Materi Bhinneka Tunggal Ika
Materi Bhinneka Tunggal Ika
Materi Bhinneka Tunggal Ika
Sebagai Pelajar Pancasila tentu kalian sudah memahami makna gotong royong dalam
masyarakat yang ber-bhinneka tunggal ika. Sekarang kalian akan mem pelajari
perwujudan gotong royong dalam bidang perekonomian.
Pancasila sebagai ideologi dan paradigma pembangunan menghendaki keterkaitan
antara pembangunan politik dengan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan
kesejahteraan. Untuk apa dan untuk siapa pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
dilakukan? Tentunya untuk masyarakat agar lebih Sejahtera
Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Oleh karena itu, sebagai bagian dari masyarakat, manusia atau rakyat merupakan subjek
pembangunan. Ia sebagai pengerah atau subjek yang menentukan sifat atau corak
ekonomi, sekaligus sebagai aktor atau pelaku dalam faktor produksi dan bersama-sama
dengan faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1997: 121).
1. Sistem Ekonomi Pancasila
Tahukah kalian apa itu sistem ekonomi? Sistem ekonomi adalah sebuah cara atau
metode untuk mengorganisasi seluruh kegiatan ekonomi dalam anggota masyarakat, baik
yang dilakukan negara ataupun individu (swasta). Berbagai kegiatan ekonomi di
dalamnya, baik itu proses produksi, distribusi, konsumsi, investasi, dan sebagainya dilihat
sebagai kesatuan sistem yang bersifat dinamis sehingga perlu diatur agar terhindar dari
kekacauan
Jika dikaitkan dengan pemikiran para pendiri negara, mereka sebenarnya telah
menggagas satu sistem ekonomi yang cocok dengan kehidupan bangsa Indonesia, yaitu
sistem ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi tersebut memiliki ciri atau kekhasan
tersendiri yang membuatnya berbeda dengan sistem ekonomi lain di dunia karena
didasari Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Dalam sistem ekonomi Pancasila, gotong
royong (kooperasi) merupakan semangat dan jiwa yang menjadi landasan perekonomian
nasional
Prinsip gotong royong harus dipahami sebagai semangat tolong-menolong,
bersifat kekeluargaan, mengupayakan kebermanfaatan bersama, dan solidaritas sosial.
Kemauan bekerja sama dan memperbaiki keadaan ekonomi bersama merupakan jiwa dari
gotong royong. Badan usaha milik negara (BUMN) dan swasta juga harus berjiwa
kooperasi atau gotong royong. Hal itu sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang
menegaskan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan"
Dalam sistem perekonomian yang bersifat gotong royong, hak milik per orangan
tetap diakui, tetapi penggunaannya dibatasi kepentingan bersama. Dapat disimpulkan
bahwa hak milik perseorangan memiliki fungsi sosial. Dalam penyelenggaraan negara,
peran gotong royong ditunjukkan melalui pemberdayaan partisipasi rakyat dalam politik
anggaran
Menurut Sri Edi Swasono (2009: 6), sistem ekonomi Pancasila dapat dijelaskan
sebagai sistem ekonomi yang berwawasan sila-sila Pancasila, yaitu sebagai berikut
1. Ketuhanan Yang Maha Esa (etika dan moral agama, tidak berdasarkan materialisme).
2. Kemanusiaan (perekonomian yang humanistik, adil dan beradab, dan tidak mengenal
pemerasan dan pengisapan).
3. Persatuan (berdasar sosio-nasionalisme Indonesia, kebersamaan dan berasas
kekeluargaan, gotong royong, bekerja sama, dan tidak saling mematikan).
4. Kerakyatan (berdasarkan demokrasi ekonomi, kedaulatan ekonomi, mengutamakan
hajat hudup orang banyak, ekonomi rakyat sebagai dasar perekonomian nasional).
5. Keadilan sosial secara menyeluruh (kemakmuran rakyat yang utama, bukan
kemakmuran orang seorang, berkeadilan, dan berkemakmuran).
Sementara itu, menurut Mubyarto (1994: 44–45), ciri-ciri sistem ekonomi
Pancasila antara lain sebagai berikut.
1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral.
2. Kehendak kuat seluruh masyarakat untuk mewujudkan keadaan kemerataan sosial-
ekonomi.
3. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional yang kuat
dan tangguh yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi.
4. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian nasional
5. Adanya imbangan yang tegas dan jelas antara sentralisme dan desen tralisme
kebijaksanaan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan keadilan sosial
dengan sekali gus menjaga prinsip efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.