Premisse
Premisse
Premisse
MAKALAH
Oleh :
Alifia Nanda Noer Kisdyanti 212102030028
Ratna Zuraidah 212102030031
Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak Pihak. Oleh
karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam -
dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hepni Selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai
Haji Achmad Siddiq Jember yang telah menerima penulis sebagai
mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Acmad Siddiq Jember.
2. Bapak Dr.Wildani Hefni, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah
3. Bapak Sholikul Hadi, SH, MH. Ketua program studi Hukum Tata Negara.
4. Bapak Ahmad Zaini, M.H. selaku dosen matakuliah Hukum
PerancanganKontrak.
Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah bapak berikan kepada
penulis mendapat balasan yang baik dari Allah.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kontrak merupakan suatu perjanjian tertulis, yang berarti kontrak
dianggap sebagai suatu pengertian yang lebih sempit dari sebuah perjanjian.
Perjanjian diberlakukan karena terdapat perbedaan kepentingan antara para
pihak dengan cara bernegoisasi yang dirumuskan ke dalam klausul klausul
yang terdapat dalam perjanjian tersebut. Dalam skala yang lebih luas
kontrak merupakan sebuah kesepakatan antara dua pihak yang menjalin
kesepakatan di dalam perjanjian kontrak tersebut. Jadi pada dasarnya
kontrak terdapat sebuah hubungan antara kedua belah pihak tersebut, yang
di mana berisi perjanjian yang diterbitkan bagi yang membuatnya. Kontrak
tersebut terbentuk seperti suatu rangkaian kata yang berisi sebuah
kesepakatan dan adanya kesanggupan.1
Pada kontrak, terdapat juga pengertian mengenai hukum kontrak.
Dalam bahasa Belanda hukum kontrak disebut dengan istilah overeenscom
strecht. Lawrence M. Friedman mengartikan hukum kontrak adalah
perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan
mengatur jenis perjanjian tertentu. Lawrence M. Friedman tidak
menjelaskan lebih lanjut aspek tertentu dari pasar dan jenis perjanjian
tertentu. Apabila dikaji aspek pasar, tentunya akan mengkaji dari berbagai
aktivitas bisnis yang hidup dan berkembang dalam sebuah market. Di dalam
berbagai market tersebut maka akan menimbulkan berbagai macam kontrak
yang dilakukan oleh para pelaku usaha. Ada pelaku usaha yang mengadakan
perjanjian jual beli, sewa menyewa, beli sewa, leasing, dan lain-lain.2
Hukum kontrak di Indonesia saat ini menganut tradisi civil law yang
berpedoman pada aturan yang merupakan warisan dari pemerintahan
1
I Gst. Agung Rio Diputra, “Pelaksanaan Perancangan Kontrak Dalam Pembuatan Struktur Kontrak
Bisnis,” Jurnal Hukum Kenotariatan: Acta Comitas, Vol. 3, No. 3 (Desember 2018): 550.
2
Salim, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak (Jakarta: Sinar Grafika, 2022), 3.
3
kolonial Hindia Belanda, fakta lain yang tampak adalah pengaruh Belanda
yang telah menancapkan pilar-pilar ketentuan yang mengikat antara
masyarakat dengan penguasa maupun masyarakat dengan masyarakat
sendiri. Bukti keterkaitan akan hukum Belanda dengan Indonesia adalah
kitab undang-undang hukum perdata (KUH Perdata) atau Burgelijk
Wetboek (BW) khususnya buku III tentang perikatan dan lebih khusus lagi
diatur dalam Bab II tentang perikatan yang lahir dari perjanjian.3
Kitab undang-undang hukum perdata (KUH perdata) sebagai dasar
hukum yang mengatur tentang kontrak di Indonesia tidak secara spesifik
menentukan format baku dari suatu kontrak, karena KUH perdata menganut
asas kebebasan berkontrak, sebagaimana diatur dalam pasal 1338 KUH
perdata. Meski tidak memiliki standar yang baku, kontrak harus tetap
memenuhi syarat sah yang telah ditentukan agar kontrak tetap memiliki
kekuatan hukum dan mengikat untuk kedua belah pihak.4
Pada dasarnya kontrak yang dibuat oleh para pihak berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam membuat kontrak
diperlukan ketelitian dan kecermatan dari para pihak, baik dari pihak
kreditur maupun debitur, pihak investor maupun dari pihak negara yang
bersangkutan. Di dalam mempersiapkan kontrak, ada dua prinsip hukum
yang harus diperhatikan yaitu Beginselen der contrachtsvrijheid atau party
autonomy, yaitu para pihak bebas untuk memperjanjikan apa saja yang
mereka inginkan, dengan syarat tidak bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum dan kesusilaan.5
Salah satu tahap yang menentukan dalam pembuatan kontrak, yaitu
tahap penyusunan kontrak. Penyusunan kontrak ini perlu ketelitian dan
3
Agri Chairunisa Isradjuningtias, “Force Majeure (Overmacht) Dalam Hukum Kontrak (Perjanjian)
Indonesia,” Jurnal Ilmu Hukum: Veritas Et Justitia, Vol. 1, No. 1 (Juni 2015): 137.
4
“Contoh dan Cara Pembuatan Kontrak Yang Benar Menurut Hukum Yang Berlaku,” Liberia
(Blog). Diakses pada 30 April 2024, https://libera.id/blogs/contoh-cara-pembuatan-kontrak-yang-
benar-menurut-hukum/
5
Salim, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak (Jakarta: Sinar Grafika, 2022), 123.
4
kejelian dari para pihak maupun para notaris. Karena apabila keliru di dalam
pembuatan kontrak maka akan menimbulkan persoalan di dalam
pelaksanaannya. Ada 5 tahap dalam penyusunan kontrak di Indonesia yaitu,
pembuatan draft pertama, saling menukar draft kontrak, jika perlu diadakan
revisi, dilakukan penyelesaian akhir, dan penutup dengan penandatanganan
kontrak oleh masing-masing pihak.6
Dalam tahap pertama penyusunan kontrak yakni pembuatan draf
pertama di dalamnya terdapat istilah komparisi dan premisse. Definisi dari
komparisi yakni bagian dari badan akta yang memuat keterangan mengenai
identitas para pihak termasuk uraian yang dapat menunjukkan bahwa yang
bersangkutan mempunyai kecakapan serta kewenangan, dan memiliki
kedudukan bertindak para pihak.7 Sedangkan definisi dari premisse adalah
penjelasan mengapa para pihak membuat kontrak. 8
Berdasarkan dari definisi tersebut komparisi dan premisse adalah
bagian penting dalam pembuatan sebuah kontrak guna memenuhi syarat sah
kontrak. Oleh karena itu, perlu diketahui lebih dalam mengenai teknik
penulisan serta fungsi komparisi dan premisse dalam kontrak berdasar
kepada hukum kontrak.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana fungsi dan teknik penulisan komparisi dalam pembuatan
perancangan kontrak?
2. Bagaimana fungsi dan teknik penulisan premisse dalam pembuatan
perancangan kontrak?
6
Salim, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, 126.
7
Kitria Ine Damayanti, “Pengaruh Kesalahan Penulisan Komparisiterhadap suatu Akta Autentik
Notaris Ditinjau Dari Hukum Pembuktian”, (Malang 2016) : 4-5,
https://media.neliti.com/media/publications/115232-ID-pengaruh-kesalahan-penulisan-komparisi-
t.pdf
8
Salim, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak (Jakarta: Sinar Grafika, 2022),
128.
5
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fungsi dan teknik penulisan komparisi dalam
pembuatan perancangan kontrak
2. Untuk mengetahui fungsi dan teknik penulisan premisse dalam
pembuatan perancangan kontrak
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komparisi
Komparisi merupakan bagian penting dalam pembuatan Akta autentik
yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014.
