Bab 2
Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
5
6
1. Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengatur semua bahan kimia,
oksigen dan zat makanan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil
buangan lain.
3. sel darah putih menyediakan banyak bahan perlindungan dan arena gerakan
fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh
5. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantara darah.
7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah
pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan
jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu
1. Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Zat-zat
yang terdapat dalam plasma darah adalah sebagai berikut : (1) Fibrinogen
(garam kalsium, kalium dan natrium) yang berguna dalam metabolisme dan
amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin), (5) Hormon yaitu suatu zat
2. Sel-sel darah yang terdiri atas komponen-komponen : (1) Eritrosit : sel darah
merah, (2) Leukosit : sel darah putih dan (3) Trombosit : butir pembeku darah
1. Struktur Eritrosit
sel secara cepat dengan jarak yang pendek anatara membaran dan inti sel.
disebut Hemoglobin. Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan
ribosom, serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis,
Komponen eritrosit terdiri atas : (1) Membran eritrosit, (2) Sistem enzim :
besi dan globin (bagian protein yang terdiri atas dua rantai alfa dan dua rantai
beta).
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah merah.
dalam sumsum tulang, dimana sistem eritrosit menempati 20% - 30% bagian
jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Eritrosit berinti berasal
dari sel induk multipotensial dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial ini
membentuk DNA yang diperlukan untuk tiga sampai empat kali fase mitosis.
Melalui empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit.
normal sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asm folat, piridoksin
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perubahan morfologi sel yang
terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat
semakin kecil akibat mengecilnya inti sel, (2) Inti sel menjadi makin padat dan
9
dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam sitoplasma
sel.
Jumlah eritrosit bayi baru lahir berkisar antara 5,0-7,5 juta/mm3. Untuk
mempunyai hitung eritrosit yang lebih tinggi dari orang dewasa. Usia eritrosit
fetal (80-100 hari) lebih pendek dari orang dewasa (kurang lebih 120 hari), dan
jumlah sel darah merah mulai menurun sedikit setelah lahir. Penurunan ini terus
sampai 3-4 juta/mm3 pada minggu ke 8-10 setelah lahir, ketika aktifitas
erithropoetik meningkat.
dan proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan
yaitu : (1) Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool
protein dan dapat dgunakan kembali, (2) Komponen hem akan dipecah menjadi
dua yaitu : Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang dan
dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening (tidak berwarna). Sel darah
putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis dari golongan sel
10
ini adalah golongan yang tidak bergranula yaitu limfosit T dan B, monosit dan
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang
yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti dan hidup sekitar 100
hari. Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109/liter, sekitar 30-40%
terkonsertasi di dalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah (Handayani dan
Sulistyo, 2008)
2.2 Hepar
Hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak di bagian teratas
dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati secara luas
dilindungi iga. Hati terbagi dalam dua belahan utama kanan dan kiri. Permukaan
atas berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma, permukaan bawah tidak
pembuluh darah yang masuk-keluar hati. Hati dibagi lagi menjadi 4 belahan dan
setiap belahan atau lobus terdiri atas lobulus. Lobulus ini terbentuk polyhedral
(segi banyak) dan terdiri atas sel hati terbentuk kubus, dan cabang-cabang
langsung dari organ dan vena porta memasukkan darah yang telah melalui
kapiler-kapiler dari limpa dan saluran cerna. Dua pertiga dari darah berasal dari
1. Sel parenkim hepar (hepatosit) yang terdiri dari 60% masa hepar bertanggung
jawab untuk konjugasi bilirubin dan untuk ekskresi ke dalam sel empedu.
2. Hepar merupakan pusat aktifitas metabolik bagi karbohidrat, protein dan lipid.
3. Hepar mendetoksikasi banyak produk metabolik serta obat dan toksin, sering
4. Hepar mengeksresikan banyak zat alamiah dan benda asing ke dalam saluran
bilier.
5. Hepar menyimpan berbagai senyawa termasuk besi dan vitamin B12 serta
vitamin A.
endotetial.
dan mengeksresikan 5-10 kali bahan bilirubin normal yaitu sekitar 500 mol/24
jam. Enzim yang bertanggung jawab untuk konjugasi belum aktif penuh pada
minggu untuk berkembang dan juga pada prematuritas ada kapasitas untuk
mengeksresikan beban bilirubin normal dan beban ini mungkin meningkat karena
2.3 Bilirubin
2.3.1 Fisiologi
kuningan dalam empedu disebabkan oleh bilirubin. Zat yang sangat tua warnanya
dibuat oleh sel-sel sistem retikuloendotel dan potongan hem yang berasal dari
hemoglobin, yakni zat lain yang juga amat berwarna. Hem dioksidasi menjadi
bilirubin pada proses penuaan normal eritrosit atau bila eritrosit rusak sebelum
waktunya, bilirubin yang tidak larut itu diikat erat pada albumin untuk diangkut
larut menjadi satu konjugat larut air yang diekskresikan ke dalam empedu
(Frances, 1995)
2.3.2 Metabolisme
biliverdin. Setelah mengalami reduksi biliverdin menjadi bilirubin bebas, yaitu zat
yang larut lemak dan sulit larut dalam air. Bilirubin ini mempunyai sifat lipofilik
yang sulit diekskresi dan mudah melewati membran biologik seperti plasenta dan
sawar otak. Di dalam plasma bilirubin bebas tersebut terikat atau bersenyawa
reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam hepatosit. Di dalam sel bilirubin
akan terikat dan bersenyawa dengan ligadin yaitu protein Y, protein Z dan
13
(Asrining, 2003)
sifat-sifat bilirubin. Bilirubin yang terkonjugasi tidak larut dalam lemak tapi larut
dalam air dan dapat diekskresikan dalam urine, sedangkan bilirubin tak
terkonjugasi larut dalam lemak tapi tidak larut dalam air dan tidak dapat
diekskresi dalam urine. Transpor bilirubin terkonjugasi melalui membran sel dan
ekskresi ke dalam kanakuli empedu oleh proses aktif merupakan langkah akhir
2.3.5 Ekskresi
yang dinamakan sterkobilin atau urobilinogen. Zat ini menyebabkan warna feses
Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lendir,
kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Ikterus fisiologik adalah ikterus
yang terjadi karena metabolisme normal bilirubin pada bayi baru lahir usia
minggu pertama. Peningkatan kadar bilirubin terjadi pada hari kedua dan ketiga
14
dan mencapai puncaknya pada hari kelima sampai ketujuh, kemudian menurun
buatan. Paling baik ialah dengan cahaya matahari dan dengan menekan sedikit
kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna pengaruh sirkulasi. Ikterus
biasanya bermanifestasi pada kadar yang lebih rendah pada yang berkulit putih
dan lebih tinggi pada orang kulit berwarna. Pengalaman membuktikan bahwa
derajat intensitas ikterus tidak selalu sama dengan tingginya kadar bilirubin darah
(Wiknjosastro, 1999)
Penampilan klinis dari ikterus jelas terlihat jika bilirubin antara 7 mg/dl
sampai 8 g/dl pada neonatus tetapi ikterus fisiologis dapat menjadi patologis pada
terjadi pada sebagian besar neonatus. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar
eritrosit neonatus dan umur eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan fungsi
hepar yang belum matang. Hal ini merupakan keadaan yang fisiologik. Pada
liquor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu,
janin dan neonatus diduga sama besarnya tetapi kesanggupan hepar mengambil
bilirubin, gangguan up take dan ekskresi bilirubin serta adanya reabsorpsi dari
bilirubin melalui usus. Semua faktor diatas bersama-sama menyebabkan apa yang
1983)
fisiologik maka ikterus tersebut pada umumnya akan mencapai puncaknya pada
hari kelima sampai hari ketujuh dengan kadar bilirubin serum total paling tinggi
15 mg/dl dan kadar tersebut akan kembali normal pada hari ke 14 (Soemohardjo,
1983)
patologi. Tingginya kadar bilirubin yang dapat efek patologi pada setiap bayi
kelahiran dan b) peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl atau lebih tia 24 jam
(Asrining, 2003)
Etiologi ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri atau pun
1. Produksi eritrosit yang belebihan, lebih dari pada kemampuan bayi untuk
inkompatibilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain, difesiensi enzim G6PD,
2. Gangguan dalam proses absorbsi dan konjugasi hepar, di dalam hepar bilirubin
dikeluarkan dalam bentuk bilirubin dan sebagian lagi dalam bentuk sterkobilin.
imunoglobulin, enzim dan hormon serta protein spesifik dan zat gizi lainnya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan sang anak jadi pemberian hanya air susu ibu
saja tanpa pemberian makanan atau minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai
berusia 6 bulan.
karena ASI mengandung protein khusus, yaitu taurin. Juga mengandung laktosa
dan asam lemak ikatan panjang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
susu sapi/kaleng. Kandungan ASI menghindarkan bayi dari bahaya infeksi dan
bayi 6 bulan.