Murdianah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 47

OPTIMALISASI BUDAYA KERJA GURU DALAM

MENINGKATKAN DISIPLIN PESERTA DIDIK


(Study Kasus di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang
Kabupaten Pangandaran)

USULAN PENELITIAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Mengikuti Seminar Usulan Penelitian

Oleh:
MURDIANAH
NIM. 82322324046

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GALUH
2024
OPTIMALISASI BUDAYA KERJA GURU DALAM
MENINGKATKAN DISIPLIN PESERTA DIDIK
(Study Kasus di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang
Kabupaten Pangandaran)

Oleh:
MURDIANAH
NIM. 82322324046

LEMBAR PENGESAHAN
Usul Penelitian ini sesuai dengan judul yang ditetapkan DBT
dan disetujui untuk mengikuti Seminar Usul Penelitian

Ciamis, Mei 2024


Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Maman Herman S.Pd., M. Pd.


NIDN : 0404026903
KATA PENGANTAR

Syukur Alhmadulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT

yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat ujian

guna memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) dengan judul “Optimalisasi

Budaya Kerja Guru dalam Meningkatkan Disiplin Peserta Didik (Study Kasus di

SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini tidak

terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, kritik dan

sarannya. Tidak lupa penulisa sampaikan ucapan terimakasih kepada yang telah

membantu dan mendukung terselesaikannya makalah ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dadi, M.Si, selaku Rektor Universitas Galuh.

2. Bapak Dr. H. Yat Rospia Brata, Drs., M.Si, selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Galuh.

3. Bapak Dr. Maman Herman S.Pd., M. Pd., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Program Pascasarjana Universitas Galuh.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari kesempurnaan

dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai

pihak.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Pangandaran, Mei 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian.....................................................................1
1.2 Fokus Penelitian....................................................................................7
1.3 Perumusan Masalah..............................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................8
1.5 Kegunaan Penelitian..............................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENDEKATAN MASALAH...................11
2.1 Kajian Pustaka.....................................................................................11
2.1.1 Pengertian Budaya Kerja...........................................................11
2.1.2 Pengertian Kedisiplinan.............................................................19
2.2 Penelitian Terhulu yang Relevan........................................................26
2.3 Pendekatan Masalah............................................................................27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................29
3.1 Metode Penelitian................................................................................29
3.2 Desain Penelitian.................................................................................30
3.3 Sumber Data........................................................................................33
3.4 Alat Pengumpulan Data......................................................................33
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................................35
3.5.1 Teknik Pengolahan Data............................................................35
3.5.2 Analisis Data..............................................................................37
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................38
3.6.1 Tempat Penelitian......................................................................38
3.6.2 Waktu Penelitian........................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 28

Gambar 3.1 Desain Penelitian.......................................................................... 32

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terhulu yang Relevan...................................................... 26

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam pencapaian tujuan sekolah atau lembaga pemerintah banyak

unsur-unsur yang menjadi hal penting dalam pemenuhannya, antara lain

adalah budaya organisasi yang diterapkan sekolah atau lembaga

pemerintahannya. Sumber daya yang telah tersedia jika tidak dikelola dengan

baik maka tidak akan memperoleh tujuan yang telah direncanakan, sehingga

pada hakikatnya budaya organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari lingkungan internal organisasi karena keragaman budaya yang ada dalam

suatu organisasi sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada di dalam

organisasi.

Organisasi pendidikan dihadapkan pada berbagai tantangan kompleks

dalam memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Tantangan tersebut

meliputi peningkatan standar akademik, perkembangan teknologi, perubahan

kebutuhan siswa, tuntutan regulasi, dan persaingan yang semakin ketat. Dalam

menghadapi tantangan ini, penting untuk memiliki budaya kerja yang kuat dan

adaptif agar organisasi pendidikan dapat meningkatkan kualitas pendidikan

yang diberikan.

Budaya organisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja dan

kualitas dalam sebuah organisasi. Budaya kerja mencakup nilai-nilai,

keyakinan, norma, dan perilaku yang dianut oleh anggota organisasi. Jika

budaya kerja yang ada di organisasi pendidikan mempromosikan kolaborasi,

1
2

inovasi, tanggung jawab, dan fokus pada pembelajaran, maka kualitas

pendidikan dapat ditingkatkan secara signifikan. Budaya kerja yang baik

Hapat mempengaruhi motivasi dan keterlibatan karyawan dalam organisasi

pendidikan. Ketika karyawan merasa dihargai, memiliki rasa kepemilikan

terhadap tujuan organisasi, dan mendapatkan dukungan untuk pengembangan

profesional, mereka akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik

dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Hal ini berdampak positif pada

kualitas pendidikan yang disampaikan kepada siswa.

Budaya kerja yang positif dan terbuka mendorong kolaborasi dan

komunikasi yang efektif antar anggota organisasi pendidikan. Kolaborasi

memungkinkan pertukaran ide, pengalaman, dan praktik terbaik antara para

profesional pendidikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Komunikasi yang baik juga memfasilitasi pemahaman yang lebih baik antara

semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, termasuk siswa, guru,

orang tua, dan staf pendukung. Budaya kerja yang mempromosikan inovasi

dan perbaikan berkelanjutan dapat meningkatkan kualitas dalam organisasi

pendidikan. Ketika anggota organisasi didorong untuk berpikir kreatif,

mencoba pendekatan baru, dan melihat kesalahan sebagai peluang belajar,

maka proses pendidikan dapat terus diperbaiki dan disesuaikan dengan

perkembangan terkini dalam bidang pendidikan. Dalam rangka meningkatkan

kualitas dalam organisasi pendidikan, penting untuk mengoptimalkan budaya

kerja yang mendukung nilai-nilai seperti kolaborasi, inovasi, komunikasi, dan

motivasi karyawan. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
3

pengembangan profesional, pemenuhan tuntutan pendidikan yang semakin

kompleks, dan peningkatan kualitas dalam memberikan layanan pendidikan

kepada siswa.

Optimalisasi budaya kerja dalam sebuah organisasi pendidikan

memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan.

Budaya kerja mencakup nilai-nilai, norma, keyakinan, dan praktik-praktik

yang diterapkan dalam lingkungan kerja. Dalam konteks pendidikan, budaya

kerja yang positif dan efektif dapat memberikan dampak positif pada siswa,

guru, staf, dan seluruh anggota organisasi pendidikan.

Dengan mengoptimalkan budaya kerja yang positif, organisasi

pendidikan dapat meningkatkan disiplin peserta didik dalam proses belajar

mengajar di sekolah. Hal ini melibatkan pengembangan nilai-nilai, norma, dan

praktik yang mendorong motivasi, kolaborasi, komunikasi, inovasi, dan

reputasi yang baik. Dalam jangka panjang, upaya ini akan berdampak positif

pada prestasi siswa dan pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.

