Analisis Kekuatan Kolom Beton Bertulang

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)

https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan (JARSP)


Journal of Archive in Civil Engineering and Planning
E-ISSN: 2615-1340; P-ISSN: 2620-7567

Journal homepage: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JARSP/index

ANALISIS KEKUATAN KOLOM BETON BERTULANG YANG


DIPERKUAT DENGAN METODE CONCRETE JACKETING
(STUDI KASUS GEDUNG MESS KOREM 012/TU UJONG KARANG)

Aulia Rahmana, Samsunan Samsunana, Meidia Refiyannia, Ruhdi Faisalb, Nina Shaskiab, Singgih
Prabowo Soksenc,*
a
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Teuku Umar, Meulaboh
b
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
c
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Teuku Umar, Meulaboh
*Corresponding author, email address: [email protected]

ARTI C LE I N F O AB STRACT
Article History: The December 2004 earthquake and tsunami in Aceh still have an
Received 10 January 2023 impact on buildings. The Korem 012/TU Mess Building Ujong Karang
Accepted 16 March 2023 Meulaboh, Aceh Province is one of the buildings affected. Structural
Online 30 March 2023 strengthening is required by comparing the strength of the existing
building with the strength of the planned building. The structural
strengthening method used in this research is the concrete jacketing
construction method. This study aims to evaluate and compare how
much the column capacity, internal force and floor deviation before and
Keywords: after the column is reinforced with the concrete jacketing method. There
Building Mess Korem were several loads assigned to the structure, i.e., dead, live, wind, and
Damage earthquake loads. As for the analysis, the load combinations were
Reinforcement considered. The research method used is the graphical and tabular
Columns analysis method analyzed using SAP2000 Version 22 software by
Concrete Jacketing Method making 2 existing models and plans, the reinforcement system is carried
out on the 1st floor columns totaling 14 columns. This research resulted
in the maximum moment, maximum shear force, and maximum axial
force before and after the columns were reinforced with a percentage
increase of 31%, 23%, 35% respectively. The maximum deviation
between floors in the "Y" direction that occurred in the columns before
reinforcement was 9.686 mm. From the analysis, it can be seen that the
column capacity after strengthening with jacketing method is 3257.30
kN compared to 1299.54 kN before strengthening, so there is a
difference of 1957.76 kN increase in column capacity.
©2023 Magister Teknik Sipil Unsyiah. All rights reserved

1. PENDAHULUAN
Gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu telah
mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana fisik bangunan. Dampak yang timbul masih dirasakan
sampai saat ini. Banyak bangunan yang sudah kena tsunami dan kondisi beton sudah mulai rusak. Menurut
(Riskawati dkk, 2015), kolom bangunan pada bagian yang terkena tsunami mengalami penurunan kekuatan
beton di bandingkan dengan bagian yang tidak terkena tsunami. Kondisi beton pada kolom yang terkena
tsunami sudah keropos dan kekuatan beton struktural mengalami penurunan (Ikhsan dan Samsunan, 2006).
Gedung Mess Korem 012/TU Ujong Karang yang terletak di Jalan Yos Sudarso Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Gedung ini memiliki luas bangunan 12 x 54 m dan terdiri dari tiga
lantaibangunan dengan konstruksi beton bertulang. Bangunan berada di dekat pantai yang berbatasan
langsung dengan samudera hindia. Pada saat tsunami terjadi akhir tahun 2004, bangunan tersebut terkena
53
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

