Makalah Sistem Pernapasan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

SISTEM PERNAPASAN

MAKALAH
Diajukan sebagai Persyaratan Tugas kepada Ibu Apt. Hamidah Sri Supriati,
S.Farm, M.Si selaku Pengampuh Mata Spesialite dan Alat Kesehatan

Oleh :

ENGRETA NGABITO (220301044)


ARISCHA PUTRI SANGADJI (220301043)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO


PROGRAM STUDI DIII – FARMASI
2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih diberikan kesempatan
untuk terus belajar dan menggali ilmu pengetahuan. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
Makalah ini disusun sebagai bagian dari upaya untuk memahami dan
menyajikan informasi yang relevan mengenai "Sistem Pernapasan" Sistem
pernapasan adalah salah satu aspek vital dalam fungsi tubuh manusia yang
memungkinkan pertukaran gas, menjaga keseimbangan asam-basa, dan
menyediakan oksigen yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Dalam pengembangan makalah ini, penulis berusaha merangkum secara
komprehensif struktur dan fungsi sistem pernapasan manusia, termasuk organ-
organ yang terlibat, proses pernapasan, serta gangguan atau penyakit yang dapat
memengaruhi kinerja sistem ini. Melalui pemahaman mendalam tentang sistem
pernapasan, diharapkan pembaca dapat mengenali pentingnya menjaga kesehatan
pernapasan dan merawat organ-organ terkait.
Makalah ini disusun dengan penuh dedikasi dan semangat untuk
memberikan kontribusi kecil dalam pemahaman kita tentang keajaiban fungsi
tubuh manusia, khususnya dalam konteks sistem pernapasan. Kami menyadari
bahwa makalah ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan, oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang sistem pernapasan manusia. Semoga
makalah ini dapat menjadi sumber referensi yang bermanfaat bagi pembaca, serta
membuka pintu wawasan baru dalam memahami keajaiban tubuh manusia.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

Manado, 11 Januari 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1................................................................................................................. Lat
ar Belakang ............................................................................................1
1.2................................................................................................................. Ru
musan Masalah.......................................................................................1
1.3................................................................................................................. Tuj
uan..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1. Anatomi Sistem Pernapasan Manusia..................................................3
2.2. Sistem Pernapasan Hewan ..................................................................23
2.3. Sistem pernapasan Tumbuhan.............................................................24
BAB III PEMBAHASAN................................................................................26
BAB IV PENUTUP.........................................................................................27
4.1. Kesimpulan..........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem pernapasan merupakan aspek yang sangat vital dalam kehidupan
semua makhluk hidup, termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan. Meskipun
perbedaan dalam mekanisme pernapasan antara ketiga kelompok ini sangat
mencolok, pemahaman tentang sistem pernapasan pada masing-masingnya
memberikan wawasan mendalam tentang adaptasi evolusioner dan interaksi
kompleks antara organisme dan lingkungannya.
Apresiasi atas keragaman kehidupan terwujud melalui pemahaman
mendalam tentang sistem pernapasan pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Manusia, sebagai makhluk berkemampuan tinggi, memiliki sistem pernapasan
yang sangat adaptif untuk memenuhi kebutuhan energi dan menjaga homeostasis
tubuh. Pada hewan, variasi dalam mekanisme pernapasan mencerminkan adaptasi
mereka terhadap berbagai habitat dan gaya hidup, mulai dari insang pada ikan
hingga trakea pada serangga. Di sisi lain, tumbuhan, meskipun tidak memiliki
organ pernapasan seperti manusia dan hewan, melakukan pertukaran gas melalui
stomata dan melibatkan proses fotosintesis yang erat kaitannya dengan
pernapasan. Melalui pemahaman yang holistik terhadap ketiga sistem pernapasan
ini, kita dapat menyelami kompleksitas interaksi antara organisme dan
lingkungan, serta memahami dampak perubahan iklim dan lingkungan terhadap
kelangsungan hidup mereka.
Makalah ini akan membahas perbandingan dan kontrast antara sistem
pernapasan pada manusia, hewan, dan tumbuhan, dengan tujuan memberikan
pandangan yang lebih luas tentang keragaman kehidupan dan adaptasi organisme
terhadap lingkungannya..
1.2. Rumusan Masalah
 Bagaimana Mekanisme Sistem Pernapasan pada Manusia, Hewan, dan
Tumbuhan?