Berdasarkan bentuknya setiap akta terdiri atas awal akta/kepala akta, badan
akta, dan akhir akta/penutup akta. Komparisi adalah bagian dari badan akta
yang memuat keterangan mengenai 1). Identitas para pihak,termasuk uraian
yang dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan mempunyai kecakapan
(rechtsbekwaanheid) serta kewenangan (rechtshandelingen), 2). Kedudukan
bertindak para pihak. Sehingga komparisi mengandung beberapa fungsi,
yaitu:
a. Menerangkan Identitas para pihak yang membuat perjanjian/akta;
b. Menjelaskan dalam kedudukan apa yang bersangkutan bertindak;
c. Menerangkan berdasarkan apa kedudukannya tersebut;
d. Mengetahui bahwa para pihak mempunyai kecakapan dan
kewenangan melakukan tindakan hukum yang dituangkan di dalam
isi akta;
e. Yang bersangkutan mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang
dinyatakan dalam penulisan akta.
Komparisi mempunyai fungsi Identifikasi dan bertujuan menghindarkan
para pihak satu sama lain dari terjadinya peristiwa ‘kesalahan orang’ atau
‘error e persona’. Penulisan komparisi harus memenuhi tata cara yang telah
ditentukan oleh Undang-undang, dimana memerlukan pemahaman, kehati-
hatian, ketelitian, dan kecermatan yang baik dalam proses pembuatannya,
karena komparisilah yang menentukan sah atau tidaknya suatu akta.
Penulisan komparisi suatu akta beraneka ragam bentuknya, tergantung dari
pihak yang menghadap dan perjanjian apa yang akan dibuat oleh para pihak.
Penguraian komparisi sangatlah penting, jika ada salah penyebutan atau
penjabaran kata-kata dalam penulisan komparisi maka dapat membawa
7
pengaruh terhadap akta dan juga terhadap para pihak yang tercantum
didalam akta. Oleh karena itu para penghadap haruslah mereka yang cakap
dan berwenang melakukan perbuatan hukum di dalam akta yang
bersangkutan. Kesalahan penulisan komparisi dapat dinyatakan salah
apabila didasari adanya pembuktian. Kesalahan penulisan komparisi selama
masih dapat diupayakan untuk diperbaiki wajib untuk dilakukan perbaikan,
agar tidak mengakibatkan kasus sengketa dimuka Pengadilan yang disertai
ancaman.9
Dalam membuat komparasi maka syarat subjektif yaitu :
a. Adanya kesepakatan
b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum yang tersebut dalam
pasal 1320 KUH perdata harus dipenuhi, karena jika syarat ini tidak
dipenuhi dan atas permintaan pihak-pihak tertentu maka kontrak
dapat dibatalkan.
Komparisi terdiri dari :
1. Identitas para pihak yang memuat perjanjian/kontrak
2. Kedudukan para pihak dalam melakukan tindakan
3. Dasar kedudukan tersebut.
4. Cakap (rechtsbekwaanheid) dan berwenang (rechtsbevoegheid) , untuk
melakukan tindakan hukum (reecthandelingen) yang akan
disebutkan/dicantumkan dalam kontrak/perjanjian/akta
5. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan
dicantumkan dalam kontrak/perjanjian/akta
Bentuk komparisi seperti contohnya :
1. Untuk dirinya sendiri
2. Selaku penerima kuasa
3. Suami / istri yang memerlukan persetujuan suami / istri
4. Dalam kedudukan selaku direktur perseroan komanditer
9
Kitria Ine Damayanti dkk, “Pengaruh Kesalahan Penulisan Komparisi terhadap Suatu Akta
Autentik Notaris Ditinjau Dari Hukum Pembuktian”, Jurnal Universitas Brawijaya (Malang 2016) :
4-5, https://media.neliti.com/media/publications/115232-ID-pengaruh-kesalahan-penulisan-
komparisi-t.pdf
8
5. Dalam jabatannya (Badan Hukum Privat) :
a. Direktur perseroan terbatas
b. Selaku kepala/direktur cabang perseroan terbatas
c. Pengurus yayasan
d. Ketua perkumpulan
e. Ketua koperasi
6. Dalam jabatannya (Badan Hukum Publik) :
a. Selaku presiden/atau yang mewakilinya/menteri
b. Selaku gubernur/atau yang mewakilinya
c. Selaku walikota/bupati/atau yang mewakilinya
7. Selaku wali
8. Selaku pengampu
9. Selaku Kurator
10. Selaku Likuidator
11. Selaku orang tua yang menjalankan kekuasaan untuk anak kandungnya
yang belum dewasa.10
1. Identitas
- Penulisan nama lengkap harus ditulis lengkap sesuai tanda pengenal dan
perlu dihindari pemakaian singkatan seperti gelar akademis atau
bangsawan.
- penulisan tempat dan tanggal lahir ditulis sesuai dengan tanda pengenal,
dan disesuaikan dengan Akta Kelahiran. Penulisan tanggal selain ditulis
dengan angka juga harus ditulis dengan huruf.
- penulisan warga negara tidak boleh disingkat.
10
Habib Adjie, Pemahaman Awal (Komparisi-Premisse) Isi dan Akhir Akta Notaris, (Narotama
University Press , 2020), 31-32,
http://repository.narotama.ac.id/1306/1/12.%20BUKU%20KOMPARISI%20%E2%80%93%20PR
EMISSE%20AKTA%20NOTARIS.pdf
9
- penulisan pekerjaan, jika masa kerjanya sudah habis maka ditulis
statusnya bukan kerjanya, untuk penulisan jabatan harus menyebut
instansinya.
- penulisan tempat tinggal harus lengkap dari nama kota, kelurahan,
kecamatan, rukun tetangga, rukun warga, jalan dan nomor.
10
Kewenangan Bertindak.
Seseorang dinyatakan mempunyai kewenangan bertindak apabila
diperbolehkan untuk melakukan perbuatan hukum. Adakala syahnya
perbuatan hukum diperlukan adanya (ijin, persetujuan, atau pemberitahuan)
terlebih dahulu. Menurut pendapat Herlien Budiono dalam hal perbuatan
hukum berkaitan dengan kewenangan, melakukan tindakan tertentu
terhadap suatu benda hendaknya diperhatikan. Dimiliki oleh orang
perseorangan atau tidak, apakah yang bersangkutan sudah menikah atau
belum menikah;
(1) Jika menikah, apakah benda diperoleh sebelum atau setelah
perkawinan dilakukan, apakah menikah dengan atau tanpa
perjanjian perkawinan;
(2) Apakah diperoleh karena warisan atau hibahan;
(3) Apakah merupakan pemilikan bersama yang terikat atau
pemilikan bersama yang bebas.
2. Kedudukan bertindak.
Adapun macam-macam dan bentuk kedudukan bertindak yang harus
dimuat di dalam penulisan komparisi adalah sebagai berikut:
a. Untuk diri sendiri;
b. Selaku kuasa;
c. Selaku wakil;
d. Dengan bantuan atau persetujuan;
e. Berstatus lebih dari satu.
Berdasarkan macam bentuk kedudukan, penulisan komparisi akta
harus disusun beserta bukti-bukti, adapun bukti diri dari orang yang
menandatangi adalah :
a. Jika untuk diri sendiri, ditambah bukti kewenangan bertindak
lainnya
b. Jika mewakili orang lain, dilampirkan surat kuasa (tergantung
apakah cukup dengan akta kuasa di bawah tangan atau akta
kuasa autentik)
11
c. Jika mewakili badan hukum privat (perdata), ditambah anggaran
dasar atau dasar kewenangan lainnya
d. Jika mewakili badan hukum publik, perhatikan peraturan
mengenai kewenangan membuat perjanjian serta pejabat yang
berwenang mewakili badan hukum publik tersebut.11
B. Premisse
Suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat jika memenuhi syarat-
syarat sahnya perjanjian sebagaimana tercantum dalam pasal 1320 KUH
Perdata. Akan tetapi, KUH Perdata atau undang-undang tidak mengatur
secara tersendiri susunan suatu perjanjian karena pada dasarnya hukum
perikatan memiliki sistem yang terbuka yang memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk membuat perjanjian dengan ketentuan tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum
(Pasal 1337 KUHP Perdata).12
Secara umum, suatu perjanjian memiliki struktur yang terdiri atas
judul, pembukaan, komparisi, premisse (retical), isi perjanjian, dan penutup.
