Rukmini DKK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Komunitas Farmasi Nasional

Volume 2, Nomor 1, Juni 2022


ISSN 2798-8740

GAMBARAN KETEPATAN ENAM BENAR PEMBERIAN OBAT BERBASIS


ELECTRONICAL MEDICAL RECORD DI RUANG RAWAT INAP ANAK

Gesti Rukmini1, Tuti Asrianti Utami2*, Rosa Nora Lina3

1
Mahasiswa STIK Sint Carolus Jakarta
[email protected]
2
Dosen Keperawatan STIK Sint Carolus Jakarta
[email protected]
3
Dosen Keperawatan STIK Sint Carolus Jakarta
[email protected]

Abstrak
Ketepatan pemberian obat merupakan hal terpenting untuk keselamatan pasien khususnya pada anak.
Ketepatan enam benar dalam pemberian obat berbasis Electronical Medical Record (EMR) adalah salah
satu bentuk kinerja dari seorang perawat. Kesalahan dalam pemberian obat akan berakibat fatal terhadap
keselamatan pasien di rumah sakit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran ketepatan enam
benar pemberian obat berbasis EMR di ruang rawat inap anak rumah sakit X Tangerang. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian dengan
total sampling sebanyak 30 perawat. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa sebagian besar perawat
berusia 25-35 tahun sebanyak 60%, pendidikan D3 keperawatan 60% dan masa kerja >10 tahun sebanyak
40%. Distribusi frekuensi penerapan enam benar pemberian obat oleh perawat berdasarkan prinsip tepat
obat telah diterapkan sebanyak 93,3%. Penerapan ketepatan dalam pemberian obat yaitu untuk tepat dosis
sebanyak 86,7%, tepat waktu sebanyak 83,3%, tepat pasien sebanyak 83,3%, tepat cara/rute sebanyak
86,7% dan tepat dokumentasi sebanyak 93,3%. Pelayanan keperawatan dalam pemberian obat berbasis
electronical medical record (EMR) penting dilaksanakan dengan tepat, terutama di ruang rawat inap anak.
Peningkatan pengawasan EMR diperlukan dengan pelaksanaan pelatihan internal dan ekternal agar
kesalahan dalam pemberian obat tidak terjadi.

Kata Kunci: Ketepatan, Obat, Electronical Medical Record

Abstract
The accuracy of drug administration is the most important thing for patient safety, especially in children.
Accuracy of six correct in the administration of drugs based on Electronic Medical Record (EMR) is one
form of performance from a nurse. Errors in drug administration will have a fatal impact on patient safety
in the hospital. The purpose of this study was to describe the accuracy of the six correct EMR-based drug
administrations in the children's inpatient ward of Hospital X Tangerang. This study uses a descriptive
correlation method with a cross-sectional approach. The research sample with a total sampling of 30
nurses. The results of this study explain that most of the nurses aged 25-35 years as much as 60%, 60%
D3 nursing education and work period >10 years as much as 40%. The distribution of the frequency of
the application of the six correct drug administration by nurses based on the principle of the correct drug
has been applied as much as 93.3%. The application of accuracy in drug administration is for the right
dose as much as 86.7%, on-time 83.3%, the right patient 83.3%, the right way/route as much as 86.7%
and the right documentation as much as 93.3%. It is important for nursing services in the administration
of electronic medical record (EMR)-based drugs to be carried out properly, especially in the pediatric
inpatient room. Increased EMR supervision is required by implementing internal and external training so
that errors in drug administration do not occur.