4
 Apa Hubungan Antara Sistem Pernapasan dengan Fisiologi Tubuh dan
Kinerja Organisme?
 Bagaimana Perubahan Lingkungan Mempengaruhi Sistem Pernapasan
pada Manusia, Hewan, dan Tumbuhan?
 Apa Implikasi dan Relevansi Sistem Pernapasan terhadap Kesehatan dan
Keberlanjutan Lingkungan?
1.3. Tujuan
 Menjelaskan Mekanisme Sistem Pernapasan pada Manusia, Hewan, dan
Tumbuhan
 Menyelidiki Hubungan Antara Sistem Pernapasan, Fisiologi Tubuh, dan
Kinerja Organisme
 Mengevaluasi Dampak Perubahan Lingkungan pada Sistem Pernapasan
 Menganalisis Implikasi dan Relevansi Sistem Pernapasan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Sistem Pernapasan Manusia

Bagian-bagian sistem pernapasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea,


karina, bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus
terminalis, bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan
alveoli. Terdapat Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media
dan lobus inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Pulmo dextra terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus
media, sedangkan fissura oblique membagi lobus media dengan lobus inferior.
Pulmo sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus superior dan lobus
inferior. Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan
Visceralis (dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum
pleura).[4]
1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior
yang dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang
rawan. Permukaan luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea
besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis silindris
bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal. Didalamnya ada
konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria pada
mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh
darah. [4]

6
2. Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet,
dengan lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis
sel: sel penyokong, sel basal dan sel olfaktoris. [4]
3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam
tulang tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung.
Ada 4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis dan
sphenoidalis. [4]
4. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan
makanan menyatu dan menyilang. Pada saat makan
makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat bernapas
udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Mukosa pada nasofaring sama
dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan
laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring
tidak memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal,
mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu
dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan
laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng, mengandung
kelenjar mukosa murni. [4]
5. Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm.
Terletak antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh
tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik
mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik
mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan
dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel bertingkat
silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada
kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan

7
menutup trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2
lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan
pita suara (lipat suara). Celah diantara pita suara disebut
rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina
propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara
( otot rangka). Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan
Inferior. Inervasi: N Laringealis superior. [4]
6. Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya
dilapisi oleh jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea
terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia, jaringan
limfoid dan kelenjar. [4]
7. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama.
Bronki primer bercabang menjadi bronki lobar, bronki
segmental, bronki subsegmental. Struktur
bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa
lempeng tulang rawan tidak teratur. Makin ke distal makin
berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang sama
sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral.
Mukosa tersusun atas lipatan memanjang. Epitel bronkus :
kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar
submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin,
limfosit, sel mast, eosinofil. [9]
8. Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng
tulang rawan, tidak mengandung kelenjar submukosa. Otot
polos bercampur dengan jaringan ikat longgar. Epitel
kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara).
Lamina propria tidak mengandung sel goblet. [9]
9. Bronchiolus respiratorius

8
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi
paru. Lapisan : epitel kuboid, kuboid rendah, tanpa silia.
Mengandung kantong tipis (alveoli). [9]
10. Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli.
Tempat alveoli bermuara. [9]
11. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis.
Tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500
juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli
disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus. [9]
Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe
I ), sel alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar
gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10% , menempati 95 %
alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %,
menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di
dekat septa alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat,
ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan
berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan
pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi
kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2
lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa
(fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara
alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar
disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel
ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag
melebihi jumlah sel lainnya. [9]
12. Pleura
Membran
serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini
mengandung serat elastin, fibroblas, kolagen. Yang

9
melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat
pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas
mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf
adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal. [4]

2.1.1. Fisiologi Sistem Pernapasan Manusia


1) Sistem Respirasi
a. Fisiologi ventilasi paru
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru.
Pergerakan udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
1. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara
pleura paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal
sekitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap yang
dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka
sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal,
pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar
dengan kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan tekanan
menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).
2. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli
paru. Ketika glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir
ke dalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan
nafas sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan
atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0
cm H2O. Agar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di
bawah tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O)
dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2
detik. Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.
3. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli
dan tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai
daya elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru

10
pada setiap pernapasan, yang disebut tekanan daya lenting
paru. [3]
b. Fisiologi kendali persarafan pada pernapasan
Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan
pernapasan.
1. Mekanisme yang berperan pada kendali pernapasan
volunter. Pusat volunter terletak di cortex cerebri dan impuls
dikirimkan ke neuron motorik otot pernapasan melalui jaras
kortikospinal.
2. Mekanisme yang mengendalikan pernapasan otomatis. Pusat
pernapasan otomatis terletak di pons dan medulla oblongata,
dan keluaran eferen dari sistem ini terletak di rami alba
medulla spinalis di antara bagian lateral dan ventral jaras
kortikospinal.
Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, berkumpul
pada neuron motorik N.Phrenicus pada kornu ventral C3-C5 serta
neuron motorik intercostales externa pada kornu ventral
sepanjang segmen toracal medulla. Serat saraf yang membawa
impuls ekspirasi, bersatu terutama pada neuron motorik
intercostales interna sepanjang segmen toracal medulla. [1]
Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat
apabila neuron motorik untuk otot inspirasi diaktifkan, dan
sebaliknya. Meskipun refleks spinal ikut berperan pada persarafan
timbal-balik (reciprocal innervation), aktivitas pada jaras
descendens-lah yang berperan utama. Impuls melalui jaras
descendens akan merangsang otot agonis dan menghambat yang
antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal balik ini
aadalah terdapatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson
N.Phrenicus untuk jangka waktu singkat, setelah proses inspirasi.
Fungsi keluaran pasca inspirasi ini nampaknya adalah untuk
meredam daya rekoil elastik jaringan paru dan menghasilkan

11
pernapasan yang halus (smooth). [1]
c. Pengaturan aktivitas pernapasan
Baik peningkatan PCO2 atau konsentrasi H+ darah arteri maupun
penurunan PO2 akan memperbesar derajat aktivitas neuron
pernapasan di medulla oblongata, sedangkan perubahan ke arah
yang berlawanan mengakibatkan efek inhibisi ringan. Pengaruh
perubahan kimia darah terhadap pernapasan berlangsung melalui
kemoreseptor pernapasan di glomus karotikum dan aortikum serta
sekumpulan sel di medulla oblongata maupun di lokasi lain yang
peka terhadap perubahan kimiawi dalam darah. Reseptor tersebut
membangkitkan impuls yang merangsang pusat pernapasan.
Bersamaan dengan
dasar pengendalian pernapasan kimiawi, berbagai aferen lain
menimbulkan pengaturan non-kimiawi yang memengaruhi
pernapasan pada keadaan tertentu. Untuk berbagai rangsang yang
memengaruhi pusat pernapasan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini: [4]

Berbagai rangsang yang memengaruhi pusat pernafasan 4

Pengendalian kimia

CO2 (melalui konsentrasi H+ di LCS dan cairan interstitiel otak)

O2 (melalui glomus karotikum dan aortikum)

H+

Pengendalian non-kimia

Aferen nervus vagus dari reseptor di saluran pernafasan dan

paru Aferen dari pons, hipothalamus dan sistem limbik

d. Pengendalian kimiawi pernapasan

12
Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi
sedemikian rupa sehingga PCO2 alveoli pada keadaan normal
dipertahankan tetap. Dampak kelebihan H+ di dalam darah akan
dilawan, dan PO2 akan ditingkatkan apabila terjadi penurunan
mencapai tingkat yang membayakan. Volume pernapasan semenit

berbanding lurus dengan laju metabolisme, tetapi penghubung


antara metabolisme dan ventilasi adalah CO 2, bukan O2. Reseptor di
glomus karotikum dan aortikum terangsang oleh peningkatan PCO 2
ataupun konsentrasi H+ darah arteri atau oleh penurunan PO 2.
Setelah denervasi kemoreseptor karotikum, respons terhadap
penurunan PO2 akan hilang, efek utama hipoksia setelah denervasi
glomus karotikum adalah penekanan langsung pada pusat
pernapasan. Respon terhadap perubahan konsentrasi H+ darah arteri
pada pH 7,3-7,5 juga dihilangkan, meskipun perubahan yang lebih
besar masih dapat menimbulkan efek. Sebaliknya, respons terhadap
perubahan PCO2 darah arteri hanya sedikit dipengaruhi,; dengan
penurunan tidak lebih dari 30-35%.[3]
 Kemoreseptor dalam batang otak

Kemoreseptor yang menjadi perantara terjadinya hiperventilasi


pada peningkatan PCO2 darah arteri setelah glomus karotikum
dan aortikum didenervasi terletak di medulla oblongata dan
disebut kemoreseptor medulla oblongata. Reseptor ini terpisah
dari neuron respirasi baik dorsal maupun ventral, dan terletak
pada permukaan ventral medulla oblongata.
Reseptor kimia tersebut memantau konsentrasi H+ dalam LCS,
dan juga cairan interstisiel otak. CO2 dengan mudah dapat
menembus membran, termasuk sawar darah otak, sedangkan
H+ dan HCO3- lebih lambat menembusnya. CO2 yang
memasuki otak dan LCS segera dihidrasi. H2CO3 berdisosiasi,

