Laptap Reaktor 2 Fix

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

REAKTOR 2

I. TUJUAN PERCOBAAN

● Mahasiswa dapat mengoperasikan reaktor CSTR

● Mahasiswa dapat menghitung konversi kedua reaktan

II. ALAT DAN BAHAN

a. Alat yang digunakan

● Seperangkat alat continous reaktor

● Labu ukur 1000 ml

● Gelas kimia 500 ml

● Pipet ukur 25 ml

b. Bahan yang digunakan

● CuSO4

● HCl

● Aquadest

III. DASAR TEORI

Dalam Teknik kimia, reaktor kimia adalah suatu bejana tempat


berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak
variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia. Perancangan dari suatu reaktor harus
mengutamakan efisiensi kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil produk (output)
yang besar dibandingkan masukan (input) dengan biaya yang minimum, baik itu
biaya modal maupun operasi. Tentu saja faktor keselamatan pun tidak boleh
dikesampingkan.biaya operasi Biasanya termasuk besarnya energi yang akan
diberikan atau diambil, harga bahan baku, upah operator,dll. Perubahan energi
dalam suatu reaktor kimia bisa karena adanya suatu pemanasan atau pendinginan,
penambahan atau pengurangan tekanan, gaya gesekan seperti pengadukan, dll.

A. Definisi Reaktor Kimia

Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia, nuklir, dan biologis, dan bukan secara fisika.
Jenis reaktor sangat beragam, karena itulah pada makalah ini hanya dibahas salah
satu jenis reaktor yaitu reaktor kimia.
Reaktor kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam
ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala
industri. Tidak seperti pada skala kecil dalam tabung reaksi, reaktor ukuran
komersil industri perlu perhitungan yang teliti karena mernyangkut jumlah massa
dan energi yang besar.

Perbedaan antara reaktor kimia dengan reaktor nuklir adalah pada reaktor
kimia, tidak ada perubahan massa selama reaksi dan hanya perubahan dari satu
bahan ke bahan lain, sementara pada reaktor nuklir ada perubahan massa yang
berubah menjadi energi yang sangat besar.

B. Pemilihan Jenis Reaktor & Tujuannya

Reaktor kimia memiliki berbagai macam jenis dan bentuk yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, jenis-jenis reaktor ini akan dibahas
lebih lanjut pada bab berikutnya. Untuk itulah alasan pemilihan jenis reaktor yang
tepat tujuan pemilihannya serta parameter yang mempengaruhi rancangannya untuk
proses kimia tertentu perlu diketahui.

1. Faktor dalam memilih jenis reaktor


Pemilihan jenis reaktor yang akan digunakan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :

a) Fase zat pereaksi dan hasil reaksi

b) Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta tidak adanya reaksi samping

c) Kapasitas produksi
d) harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya

e) kemampuan reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk


perpindahan panas

2. Tujuan Dalam pemilihan kenis reaktor

Tujuan utama dalam memilih jenis reaktor adalah alasan ekonomis,


keselamatan, dan kesehatan kerja,serta pengaruh terhadap lingkungan. Berikut ini
merupakan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih jenis reaktor
tertentu :

a) Mendapatkan keuntungan yang besar, konversi dan efisiensi terbesar

b) Biaya produksi rendah

c) Modal kecil/volume reaktor minimum

d) Operasinya sederhana dan murah

e) Keselamatan kerja terjamin

f) Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya

3. Beberapa parameter yang mempengaruhi rancangan reaktor dalam merancang


suatu reaktor perlu diperhatikan parameter-parameter tertentu agar reaktor yang
dibangun dapat memenuhi unjuk kerja yang diharapkan. parameternya antara lain :

a) Waktu tinggal

b) Volume (V)

c) Temperatur

d) Kekanan (P)

e) Konsentrasi senyawa (C1, C2, C3..., Cn)

f) Koefisien perpindahan panas (h,U)

Pada dasarnya dalam merancang reaktor perlu diperhatikan faktor neraca


massa dan energinya. Secara garis besar umumnya reaktor dianggap ideal atau
beroperasi dalam keadaan steady state, dengan kata lain besarnya massa yang
masuk akan sama dengan massa yang keluar ditambah akumulasinya.

Sementara untuk menunjang energi yang diperlukan agar terjadinya reaksi


kimia tertentu dalam reaktor, biasanya dilakukan penambahan atau pengambilan
panas dari reaktor menggunakan tipe heat exchanger tertentu antara lain :

Gambar 3. External heat Exchanger Gambar 4. Cooling by vapour phase

JENIS-JENIS REAKTOR KIMIA

Secara Umum Terdapat 2 jenis utama reaktor kimia yang dibedakan


berdasarkan bentuknya , antara lain :

● Reaktor tangki atau bejana


● Reaktor Pipa

Kedua jenis reaktor dapat fioperasikan secara kontinyu maupun


partaian/batch. biasanya reaktor beroperasi dalam keadaan ajeg(stabil). Namun
kadang-kadang bisa juga beroperasi secara transien (berubah-ubah/tidak stabil).
Biasanya keadaan reaktor yang transien adalah ketika reaktor pertama kali
dioperasikan, misalnya : setelah perbaikan atau pembelian baru, dimana komponen
produk masih berubah terhadap waktu.
Biasanya bahan yang direaksikan ke dalam reaktor kimia adalah cairan dan
gas, namun kadang-kadang ada juga padatan yang diikutkan dalam reaksi, misalnya
: katalisator, reagentinert. tentu saja perlakuan terhadap bahan yang akan
direaksikan akan berbeda-beda tergantung mekanisme reaksinya.
Untuk memudahkan dalam mempelajari jenis-jenis reaktor kimia, maka
jenis reaktor kimia diklasifikasikan ke dalam proses, keadaan operasi, penggunaan
dan fasa. Sebenarnya klasifikasi ini dapat bermacam-macam dan bukan merupakan
aturan baku, namun dalam makalah ini penulis mencoba untuk menggabungkan
beberapa sumber sehingga diharapkan dapat lebih mudah dipahami. Lebih jelasnya
klasifikasi tersebut dapat dilihat pada diagram berikut :

A. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Bentuk

Reaktor dapat dibedakan yang paling sederhana adalah berdasarkan


bentuknya Terdapat Dua bentuk utama dari reaktor, antara lain :

1. Reaktor Tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal pengadukan sempurna, sehingga
komposisi dan Suhu didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat
dipakai untuk proses batch, Semi batch, dan proses alir.

2. Reaktor Pipa

Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut reaktor Alir


pipa. dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir
didalam pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.
B. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Keadaan Operasi

Reaktor Dapat dibedakan berdasarkan keadaan operasinya. hal ini


dapat dilakukan karena reaksi kimia biasanya disertai dengan penyerapan
atau pelepasan enegi berupa panas (endotermik, dan eksotermik), sehingga
dapat teramati melalui perubahan suhu dari komponen-komponen yang
terlibat dalam reaksi. klasifikasinya antara lain :

1. Reaktor Isotermal
Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor,
aliran yang keluar dari reaktor selalu beragam dan bersuhu sama.

2. Reaktor adiabatis
● Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor
dan sekelillingnya.

● Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi


dapat dipakai untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. ( K naik
dan –rA besar sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).
3. Reaktor Non-Adiabatis

C. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Keadaan Proses

Keadaan proses dalam industri terdapat 3 jenis yakni: Batch, Semi


batch, dan kontinyu. Berdasarkan 3 jenis proses ini juga digunakan dalam
membedakan 3 jenis reaktor yang digunakan, antara lain :

1. Reaktor Batch
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi
berkapasitas kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran
produk, batch distilation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, farmasi dan
fermentasi. Reaktor jenis ini memiliki ciri tidak terdapat aliran inlet atau
outlet selama operasi, memiliki pengaduk untuk mencampur reaktan, dan
dalam proses harus berurutan ( tidak dapat dilakukan bersamaan) antara
mengisi bahan baku, operasi, pengeluaran produk, cleaning, dan
conditioning untuk mengolah bahan baku berikutnya.
2. Reaktor semi-batch
Reaktor semi-batch umumnya berbentuk tangki berpengaduk, cara
operasinya adalah dengan jalan memasukan sebagian zat pereaksi ke dalam
reaktor, sedangkan zat pereaksi yang lain atau sisanya dimasukkan secara
kontinyu ke dalam reaktor. Ada material yang masuk selama operasi tanpa
dipindahkan, reaktan yang masuk bisa dihentikan, dan produk bisa
dipindahkan selama operasi waktu tertentu. tidak beroperasi secara steady
state. Contoh paling sederhana misalnya tangki fermentor, ragi dimasukkan
sekali ke dalam tangki (secara batch) namun CO2 yang dihasilkannya
dikeluarkan secara kontinyu. contoh lain adalah klorinasi, suatu reaksi cair-
gas, gas digelembungkan secara kontinyu dari dasar tangki agar bereaksi
dengan cairan di tangki yang diam (batch).

3. Reaktor Kontinyu
Reaktor kontinyu mempunyai aliran masukkan dan keluaran
(inlet/outlet) yang Terdiri dari campuran homogem/heterogen. Reaksi
kontinyu di operasikan pada kondisi steady, dimana arus aliran masuk sama
dengan arus aliran keluar. Reaktor kontinyu dibagi menjadi dua jenis utama,
yaitu :

a) Reaktor Air Tangki Berpengaduk (RATB) atau Continous Stirred Tank


Reaktor CSTR)
Biasanya Berupa tangki berpengaduk dengan asumsi pengadukan
sempurna, konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar
konsentrasi aliran yang keluar dsri reaktor. model ini biasanya digunakan
pada reaksi homogen dimana semua bahan baku dan katalisnya berfasa cair,
atau reaksi antara cair dan gas dengan katalis cair.
Reaktor CSTR dapat disusun secara seri maupunpararel seperti yang terlihat
pada gambar berikut:

Pemasangan secara seri akan meningkatkan kemampuan konversi


reaktor CSTR, semakin banyak jumlah yang dipasang seri maka
konversinya semakin mendekati reaktor PFR dengan volume yang sama.
Sementara pemasangan secara pararel umumnya bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas produksi dengan konversi yang sama.

● Kelebihan :

 Kontrol temperatur yang baik dapat mudah dijaga


 Relatif murah dalam instalasi
 Reaktor memiliki kapasitas panas yang besar
 Bagian dalam reaktor dapat mudah diakses saat perawatan

● Kekurangan :

 Konversi reaktan menjadi produk per volume reaktor relatif kecil


bila dibandingkan dengan jenis reaktor kontinyu lainnya.

CSTR umum digunakan pada industri proses, terutama dengan


reaksi homogen fasa cair, dimana diperlukan pengadukan yang konstan.
CSTR juga banyak digunakan pada proses biologi di industri dan dikenal
dengan sebutan fermentor. Contohnya pada industri antibiotik, dan waste
water treatment. fermentor mendegradasi atau menghancurkan molekul
berukuran besar menjadi berukuran lebih kecil dengan hasil samping pada
umunya adalah alkohol.
b) Reaktor Alir Pipa (RAP) atau Plug Flow reaktor(PFR)
Merupakan suatu reaktor berbentuk pipa yang beroperasi secara
kontinyu. Dalam PFR selama operasi bahan baku dimasukkan terus
menerus dan produk reaksi akan dikeluarkan secara terus menerus dan
produk reaksi akan dikeluarkan secara terus menerus sehingga tidak
menjadi pencampuran ke arah aksial dan semua molekul mempunyai waktu
tinggal reaktor yang sama besar.

Seluruh reaktan masuk melalui bagian inlet reaktor, semua


perhitungan dalam merancang PFR harus dengan asumsi bahwa tidak terjadi
back mixing, downstream, dan upstream. PFR memiliki efisiensi yang lebih
tinggi dibanding CSTR Pada volume yang sama. seperti pada reaktor CSTR,
reaktor PFR juga disusun secara seri maupun pararel seperti yang terlihat
pada gambar berikut :

Gambar 7. PFR seri


Gambar 6. PFR paralel

PFR yang dipasang seri maka konversinya akan sama dengan PFR tunggal yang
panjangnya sama dengan jumlah dari panjang tiap reaktor PFR penyusun,
Sementara untuk yang dipasang pararel tujuannya sama dengan CSTR, yakni
meningkatkan kapasitas produksi dengan konversi yang sama.

PFR memiliki aplikasi yang luas, baik dalam sistem fasa gas, maupun fasa
cair. umumnya digunakan pada sintesis amoniak dari unsur-unsur penyusunnya,
dan oksidasi menjadi sulfur trioksida.

D. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Penggunaan

Reaktor dapat dikasifikasikan berdasarkan tujuan penggunaan


akhirnya, contohnya adalah reaktor polimerisasi yang digunakan dalam
reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer penyusunnya, reaktor
biologi yang bisa digunakan untuk proses fermentasi sehingga disebut
sebagai fermentor.

E. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Fasa

Reaktor dapat diklasifikasikan berdasarkan fasanya, yakni reaktor


heterogen. Disebut reaktor homogen jika reaktan produk, dan atau
katalisnya berada pada fase yang sama. Contohnya adalah reaktor batch
dengan reaktan berfasa cair dan produk berfasa cair pula.
Sementara reactor heterogen adalah reactor dengan reaktan, produk, dan katalis
berada pada fase yang berbeda (dua fasa atau lebih). Contohnya adalah reactor
Trickle Bed dengan reaktan serta produk berupa fasa gas dan cair, sementara katalis
yang digunakan adalah padatan.

Gambar 8. Trickle Bed Reactor

JENIS REAKSI & KATALIS PADA REAKTOR

1. Jenis Reaksi Pada Reaktor


Seperti yang telah diketahui, reactor menrupakan tempat terjadinya reaksi
kimia. Jenis reaksi kimia dalam reactor secara garis besar dibagi ke dalam
beberapa jenis, antara lain :
 Kombinasi langsung atau reaksi sintetis
A + B = AB
 Dekomposisi/Penguraian atau reaksi analisis
AB = A + B
 Reaski substitusi tunggal
A + BC = AC + B
 Reaksi substitusi ganda/metatesis
AB + CD = CB
2. Katalis Pada Reaktor
Terkadang dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja reactor dengan cara
mempercepat tercapainya konversi reaksi tertentu dipergunakanlah katalis.
Katalis merupakan suatu zat yang digunakan untuk mempercepat reksi
tetapi terlepas, bahkan dapat dikatakan tidak ikut bereaksi. Berikut
merupakan contoh beberapa jenis reactor yang menggunakan katalis, antara
lain:
1. Shell and Tube Reactor
Seperti reactor pipa tetapi berupa bebrapa pipa yang disusun dalam
sebuah shell, reaksi berjalan di dalam pipa pipa dan
pemanas/pendingin di sehll. Alat ini digunakan apabila dibutuhkan
system transfer panas dalam reactor.

Gambar 9. Shell and Tube Reactor

2. Fix Bed Reactor


Merupakan reactor berbentuk pipa besae yang didalamnya berisi
katalisator padat. Biasanya digunakan untuk reaksi fasa gas dengan
katalisator padat. Apabila diperlukan proses transfer panas yang
cukup besar biasanya berbentuk fixed bed multitube, dimana reaktan
bereaksi didalam tube-tube yang berisi katalisator dan
pemanas/pendingin mengalir di luar tube.
Gambar 10. Fix Bed Reactor

3. Fluidized Bed Reactor


Biasanya digunakan untuk reaksi fasa gas katalisator padat dengan
umur katalisator yang sangat pendek sehungga harus cepat
diregenerasi, atau padatan dalam reactor adalah reaktan yang
bereaksi.

Gambar 12. Fluidized Bed Gambar 11. Schematic of Fluidized


Reactor Bed Reactor

4. Trickle Bes Reactor


Reactor Trickle bed adalah reactor dengan packing katalis dimana
fasa cair dan gas mengalir searah ke bawah yang mengalami
interaksi pada katalis padatan. Reactor ini digunakan untuk
memanaskan feed (umpan) menjadi vapour.
5. Slurry Reactor
Reactor ini menggunakan liquid sebagai reaktan dan solid sebagai
katalis. Biasanya terdiri dari liquid stirred tank, pada beberapa
keadaan, gas sebagai reaktan juga diembunkan melalui reaktan.
Keberadaan katalis sebaga slurry membuat penambahan dan
pengambilan katalis dalam proses menjadi mudah.

Gambar 13. Slurry reactor

IV. LANGKAH KERJA


1. Mempersiapkan larutan yang akan dihasilkan
2. Memasukkan larutan ke dalam feed tank 1 dan 2
3. Menghubungkan kabel ke soket dan menghidupkan switch ke
posisi ON
4. Mematikan value AF1 dan AF2 pada tangki terbuka dan valve
A31 dan A32 pada supply tank tertutup
5. Menghidupkan pump 1 dan pump 2 umpan akan mengalir ke
supply tank
6. Umpan akan megalir ke float flowmeter, dan akan didistribusikan
ke tiap-tiap reaktor
A. Mengoperasikan reaktor aliran tangki berpengaduk
1. Membuka valve V7 dan K7 untuk mengalirkan umpan ke
CSTR
2. Menghidupkan stirrer pada control panel
3. Mengukur nilai konduktivitas dari produk
4. Produk akan mengalir menuju produk tank untuk
dianalisa
5. Menutup valve V7 dan K7 untuk menghentikan aliran
reaktan
B. Mengoperasikan CSTR yang disusun seri
1. Memastikan bahwa valve A5 dan A6 dalam keadaan
tertutup
2. Membuka valve V5 dan K5 untuk mengalirkan umpan ke
CSTR 2
3. Menghidupkan stirrer pada tiap reaktor
4. Produk yang dihasilkan CSTR 2 akan mengalir ke CSTR
3
5. Mengukur nilai konduktivitas produk
6. Produk akan mengalir ke produk tank
7. Menutup valve V5 dan K5 untuk menghentikan aliran
masuk reaktor
8. Mematikan stirrer pada reaktor
9. Membuka valve A5 dan A6 untuk mengalirkan residu dari
reaktor
C. Mengoperasikan CSTR disusun parallel
1. Memastikan valve A5 dan A7 dalam keadaan tertutup
2. Membuka valve V5 dan V7 serta K5 dan K7 untuk
mengalirkan umpan kedalam reactor CSTR 2 dan 4
3. Menghidupkan stirrer pada reaktor
4. Mengukur nilai konduktivitas sampai konstan, membuka
valve V5 dan A7
5. Mengambil produk dari tiap-tiap reaktor
6. Menutup valve V5, K5 dan V7, K7 untuk menghentikan
aliran masuk
7. Mematikan stirrer
8. Melakukan analisa produk
D. Mengoperasikan packed column reactor
1. Menutup valve A8
2. Membuka valve V8 dan K8 untuk mengalirkan umpan
3. Reaktan akan naik ke kolom dan akan bereaki sehingga
kolom yang diisi dengan packed
4. Apabila packed column telah terisi penuh, produk akan
mengalir dari atas kolom
5. Membuka valve A8 untuk mengeluarkan produk
6. Menganalisa produk
E. Mengoperasikan plug flow reactor
1. Memastikan valve A9, A91 dan A92 dalam keadaan
tertutup
2. Membuka valve V9 dan K9 untuk menghasilkan reaktan
3. Reaktan akan naik ke PFR dan reaksi akan berjalan
melalui pipa
4. Produk dikeluarkan menuju produk tank
5. Menutup valve V9 dan K9 untuk menghentikan aliran
reaktan
6. Membuka valve A9, A91 dan A92 untuk mengeluarkan
produk
7. Menganalisa produk
V. DATA PENGAMATAN 2
1. Kecepatan : 100 rpm
Variasi Perlakuan Konduktivitas TDS Waktu Vol. V.
Tangki CH3COOH
2&4 Awal 12,5 5,2 3 mnt 28 detik 690 ml 190 ml
+ indikator 10,65 5,42
1 menit titrasi 8,33 4,15
2 menit titasi 8,25 4,12
3 menit titrasi 8,16 4,8
Awal 7,88 3,93
2&6 + indikator 7,89 3,96 2 mnt 26 detik 715 ml 215 ml
1 menit titrasi 7,85 3,92
2 menit titrasi 7,93 4,01

2. Kecepatan : 200 rpm

Variasi Perlakuan Konduktivitas TDS Waktu Vol. V.


Tangki CH3COOH
2&4 Awal 8 3,98 3 mnt 31 detik 700 ml 200 ml
+ indikator 7,8 3,91
1 menit titrasi 7,84 3,88
2 menit titasi 7,73 3,86
3 menit titrasi 7,74 3,86
Awal 7,68 3,86
2&6 + indikator 7,62 3,82 2 mnt 32 detik 690 ml 190 ml
1 menit titrasi 7,69 3,84
2 menit titrasi 7,67 3,82

3. Kecepatan : 300 rpm


Variasi Perlakuan Konduktivitas TDS Waktu Vol. V.
Tangki CH3COOH
2&4 Awal 7,77 3,87 3 mnt 44 detik 710 ml 210 ml
+ indikator 7,72 3,86
1 menit titrasi 7,86 3,92
2 menit titasi 7,81 3,90
3 menit titrasi 7,80 3,86
Awal 7,89 3,95
2&6 + indikator 7,93 3,96 2 mnt 34 detik 700 ml 200 ml
1 menit titrasi 7,55 3,78
2 menit titrasi 7,56 3,78
VI. DATA PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan

 NaOH 0,1 M

Gr = M.V.BM

= 0,1 M. 30 L. 40 gr/mol

= 120 gr

 CH3COOH 0,1 M

M1 : %. . 1000

Bm

: 1. 1,05. 1000
60

M1 . V1 : M2 .V2

17,5 . V1 : 0,1 M . 30 L

V1 : 0,171 L

2. Menghitung nilai konduktivitas ke konsentrasi

Dik : 1 μs/ dm = 0,5 ppm (TDS)

Konsentrasi : = 10-3 mol

BM NaOH : 40 gr/mol

BM CH3COOH : 60 gr/mol

BM CH3COOH : 82 gr/mol

Reaksi : NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

 Laju pengadukan 100 rpm

a. Pada laju air 2&4 L/h

TDS = 4,8 µs/cm × 0,5

= 2,4 mg/L
= 2,4 × 10-3 g/L

c CH3COONa =

= 2,4 x 10-3 gr/L


82 gr/mol

c CH3COONa = 2,9268 × 10−5 𝑚𝑜𝑙/𝐿

b. Pada laju alir 2&6 L/h

TDS = 4,01 µs/cm × 0,5

= 2,005 mg/L

= 2,005 × 10-3 g/L

c CH3COONa =

= 2,005 x 10-3 gr/L


82 gr/mol

c CH3COONa = 2,4451× 10−5 𝑚𝑜𝑙/𝐿

 Laju pengadukan 200 rpm

a. Pada laju air 2&4 L/h

TDS = 3,86 µs/cm × 0,5

= 1,93 mg/L

= 1,93 × 10-3 g/L

c CH3COONa =

= 1,93 x 10-3 gr/L


82 gr/mol

c CH3COONa = 2,3536 × 10−5 𝑚𝑜𝑙/𝐿

 Laju Pengadukan 300 rpm

a. Pada laju air 2&4 L/h

TDS = 3,86 µs/cm × 0,5


= 1,93 mg/L

= 1,93 × 10-3 g/L

c CH3COONa =

= 1,93 x 10-3 gr/L


82 gr/mol

c CH3COONa = 2,3536 × 10−5 𝑚𝑜𝑙/𝐿

b. Pada laju alir 2&6 L/h

TDS = 3,78 µs/cm × 0,5

= 1,89 mg/L

= 1,89 × 10-3 g/L

c CH3COON =

= 1,89 x 10-3 gr/L


82 gr/mol

c CH3COONa = 2,3048 × 10−5 𝑚𝑜𝑙/𝐿


VII. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum yang telah dilakukan, yaitu CSTR 2 kali ini bertujuan agar
dapat mengoperasikan reaktor CSTR dan dapat menghitung konversi pada
reaktan. Pada praktikum yang kedua ini dilakukan variasi kecepatan pengadukan
yaitu 100 rpm, 200 rpm, dan 300 rpm. Reaktor CSTR ( Continos Stirred Tank
Reactor) atau Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) biasanya berupa tangki
berpengaduk degan asumsi pengadukan sempurna. Konsentrasi tiap komponen
dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor.Adapun
reaktan yang digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH) dan asam asetat
(CH3COOH).

Pada praktikum ini dlakukan reaksi antara NaOH dan CH3COOH yang
akan menghasilkan suatu reaksi sebagai berikut :

NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

Selanjutnya, yaitu mengoperaskan alat reaktor CSTR diawali dengan


menghidupkan alat reaktor, menghidupkan stirrer pada reaktor dan mengatur
kecepatan putaran stirrer pada variasi 100 rpm, 200 rpm, dan 300 rpm. Pada percobaan
pertama menghidupkan terlebih dahulu pompa basa (NaOH), lalu mengalirkan larutan
basa sampai 500 ml, selanjutnya larutan basa dalam CSTR ditetesi dengan indikator pp
baru kemudiann mengalirkan larutan asam, dengan cara menghidupkan pompa asam
bersamaan dengan dimulainya stopwatch. Langkah tersebut dilakukan sebanyak tiga
kali percobaan dengan kecepatan pengadukan yang bervariasi dan dengan laju alir
yang bervariasi. Pda percobaan kedua melakukan hal yang sama seperti percobaan
pertama, namun asam ( CH3COOH) terlebih dahulu dialirkan, lalu kemudian basa.

VIII. KESIMPULAN

Pada praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

1) Reactor CSTR (Countinous Stirred Tank Raector) adalah reactor tangka


berpengaduk dimana kosentrasi tiap komponen dalam reactor seragam
dengan besar konsentrasi aliran yang keluar reactor
2) Pada praktikum CSTR yang kedua ini perbedaannya dengan yang pertama
ialah laju alir yang dihidupkan hanya satu saat percobaan, baik basa maupun
asam
1. Grafik pada laju alir 2&4 l/jam

Kurva waktu vs konduktivitas pada


kecepatan pengadukan 100rpm
7,562
7,56 2; 7,56
konduktivitas

7,558
7,556
7,554
7,552 Series1
7,55 1; 7,55
7,548
0 0,5 1 1,5 2 2,5
waktu (menit)

Kurva waktu vs konduktivitas pada


kecepatan pengadukan 200rpm
7,562
7,56 2; 7,56
konduktivitas

7,558
7,556
7,554
7,552 Series1
7,55 1; 7,55
7,548
0 0,5 1 1,5 2 2,5
waktu (menit)

Kurva waktu vs konduktivitas pada


kecepatan pengadukan 300rpm
7,562
7,56 2; 7,56
konduktivitas

7,558
7,556
7,554
7,552 Series1
7,55 1; 7,55
7,548
0 0,5 1 1,5 2 2,5
waktu (menit)
2. Grafik pada laju ali 2&6 l/jam

Kurva waktu vs konduktivitas pada


kecepatan pengadukan 100rpm
7,562
7,56 2; 7,56
konduktivitas

7,558
7,556
7,554
7,552 Series1
7,55 1; 7,55
7,548
0 0,5 1 1,5 2 2,5
waktu (menit)

Kurva waktu vs konduktivitas pada


kecepatan pengadukan 200rpm
7,562
7,56 2; 7,56
konduktivitas

7,558
7,556
7,554
Series1
7,552
7,55 1; 7,55
7,548
0 0,5 1 1,5 2 2,5
waktu (menit)

Kurva waktu vs konduktivitas pada


kecepatan pengadukan 300rpm
7,562
7,56 2; 7,56
konduktivitas

7,558
7,556
7,554
Series1
7,552
7,55 1; 7,55
7,548
0 0,5 1 1,5 2 2,5
waktu (menit)

Anda mungkin juga menyukai