Ilmu Bebas Dan Terikat Nilai

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

ILMU BEBAS DAN TERIKAT NILAI

Dosen Pengampu: Prof.Dr.AMRIL.M.MA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 10

SISKA MUTIA

(NIM: 2231102487)

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A 1445H/2023M.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokaatuh

Puji syukur senantiasa selalu kita ucapkan kepada Allah


Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat,
Taufik dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia
dan akhirat kepada umat manusia. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Ilmu” dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini disusun dengan segala kemampuan dan


semaksimal mungkin, Namun kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu saya sebagai
penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah “Filsafat
Ilmu” yakni Bapak “Prof. Amril” yang kami harapkan sebagai bahan
koreksi untuk kami.

Pekanbaru, 21 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................. iii

PENDAHULUAN ............................................................................................. iii

A. Latar Belakang .................................................................................. iii

B. Rumusan Masalah ........................................................................... iv

C. Tujuan ................................................................................................. iv

D. Manfaat ............................................................................................. iv

BAB II ............................................................................................................. 1

PEMBAHASAN ............................................................................................... 1

A. Pengertian Ilmu ................................................................................. 1

B Pengertian Nilai ................................................................................. 4

C. Paradigma Ilmu ................................................................................. 5

D. Ilmu Bebas Nilai ................................................................................. 5

E. Ilmu Tidak Bebas Nilai (Terikat Nilai) ............................................... 6

BAB III ............................................................................................................ 7

PENUTUP ........................................................................................................ 7

A. Kesimpulan ......................................................................................... 7

B Saran ................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini ilmu sudah berada di ambang kemajuan
yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu
sendiri. Ilmu tidak hanya menimbulkan gejala dehumanisasi
namun bahkan dapat mengubah hakiki kemanusiaan itu
sendiri, dengan kata lain ilmu bukan lagi merupakan sarana
ynag membantu manusia mencapai tujuan hidupnya tetapi
dapat juga menciptakan tujuan hidupnya.
Mengadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada
hakikatnya mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai
mempertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu itu
dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan
keilmuan dan ke arah mana perkembangan ilmu yang
seharusnya. Pertanyaan yang semacam ini jelas tidak
metupakan urgensi bagi keilmuan. Namun pada abad ke-20
para ilmuwan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan
berpaling pada hakikat moral.
Sejak saat itu, ilmu sudah terkait dengan masalah-
masalah moral dalam perspektif yang berbeda. Contoh :
Ketika Copernicus ( 1473-1543) mengajukan teorinya tentang
kesemestaan alam dan menemukan bahwa bumi yang
berputar mengelilingi matahari. Berbeda dengan pendapat
ajaran agama, sehingga terjadi interaksi anatara ilmu dan
moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang
berkonotasi metafisik. Secara metafisik, ilmu ingin
mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan pihak
lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan pada
kenyataan- kenyataan (nilai- nilai ) yang terdapat dalam

iii
ajaran- ajaran di luar bidang keilmuan, diantaranya yaitu
agama.
Dari kasus Copernicus tersebut, pada dasarnya
mencerminkan suatu pertentangan antara ilmu yang ingin
terbebas dari nilai- nilai diluar bidang keilmuan dengan ilmu
yang berlandaskan pada nilai- nilai di luar bidang keilmuan.
Pada makalah ini, akan dijelaskan mengenai paradigma
tentang ilmu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu ?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai ?
3. Bagaimana paradigma ilmu itu sendiri ?
4. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Bebas Nilai ?
5. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Terikat Nilai ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan nilai.
3. Untuk mengetahui bagaimana paradigma ilmu itu sendiri.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu
bebas nilai.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu
terikat nilai.
D. Manfaat
Makalah dibuat guna untuk menjadi referensi atau rujukan
dalam proses pembelajaran, dan tentunya semoga bisa
menjadi bahan rujukan untuk diri sendiri dan untuk khalayak
ramai.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti
pengetahuan. Pemakaian kata ini dalam bahasa Indonesia
kita ekuivalenkan dengan istilah “science”. Science berasal
dari bahasa Latin : Scio, Scire yang juga berarati
pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai
macam pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu”
dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan betul betul
terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasaskan kenyataan
dan tersusun baik.
Apa isi pengetahuan ilmu itu ? ilmu mengandung tiga
kategori, yaitu hipotesis, teori dan dalil hukum.
Ilmu itu haruslah sestematis dan berdasarkan
metodologi, ia berusaha mencapai generalisasi. Dalam
kajian ilmiah, kalau data yang baru terkumpul sedikit atau
belum cukup, ilmuwan membina hipotesis. Hipotesis adalah
dugaan pikiran bedasrkan sejumlah data. Hipotesis
memberikan arah kepada penelitian dalam menghimpun
data. Data yang cukup sebagai hasil penelitian dihadapkan
pada hipotesis. Apabila data itu mensahihkan (valid)
menerima hipotesis, hipotesis menjadi tesis atau hipotesis
menjadi teori. Jika teori mencapai generalisasi yang umum,
menjadi dalil ia dan bila teori memastikan hubungan sebab
akibat yang serba tetap, ia akan menjad hukum.
Berikut ini macam macam jenis ilmu :1
1. Ilmu praktis.