tsunami yang menyebabkan seluruh elemen non stuktural bangunan tersebut hancur. Namun, struktur
bangunan masih berdiri dan sebagian kolom dan balok mengalami kerusakan. Menurut Boen (2009), tidak
semua bangunan yang telah mengalami kerusakan tidak dapat digunakan lagi (demolished). Tetapi masih
dapat digunakan lagi setelah dilakukan dengan penilaian (assessment). Setelah didapatkan hasilnya, dapat
dilakukan, yaitu penggantian elemen struktur (replacement) dan perkuatan struktur (retrofitting). Tujuan
dari upaya dilakukannya retrofitting yaitu untuk meningkatkan kekakuan/kekuatan, meningkatkan
daktilitas, memperbaiki energi disipasi struktur, serta meningkatkan fungsi layan bangunan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis melakukan penelitian dengan menganalisis bangunan
eksisting dan rencana dengan penambahan beban gempa. Salah satu upaya untuk meminimalisir dampak
bencana alam seperti gempa dapat mengacu pada standar perencanaan infrastruktur gedung yang tepat
berdasarkan SNI Gempa 1726:2019 (Badan Standarisasi Nasional, 2019b) dengan sistem penahan gempa
yaitu sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Penguatan struktur diperlukan dengan
membandingkan kekuatan eksisting dengan kekuatan rencana, Metode penguatan pada struktur yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode jaket beton (concrete jacketing construction) adalah salah satu
metode penguatan pada struktur beton bertulang untuk meningkatkan daya dukung beban setelah
modifikasi desain struktural atau untuk mengembalikan integritas desain struktur karena kegagalan pada
struktur (Khoeri, 2021). Pada gedung ini dilakukan perkuatan pada kolom lantai 1 saja, karena lantai 1
mengalami kerusakan paling parah. Kolom utama eksisting lantai 1 ukuran (40x40 cm) dan kolom jacketing
(56x56 cm) setinggi 4 m berjumlah 14 titik kolom utama yang akan di jacketing. Adapun metode analisis
beban yang digunakan pada perencanaan ini adalah dengan menggunakan software SAP2000 Versi 22.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kekuatan kapasitas komponen struktur bangunan eksisting dan
rencana setelah penambahan beban gempa, sehingga hasil yang diharapkan dari penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi bahwa metode jacketing adalah salah satu metode perkuatan pada komponen
struktur beton bertulang yang bisa di gunakan dalam mengembalikan kekuatan struktur mendekati semula.

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Struktur Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang memikul beban dari balok.
Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke
tanah melalui pondasi. Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada satu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapse (runtuh) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh batas total (ultimit total collapse) seluruh strukturnya. Keruntuhan kolom struktural merupakan hal
yang sangat berarti ditinjau dari segi ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kolom perlu lebih waspada, yaitu dengan memberikan kekuatan cadangan yang lebih tinggi
daripada yang dilakukan pada balok dan elemen struktural horizontal lainnya, terlebih lagi karena
keruntuhan tekan tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas (Khoeri, 2021).

2.2 Kapasitas Kolom


Beton dan baja dianggap sebagai satu kesatuan dalam kolom yang dibebani dengan beban aksial.
Tegangan dan regangan yang terjadi pada kolom dianggap terdistribusi merata ke seluruh penampang
kolom, akibat beban aksial yang bekerja. Sehingga regangan yang terjadi pada beton dianggap sama dengan
regangan yang terjadi pada baja (cc = SS). Beton mencapai kekuatan maksimum f 'c, saat regangan yang
terjadi mencapai sekitar 0,002 in./in. - 0,003 in./in. Sehingga kapasitas beban aksial maksimum yang dapat
dipikul oleh kolom pendek beton bertulang merupakan penjumlahan dari kekuatan beton dan kekuatan baja.
Kontribusi beton yaitu acAc atau 0,85f'cAg. Apabila digunakan luas penampang beton dihitung
menggunakan luas penampang bersih beton, maka kontribusi kekuatan beton menjadi 0,85f'c (Ag-As t).
Sedangkan kontribusi kekuatan baja adalah <JSAS at au fs AS. Dalam analisis dan desain kolom, faktor
reduksi beban aksial untuk kolom bersengkang yang disyaratkan adalah sebesar 20%, sehingga kapasitas

54
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

beban sentris maksimum pada kolom pendek bersengkang yang dibebani aksial menjadi:
Pn (max) = 0,80 (0,85fc’(Ag – Ast) + fy.Ast) (1)
Sesuai dengan SNI 2847-2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (Badan
Standarisasi Nasional, 2019a) pasal.10.3.6.2 untuk desain beban aksial maksimum pada komponen struktur
non-prategang dengan tulangan pengikat (termasuk kolom bersengkang) adalah:
ΦPn (max) = 0,80.Φ(0,85.fc’(Ag – Ast) + fy.Ast) (2)
Keterangan :
ΦPn : kekuatan kolom atau kapasitas kolom
Φ : faktor reduksi 0,65
fc’ : mutu beton rencana
fy : tegangan leleh baja
Ag : luas penampang kolom
Ast : luas penampang tulangan

2.3 Sistem Perkuatan dan Perbaikan Struktur pada Kolom


Ada dua jenis perbaikan yang dapat dilakukan dalam pekerjaan retrofitting yaitu repairing dan
strengtheing. Istilah repairing diterapkan pada bangunan yang sudah rusak, dimana telah terjadi penurunan
kekuatan, untuk dikembalikan seperti semula. Sedangkan strengtheing adalah suatu tindakan modifikasi
struktur, mungkin belum terjadi kerusakan, dengan tujuan untuk menaikkan kekuatan atau kemampuan
bangunan untuk memikul beban- beban yang lebih besar akibat perubahan fungsi bangunan dan stabilitas
(Khoeri, 2021). Adapun perkuatan kolom beton adalah tindakan untuk mengantisipasi kolom dari
kerusakan yang dapat terjadi, misalnya kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang disebabkan karena
cuaca dan suhu, kesalahan dalam perencanaan, adanya perubahan fungsi bangunan dari rencana semula
(desain) dan akibat beban yang berlebihan dari kapasitas yang direncanakan serta akibat beban sementara
seperti gempa , beban hidup yang besar yang tidak terduga, dan lain sebagainya (Khoeri, 2021).