13
sehingga konsentrasi H+ lokal meningkat. Konsentrasi H+ pada
cairan interstitiel otak setara dengan PCO2 darah arteri. [1]
 Respons pernapasan terhadap kekurangan oksigen
Penurunan kandungan O2 udara inspirasi akan meningkatkan
volume pernapasan semenit. Selama PO2 masih diatas 60
mmHg, perangsangan pada pernapasan hanya ringan saja,dan
perangsangan ventilasi yang kuat hanya terjadi bila PO2 turun
lebih rendah. Nsmun setiap penurunan PO2 arteri dibawah 100
mmHg menghasilkan peningkatan lepas muatan dari
kemoreseptor karotikum dan aortikum. Pada individu normal,
peningkatan pelepasan impuls tersebut tidak menimbulkan
kenaikan ventilasi sebelum PO2 turun lebih rendah dari 60
mmHg karena Hb adalah asam yang lebih lemah bila
dibandingkan dengan HbO2, sehingga PO2 darah arteri berkurang
dan hemoglobin kurang tersaturasi dengan O2, terjadi sedikit
penurunan konsentrasi H+ dalam darah arteri. Penurunan
konsentrasi H+ cenderung menghambat pernapasan. Di samping
itu, setiap peningkatan ventilasi yang terjadi, akan menurunkan
PCO2 alveoli, dan hal inipun cenderung menghambat pernapasan.
Dengan demikian, manifestasi efek perangsangan hipoksia
pada pernapasan tidaklah nyata sebelum rangsang hipoksia
cukup kuat untuk melawan efek inhibisi yang disebabkan
penurunan konsentrasi H+ dan PCO2 darah arteri. [4]
 Pengaruh H+ pada respons CO2
Pengaruh perangsangan H+ dan CO2 pada pernapasan
tampaknya bersifat aditif dan saling berkaitan dengan kompleks,
serta berceda halnya dari CO2 dan O2. Sekitar 40% respons
ventilasi terhadap CO2 dihilangkan apabila peningkatan H+
darah arteri yang

14
dihasilkan oleh CO2 dicegah. 60% sisa respons kemungkinan
terjadi oleh pengaruh CO2 pada konsentrasi H+ cairan spinal
atau cairan interstitial otak. [3]

e. Pengangkutan oksigen ke jaringan


Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru dan
sistem kardiovaskuler. Pengangkutan oksigen menuju jaringan
tertentu bergantung pada: jumlah oksigen yang masuk ke dalam
paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah
menuju jaringan dan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen.
Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan vaskular di
dalam jaringan serta curah jantung. Jumlah oksigen di dalam darah
ditentukan oleh jumlah oksigen yang larut, jumlah hemoglobin
dalam darah dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen. [4]
2.1.2. Biokimia
1. Reaksi hemoglobin dan oksigen
Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya
sebagai pembawa O2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein
yang dibentuk dari empat sub unit, masing-masing mengandung
gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Pada
seorang dewasa normal, sebagian besar hemoglobin mengandung
dua rantai α dan dua rantai β. Heme adalah kompleks yang dibentuk
dari suatu porfirin dan satu atom besi fero. Masing-masing dari
keempat atom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara
reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga
reaksi pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan
reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim
ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2 . Karena setiap molekul
hemoglobin mengandung empat unit Hb, maka dapat dinyatakan
sebagai Hb4, dan pada kenyataannya bereaksi dengan empat

15
molekul O2 membentuk Hb4O8. [3]
Hb4 + O2 ↔ Hb4O2

Hb4O2 + O2 ↔
Hb4O4

Hb4O4 + O2 ↔
Hb4O6

Hb4O6 + O2 ↔
Hb4O8
Reaksi ini berlangsung cepat, membutuhkan waktu kurang
dari 0,01 detik.
Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga berlangsung sangat cepat. 4

Kapasitas Paru-Paru

Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan


biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan
pada orang dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang
dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik napas
dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500
ml. Udara ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik

16
napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat diembuskan juga
sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun
telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara
dalam paru- paru yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini
dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total = kapasitas
vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria. [3]
2.1.3. Mekanisme Pernapasan Manusia
Pernapasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar
tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot
tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk
dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau
mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang
rusuk luar berkontraksi,
maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah
besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam rongga
dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan
uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari
luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses
’inspirasi’
Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot
dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan
tekanan udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-
paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar
tubuh, proses ini disebut ’espirasi’.
2. Pernapasan perut
Pada pernapasan ini otot yang berperan aktif adalah otot
diafragma dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma
berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan
volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya

17
semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan
mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru-
paru(inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis
walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara
udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan
pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam
kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di
luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara
akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih
besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme
pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.

a. Volume Udara Pernapasan


Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia
mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara
pernapasan manusia.
Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam
proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara
yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru
sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara
maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-
parunya secara maksimum.