Dalam dunia pendidikan, kedisiplinan, agama, ketaatan, dan kesopanan,

merupakan suatu hal yang harus ditanamkan kepada anak. Selain belajar

tentang ilmu pengetahuan. Disiplin belajar merupakan kesesuaian dan

kepatuhan terhadap standar tertulis dan tidak tertulis dalam proses mengubah

perilaku yang gigih sebagai hasil dari pengalaman mengamati, membaca,

meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan, dan mengikuti instruksi (Siska

Yuliantika, 2017). Agar siswa dapat belajar dan berperilaku dengan cara yang

sesuai dengan lingkungan tempat mereka berada, disiplin sangat penting untuk
4

pertumbuhan mereka. Suatu teknik pembelajaran yang dapat membantu guru

dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan untuk membangun

kedisiplinan pada siswa.

Pengetahuan atau keterampilan menggunakan semua komponen

kekuatan untuk memastikan bahwa tujuan pendidikan tercapai melalui

perencanaan dan pengarahan operasionalisasi sesuai dengan situasi dan

kondisi lapangan saat ini hal ini merupakan inti dari strategi pendidikan.

Menghitung rintangan fisik dan non fisik juga merupakan bagian dari ini.

Istilah “strategi pendidikan” juga dapat merujuk pada pedoman dan

pendekatan umum dalam menyelenggarakan proses pendidikan (Moch

Yasyakur, 2016).

Barnawi dan Mohammad Arifin menjelaskan bahwa guru adalah

pendidik profesional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik

(B. dan mohammad Arifin, 2012). Ngalih Purwanto menyatakan bahwa

pendidik adalah orang yang telah memberikan sumbangsih kepada masyarakat

dan negara, dan guru adalah orang yang memberikan ilmu atau keterampilan

kepada seseorang atau kelompok (Latifa Husien, 2017).

Menurut Siswanto di dalam Sukmasana disiplin adalah sikap yang

menghormati, menghargai, mematuhi hukum yang berlaku, baik tertulis

maupun tidak tertulis, serta menerima konsekuensi jika hukum tersebut

dilanggar (M.Arifin, 2017). Menurut Rusyan di dalam Jurnal Disiplin belajar

merupakan penunjang terhadap keberhasilan belajar siswa. Disiplin


5

mengarahkan kegiatan secara teratur, tertib, dan rapi sebab keteraturan ikut

menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan (Sukmasana, 2016).

Kemampuan siswa dalam mengatur waktunya secara efektif, rasa

memiliki terhadap tugas yang diberikan, rasa memiliki, serta tanggung jawab

terhadap organisasi kelas dan perencanaan pembelajaran merupakan kebiasaan

yang dapat digunakan untuk membangun kedisiplinan dalam belajarnya.

Aturan yang disepakati bersama oleh dosen dan mahasiswa dalam satu kelas.

Diyakini bahwa segala kegiatan sehari-hari yang dilakukan di sekolah dapat

membuahkan hasil yang positif sesuai dengan tujuan pendidikan yang juga

merupakan tujuan pendidikan nasional, dengan kesadaran diri untuk

melaksanakan disiplin belajar Untuk mendisiplinkan anak-anak secara efektif.

Guru harus mempertimbangkan berbagai keadaan dan memahami

variabel yang mempengaruhi mereka. Akibatnya, guru harus melakukan

tindakan sebagai berikut:

a) Menggali pengalaman siswa secara langsung, misalnya dengan melihat

catatan kehadiran.

b) Menggunakan kartu catatan kumulatif untuk meneliti pengalaman sekolah

anak-anak.

c) Mempertimbangkan lingkungan siswa dan sekolah.

d) Tetapkan tugas yang tidak ambigu, tidak rumit, dan mudah dipahami.

e) Merencanakan kegiatan setiap hari sedemikian rupa sehingga tidak ada

penyimpangan dari kegiatan belajar yang dimaksudkan (Mulyasa E, 2015).


6

Berdasarkan hasil observasi di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang

Kabupaten Pangandaran pada siswa kelas VI masih terdapat beberapa siswa

yang mengobrol sendiri dengan temannya saat pembelajaran di mulai, tidak

memperhatikan guru saat menjelaskan materi di depan, dan ketidakhadiran

siswa dengan kategori absen (tidak masuk) sebagai salah satu kurangnya

disiplin belajar. Selain itu, ketepatan waktu siswa dalam mengikuti jadwal

pelajaran juga masih kurang, masih ada siswa yang sering datang terlambat

masuk ke kelas.

Peranan metode guru dalam meningkatkan disiplin belajar siswa

menjadi sangat penting karena memudahkan guru dalam menegakkan standar

perilaku yang jelas dan tegas, membuatnya mudah ditaati dan mampu

menumbuhkan lingkungan yang mendukung pembelajaran. Selain itu, melalui

pembinaan dan memberi contoh secara teratur kepada siswa maka akan

mencapai nilai disiplin yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, disinilah peran guru bagaimana

mencoba merancang sebuah strategi yang dapat mengupayakan agar siswa

dapat menanamkan jiwa kedisiplinan, serta bagaimana tercapainya

pembelajaran yang efektif dan efesien dalam rangka mengembangkan mutu

pendidikan. Fokus pada penelitian ini yaitu strategi guru dalam meningkatkan

kedisiplinan belajar siswa.

Berdasarkan pada permasalahan tersebut diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Optimalisasi Budaya Kerja Guru


7

dalam Meningkatkan Disiplin Peserta Didik (Study Kasus di SDN 3 Paledah

Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran)”.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, terlihat bahwa dalam

kenyataannya masih terdapat beberapa siswa yang mengobrol sendiri dengan

temannya saat pembelajaran di mulai, tidak memperhatikan guru saat

menjelaskan materi di depan, dan ketidakhadiran siswa dengan kategori absen

(tidak masuk) sebagai salah satu kurangnya disiplin belajar. Selain itu,

ketepatan waktu siswa dalam mengikuti jadwal pelajaran juga masih kurang,

masih ada siswa yang sering datang terlambat masuk ke kelas. Atas dasar itu,

fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Beberapa siswa yang mengobrol sendiri dengan temannya saat

pembelajaran di mulai.

2. Siswa tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi di depan.

3. Ketidakhadiran siswa dengan kategori absen (tidak masuk) sebagai salah

satu kurangnya disiplin belajar.

4. Ketepatan waktu siswa dalam mengikuti jadwal pelajaran masih kurang,

5. Masih ada siswa yang sering datang terlambat masuk ke kelas.


8

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, akan dikemukakan susunan

rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana menghadapi kendala dalam optimalisasi budaya kerja guru

untuk meningkatkan disiplin peserta didik di SDN 3 Paledah Kecamatan

Padaherang Kabupaten Pangandaran.