1
Suaedi, “Penganatr Filsafat Ilmu” (Bogor: Penerbit IPB Press, 2016) hal 21.
1
Ia tidak hanya sampai kepada hukum umum atau
abstraksi, tidak hanya terhenti pada suatu teori, tetapi
juga menuju kepada dunia kenyataa. Ia mempelajari
hubungan sebab akibat untuk diterapkan dalam alam
kenyataan.
2. Ilmu praktis normatif
Ia memberikan ukuran ukuran (kriterium) dan norma
norma.
3. Ilmu proktis positif
Ia memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus
daripada ilmy praktis normatif. Norma yang dikaji ialah
bagaimana membuat sesuayi atau tindakan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu.
4. Ilmu spekulatif ideografis
Yang tujuannya mengkaji kebenaran objek dalam wujud
nyata dalam ruang dan waktu tertentu.
5. Ilmu spekulatif nomotetis
Bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi
substantif
6. Ilmu spekulatif teoritis
Betujuan memahami kausalitas. Tujuannya memperoleg
kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu.
Istilah ilmu dalam pengertian klasik diartikan sebagai
pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul.
Guston Buchelard menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
adalah suatu produk pemikiran manusia yang sekaligus
menyesuaikan antara hukum-hukum pemikiran dengan
dunia luar.
Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu
mengacu pada tiga hal, yakni produk-produk, proses dan

2
masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk, artinya
pengetahuan yang telah diketahui serta diakui
kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Ilmu
pengetahuan sebagai poses, artinya kegiatan
kemasyarakatan yang di lakukan demi penemuan dan
pemahaman dunia alami sebagaimana adanya bukan
sebagaimana yang dikehendaki.
Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat, artinya dunia
pergaulan yang tindak tanduknya, perilaku dan sikap
serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan yaitu:
universalisme, komunalisme, tanpa pamrih dan skeptisisme
yang teratur.
1. Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang
menandai ilmu, yaitu : Ilmu pengetahuan secara
metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang
secara logis koheren.
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih karena erat kaitannya
dengan tanggung jawab ilmuan.
3. Universitas ilmu pengetahuan
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek
dan tidak distorsi oleh prasangka prasangka subjektif.
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua
peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu
pengetahuan harus dapat dikombinasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat
ilmiah bila mengandung pertanyaan pertanyaan baru
dan menimbulkan problem problem baru lagi.
7. Kritis, tidak ada teori ilmiah yang difinitif.

3
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai
perwujudan antara teori dan praktis.2

Dalan pembahasan tentang lmu seringkali kita


dihadapkan dengan paradigma bebas nilai dalam ilmu.
Dalam bahasa Inggris paradigma bebas nilai disebut
dengan value free, mengatakan bahwa ilmu dan juga
tekhnologi bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak
memiliki keterkaitan sama sekali denga nilai. Pembatasan-
pembatasan etis hanya akan menghalangi eksplorasi
pengembangan ilmu. Bebas nilai berarti semua kegiatan
yang terkait dengan penyelidikan ilmiah harus
disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu dikatakan
bernilai karena menghasilkan pengetahuan yang dapat
dipercaya kebenarannya, yang obyektif, yang terkaji
secara kritik.