Keywords: Accuracy, Medicine, Electronic Medical Record

Rukmini dkk │ 241


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

1. PENDAHULUAN
Anak-anak yang harus dirawat inap di Rumah Sakit sekitar 5-10 juta dari 80 juta
anak di Indonesia dan menempati urutan ke empat di dunia. Survey Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2017 terdapat 10.940.813 anak mengalami keluhan kesehatan
yang menjalani rawat inap di rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Anak-
anak yang dirawat tentunya memerlukan pengobatan yang dapat membantu proses
kesembuhan kesehatannya. Pengobatan pada pasien anak saat dirumah sakit harus tepat
dan akurat. Ketepatan dalam pemberian obat merupakan hal terpenting untuk
keselamatan pasien khususnya pada anak (Kemenkes RI, 2021). Obat merupakan salah
satu bagian penting dalam proses upaya penyembuhan dan pemulihan penyakit serta
pencegahan terhadap suatu penyakit (Nuryani et al., 2021). Memberikan obat kepada
pasien merupakan bagian tugas seorang perawat kesehatan. Ketepatan waktu pemberian
obat adalah salah satu bentuk kinerja dari seorang perawat (Feriani, 2020).
Kesalahan dalam pemberian obat atau dikenal dengan medication error akan
berakibat fatal terhadap keselamatan pasien di rumah sakit (Lediana Tampubolon,
2018). Ketepatan pemberian obat sangat mempengaruhi kesembuhan pasien dan
menentukan lamanya hari perawatan (Feriani, 2020; Samgryce et al., 2019). Faktor yang
mempengaruhi ketepatan dalam pemberian obat dikarenakan adanya 15,6% perawat
yang tidak mencocokkan nama di status dengan obat yang diberikan, sekitar 43%
perawat tidak melakukan pengecekan gelang identitas pasien yang disesuaikan dengan
buku dan tanggal lahir pasien, sebanyak 13,3% perawat tidak mencocokkan atau
menghitung ulang dosis di status dengan obat yang diberikan, sebaiknya untuk perawat
yang tugas sore dan malam harusnya mengecek ulang terapi obat-obat yang diteruskan
ataupun dihentikan setelah dokter melakukan visit (Feriani, 2020). Seorang perawat
mempunyai peran yang penting dalam tindakan kolaborasi pemberian obat dan
mengerjakannya dengan baik. Seiring berjalannya waktu dengan perkembangan digital
saat ini, beberapa rumah sakit meningkatkan pelayanannya khususnya perawat harus
mampu beradaptasi dengan perkembangan tehnologi informasi (Indra Weni et al., 2018).
Untuk menunjang kecepatan dan keakuratan pelayanan kesehatan melalui dokumentasi
dengan komputerisasi di rumah sakit, perawat diberikan tugas untuk dapat memasukkan
data hasil tindakan melalui electronical medical record (EMR) (Kurniadi & Pratiwi,
2017).
EMR merupakan salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi
dan komunikasi di berbagai pusat pelayanan kesehatan (Oktarlina & Wafiyatunisa,
2017). EMR merupakan penggunaan metode elektronik untuk pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan, serta pengaksesan rekam medis pasien yang telah tersimpan
dalam suatu manajemen basis data multimedia yang mencatat semua data medis,
demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit maupun di klinik.
Jenis data rekam medis dapat berupa teks (baik yang terstruktur maupun naratif), gambar

Rukmini dkk │ 242


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

digital (jika sudah menerapkan radiologi digital), suara (misalnya suara jantung), video
maupun yang berupa biosignal seperti rekaman EKG (Elektrokardiogram) (Indra Weni
et al., 2018). Pemberian obat menjadi salah satu tindakan seorang perawat dalam
menjalankan peran kolaborasinya. Pemberian obat pada pasien perawat perlu
memperhatikan aspek enam tepat yang meliputi: tepat pasien (right client), tepat obat
(right drug) tepat dosis (right dosis, tepat waktu (right time), tepat cara (right route) dan
tepat dokumentasi (right documentation) (Erisah et al., 2022).
Pemberian obat oleh perawat dengan memperhatikan prinsip enam tepat ini akan
mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan kesembuhan penyakit pasien, terutama
akan mudah dilihat pada pasien yang dirawat di ruang rawat inap (Feriani, 2020;
Virawan, 2012). Banyak faktor yang mempengaruhi perawat dalam melakukan
ketepatan enam benar pemberian obat berbasis EMR salah satunya karakteristik perawat
itu sendiri yakni usia, pendidikan dan lama kerja (Nababan, 2022; Nuryani et al., 2021).
Penelitian ini menjelaskan bahwa adanya hubungan antara umur dengan penerapan
prinsip 6 benar dalam pemberian obat dengan nilai ρ value = 0,026 sedangkan pada
pendidikan dan lama kerja tidak ada hubungan di ruang rawat inap RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal (Wardana et al., 2013). Penerapan prinsip enam tepat obat di RSUD
Curup sebagian besar 23 orang (65,7%) menerapkan prinsip “Enam Tepat” dengan
benar. Tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, dan pengetahuan dengan penerapan
prinsip enam tepat obat. Tetapi, ada hubungan antara lama kerja dengan penerapan
prinsip enam tepat obat (Haryani, 2018).
Rumah Sakit X Tangerang sudah menerapkan sistem elektronic medical record
dengan aplikasi e-prescription. E-prescription adalah proses penginputan resep dengan
menggunakan sistem computerize dimana E-prescription sudah mulai diterapkan sejak
tahun 2016, dengan mengetikkan nama obat, dosis, rute, frekuensi pemberian obat pada
modul dan template yang telah disiapkan. Peran perawat adalah memastikan obat sudah
diterima oleh bagian farmasi sesuai dengan yang di input oleh dokter penanggung jawab
pelayanan serta memberikan kepada pasien dengan tepat (Yulianti, 2019). Penerapan
elektronic medical record dirumah sakit seharusnya mampu mencegah kejadian
medication error. Proses re-check saat pengambilan obat, serta pada waktu memberikan
obat harus dilakukan oleh perawat. Perawat juga berperan pada fase administration,
dimana fase ini merupakan fase terakhir dari proses/alur pemberian obat yang langsung
bersentuhan dengan pasien. Sedangkan pada fase prescribing dan dispensing, kesalahan
yang terjadi masih dapat difilter oleh farmasi ke dokter, perawat ke dokter atau ke
farmasi atau sebaliknya. Fase administration, perawat merupakan gate keeper terakhir
dalam proses terjadinya kesalahan/medication error, sehingga fase administration
menjadi fase yang sangat penting untuk dihindari terjadinya kesalahan (Erisah et al.,
2022; Yulianti, 2019).
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk diketahuinya tingkat penerapan prinsip
enam tepat dalam pemberian obat oleh perawat di ruang rawat inap anak Eka Hospital

