Analisis Kekuatan Kolom Beton Bertulang
Analisis Kekuatan Kolom Beton Bertulang
Analisis Kekuatan Kolom Beton Bertulang
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
Aulia Rahmana, Samsunan Samsunana, Meidia Refiyannia, Ruhdi Faisalb, Nina Shaskiab, Singgih
Prabowo Soksenc,*
a
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Teuku Umar, Meulaboh
b
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
c
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Teuku Umar, Meulaboh
*Corresponding author, email address: [email protected]
ARTI C LE I N F O AB STRACT
Article History: The December 2004 earthquake and tsunami in Aceh still have an
Received 10 January 2023 impact on buildings. The Korem 012/TU Mess Building Ujong Karang
Accepted 16 March 2023 Meulaboh, Aceh Province is one of the buildings affected. Structural
Online 30 March 2023 strengthening is required by comparing the strength of the existing
building with the strength of the planned building. The structural
strengthening method used in this research is the concrete jacketing
construction method. This study aims to evaluate and compare how
much the column capacity, internal force and floor deviation before and
Keywords: after the column is reinforced with the concrete jacketing method. There
Building Mess Korem were several loads assigned to the structure, i.e., dead, live, wind, and
Damage earthquake loads. As for the analysis, the load combinations were
Reinforcement considered. The research method used is the graphical and tabular
Columns analysis method analyzed using SAP2000 Version 22 software by
Concrete Jacketing Method making 2 existing models and plans, the reinforcement system is carried
out on the 1st floor columns totaling 14 columns. This research resulted
in the maximum moment, maximum shear force, and maximum axial
force before and after the columns were reinforced with a percentage
increase of 31%, 23%, 35% respectively. The maximum deviation
between floors in the "Y" direction that occurred in the columns before
reinforcement was 9.686 mm. From the analysis, it can be seen that the
column capacity after strengthening with jacketing method is 3257.30
kN compared to 1299.54 kN before strengthening, so there is a
difference of 1957.76 kN increase in column capacity.
©2023 Magister Teknik Sipil Unsyiah. All rights reserved
1. PENDAHULUAN
Gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu telah
mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana fisik bangunan. Dampak yang timbul masih dirasakan
sampai saat ini. Banyak bangunan yang sudah kena tsunami dan kondisi beton sudah mulai rusak. Menurut
(Riskawati dkk, 2015), kolom bangunan pada bagian yang terkena tsunami mengalami penurunan kekuatan
beton di bandingkan dengan bagian yang tidak terkena tsunami. Kondisi beton pada kolom yang terkena
tsunami sudah keropos dan kekuatan beton struktural mengalami penurunan (Ikhsan dan Samsunan, 2006).
Gedung Mess Korem 012/TU Ujong Karang yang terletak di Jalan Yos Sudarso Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Gedung ini memiliki luas bangunan 12 x 54 m dan terdiri dari tiga
lantaibangunan dengan konstruksi beton bertulang. Bangunan berada di dekat pantai yang berbatasan
langsung dengan samudera hindia. Pada saat tsunami terjadi akhir tahun 2004, bangunan tersebut terkena
53
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
tsunami yang menyebabkan seluruh elemen non stuktural bangunan tersebut hancur. Namun, struktur
bangunan masih berdiri dan sebagian kolom dan balok mengalami kerusakan. Menurut Boen (2009), tidak
semua bangunan yang telah mengalami kerusakan tidak dapat digunakan lagi (demolished). Tetapi masih
dapat digunakan lagi setelah dilakukan dengan penilaian (assessment). Setelah didapatkan hasilnya, dapat
dilakukan, yaitu penggantian elemen struktur (replacement) dan perkuatan struktur (retrofitting). Tujuan
dari upaya dilakukannya retrofitting yaitu untuk meningkatkan kekakuan/kekuatan, meningkatkan
daktilitas, memperbaiki energi disipasi struktur, serta meningkatkan fungsi layan bangunan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis melakukan penelitian dengan menganalisis bangunan
eksisting dan rencana dengan penambahan beban gempa. Salah satu upaya untuk meminimalisir dampak
bencana alam seperti gempa dapat mengacu pada standar perencanaan infrastruktur gedung yang tepat
berdasarkan SNI Gempa 1726:2019 (Badan Standarisasi Nasional, 2019b) dengan sistem penahan gempa
yaitu sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Penguatan struktur diperlukan dengan
membandingkan kekuatan eksisting dengan kekuatan rencana, Metode penguatan pada struktur yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode jaket beton (concrete jacketing construction) adalah salah satu
metode penguatan pada struktur beton bertulang untuk meningkatkan daya dukung beban setelah
modifikasi desain struktural atau untuk mengembalikan integritas desain struktur karena kegagalan pada
struktur (Khoeri, 2021). Pada gedung ini dilakukan perkuatan pada kolom lantai 1 saja, karena lantai 1
mengalami kerusakan paling parah. Kolom utama eksisting lantai 1 ukuran (40x40 cm) dan kolom jacketing
(56x56 cm) setinggi 4 m berjumlah 14 titik kolom utama yang akan di jacketing. Adapun metode analisis
beban yang digunakan pada perencanaan ini adalah dengan menggunakan software SAP2000 Versi 22.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kekuatan kapasitas komponen struktur bangunan eksisting dan
rencana setelah penambahan beban gempa, sehingga hasil yang diharapkan dari penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi bahwa metode jacketing adalah salah satu metode perkuatan pada komponen
struktur beton bertulang yang bisa di gunakan dalam mengembalikan kekuatan struktur mendekati semula.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Struktur Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang memikul beban dari balok.
Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke
tanah melalui pondasi. Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada satu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapse (runtuh) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh batas total (ultimit total collapse) seluruh strukturnya. Keruntuhan kolom struktural merupakan hal
yang sangat berarti ditinjau dari segi ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kolom perlu lebih waspada, yaitu dengan memberikan kekuatan cadangan yang lebih tinggi
daripada yang dilakukan pada balok dan elemen struktural horizontal lainnya, terlebih lagi karena
keruntuhan tekan tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas (Khoeri, 2021).
54
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
beban sentris maksimum pada kolom pendek bersengkang yang dibebani aksial menjadi:
Pn (max) = 0,80 (0,85fc’(Ag – Ast) + fy.Ast) (1)
Sesuai dengan SNI 2847-2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (Badan
Standarisasi Nasional, 2019a) pasal.10.3.6.2 untuk desain beban aksial maksimum pada komponen struktur
non-prategang dengan tulangan pengikat (termasuk kolom bersengkang) adalah:
ΦPn (max) = 0,80.Φ(0,85.fc’(Ag – Ast) + fy.Ast) (2)
Keterangan :
ΦPn : kekuatan kolom atau kapasitas kolom
Φ : faktor reduksi 0,65
fc’ : mutu beton rencana
fy : tegangan leleh baja
Ag : luas penampang kolom
Ast : luas penampang tulangan
55
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
2. Untuk kolom yang tulangan longitudinal tambahan tidak dibutuhkan, minimum harus diberikan
tulangan 12 mm di keempat ujungnya dengan sengkang d8 mm.
3. Minimum tebal jacketing 100 mm
4. Diameter tulangan sengkang minimum d8 mm tidak boleh kurang 1/3 diameter tulangan longitudinal.
56
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
menganalisa dan desain struktur yang disusun berdasarkan teori Finite Element Analysis (FEA) serta
didukung dengan analisis Statis, Dinamis, Linear, maupun non Linear.
Adapun langkah-langkah analisis dan desain struktur sebagai berikut:
1. Komplikasi data bangunan seperti data tanah, dimensi struktur bangunan (kolom, plat, balok) dan
fungsi layanan bangunan.
2. Membuat dan merancang pemodelan bangunan.
3. Temuan gaya dalam.
4. Membuat simpulan model struktur bangunan tersebut dengan membandingkan hasil gaya dalam dan
gaya luar dari tinjauan output yang dihasilkan.
3. METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah replika bangunan Gedung Mess Korem 012/TU Ujong Karang yang berada
di lokasi Kecamatan Johan Pahlawan. Permodelan struktur Gedung Mess eksisting yaitu kolom berbentuk
persegi dengan ukuran (40/40 cm), balok lantai (30/40 cm) dan ring balok (30/30). Sedangkan permodelan
strukrur Gedung Mess rencana yaitu kolom berbentuk persegi dengan ukuran (56/56 cm), balok lantai
(30/40 cm) dan ring balok (30/30). Penelitian ini melakukan analisis kapasitas kolom dengan perhirtungan
manual dan bantuan program SAP2000. Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode analisis
dinamis ragam respon spektrum untuk menganalisis dan membandingkan perilaku struktur bangunan dari
permodelan sebelum dan setelah di lakukan perkuatan pada kolom. Perilaku struktur berupa simpangan
antar tingkat, gaya geser dasar dan gaya dalam pada bangunan Gedung Mess. Metode ini menggunakan
desain kurva respon spektrum yang diperoleh dari website PUSKIM-Pekerjaan Umum atau aplikasi RSA
2019 dengan menginput koordinat lintang dan bujur atau nama kota/lokasi kemudian dimasukkan dalam
SAP2000 sebagai beban gempa dinamik.
Langkah-langkah dalam metode analisis yaitu pengumpulan data berupa data teknis bangunan dari
hasil survei lapangan dan studi literatur berupa peraturan atau instansi yang berlaku terkait perencanaan
struktur, pemodelan struktur bangunan dengan komponen eksisting dan rencana, perhitungan pembebanan
yang terdapat pada bangunan gedung Mess Korem yang telah ada. Kemudian dilanjutkan dengan
menginput beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut termasuk kombinasi pembebanan berdasarkan
SNI 1727:2020 (Badan Standarisasi Nasional, 2020), membuka aplikasi Response Spectrum Analysis
(RSA) 2019 atau website PUSKIM 2019-Pekerjaan Umum untuk mendapatkan paramater gempa untuk
membuat kurva respon spektrum gempa rencana, memasukkan parameter gempa tersebut ke dalam
pemodelan pada SAP2000, melakukan analisis karakteristik dinamik struktur yang terdiri dari modus getar
alami dan periode getar berdasarkan SNI 1726:2019, serta melakukan analisis perhitungan dan mengontrol
simpangan antar tingkat, gaya geser dasar dan gaya dalam sesuai syarat SNI 1726:2019 (Badan Standarisasi
Nasional, 2019b).
Apabila telah sesuai maka pemodelan 3D (tiga dimensi) struktur kolom bangunan eksisting dimensi
(40/40 cm) di ganti menjadi struktur kolom jacketing (56/56 cm). Untuk permodelan gedung rencana
mengulangi tahapan yang sama seperti pada pemodelan struktur eksisting hanya saja pada permodelan
rencana ini kolom akan di ganti ukuran awal (40/40 cm) menjadi (56/56 cm) di 14 titik pada lantai 1.
Melakukan analisis perhitungan dan mengontrol perilaku struktur yang berdasarkan SNI 1726:2019 (Badan
Standarisasi Nasional, 2019b). Pada tahap terakhir penelitian dilakukan perbandingan kapasitas struktur
dan perilaku struktur dari kedua pemodelan struktur bangunan untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil
yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
57
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
1. Balok Lantai : 30 x 40 cm
2. Kolom Praktis : 15 x 15 cm
3. Kolom Utama : 40 x 40 cm
4. Ring balok Type 2 : 30 x 30 cm
5. Tulangan Utama : 8 Ø16
6. Tulangan Sengkang : Ø12 – 150
7. Mutu beton (f`c ) : 21,50 Mpa
8. baja tulangan polos BJTP : 280
9. baja tulangan ulir BJTS : 420A
58
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
59
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
Dari hasil Tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai gaya geser dasar tertinggi untuk arah x terjadi pada
permodelan kolom setelah diperkuat yaitu sebesar 11082,24 kN dan untuk arah y terjadi pada permodelan
kolom setelah diperkuat yaitu sebesar 12674,36 kN. Pada pemodelan gedung eksisting sebelum kolom
diperkuat dapat terlihat bahwa nilai gaya geser dasar terendah, jadi dengan adanya perkuatan pada kolom
lantai 1 dapat menambah nilai gaya geser dasar pada struktur sehingga menghasilkan kekakuan yang lebih
besar dari pada sebelumnya.
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai simpangan antar lantai (drift) tertinggi yaitu pada permodelan
gedung sebelum kolom diperkuat yaitu sebesar 9,477 mm berada pada lantai I atau diketinggian 4 meter
dan nilai drift terendah yaitu pada kolom yang setelah diperkuat sebesar 5,687 mm berada pada lantai III
atau diketinggian 12 meter, dengan demikian semakin rendah simpangan antar lantai maka bangunan
struktur gedung semakin kokoh, dari perbandingan di atas menunjukan bahwa perkuatan kolom yang
dilakukan hanya pada kolom lantai 1 saja tidak terlalu berpengaruh terhadap kekakuan lantai 2 dan 3 yang
tidak diperkuat.
60
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai momen maksimum terbesar terjadi pada kolom setelah diperkuat di
titik tinjauan 13 sebesar 16,038 kN dan momen maksimum yang terjadi pada kolom sebelum diperkuat
sebesar 3,890 kN, sehingga dari hasil ini diperoleh persentase peningkatan yang terjadi sebelum dan setelah
kolom diperkuat sebesar 31%.
61
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
Dari Tabel 3 terlihat gaya lintang terbesar terjadi pada kolom setelah diperkuat di titik tinjauan 2
sebesar 10,083 kN dan gaya lintang maksimum yang terjadi pada kolom sebelum diperkuat sebesar 3,026
kN, sehingga dari hasil ini diperoleh persentase peningkatan yang terjadi sebelum dan setelah kolom
diperkuat sebesar 23%.
Dari Tabel 4 terlihat untuk nilai gaya aksial terbesar terjadi pada kolom setelah diperkuat di titik
tinjauan 9 sebesar 493,339 kN dan gaya aksial maksimum yang terjadi pada kolom sebelum diperkuat
sebesar 365,061kN, sehingga dari hasil ini diperoleh persentase peningkatan yang terjadi sebelum dan
setelah kolom diperkuat sebesar 35%.
62
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
DAFTAR PUSTAKA
Asyifa, C. N., Muttaqin, M., & Afifuddin, M. 2019. Analisis Kegagalan Struktur Ruang Aula Gedung
Serbaguna Kabupaten Pidie Jaya. Journal of The Civil Engineering Student, 1(3), 64-70.
Badan Standarisasi Nasional. 2019a. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan
Penjelasan Berdasarkan SNI 2847:2019.
Badan Standarisasi Nasional. 2019b. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Nongedung Berdasarkan SNI 1726:2019.
63
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164
Badan Standarisasi Nasional. 2020. Beban Minimum Untuk Perancangan Gedung dan Struktur Lain
Berdasarkan SNI (SNI 1727:2020). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Boen, T. 2009. Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana Yang Rusak Akibat Gempa Bumi. World Seismic
Safety Initiative.
Ikhsan, M., Samsunan. 2006. Reliability Evaluation of Structural Columns that Affected by Tsunami in
Mina Building Hajj Dormitory Banda Aceh. International Conference on Engineering and Science for
Research and Development (ICESReD). 45–50.
Kaontole, J. T., Sumajouw, M. D. J., & Windah, R. S. 2015. Evaluasi Kapasitas Kolom Beton Bertulang
yang Diperkuat dengan Metode Concrete Jacketing. Jurnal Sipil Statik, 3(3), 167–174.
Khoeri, H. 2021. Pemilihan Metode Perbaikan Dan Perkuatan Struktur Akibat Gempa (Studi Kasus Pada
Bank Sulteng Palu). Konstruksia, 12(1), 93.
Riskawati, Yusra, A., & Mahmud, S. 2015. Analisa Perbedaan Kekuatan Beton. Jurnal Teknik Sipil, 1(1),
19–28.
Schodek, D.L. 1991. Struktur. Erlangga, Bandung.
64