18
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau
menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya
menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal
= ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk
pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi
maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara
pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume =
1500 cc). Lihat skema udara pernapasan berikut ini
b. Gas-Gas dalam Udara Pernapasan
Persentase gas utama pernapasan dalam udara yang keluar masuk paru-paru :
Gas Udara luar Udara di Udara yang
sebelum masuk alveoli (%) keluar dari paru-
paru-paru (%) paru (%)
Nitrogen (N2) 79,01 80,7 79,6
Oksigen (O2) 20,95 13,8 16,4
Karbon 0,04 5,5 4,0
dioksida
(CO2)
Pertukaran udara berlangsung di dalam avelous dan pembuluh
darah yang mengelilinginya. Gas oksigen dan karbon dioksida akan
berdifusi melalui sel-sel yang menyusun dinding avelous dan kapiler
darah. Udara aveolus mengandung zat oksigen yang
lebih tinggi dan karbon dioksida lebih rendah dari pada gas di dalam
darah pembuluh kapiler. Oleh karena itu molekul cenderung
berpindah dari konsentrasi yang lebih tinggi ke rendah, maka oksigen
berdifusi dari udara aveolus ke dalam darah, dan karbon dioksida
akan berdifusi dari pembuluh darah ke avelous. Pengangkutan
CO₂ oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 cara yaitu : (1)
Karbondioksida larut dalam plasma dan membentuk asam karbonat
dengan enzim anhydrase. (2) Karbondioksida terikat pada
hemoglobin

19
dalam bentuk karbomino hemoglobin (3) Karbondioksida
terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO₂) melalui proses
berantai pertukaran klorida.
c. Pertukaran O2 Dan CO2 Dalam Pernapasan
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan
tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh
jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan
makanan yang dimakan. [3]
Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan
oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang
memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan
oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan
memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak
oksigen daripada seorang vegetarian.
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc
oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan
tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi
biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara
inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi
hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler
darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar
oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin)
untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. [3]
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit
ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur
besi dan globin yang berupa protein.

20
Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat
diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :
Hb4 + O2 4 Hb O2oksihemoglobin) berwarna merah jernih
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan
O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara.
Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari
arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760
mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg.
Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen
dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh
karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang
tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir
lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke
jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini
akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena
sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih
tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari
jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya
sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru
lalu dilepaskan ke udara bebas.
Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan
tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila
tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc
oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian
kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100
mm3 darah. [3]

21
Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya
berlangsung menurut reaksi kimia berikut:
1. 02 + H20 Þ (karbonat anhidrase) H2CO3
Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga
mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam
karbonat.
Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara
yakni sebagai berikut. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan
membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari
seluruh C
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino
hemoglobin (23% dari seluruh CO2).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3)
melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2).
Reaksinya adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3
Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan
munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah.
Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni.
Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka
muncul gejala alkalosis.
d. Energi dan Pernapasan
Energi yang dihasilkan oleh proses pernapasan akan digunakan
untuk membentuk molekul berenergi, yaitu ATP (Adenosin Tri
Phospate). Selanjutnya,molekul ATP akan disimpan dalam sel dan
merupakan sumber energy utama untuk aktivitas tubuh. ATP berasal
dari perombakan senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan
lemak. Gula (glukosa) dari pemecahan karbohidrat dalam tubuh
diubah terlebih dahulu menjadi senyawa fosfat yang dikatalisis oleh
bantuan enzim glukokinase. Selanjutnya senyawa fosfat diubah
menjadi asam piruvat dan akhirnya dibebaskan dalam bentuk H₂O

22
dan CO₂ sebagai hasil
samping oksidasi tersebut. Proses respirasi sel dari bahan glukosa
secara garis besar, meliputi tiga tahapan, yaitu proses glikosis, siklus
Krebs, dan transfer elektron.
Pada pekerja berat atau para atlit yang beraktivitas tinggi, pembentukan
energy dapat dilakukan secara anaerobic. Hal ini disebabkan bila
tubuh kekurangan suplai oksigen akan terjadi proses perombakan
asam piruvat menjadi asam laktat yang akan membentuk 2 mol ATP.
e. Frekuensi Pernapasan
Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas
disebut sebagai frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi
pernapasan manusia setiap menitnya sebanyak 15-18 kali. Cepat atau
lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya :
 Usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah
frekuensi pernapasannya.Hal ini berhubungan dengan energy yang
dibutuhkan.
 Jenis kelamin. Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.Kebutuhan akan
oksigen serta produksi karbondioksida pada pria lebih tinggi
dibandingkan wanita.
 Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka
semakin cepat frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan
dengan penigkatan proses metabolism yang terjadi dalam tubuh.
 Posisi atau kedudukan tubuh. Frekuensi pernapasan ketika
sedang duduk akan berbeda dibandingkan dengan ketika sedang
berjongkok atatu berdiri.Hal ini berhubungan erat dengan energy
yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.
 Aktivitas. Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti
olahragawan akan membutuhkan lebih banyak energi daripada
orang yang diamatau santai, oleh karena itu, frekuensi pernapasan

23
orang tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan frekuensi pernapasan
diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak. Selain itu,
frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida
(CO₂) dalam darah.

f. Gangguan pada Sistem Respirasi


Sistem pernapasan manusia yang terdiri
atas beberapa organ dapat mengalami gangguan.
Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau
penyakit. Penyakit atau kelainan yang menyerang sistem
pernapasan ini dapat menyebabkannya proses pernapasan. Berikut
adalah beberapa contoh gangguan pada system pernapasan manusia.
1. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paru –
paru mengalami pembengkakan karena pembuluh darah nya
kemasukan udara. [8]
2. Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh alergi, seperti debu,bulu, ataupun rambut.
Kelainan ini dapat diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh
jika suhu lingkungan. [8]
3. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut
menimbulkan bintil- bintil pada dinding alveolus. Jika
penyakit ini menyerang dan dibiarkan semakin luas,dapat
menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru- parun akan
kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita
TBC napasnya sering terengah-engah. [8]
4. Infuenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus infuenza. Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin,
demam, dan pilek. [8]
5. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu
paling berbahaya. Sel- sel kanker pada paru-paru terus tumbuh

24
tidak terkendali. Penyakit ini lama- kelamaan dapat menyerang
seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru- paru adalah
kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya kanker
paru- paru dan kerusakan paru-paru. [2]
6. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru-paru. Misalnya, sel mukosa membesar
(disebut hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (disebut
hiperplasia). Dapat pula terjadi radang ringan, penyempitan saluran
pernapasan akibat bertambahnya sel sel dan penumpikan lendir, dan
kerusakan alveoli. Perubahan anatomi saluran pernapasan
menyebabkan fungsi paru-paru terganggu. [10]

g. Gangguan pada Sistem Respirasi


Sistem pernapasan manusia yang terdiri
atas beberapa organ dapat mengalami gangguan.
Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau
penyakit. Penyakit atau kelainan yang menyerang sistem
pernapasan ini dapat menyebabkannya proses pernapasan. Berikut
adalah beberapa contoh gangguan pada system pernapasan manusia.
1. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru.
Paru- paru mengalami pembengkakan karena pembuluh darah
nya kemasukan udara. [8]
2. Asma, merupakan kelainan penyumbatan
saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi, seperti
debu,bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat
diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu
lingkungan. [8]
3. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
tersebut menimbulkan bintil- bintil pada dinding alveolus.

25
Jika penyakit ini menyerang dan dibiarkan semakin
luas,dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-
paru akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan
para penderita TBC napasnya sering terengah-engah. [8]
4. Infuenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus infuenza. Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin,
demam, dan pilek. [8]
5. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu
paling berbahaya. Sel- sel kanker pada paru-paru terus tumbuh
tidak terkendali. Penyakit ini lama- kelamaan dapat menyerang
seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru- paru
adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya
kanker paru- paru dan kerusakan paru-paru. [2]
6. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru-paru. Misalnya, sel mukosa
membesar (disebut hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah
banyak (disebut hiperplasia). Dapat pula terjadi radang ringan,
penyempitan saluran pernapasan akibat bertambahnya sel sel dan
penumpikan lendir, dan kerusakan alveoli.