2. Bagaimana strategi optimalisasi budaya kerja guru untuk meningkatkan

disiplin peserta didik di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang

Kabupaten Pangandaran.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan

tentang :

1. Kendala dalam optimalisasi budaya kerja guru untuk meningkatkan

disiplin peserta didik di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang

Kabupaten Pangandaran.

2. Strategi optimalisasi budaya kerja guru untuk meningkatkan disiplin

peserta didik di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten

Pangandaran.
9

1.5 Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Adapun penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara teoritis

sebagai berikut:

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai

optimalisasi budaya kerja guru dalam meningkatkan disiplin peserta

didik di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten

Pangandaran.

2. Menambah kepustakaan dalam bidang manajemen pendidikan pada

Program Pascasarjana Universitas Galuh.

2. Secara Praktis

Adapun kegunaan praktis dilakukannya penelitian ini diharapkan

sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah di lingkungan SDN 3

Paledah Kecamatan Padaherang sehubungan dengan optimalisasi

budaya kerja guru dalam meningkatkan disiplin peserta didik di SDN

3 Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran.

2. Bagi guru dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman

dibidang penelitian ilmiah dan meningkatkan kemampuan dalam

menganalisa masalah khususnya yang berkaitan optimalisasi budaya

kerja guru dalam meningkatkan disiplin peserta didik di SDN 3

Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran


10

3. Sebagai masukan dalam memperbaiki strategi pembelajaran siswa

dalam upaya optimalisasi budaya kerja guru dalam meningkatkan

disiplin peserta didik di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang

Kabupaten Pangandaran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENDEKATAN MASALAH

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Budaya Kerja

Budaya kerja adalah suatu falsafah didasari pandangan hidup

sebagai nilai- nilai yang menjadi sıfat, kebiasaan dan juga pendorong

yang dibudayakan dalam suatu kelompok dam tercermin dalam sikap

menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang

terwujud sebagai bekerja Robbins (2003:11) mengatakan budaya kerja

merupakan “Suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh

anggota suatu organisasi yang membedakan organisasi tersebut dari

organisasi lainnya”.

Menurut Mangkunegara (2005-316) menyimpulkan pengertian

budaya kerja sebagai “Separangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-

nilai dan norma yang dikembangkan dalam perusahaan yang dijadikan

pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotamya untuk mengatasi

masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Triguna (2004:1) menjelaskan bahwa “Sebenarnya budaya kerja

sudah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu

keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku

yang menjadi kebiasaan. Nilai- nilai tersebut bermula dari adat istiadat,

agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan pada diri pelaku

kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang menjadi kebiasaan tersebut

11
12

dinamakan budaya kerja”. Dengan demikian, maka setiap fungsi atau

proses kerja harus mempunyai perbedaan dalam bekerjanya, yang

mengakibatkan berbedanya pola nilai-nilai yang sesuai untuk diambil

dalam kerangka kerja organisasi. Seperti nilai-nilai apa saja yang

sepatutnya dimiliki, bagaimana perilaku setiap orang akan dapat

mempengaruhi kerja mereka, kemudian falsafah yang dianutnya seperti

“budaya kerja” merupakan suatu proses tanpa “akhir” atau “terus

menerus”.

Berbicara tentang budaya kerja berarti berbicara tentang pedoman

yang berisi tentang aturan-aturan yang terkait bdengan kerja yang

kemudian diimplementasikan di dalam kehidupan nyata dalam

pekerjaan sehari-hari yang menghasilkan produk-produk yang relevan

dengan tuntutan pekerjaannya. Budaya kerja tersebut kemudian secara

mekanis dan organis terdapat didalam diri manusia sehingga terekpresi

di dalam kehidupannya.

Sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku, budaya kerja

merupakan seperangkat pengetahuan yang built in di dalam individu

manusia pekerja yang dengannya manusia bertindak atau berperilaku di

dalam dunia kerja. Budaya kerja tersebut sudah menjadi bagian di

dalam kehidupan seseorang sehingga tanpa pengawasan pun seseorang

pasti akan melakukannya sebagaimana pedomannya tersebut. Dari

pengertian tentang budaya kerja dapat disimpulkan bahwa budaya kerja


13

adalah cara pandang yang menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai-

nilai yang diyakini karyawan untuk mewujudkan prestasi kerja terbaik.

Menurut Rivai (2005:430) fungsi budaya kerja adalah “Budaya

mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya

menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan

organisasi lain, Budaya memberikan identitas bagi organisasi, Budaya

mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada

kepentingan individu, Budaya itu mengingatkan kemantapan sistem

sosial dan Budaya sebagai mekanisme pembuat maknadan kendali yang

memandu serta membentuk sikap dan perilaku karyawan”.

Menurut Robbins (2003:520) peran atau fungsi didalam suatu

budaya adalah “Sebagai tapal batas yang menbedakan secara jelas suatu

organisasi dengan organisasi yang lain; Memberikan rasa identitas bagi

anggota-anggotanya organisasi; Memudahkan penerusan komitmen

hingga mencapai batasan yang lebih luas dari pada kepentingan

individu; Mendorong stabilitas sisitem sosial, merupakan perakat sosial

yang membantu mempersatukan organisasi; Membentuk rasa dan

kendali yang memberikan panduan dan membentuk sikap serta perilaku

karyawan; Sebagai pola perilaku yang berisi norma tingkah laku dan

menggariskan batas-batas toleransi sosial dan juga alat komunikasi

antara atasan dan bawahan maupun sebaliknya".


14

1. Proses dan Faktor-Faktor Terbentuknya Budaya Kerja

Menurut Robbins (2003:523) dibutuhkan waktu yang lama

untuk pembentukan suatu budaya kerja. Sekali terbentuk budaya itu

cenderung berurat berakar, sehingga sukar bagi para manajer untuk

mengubahnya.

Robbins (2003:523) menjelaskan bagaimana budaya kerja

dibangun dan dipertahankan ditunjukkan dari filsafat pendiri dan

pimpinannya. Selanjutnya budaya ini sangat dipengaruhi oleh

kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan karyawan. Tindakan

pimpinan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat

diterima baik dan yang tidak. Bagaiman bentuk sosialisasi akan

tergantung kesuksesan yang dicapai dalam menerapkan nilai-nilai

dalam proses seleksi. Namun secara perlahan nilai-nilai tersebut

dengan sendirinya akan terseleksi untuk melakukuan penyesuaian

terhadap perubahan yang pada akhirnya akan muncul budaya kerja

yang diinginkannya.