Pada pembahasan kali ini, penulis akan membahas mengenai teknik
penyusunan dan fungsi premisse kontrak. Definisi singkat mengenai
premisse dalam kontrak adalah premisse berisi uraian para pihak mengenai
latar belakang yang menjelaskan mengapa perjanjian tersebut dibuat oleh
para pihak yang disebutkan pada bagian komparisi.13
Premisse atau retical terletak pada bagian pendahuluan. Isi dari
premisse mendahului dari bagian isi suatu kontrak dan setelah komparisi.14
Premisse akta memuat mengenai keterangan dari penghadap yang akan
11
Kitria ine damayanti dkk, “Pengaruh Kesalahan Penulisan Komparisiterhadap Suatu Akta
Autentik Notaris Ditinjau Dari Hukum Pembuktian”, Jurnal Universitas Brawijaya (Malang 2016) :
8-10, https://media.neliti.com/media/publications/115232-ID-pengaruh-kesalahan-penulisan-
komparisi-t.pdf
12
Rio Christiawan dan Retno Wulandari, Hukum Kontrak Bisnis (Jakarta: Sinar Grafika, 2023), 45.
13
Rio Christiawan dan Retno Wulandari, Hukum Kontrak Bisnis, 46.
14
Ramziati, Sulaiman dan Jumadiah, Kontrak Bisnis: Dalam Dinamika Teoritis dan Praktis
(Sulawesi: Unimal Press, 2019), 195.
12
melakukan perjanjian pada akta notaris, alasan mengapa perjanjian dibuat,
informasi-informasi yang penting sebelum masuk pada bagian isi akta.15
Kedudukan premisse pada akta memiliki sifat fakultatif yang di
mana tidak seluruh akta notaris tercantum premisse akta, akan tetapi
umumnya premisse tercantum pada akta yang sifatnya rumit. Pada bagian
premisse akta harus diperhatikan mengenai bentuknya yang berbentuk pada
penyajian fakta (statement of facts), melainkan bukan berbentuk asumsi,
tapi harus sesuai fakta yang benar terjadi saat ini dan terukur dari para
pihak.16
Keberadaan premisse memiliki manfaat untuk menguraikan
kejadian-kejadian yang telah terjadi dan berhubungan dengan akta yang
hendak dibuat.17 Berikut hal-hal yang biasa dituangkan dalam bagian
premisse adalah sebagai berikut:
1. Fakta-fakta yang telah terjadi sebelum dibuatnya akta otentik;
2. Keterangan pendahuluan sebelum masuk isi daripada akta;
3. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
4. Berdirinya suatu perkumpulan sebelum dibuat akta pendirian;
5. Keterangan tentang hubungan hukum para penghadap;
6. Keterangan bahwa telah terjadi kesepakatan para pihak sehingga melakukan
suatu perjanjian.18
15
Gede Kosika Yasa dan Made Aditya Pramana Putra, “Kedudukan Premisse Akta Dalam Undang-
undang Jabatan Notaris,” Jurnal Hukum Kenotariatan: Acta Comitas, Vol. 7, No. 02 (Agustus
2022): 284.
16
Gede Kosika Yasa dan Made Aditya Pramana Putra, “Kedudukan Premisse Akta Dalam Undang-
undang Jabatan Notaris,” 284.
17
Nadhia Apriana, “Kedudukan Premisse Dalam Anatomi Akta Notaris,” Officium Notarium, Vol.
3, No. 1 (Mei 2023): 55.
18
Nadhia Apriana, “Kedudukan Premisse Dalam Anatomi Akta Notaris,” 56.
13
1. Memberikan gambaran tentang substansi perjanjian (nantinya akan berguna
dalam pemberian judul perjanjian). Isi atau substansi perjanjian memuat apa
yang dikehendaki para pihak, hak dan kewajiban, termasuk hingga
ketentuan mengenai penyelesaian sengketa.
2. Menjelaskan alasan, dasar, dan pertimbangan para pihak.
3. Diuraikan secara runtut dan logis hingga sampai pada pokok perjanjiannya.
4. Dalam beberapa perjanjian, premis berisi niat atau iktikad baik dari para
pihak mengapa perjanjian dibuat.
5. Adanya pernyataan (deklarasi) bahwa para pihak telah memahami latar
belakang dan saling bersedia untuk melanjutkan perjanjian.19
Tanda-tanda atau ciri-ciri premisse dimulai dengan kalimat sebagai berikut:
19
Rio Christiawan dan Retno Wulandari, Hukum Kontrak Bisnis (Jakarta: Sinar Grafika, 2023), 51.
