Pajak - Kelompok 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB III

SPT TAHUNAN
WAJIB PAJAK BADAN

Oleh:
Kelompok 3

Ni Kadek Arianti (12)


Ni Kadek Dwi Putri (16)
Ni Komang Yuniasih (19)
Ni Luh Putu Nita Cahyani Putri (20)
Ni Nyoman Sancita Dewi (22)
Putu Farina Cahyarani (33)

SMK N 1 GIANYAR
Tahun Ajaran 2023/2024
Laporan Keuangan Wajib Pajak Badan

A. Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama
yaitu neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan disusun dengan maksud menyediakan
informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yanag berkepentingan sebagai
bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Laporan keuangan, dalam proses
pembuatannya terbagi atas:
a. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menyajikan penghasilan dan beban entitas
untuk suatu periode yang merupakan kinerja keuangannya. Di dalam laporan laba
rugi, suatu perusahaan dianggap mengalami laba apabila jumlah pendapatannya lebih
besar dari jumlah beban yang dikeluarkan.
b. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas
pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu.
c. Neraca
Neraca atau laporan posisi keuangan merupakan informasi yang menyajikan asset,
kewajiban, dan ekuitas suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode
akuntansi yang menunjukkan pesisi keuangan dari perusahaan tersebut pada akhir
periode.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi perubahan kas dan
setara kas estitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama
satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

B. Pengertian Wajib Pajak


Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang atau kelompok yang bergabung dan
bekerjasama dalam bentuk modal yang diwajibkan untuk terlibat dalam ketentuan perpajakan
terlepas dari mereka melakukan usaha atau tidak melakukan usaha.

C. Menghitung Pajak Penghasilan


Penghitungan Pph terutang berdasarkan pasal 31 E UU Pph No. 36 Tahun 2008 dibagi
menjadi dua cara, yaitu:
i. Jika peredaran bruto sampai Rp. 4.800.000.000,00 maka perhitungan Pph terutangnya
adalah,

Pajak penghasilan = 50% x 25% x seluruh Penghasilan Kena Pajak

ii. Jika peredaran bruto lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 sampai Rp. 50.000.000.000,00
maka penghitungan Pph terutang adalah sebagai berikut,
Pajak Penghasilan = (50% x 25%) x PKP dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas + 25% x PKP dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas

Rekonsiliasi Fiskal

A. Pengertian Rekonsiliasi Fiskal


Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba akuntansi yang berbeda
dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto atau laba yang sesuai dengan
ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak badan dan wajib pajak
orang pribadi yang wajib menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan pendekatan
akuntansi (komersial). Koreksi fiskal dapat dikelompokkan menjadi beda permanen
(permanent differences) dan beda sementara (timing differences).

B. Cara Membuat Rekonsialiasi Fiska


Rekonsiliasi Fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak yang pembukuannya menggunakan
pendekatan akuntansi komersial yang bertujuan memepermudah mengisi SPT Tahunan Pph
dan menyusun laporan keuangan fiskal yang harus dilampirkan pada saat menyampaikan SPT
Tahunan Pph. Koreksi fiskal terdiri dari dua macam, yaitu
A. Koreksi positif, terjadi apabila laba menurut fiskal bertambah. Koreksi fiskal positif
biasanya dilakukan akibat adanya hal-hal berikut:
 Beban yang tidak diakui oleh pajak
 Peyusutan komersial lebih besar daripada peyusutan fiskal
 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal
 Peyusutan fiskal positif lainnya
B. Koreksi negatif, yang terjadi apabila laba menurut fiskal berkurang. Koreksi negative
biasanya dilakukan akibat adanya hal-hal seperti:
 Penghasilan tidak termasuk obajek pajak
 Penghasilan dikenakan Pph final
 Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal
 Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal
 Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK BADAN

A. Jenis SPT Tahunan Wajib Pajak Badan


SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan terdiri atas Induk SPT dan lampiran-lampiran yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Wajib pajak badan melaporkan pajak
yang terutang selama satu tahun pajak dengan menggunakan formulir SPT Tahunan
Badan 1771. Formulir umum SPT Tahunan Badan 1771 terdiri dari enam formulir umum,
yaitu:
 Formulir 1771 I
merupakan formulir isian untuk memberitahukan laporan keuangan komersial
dan penghitungan penghasilan neto fiskal.
 Formulir 1771 II
merupakan formulir yang diisi untuk memberitahukan perincian harga pokok
penjualan (HPP), biaya usaha secara komersial, dan biaya dari luar usaha.
 Formulir 1771 III
Formulir 1771 III merupakan formulir yang diisi untuk melaporkan kredit pajak
dalam negeri.
 Formulir 1771 IV
Formulir ini merupakan formulir yang digunakan untuk melaporkan jumlah
penghasilan yang dikenakan PPh final, jumlah PPh final yang dibayarkan dan
jumlah penghasilan yang bukan merupakan objek PPh selama tahun pajak yang
bersangkutan
 Formulir V
Formulir ini merupakan formulir yang digunakan untuk melaporkan daftar
pemegang saham/pemilik modal dan jumlah dividen yang dibagikan serta daftar
susunan pengurus dan komisaris.
 Formulir VI
Formulir ini merupakan formulir yang digunakan untuk melaporkan daftar
penyertaan modal pada perusahaan afiliasi, daftar utang dari pemegang saham
dan/atau perusahaan afiliasi, daftar piutang kepada pemegang saham dan/atau
perusahaan afialisi.

Selain formulir umum, di dalam SPT 1771 juga terdapat Lampiran khusus yang terdiri dari:
 Lampiran khusus 1A
Yang berisikan tentang daftar penyusutan dan amortisasi fiskal
 Lampiran khusus 2A
Yang berisikan tentang perhitungan kompensasi kerugian fiskal
 Lampiran khusus 3A
Yang berisikan tentang pernyataan transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa
 Lampiran khusus 3A-1
berisikan tentang pertanyaan pada pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa
 Lampiran khusus 3A-2
berisikan tentang pernyataan transaksi dengan pihak yang merupakan penduduk
negara Tax Haven Country

 Lampiran khusus 4A
Berisikan tentang daftar fasilitas penanaman modal
 Lampiran khusus 5A
berisikan tentang daftar cabang utama perusahaan
 Lampiran khusus 6A
berisikan tentang perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4)
 Lampiran khusus 7A
Berisikan tentang kredit pajak luar negeri
 Lampiran khusus 8A-1
Berisikan tentang transkrip kutipan elemen – elemen dari laporan keuangan
perusahaan industri manufaktur
 Lampiran khusus 8A-2
Berisikan tentang transkrip kutipan elemen – elemen dari laporan keuangan
perusahaan dagang
 Lampiran khusus 8A-3
Berisikan tentang transkrip kutipan elemen – elemen dari laporan keuangan bagi
bank konvensional
 Lampiran khusus 8A-4
Berisikan tentang transkrip kutipan elemen – elemen dari laporan keuangan bagi
bank syariah
 Lampiran khusus 8A-6
Berisikan tentang transkrip kutipan elemen – elemen dari laporan keuangan
diperuntukan bagi non kualifikasi
 Lampiran khusus 8A-7
Berisikan tentang transkrip kutipan elemen – elemen dari laporan keuangan bagi
dana pensiun
 Lampiran khusus 8A-8
Berisikan tentang transkrip kutipan elemen- elemen dari laporan keuangan
perusahaan pembiayaan

B. Menghitung PPh Wajib Pajak Badan Terkait Aturan PP Nomor 46 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 memuat tentang diberlakukannya tarif


PPh Final 1% yang ditujukan kepada Wajib Pajak pribadi dan badan yang memiliki
penghasilan dengan omzet usaha dibawah 4,8 miliar dalam satu tahun.
Dalam peraturan pemerintah No. 46 Tahun 2013 tersebut dipaparkan poin-poin
sebagai berikut :

a) Besar penghasilan Wajib Pajak yang diperoleh dari usaha memiliki


peredaran bruto dibawah 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak.
b) Omzet atau peredaran bruto yang dimaksud merupakan jumlah peredaran
bruto semua gerai, outlet, maupun counter atau semacamnya baik itu pusat
ataupun cabang.
c) Ketentuan pembayaran pajak terutang harus dibayar sebesar 1% dari jumlah
peredaran bruto.
Subjek Pajak, Non Subjek Pajak dan Non Objek Pajak Dalam PP No. 46

Tahun 2013

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, yang dimaksud Subjek


Pajak adalah orang pribadi dan badan yang menerima penghasilan dari usaha
dengan peredaran bruto dibawah 4,8 miliar dalam satu tahun pajak.
Sementara yang dimaksud sebagai Non Subjek Pajak dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013 adalah orang pribadi yang menjalankan aktivitas
perdagangan atau jasa yang menggunakan sarana bongkar pasang serta
memanfaatkan tempat umum.
Non Subjek Pajak lainnya adalah badan yang belum beroperasi secara komersial
atau beroperasi dalam jangka waktu satu tahun setelah beroperasi komersial, tetapi
telah menerima peredaran bruto lebih dari 4,8 miliar.

Kedua kategori Non Subjek Pajak tersebut baik orang pribadi maupun badan yang
telah dijelaskan wajib menjalankan ketentuan perpajakan sesuai dengan UU KUP
maupun UU PPh.

Pengecualian untuk Non Objek Pajak Berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013

Ada pengecualian untuk Non Objek Pajak yang tidak dikenakan pajak berdasarkan
PP No. 46 Tahun 2013 meskipun memiliki usaha dengan peredaran bruto dibawah
4,8 miliar.

Non Objek Pajak dalam PP No. 46 Tahun 2013 adalah penghasilan dari jasa terkait
dengan pekerjaaan bebas, di antaranya adalah dokter, advokat atau pengacara,
PPAT, notaris, akuntan, pembawa acara, pemain musik, dan segala ketentuan yang
dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (2) PP No. 46 Tahun 2013.

Sementara orang pribadi yang melakukan jasa terkait dengan pekerjaan bebas
berikut adalah pengecualian pengenaan pajak pada PP No. 46 Tahun 2013.
Sehingga perhitungan tarif pajak penghasilan yang diberlakukan adalah tarif umum.

Pekerjaan- pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan atau
peragawati, pemain drama, dan penari
3. Olahragawan
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah
6. Agen iklan
7. Pengawas atau pengelola proyek
8. Perantara
9. Petugas penjaja barang dagangan
10. Agen asuransi; dan
11. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (MLM) atau penjualan
langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya
Jenis-jenis pekerjaan yang telah dipaparkan dapat menggunakan acuan Pasal 14
Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 tentang Norma Perhitungan Penghasilan
Netto (NPPN).

Wajib Pajak Objek Pajak (WPOP) yang melakukan akltivitas usaha atau pekerjaan
bebas dengan peredaran bruto dalam satu tahun dibawah 4,8 miliar dapat
melakukan perhitungan pajak berdasarkan acuan Norma Perhitungan Penghasilan
Netto tersebut.

Untuk Wajib Pajak Objek Pajak (WPOP) yang memiliki peredaran bruto dibawah
4,8 miliar tidak perlu menyelenggarakan pembukuan karena boleh melakukan
perhitungan penghasilan netto dengan norma.

Pembahasan Kasus-Kasus
Studi kasus 1 (Perhitungan pajak penghasilan dengan tarif pph pasal 31 E UU Pph No. 36
Tahun)

PT Usaha Sukses bergerak di bidang mebel. Data pada tahun 2012 menurut pembukaan
adalah sebagai berikut:

Penjualan Rp. 4.250.000.000


Persediaan 1 januari 2012 Rp. 850.000.000
Pembelian selama tahun 2012 Rp. 3.250.000.000(+)
Tersedia Dijual Rp. 4.100.000.000
Persediaan 31 Desember 2012 Rp. 750.000.000(-)
Harga Pokok Penjualan Rp. 3.350.000.000(-)
Laba Bruto Usaha Rp. 900.000.000
Beban Operasional Usaha:
Biaya Gaji Rp. 92.500.000
Biaya Penyusutan Rp. 62.500.000
Biaya Perlengkapan Kantor Rp. 12.250.000
Biaya Perjalanan Dinas Rp. 14.500.000
Biaya Bunga Rp. 22.500.000
Biaya Sewa Gedung Rp. 24.500.000
Biaya Teleppon dan Listrik Rp. 13.500.000(+)
Total Biaya Rp. 240.250.000(+)
Laba Neto Usaha Rp. 659.750.000

Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang:

Rumus: Pajak Penghasilan = 50% x 25% x seluruh penghasilan kena pajak

Pajak Penghasilan = 50% x 25% X Rp. 659.750.000 = Rp. 82.468.750

Maka pajak penghasilan yang harus dibayar PT Usaha Sukses adalah Rp. 82.468.750

Kasus 2 (Perhitungan Rekonsiliasi Fiskal)

I. Data Wajib Pajak

Nama Wajib Pajak : PT Mustika Jaya Abadi


NPWP : 01.333.444.1.234.000
Alamat Kedudukan : Jl. Gajah Mada No. 40, Semarang
Nomor Telepon/Faks : (024) 76270255
Jenis Usaha : Dealer Sepeda Motor
Klasifikasi Badan : Perseroan Terbatas (PT)
Jenis Usaha : Perdagangan Alat Elektronik
Periode Pembukuan : Januari s.d. Desember 2015
Opini Auditor : Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Nama KAP : KAP Lusiana dan Rekan
NPWP KAP : 01.390.279.8-001.000
Nama Akuntan Publik : Fajar Ningrum, S.E.,M.Ak., CA
NPWP : 01.567.896.8-001.000
Nama Direktur : Andhi Saputro, S.E., M.M.
NPWP Direktur : 01-432.123.8-001.000
Alamat Direktur : Jl. Majapahit No 7 Semarang

II. Kegiatan Usaha


PT Mustika Jaya Abadi adalah salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang
perdagangan sepeda motor. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2009 dan terdaftar sebagai
wajib pajak pada tahun yang sama di KKP Pratama, Semarang Timur. Dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya, PT Mustika Jaya Abadi menggunakan pembukuan. Berikut data
milik PT Mustika Jaya Abadi.

1. Pemegang Saham

NAMA ALAMA NPWP JUMLAH MODAL DIVIDEN


T INVESTOR
Alfian Jl. 16.345.645.8.001.000 800.000.000.000 40% 80.000.000
Mangga
No. 10
Semarang
Revaldin Jl. Nangka 16.678.532.8.001.000 600.000.000 30% 60.000.000
No. 25
Semarang
Mutiara Jl. Nanas 04.785.827.8.001.000 400.000.000 20% 40.000.000
No. 50
Semarang
Azahra Jl. Durian 01.886.321.8.001.000 200.000.000 10% 20.000.000
No. 75
Semarang

2. Daftar penyusutan asset menurut akuntansi

PERHITUNGAN PENYUSUTAN ASET (METODE GARIS LURUS)


JENIS TANGGAL UMUR KAS NILAI BEBAN
ASET PEROLEH EKONOM PEROLEHA RESIDU PENY.
AN IS N (Rp) PER
TAHUN
Gedung 2 Januari 25 Tahun 1.900.000.000 150.000.000 70.000.000
2000
Kendaraan 4 Mei 2009 10 Tahun 480.000.000 60.000.000 42.000.000
Mesin 1 Januari 8 Tahun 160.000.000 16.000.000 18.000.000
2012
Peralatan 2 Juni 2012 5 Tahun 90.000.000 10.000.000 16.000.000
Investasi 6 Januari 5 Tahun 30.000.000 8.000.000 4.400.000
2013
3. Laporan Laba Rugi

PT Mutika Jaya Abadi


Laporan Laba/Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2014

Peredaran Usaha 10.479.080.000


Harga Pokok Penjualan
Saldo awal 1.300.800.000
Pembelian 7.496.942.000
Tersedia dijual 8.797.742.000
Persediaan akhir 940.980.000
Harga pokok penjual 7.856.762.000
Laba Bruto Usaha 2.622.318.000
Beban Penjualan
Beban gaji staf penjualan 81.400.000
Beban iklan 41.300.000
Beban penyusutan 150.400.000
Biaya perjalanan dinas 110.000.000
Jumlah beban penjualan (443.300.000)
Beban administrasi:
Beban gaji staf admiistrasi 80.280.000
Beban Sewa 14.480.000
Beban pajak 108.000.000
Beban jasa audit 60.000.000
Beban rekreasi karyawan 12.000.000
Bahan habis pakai 3.040.000
Beban adm lainnya 3.340.000
Jumlah beban administrasi (281.140.000)
Laba neto usaha 1.897.878.000
Pendapatan dan biaya lain
Pendapatan sewa 70.820.000
Pendapatan bunga 8.000.000
Beban bunga (4.880.000)
Total pendapatan dan biaya lain 73.940.000
LABA NETO 1.971.8118.888
Informasi Tambahan:

a. Beban gaji staf penjualan sebesar Rp 81.400.000 termasuk di dalamnya pembelian isi
ulang ponsel senilai Rp 4.800.000. Pemberian ini hanya sebagai kenikmatan yang
diberikan perusahaan dan tidak ada hubungan dengan promosi ataupun pemasaran
produk. Sementara itu, beban gaji staf administrasi sebesar Rp 7.000.000; diberikan
dalam bentuk natura berupa beras, gula, dan minyak goreng.
b. Total pendapatan sebesar Rp 70.820.000; terdiri dari pendapatan perusahaan atas
Gedung yang disewakan kepada PT. Nusantara Sakti senilai Rp 20.000.000 dan sewa
kenderaan yang disewa PT Karya Mandiri (NPWP 01.345.678.8.001.000) SENILAI
Rp50.820.000,00. PT Karya Mandiri mendirikan nomor bukti pemotongan 09/PPh-
23/05/15 tertanggal 10 Mei 2015.
c. Perusahaan memiliki simpanan di bank Mandiri dalam bentuk deposito sebesar
Rp400.000.000,00. Suku bunga deposito tersebut 10% per tahun. Pendapatan bunga
sebesar Rp8.000.000,00 yang tercantum dalam laporan laba rugi berasal dari
deposito tersebut. Pajak atas bunga deposito 20% (PPh Pasal 4 Ayat 2 atas deposito).
d. Perusahaan melakukan impor barang senilai Rp1.370.000.000,00. Kredit pajak PPh
Pasal 22 atas impor tersebut telah dipungut pihak Bea dan Cukai (NPWP
00.554.886.8.001.000) SEBESAR Rp102.750.000,00 dengan nomor bukti pemotongan
08/PPh-22/08/15 tertanggal 10 Agustus 2015.
e. Beban administrasi lain-lain, didalamnya terdapat sumbangan kepada Masyarakat di
sekitar lingkungan perusahaan sebesar Rp2.000.000,00.
f. Angsuran PPh Pasal 25 per bulan yang dilaporkan adalah Rp9.000.000,00, atau total
angsuran PPh Pasal 25 sepanjang tahun 2015 yang tercantum dalam laporan laba
rugi adalah Rp108.000.000,00.
g. Biaya perjalanan, yang didalamnya terdapat biaya perjalanan keluarga pemegang
saham sebesar Rp20.000.000,00 (beban ditangguhkan).
h. Beban rekreasi karyawan dan keluarga Rp12.000.000,00; merupakan imbalan dalam
bentuk natura menurut aturan perpajakan sehingga beban tersebut tidak dapat
dibebankan dalam laporan keuangan fiskal.

Diminta:

Buatlah Rekonsiliasi fiskal yang dibutuhkan.

Jawab:

Menurut Rekonsiliasi Fiskal Menurut Fiskal


Akuntansi Koreksi Positif Koreksi
Negatif
Penghasilan usaha dalam
negeri:
Penjualan neto 10.479.080.000,00 10.479.080.000,00
Beban pokok penjualan
Persed. Per 1 Jan 2015 1.300.800.000,00 1.300.800.000,00
Harga pokok pembelian 7.496.942.000,00 7.496.942.000,00
Barang yang tersedia 8.797.742.000,00 8.797.742.000,00
Persediaan 31 Des 2015 (940.980.000,00) (940.980.000,00)
Beban pokok penjualan 7.856.762.000,00 7.856.762.000,00
Laba kotor 2.622.318.000,00 2.622.318.000,00
Beban operasi:
Beban penjualan:
-Beban gaji staf penjualan 81.400.000,00 4.800.000,00 76.600.000,00
-Beban iklan 41.300.000,00 41.300.000,00
-Beban penyusutan 150.400.000,00 51.100.000,00 201.500.000,00
-Ongkos kirim penjualan 60.200.000,00 60.200.000,00
-Beban penjalanan 110.000.000,00 20.000.000,00 90.000.000,00
Jumlah beban penjualan 443.300.000,00 469.600.000,00
Beban administrasi:
-Beban gaji dan staf 80.280.000,00 7.000.000,00 73.280.000,00
-Beban sewa 14.480.000,00 14.480.000,00
-Beban pajak 108.000.000,00 108.000.000,00
-Beban jasa audit 60.000.000,00 60.000.000,00
-Beban rekreasi karyawan 12.000.000,00 12.000.000,00 0
-Beban habis pakai 3.040.000,00 3.040.000,00
-Beban adm. lainnya 3.040.000,00 2.000.000,00 1.340.000,00
Jumlah beban administrasi 281.140.000,00 260.100.000,00
Jumlah beban operasi (724.440.000,00) (729.740.000,00)
Laba usaha 1.897.878.000,00 1.892.578.000,00
Penghasilan diluar usaha:
-Pendapatan sewa 70.820.000,00 70.820.000,00
-Pendapatan bunga 8.000.000,00 8.000.000,00
Penghasilan diluar usaha 78.820.000,00
-Beban bunga (4.880.000,00) (4.880.000,00)
Total penghasilan diluar 73.940.000,00 73.940.000,00
usaha
Laba usaha dalam negeri 1.971.818.000,00 45.800.000,00 51.100.000,00 1.966.518.000,00
PPh Final
1. Sewa Gedung 2.000.000,00
2. Sewa kendaraan 1.016.400,00
3. Bunga deposito 1.600.000,00 (4.616.400,00)

Sumbangan (2.000.000,00)
Penghasilan neto fiskal 1.959.901.600,00

Anda mungkin juga menyukai