Kode Etik Guru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KODE ETIK GURU

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah profesi guru


Dosen pengampu Bapak Agus Sya'roni

Disusun oleh:
Muhammad Aris Nurul Adhan :21.11.0 Hanif Maulana
Malik :21.11.00179

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH
Pati 2023
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Akhir-akhir ini pendidikan menjadi masalah yang ramai dibicarakan.Berbicara mengenai


pendidikan berarti berbicara tentang profesiguru. Pada saat ini profesi guru merupakan salah
satu profesi yang banyak diminati oleh kebanyakan siswa dan siswi, hal tersebut karena guru
merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan bangsa ini, guru yang baik dan
berkualitas dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berkualitas juga, begitu pun
sebaliknya, seorang guru yang tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa
yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah lagi, selain itu saat ini profesi
guru dijamin kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu, orang-orang berlomba-lomba untuk
menjadi seorang guru. Namun, menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi antara lain adalah syarat admistrasi, teknis, psikis, dan fisik, selain
itu seorang guru juga harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
professional.

Namun,kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam menjalankan


profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan atau pun pelanggaran terhadap
norma-norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah menetapkan suatu aturan atau
norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di Indonesia yang dikenal dengan “Kode
Etik Guru”. Dengan adanya Kode Etik Guru ini, diharapkan para guru dapat menjalankan
tugasnya dengan baik sebagaimana telah ditetapkan dalam Kode Etik Guru tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Kode Etik Guru?


2. Apakah isi dari kode etik guru?
3. Apakah tujuan dan fungsi kode etik guru?

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan pengertian Kode Etik Guru


2. Untuk menjelaskan isi dari kode etik guru
3. Untuk menjelaskan tujuan dan fungsi kode etik guru
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kode Etik Guru
Interpretasi tentang kode etik belum memiliki pengertian yang sama. Berikut ini ada

beberapa pengertian mengenai kode etik:

a. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Pasal 28

menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman

sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan". Dalam Penjelasan

Undang-undang tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri

Sipil sebagai aparatur negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam

pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu

digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

pegawai negeri. Dari uraian ini dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam

hidup sehari- hari.

b. Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode
Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga
PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiaan bekerja sebagai guru (PGRI, 1973).
Dari pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia
terdapat dua unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman
tingkah laku.
c. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan sebagai
berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik; (2)
Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yang mengikat
perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Secara harfiah, “kode etik” berarti sumber etik.Etik berasal dari perkataan ethos, yang
berarti watak.Istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang mendasari perilaku
manusia.Term etik berasal dari bahasa filsafat, bahkan menjadi salah satu cabangnya.Etik
juga disepadankan dengan istilah adab, moral, atau pun akhlaq.Etik artinya tata susila
(etika)atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan

atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman dalam

berprilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekolompok
orang atau masyarakat tertentu.Dalam kaitannya dengan Istilah profesi, kode etik merupakan
tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi. Menurut Gibson
and Mitchel (1995;449), suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai profesional suatu profesi
yang diterjemahkan dalam standar prilaku anggotanya.Nilai profesional tadi ditandai adanya
sifat altruistis artinya lebih mementingkan kesejahteraan orang lain dan berorientasi pada
pelayanan umum dengan prima.Kode etik dijadikan standar aktivitas anggota profesi, kode
etik itu sekaligus dijadikan pedoman tidak hanya bagi anggota profesi tetapi juga dijadikan
pedoman bagi masyarakat untuk menjaga bias/kesewenangan penggunaan kode etik.
Jadi “kode etik guru” diartikan sebagai aturan tata-susila keguruan.Aturan-aturan tentang
keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) melibatkan dari segi usaha.Maksud
dari kode etik guru disini adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan
(relationship) antar guru dengan lembaga pendidikan (sekolah); guru dengan
sesama guru; guru dengan peserta didik; dan guru dengan lingkungannya.Sebagai sebuah
jabatan pekerjaan, profesi guru memerlukan kode etik khusus untuk mengatur hubungan
hubungan tersebut.

B. Isi Kode Etik Guru


Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, yang
terdiri dari Sembilan item berikut:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

Maksud dari rumusan ini, sesuai dengan roeping-nya, guru harus mengabdikan dirinya secara
ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan anak didik seutuhnya, baik jasmani maupun rohani,
baik fisik maupun mental agar menjadi insan pembangunan yang menghayati dan
mengamalkan serta melaksanakan berbagai aktivitasnya dengan mendasarkan pada sila sila
pada Pancasila. Guru harus membimbing anak didiknya kearah hidup yang selaras, serasi dan
seimbang.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.