20
Rio Christiawan dan Retno Wulandari, Hukum Kontrak Bisnis, 52.
14
pertama, disebabkan usaha patungan antara penghadap dalam jual beli
barang-barang bahan bangunan; ...
2. Bahwa menghadapi hak kedua menyangkal utang sebesar tersebut di atas,
oleh karena menurut Perhitungannya utangnya kepada penghadap pihak hak
pertama tinggal Rp. 1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah); ...
3. Bahwa para penghadap tidak bisa membuktikan secara jelas dengan
mengemukakan tanda-tanda bukti yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak; ...
4. Bahwa pihak penghadap bersepakat untuk tidak meneruskan atau
membiarkan masalah ini sampai berlarut-larut, sehingga terhindar atau
tercegah perkara di hadapan hakim atau pengadilan.
Berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, maka para penghadap
selanjutnya menerangkan, bahwa para penghadap telah bersepakat untuk
dengan ini mengadakan perdamaian sebagai berikut: …21
21
Bhim Prakoso, “Perjanjian Damai,” dipublikasikan 15 September 2023 di
https://www.slideshare.net/RifkiPratamaPutra/anatomi-akta-new-22-1pptx
22
Niru Anita Sinaga dan Nunuk Sulisrudatin, “Hal-hal Pokok Dalam Pembuatan Suatu Kontrak,”
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma,
Vol. 7, No. 2 (Maret 2017): 112.
15
yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang
dimuat di dalamnya.” bentuk akta otentik telah ditentukan pada UUJN-P.23
Pada pasal 1868 dijelaskan bahwa suatu akta otentik ialah suatu akta yang
bentuknya ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta itu
dibuatnya. Dalam pasal 38 UUJNP tentang anatomi akta tidak disebutkan
adanya keberadaan premisse akan tetapi dalam praktek pembuatan akta
kedudukan premisse diakui oleh para notaris.24
Fungsi premisse dalam suatu Akta Otentik adalah sangat penting dan sangat
strategis baik bagi para pihak maupun bagi notaris. Fungsi premisse yakni
untuk menguraikan mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan akta yang
hendak dibuat. Premisse juga dimaksud untuk menjelaskan alasan, dasar, dan
pertimbangan para pihak untuk melakukan perjanjian yang diceritakan secara
runtut dan logis hingga sampai pada pokok perjanjiannya.25
Bukan hanya sekedar sebagai rangkaian kalimat yang memperjelas isi akta
atau memuat penjelasan yang bersifat pertimbangan dibuatnya akta tersebut,
namun justru kalimat pertama dari Premisse itulah yang membuat Notaris tidak
dapat didakwa sebagai turut serta dalam melakukan suatu tindak pidana
(Dengan catatan : Notaris tersebut telah benar-benar melakukan tugas
jabatannya sesuai dengan UU dan Kode Etik jabatan) karena dari kalimat : Para
penghadap menyatakan dan menerangkan ...dst adalah bukti bahwa Notaris
disini fungsinya hanya untuk mengkonstatir dari maksud dan kehendak para
23
Gede Kosika Yasa dan Made Aditya Pramana Putra, “Kedudukan Premisse Akta Dalam Undang-
undang Jabatan Notaris,” Jurnal Hukum Kenotariatan: Acta Comitas, Vol. 7, No. 02 (Agustus
2022): 283.
24
Nadhia Apriana, “Kedudukan Premisse Dalam Anatomi Akta Notaris,” Officium Notarium, Vol.
3, No. 1 (Mei 2023): 54.
25
Nadhia Apriana, “Kedudukan Premisse Dalam Anatomi Akta Notaris,” 56.
16
pihak bukan sebagai pihak yang ikut serta dalam perbuatan hukum yang
dilakukan oleh para pihak.26
26
Jusuf patrianto Tjahjono. “Fungsi Premisse Dalam Akta Otentik,” Notarissby (Blog).