2
Munir “Pengantar Filsafat Ilmu” (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013) hal 140-141.
4
B. Pengertian Nilai
Filsafat sebagai “phylosophy of life” mempelajari nilai-
nilai yang ada dalam kehidupan dan berfungsi sebagai
pengontrol terhadap keilmuan manusia. Teori nilai berfungsi
mirip dengan agama yang menjadi pedoman kehidupan
manusia. Dalam teori nilai terkandung tujuan bagaimana
manusia mengalami kehidupan dan memberi makna
terhadap kehidupan ini. Dalam pembahasan aksiologi, nilai
menjadi fokus utama. Nilai dipahami sebagai pandangan,
cita cita, adat, kebiasaan, dan lain lain yang menimbulkan
tanggapan emosional pada seseorang atau masyarakat
tertentu. Dalam filsafat, nilai akan berkaitan dengan logika,
etika dan estetika.3 Logika akan menjawab tentang
persoalan nilai kebenaran sehingga dengan logika akan
diperoleh sebuah keruntunan. Etika akan berbicara
mengenai nilai kebenaran, yaitu antara yang pantas dan
yang tidak pantas, antara yang baik dan yang tidak baik.
Adapun estetika akan mengupas tentang nilai keindahan
atau kejelekan. Estetika biasanya erat kaitan dengan karya
seni.

3
Salam, “Filsafat Ilmu dan Beberapa Pokok Ajarannya” (Malang: Pustaka Sinar Harapan, 1997)
hal 43.

5
Kebenaran sebuah ilmu pengetahuan tidak pernah
asbsolut, tetapi relatif tentatif dan sementara. Dengan
demikian, kebenaran ilmu pengetahuan hanya berlaku untuk
masyarakat ilmiah seiring dengan perkembangan zaman
teori yang diakui keberadaannya pada masa sekarang, tidak
selalu berlaku untuk masa yang akan datang. Sebuah tepro
bukanlah harga mati yang tidak boleh disanggah, justru
demikian demi kemajuan ilmu itu sendiri, ia harus mampu
melahirkan ilmu yang baru.4
Sebuah nilai bisa juga bersifat subjektif dan objektif
akan sangat berganatung pada perasaan dan intelektualitas
yang hasilnya akan mengarah pada perasaan suka atau
tidak suka, senang atau tidak senang. Nilai akan subjektif bila
subjek sangat berperan dalam segala hal. Sementara nilai
objektif, jika tidak bergantung pada subjek atau sandaran
yang menilai.5
Nilai, bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang
sungguh-sungguh berupa kenyataan, bersembunyi dibalik
kenyataan yang tampak, tidak tergantung pada kenyataan-
kenyataan lain, mutlak dan tidak pernah mengalami
perubahan (pembawa nilai bisa berubah).
C. Paradigma Ilmu
Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu itu bebas nilai
(value free) dan ilmu terikat nilai/ilmu tak bebas nilai (value
bound).

4
Suaedi, “Penganatr Filsafat Ilmu” (Bogor: Penerbit IPB Press, 2016) hal 107.
5
Bachtiar, “Filsafar Ilmu” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal 67.
6
D. Ilmu Bebas Nilai
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut
dengan value free,yang menyatakan bahwa ilmu dan
teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak
memiliki keterkaitan sama sekalii dengan nilai. Bebas nilai
berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah
harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak
campur tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu itu sendiri.
Ilmu bebas nilai merupakan tuntutan terhadap setiap
kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu
pengetahuan itu sendri. Ilmu pengetahuan menolak campur
tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan
ilmu pengetahuan itu sendiri.6
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya
ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai,
yaitu:
a) Ilmu harus bebas dari pengendalian pengendalian
nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari
pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious,
cultural dan social.
b) Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar
otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sini menyangkut
kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c) Penelitian ilmiah tidak luput dari petimbangan etis yang
sering dituding penghambat kemajuan ilmu, karena
nilai etis sendiri itu bersifat universal.

