External - Volume - File PERPUS PUSAT 1.2 DAPUS

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 57

IMPLEMENTASI METODE FUN LEARNING DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SKI DI


TSANAWIYAH AL-HIKMAH
BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi


Syarat-Syarat Guna mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
(S. Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:

NURMA AFRILIA
NPM: 1611010405

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442 H / 2021 M
IMPLEMENTASI METODE FUN LEARNING DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SKI DI
MADRASAH TSANAWIYAH AL- HIKMAH
BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi


Syarat-Syarat Guna mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
(S. Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:

NURMA AFRILIA
NPM: 1611010405

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

Pembimbing 1: Dr. H. AgusPahrudin, M.Pd

Pembimbing II : Drs. H. Alinis Ilyas, M.Ag

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442 H / 2021 M
ABSTRAK
IMPLEMENTASI METODE FUN LEARNING
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SKI DI MADRASAH TSANAWIYAH
AL-HIKMAH BANDAR LAMPUNG

Oleh
NURMA AFRILIA

Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penggunaan


metode fun learning dalam pembelajaran SKI tentang Khulafaur
Rasyidin, fun merupakan prinsip belajar yang menyenangkan,
Learning adalah mengajak anak untuk belajar, jadi Fun Learning
adalah mengajak anak untuk belajar dengan prinsip yang
menyenangkan. Upaya agar memberikan hasil belajar siswadidik kelas
VII Madrasah Tsnawiyah Al-Hikmah Bandar Lampung.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Prosedur penelitian meliputi: perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data hasil
belajar dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes akhir
belajar pada akhir siklus I dan akhir siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan
metode Fun Learning berdampak positif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran SKIPenerapan metode
Fun Learning membuat siswa lebih aktif, lebih mudah memahami
materi pelajaran dan interaksi dengan guru tidak kaku. Peningkatan
hasil belajar ini ditandai dengan peningkatan prosentase ketuntasan
hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus I yaitu 30,6 %dan yang
belum tuntas sebesar 70,4% dari jumlah keseluruhan 38 siswa.
Sedangkan hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus II yaitu 13,16 %
dan yang belum tuntas sebesar 86,84 % dari jumlah keseluruhan 38
siswa dan dinyatakan berhasil secara klasikal.

Kata kunci: Metode Fun Learning, Hasil Belajar SKI

ii
MOTTO

        

          

         

  

Artinya“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan


kepadamu, Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,”
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan”.… (Q.S. Al-Mujadillah
: 11)

v
PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah
dlimpahkan dari Tuhan Yang Maha Esa, penulis mempersembahkan
karya ilmiah ini, kepada orang-orang terkasih berikut ini.
1. Bapak dan Ibu ku, yaitu Bapak Hi. Nurhadi S.E, MM. dan Ibu
Hj. Marwati, S.Pd. yang setia mendo‟akan ku,
membimbingku, dan memberikan dukungan moril maupun
mental serta tidak henti mendo‟akan untuk keberhasilanku.
2. Adik tersayang Novanza Hasan, Naufal Haikal Hasan, dan
seluruh anggota keluarga besarku yang selalu mendo‟akan dan
memotivasiku.
3. Rekan-rekan Angkatan 2016 yang menjadi teman
seperjuangan selama 4 tahun yang bersama-sama menuntut
ilmu di Pendidikan Agama Islam UIN Raden Intan Lampung.
4. Almamaterku Universitas Raden Intan Lampung.

vi
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Nurma Afrilia, lahir di Bandar


Lampung, pada tanggal 24 april 1998. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara, putri pertama dari bapak H. Nurhadi,
S.E.,M.M dan Ibu Hj.Marwati, S.Pd. Menamatkan pendidikan di TK
Aisiyah Bustanul Atfal selama setahun, lalu melanjutkan pendidikan
di SD N 4 Talangpadang dan menamatkan pada tahun 2010, lalu
melanjutkan pendidikan di SMP N 01 Talang padang dan
menempatkan pada tahun 2013, dan kemudian dilanjutkan pada
tingkat atas di SMA N 1 Talangpadang. Kemudian pada tahun 2016
melanjutkan pendidikan pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi di
UIN Raden Intan Lampung jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

vii
KATA PENGANTAR

‫يم‬
ِ ‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح‬
ْ ‫ب‬

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah


melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “IMPLEMENTASI
METODE FUN LEARNING DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SKI DI MADRASAH TSANAWIYAH AL
HIKMAH BANDAR LAMPUNG.”
Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian penelitian
ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, sebagai wujud
rasa hormat dan penghargaan atas bantuannya, penulis mengucapkan
terima kasih banyak kepada pihak-pihak berikut:
1. Ibu Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Drs. Saidy, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islamdan Bapak Dr. Rijal Firdaos, M.Pd selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Raden
Intan Lampung.
3. Bapak Dr. H. Agus Pahrudin, M.Pd selaku pembimbing I dan
Bapak Drs. H. Alinis Ilyas, M.Ag selaku pembimbing II yang
selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen PAI UIN Raden Intan Lampung yang
telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan
selama menjalani proses perkuliahan.
5. Pihak Perpustakaan Pusat dan Fakultas yang telah menjadi
tempat menambah wawasan serta gudang ilmu saya selama
ini.
6. Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Al Hikmah Bandar
Lampung Ibu Siti Masyithah, M.Pd yang mengizinkan saya
untuk penelitian disekolah.
7. Ibu Musyaropah, S.Pd.I selaku Guru SKI yang telah
memberikan tempat di kelas untuk meneliti.
viii
8. Sahabat seperjuangan dalam menyelesaikan studi ini. Pika
Sari, Ahadiyati Hanun, Siti Fatimah, Deby Trisintia, Aisa
Ayudhia Inara, dan Ingga fantria.
9. Teman-tema Pendidikan Agama Islam Angkatan 2016
khususnya kelas I, yang mengawali hari-hari dikampus
dengan penuh kebersamaan dan semangat.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas kebaikan dan


Pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Penulis
menyadari dalam penulisan PTK ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan PTK ini. Penulis berharap mudah-mudahan hasil
karya ini bermanfaat dalam meningkatkan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam khususnya dan pembaca umumnya.

Bandar Lampung, 2021

Nurma Afrilia
Npm.161101040

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................i


ABSTRAK ................................................................................. ii
MOTTO ......................................................................................v
PERSETUJUAN ........................................................................vi
PERSEMBAHAN .................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...............................................................ix
DAFTAR ISI ...............................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................xiv
DAFTAR GAMBAR. ............................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................1
B. Identifikasi Masalah .................................................8
C. Batasan Masalah.......................................................8
D. Rumusan Masalah ....................................................8
E. Tujuan Penelitian .....................................................9
F. Manfaat Penelitian ..................................................9

BAB II KAJIAN TEORI


A. Implementasi .......................................................... 11
1. Pengertian Implementasi ..................................... 11
B. Metode Fun Learning ............................................. 11
1. Pengertian Metode Fun Learning ........................ 11
2. Tujuan Metode Fun Learning ............................. 15
3. Macam-Macam Pembelajaran Fun Learning ...... 17
4. Ciri-ciri Metode Fun Learning ............................ 18
5. Langkah-langkah Metode Fun Learning ............. 18
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Fun
Learning .............................................................. 18
C. Hasil Belajar ........................................................... 21
1. Pengertian Hasil Belajar .................................... 21
2. Upaya Menigkatkan Hasil Belajar ..................... 23
x
3. Jenis Hasil Belajar..............................................25
4. Tujuan Meningkatkan Hasil Belajar...................26
D. Sejarah Kebudayaan Islam....................................28
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ..............28
2. Tujuan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam .......31
3. Karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam ..........31
4. Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam ..................31
E. Penelitian yang Relevan .........................................32
F. Acuan Teoritis ........................................................35
1. Metode Fun Learning ........................................35
2. Sejarah Kebudayaan Islam .................................36
G. Model Tindakan .....................................................36
1. Model Kurt Lewin..............................................36
2. Kemmis dan Mc Tanggart ..................................37
3. John Elliott .........................................................37
4. Model Dave Ebbut .............................................38
H. Hipotesis Tindakan.................................................39

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pengertian PTK ......................................................41
B. Jenis dan Sifat Penelitian .......................................42
C. Kelebihan dan Kekurangan PTK ..........................43
D. Langkah-langkah Pelaksanaan PTK ....................43
E. Subyek dan Obyek Penelitian ................................45
F. Prosedur Penelitian ................................................46
G. Ruang Lingkup Penelitian .....................................49
H. Teknik Pengumpulan Data ....................................50
I. Analisis Data ...........................................................53
J. Indikator Keberhasilan ..........................................55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Daerah Penelitian ....................................57
1. Sejarah Berdirinya Mts Al Hikmah Bandar
Lampung .............................................................57
2. Visi, Misi dan Tujuan ..........................................57
3. Profil Sekolah ......................................................58
xi
4. Sarana dan PraSarana .......................................... 59
5. Data Peserta Didik Kelas VII E ........................... 59
B. Hasil Penelitian ........................................................ 61
1. Pra Siklus ............................................................ 61
2. Siklus I ................................................................ 61
3. Siklus II ............................................................... 70
C. Pembahasan ............................................................. 78
1. Analisis Data Hasil Observasi Pengunaan
Metode Fun Learning Siklus I dan II .................. 78
2. Analisis Data Aktivitas Siswa Pada Saat Proses
Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ..................... 79
3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Siklus I dan
II .......................................................................... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................. 83
B. Saran ........................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