2.2. Sistem Pernapasan Hewan

Sistem pernapasan pada hewan beragam dan menunjukkan


adaptasi yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masing-masing
spesies. Berikut adalah beberapa aspek umum mengenai sistem pernapasan
hewan secara umum:
1. Paru-paru dan Pertukaran Gas: Sebagian besar hewan vertebrata
memiliki paru-paru sebagai organ utama pernapasan. Paru-paru
berfungsi sebagai tempat pertukaran gas, di mana oksigen diambil dari
udara dan karbon dioksida dibuang.
2. Insang: Beberapa kelompok hewan, seperti ikan dan sebagian amfibi,

26
menggunakan insang sebagai organ pernapasan. Insang
memungkinkan pertukaran gas langsung dengan air.
3. Airsac dan Sistem Unidirectional: Pada burung, sistem pernapasan
sangat efisien dengan adanya airsac. Udara mengalir satu arah melalui
paru-paru, meningkatkan efisiensi pertukaran gas.
4. Trakea pada Serangga: Serangga memiliki sistem pernapasan yang
berbeda, menggunakan trakea sebagai saluran udara yang langsung
terhubung dengan sel-sel tubuh. Udara bergerak melalui trakea dan
mencapai sel-sel secara langsung.
5. Kantung Udara: Beberapa hewan, terutama burung, memiliki kantung
udara yang berfungsi untuk menyimpan udara tambahan dan
membantu mengatur tekanan udara dalam rongga tubuh. Bukaan
Pernapasan:
6. Bukaan pernapasan pada hewan, seperti hidung pada mamalia atau
bukaan pada sisi tubuh serangga (buku), berfungsi sebagai pintu masuk
udara ke dalam sistem pernapasan.
7. Adaptasi Terhadap Lingkungan: Sistem pernapasan hewan sering kali
menunjukkan adaptasi evolusioner yang sesuai dengan lingkungan
hidup mereka. Contohnya, hewan yang hidup di air cenderung
memiliki insang, sementara hewan yang hidup di darat dapat memiliki
paru-paru atau adaptasi khusus lainnya.
8. Frekuensi dan Kapasitas Pernapasan: Frekuensi dan kapasitas
pernapasan dapat bervariasi antara hewan, tergantung pada kebutuhan
metabolik dan aktivitas fisik masing-masing spesies.

2.3. Sistem Pernapasan Tumbuhan


Sistem pernapasan pada tumbuhan memiliki perbedaan mendasar
dengan hewan, karena tumbuhan tidak memiliki organ pernapasan yang
khusus seperti paru-paru atau trakea. Pernapasan pada tumbuhan terkait

27
erat dengan proses fotosintesis dan pertukaran gas melalui stomata.
Berikut adalah beberapa aspek umum mengenai sistem pernapasan pada
tumbuhan:
1. Stomata
Stomata merupakan struktur mikroskopis pada permukaan daun,
batang, dan kadang-kadang pada bagian lain tumbuhan. Stomata
berperan dalam pertukaran gas, di mana oksigen diambil dan karbon
dioksida dibuang.
2. Sel-sel Mesofil
Sel-sel mesofil di daun tumbuhan mengandung kloroplas yang terlibat
dalam fotosintesis. Proses pernapasan pada tumbuhan sering kali
berhubungan dengan produksi oksigen melalui fotosintesis.
3. Proses Fotosintesis dan Pernapasan Seluler
Tumbuhan mengintegrasikan proses fotosintesis dan pernapasan
seluler. Selama fotosintesis, tumbuhan menghasilkan oksigen dan
mengonsumsi karbon dioksida. Pada malam hari atau saat intensitas
cahaya rendah, tumbuhan dapat melakukan pernapasan seluler,
menghasilkan karbon dioksida dan menggunakan oksigen.
4. Kapasitas Stomata dan Pengaturan Air
Stomata juga berperan dalam regulasi transpirasi, yaitu pelepasan uap
air dari tumbuhan. Proses ini dapat mempengaruhi kapasitas tumbuhan
untuk melakukan pertukaran gas.
5. Adaptasi Terhadap Lingkungan
Tumbuhan dapat menunjukkan adaptasi terhadap kondisi lingkungan
yang berbeda, seperti tumbuhan gurun yang memiliki stomata
termodifikasi untuk mengurangi penguapan air.
6. Pengaruh Lingkungan dan Kualitas Udara
Kualitas udara dan komposisi atmosfer juga dapat mempengaruhi
sistem pernapasan tumbuhan. Peningkatan konsentrasi karbon dioksida
dapat memengaruhi pertumbuhan dan fotosintesis.