6
Situmorang, “Ilmu Pengetahuan dan Nilai Nilai, dalam Majalah Filsafat (Jakarta: Driyakarya,
2002), hal 134.
7
Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi
alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut
untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut
dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah
teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada
pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi
ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk
pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan
dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar.
Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut,
tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut
menghambat perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas nilai
tujuan dari ilimu itu untuk ilmu.
Tokoh sosiologi Weber menyatakan bahwa ilmu sosial
harus bebas nilai tetapi ia juga mengatakan bahwa ilmu ilmu
sosial harus menjadi nilai yang relevan. Weber tidak yakin
ketika para ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya seperti
mengajar atau menulis mengenai bidang ilmu sosial itu
mereka tidak terpengaruh oleh kepentingan kepentingan
tertentu. Nilai nilai itu harus diimplikasikan bagian bagian
praktis ilmu sosial jika praktekitu mengandung tujuan atau
rasional.7
E. Ilmu Tidak Bebas Nilai (Terikat Nilai)
Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang
bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus
dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai.
Perkembangan nilai tidak lepas dari nlai nilai ekonomis, sosial,
religius, dan nilai nilai yang lainya.

7
Mustanyir, dkk “Pengantar Filsafat Ilmu (Yogayakarta: Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi,
2001) hal 53.
8
Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value
bond, yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu
sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap
ilmu selalu ada kepentingan-kepentingan. Dia jua
membedakan ilmu menjadi tiga macam sesuai kepentingan
masing masing:
a) Pengetahuan yang pertama
Berupa ilmu ilmu alam yang bekerja secara
empiris analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala gejala alam
secara empiris dan menyajika hasil penyelidikan untuk
kepentingan kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula
disusun teori teori yang ilmiah agar dapat diturunkan
pengetahuan pengetahuan terapan yang bersifat
teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi
sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau
alamnya.
a) Pengetahuan yang kedua
Berlawanan dengan pengetahuan yang
pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak
menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia
sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial.
Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah
hubungan sosial atau interaksi, sedangkan
kepentingan yang dikejar oleh pengetahuan ini adalah
pemahaman makna.
b) Pengetahuan yang ketiga teori kritis

9
Yaitu membongkar penindasan dan
mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri.
Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang
mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan
kepentingan yang dikerja adalah pembebasan atau
emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa
ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus di
kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu
jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai nilai
kepentingan baik politik, ekonomi, sosial keagamaan,
lingkungan dan sebagainya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam filsafat terdapat dua pandangan menenai ilmu,
yaitu ilmu bebas nilai dan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai.
Ilmu bebas nilai mengemukakan bahwa antara ilmu dan nilai
tidak ada kaitannya, keduanya berdiri sendiri. Menurut
pandangan ilmu bebas nilai, dengan tujuan
mengembangkan ilmu pengetahuan kita boleh
mengeksplorasi alam tanpa batas dan tdak harus memikirkan
nilai-nilai yang ada, karena nilai hanya akan menghambat
perkembangan ilmu.

Menurut pandangan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai,


ilmu itu selalu terkait dengan nilai-nilai. Perkembangan ilmu
selalu memperhatikan aspek nilai yang
berlaku.Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai
ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu, kami butuh dorongan yang dapat
membangun dalam pembuatan makalah ini baik dukungan
dalam fikiran maupun tindakan. Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, 2004. Filsafar Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Munir, 2013. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mustanyir, dkk. 2001. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogayakarta: Yayasan


Studi Ilmu dan Teknologi.

Salam, 1997. Filsafat Ilmu dan Beberapa Pokok Ajarannya. Malang:


Pustaka Sinar Harapan.

Situmorang. 2002. Ilmu Pengetahuan dan Nilai Nilai, dalam Majalah


Filsafat. Jakarta: Driyakarya.

Suaedi, 2016. Penganatr Filsafat Ilmu. Bogor: Penerbit IPB Press.

12

Anda mungkin juga menyukai