1.1 Nilai Pre Tes Peserta Didik Kelas VII E Mts Al-Hikmah
Bandar Lampung ...................................................................4
1.2 Data Persentase Ketuntasan Hasil Belajar SKI Kelas
VII E ......................................................... .............................6
2.1 Indikator dalam kiat evaluasi .............................................. 31
2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan ............................. ......39
3.1 Interval Aktivitas Guru dan Siswa ...................................... 63
4.1 Sarana dan Prasarana Mts Al-Hikmah Bandar Lampung .... 68
4.2 Data Peserta Didik Kelas VII E Mts Al-Hikmah Bandar
Lampung............................................................................. 69
4.3 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Per Aspek Penilaian Siklus
I .......................................................................................... 69
4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I................................................ 80
4.5 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Per Aspek Penilaian Siklus
II ......................................................................................... 90
4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus II .............................................. 90
4.7 Peningkatan Penguasaan Pelajaran SKI Kelas VII E Mts
Al-Hikmah Bandar Lampung ............................................. 96

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Daftar Nama Siswa Kelas Penelitian ...........................1


Lampiran Rencana Perencanaan Pembelajaran ...........................4
Lampiran Pertanyaan Kepada Pesera Didik Kelas VII E Mts
Al-Hikmah Bandar Lampung .................................................. 12
Lampran Rekapitulasi Hasil Belajar ........................................... 14
Lampiran Daftar Silabus Sejarah Kebudayaan Islam ................. 33
Lampiran Dokumentasi Penelitian ............................................. 47

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 :Alur siklus PTK Modifikasi dari Wardhani, dkk ...... 53


Gambar 2 :Gambar Grafik Hasil belajar siswa siklus I............... 81
Gambar 3 :Grafik Hasil belajar siswa siklus II ........................... 91
Gambar 4 : Grafik Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ............... 97

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie”, yang
berarti bimbingann yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggiris dengan
“education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam
bahasa Arab istilah ini seringditerjemahkan dengan “tarbiyah”
yang berarti pendidikan.
Pendidikan adalah tempat dimana merubah suatu manusia
ke arah yang lebih baik. Pendidikan sangat dipe rlukan lebih-lebih
dalam kehidupan manusia saat ini, pada zaman era globalisasi
yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan yang serba
cepat dan kompleks, baik yang menyangkut perubahan nilai
maupun struktur yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Sehingga dapat dikatakan pendidikan merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat, tanpa pendidikan
sangat mustahil manusia dapat hidup dan berkembang sejalan
dengan perubahan zaman. Oleh sebab itu, guru perlu memikirkan
cara-cara yang lebih efektif dan efesien untuk membantu siswa
memahami dan menghargai cara belajar individu, mempotensikan
diri dalam belajar, dan kemampuan dalam meningkatkan hasil
belajar.Jadi Tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku yang
diinginkan terjadi setelah siswa belajar.
Tujuan pendidikan dalam Islam sejalan dengan pendidikan
nasional, dimana tujuannya adalah membentuk manusia
seutuhnya, baik dalam segi jasmani maupun rohani, intelektual
maupun spiritual. Dengan kompleksnya tujuan pendidikan
tersebut, maka yang dibutuhkan anak didik tidak hanya tambahan
pengetahuan secara intelektual, tetapi juga nilai-nilai moral yang

1
2

sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kehadiran


guru sebagai pendidik, dalam arti selain sebagai pentrasfer
pengetahuan juga merupakan suritauladan bagi anak- anak
didiknya, dan diharapkan suritauladan yang telah dicontohkan itu
mampu tercermin dalam perilaku keseharian anak didik di
masyarakat.1
Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia
terikat oleh dua misi penting, yaitu hominisasi dan humanisasi
sebagai proses homanisasi, pendidikan berkepentingan untuk
memposisikan manusia sebagai makhluk yang memiliki
keserasian dengan habitat ekologinya. Demikian pula, pendidikan
sebagai proses humanisasi mengarahkan manusia untuk hidup
sesuai dengan kaidah moral, karena manusia hakikatnya adalah
makhluk yang bermoral.
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu interaksi antara
pendidik dan peserta didik pendidikan diselenggarakan dengan
memberikan keteladanan untuk membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam peserta didik
dalam proses pembelajaran.2
Peroses pembelajaran yang efektif dan efisien memerlukan
adanya perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasa n
proses pembelajaran.Oleh karena itu setiap satuan pendidikan
berkewajiban menyelenggarakan proses pembelajaran yang
interaktif, menyenangkan, menantang dan termotivasi peserta
didik, untuk aktif, kreatif, dan mandiri sesuai dengan bakat dan
minat serta perkembangan fisik dan psikologi peserta didik.3
Dalam pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam sering kali peserta didik merasa jenuh, ngantuk,

1
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Cv Alfabeta,
2011), hal. 103
2
Sistem Pendidikan Nasional, 2003. Undang-undang nomor: 20/2003.
Jakarta:Depdiknas
3
Standar Nasional Pendidikan.Peraturan Pemerintah RI Nomor:19 tahun
2005.Jakarta:Depdiknas
3

membosankan, dan masih ada sejuta alasan bagi mereka untuk


tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik karena pelajaran ini
berisi tentang cerita sejarah-sejarah islam. Hal ini tentunya
menjadi peringatan bagi guru, dan perlu diketahui juga zaman
semakin maju sebagai guru harus menguasai bahasa asing dan
teknologi yang semakin canggih, sehingga mampu mengimbangi
jiwa anak didik yang secara kemampuan dalam bidang teknologi
dan bahasa kadang lebih hebat dari kita. Jangan lupa juga guru
Sejarah Kebudayaan Islam harus mampu memberikan suasana
yang segar dan humoris ketika menyampaikan materi.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan suatu pelajaran
yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi
dalam Sejarah Islam dimasa lampau, mulai dari sejarah
masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan nabi
Muhammad saw sampai masa khulafaurrasyidin.

          

       

      


Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum beriman.” (Q.S
Yusuf: 111)
Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah
Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang
4

dapat digunakan untuk menambahkan tingkat kecerdasan,


membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. 4

Tabel 1.1
Nilai Pre TesPeserta DidikKelas VII EMTs Al-HikmahBandar
Lampung

No Nama KKM Nilai Keterangan


Belum
1 Aditia Pratama 75 65 Tuntas
Ahmad Maulana
2 Fazrian 75 50 Belum Tuntas
Aliya Anggi
3 Kusuma 75 65 Belum Tuntas
4 Amelia Oliv Sakina 75 65 Belum Tuntas
5 Anggun Safitri 75 65 Belum Tuntas
6 Apreiva Az Zahra 75 60 Belum Tuntas
7 Arman Restu Adam 75 70 Belum Tuntas
8 Astrid Nur Hidayah 75 85 Tuntas
Bangkit Estu Lingga
9 Buana 75 50 Belum Tuntas
10 Bunga Sabrina 75 55 Belum Tuntas
11 Chintia Desta Putri 75 80 Tuntas
Dirly Safo
12 Milosevic 75 69 Belum Tuntas
13 Etika Fitriawati 75 65 Belum Tuntas
14 Fajar Imam Syafe'i 75 60 Belum Tuntas
Hanifa Qurrota
15 A'yuni Nasuha 75 80 Tuntas
16 Idawi Syamsi 75 59 Belum Tuntas
Istiqomah Meldina
17 Putri 75 53 Belum Tuntas

4
Munawir, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) Jurnal PGMI Madrasatuna, Volume 04, Nomor 01, September 2012 hal 1-24
5

18 Jilani Zahra 75 78 Tuntas


19 M. Aditya Pratama 75 80 Tuntas
20 M. Briyan Aldino 75 65 Belum Tuntas
21 M. Dzakiyy Aditya 75 75 Tuntas
M. Fawwaz Zuhair
22 Rosyidin 75 70 Belum Tuntas
23 M. Nuril Fajri 75 70 Belum Tuntas
Maharani Pesona
24 Surgawi 75 50 Belum Tuntas
25 Maysello Anggoro 75 80 Tuntas
26 Nadya Aprilia 75 85 Tuntas
27 Nisaul Mufidah 75 60 Belum Tuntas
28 Nursela Oktaviyani 75 73 Belum Tuntas
Rahma Anggi
29 Nikeisha 75 85 Tuntas
30 Rian Agustino 75 68 Belum Tuntas
31 Ronaldo 75 80 Tuntas
32 Shafira Madaniah 75 80 Tuntas
33 Sonia Nurhidayah 75 70 Belum Tuntas
34 Syifa Aulia Zahra 75 50 Belum Tuntas
35 Tika Marini 75 70 Belum Tuntas
Trio Alfi
36 Adiyansyah 75 60 Belum Tuntas
37 Yolanda 75 63 Belum Tuntas
38 Zatmiaty 75 70 Tuntas

Sumber: Hasil Pre Tes VII E yang diperoleh peserta didik


Madrasah Tsanawiyah Al-Hikmah Bandar Lampung

Tabel 1.2
Data Persentase Ketuntasan Hasil Belajar SKI Kelas VII E

Kelas Jumlah Jumlah Prentase Jumlah Presentase


peserta peserta peserta peserta peserta
didik didik didik didik didik yang
6

yang yang yang nilai kurang


Nilai lebih dari nilai dari KKM
lebih dari KKM yang
KKM dari
KKM
VII E 38 16 30,6 % 22 70,4%

Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran


bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat
mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Kecendrungan pembelajaran saat ini
masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah.
Peserta didik yang kurang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran rendah. Disamping itu, media jarang
digunakan digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran
menjadi kering dan kurang bermakna. Akibatnya bagi guru materi
pembelajaran. Sehingga hasil belajar peserta didiknya rendah.
Dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75.5
Hasil observasi yang dilakukan di Madrsah Tsanawiyah Al-
Hikmah Bandar Lampung dan wawancara dengan guru mata
pelajaran diperoleh informasi mengenai permasalahan dalam
proses belajar mengajar. Dari observasi yang dilakukan di kelas
VII E ternyata siswa kurang memiliki keaktifan dalam kegiatan
pembelajaran maksudnya adalah respons siswa terhadap proses
pembelajaran. 6
Jumlah peserta didik kelas VII Madrasah Tsanawiyah Al-
Hikmah Bandar Lampung adalah 38 orang, dengan rincian 22
orang peserta didik perempuan dan 16 orang peserta didik laki-
laki. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam adalah 75. Berdasarkan tabel di atas,
terlihat bahwa kelas VII masih banyak peserta didik yang belum

5
Sumardi Suryabrata, Metode Pengajaran, (Jakarta:Rajawali, 2001), hal 18
6
Musyaropah, S.Pd.I, wawancara dengan penulis , MTs Al-Hikmah, 7
januari 2020
7

mencapai KKM yang telah ditentukan, dari seluruh peserta didik


kelas VII yang berjumlah 38 orang peserta didik, hanya ada 16
orang peserta didik atau sekitar 38% peserta didik yang telah
mencapai KKM dan 22 orang peserta didik sekitar 72% peserta
didik yang belum mencapai KKM.
Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar
75% peserta didik secara aktif, baik fisik mental maupun sosial
dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan
belajar yang tinggi, semangat yang besar dan rasa percaya pada
diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang positif dari
peserta didik. Suatu proses belajar mengajar yang efektif dan
bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan
keberhasilan bagi peserta didik maupun guru itu sendiri. 7
Pembelajaran saat ini seharusya sudah bergeser dari
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center).
Pembelajaran aktif, bertujuan agar siswa aktif berfikir dan
bergerak dengan bimbingan guru sebagai fasilitator, pembelajaran
ini dapat direalisasikan dalam berbagai metode dan strategi
pembelajaran sepertidiskusi, proyek/penugasan, permainan
(games). Ice briking (aktivitas-aktivitas pemanasan), dan lain-
lain.8
Mencermati berbagai permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, peneliti ingin melakukan Penelitian
Tindakan Kelas atau disebut juga dengan PTK dengan

7
Uswatun Hasanah, “Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Penerapan
MetodePQRST (Preview, Question, Read, Summarize, Test”’(Jurnal Pendidikan
Islam, Volume 1, Januari 2017), hal 4
8
Dede Rohani. “Penerapan Pendekatan PAKEM untuk Meningkatkan
Keterampilan Berfikir Mahasiswa dalam Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Guru”(Jurnal keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol.1, Febuari 2016), hal 161
8

menggunakan Metode Fun Learning, yang akan diterapkan di


MTs Al-Hikmah Bandar Lampung. Alur siklus yang akan
digunakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Penelitian ini dikatakan berhasil ketika mencapai
keseluruhan 75% dari KKM yang telah ditetapkan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasisebagai berikut:
1. Pendidik masih menggunakan metode pembelajaran yang
konvensional sehingga proses belajar tersebut menjadi kurang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
2. Kurangnya keaktifan siswa dalam hal mengemukakan
pendapat selama kegiatan belajar mengajar.
3. Rendahnya hasil belajar peserta didik karena metode yang
digunakan kurang membangkitkan. Perhatian dan kativitas
yang menyebabkan penerimaan pelajaran kurang optimal.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti
memberikan batasan masalah pada hasil belajar peserta didik
masih rendah karena belum digunakan menggunakan metode
pembelajaran yang membantu peserta didik dalam mendalami
materi. Dari hal tersebut, peneliti akan memperbaikinya melalui
penggunaan Metode FunLearning pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) kelas VII E MTs Al-Hikmah Bandar
Lampung.

D. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka rumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah“Apakah implementasi metode
fun learning mampu meningkatka hasil belajar SKI di Madrsah
Tsanawiyah Al- Hikmah Bandar Lampung?”
9

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang
melandasi penelitian ini adalah “untuk mengetahui implementasi
metode fun learningdalam meningkatkan hasil belajar SKI di
madrasah tsnawiyah Al-Hikmah Bandar Lampung”.

F. Manfaat Penelitian
Dengan terungkapnya beberapa masalah dalam
pembelajaran bahasa Arab dan penerapan metode fun learning ini
diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi:
1. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini memberi masukan atau pengetahuan
untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar SKI
melalui metode fun learning
2. Pendidik
Melalui hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk membantu dalam meningkatkan
pembelajaran SKI pada peserta didik dimasa yang akan
datang, membantu guru untuk menentukan suatu metode
bahan ajar yang kreatif dan membantu menunjang menarik
perhatian siswa.
3. Peserta Didik
Menambah wawasan peserta didik dalam belajar SKI
serta menumbuhkan keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar dapat meingkat.
4. Sekolah
Bagi sekolah, penelitian ini dapat meningkatkan mutu
sekolah melalui peningkatan hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran SKI.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan
rencana yang telah disusun dengan cermat dan rinci.
Implementasi ini dianggap selesai setelah dianggap permanen.
Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang direncanakan atau dilaksanakan dengan serius dengan
mengacu pada norma-norma tertentu mencapai tujuan
kegiatan, oleh karena itu, pelaksanaan tidak berdiri sendiri
tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.
Implementasi menurut Nurdin Usman adalah bermuara
pada aktivitas, aksi, tindakan, atau hanya mekanisme suatu
sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Tahapan-tahapan implementasi adalah sebagai berikut: 9
1) Menerapkan rencana implementasi
2) Melakukan kegiatan
3) Tindak lanjut implementasi

B. Metode Fun Learning


1. Pengertian Metode Fun Learning
Fun Learning dalam kamus bahasa Inggris, diartikan
sebagai Fun yaitu “kesenangan” atau “kegembiraan” dan
learing diartikan “pembelajaran” jadi fun learning adalah
pengetahuan yang didapatkan dengan cara belajar
menyenangkan dan mengasyikan. 10

9
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.
(Jakarta:Rineka Cipta.2013 hal 10
10
Nurfitrianan, “ Pengaruh Penerapan Metode Fun Learning terhadap
minatbelajar IPA Bagi Siswa Kelas V di MI Bahrul Ulum Pallangga Kabupaten Goa”
(Skripsi UIN Alaudin Makasar, Makasar, 2016), hal, 11
11
12

Metode Fun Learning merupakan cara belajar yang


mengasyikkan dan menyenangkan berpusat pada kondisi
psikologi siswa dan suasana lingkungan dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar. Metode Fun Learning adalah salah
satu cara membuat seusana belajar mengajar menjadi nyaman
sehingga terciptalah rasa cinta dan keinginan peserta didik
untuk belajar.11
Penyajian metode belajar yang bervariatif perlu
diberikan kepada siswa agar tidak terjadi kejenuhan dalam
belajar. Jika belajar dikemas dalam suasana fun akan
mendapat reaksi yang positif dari siswa. Kalau suasana belajar
selalu fun maka motivasi belajar siswa akan muncul dan
bertambah.
Dengan demikian kegiatan belajar akan berjalan dengan
baik. Sehebat apapun sebuah metode jika tidak didukung oleh
suasana yang mengasyikkan maka akan menyebabkan rasa
malas bagi anak untuk diajak belajar. Seorang guru harus bisa
menciptakan sebuah kesan bahwa belajar bagi anak adalah
sesuatu yang mengasyikkan karena belajar dengan cara
mengasyikkan akan memudahkan anak untuk menguasai
materi yang lebih cepat.
Fun adalah prinsip belajar yang menyenangkan,
Learning adalah mengajak anak untuk belajar, jadi Fun
learningadalah mengajak anak untuk belajar dengan prinsip
yang menyenangkan.
Dengan metode yang sederhana ini, guru dapat
menciptakan suasana belajar yang asyik, gembira serta
menyenangkan. Upaya memberikan motivasi sesuai dengan
materi yang diajarkan dan sesuai dengan pola fikir siswa, serta
tidak lagi menggunakan perspektif pembelajaran dengan
harga mati. Seorang guru bisa melakukannya dengan
kerangka balik yaitu persepsi bahwa anak mempunyai
perspektif yang sama dalam hal kesenangan.

11
Ilham Sanjaya, “ Pengaruh Metode Fun Learning pada Pembelajaran
Gamolan Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik SD 2 Sulusuban Lampung Tengah”
(Skripsi UNILA, Lampung , 2019), hal, 22
13

Oleh sebab itu, guru perlu memberikan kepada mereka


upaya-upaya kreatif sebagai strategi untuk menimbulkan efek
senang, dengan harapan menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan tidak membuat jenuh siswa, sehingga
mampu meningkatkan kemampuan berfikir siswa. 12
Emosi positif juga menghasilkan fungsi optimal, tidak
hanya saat ini, saat yang menyenangkan, tetapi juga untuk
jangka panjang. Pesan intinya adalah orang harus
membudayakan emosi positif pada diri mereka dan orang-
orang disekitar mereka.
a. Sumber intelektual
1) Mengembangkan keterampilan menyelesaikan
masalah yang baru
2) Belajar agar informasi menjadi lebih kreatif
b. Sumber Fisik
1) Mengembangkan koordinasi
2) Membangun kekuatan dan kesehatan kardiovaskular
3) Manajemen energi yang lebih baik
c. Sumber Sosial
1) Ikatan solidaritas
2) Membangun ikatan-ikatan baru
3) Membangun pertemanan
d. Sumber-sumber Psikologis
1) Membangun ketahanan dan optimisme
2) Membangun kesadaran identitas dan orientasi pada
tujuan
3) Meningkatkan hal-hal positif.13
Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat dua hal yang
turut menentukanberhasil tidaknya suatu proses pembelajaran,
yakni pengaturan kelas danpengajaran itu sendiri. Menurut
Ekomodyo, dengan adanya kondisilingkungan yang

12
Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Efektif Cooperative Learning, (Yogyakarta:
Diva Press 2016), hal 34
13
Tony Ghaye, Teaching And Learning, (Bandung: Penerbit Nuansa
Cendikia, 2019) ,hal 137
14

menyenangkan, memiliki pengaruh yang besar


terhadapperkembangan anak, di antaranya:
a. Kemampuanuntuk menciptakan sesuatu yang baru dan
unik.
b. Kemampuan untuk mentransformasikan gagasan lama ke
dalam bentuk-bentuk yang baru.
c. Kemampuan untuk membangun imajinasi dan fantasi
yang baru dan terarah.
d. Kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah.
e. Adanya rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.
f. Adanya kesenangan dan kepuasan diri dalam melakukan
pekerjaan.
Untuk mencapai keberhasilan proses belajar,
faktormotivasi juga merupakan kunci utama. Seorang guru
harus mengetahui mengapaseorang siswa memiliki berbagai
macam motif dalam belajar.
Ada empat katagoriyang perlu diketahui oleh seorang
guru yang baik terkait dengan motivasi“mengapa siswa
belajar”, yaitu
a. Motivasiintrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan
tugas yang diberikan).
b. Motivasi instrumental (siswa belajar karena akan
menerima konsekuensi: reward atau punishment).
c. Motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya
ingin dihargai).
d. Motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin
menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu
mengerjakan tugas yang diberikan gurunya).
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang - Undang Guru
dan Dosen (UU RI No. 14 tahun 2005) Pasal 1 yang berbunyi
bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
pendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
15

Metode pembelajaran fun learningdianggap efektif


untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar khususnya
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berdasarkan
kondisi objektif yang ditemukan dilapangan menarik
perhatian penulis dan termotifasi untuk meneliti tentang
“Implementasi Metode Fun learning dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Ski di kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Al
Hikmah Bandar Lampung.
Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan
oleh teman sejawat yang telah bersedia untuk menjadi
observer dalam penelitian tindakan ini, dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disediakan, adapun aspek-aspek
yang diamati atau yang di observasi yaitu (1) Aktivitas guru
dalam pelaksanaan tindakan dengan penerapan metode
pembelajaran Fun learning (2) Aktivitas siswa selama
berlangsungnya proses belajar mengajar dengan penerapan
metode pembelajaran Fun learning.
Sangat bersemangat ingin mendapatkan apa yang di
instruksikan guru. Tapi ada juga yang tidak dapat atau salah
mencari pasangannya, maka jika hal itu terjadi anak – anak
tetap diberi semangat dan pengertian agar tidak kecewa.
2. Tujuan Metode Fun Learning
Berdasarkan temuan hasil penelitian, dalam ranah
mengamati siswa dilatih untuk memahami materi ajar yang
sedang dipelajari melalui berbagai sumber informasi, selain
itu kegiatan menanya dilakukan ketika proses kegiatan tanya
jawab berlangsung saat proses pembelajaran berlangsung
karena guru telah memberikan ruang waktu kepada siswa
untuk melakukan kegiatan menanya, pada tahap mencoba
siswa melakukan percobaan sesuai materi ajar tentang
Khulafaur Rasyidin dari hasil penelitian diketahui guru selalu
memfasilitasi dan membimbing pada tahap mengumpulkan
informasi guru membimbing siswa dengan cara membentuk
kelompok memberikan penjelasan pokok permasalahan dan
menyuruh siswa untuk menulis hasil diskusi yang diperoleh.
Siswa mampu melakukan kegiatan diskusi, survei, dan
16

menerapkan nilai kejujuran secara mandiri dengan tanpa


pengawasan dari guru.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif
karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka. Data tersebut berasal hasil wawancara,
observasi, dokumentasi. Dan diskusi antar kelompok atau
teman sebaya. Lokasi penelitian ini diadakan disekolah
Madrsah Tsanawiyah Al-Hikmah Bandar Lampung. Lembaga
tersebut termasuk salah satu lembaga sekolah islam yang
mana disekitar lingkungan sekolah terdapat pondok
pesantren.14
Emosi positif perlu dimunculkan melalui praktik-
praktik refleksi berbasis-kekuatan, dan praktik-praktik ini juga
menyediakan sarana untuk mencapai peningkatan dalam
kinerja. Ada empat kemampuan untuk membangun dan
memelihara emosional positif:
a. Atmosfir positif diantara semua pihak yang terlibat,
berdasarkan perasaan seperti optimisme dan kesenangan;
b. Hubungan positif yang dibangun berdasarkan
kepercayaan, keberanian, pemberdayaan, dan
hubungan/jejaringan yang berkualitas tinggi;
c. Komunikasi positif yang didorong oleh „diri terbaik‟ dan
tanggapan yang apresiasif
d. Makna positif sehingga semua orang yang terlibat tahu
dan paham akan arah perjalanan.15
Ada dua teknik kreatif yang umum dipakai, yaitu
sintesis dan mengubah dan sudut pandang. Sintesis adalah
proses menggabungkan objek apapun, bahkan yang saling
tidak berhubungan menjadi satu secara selaras. Penemuan
smartphone adalah contoh dari teknik ini. Teknik kedua
adalah mengubah sudut pandang. Teknik ini mengajarkan kita
untuk selalu bergeser posisi dan melihat sesuatu dari sisi yang
berbeda.

14
Chanifa, Chalimatus Sa‟dijah, Yorita Febry Lismanda Vicratina Jurnal
Pendidikan Islam: Volume 4 Nomor 1, 2019 hal 130
15
Tony Ghaye, Teaching….., hal. 154
17

Saya menerapkan prinsip research question driven data


collectionatau prinsip menentukan metode perolehan data
berdasarkan pertanyaan penelitian. Artinya, bahwa penentuan
metode pengumpulan data harus berangkat dari pertanyaan
penelitian. Dari pertanyaan, kita mudah membayangkan data
apa saja yang diperlukan untuk merumuskan jawaban
pertanyaan tersebut. 16
3. Macam-macam Pembelajaran Fun Learning.
Ditinjau dari kegiatan siswa, pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membuat
siswa berani mencoba dan berbuat, berani bertanya, berani
mengemukakan pendapat, dan berani mengemukakan
pendapat. Ditinjau dari kegiatan guru, pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran yang menuntut guru agar
dapat membuat suasana belajar belajar yang menyenangkan
dalam arti siswa tidak takut salah dalam
mencoba/bereksperimen, siswa tidak khawatir ditertawakan
kemampuannya, dan siswa tidak takut dianggap
sepele.Berikut adalah macam-macam pembelajaran Fun
Learning:
a. Bermain Belajar tidak selalu berurusan denganhal-hal
yang bersifat serius, kemampuan bermain merupakan
unsur penting dalam banyak hal dan dapat menjadikan
suasana belajar menyenangkan.
b. Bercerita adalah sebuah cara untuk menyampaikan
informasi/atau pengetahuan secara lisan.
c. Bernyanyi merupakan strategi yang paling gampang
dalam proses transformasi ilmu kepada murid.
d. Humor Suasana yang menarik bisa menghilangkan
kejenuhan yang sering dialami oleh siswa.
e. Tebak-tebakan dapat melatih daya ingat dan konsentrasi
siswa selama pembelajaran.

16
Jogiyanto , Fun Research,(Jakarta: PT Elex Media KomputIndo, 2019),
hal 88
18

Bawalah suasana kelas yang menyenangkan peserta


didik. Suasana yang menyenangkan dapat menimbulkan minat
belajar.
4. Ciri- ciri Metode Fun Learning
Teknik pembelajaran yang dilaksanakan pada proses
pembelajaran SKI menerapkan teknik belajar yang
menyenangkan disamping gurunya yang kreatif dan inovatif.
Sehingga proses pembelajaran pun sangat menyenangkan.
Dalam gaya pembelajaran yang diterapkan oleh guru
SKI selain strategifun learning guru pun selalu mendesain
pembelajaran semenarik mungkin. Metode dilakukan dengan
melalui pendekatan saintifik. Karena guru SKI sangat
menyukai berbagai macam permainan atau games sehingga
dalam gaya mengajarnya pun punya kekhasan tersendiri
keunikan yang dimiliki oleh guru SKI diterapkan dalam
proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
kepribadian dari guru tersebut.
Media yang biasanya digunakan oleh guru SKI yaitu
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, misalkan
materi Khulafaur Rasyidin dalam metode pembelajaran
dengan tema ini menggunakan metode teka teki silang dengan
media atau bahan-bahan yang digunakan diantaranya karton,
spidol dan lem.17
5. Langkah-langkah Metode Fun Learning
Setiap metode tentunya memiliki langkah-langkah
dalam pelaksanaannya demi kelancaran dan tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Metode Fun
learning ini dimulai pada saat salah satu peserta didik maju ke
depan untuk membaca soal yang sudah dis ediakan. Peserta
didik yang lain ikut menebak jawaban dari pertanyaan
tersebut. Mereka juga mengingat letak jawaban dari
pertanyaan yang berbeda-beda. Dengan begitu peserta didik
dapat berpatisipasi aktif dalam menyampaikan jawabannya
dan menemukan jawaban yang benar.
17
Leni Layyinah, Menciptakan Pembelajaran Fun learning Based on
Scientific Approach, Tarbawy, Vol 4, Nomor 1, (2017
19

a. Setiap tatapmuka, guru menyampaikan topik-topik


pelajaran dan tujuan yang ingin dicapaidalam
pembelajaran.
b. Guru memberikan gambaran atau penjelasan tentang
materi yang dipelajari.
c. Memperlihatkan dan menjelaskan keterkaitan antara
konsep metode Fun learning pada pokok bahasan.
d. Sebelum mengakhiri proses pembelajaran, siswa diberi PR
pokok bahasan dalam penerapan metode Fun learning
untuk dikerjakan di rumah
Menurut Muhaemin langkah-langkah metode Fun
learning yaitu:
1) Bermain
Belajar tidak melulu dengan hal-hal yang serius,
kemampuan bermain juga merupakan suatu unsure yang
penting dan dapat menjadikan suasan a yang lebih
menarik
2) Bercerita
Bercerita yaitu suatu cara untuk menyampaikan suatu
informasi atau pengetahuan secara lisan
3) Bernyanyi
Bernyanyi merupakan suatu strategi yang paling mudah
dalam proses penyampaian informasi kepada peserta didik
4) Humor
Sering kali peserta didik merasa jenuh dalam
pembelajaran unuk itu diperlukan suasana yang menarik
agar peserta didik tidak cepat merasa bosan
5) Tebak-tebakan
Tebak-tebakan dapat meningkatkan atau melatih daya
ingat peserta didik selama proses belajar mengajar
berlangsung18
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Fun Learning
Menggunakan Metode Fun Learning memiliki pengaruh
yang cukup besar terhadap perkembangan anak, yaitu (1)
18
Muhaimin, “Pengaruh Penggunaan Metode Fun Learning Terhadap Hasil
Belajar Matematika (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta, 2011), hal 23
20

menciptakan sesuatu yang unik dan baru (2)


menstransformasikan gagasan lama kedalam bentuk yang abru
(3) melihat berbagai kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah (4) membangun fantasi dan imajinasi yang baru dan
terarah (5) rasa ingin tahu yang luas dan mendalam (6) adanya
kesenangan dan kepuasan diri saat melakukan sesuatu .19
Beberapa hal yang menjadi kelebihan pembelajaran
kelompok dengan menggunakan metode Fun Learning
diantaranya sebagai berikut:
a. Siswa lebih siap dalam menghadapi materi yang akan
dipelajari karena siswa telah memiliki informasi materi
yang akan dipelajari melalui berbagai sumber diantaranya
buku, internet, guru dan orang yang ahli dibidang materi
tersebut.
b. Siswa akan memiliki kepercayaan diri dalam
pembelajaran karena pembelajaran ini menggunakan
teman sebaya dalam proses pembelajarannya. Siswa yang
ditutori tidak akan segan-segan dalam memberikan
pertanyaan yang akan dipahami.
c. Siswa aktif dalam pembelajaran baik sebelum dan
sesudah pembelajaran itu sendiri maupun pada saat
pembelajaran berlangsung. Hal itu terjadi dikarenakan
siswa yang diberi panduan untuk mencari materi itu
sendiri pada saat setelah atau sebelum pembelajaran dari
berbagai sumber.
d. Kemandirian siswa dalam proses pembelajaran sangat
besar karena siswa dituntut memperoleh informasi
sebelum dan setelah pembelajaran kemudian
mengkomunikasikan kembali materi yang diperoleh pada
siswa lainnya pada saat pembelajaran berlangsung.
Selain memiliki kelebihan, metode Fun Learning juga
memiliki Kelemahan diantaranya sebagai berikut:

19
Nirbita, Betanika dkk, “ Fun Learning Sebagai Solusi dalam Penerapan
Full Day School Pada Jenjang Sekolah Dasar. (Seminar Nasional Pendidikan:
Malang, 2017) hal, 119
21

a. Literatur yang terbatas, namun hal ini dapat diantisipasi


dengan menganjurkan siswa untuk membaca buku-buku
yang relevan atau melalui internet.
b. Jika siswa tidak rajin dalam dalam mencari informasi
maka teknik pembelajaran Fun Learning ini menjadi
kurang efektif, namun hal ini dapat diantisipasi oleh guru
dengan memberikan motivasi dan penghargaan pada
siswa yang mendapatkan informasi materi pelajaran dari
sumber mana saja. 20
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa meskupin metode Fun Learning
memiliki banyak kelebihan. Namun perlu diperhatikan juga
kelemahan-kelemahan yang ada agar metode ini dapat
membuat peserta didik tidak bosan dan tertarik dalam
mengikuti pembelajaran.

C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang di capai dari proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil
belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan
pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan
yang dapat di didik dan di ubah perilakunya yang meliputi
domain kognitif, afektif dan psikomotorik.21
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar-
mengajar yang optimal cendrung menunjukkan hasil yang
berciri sebagai berikut:
a. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan
motivasi berlajar intristik pada diri siswa. Motivasi

20
Nurfitiriana, Pengaruh Penerapan ….. , hal 19
21
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,(Celeban Timur, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, Cetakan VII, 2018), hal 54
22

intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang


tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri.
b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya,
ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya
potensi yang tidak kalah dengan orang lain apabila ia
berusaha sebagaimana seharusnya.
c. Hasil yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan
tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya,
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat
digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk
belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya.
d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh
(komperhensif), yakni mencakup ranah kognitif,
pengetahuan, atau wawasan, ranah afektif atau sikap dan
apresiasi, serta ranah psikomotoris, keterampilan atau
perilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang
dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses
dan usaha belajarnya.
Oleh sebab itu, penilaian terhadap proses belajar-
mengajar tidak hanya bermanfaat bagi guru, tetapi juga
bagi para siswa yang pada saatnya akan berpengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapainya. 22
Penilaian terhadap proses belajar-mengajar
menjadi tugas dan tanggung jawab guru, kepala sekolah,
dan para pengawas dalam upayanya meningkatkan
kualitas pendidikan, khususnya kegiatan belajar-mengajar,
sekaligus dalam hubungannya dengan pembinaan para
guru.23

22
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2017), hal 56
23
Nurfitiriana, Pengaruh Penerapan……., hal. 59
23

2. Upaya Meningkatkan Hasil Helajar


Untuk menentukan berhasil atau gagalnya siswa
menempuh pendidikan dalam suatu lembaga, secara umum
digunakan tolak ukur hasil belajar untuk mengetahui
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
memperoleh pengalaman belajarnya. Menurut Nana Sudjana,
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalamannya. Penilaian terhadap
hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah
mencapai sasaran, inilah yang disebut prestasi belajar.
Bahwa proses belajar yang dialami siswa menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan
pemahaman, nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan
yang tampak dalam hasil belajar yang dihasilkan siswa
terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan
guru.
Jadi, hasil belajar dalam konteks pembahasan ini sama
artinya dengan prestasi belajar. Motivasi adalah suatu
dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi bisa muncul
dari dirinya sendiri dan juga bisa muncul dari luar dirinya.
Motivasi dalam hal ini merupakan proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa
sehingga siswa mau belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam
diri individu (motivasi intristik) dan dapat pula timbul akibat
pengaruh dari luar dirinya (motivasiekstrinsik).
Guru diharapkan dapatmempelajari perbedaan
karakteristik belajar siswa agar kecepatan dan keberhasilan
belajar peserta didik dapat ditumbuhkembangkan dengan
seoptimal mungkin. Diantara beberapa gaya belajar siswa
meliputi:
24

a. Visual
Moliditas visual mengakses citra visual yang diciptakan
maupun diingat, seperti warna, hubungan ruang, potret
mental, dan gambar.
b. Auditori
Modilitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang
diciptakan maupun diingat seperti musik, nada, irama,
dialog internal, dan suara.
c. Kinestetik
Modilitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi
yang diciptakan maupun diingat seperti gerakan,
koordinasi, irama, tanggapan emosional dan kenyamanaan
fisik.
Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada
semua siswanya untuk mencari dan menemukan sendiri
beberapa informasi yang telah dimiliki. Informasi guru
tersebut hendaknya dibatasi pada informasi yang benar-benar
mendasar dan „memancing‟ siswa untuk „menggali‟ informasi
selanjutnya. Jika para siswa diberi peluang untuk mencari dan
menemukan sendiri informasi itu, maka mereka akan
merasakan getaran pikiran, perasaan dari hati. Getaran-getaran
dalam diri siswa ini akan membuat kegiatan belajar tidak
membosankan, malah menggairahkan.
Sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran
adalah tercapainya tujuan pembelajaran.Tujuan pembelajaran
dapat diketahui melaluites formatif yang mana hasilnya dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi para pelaku pendidikan.
Hasil belajar mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian hasil belajar
dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui
kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru
dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan lebih lanjut,
baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Untuk mengetahui keberhasilan belajar yang telah
ditetapkan dalam interaksi atau proses pembelajaran
25

diperlukan penilaian atau evaluasi. Dengan kata lain, penilaian


berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses
belajar mengajar dan hasil belajar siswa.
3. Jenis Hasil Belajar
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dapat
dilihat dari tiga kategori ranah yaitu:
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian.
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau
reaksi, menilai organisasi, dan karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan,
24
mengamati). Hasil belajar mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Proses
penilaian hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan
belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan lebih lanjut,
baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. 25
Untuk mengukur dan memperoleh data hasil belajar
peserta didik sebagaimana yang terurai di atas, di atas
adalah mengetahui garis-garis besar. Indikator yang
dikaitkan dengan jenis hasil yang hendak diukur. Agar
memudahkan dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi

24
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi
Aksara,2006), hal 41
25
Hasan Baharun, Penerapan Pembelajaran active Learning untuk
Meningkat Hasil Belajar Siswa di Madrasah, Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 1No.
1, (Januari-Juni 2015), hal 40
26

yang dipandang tepat, berikut adalah table penyusunan


jenis, indikator dan evaluasi hasil belajar. 26

Tabel 2.1
Indikator dalam kiat evaluasi

No Ranah Indikator Cara Evaluasi


(Kognitif)
1. Pengetahuan 1. Dapat Menjelaskan 1. Tes Tertulis
2. Dapat Menunjukkan 2. Observasi
3. Dapat Menyebutkan
2. Pemahaman 1. Dapat Menjelaskan 1. Tes Tertulis
2. Dapat Menguraikan 2. Observasi
3. Dapat Membedakan
3. Penerapan 1. Dapat Menentukan 1. Pemberian
2. Dapat Menerapkan Tugas
atau Memberikan
Contoh
3. DapatMenggambarka
n
4. Analisis 1. Dapat Melengkapi 1. Tes Tertulis
2. Dapat Menyimpulkan 2. Observasi
3. Dapat Membentuk
5. Sintesis 1. Dapat Melengkapi 1. Tes Tertulis
2. Dapat 2. Observasi
Menyimpulkan
6. Evaluasi 1. Dapat Membuktikan 1. Tes Tertulis
2. Dapat Menyimpulkan 2. Pemberian
Tugas

4. Tujuan Meningkatkan Hasil Belajar


Tujuan meningkatkan hasil belajar adalah untuk:

26
Muhibin Syah, Psikology Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
(Bandung:Rosdakarya2013), hal 151
27

a. Mendeskripsikan kecakapan para siswa sehingga dapat


diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai
bidang study atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan atau
pengajaran disekolah yakni, seberapa jauh keefektifannya
dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan
yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pengajaran
penting artinya mengingat perannya sebagai upaya
memanusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal
ini para siswa agar menjadi manusia yang berkualitas
dalam aspek inteletual, emosional, moral, dan
keterampilan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni
melakukan perbaikan penyempurnaan dalam hal program
pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.
Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya
tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa
semata-mata, tetapi juga disebabkan oleh program
pengajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesakahan
strategi dalam melaksanakan program tersebut misalnya
kekurang ketepatan dalam memilih dan menggunakan
metode ngajar dan alat bantu pengajaran.
Memberikan pertanggung jawaban(account tability)
dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan
para orang tua siswa. Dalam mempertanggung jawabkan
hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan
laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem
pendidikan dan pengajaran serta dalam menghadapinya.
Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan
misalnya, kanwuil depdikbut, melalui petugas yang
menangani.27

27
Hasan Baharun, Penerapan Pembelajaran ….., hal 4
28

D. Sejarah Kebudayaan Islam


1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Kata “sejarah” dalam bahasa arab berasal dari kata
“syajarah” yang bera rti pohon atau sebatang pohon mulai
sejak penih pohon itu sampai segala hal yang di hasilkan oleh
pohon tersebut, atau dengan kata lain sejarah atau “ syajarah”
adalah catatan detail tentang suatu pohon dan segala sesuatu
yang dihasilkannya. Dengan demikian, sejarah dapat diartikan
catatan detail dengan lengkap tentang segala sesuatu.
Menurut istilah sejarah adalah kejadian atau peristiwa
yang benar -benar terjadi dimasa lampau. Dapat disimpulkan
bahwa sejarah adalah suatu kejadiaan atau peristiwa yang
dicatat dengan lengkap dan benar –benar terjadi dimasa
lampau. Kebudayaan berasal dari bahasa sansekertayaitu
buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal).28
Budi mempunyaiarti akal, kelakuan, dan norma.
Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan
demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan
cipta manusia di masyarakat. Apabila dikaitkan dengan Islam,
maka kebudayaan Islam adalah hasil karya, karsa dan cipta
umat Islam yang didasarkan kepada nilai -nilai ajaran Islam
yang bersumber hukum dari al -qur‟andan sunnah nabi.
Sedangkan Islam, Islam adalah agamayang ajaran–ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Muhammad
sebagai Rosul. 29
Kesimpulan dari Sejarah Kebudayaan Islam adalah
kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil
karya, karsa dan cipta umatApabila dikaitkan dengan Islam,
maka kebudayaan Islam adalah hasil karya, karsa dan cipta
umat Islam yang didasarkan kepada nilai -nilai ajaran Islam

28
Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta: Global
Pustaka Utama, 2004),hal. 1
29
Tri Prasetya dkk., Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hal.28
29

yang bersumber hukum dari al -qur‟an dan sunnah nabi.


Sedangkan Islam, Islam adalah agama yang ajaran –ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Muhammad
sebagai Rosul.
Tujuan dan fungsi SKI Thoha mengatakan,
pembelajaran sejarah kebudayaan Islam setidaknya memiliki
beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:
a. Peserta didik yang membaca sejarah adalah untuk
menyerap unsur -unsur keutamaan dari padanya agar
mereka dengan senang hati mengikuti tingkah laku para
Nabi dan orang -orang shaleh dalam kehidupan sehari -
hari.
b. Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi
umat Islam yang meyakininya dan merupakan sumber
syariah yang besar. Studi sejarah dapat mengembangkan
iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan
mendorong untuk berpegang pada kebenaran serta setia
kepadanya.
c. Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan
yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia
yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak
dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang
baik, dan bertingkah laku seperti rasul.

2. Tujuan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam


Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan
Tuhan kepada manusia melalui Muhammad sebagai Rasul dan
datangnya dari Allah, baik dengan perantaran Malaikat Jibril,
maupun langsung pada nabi Muhammad SAW. Dalam Al-
Qur‟an, Allah sendiri mendefinisikan Islam menerbitkan
dengan amilusyah atau iman dan amal. Menurut Abdul Qodir
Audah, Islam sebagai berikut:
a. Al-Islam” akidah wa mizzham (Islam adalah kepercayan
dan sistem syariah)”
b. Al-Islam dinum wa daulah (Islam adalah agama dan
negara)
30

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan


bahwa islam berarti seorang mukmin yang saleh atau seorang
mukmin yang sungguh-sungguh menjalankan syariat Islam.
Kebudayaan Islam, berarti penjelmaan dari al ”Amilussalihat”
seorang muslim atau golongan kaum muslimin. Kebudayaan
Islam penjelmaan kerja jiwa dan akal pikiran manusia yang
didasari pencerminan ajaran Islam dalam arti seluas-luasnya
yaitu manifestasi keimanan sejati. Kebudayan Islam
mengandung tiga unsur yaitu:
a. Kebudayaan Islam adalah ciptaan orang Islam
b. Kebudayaan Islam adalah di dasarkan kepada ajaran Islam
c. Kebudayaan Islam merupakan cerminan dari ajaran Islam.
Ketiga unsur kebudayaan Islam tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh, antara yang satu dengan yang
lainnya tidak bisa dipisah-pisahkan. Menurut A.Hasjmy
bahwa kebudayaan Islam adalah manifestasi (penjelmaan)
iman dan amal dari seseorang muslim/segolongan orang
muslim.
Dari uraian di atas yang terdiri dari tiga kata
diantaranya sejarah, kebudayaan dan islam. Terbantu untuk
memahami arti sejarah kebudayaan Islam yaitu asal-usul atau
silsilah dari sesuatu yang dihasilkan dari pemikiran atau akal
budi kaum muslimin yang berhubungan dengan kepercayaan
(keyakinan), ilmu pengetahuan, seni, adat istiadat, bentuk
pemerintahan, arsitektur bangunan, dan lain-lain.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan suatu
pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,
peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang
berprestasi dalam sejarah Islam dimasa lampau, mulai dari
sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan
kerasulan nabi Muhammad saw. Sampai masa khulafaur
rassyidin. Secara substansial mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam memiliki konstribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,
mengahayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung
nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
31

kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta


didik.30
3. Karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) memiliki karakteristik
antara lain:
1) Fungsi Pelajaran Sejarah menyediakan pelajaran yang
berharga bagi seseorang tanpa harus mengalaminya.
Namun sejarah tidak akan punaya kesan dan makna jika
tidak dipelajari dengan rasa empati. Pristiwa sejarah
hanya terjadi satu kali sehingga guru harus kreatif supaya
mampu menampilkan pelajaran tersebut dengan menarik
2) Fungsi Edukatif Sejarah menegaskan kepada peserta
didik tentang keharusan menegakan jani, prinsip, nilai,
sikap hidup luhur dan islami dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Dengan pembelajaran sejarah
secara tidak langsung mendidik ruh dan jiwa peserta didik
dengan hikmah dan makna peristiwa yang didapatkan dari
sejarah.
3) Fungsi Keilmuan Melalui sejarah peserta didik
memperoleh kemampuan yang memadai tentang masa
lalu yang Kebudayaan dan Islam
4) Fungsi Rekreasi Sebagai fungsi rekreasi banyak situs-situs
purbakala yang menjadi objek wisata untuk membantu
peserta didik memahami tentang pelajaran sejarah yang
telah mereka pelajari.
5) Fungsi Transformasi Sejarah sebagai salah satu sumber
yang amat sangat penting dalam merancang transformasi
masyarakat.31
4. Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam
1) Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan islam yang
merupakan suatu cerita masa lampau kaum muslimin.

30
Munawir, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) Jurnal PGMI Madrasatuna, Volume 04, Nomor 01, 2012 hal 1-24
31
Agus Fahrudin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,
(Bandar Lampung: Fakta Press, 2007), hal, 261
32

2) Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para


ulama untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
3) Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung
jawab terhadap kemajuan dunia Islam.
4) Memberikan pelajaran kepada umat muslim dari setiap
kejadian untuk mencontoh atau meneladani dari
perjuangan para tokoh di masa lalu guna untuk
mempelajari

E. Penelitian Relevan
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang sebelumnya diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Dani Pranatadan Alpindo Pratama serta penelitian-
penelitian yang lainnya. Sedangkan persamaan dan perbedaan
penelitian ini dengan beberapa penelitian yag telah dilakukan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

2.2
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
N Nama Jenis Fokus Persamaan dan
o Penelitian, Penelitia Penelitian perbedaan
Judul n
Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
1. Dani Pranata PTK penerepan Persamaan:
“ Kualitatif strategi 1. Jenis
pembelajara Penelitian
n Crossword PTK
Puzzle 2. Sasaran pada
dalam mata
pelajaran pelajaran
Sejarah Sejarah
Kebudayaan Kebudayaan
Islam Islam
33

Perbedaan
1. Menggunaka
n strategi
pembelajaran
Crossword
Puzzle
2. Subjek
penelitian
kelas V MI
2. Alpindo PTK Peningkatan Persamaan:
Pratama “ Kualitatif hasil belajar 1. Jenis
melalui penelitian
metode PTK
Brainstromi Perbedaan :
ng 1. Menggunaka
n metode
Brainstromi
ng
2. Subjek
penelitian
kelas VIII
3. Nurfitriana PTK Pengaruh Persamaan:
“Pengaruh Kualitatif Penerapan 1. Jenis
Penerapan Metode Fun penelitian
Metode Fun Learning PTK
Learning Terhadap 2. Menggunaka
Terhadap Minat n Metode
Minat Belajar Fun
Belajar IPA Learning
Bagi Siswa Perbedaan :
Kelas V di 1. Subjek
MI Bahrul penelitian
Ulum kelas V MI
Pllangga
Kabupaten
Gowa”,
34

2016
4 Herlina PTK Metode Fun Persamaan:
Oktavia, Kualitatif Teaching 1. Jenis
“Penggunaa dalam penelitian
n Metode Meningkatka PTK
Fun n Hasil 2. Menggunaka
Teaching Belajar n metode
dalam Siswa Kelas pembelajara
Meningkatka III n
n Hasil Perbedaan :
Belajar 1. Subjek
Siswa Kelas penelitian
III pada kelas III
Mata 2. Menggunaka
Pelajaran n metode
IPS di SD 1 Fun
Sumberrejo Teaching
Kota Gajah
Tahun
Pelajaran
2016/1017”,
2017
5 Ilham Kuantitat Pengaruh Persamaan:
Sanjaya if Metode Fun 1. Jenis
“Pengaruh Learning penelitian
Metode Fun pada PTK
Learning Pembelajara 2. Menggunaka
pada n Gamolan n metode
Pembelajara Terhdap Fun Learning
n Gamolan Hasil Perbedaan :
Terhdap 1. Subjek
Hasil Belajar penelitian
Peserta Sekolah
Didik SD Dasar
Negeri 2
Sulusuban
35

Lampung
Tengah”,
2019

Dani Pranata, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan


yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan penerepan strategi pembelajaran Crossword Puzzle dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V MI Al-Muhajirin
Panjang Bandar Lampung pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta
didik selama mengikuti pembelajaran pada siklus I mengalami
peningkatan hasil belajar sebesar 48% kemudian pada siklus II
62%.
Alpindo Pratama, peneliti mengambil kesimpulan
berdasarkan data hasil penelitian diatas bahwa dengan metode
Brainstroming ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
VIII C SMP Negeri 21 Bandar Lampung. Berdasarkan
pembahasan yang telah diuraikan, bahwa dari pertemuan setiap
siklus ada peningkatan hasil belajar yang signifikan yang dialami
oleh siswa kelas VIII C SMP Negeri 21 Bandar Lampung, di
siklus I adanya peningkatan dari sebelumnya pra siklus 25,64%
saja yang tuntas menjadi 51,28% siswa yang tuntas. Dan di siklus
II terjadi peningkatan lagi dari yang sebelumnya di Siklus I
sebanyak 51,28% menjadi 84,61% siswa yang tuntas dari KKM
yang ditetapkan.
Berdasarkan tabel dan pernyataan tersebut, menyatakan
bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya,
berbeda dari segi media pembelajaran yang dihinakan, jenis
penelitian dan mata pelajaran yang dibidik.

F. Acuan Teoritis
1. Metode fun learning
Fun Learning dalam kamus bahasa Inggris, diartikan
sebagai Fun yaitu “kesenangan” atau “kegembiraan” dan
learing diartikan “pembelajaran” jadi fun learning adalah
36

pengetahuan yang didapatkan dengan cara belajar


menyenangkan dan mengasyikan. 32
Menurut Ilham Sanjayametode Fun Learning adalah
salah satu cara membuat seusana belajar mengajar menjadi
nyaman sehingga terciptalah rasa cinta dan keinginan peserta
didik untuk belajar. 33
2. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Kata “sejarah” dalam bahasa arab berasal dari kata
“syajarah” yang berarti pohon atau sebatang pohon mulai
sejak penih pohon itu sampai segala hal yang di hasilkan oleh
pohon tersebut, atau dengan kata lain sejarah atau “ syajarah”
adalah catatan detail tentang suatu pohon dan segala sesuatu
yang dihasilkannya. Dengan demikian, sejarah dapat diartikan
catatan detail dengan lengkap tentang segala sesuatu.
Menurut istilah sejarah adalah kejadian atau peristiwa
yang benar -benar terjadi dimasa lampau. Dapat disimpulkan
bahwa sejarah adalah suatu kejadiaan atau peristiwa yang
dicatat dengan lengkap dan benar –benar terjadi dimasa
lampau. Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu
buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal).34

G. Model Tindakan
Ada beberapa ahli yang mengemukkan model penelitian
tindakan, namun secara garis besar terdapat empat model yang
lazim dilalui, yaitu diantaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model
Kemmis dan Mc. Tanggart, (3) Model John Elliott, dan (4) Model
Dave Ebbutt.
1) Model Kurt Lewin
Model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai
model action research, terutama classroom action research
menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu:
(peranan (plenning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan

32
Nurfitrianan, “ Pengaruh Penerapan …., hal, 11
33
Ilham Sanjaya, “ Pengaruh Metode…., hal, 22
34
Mansur, Peradaban Islam …, hal. 1
37

(observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat


komponen ini dipandang sebagai satu siklus. 35
2) Kemmis dan Mc Tanggart
Model tindakan yang dikembangkan oleh stepen
Kemmis dan Robbin Mc. Tanggart masih begitu dekat dengan
model yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Dikatakan
demikian, oleh karena didalam satu siklus atau putaran terdiri
dari empat komponen seperti halnya yang dilaksanakan oleh
Kurt Lewin sehingga belum tampak adanya perubahan.
Keempat komponen tersebut meliputi:
a. Perencanaan (planning)
b. Aksi/tindakan (action)
c. Observasi (observing)
d. Refleksi (reflecting)
Hanya saja, sesudah siklus selesai diimplementasikan,
khusisnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan
adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk
siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa
kali siklus.
Prosedur penelitian yang digunakan oleh model
Kemmis dan Mc. Tanggart yang terdiri dari 4 kegiatan,
meliputi: perencanaan (plan), pelaksanaan (action), observasi
(observation), dan refleksi (reflection). Sesuai dengan
penelitian tindakan setiap tahap dan siklusnya selalu
dilakukan secara partisipatoris dan kolaboratif antara peneliti
dengan praktis (guru, kepala sekolah) dalam sistem sekolah. 36
3) John Elliott
Model tindakan PTK John Elliott ini tampak lebih detail
dan rinci. Dikatakan demikian karena didalam setiap siklus
dimungkinkan terdiri beberpa aksi, yaitu antara tiga sampai
lima siklus, setiap aksi terdiri dari beberapa langkah (step),
yang terealisasikan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar.

35
Samsu Sumadayo, “Penelitian Tindakan Kelas”, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013), hal. 41
36
Ibid., hal, 40-41
38

Maksud penyusunan secara terperinci PTK model John


Elliot ini, supaya dapat kelancaran yang lebih tinggi antara
taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar-
mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa terincinya
setiap aksi atau tindakan menjadi beberapa subpokok bahasa
atau materi pelajaran, adalah bahwa dalam kenyataan di
lapangan setiap pokok bahasa biasanya tidak dapat
diselesaikan dalam satu langkah, tetapi dalam beberapa
langkah, itulah yang menyebabkan John Elliott menyusun
PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model
sebelumnya.37
4) Model Dave Ebbut
Dave Ebbut berpendapat bahwa model-model PTK
yang ada seperti yang dikenalkan oleh John Elliott, Kemmis
dan Mc. Tanggart, dan sebagainya dipandang masih ada
beberapa hal atau bagian yang belum tepat sehingga masih
perlu dibenahi, pada dasarnya Ebbut setuju dengan gagasan-
gagasan yang diutarakan Kemmis dan Elliot tetapi tidak setuju
mengenai beberapa interpretasi Elliot mengenai karya
Kemmis.
Selanjutnya dinyatakan pula olehnya tentang pandangan
Ebbut yang mengatakan bahwa bentuk sepiral yang dilakukan
oleh Kemmis dan Mc. Tanggart bukan cara yang terbaik
untuk menggambarkan proses aksi refleksi (action-reflection).
Pengertian penelitian tindakan kelas memiliki dua kata
kunci yaitu, penelitian (research) dan tindakan (action).
Penelitian adalah kegiatan ilmiyah untuk memperoleh
pengetahuan yang benar tentang suatu masalah, sedangkan
tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
unuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.38
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan sebagai
strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan

37
Ibid., hal.41-42
38
Saur Tampubolon, “Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Pendidik dan Keilmuan”, (Jakarta: Erlangga. 2014), hal. 15
39

yang nyatakemudian merefleksiakannya terhadapat hasil


tindakan. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI).
Desain penelitian yang diguanakan peneliti dalam
penelitian ini adalah model spiral oleh Kemmis dan Mc.
Tanggart. Tujuan menggunkandesain penelitian model ini
apabila dalam pelaksanaan tindakan ditemukan adanya
kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan
perbaiakn masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya
sampai target yang diinginkan tercapai. Dalam penelitian ini,
peneliti mengunakan dua siklus, masing-masing siklus
dilakukan 2 kali pertemuan dan sebelumnya dilakukan
pratindak.

H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan adalah dugaan sementara atau jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang bisa benar ataupun
salah dan harus diuji terlebih dahulu. Hipotesis ini berfungsi untuk
memberikan arahan yang jelas terhadapat pelaksanaan penelitian.
Berdasarkan pernyataan diatas, penelitian merumuskan
hipotesis penelitian ini sebagai berikut: implementasi metode fun
learning dapat meningkatkan hasil belajar SKI kelas VII E di
Madrasah Tsanawiyah Al-Hikmah Bandar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran.Jakarta PT RajaGrafindo


Persada

Asmani,Jamal,Makmur.2016.Tips Efektif Cooperative


Learning.Yogyakarta: Diva Press

Baharudin, Hasan.Juni2015.Jurnal Pendidikan Pedagogik Volume 01


Nomor 01

Chanifa, dkk.2019.Jurnal Pendidikan Islam Volume 4 Nomor 01 (hlm


130)

Ghaye,Tony.2010.Teaching And Learning.Bandung: Penerbit Nuansa


Cendikia

Layyiniah,Leni. 2017.”Menciptakan Pembelajaran Fun Learning


Based on Scientific Approach.Jurnal Tarbawy Volume 4
Nomor 1

Mansur.2004.Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah.Yogyakarta:


Global Pustaka Utama

Masidjo,Ign.1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di


Sekolah.Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)

Maulana,Rohmat.2011.Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.Bandung:


Alfabeta, cv

Munawir, September 2012.”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar


Sejarah Kebudayaan Islam” Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume Nomor 01 (hlm 1-24)

Prasetya, Tri, Joko, dkk.2010.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta: Rineka


Cipta
87
88

Purwanto.2018.Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rasyid, Harun, dkk. Penilaian Hasil Belajar.Bandung: CV Wacana


Prima

Sudjana,Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

Sugiono.2018.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D.Bandung: Anggota Penerbit Indonesia IKAPI.

Tim, Penyusunan Study Islam, IAIN Sunan Ampel.2010.Pengantar


Study Islam.Surabaya: Sunan Ampel Press
Usman, Nurdin.2013. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.
Jakarta:Rineka Cipta.2013
Nurfitriana, skripsi. Pengaruh Penerapan Metode Fun Learning
terhadap Minat Belajar IPA bagi Siswa Kelas V di MI Bahrul
Ulum Pallangga Kabupaten Gowa. 2016. Universitas Islam
Negeri Alaudin Makasar
Hamalik, Oemar.2006. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi
Aksara
Sistem Pendidikan Nasional, 2003. Undang-undang nomor: 20/2003.
Jakarta:Depdiknas
Standar Nasional Pendidikan.Peraturan Pemerintah RI Nomor:19
tahun 2005.Jakarta:Depdiknas
QR. MUJADILAH.11 Departemen Agama Islam RI, Al-Qur‟an
Terjemahan Yayasan Penerjemahan Al-Qur‟an, Jakarta
Suryabrata, Sumardi. 2001. Metode Pengajaran.Jakarta:Rajawali
Hasanah, Uswatun. Januari 2017. Peningkatan Hasil Belajar Fiqih
Melalui Penerapan MetodePQRST (Preview, Question, Read,
Summarize, Test). Pendidikan Islam, Volume 1
Rohani, Dede. Februari 2016. Penerapan Pendekatan PAKEM untuk
Meningkatkan Keterampilan Berfikir Mahasiswa dalam Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Guru. Jurnal keguruan
dan Ilmu Tarbiyah, Vol.1
89

Syah, Muhibin. 2013. Psikology Pendidikan Dengan Pendekatan


Baru. Bandung:Rosdakarya
Yulinda, Nina.Tahun 2017. Penerapan Metode Fun Learning dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Kelas I B SDN 017
Pandau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar,
Educhild Vol.6 No.2
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2011. Mengenal Tindakan
Kelas. Jakarta: Indeks hal 9
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Rajawali Pers
Herviani, Vina dan Febriansyah, Angky. Oktober 2016. Tinjauan
Atas Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pada Young
Enterpreneur Academy Indonesia Bandung, Jurnal Riset
Akuntansi-Vol VII/No. 2
Paizaluddin, Ermalinda, 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Alfabeta
Afritayani, Wiwik dan Hamizi, Zulkifli. Penerapan Model Fun
Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
I A SD Negeri 76 Pekan Baru, Jurnal Pendidikan Vol 01 No.1

Anda mungkin juga menyukai