Berkaitan dengan item ini, maka guru harus mendesain program pengajaran sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan setiap anak didik.Yang lebih penting lagi guru harus
menerapkan kurikulum secara benar, sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak
didik.Kurikulum dan program pengajaran untuk tingkat SD harus juga diterapkan di SD,
kurikulum untuk tingkat perguruan tinggi harus juga diterapkan untuk perguruan tinggi
begitu seterusnya. Bukan asal gampangnya saja, kurikulum untuk program SMP dapat
digunakan di SD, SMA dan bahkan digunakan untuk perguruna tinggi. Hal semacam ini
berarti guru sudah melanggar kejujuran profesional.

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak


didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
Dalam kaitan belajar-mengajar, guru perlu mengadakan komunikasi dan hubungan baik
dengan anak didik.Hal ini terutama agar guru mendapatkan informasi secara lengkap
mengenai diri anak didik. Dengan mengetahui keadaan dan karakteristik anak didik ini,
maka akan sangat membantu bagi guru dan siswa dalam upaya menciptakan proses belajar
mengajar yang optimal. Untuk ini ada ha-hal yang perlu diperhatikan, yakni: a. Segala
bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan anak didik, tetapi sebaliknya
harus dirangsang sedemikian rupa sehingga sifat terbuka, berani mengemukakan pendapat
dan segala masalah yang dihadapinya.
b. Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur kasih
sayang, ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar, ramah,
terbuka. c. Diusahakan guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar
tidak menimbulkan suasana konfli. Sebab harus dimaklumi bahwa sekolah atau
kelas merupakan kumpulan subjek-subjek yang heterogen, sehingga keadaannya
cukup kompleks.
Kemudian yang harus diingat oleh guru adalah dalam mengadakan komunikasi.Hubungan
yang harmonis dengan anak didik itu tidak boleh disalahgunakan.Dengan sifat ramah, kasih
sayang dan saling keterbukaan dapat diperoleh informasi mengena diri anak didik secara
lengkap.Ini semata-mata demi kepentingan belajar anak didik, tidak boleh untuk kepentingan
guru, apalagi untuk maksud-maksud pribadi guru itu sendiri.

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah, maksudnya bagaimana guru itu dapat
menciptakan kondisi-kondisi optimal, sehingga anak itu bisa belajar, harus belajar, perlu
dididik dan perlu bimbingan. Usaha menciptakan suasana kehidupan sekolah sebagaimana
dimaksud diatas, akan menyangkut dua hal.

Pertama, yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar di kelas secara langsung. Untuk ini
meliputi hal-hal berikut:
1. Pengaturan tata-ruang kelas yang lebih kondusif untuk kepentingan pengajaran. 2.
Menciptakan iklim atau suasana belajar-mengajar yang lebih serasi dan menyenangkan,
misalnya pembinaan situasi keakraban di dalam kelas. Untuk menciptakan iklim yang
lebih serasi ini antara lain dengan:
a. Adanya keterikatan antara guru dengan anak didik, anak didik dengan anak
didik; b. Menetapkan standar tingkah-laku;
c. Diadakan diskusi-diskusi kelompok;
d. Memberi penghargaan dan pemeliharaan sengat kerja.
Kedua, menciptakan kehidupan sekolah dalam arti luas yakni meliputi sekolah secara
keseluruhan.Dalam hubungan ini dituntut adanya hubungan baik dan interaksi antara guru
dengan guru, guru dengan anak didik, guru dengan pegawai, pegawai deengan anak didik.
Dengan demikian, memang dituntut adanya keterlibatan semua pihak di dalam lembaga
kependidikan, sehingga dapat menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. Selanjutnya
dalam mengusahakan keberhasilan proses belaja-mengajar itu, guru juga harus membina
hubungan baik dengan orang tua murid. Melalui hal ini diharapkan dapat mengetahui keadaan
anak didiknya dan bagaimana kegiatan belajarnya di rumah.Juga untuk mengetahui beberapa
hal tentang anak didik melalui orang tuanya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk
menentukan kegiatan belajar-mengajar yang lebih baik.Hubungan baik antara guru dengan
orang tua murid merupakan factor yang tidak dapat ditinggalkan, karena keberhasilan belajar
anak didim tidak dapat dipisahkan dengan bagaimana keadaan dan usaha orang tua
murid.Apalagi kalau ada kaitannya dengan tugas dan kewajiban guru sebagai pendidik, dalam
upaya membina kepribadian anak didik, maka andil orang tua sangat menentukan (ingat tri
pusat pendidikan).
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