Menurut Mangkunegara (2005:317) ada tiga macam proses

terbentuknya budaya, yaitu “Budaya diciptakan oleh sendirinya;

Budaya terbentuk sebagai upaya menjawab tantangan dan peluang

dari lingkungan internal dan eksternal; budaya diciptakan oleh tim

manajemen sebagai cara meningkatkan kinerja perusahaan secara

sistematis”.
15

Sementara Gomes (2009:39) mengatakan bahwa satuan kerja

atau organisasi akan mampu mencapai sukses tertinggi jika ia

memiliki “Sasaran-sasaran dan target-target yang agung, Keteguhan

tetapi sekaligus fleksibel, Budaya kerja yang dihayatin secara

fanatik, Daya inovasi yang kreatif, Sistem pembangunan sumber

daya manusia (SDM) dari dalam; Orientasi pada mutu

kesempurnaan dan kemampuan untuk terus menerus belajar dan

berubah secara damai”.

Menurut Gomes (2009:53) factor-faktor yang membentuk

budaya kerja yaitu “Observed behavioral regularities when people

interact”, yaitu bahasa yang digunakan dalam organisasi, kebiasaan

dan organisasi yang ada, dan ritual para karyawan dalam

menghadapi berbagai macam situasi; Group Norms, yaitu nilai dan

standar baku dalam organisasi, Exposed Values, yaitu nilai-nilai dan

prinsip- prinsip organisasi yang ingin dicapai, misalnya kualitas

produk, dan sebagainya: Formal Philosophy.yaitu kebijakan dan

prinsip ideologis yang mengarahkan perilaku organisai terhadap

karyawan, pelanggan, dan pemegang saham; Rules of the Game,

yaitu aturan-aturan dalam perusahaan, hal-hal apa saja yang harus

dipelajari oleh karyawan baru agar dapat diterima organisasi

tersebut; Climateyaitu perasaan yang secara eksplisit dapat terasa

dari keadaan fisik organisasi dan interaksi antar karyawan, interaksi

antasan dengan bawahan, juga interaksi dengan pelanggan atau


16

organisasi lain; Embedded Skills, yaitu kompetensi khusus dari

anggota organisasi dalam menyelesaikan tugasnya, dan kemampuan

menyalurkan keahliannya dari satu generasi ke generasi lainnya;

Habits of thinking,mental models and/or linguistic paradigms, yaitu

adanya suatu kesamaan “frame” yang mengarahkan pada persepsi

(untuk dapat mengurangi adanya perbedaan persepsi), pikiran, dan

bahasa yang digunakan oleh para karyawan dan diajarkan pada

karyawan bru pada awal proses sosialisasi, Shared Meanings, yaitu

rasa saling pengertian yang diciptakan sendiri oleh karyawan

dariinteraksi sehari-hari, Root Metaphors or Integrating Symbols,

yaitu ide-ide, perasaan dan citra organisasi yang dikembangkan

sebagai karakteristik organisasi yang secara sadar ataupun tidak

sadar tercermin dari bangunan, lay out ruang kerjadan materi

artifact lainnya. Hal ini merefleksikan respon emosional dan

estetika anggota organisasi, disamping kemampuan kognitif atau

kemampuan evaluatif anggota organisasi

Nilai adalah keyakinan yang bertahan lama mengenai sesuatu

yang dianggap berharga, penting, mempunyai arti, diinginkan dan

diprioritaskan sehingga diperjuangkan untuk direalisasikan, Nilai-

nilai yang terbentuk didalam suatu organisasi kerja, sumbemya dari

masyarakat yang kemudian dibawa suatu organisasi ketika

seseorang menjadi anggota organisasi kerja tertentu. Nilai-nilai dari

suatu masyarakat diyakini dominan mempengaruhi budaya


17

perusahaan tempat organisasi berada Nilai terbentuknya mulai dari

keluarga, social, sekolah dan universitas. Nilai-nilai budaya

merupakan gejala kolektif dan lebih mencerminkan gejala

komunitas.

Mencapai keberhasilan yang permanen, organisasi perlu

membangun core valueyang membentuk budaya perusahaan. Nilai-

nilai ini akan memotivasi setiap orang dalam organisasi, berfungsi

memperjelas alasan organisasi untuk bertindak dan melakukan

sesuatu. Nilai-nilai ini juga menjadi ukuran dalam menentukan

perioritas dalam pengambilan keputusan dan menjadi pedoman

perilaku anggota organisasi.

Menurut Sentono (2008:69) Budaya pada intinya adalah nilai

dan norma yang berlaku di suatu organisasi dan dianut oleh para

anggota. Tiap organisasi seharusnya memiliki nilai masing-masing

yang sebaiknya merupakan nilai-nilai dari seluruh anggota.

Perusahaan membangun tata nilai yang mencakup hal-hal

yang menggugah karyawan untuk memberikan kontribusi positif

pada perusahaan, hubungan antara karyawan serta hubungan dengan

stakeholders, yang merupakan hal-hal yang harus dijunjung tinggi

atau dipedomi oleh seluruh karyawan dalam melaksanakan kegiatan

perusahaan, yang terdiri dari “Proaktif”. Proaktif berarti sikap

berinisiatif dan mengevaluasi resiko yang mungkin terjadi. Proaktif

adalah kemampuan untuk membuat keputusan tentang apa yang


18

harus dikerjakan pada situasi dan kondisi yang kritis, tanpa

menunggu perintah atau dukungan dari atasan. Unggul berarti lebih

tinggi, lebih baik atau lebih cakap. Ungggul bisa juga berarti yang

terbaik atau yang terutama Excellence pada intinya adalah upaya

membangun atau menciptakan keunggulan dalam rangka

memenangkan persaingan. Watak unggul adalah sifat yang selalu

mengedepankan kesempurnaan dan peningkatan dalam kualitas

kerja, serta berkeinginan dan bergairah untuk menjadi yang terbaik,

kerjasama tim. Bermakna bukan sekedar bekerja bersama-sama

namun kerjasama diantar dua potensi yang berbeda atau lebih,

dengan beban, tanggung jawab dan fungsi yang berbeda dan

hasilnya lebih dari sekedar. Hasil kerja kolektif terjadi bila dua

anggota atau lebih bekerja bersama-sama, mencerminkan kontribusi

bersama yang nyata dari anggota-anggota tim. Inovasi merupakan

proses pengambilan gagasan yang kreatif yang mengubahnya

menjadi produk, jasa atau metode operasi yang bermanfaat. Inovasi

adalah intensi memperkenalkan dan mengaplikasi suatu ide, proses

produk atau prosedur baru dalam organisasi untuk mendapatkan

keuntungan bagi organisasi. Bertanggung jawab didefinisikan

sebagai kemampuan dalam menannggapi dan menyelesaikan

pekerjaan yang di lakukan. Besar kecilnya tanggung jawab atas

akibat keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.


19

2. Indikator Budaya Kerja

Menurut Triguno, dkk (2004:8) indikator budaya kerja dapat

dibagi menjadi:

a. Sikap Terhadap Pekerjaan

Yaitu kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain,

seperti bersantai atau semata-mata memperoleh kepuasan dari

kesibukan pekerjaannya sendiri atau merasa terpaksa melakukan

sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya,

b. Perilaku Pada Waktu Bekerja

Seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti,

cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tuga dan

kewajibannya, suka membantu sesama karyawan atau

sebaliknya.

c. Disiplin Kerja

Dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati,

menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan yang sudah

ditetapkan.

2.1.2 Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang mendapatkan awalan

“ke” dan akhiran “an” yang merupakan konflik verbal yang berarti

keadaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “disiplin

adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); juga diartikan ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib)”.


20

Menurut Masykur Arif Rahman, “disiplin berasal dari Bahasa

Inggris “discipline” yang mengandung beberapa arti, diantaranya adalah

pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki

dengan sanksi, serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur

tingkah laku”.

Sementara itu, menurut Muchdarsyah “disiplin adalah sikap

mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan,

kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan baik ole

pemerintah atau etika, norma dan kaidah yang berlaku dalam

masyarakat untuk tujuan tertentu”. Selanjutnya Alisuf Sabri

mengemukakan bahwa “disiplin adalah adanya kesediaan untuk

mematuhi ketentuan/ peraturan-peraturan yang berlaku”.

Jadi, aspek terpenting dari disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan

terhadap aturan-aturan dan kesadaran menjalankan tata tertib dan

ketentuan. untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan

beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah

suatu keadaan sikap ketaatan dan kepatuhan pada peraturan, norma atau

tata tertib, yang dilakukan secara sadar sebagai proses pengendalian diri

untuk mencapai standar yang tepat dan tujuan yang diharapkan.

1. Unsur-unsur Disiplin

Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku

sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial masyarakat,


21

menurut Elizabet B. Hurlock “disiplin harus mempunyai empat

unsur pokok, jika salah satu dari keempat unsur pokok itu hilang

maka akan menyebabkan sikap yang tidak menguntungkan pada

anak dan perilaku yang tidakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal

ini karena masing-masing unsur pokok itu sangat berperan dalam

perkembangan moral”. Keempat unsur pokok tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Peraturan

Pokok pertama dalam disiplin adalah peraturan, peraturan

adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut

mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain.

Tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku

yang disetujui dalam situasi tertentu. Misalnya peraturan

sekolah, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus

dilakukan, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh

dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, koridor sekolah,

ruang makan sekolah, kamar kecil atau lapangan bermain

sekolah. Demikian juga dengan peraturan di rumah yang

mengajarkan anak apa yang harus, apa yang boleh dan apa yang

tidak boleh dilakukan di rumah, atau dalam hubungan dengan

keluarga.
22

b. Hukuman

Pokok kedua dalam disiplin adalah hukuman, hukuman

berasal dari bahasa latin yaitu punire, yang berarti menjatuhkan

hukuman pada seseorang karena melakukan kesalahan,

perlawanan atau pelangggaran sebagai ganjaran atau balasan.

Walaupun tidak dikatakan secara jelas, tersirat bahwa kesalahan,

perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa

orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap

melakukannya.

c. Penghargaan

Pokok ketiga dari disiplin adalah penggunaan

penghargaan, istilah “penghargaan” memiliki arti tiap bentuk

penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak

perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian,

senyuman atau tepukan di bahu/ punggung Penghargaan yang

diberikan menyusul hasil yang telah dicapai, oleh sebab itu

penghargaan berbeda dengan suapan, yang merupakan suatu

janji akan imbalan yang digunakan untuk membuat orang

berbuat sesuatu. Oleh sebab itu, suapan terutama diberikan

sebelum tindakan dan bukan sesudah tindakan seperti halnya

penghargaan.
23

d. Konsistensi

Pokok keempat disiplin adalah konsistensi, konsistensi berarti

tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama

dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya perubahan.

Sebaliknya, konsistensi artinya ialah kecenderungan menuju

kesamaan. Bila disiplin itu konstan, tidak akan ada perubahan

untuk menghadapi kebutuhan yang berubah. Sebaliknya,

konsistensi memungkinkan orang menghadapi kebutuhan

perkembangan yang berubah pada waktu yang bersamaan,

cukup mempertahankan ragaman agar anak tidak akan bingung

mengenai apa yang diharapkan dari mereka. Konsistensi harus

menjadi ciri semua aspek atau unsur pokok disiplin, harus ada

konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman

perilaku, konsistensi dalam hukuman yang dberikan pada

mereka yang tidak menyesuaikan pada standar, dan konsistensi

penghargaan bagi mereka yang bisa menyesuaikan

2. Indikator-Indikator Kedisiplinan

Dalam mengukur tingkat disiplin belajar siswa diperlukan

indikator- indikator, indikator-indikator tersebut dapat kita ketahui

dengan melihat jenis kedisiplinan. Menurut Moenir ada dua jenis

disiplin yang sangat dominan yakni disiplin dalam hal waktu dan

disiplin dalam hal kerja atau perbuatan Indikator-indikator yang


24

dapat digunakan untuk memngukur tingkat disiplin belajar

berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu

A. Disiplin waktu, meliputi :

1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang

sekolah tepat waktu

2) Tidak meninggalkan kelas/membolos

3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.

4) Dan sebagainya

B. Disiplin Perbuatan, meliputi:

1) Patuh dan tidak melanggar peraturan yang berlaku.

2) Tidak malas dalam belajar.

3) Tidak menyuruh orang lain mengerjakan tugasnya

4) Tidak suka berbohong.

5) Tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak mencontek,

tidak membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain

yang sedang belajar

3. Kedisiplinan dalam Islam

Islam mengajarkan kepada umatnya supaya hidup disiplin

yaitu dengan keras, sersungguh-sungguh, jujur, hidup teratur,

menggunakan dan memanfaatkan waktu dengan nsebaik-baiknya

untuk memperoleh kebahatiaan hidup didunia dan akhirat.