28
7. Fungsi Akar
Meskipun akar bukan bagian utama dalam pertukaran gas, akar dapat
memainkan peran dalam pertukaran udara dengan lingkungan tanah,
terutama pada tumbuhan yang hidup di lingkungan berair atau tanah
yang lembab. Sistem pernapasan pada tumbuhan menunjukkan
hubungan yang kompleks dengan proses-proses fisiologis dan adaptasi
terhadap lingkungan. Pemahaman mendalam tentang pernapasan pada
tumbuhan penting untuk memahami cara tumbuhan memanfaatkan dan
berinteraksi dengan atmosfer dan lingkungan sekitarnya

29
BAB III
PEMABAHASAN

Sistem pernapasan merupakan komponen kritis dalam fisiologi


manusia, hewan, dan tumbuhan, menunjukkan keragaman mekanisme dan
adaptasi evolusioner yang sesuai dengan lingkungan hidup masing-
masing.
Manusia, dengan sistem pernapasan yang kompleks, mengandalkan
organ-organ seperti hidung, trakea, dan paru-paru untuk pertukaran gas
yang esensial. Struktur anatomi, seperti diafragma, mendukung mobilitas
dan kapasitas paru-paru, mencerminkan adaptasi evolusioner terhadap
kebutuhan energi tinggi dan kehidupan darat.
Pada hewan, mekanisme pernapasan bervariasi, termasuk insang
pada ikan, paru-paru pada mamalia, dan trakea pada serangga. Sistem
unidirectional pada burung, dengan adanya airsac, meningkatkan efisiensi
pernapasan. Tumbuhan, meskipun tanpa organ pernapasan khusus,
melakukan pertukaran gas melalui stomata pada daun dan batang, terkait
erat dengan proses fotosintesis.
Adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan melibatkan regulasi
stomata dan interaksi antara fotosintesis dan pernapasan. Sistem
pernapasan manusia, hewan, dan tumbuhan saling terhubung dengan
fisiologi tubuh dan lingkungan sekitarnya. Pengaruh perubahan
lingkungan, seperti polusi udara dan perubahan iklim, mempengaruhi
kesehatan sistem pernapasan pada ketiga kelompok organisme.
Pemahaman mendalam tentang implikasi dan relevansi sistem pernapasan
pada manusia, hewan, dan tumbuhan diperlukan untuk pemeliharaan
kesehatan masyarakat, konservasi spesies, dan keberlanjutan ekosistem.

30
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dalam rangka pemahaman sistem pernapasan secara umum, makalah ini


menggali keragaman mekanisme pernapasan pada manusia, hewan, dan
tumbuhan. Sistem pernapasan manusia menunjukkan kompleksitas struktural yang
mendukung kebutuhan metabolik dan adaptasi evolusioner terhadap kehidupan
darat. Pada hewan, beragam mekanisme pernapasan, seperti insang pada ikan,
paru-paru pada mamalia, dan trakea pada serangga, mencerminkan adaptasi
terhadap keberagaman lingkungan. Sementara itu, tumbuhan menunjukkan
uniknya dengan pertukaran gas melalui stomata dan keterkaitannya yang erat
dengan fotosintesis. Kesimpulan utama dari makalah ini adalah bahwa
pemahaman tentang sistem pernapasan tidak hanya penting dalam konteks
kesehatan manusia dan hewan, tetapi juga menjadi kunci untuk merangkai
kehidupan dan keberlanjutan ekosistem. Dengan merinci peran sistem pernapasan
dalam interaksi organisme dengan lingkungan, makalah ini menyajikan gambaran
yang komprehensif tentang kompleksitas kehidupan di Bumi.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of


airway closure.
Respiratory Physiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-
221.
2. Lesauskaite, V. and Ebejer, M. (1999). Age-related changes in the
respiratory
system. Maltese Medical Journal, 11(1), p.25.
3. Majumder, N. (2015). Physiology of Respiration. IOSR Journal
of Sports
and Physical Education, 2(3), pp.16-17.
4. Patwa, A. and Shah, A. (2015). Anatomy and physiology of
respiratory system
relevant to anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9),
p.533. Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis
of Respiratory Control System using Labview. International
Journal of Control Theory and Computer Modeling, 2(6),
pp.13-23.
5. White, S., Danowitz, M. and Solounias, N. (2016). Embryology
and
evolutionary history of the respiratory tract. Edorium Journal
of Anatomy and Embryology, 3, pp.54-62.
6. Mitrouska, I., Klimathianaki, M. and Siafakas, N. (2004). Effects of
Pleural
Effusion on Respiratory Function. Canadian Respiratory
Journal, 11(7), pp.499-503.
7. Kelly, F. (2014). Influence of Air Pollution on Respiratory Disease.

32
European
Medical Journal, 2, pp.96-103.
8. Kennedy, J. (2012). Clinical Anatomy Series‐ Lower Respiratory
Tract
Anatomy. Scottish Universities Medical Journal., 1(2),
pp.174‐179.
9. Fikriyah, S. and Febrijanto, Y. (2012). Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra.
Jurnal STIKES, 5(1), pp.99-108.

33

Anda mungkin juga menyukai