Dipublikasikan 7 Agustus 2008, https://notarissby.blogspot.com/2008/08/fungsi-premisse-dalam-
akta-otentik.html
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan dalam pembahasan pada makalah ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Komparisi mempunyai fungsi Identifikasi dan bertujuan menghindarkan para
pihak satu sama lain dari terjadinya peristiwa ‘kesalahan orang’ atau ‘error e
persona’. Penulisan komparisi harus memenuhi tata cara yang telah
ditentukan oleh Undang-undang, dimana memerlukan pemahaman, kehati-
hatian, ketelitian, dan kecermatan yang baik dalam proses pembuatannya,
karena komparisilah yang menentukan sah atau tidaknya suatu akta. Premisse
atau retical terletak pada bagian pendahuluan. Isi dari premisse mendahului
dari bagian isi suatu kontrak dan setelah komparisi.
2. Premisse akta memuat mengenai keterangan dari penghadap yang akan
melakukan perjanjian pada akta notaris, alasan mengapa perjanjian dibuat,
informasi-informasi yang penting sebelum masuk pada bagian isi akta. ciri-
ciri premisse dimulai dengan kalimat “Para pihak sebelumnya menerangkan
hal-hal sebagai berikut.” atau sering disingkat “Menerangkan...” atau
“Mengingat...” atau “Bahwa...” atau “Para penghadap menerangkan
terlebih dahulu bahwa...” atau “Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, para
pihak sepakat membuat perjanjian ini berdasarkan syarat dan ketentuan
sebagai berikut…”. Fungsi premisse yakni untuk menguraikan mengenai
fakta-fakta yang berhubungan dengan akta yang hendak dibuat. Premisse juga
dimaksud untuk menjelaskan alasan, dasar, dan pertimbangan para pihak
untuk melakukan perjanjian yang diceritakan secara runtut dan logis hingga
sampai pada pokok perjanjiannya.kalimat pertama dari premisse membuat
notaris tidak dapat didakwa sebagai turut serta dalam melakukan suatu tindak
pidana karena dari kalimat : Para penghadap menyatakan dan menerangkan
...dst
18
B. Saran
Makalah ini disusun oleh penulis dengan harapan bahwa siapa saja yang
membacanya akan mendapat tambahan wawasan berupa ilmu yang bermanfaat.
Penulis juga berharap makalah ini menjadi referensi bagi yang membutukan.
Penulis menyambut baik bagi siapa saja yang menemukan hal yang tidak sesuai
da bersedia memberikan masukan, sehingga dapat menyusun makalah dengan
lebih baik kedepannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
“Contoh dan Cara Pembuatan Kontrak Yang Benar Menurut Hukum Yang
Berlaku,” Liberia (Blog). Diakses pada 30 April 2024.
https://libera.id/blogs/contoh-cara-pembuatan-kontrak-yang-benar-
menurut-hukum/
Adjie, Habib. Pemahaman Awal (Komparisi-Premisse) Isi dan Akhir Akta Notaris.
Narotama University Press, 2020, 31-32.
Http://repository.narotama.ac.id/1306/1/12.%20BUKU%20KOMPARISI
%20%E2%80%93%20PREMISSE%20AKTA%20NOTARIS.pdf
Apriani, Nadhia. “Kedudukan Premisse Dalam Anatomi Akta Notaris.” Officium
Notarium, Vol. 3, No. 1 (Mei 2023): 54-56.
Christiawan, Rio, dan Retno Wulandari. Hukum Kontrak Bisnis. Jakarta: Sinar
Grafika, 2023.
Ramziati, Sulaiman dan Jumadiah. Kontrak Bisnis: Dalam Dinamika Teoretis dan
Praktis. Sulawesi: Unimal Press, 2019.
20
Salim. Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar
Grafika, 2022.
Sinaga, Niru Anita dan Nunuk Sulisrudatin. “Hal-hal Pokok Dalam Pembuatan
Surat Kontrak.” Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum
Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Vol. 7, No. 2 (Maret 2017):
112.
Yasa, Gede Kosika dan Made Aditya Pramana Putra. “Kedudukan Premis Akta
Dalam Undang-undang Jabatan Notaris.” Jurnal Hukum Kenotariatan: Acta
Comitas, Vol. 7, No. 02 (Agustus 2020): 283-284.
21