Disiplin merupakan pangkal dari suatu keberhasilan, supaya

hidup teratur hendaknya kita pandai-pandai merencanakan dan


25

memanfaatkan waktu serta mengatur waktu dengan sebaik-baiknya,

sehingga dapat melaksanakan pekerjaan dan menjalankan kewajiban

sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan pada akhirnya dapat

mencapai hasıl yang memuaskan. Sebaliknya, jika kita tidak

menggunakan waktu secara teratur bahkan mengabaikannya maka

kita akan mendapat kerugian. Hal ini seiring dengan firman Allah

Swt Dalam Al-Qur'an surat Al-Ashr ayat1-3

Menurut Quraisy Shihab "uraian Surahdi atas adalah tentang

waktu dan pentingnya memanfaatkan serta mengisinya dengan

aktifitas positif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Surat ini

mengingatkan tentang pentingnya menggunakan waktu dengan

sebaik mungkin. Imam Syafi'i: "Seandainya umat Islam memikirkan

kandungan surahini (Al-Ashr), niscaya (petunjuk-petunjuknya)

sudah mencukupi mereka

Seorang siswa hendaknya memiliki perilaku disiplin, baik

disiplin dalam waktu belajar maupun disiplin dalam kegiatan-

kegiatan lain. Karena belajar memerlukan aktifitas yang teratur,

dilaksanakan setahap demi setahap, oleh karena itu, diperlukan

sikap disiplin dari seorang siswa sehingga pada akhirnya apa yang

dicita-citakan dapat terwujud dengan baik Penjelasan di atas

menunjukan adanya tuntutan perilaku disiplin yaitu dengan cara

melaksanakan tugas pembelajaran secara teratur, memanfaatkan

waktu dengan sebaik-baiknya dan mentaati peraturan yang


26

ditetapkan oleh pihak lembaga pendidikan (sekolah). Hal ini harus

diperhatikan secara ketat melalui tingkat, dan peraturan sekolah

harus ditegaskan dengan baik oleh setiap guru dan siswa.

2.2 Penelitian Terhulu yang Relevan

Tabel 2.1
Penelitian Terhulu yang Relevan

No Penelitian Judul Variabel Hasil


1 Ramadhani Pengaruh Budaya Budaya Ada pengaruh secara
(2010) Kerja Dan Inovasi Kerja, signifikan antara
Kerja Untuk Inovasi Kerja budaya kerja dan
Meningkatkan dan inovasi kerja
Produktivitas Kerja Produktivitas terhadap
Karyawan Pada Kerja produktivitas kerja
PT.PLN (Persero) Karyawan karyawan
Medan

2 Meida Analisis Budaya Kerja Budaya Ada pengaruh secara


(2003) dan Inovasi Kerja, signifikan antara
Kerja Terhadap Inovasi Kerja budaya kerja,
Kinerja Karyawan dan inovasi kerja dan
Pada UP-IV Pertamina Kinerja kinerja karyawan
Cilacap Unit Karyawan
Simpan Pinjam
3 Dani Riza Pengaruh Komitmen Komitmen Budaya Organisasi
(2017) Organisasi, Organisasi, berpengaruh Signifikan
Budaya organisasi dan Budaya terhadap kinerja
Lingkungan Kerja Organisasi dan Lingkungan Kerja tidak
terhadap Lingkungan berpengaruh signifikan
Kinerja Pendamping Kerja Terhadap kinerja
Program Keluarga
Harapan (PKH) di Dinas
Sosial PPKB Kabupaten
Kebumen
4 Anhar Analisis pengaruh Budaya Budaya organisasi
Muttaqien budaya organisasi organisasi dapat mengubah pola
(2019) terhadap kinerja dan kinerja berpikir pegawai,
pegawai Pada dinas pegawai
yaitu dari pola
Pekerjaan Umum Kota
27

Banjar berpikir tradisional ke


pola berpikir rasional
dan global dengan
cara transparansional
5. Husein Analisis Budaya Budaya Terdapat pengaruh
(2018) Organisasi dan Organisasi, positif dari budaya
Kepemimpinan Kepemimpin organisasi dan
Terhadap Kinerja an dan
kepemimpinan
Pegawai. Studi Kasus Kinerja
pada Dinas Pekerjaan Pegawai terhadap kinerja
Umum DKI Jakarta pegawai

2.3 Pendekatan Masalah

Optimalisasi budaya kerja dalam sebuah organisasi pendidikan

memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan.

Dalam konteks pendidikan, budaya kerja yang positif dan efektif dapat

memberikan dampak positif pada siswa, guru, staf, dan seluruh anggota

organisasi pendidikan. Dengan mengoptimalkan budaya kerja yang positif,

organisasi pendidikan dapat meningkatkan disiplin peserta didik dalam proses

belajar mengajar di sekolah. Hal ini melibatkan pengembangan nilai-nilai,

norma, dan praktik yang mendorong motivasi, kolaborasi, komunikasi,

inovasi, dan reputasi yang baik. Dalam jangka panjang, upaya ini akan

berdampak positif pada prestasi siswa dan pencapaian tujuan pendidikan yang

diinginkan.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka

pemikiran yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti.

Penelitian ini intinya akan menjelaskan variabel Budaya Kerja dan Disiplin
28

Peserta Didik. Hubungan antar variabel tersebut diilustrasikan pada gambar

berikut ini :

Disiplin Peserta Didik


A. Disiplin waktu
1) Tepat waktu dalam
belajar
2) Tidak meninggalkan
kelas/membolos
3) Menyelesaikan tugas
Budaya Kerja
sesuai waktu yang
ditetapkan
1. Sikap terhadap B. Disiplin Perbuatan
pekerjaan 1) Patuh dan tidak melanggar
2. Perilaku pada waktu peraturan yang berlaku.
bekerja 2) Tidak malas dalam
3. Disiplin kerja belajar.
3) Tidak menyuruh orang
lain mengerjakan tugasnya
4) Tidak suka berbohong.
Triguno, dkk (2004:8) 5) Tingkah laku
menyenangkan.

Moenir (2010:95)

Gambar 2.1
Kerangka Pikir
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian

ini memahami optimalisasi budaya kerja guru dalam meningkatkan disiplin

peserta didik di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten

Pangandaran.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur

analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara

kuantifikasi lainnya (Moleong, 2005: 31). Menurut Masyhuri dan M.

Zainuddin (2008:13 ) kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya

dengan menggunakan data empiris. Penelitian kualitatif membutuhkan studi

mendalam untuk membentuk suatu model atau teori berdasarkan adanya

keterkaitan antara data yang ditemukan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (1998:96), penelitian

kualitatif mempunyai lima ciri, yaitu: (1) dilakukan pada latar alami karena

yang merupakan alat penting adalah adanya data yang langsung dari peneliti

sendiri; (2) bersifat deskripsif, yaitu data yang dikumpulkan dalam bentuk

kata-kata atau gambar; (3) lebih memperhatikan proses daripada hasil; (4)

dalam menganalisa data cenderung induktif; (5) makna merupakan hal yang

esensial. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian

29
30

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah atau natural

setting.

Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa

pertimbangan antara lain: (1) data yang digunakan. Dalam penelitian ini lebih

mengarah pada data-data yang bersifat verbal dan perilaku subyek peneliti

yaitu analisis yang berhubungan dengan optimalisasi budaya kerja guru dalam

meningkatkan disiplin peserta didik di SDN 3 Paledah Kecamatan Padaherang

Kabupaten Pangandaran, (2) berdasarkan jenis data yang akan dikumpulkan

dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan situasi dan kondisi guru

dan siswa di lapangan, (3) dan analisis data yang digunakan ialah model

analisis langsung dan mempunyai hubungan yang saling berkaitan antara tema

pembahasan satu dengan pembahasan lain, (4) hasil penelitian yang berupa

kesimpulan yang diperoleh setelah diadakan analisis data dinyatakan dalam

deskripsi situasi dan bukan perhitungan angka model statistik, (5) penelitian

ini dilakukan dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat

kualitatif.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif atau naturalistik karena

dilakukan pada kondisi yang alamiah. Sugiyono (2013) mengemukakan

bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara


31

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Obyek alamiah menurut Sugiona (2013) adalah obyek yang apa

adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti

memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif

tidak berubah. Jadi selama melakukan penelitian mengenai implementasi

optimalisasi budaya kerja guru dalam meningkatkan disiplin peserta didik

sama sekali tidak mengatur kondisi tempat penelitian berlangsung maupun

melakukan manipulasi terhadap variabel.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif

ini adalah terhadap implementasi supervisi. Dalam hal ini penelitian

naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari obyek penelitian melainkan

sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang pengimplementasian akan

budaya kerja oleh orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari pula oleh

kenyataan bahwa pengimplementasian yang dilakukan oleh setiap orang

berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan

yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali

manusia sebagai instrumen.

Fenomonologi tidak memungkiri bahwa seorang peneliti tidak dapat

dilepaskan dari prasangka atau asumsi-asumsinya. Namun di sisi lain,

fenomonologi memiliki ciri khas, yaitu gejala yang hendak diselidiki haruslah

berupa gejala yang murni atau asli (Abidin, 2007). Artinya, gejala tersebut

jangan dicampurbaurkan dengan gejala lain yang tidak berhubungan, atau


32

diintervensi oleh interpretasi-interpretasi lain yang berasal dari kebudayaan,

kepercayaan, atau bahkan dari teori-teori dalam ilmu pengetahuan yang telah

kita miliki sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya mengenai desain tentang optimalisasi budaya

kerja guru dalam meningkatkan disiplin peserta didik, disajikan dalam gambar

3.1 berikut :

Optimalisasi Budaya Kerja


Guru dalam Meningkatkan
Disiplin Peserta Didik

Budaya Kerja
a. Sikap terhadap
pekerjaan
b. Perilaku pada waktu
bekerja
c. Disiplin kerja

Disiplin Peserta Didik


a. Disiplin waktu
b. Disiplin Perbuatan

Meningkatkan
Disiplin Peserta
Feedback
Didik

Gambar 3.1
Desain Penelitian
33

3.3 Sumber Data

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai

dengan fokus penelitian, yaitu data tentang optimalisasi budaya kerja guru

dalam meningkatkan disiplin peserta didik. Jenis data dalam penelitian ini

dapat dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dalam bentuk verbal atau kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku

dari subjek (informan) berkaitan dengan fokus penelitian. Sedangkan data

sekunder bersumber dari dokumen-dokumen, foto-foto dan benda-benda yang

dapat digunakan sebagai pelengkap data primer. Karakteristik data sekunder

yaitu berupa tulisan-tulisan, rekaman-rekaman, gambar-gambar atau foto yang

berhubungan dengan fokus penelitian.

3.4 Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan tiga teknik utama, yaitu

observasi, wawancara, dan studi dokumentasi

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang baik bersifat fisikal maupun mental.

Pengamatan terhadap tindakan-tindakan yang mencerminkan supervisi

akademik kepala sekolah. Teknik observasi digunakan untuk melengkapi

data dan informan yang diperoleh melalui wawancara


34

2. Wawancara

Teknik wawancara dipergunakan untuk memperoleh informasi

verbal secara langsung dari responden. Dengan melakukan wawancara ini

diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hal-hal yang berada di

belakang perilaku yang diamati sehuungan dengan permasalahan

penelitian. Wawancara sebagaimana ditegaskan oleh Lincoln dan Gua

dalam L. Maleong (2006:18), antara lain:

Mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,


motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain keulatan;
merekonstruksi keulatan-keulatan sebagai yang dialami masa lalu;
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan
untuk dialami pada masa yang akan dating; memverifikasi,
mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,
aik manusia maupun ukan manusia; dan memverifikasi, mengubah ,
dan memperluas, konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan anggota.

Teknik wawancara yang dipergunakan mengacu pada pedoman

wawancara penelitian. Hal ini dimaksudkan agar benar-benar diperoleh

informasi yang lengkap. Pokok-pokok wawancara berkenaan dengan tiga

tema sentral sebagamana dikemukakan Agus Salim (2006:18) yang

mencakup tingkah laku, system nilai, dan perasaan subyek penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan cara diperoleh dari

sumber manusia (Human resources) melalui observasi dan wawancara

akan tetapi belum cukup lengkap perlu adanya penguatan atau

penambahan data dari sumber lain yaitu dokumentasi. Dalam penelitian ini

dokumen dapat dijadikan tiangulasi untuk mengecek kesesuaian data.


35

Untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian melalui wawancara,

observasi dan studi dokumentasi peneliti juga menggunakan tape recorder

sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data. Meskipun menggunakan

alat bantu tersebut peneliti tidak lupa mencatat informasi yang non verbal.

Pencatatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang utuh,

sekaligus mempermudah penulis mengungkapkan makna dari apa yang

hendak disampaikan oleh informan. Studi dokumentasi ini memungkinkan

ditemukannya perbedaan atau pertentangan antara hasil wawancara atau

observasi dengan hasil yang terdapat dalam dokumen. Bila hal ini terjadi

peneliti dapat mengkonfirmasikannya dengan bentuk wawancara.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah digali dilapangan studi, dikumpulakn dan

dicatat dalam penelitian, harus diusahakan bukan hanya untuk

kedalaman dan kemantapannya tetapi juga bagi kemantapan dan

kebenarannya. Langkah-langkah pengolahan data hasil penelitian

sebagai berikut:

1) Reliabilitas

Reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan

yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-

peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang berbeda (Craswell,

1998:285). Sugiono, (2011:300) mengmukakan bahwa “karena

reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi, maka ada peneliti


36

lain memulai atau mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang

sama dengan metode yang sama maka akan menghasilkan data yang

sama”.