Rukmini dkk │ 243


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

Tangerang di tinjau dari Electronical Medical Record. Maka untuk itu peneliti
menetapkan masalah yaitu bagaimanakah penerapan prinsip enam tepat dalam
pemberian obat di tinjau dengan Electronical Medical Record oleh perawat di ruang
rawat inap anak Eka Hospital Tangerang.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dekriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Sampel penelitian menggunakan total sampling, semua
perawat yang merawat pasien sebanyak 30 perawat. Penelitian dilakukan di ruang rawat
inap anak rumah sakit X Tangerang, bulan November-Februari 2022. Pengumpulan data
menggunakan kuisioner ketepatan 6 benar dalam pemberian obat yang telah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas sebelumnya dengan Alpha Cronbach’s (α) = 0,87 (r> 0,700)
dan koefisien korelasi r tabel = 0,85 (α>r tabel). Analisis univariat dilakukan untuk
mendeskripsikan frekuensi karakteristik responden, sebagai suatu informasi yang
disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase dari usia, pendidikan, lama kerja dan
ketepatan 6 benar pemberian obat (Nursalam, 2015).

3. HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Karakteristik Perawat Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit X Tangerang
No Variabel Frekuensi Persentase
1. Usia
 < 25 tahun 2 6,7
 25-35 tahun 18 60
 36-45 tahun 10 33,3
2. Pendidikan
 DIII Keperawatan 18 60
 S1/Ners 12 40
3. Masa kerja
 <1-3 tahun 8 26,7
 >3-6 tahun 5 16,7
 >6-10 tahun 5 16,7
 >10 tahun 12 40
Total 30 100
Tabel 1 menjelaskan bahwa karakteristik perawat ruang rawat inap anak rumah
sakit X Tangerang sebagian besar berusia 25-35 tahun sebanyak 18 (60%), pendidikan
D3 keperawatan sebanyak 18 (60%) dan masa kerja >10 tahun sebanyak 12 (40%)
responden.

Rukmini dkk │ 244


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

Tabel 2
Ketepatan Penerapan Enam Benar Pemberian Obat
Di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit X Tangerang
Tidak
Diterapkan Di
No Prinsip Enam Tepat Pemberian Obat
terapkan
f % f %
1 Tepat Obat (30%)
a. Perawat melakukan pengecekan nama Obat, Dosis obat,
waktu pemberian obat, cara pemberian obat, dan nama
pasien pada folder event yang di buat oleh dokter. 28 93,3 2 6,7
b. Perawat melakukan proses administrative ke status (H4a)
dari status (Dis) pada event obat yang telah tiba diruangan 21 70,0 9 30,0
dengan cara scan barcode pada label yang tertera di obat.
c. Perawat melakukan proses administrative dari status (H4a) 26 86,7 4 13,3
ke status (Adm) pada obat yang telah di berikan ke pasien
sesuai event yang telah di buat dokter.
2 Tepat Dosis (10)
Perawat melakukan double check dosis obat pada case note
26 86,7 4 13,3
intruksi dokter dengan event yang di buat oleh dokter.
3 Tepat Waktu (10%)
Perawat memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum dan
25 83,3 5 16,7
30 menit sesudah event yang terbentuk.
4 Tepat pasien (10%)
Perawat mengecek /meminta pasien /keluarga menyebutkan
nama lengkap dan tanggal lahir dan mencocokan nama dan
25 83,3 5 16,7
tanggal lahir pasien pada label yang tertera di obat dan gelang
identitas pasien.
5 Tepat Cara/ Rute (10%)
Perawat mengecek cara pemberian obat pada intruksi dokter di
26 86,7 4 13,3
case note dan pada kemasan/sediaan obat.
6 Tepat Dokumentasi (30%)
a. Perawat mendokumentasikan tindakan pemberian obat
pada case note dengan menuliskan jenis obat dan
waktu/jam pemberiannya.
23 76,7 7 23,3
b. Perawat mendokumentasikan setiap tindakanya
menggunakan user Id nya sendiri/menuliskan namanya
28 93,3 2 6,7
pada case note bila menggunakan user Id perawat lain.
28 93,3 2 6,7
c. Perawat mendokumentasikan pemberian obat pada waktu
luang/ tidak langsung melakukan proses administrasi pada
saat pemberian obat.

Tabel 2 menjelaskan bahwa ketepatan distribusi frekuensi penerapan enam benar


pemberian obat oleh perawat, sebagian besar berdasarkan prinsip tepat obat perawat
telah mengecek obat, dosis, obat, waktu pemberian obat, cara pemberian obat, dan nama
pasien pada folder event yang di buat oleh dokter sebanyak 28 (93,3%). Prinsip tepat

Rukmini dkk │ 245


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

dosis perawat menerapkan double check dosis obat pada case note intruksi dokter
dengan event yang di buat oleh dokter sebanyak 26 (86,7%). Prinsip tepat waktu perawat
menerapkan obat dalam rentang 30 menit sebelum dan 30 menit sesudah event yang
terbentuk sebanyak 25 (83,3%). Prinsip tepat pasien, perawat mengecek /meminta pasien
/keluarga menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahir dan mencocokan nama dan
tanggal lahir pasien pada label yang tertera di obat dan gelang Identitas pasien, telah
diterapkan sebanyak 25 (83,3%). Prinsip tepat cara/rute perawat mengecek cara
pemberian obat pada Intruksi dokter di case note dan pada kemasan/sediaan obat
sebanyak 26 (86,7%). Prinsip tepat dokumentasi perawat mendokumentasikan setiap
tindakannya menggunakan user Id nya sendiri/menuliskan namanya pada case note bila
menggunakan user Id perawat lain sebanyak 28 (93,3%) dan perawat
mendokumentasikan pemberian obat pada waktu luang/ tidak langsung melakukan
proses administrasi pada saat pemberian obat.

4. PEMBAHASAN
a. Karakteritik Responden
Usia merupakan rentang umur atau usia manusia sejak dilahirkan sampai
sekarang atau meninggal. Usia sering dikaitkan dengan sikap dan pengetahuan
seseorang dalam menghadapi masalah dan pemecahannya, orang yang lebih tua
dianggap lebih aktif memecahkan masalah yang lebih sulit (Aswatun, Rahayu, 2019).
Usia yang semakin tua atau bertambah maka seorang akan semakin banyak
pengalamannya, sehingga pengetahuannya semakin bertambah. Pola berfikir
seseorang dapat dinilai dari usia, semakin dewasa seseorang diharapkan semakin baik
dalam proses pemikiran . Kepercayaan masyarakat kepada yang lebih dewasa lebih
berpengaruh dibandingkan dengan orang yang kurang dewasa dalam proses berfikir
(Erisah et al., 2022). Hal tersebut berhubungan dengan pengalaman dan kematangan
jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka diharapkan cara berpikir semakin matang.
Secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan seseorang diharapkan terjadi
pertumbuhan kemampuan motorik dan berfikir sesuai dengan tumbuh kembangnya,
yang identik dengan idealisme tinggi, semangat tinggi dan tenaga yang prima.
Kemampuan berpikir kritis pun meningkat secara teratur selama usia dewasa
(Samgryce et al., 2019).
Erikson membagi rentang umur 25-45 tahun merupakan tahap perkembangan
generativitas vs stagnasi, dimana seseorang memperhatikan ide-ide, keinginan untuk
berbagi pengetahuan, dan meningkatkan kreativitas (Mustadi, 2020; Sunaryo., 2004).
Karakteristik perawat dalam penelitian ini sebagian besar perawat berusia 25-35
sebanyak 60% responden. Perawat pelaksana di unit rawat inap RS X Tangerang
seiring dengan waktu dalam mengasah kemampuan dan ketrampilan untuk tetap
melakukan pemberian obat dengan tepat enam benar berbasis electronical medical
record di ruang rawat inap anak.

Rukmini dkk │ 246


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku individu maupun


kelompok untuk mengembangkan kemampuan baik formal ataupun informal (P. D. S.
Notoatmodjo, 2014). Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal-hal
baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Menurut PPNI (2018)
menyebutkan bahwa pendidikan terendah perawat yakni Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK), pendidikan tinggi D3 Keperawatan, Profesional (S1 dan Ners), pendidikan
Spesialis Keperawatan (M.Kep dan Sp.1), pendidikan doktoral dan profesor
keperawatan. Penelitian yang dilakukan oleh Asemahagn, tahun 2020 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden dengan pengetahuan baik (67,9%) yakni dengan
pendidikan S1/Ners.
Penelitian yang dilakukan oleh (Otong, 2014) menjelaskan bahwa mayoritas
pendidikan D3 sebanyak 50 orang (86,2%). Penelitian yang dilakukan Ernawati,
(2015) dari 87 responden yang memiliki pendidikan D3 Keperawatan, diketahui 49
orang (56.3%) pengetahuan kurang baik dan 38 orang (43.7%) memiliki
pengetahuan baik, sedangkan dari responden yang pendidikannya S1 Kep/Ners,
diketahui (19.2%) pengetahuan kurang baik dan (80.8%) pengetahuan baik. Hal
tersebut sesuai dengan teori perilaku yakni semakin tinggi pendidikan yang ditempuh,
maka semakin baik pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2014).
Seseorang dengan pendidikan yang cukup baik akan melakukan praktik
kehidupan yang lebih efektif dan efesien yang selanjutnya akan menghasilkan
kesehatan yang bermutu tinggi dan dapat mengatur pola stress dengan baik (Feriani,
2020). Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap stress kinerja, karena
semakin banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka akan dapat
membantu dalam meningkatkan ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tingkat pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2014).
Lama kerja adalah waktu yang telah dipakai selama bekerja untuk memberikan
asuhan Keperawatan dalam kolaborasi untuk memberikan obat dengan enam benar
(Otong, 2014). Semakin lama seseorang bekerja, maka diharapkan semakin tinggi
kepatuhan dalam melakukan tindakan dan pelayanan keperawatan terutama untuk
memberikan obat sesuai dengan benar (Fitrirachmawati, 2015).
Responden dengan pengetahuan baik sebagian besar memiliki lama kerja lama >
5 tahun (Pambudi, 2018). Hubungan lama kerja dengan pengetahuan dalam
penerapan 6 benar yakni semakin tinggi lama kerja maka semakin banyak
pengetahuan seseorang dalam melakukan tindakan keperawatan, khususnya
penerapan enam benar. Seorang dengan lama kerja rendah, maka masih diperlukan
pembelajaran yang bimbingan agar melakukan tindakan sesuai dengan SOP. Perawat
yang lebih lama bekerja akan memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan
perawat yang baru saja bekerja, semakin lama bekerja maka perawat ini akan semakin

Rukmini dkk │ 247


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

terlatih dan memiliki banyak pengalaman terkait dengan prinsip enam benar dalam
pemberian obat di ruang rawat inap RS X Tangerang.
Perawat yang telah bekerja >5 tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan kerja
yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan baru. Lama masa kerja
menyebabkan tenaga kesehatan mempunyai waktu yang tidak terbatas untuk belajar
(Fitrirachmawati, 2015). Semakin lama masa kerja tenaga kesehatan akan memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang baik. Hal tersebut dapat mempengaruhi
kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit
khususnya dibidang keperawatan anak dan ketepatan dalam pemberian obat. Perawat
yang memiliki pengalaman kerja dominan lebih banyak, lebih memahami siklus kerja
dan potensi kerja sehingga permasalahan yang terdapat dalam suasana kerja akan
lebih mudah diatasi oleh perawat yang lebih berpengalaman. Perawat yang bekerja >3
tahun mereka asumsikan dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan harapan yang
diinginkan manajemen suatu perusahaan atau rumah sakit (Notoatmodjo, 2014).

b. Karakteristik Ketepatan Penerapan Enam Benar Pemberian Obat


Proses pemberian obat minimal menggunakan prinsip 6 benar dalam pemberian
obat dengan cara membandingkan resep yang didapatkan terhadap label obat perawat
sebagai pelaksana dalam memberikan obat hanya boleh memberikan obat sesuai
dengan resep yang telah diberikan oleh dokter dan melakukan pengecekan ulang
apabila ada keraguan terhadap instruksi tersebut (Haryani, 2018; Potter & Perry,
2012). Penerapan enam benar sudah dilakukan perawat serta setiap perawat baru yang
diterima telah menerima sosialisasi sejak awal dalam masa orientasi sehingga saat
mereka dilapangan menjadi patuh dalam prinsip enam benar (tepat) (Wardana et al.,
2013). Tetapi kesalahan dalam pemberian obat, baik itu benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara dan benar waktu serta benar dokumentasi masih ditemukan
baik itu kejadian tidak diinginkan maupun kejadian nyaris cedera (KNC), alasan
mereka kebanyakan karena beban kerja, dan saat operan jaga yang terlalu lama
(Pambudi, 2018).
Seorang perawat mempunyai peran dalam melakukan tindakan keperawatan,
sudah seharusnya perawat mengerjakannya dengan baik. Seiring berjalannya waktu
dengan perkembangan digital saat ini, beberapa rumah sakit meningkatkan
pelayanannya khususnya perawat harus mampu beradaptasi dengan perkembangan
tenologi informasi. Untuk menunjang kecepatan dan keakuratan pelayanan kesehatan
melalui dokumentasi dengan komputerisasi di rumah sakit, perawat diberikan tugas
dapat memasukkan data hasil tindakan melalui electronical medical record (EMR)
(Kurniadi & Pratiwi, 2017).
Medication error adalah setiap kejadian yang dapat dicegah yang menyebabkan
penggunaan obat yang tidak tepat yang menyebabkan bahaya ke pasien, dimana obat
berada dalam kendali profesional perawat kesehatan (Lediana Tampubolon, 2018).

Rukmini dkk │ 248


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

Kejadian medication error seperti itu mungkin terkait dengan praktik profesional,
prosedur, dan sistem, termasuk peresepan, komunikasi pemesanan, pelabelan produk,
pengemasan, dan tata nama, peracikan, pengeluaran, distribusi, administrasi,
pendidikan, pemantauan, dan penggunaan. Medication error adalah suatu kejadian
yang tidak hanya dapat merugikan pasien tetapi juga dapat membahayakan
keselamatan pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal
pelayanan pengobatan pasien (Khairurrijal & Putriana, 2018).
Ketidaktepatan perawat ketika menerapkan prinsip “Enam Tepat” pemberian
obat telah mengalami penurunan menjadi 15,0%. Hal ini karena perawat telah
memperhatikan ketepatan obat melalui pengecekan obat, dosis, waktu, rute, pasien
dan dokumentasi dengan program terapi dokter, selalu menanyakan alergi, keluhan
pasien pre dan post pemberian obat, mengecek etiket obat sebelum memberikan obat
sebanyak tiga kali yaitu pada saat melihat kemasan, sebelum menuangkan, dan
setelah menuangkan obat, mengetahui interaksi dan efek samping obat, serta
memberikan obat yang telah disiapkan sendiri oleh perawat (Feriani, 2020; Qolbi,
2020).
Ketepatan dosis juga telah diperhatikan melalui upaya pengecekan hitungan
dosis dengan perawat lain (double check), meramu obat sesuai petunjuk pada
kemasan. Perawat telah memperhatikan ketepatan waktu pemberian dengan rentang
30 menit dari waktu yang telah dijadwalkan serta selalu melihat tanggal kadaluarsa
obat (Qolbi, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Setianingsih & Septiyana, 2020 menjelaskan
bahwa sebanyak 75,7% perawat di RSUP Dr. Karyadi segera melakukan
pendokumentasian setelah pemberian obat ke pasien. Dokumentasi yang dilakukan
pada waktu luang akan meningkatkan resiko kesalahan dalam penulisan (faktor
kelupaan). Studi deskriptif penerapan prinsip “Enam Tepat” dalam pemberian obat
didapatkan hasil bahwa ketepatan dalam penerapan prinsip “ enam tepat” pemberian
obat sebagian besar tepat (59,7 %) (Oktarlina & Wafiyatunisa, 2017; Setianingsih &
Septiyana, 2020).
Penerapan enam benar dengan cara mengadakan pelatihan, peningkatan aspek
pengawasan dan supervisi, meningkatkan kelengkapan fasilitas dasar untuk
pemberian obat, serta membuat SOP yang baku tentang prosedur pemberian obat
serta medical error (Yulianti, 2019). Penerapan prinsip 6 benar pemberian obat yang
tidak diterapkan sesuai standar operasional prosedur menjadikan tingkat kepuasan
yang tidak baik 59,16 kali dibandingkan perawat yang menerapkan SOP. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi perawat dalam menerapkan prinsip pemberian
obat yaitu supervisi dari pimpinan, jumlah SDM, turnover, SPO pemberian obat,
sosialisasi prosedur, dan pelatihan (Lediana Tampubolon, 2018).
Selain faktor tersebut beban kerja perawat juga merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan penerapan prinsip 6 benar dalam pemberian obat kepada klien

Rukmini dkk │ 249


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

(Nuryani et al., 2021). Berdasarkan hasil dari 6 benar obat didapatkan pada beberapa
item data yakni prinsip tepat obat semua perawat telah menerapkan pengecekan nama
Obat, Dosis obat, waktu pemberian obat, cara pemberian obat, dan nama pasien pada
folder event yang di buat oleh dokter sebanyak 93,3%, artinya hampir semua perawat
telah melakukan prinsip tepat obat yang harus dilakukan pada anak. Ketepatan dalam
pemberian obat sangat diperlukan sebagai upaya dalam penyembuhan pasien
sehingga pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan kondisi dan gelaja yang
dialami pada saat dilakukan perawatan.
Pada prinsip tepat dosis perawat menerapkan double check dosis obat pada case
note intruksi dokter dengan event yang di buat oleh dokter sebanyak 86,7% artinya
bahwa lebih dari sebagian besar perawat telah melakukan prinsip tepat dosis yang
harus dilakukan dan diberikan kepada pasien anak di RS Eka. Prinsip tepat dosis
sangat diperlukan untuk memastikan bahwa setiap pasien anak harus diberikan dosis
yang sesuai berdasarkan usia dan berat badan sehingga pasien yang diberikan
mendapatkan obat yang tepat.
Pada prinsip tepat waktu perawat menerapkan obat dalam rentang 30 menit
sebelum dan 30 menit sesudah event yang terbentuk sebanyak 83,3% artinya sebagian
besar perawat telah melakukan prinsip tepat waktu. Ketepatan waktu pemberian obat
sangat diperlukan agar obat yang diberikan memiliki rentang absobsi dalam tubuh
sehingga obat yang diberikan memiliki efek sesuai dengan harapan. Pada prinsip tepat
pasien, perawat mengecek /meminta pasien /keluarga menyebutkan nama lengkap dan
tanggal lahir dan mencocokan nama dan tanggal lahir pasien pada label yang tertera
di obat dan gelang identitas pasien, telah diterapkan sebanyak 83,3% artinya sebagian
besar perawat telah melakukan prinsip tepat pasien. Ketepatan pasien sangat
diperlukan, dengan demikian obat yang akan diberikan harus benar-benar pasti bahwa
orang tersebut adalah pasien yang benar mendapatkan obat yang sesuai dengan
instruksi yang diberikan oleh dokter.
Prinsip tepat cara maka perawat mengecek cara pemberian obat pada intruksi
dokter di case note dan pada kemasan/sediaan obat sebanyak 86,7% artinya sebagian
besar perawat telah melakukan prinsip tepat cara/rute. Prinsip cara pemberian obat
sangat diperkenankan sebagai upaya proses penyembuhan yang tepat. Pada prinsip
tepat dokumentasi perawat mendokumentasikan setiap tindakannya menggunakan
user Id nya sendiri/menuliskan namanya pada case note bila menggunakan user Id
perawat lain sebanyak 93,3% artinya sebagian besar perawat telah melakukan prinsip
tepat dokumentasi. Perawat harus memastikan bahwa semua obat yang telah
diberikan harus didokumentasikan dengan tepat.
Ada banyak faktor yang menyebabkan perawat tidak secara 100% baik dalam
melakukan prinsip 6 benar pemberian obat di RS X Tangerang secara EMR.
Berdasarkan pengamatan peneliti ditemukan bahwa jumlah pasien dan perawat yang
tidak sesuai, sehingga dalam pelayanan asuhan keperawatan mengalami kelelahan,

Rukmini dkk │ 250


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

jadi proses EMR tidak dipantau secara maksimal. Perawat sibuk memberikan asuhan
medis dengan kolaborasi dari dokter, sehingga asuhan perawatan yang seharusnya
diberikan oleh perawat masih sering terabaikan, tetapi selain itu dapat disebabkan
juga oleh karakteritik perawat, pengetahuan, dukungan manajemen, sosial budaya,
sikap dan perilaku perawat yang mempengaruhi dalam pemberian obat dengan prinsip
6 benar di RS X Tangerang. Selain itu dalam pemberian obat juga dipengaruhi oleh
karakteritik anak, anak terkadang tidak mau minum obat tepat waktu walau perawat
sudah berupaya membujuk terkadang obat masih belum bisa diberikan secara oral
sehingga waktu yang diberikan menjadi tertunda.

SIMPULAN
Prevalensi ketepatan dalam pemberian obat dengan 6 benar pada setiap
tahapan menunjukkan hasil yang bervariatif disetiap pelayanan. Dari berbagai prinsip
ketepatan pemberian obat yaitu prinsip tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat
pasien, tepat cara/rute dan tepat dokumentasi. Seluruh perawat di unit rawat inap anak
diharapkan dengan berbagai karakteristik dapat menerapkan prinsip “enam tepat”
pemberian obat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terimakasih kepada seluruh responden di RS X
Tangerang dan STIK Sint Carolus yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan sehingga penelitian ini dapat digunakan sebaik-baiknya untuk
pengembangan pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aswatun, Rahayu, D. (2019). Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Pelaksanaan


Prinsip 6 Benar Pemberian Obat Pada Pasien. Jurnal Ners Widya Husada Volume,
6(2), 65–72. http://journal.uwhs.ac.id/index.php/jners/article/view/350
Erisah, N., Rohyani, D., & Helen, M. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Keselamatan Pasien Dengan Perilaku Kepatuhan Melaksanakan Prinsip
Pemberian Benar Obat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Marinir Cilandak.
MAHESA : Malahayati Health Student Journal, 2(3), 506–520.
https://doi.org/10.33024/mahesa.v2i3.6061
Feriani, P. (2020). Ketepatan Pemberian Obat Oleh Perawat Dipengaruhi Lingkungan
Kerja Di Ruang Rawat Inap Rsud Kanujoso Balikpapan. JIKO (Jurnal Ilmiah
Keperawatan Orthopedi), 4(1), 34–40. https://doi.org/10.46749/jiko.v4i1.38

Rukmini dkk │ 251


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

Fitrirachmawati, F. (2018). (2015). Hubungan fungsi supervisi dengan kepatuhan


perawat menjalankan SOP identifikasi pasien di RSUP Dr Mohammad Hoesin
Palembang. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 3(2).
Haryani, S. (2018). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan Prinsip
Enam Tepat Pemberian Obat. Jurnal Media Kesehatan, 8(1), 71–77.
https://doi.org/10.33088/jmk.v8i1.260
Indra Weni, Reni Aryani, & Edi Saputra. (2018). View of Sistem Informasi Electronic
Medical Record (EMR) Berbasis Web untuk Meningkatkan Kualitas Hasil
Diagnosa Penyakit Pasien. (JUSS) Jurnal Sains Dan Sistem Informasi, 1(1), 1–11.
Kemenkes RI. (2021). Situasi Global. In Situasi Terkini Novel Coronavirus (Covid-19).
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus
Disease (COVID-19) 04 April 2021.pdf
Khairurrijal, M. A. W., & Putriana, N. A. (2018). Review : Medication Erorr Pada Tahap
Prescribing, Transcribing, Dispensing, dan Administration. Farmasetika.Com
(Online), 2(4), 8. https://doi.org/10.24198/farmasetika.v2i4.15020
Kurniadi, A., & Pratiwi, R. (2017). Patient Clinical Data Integration in Integrated
Electronic Medical Record System for Health Care Facilities in Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 13(2), 239–246.
https://doi.org/10.15294/kemas.v13i2.8103
Lediana Tampubolon, P. (2018). Analisis Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Dalam
Pemberian Obat Terhadap Terjadinya Medication Error di Rawat Inap Rumah Sakit
X Tahun 2018. Jurnal ARSI, 4(3), 173–183.
Mustadi, A. (2020). Landasan pendidikan sekolah dasar.
Nababan, F. (2022). Penggunaan Aplikasi Clinical Decision Support System (CDSS)
Berbasis Elektronik pada Pasien Anak di Berbagai Setting Layanan Perawatan:
Tinjauan Literatur. 5(1).
Notoatmodjo, P. D. S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Renika Cipta.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan praktis.
Nuryani, E., Dwiantoro, L., & Nurmalia, D. (2021). Faktor-faktor yang meningkatkan

Rukmini dkk │ 252


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

kepatuhan perawat dalam penerapan prinsip enam benar pemberian obat. Jurnal
Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 4(1).
https://doi.org/10.32584/jkmk.v4i1.572
Oktarlina, R. Z., & Wafiyatunisa, Z. (2017). Kejadian Medication Error pada Fase
Prescribing di Poliklinik Pasein Rawat Jalan Rumah Sakit Daerah Mayjend HM
Ryacudu Kota Bumi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 1(3), 540–545.
Otong, I. (2014). Hubungan Tingkat Obat Terhadap Tindakan Pendokumentasian
Keperaw ...
Pambudi, Y. S. A. Y. D. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam
penerapan 6 SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) pada akreditasi JCI (Joint
Commision International) di ruang rawat inap rumah sakit panti Waluya Malang.
Nursing News, 3(1), 729–747.
Potter & Perry. (2012). Fundamental Of Nursing (7th ed.). EGC.
QOLBI, Q. A. S. (2020). Evaluasi Ketepatan Pemilihan Dan Dosis Antibiotik Pada
Pasien Anak Demam Tifoid Rawat Inap Di Rst Dr. Asmir Salatiga. International
Journal of Hypertension, 1(1), 1–171.
http://etd.eprints.ums.ac.id/14871/%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.cell.2017.12.025%
0Ahttp://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf%0Ahttp://www.who.int/about/licensing/%0Ahttp://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2016/12/Dea-Nur
Samgryce, S. H., Jane, E., & Rosa, M. (2019). Pemberian Obat Di Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia ( Ipi ) Medan Tahun 2018. 2(2), 41–44.
Setianingsih, S., & Septiyana, R. (2020). Studi deskriptif penerapan prinsip “Enam
Tepat” dalam pemberian obat. NURSCOPE: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran
Ilmiah Keperawatan, 6(2), 88. https://doi.org/10.30659/nurscope.6.2.88-95
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. EGC.
Virawan, 2012. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Staf Perawat
Dan Staf Farmasi Menggunakan Enam Benar Dalam Menurunkan Kasus Kejadian
Yang Tidak Diharapkan Dan Kejadian Nyaris cedera Di Rumah Sakit Umum Surya
Husadha. Tesis, 1, 83.

Rukmini dkk │ 253


Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Volume 2, Nomor 1, Juni 2022
ISSN 2798-8740

Wardana, R., Suryani, M., & Sayono. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan
Penerapan Prinsip Enam Benar Di Dalam Pemberian Obat Di Ruang Rawat Inap
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. 1–11.
Yulianti, N. (2019). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Peran Perawat Dalam
Pencegahan Medication Error Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Awal Bros
Batam.

Rukmini dkk │ 254

Anda mungkin juga menyukai