SPK 2019 - Adm - Jan
SPK 2019 - Adm - Jan
SPK 2019 - Adm - Jan
SYARAT UMUM
SURAT PERINTAH KERJA (SPK)
13. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Provinsi Riau (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2016
Nomor 4);
14. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah;
15. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2021 tanggal 30 Desember 2021 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021 (Lembaran
Daerah Provinsi Riau Tahun 2019 Nomor 12);
16. Peraturan Gubernur Riau Nomor 55 Tahun 2010 tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Gubernur Nomor 56 Tahun 2016 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Gubernur Riau Nomor 55 Tahun 2010
tentang Sistem dan Prosedur dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. Peraturan Gubernur Riau Nomor 60 Tahun 2021 tanggal 30 Desember 2021
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2022
(Berita Daerah Provinsi Riau Tahun 2019 Nomor 57);
18. Peraturan Gubernur Riau Nomor 56 Tahun 2020 tentang Standar Biaya di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau;
19. Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor : Kpts. 1463/XII/2020 tanggal 31
Desember 2021 tentang Penunjukan Pejabat Pelaksana Pengelola Keuangan
Daerah pada Dinas Pendidikan Provinsi Riau Tahun Anggaran 2022.
20. Surat Gubernur Riau Nomor : 900/BPKAD/347 Tanggal 10 Februari 2021
Perihal: Pengelolaan Keuangan Daerah
21. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau Nomor : Kpts. 32 /2022
Tanggal 04 Januari 2022 tentang Penunjukan Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan Tahun Anggaran 2022 Dinas Pendidikan Provinsi Riau
22. DPA SKPD No. 1.01.02.1.03.50 Tanggal 03 Januari 2022 Kegiatan
Pengembangan Karir Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada Satuan
Pendidikan Khusus.
3. Kedudukan
Penyedia Jasa Lainnya dimaksudkan tidak untuk mengisi formasi Calon PNS
dan/ atau PPPK dan tidak untuk diangkat menjadi Calon PNS dan/atau PPPK.
4. Harga SPK/Upah
5. Jadwal
4
a. SPK ini berlaku efektif pada tanggal penandatanganan oleh para pihak atau
pada tanggal yang ditetapkan dalam SPMK.
b. Waktu pelaksanaan SPK adalah sejak tanggal mulai kerja yang tercantum
dalam SPMK.
c. Penyedia jasa harus menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang ditentukan.
6. Uraian Tugas
a. Hak
1) mendapatkan laporan hasil pelaksanaan dan penilaian prestasi kerja;
2) memotong pembayaran upah bagi Penyedia Jasa Lainnya yang berhalangan
kerja sesuai dengan ketentuan pemotongan upah; dan
3) memutus Perikataan sebelum masa perikatan selesai sesuai dengan
ketentuan pemutusan perikatan.
b. Kewajiban
1) Membayarkan upah kepada Penyedia Jasa Lainnya;
2) Memverifikasi dan memvalidasi data Penyedia Jasa Lainnya; dan
3) Menyimpan seluruh laporan hasil penilaian prestasi kerja.
a. Hak
1) upah;
2) mendapatkan perjalanan dinas kedalam/keluar daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
3) mendapatkan cuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Kewajiban
5
c. Larangan
1) menyalahgunakan wewenang;
2) menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/ atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3) memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewa atau meminjamkan
barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat
berharga milik negara secara tidak sah;
4) menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/ atau pekerjaannya;
5) suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yan bagi yang dilayani; dan
6) melakukan suatu tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme;
7) mengajar atau menjadi guru pada sekolah induk tempat pokjar penyedia
jasa lainnya mengajar.
9. Jam Kerja
a. Penyedia Jasa Lainnya bekerja lebih dari jam kerja yang telah ditetapkan
maka kelebihan jam kerja dimaksud tidak diperhitungkan sebagai kelebihan
jam kerja dan/ atau lembur.
a. Dalam hal Penyedia Jasa Lainnya yang tidak masuk kerja tanpa keterangan,
maka dikenakan potongan upah sebesar:
1,2 x (jumlah hari tidak masuk) x besaran upah
bulanan Jumlah hari kerja
b. Dalam hal Penyedia Jasa Lainnya cuti karena kecelakaan kerja, maka
dikenakan potongan upah progresif dengan ketentuan sebagai berikut:
1) bulan kesatu: tidak dilakukan pemotongan;
2) bulan kedua: dikenakan potongan sebesar 25% (dua puluh lima persen) x
besaran upah bulanan; dan
3) bulan ketiga: dikenakan potongan sebesar 50% (lima puluh persen) x
besaran upah bulanan.
Pemutusan SPK dapat dilakukan oleh PPK sebelum masa perikatan yang
tercantum di dalam SPK dan SPMK selesai apabila Penyedia Jasa Lainnya:
a. tidak mentaati ketentuan kewajiban dan larangan bagi Penyedia Jasa
Lainnya;
b. tidak masuk kerja lebih dari 5 (lima) hari kerja tanpa keterangan secara
akumulasi selama 1 (satu) bulan;
c. tidak masuk kerja lebih dari 3 (tiga) bulan bagi Penyedia Jasa Lainnya yang
mengalami kecelakaan kerja;
d. terlambat masuk kerja, pulang cepat dan/ atau meninggalkan tugas/kantor
pada jam kerja yang perhitungannya sama dengan tidak masuk kerja selama
5 (lima) hari kerja tanpa alasan;
e. melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang dan/ atau barang
milik Negara;
f. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
Negara;
g. meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/ atau
mengedarkan narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya di dalam
maupun di luar lingkungan kerja;
h. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di dalam maupun di luar
lingkungan kerja;
i. menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman sekerja
atau atasan di dalam maupun di luar lingkungan kerja;
j. membujuk teman sekerja atau atasan untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan;
1. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik negara yang menimbulkan kerugian bagi Negara;
k. membongkar atau membocorkan rahasia negara yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara;
l. melakukan tindak pidana dan berstatus sebagai tersangka;
a. Yang dimaksud dengan keadaan kahar (force majeure) adalah suatu kejadian
yang terjadi di luar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam surat perjanjian ini
menjadi tidak dapat dipenuhi.
b. Yang termasuk keadaan kahar (force majeure) meliputi bencana alam,
keadaan perang, huru hara, kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
keuangan dan ekonomi yang secara langsung mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan.
c. Apabila terjadi keadaan kahar (force majeure) yang mengakibatkan Penyedia
Jasa Lainnya tidak dapat melaksanakan tugasnya maka dibebaskan dari
tugas dan kewajibannya serta tidak dikenakan sanksi.
d. Penyedia Jasa Lainnya wajib memberitahukan keadaan kahar (force majeure)
kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan(PPTK)/atasan langsungnya.