2) Validitas

Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil

penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau

pembaca secara umum (Creswell & Mille, 1998:286). Moleong,

(2006:330) mengemukakan bahwa “untuk keperluan itu teknik ini

menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana

proses penemuan secara tentative dan penelaahan secara rinci

tersebut dapat dilakukan”. Dengan demikian pengolahan data

melalui Validitas data agar dapat dikaji untuk menguraikan secara

rinci dari proses data observasi, wawancara, dan dokumentasi dari

subyek penelitian.

3) Triangulasi

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunkan teknik

triangulasi data (sering kali juga disebut dengan triangulasi sumber),

yaitu:

Cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan


suatu informasi atau data yang telah diperoleh melaui
wawancara dengan data sekunder berupa dokumen-dokumen
terkait. Triangulasi adalh teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 200:330)

Dari hal tersebut di atas triangulasi dapat dicapai dengan; 1)

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil


37

wawancara; 2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan

umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; 3)

membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan; 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan.

3.5.2 Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke

dalam terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis data. Penelitian

ini menggunakan analisis yang bersifat kualitatif, meliputi catatan

wawancara, catatan observasi yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti, data resmi yang berupa dokumen atau arsip, memorandum

dalam proses pengumpulan data dan juga semua pendangan yang

diperoleh dari manapun serta dicatat.

Dalam proses analisis kualitatif, menurut Miles & Huberman

(1997:113) terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami,

yaitu:

1) Reduksi Data

Reduksi akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan


38

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan

elektronik seperti computer, dengan memberikan kode pada aspek-aspek

tertentu. Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari

semua jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan

(fieldnote)

2) Sajian Data

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk

narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian

dapat dilakukan. Sajian data merupakan narasi mengenai berbagai hal yang

terjadi atau ditemukan di lapangan, sehingga memungkinkan peneliti untuk

berbuat sesuatu pada analisis atau pun tindakan lain berdasarkan atas

pemahamannya tersebut.

3) Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian kualitatif.

Peneliti berusaha untuk memberikan makna yang penuh dari data yang

terkumpul. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar

bias dipertanggungjawabkan.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu

penelitian, di tempat penelitian inilah diperoleh data yang kemudian


39

diolah menjadi informasi. Penelitian dilaksanakan di SDN 3 Paledah

Kabupaten Pangandaran.

3.6.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian yang direncanakan mulai dari tahap

penjajagan pelaksanaan penelitian sampai penyusunan terakhir dalam

bentuk tesis adalah dimulai dari bulan April sampai dengan September

2024.
DAFTAR PUSTAKA

Akmaluddin, & Haqiqi, B. (2019). Kedisiplinan belajar siswa di Sekolah Dasar)


Negeri Cot Keu Eung Kabupaten Aceh Besar (studi K kasus). Jurnal of
Education Science (JES), 5(2), 1-12.
Amala, A. K., & Kaltsum, H. U. (2021). Peran Guru sebagai Pelaksana Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Menanamkan Kedisiplinan Bagi Peserta
Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 5213-5220.
Arifin, B. dan mohammad. (2012). Kinerja Guru Profesional. Ar-Ruzz Media.
Arifin, M. (2017). Strategi Manajemen Perubahan dalam Meningkatkan Disiplin
di Perguruan Tinggi. Jurnal Edutech. 1.
Diatmika, 1. G. N., Sujana, I. W., & Putra, M. (2017). Korelasi Antara Disiplin
Dalam Belajar Dengan Kompetensi Pengetahuan Ips Siswa Kelas Iv Sd
Gugus 1 Kecamatan Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017. Journal of
Education Technology. 1(3), 156. https://doi.org/10.23887/jet.v1i3.12499
Dwi Aprilia Matus. (2020). Pengaruh Tingkat Pendapatan dan Tingkat
Pendidikan Orang Tua serta Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar
Siswa SMA Negeri di Bangkalan. Jurnal Ekonomi Pendidikan Dan
Kewirausahaan, 4.
Hurlock, E. B. (2017). Perkembangan Anak edisi keenam. Terjemahan Oleh Med
Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga
Jamaluddin. (2013). Strategi Guru dan Pengaruhnya terhadap Kedisiplinan Siswa
Kelas IX di Mts Al-Mawasir Padang Kalua Kecamatan Lawasi Kab.Luwu.
STAIN.
Latifa Husien. (2017). Profesi Kependidikan Menjadi Guru Profesional. Pustaka
Baru Press.
Ma'arif, M. A. (2018). Analisis Strategi Pendidikan Karakter Melalui Hukuman
Preventif. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 31-56.
https://doi.org/10.21274/taalum.2018.6.1.31-56
Marijan. (2017). Metode Pendidikan Anak Membangun Karakter Anak yang
Berbudi Mulia, Cerdas dan Berprestasi. Tim Sabda Media.
Moch Yasyakur. (2016). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Kedisiplinan Beribadah Sholat Lima Waktu. Edukasi Islami.
Jurnal Pendidikan Islam.
Muhammad Arifin. (2017). Strategi Manajemen Perubahan dalam Meningkatkan
Disiplin di Perguruan Tinggi. Jurnal Edutech, 3(1).

40
41

Mulyasa E. (2015). Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya.


Munaamah, M., Masitoh, S., & Setyowati, S. (2021). Peran Guru dalam Optimasi
Perkembangan Sikap Disiplin Anak Usia Dini. Jurhal Pendidikan Anak
Usia Dini Undiksha, 9(3), 355. https://doi.org/10.23887/paud.v9i3.38329
Munawaroh, S., Taryati, Herawati, I., & Sujarno. (2013). Perilaku disiplin dan
kejujuran generasi muda di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai...
Redaksi Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), hal. 333 2 Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan
Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar-Mengajar,
(Yogyakarta: Diva Press, 2011)
Siska Yuliantika. (2017). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin
dalam Belajar Siswa Kelas X, Xi, dan Xii di SMA Bhakti Yasa Singaraja
Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan Undıksha. 9(1), 36.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Alfabeta.
Sukmasana, E. (2016). Hubungan Antara Disiplin Belajar dengan Hasil
Belajar pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Hubungan. Jurnal
Kreatif. 7.
Sulha dan Gani, M. (2017). Peran Guru dalam Mengembangkan Karakter
Disiplin pada Siswa Kelas XI dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 7(2), 73.
Syarifuddin Nurdin, A. (2019). Profesi Keguruan. Rajawali Press.
Virgana. (2017). Hasil belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran dan
Disiplin Belajar. Jurnal Lmiah Kependidikan, 4(3), 277.
Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Gp Press
Group.Muchdarsyah Sinungan, Produktifitas : Apa dan Bagaimana, Cet. 9,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal. 135 4 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu
Pendidikan, Cet. 1, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

Anda mungkin juga menyukai