Sesuai denga tri pusat pendidikan, masyarakat ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan
pendidikan. Oleh karena itu,gru juga harus membina hubungan baik denganmasyarakat, agar
dapat menjalankan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar. DalamDalam hal ini
mengandung dua dimensi penglihatan, yakni masyarakat disekitar sekolah, bagi guru sangat
penting untuk selalu memelihara hubungan baik, Karena guru akan mendapat masukan,
pengalaman serta memahami berbagai kejadian atau perkembangan masyarakat itu. Hal ini
dapat dimanfaatkan sebagai usaha pengembangan sumber belajar yang lebih mengena demi
kelancaran proses belajar mengajar. Sebagai contoh guru yang sedang menerangkan sesuatu
pelajaran, kemudian untuk memperjelas dapat diberikan ilustrasi dengan beberapa
perkembanganyang terjadi di masyarakat sekitar.Di samping itu jika sekolah mengadakn
berbagai kegiatan, sanagt memerlukan kemudahan dari masyarakat sekitar.
SelanjutnyaSelanjutnya jika dilihat dari masyarakat secara luas, kererikan atau hubungan baik
guru dengan masyarakat luas itu akan mengembangkan pengetahuan guru tentang persepsi
kemasyarakatan yang lebih luas. Misalnya tentang budaya masyarakat dan bagaimana
masyarakat sebagai pemakai lulusan.

6. Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan


mutu profesinya.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, guru harus selalu meningkatkan
mutu profesinya, baik dilaksanakan secara perseorangan ataupun secara bersama-sama. Hal ini
sangat penting, karena baik buruknya layanan kan mempengaruhi vitra guru ditenga-tengan
masyarakat. Adapun cara-cara meningkatkan mutu profesi guru dapat dilakukan sebagai
berikut:

1. Secara sendiri-sendiri, yaitu dengan jalan:


a. Menekuni dan mempelajari secaa kontinu pengetahuan-pengetahuan yang berhubunga
dengan teknik atau proses belajar-mengajar secara umum, misalnya pengetahuan
pengetahuan tentang PBM (Proses Belajar Mengajar), ilmu-ilmu lain yang relevan
dengan tugas keguruanya;
b. Mendalami spesialisasi bidang studi yang diajarkan;
c. Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan denga tugas keprofesiannya; d.
Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai denga kebutuhan pengajaran; e.
Melakukan supervisi dialog dan konsultasi denga guru-guru yang sudah lebih senior.
2. Secara bersama-sama,dapat dilakukan misalnya dengan:
a. Mengikuti berbagai bentuk penataran dan lokakarya;b. Mengikuti program pembinaan
keprofesian secara khusus, misalnya program akta
ataupun reedukasi bagi yang merasa belum memenuhi kompetensinya;
c. Mengadakan kegiatan diskusi dan salig tukar pikiran dengan teman sejawata terutama
yang berkaitan dengan peningkatan mutu profesi.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

Kerja sama dan pembinaan hubungan antar guru di lingkungan tempat kerja, merupakan
usaha yang sangat penting. Sebab dengan pembinaan kerja sama antar guru di suatu
lingkungan kerja akan dapat meningkatkan kelancaran mekanisme kerja, bahkan juga sebagai
langkah-langkah peningkatan mutu profesi guru secara kelompok. Bergayut dengan ini guru
juga perlu membina hubungan dengan sesama guru secara keseluruhan, termasuk guru-guru
di luar lingkungan tempat kerja. Hal ini dapat memberi masukan dan menambah pengalaman
masing-masing guru, karena mungkin perkembangan di suatu daerah berbed dengan
perkembangan daerah yang lain (study komperasi).

8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru
professional sebagai sarana pengabdiannya.
Salah satu ciri profesi adalah dimilikinya organisasi professional. Begitu juga guru sebagai
tenaga professional kependidikan, juga memiliki organisasi professional.Di Indonesia wadah
atau organisasi professional itu adalah PGRI, atau juga ISPI.Untuk meningkatkan pelayanan
dan sarana pengabdiannya organisasi itu harus tetap dipelihara, dibina bahkan ditingkatkan
mutu dan kekompakkan. Sebab denga peningkatan mutu organisasi berarti akan mampu
merencanakan dan melaksanakan program yang bermutu dan yang sesuai denga kebutuhan
masyarakat. Karena itu organisasi PGRI dan ISPI harus lebih ditingkatkan dan perlu setiap
kali mengadakan pertemuan antarpara guru di berbagai daerah atau mungkin secaraa
nasional.Dalam pertemuan itu dibicarakan berbagi program yang bermanfaat, terutam
bagaimana upaya meningkatkan mutu organnisasi tersebut.Peningkatan mutu organisasi
professional itu, di samping untuk melindungi kepentingan anggota (para guru) juga sebagai
wadah kegiatan pembinaan dan peningkatan mutu profesionalisme guru.

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam


bidang pendidikan.

GuruGuru adalah bagian warga negara dan warga nasyarakat yang merupakan aparat
departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Atau aparat pemerintah di
bidangpendidikan.Pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pengelola
bidang pendidikan sudah pasti memiliki ketentuan-ketentuan yang merupakan policy, agar
pelaksanaan dapat terarah.

Guru sebagai aparat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pelaksanaan langsung
kurikulum dan proses belajar-mengajar, harus memahami dan melaksanakan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan oleh pemerintah mengenai bagaimana menangani persoalan-
persoalan pendidikan. Dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan itu,
diharapkan proses pendidikan berjalan lancer sehingga bisa menopang pelaksanaan
pembangunan bangsa secara integral. TetapiTetapi harus diingat bahwa kebijaksanaan atau
ketentuan-ketentuan pemerintah itu biasanya bersifat umum.Oleh karena itu guru sebagai
pelaksana yang paling operasional harus memahami secara cermat dan kritis serta
mengembangkannya secara rasional dan kreatif yang akhirnya dapat mendukung policy pihak
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tersebut. Untuk mengarahkan kepada maksud
maksud sebagaiman disebutkan diatas, maka perlu dilakukan hal-hal antara lain sebagai
berikut:
1. Guru harus memahami betul-betul maksud dan arah kebikjasanaan pendidikan
nasional, agar dapat mengambil langkah-langkah secara tepat.
2. Guru harus terus-menerus meningkatkan profesi dan kesadaran guru untuk memenuhi
hakikat keprofesiannya.
3. Dilkuakn penilaian, pengawasan dan sanksi yang objektif dan rasional. 4. Pemimpin
lembaga-lembaga pendidikan harus bersifat terbuka, dalam upaya menerjemahkan setiap
ketentuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 5. Guru yang semata-mata
sebagai kiat dan pelaksana pemerintah di bidang kurikulum dan proses belajar-mengajar,
perlu netral, tidak memihak pada golongan politik apa pun. 6. Dalam melaksanakan
kebijakan pemerintah (Departemen Pendidika dan Kebudayaan),

yang berkenaan dengan pembaruan di bidang pendidikan, perlu diupayakan kerja sama antara
pemrintah dan organisasi professional guru (PGRI) dan juga dengan ISPI. DenganDengan
memahami Sembilan butir kode etik guru seperti diuraikan di atas, diharapka guru mampu
berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada subjek belajar yang dihadapi
oleh anak didik/subjek belajar berarti akan dapat dipecahkan atas bimbingan guru dan
kemampuan serta kegairahan mereka sendiri.Dengan demikian, kegiatan belajar-mengajar
akan berjalan degan baik, sehingga hasilnya optimal.

C. TUJUAN DAN FUNGSI KODE ETIK


1. Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang.
2. Tujuan kode etik guru antara lain adalah menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggotanya, pedoman berperilaku, menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan mutu profesi dan meningkatkan mutu
organisasi profesi.
3. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral
yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya
dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi
profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan
kemanusiaan.
4. Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas
dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab atas profesinya, terhindar dari perpecahan
dan pertentangan internal, meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, membantu
memecahkan masalah dan mengembangkan diri dan terhindar dari campur tangan profesi
lain dan pemerintah
BAB III. PENUTUP

Kesimpulan
Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata-susila keguruan.Aturan-aturan Tentang keguruan
(yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) melibatkan dari segi Usaha.Maksud dari kode
etik guru di sini adalah norma-norma yang mengatur hubungan Kemanusiaan (relationship)
antar guru dengan lembaga pendidikan (sekolah); guru dengan Sesama guru; guru dengan
peserta didik; dan guru dengan lingkungannya. Terdapat 8 isi kode etik guru yaitu;
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid sebaik-baiknya.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi
guru Professional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan.

Tujuan kode etik guru:


1. Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang.
2. Tujuan kode etik guru antara lain adalah menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga
dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, pedoman berperilaku, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan mutu profesi dan
meningkatkan mutu organisasi profesi.
3. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral
yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya
dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi
profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan
kemanusiaan.
4. Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman dan arah yang
jelas dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab atas profesinya, terhindar dari
perpecahan dan pertentangan internal, meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan,
membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri dan terhindar dari campur
tangan profesi lain dan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai