisasi politik yang terjadi.
5. Pembuatan Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi, kita dapat membuat
kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterbelahan masyarakat selama
Pilpres 2019, serta implikasi dari keterbelahan tersebut terhadap stabilitas politik, sosial, dan
ekonomi Indonesia.

Contoh temuan yang mungkin dihasilkan dari analisis tersebut adalah polarisasi politik yang kuat antara
pendukung calon presiden yang berbeda, tersebarnya disinformasi dan hoaks yang memperkuat
polarisasi, isu-isu sensitif seperti agama dan etnis yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik, serta
perbedaan pandangan terhadap masalah-masalah kebijakan kunci seperti ekonomi, lingkungan, dan hak
asasi manusia. Dengan demikian, analisis kasus keterbelahan masyarakat dalam Pilpres 2019 akan
memberikan wawasan yang mendalam tentang dinamika politik dan sosial yang terjadi selama proses
demokrasi tersebut.

SOAL NO 3
Dalam menganalisis urusan pendidikan yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 (UU
32/2004) dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 (UU 23/2014) menggunakan metode studi
perbandingan, kita dapat melihat perbedaan dan kemiripan antara dua undang-undang tersebut dalam
hal ruang lingkup, tujuan, dan ketentuan-ketentuan yang diatur. Berikut adalah analisisnya:

1. Ruang Lingkup:
• UU 32/2004: Undang-Undang ini mengatur berbagai aspek pendidikan, termasuk
pendidikan dasar, menengah, tinggi, dan kejuruan. Selain itu, UU 32/2004 juga
mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan nonformal dan kebudayaan.
• UU 23/2014: Sama seperti UU 32/2004, UU 23/2014 juga mengatur pendidikan dari
tingkat dasar hingga tinggi, termasuk pendidikan kejuruan. Namun, UU 23/2014 juga
menekankan pentingnya penguatan kurikulum, peningkatan kualitas pendidikan, serta
inklusi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
2. Tujuan:
• UU 32/2004: Tujuan dari UU 32/2004 antara lain adalah menciptakan masyarakat yang
cerdas, berkualitas, dan memiliki daya saing. Undang-undang ini juga menekankan
pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran
bangsa.
• UU 23/2014: Tujuan utama dari UU 23/2014 adalah meningkatkan kualitas pendidikan
nasional agar mencapai standar internasional. Selain itu, UU 23/2014 juga menekankan
pentingnya aksesibilitas, kesetaraan, dan relevansi pendidikan untuk semua warga
negara Indonesia.
3. Ketentuan-ketentuan yang Diatur:
• UU 32/2004: UU 32/2004 mengatur tentang struktur dan sistem pendidikan, termasuk
pembentukan kelembagaan, kurikulum, tenaga pendidik, dan fasilitas pendidikan.
Undang-undang ini juga mengatur tentang pendanaan pendidikan, pengawasan, dan
evaluasi.
• UU 23/2014: UU 23/2014 memperkenalkan beberapa perubahan signifikan dalam
sistem pendidikan, termasuk perubahan dalam struktur kurikulum, peningkatan kualitas
tenaga pendidik, dan pengembangan sistem evaluasi pendidikan yang lebih
komprehensif. Selain itu, UU 23/2014 juga menekankan pentingnya pendidikan
karakter, pembelajaran berbasis kompetensi, dan integrasi teknologi dalam
pembelajaran.

Dari analisis tersebut, kita dapat melihat bahwa meskipun UU 32/2004 dan UU 23/2014 memiliki
beberapa kesamaan dalam hal ruang lingkup dan tujuan, namun terdapat juga perbedaan signifikan
dalam ketentuan-ketentuan yang diatur. UU 23/2014 lebih menekankan pada peningkatan kualitas
pendidikan dan relevansi pendidikan dengan tuntutan zaman, sementara UU 32/2004 lebih menekankan
pada pembentukan struktur dan sistem pendidikan yang kuat. Dengan demikian, UU 23/2014 dianggap
sebagai upaya yang lebih komprehensif dalam meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai