SOP Meledakkan
SOP Meledakkan
SOP Meledakkan
Dokumen 0023/PPRE-OPS/SOP/2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal Terbit 18 Maret 2021
PELEDAKAN Revisi 00
Halaman
SOP-PPRE-HSE-023
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PELEDAKAN
PELEDAKAN Revisi 00
Halaman
Daftar Isi
F. Prosedur ………………………… 4
G. Dokumen Terkait ………………………... 5
H. Alur proses ................................... 5
I. Lembar Catatan Perubahan Dokumen ………………………... 5
J. Lampiran ………………………... 5
Page i
No. Dokumen 0023/PPRE-OPS/SOP/2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal Terbit 18 Maret 2021
PELEDAKAN Revisi 00
Halaman
A. Tujuan
Prosedur ini digunakan sebagai petunjuk bagi para karyawan terkait dan kontraktor dalam
hal melakukan peledakan agar tidak terjadi penyimpangan – penyimpangan yang dapat
menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan.
B. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi seluruh karyawan terkait dan kontraktor, meliputi proses persiapan
peledakan, peledakan, dan pasca peledakan.
C. Referensi
1. UU no 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan dan Peraturan
Pelaksanaan
2. UU no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Kepmen ESDM no.1827.K/30/MEM/2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik
pertambangan yang baik.
D. Definisi
1. Identifikasi bahaya adalah suatu proses untuk menemukan seluruh potensi bahaya
yang ada pada suatu aktivitas dari lingkungan kerja, peralatan dan pekerja itu sendiri.
2. Identifikasi aspek lingkungan adalah proses untuk menemukan unsur dari kegiatan/
proses, produk atau jasa dari kegiatan operasi yang dapat berinteraksi dengan
lingkungan
3. Penilaian resiko kerja adalah suatu proses untuk mengidentifikasi tingkatan bahaya dari
suatu aktivitas berdasarkan paparan, kemungkinan dan konsekuensinya
4. Dampak lingkungan adalah adalah setiap perubahan pada lingkungan seluruhnya atau
sebagian yang dihasilkan oleh kegiatan / proses, produk atau jasa dari kegiatan operasi
5. Multi Disiplin Tim adalah fungsional tim terlatih yg dibentuk permanen untuk melakukan
identifikasi bahaya dan melakukan penilaian resiko dan pengendaliannya.
6. Petugas HSE adalah seseorang atau lebih karyawan PT PP Presisi Tbk yang telah
ditunjuk untuk mengawasi dan mengembangkan Sistem Manajemen K3 dan Lingkungan
di area yang menjadi tanggung jawabnya
7. Bahaya adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi melukai atau merusak pekerja,
peralatan dan lingkungan kerja.
8. Normal adalah suatu kondisi dimana bahaya sudah diperkirakan akan muncul pada saat
suatu aktifitas dilakukan.
9. Abnormal adalah suatu kondisi dimana bahaya yang tidak diperkirakan sebelumnya
muncul pada saat suatu aktifitas dilakukan
Page 1/5
No. Dokumen 0023/PPRE-OPS/SOP/2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal Terbit 18 Maret 2021
PELEDAKAN Revisi 00
Halaman
10. Emergency adalah suatu kondisi dimana bahaya yang tidak diperkirakan sebelumnya
muncul pada saat suatu aktifitas dilakukan dan memiliki kecepatan peningkatan
keparahan yang tinggi.
11. Resiko adalah kemungkinan kejadian yg akan mempengaruhi tujuan dan sasaran. Ini
terukur melalui peluang dan akibat dan mungkin timbul dari kegiatan, tindakan atau
ketidaksesuaian tindakan.
12. Hirarki kontrol Bahaya adalah urutan pilihan dalam mengendalikan resiko. Salah satu
pilihan dapat saja lebih baik dari yang lainnya atau lebih dapat diterapkan.
13. Instruksi kerja yang aman adalah cara kerja yang telah distandarkan untuk dijadikan
panduan dalam melakukan pekerjaan yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
14. Blasting adalah meledakkan lapisan tanah overburden dengan bahan peledak dan
rangkaian tertentu.
E. Tanggung Jawab
2. Manager Construction
2.1. Membuat Instruksi Kerja yang aman tentang Blasting dan dikomunikasikan
ke semua pihak terkait yang meliputi: peringatan yang dilakukan di awal
untuk meninggalkan area karena kegiatan blasting akan dilakukan,
Page 2/5
No. Dokumen 0023/PPRE-OPS/SOP/2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal Terbit 18 Maret 2021
PELEDAKAN Revisi 00
Halaman
3. Blasting Supervisor
3.1. Menyediakan informasi/instruksi mengenai persyaratan Blasting yang
meliputi:jarak aman dari blasting loading area, proses untuk masuk ke area
blasting, prosedur penggunaan radio, prosedur yang dipatuhi jika
menghadapi bahan peledak, dan kemampuan untuk mengidentifikasi bahan
peledak.
3.2. Menyediakan demarkasi di setiap lokasi untuk mengidentifikasi zona
pengeluaran bahan peledak untuk semua kegiatan tambang umum.
3.3. Menentukan titik lokasi blasting
3.4. Menentukan titik utama pengendalian yang melingkupi:
4.4.1 Demarkasi di sekitar area blasting
4.4.2 Jalan masuk ke lokasi blasting terpisah dari titik loading
4.4.3 Pengawasan semua truk kontainer yang mengangkut bahan peledak
4.4.4 Pengawasan terhadap lubang-lubang peledakan
4.4.5 Memastikan semua personil dan alat yang meninggalkan lokasi
blasting sebelum kegiatan blasting dilakukan.
4.4.6 Menginspeksi area blasting setelah peledakan dan menentukan
Kondisi aman untuk area pertambangan
3.5. Mengelola misfire
3.6. Mengatur dan membuat record personil yang berwenang untuk blasting.
4. HSE Lead
4.1. Memastikan proses kerja blasting di semua area telah dibuat dokumen
HIRADCnya
4.2. Membantu para pengawas menyusun dokumen HIRADC
4.3. Bersama Blasting Supervisor memastikan semua kondisi dan tindakan
aman untuk melakukan blasting dan penambangan.
4.4. Melakukan SIO khusus blasting
Page 3/5
No. Dokumen 0023/PPRE-OPS/SOP/2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal Terbit 18 Maret 2021
PELEDAKAN Revisi 00
Halaman
F. Prosedur
1. Persiapan Peledakan
a. Memastikan papan jadwal peledakan dan bendera tanpa peledakan telah
diperbaharui.
b. Jarak aman untuk manusia dari area peledakan adalah minimu m 500 meter
dan untuk alat adalah 300 meter.
c. Melakukan pertemuan untuk menentukan titik2 dan area batas aman
peledakan.
d. Memasang rambu peringatan larangan masuk bagi yang tidak
berkepentingan atau barricade di akses masuk area peledakan.
e. Memastikan road blocker telah berada diposisi yang sesuai untuk
mengevakuai dan mencegah orang/alat berada di area peledakan. Lakukan
sesuai blocking map.
f. Blaster menginformasikan persiapan peledakan dan meminta agar selama
peledakan, semua frekuensi komunikasi radio harus terhenti dan hanya
frekuensi blasting yang on-air di semua radio komunikasi.
g. Pastikan bahwa preparasi lokasi blasting sesuai dengan design peledakan
yang dibuat serta proses loading yang memadai.
h. Jarak aman penempatan shelter adalah minimum 300 meter.
2. Melakukan Peledakan
a. Pastikan pengawas handak (blaster) yang terlibat dengan kegiatan
peledakan telah terlatih dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) yang
sesuai.
b. Pastikan road blocker telah melaporkan kondisi aman pada pimpinan
peledakan.
c. Blaster dan pembantunya harus berada di shelter dan berjarak 300 meter
dari titik peledakan.
d. Blaster membunyikan sirine pendek 3 kali selama 5 detik, hal ini
menandakan akan segera dilakukan hitungan mundur.
e. Blaster menghitung mundur dimulai dari hitungan “10-9-8-7-6-5-4-3-2-1”
dan mengatakan “FIRE”. Berikan jeda masing-masing 3 detik.
f. Gunakan ear plug saat melakukan peledakan.
Page 4/5
No. Dokumen 0023/PPRE-OPS/SOP/2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Tanggal Terbit 18 Maret 2021
PELEDAKAN Revisi 00
Halaman
peledakan.
b. Gunakan masker debu saat inspeksi area peledakan.
c. Jangan membuka akses ke area peledakan. Road blocker harus menunggu
instruksi dari blaster bahwa kondisi telah aman. Blaster akan membunyikan
sirine panjang dan informasi lewat radio tanda peledakan telah dilakukan
dan situasi aman.
d. Saat melakukan inspeksi menggunakan sarana, perhatikan kondisi jalan
karena material blasting masih terberai dijalan maupun dilokasi area
peledakan.
e. Pastikan berhati-hati pada saat memasuki area hasil peledakan karena
kondisi batu-batu masih labil.
G. Dokumen terkait
1. Form Inspeksi Peledakan
2. Form Inspeksi Pasca Peledakan
H. Alur proses
I. Lampiran – lampiran
Page 5/5