2.4 Sistem Perkuatan Metode Concrete Jacketing


Menurut Khoeri (2021), metode jaket beton (concrete jacketing construction) adalah salah satu metode
perbaikan pada struktur beton bertulang untuk meningkatkan daya dukung beban setelah modifikasi desain
struktural atau untuk mengembalikan integritas desain struktur karena kegagalan pada struktur. Konsep
dasar metode ini adalah pembesaran dimensi dan penambahan tulangan pada elemen struktur untuk
meningkatkan kinerja elemen tersebut. Pembesaran tersebut dilakukan dengan jacketing (Gambar 1).
Pengganti dari bahan beton telah terbukti sebagai solusi perkuatan yang efektif untuk meningkatkan kinerja
seismik kolom. Teknik perkuatan struktur ini digunakan pada kolom bangunan yang bertujuan untuk
memperbesar penampang kolom, maka penampang kolom menjadi lebih besar dari pada sebelumnya
sehingga kekuatan geser beton menjadi meningkat. Keuntungan utama dari metode ini adalah memberikan
peningkatan dan pertambahan batas daripada kekuatan dan duktilitas beton, dan keuntungan kedua,
bahwasannya jacket dalam melindungi dari kerusakan fragment dan struktur yang diperbaiki memiliki
kemampuan dalam menerima beban, karena jacket dapat mengurangi kegagalan geser langsung (direct
shear), namun dapat juga menyediakan peningkatan kapasitas struktur itu sendiri (Kaontole dkk, 2015).
Dalam melakukan perkuatan dengan concrete jacketing biasanya digunakan bahan micro concrete
yang sifatnya dapat memadat sendiri tanpa bantuan vibrator (self-compaction) dimana micro concrete
adalah suatu campuran beton dengan ukuran butiran agregat yang kecil (< 0,25 mm), agregat yang
digunakan sebagai campuran dalam micro concrete ini biasanya adalah pasir silika yang mempunyai
gradasi yang heterogen. Agar perkuatan concrete jacketing ini dapat bekerja secara maksimal, maka ada
beberapa spesifikasi minimum yang harus dipenuhi, menurut dokumen CED 39 (7428), spesifikasi
minimum yang harus dipenuhi antara lain (Gambar 2):
1. Mutu beton pembungkus yang harus lebih besar atau sama dari mutu beton existing

55
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

2. Untuk kolom yang tulangan longitudinal tambahan tidak dibutuhkan, minimum harus diberikan
tulangan 12 mm di keempat ujungnya dengan sengkang d8 mm.
3. Minimum tebal jacketing 100 mm
4. Diameter tulangan sengkang minimum d8 mm tidak boleh kurang 1/3 diameter tulangan longitudinal.

Gambar 1. Pengerjaan Kolom Jacketing Gambar 2. Detail Kolom Jacketing


Sumber: (Khoeri, 2021) Sumber: (Khoeri, 2021)

2.5 Pembebanan Struktur


Beban-beban yang bekerja pada struktur Gedung Mess Korem yaitu beban mati (berat mati material
itu sendiri dan beban mati tambahan), beban hidup, beban angin dan beban lateral (beban gempa) sesuai
dengan SNI 1727:2020 tentang Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan
Struktur Lain (Badan Standarisasi Nasional, 2020) dan SNI 1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung (Badan Standarisasi Nasional,
2019b).

2.6 Respon Spektrum


Respon spektrum merupakan nilai spektrum antara periode getar struktur dengan respon maksimum
dari suatu rasio redaman atau gempa tertentu yang dihasilkan dalam bentuk grafik (Asyifa dkk, 2018).
Parameter percepatan untuk mendapatkan respon spektrum gempa dapat diperoleh dari website Pusat
Penelitian dan Permukiman (PUSKIM) Pekerjaan Umum.

2.7 Perilaku Struktur


Struktur yang tidak memiliki kestabilan mudah mengalami keruntuhan pada seluruh struktur
bangunannya yang biasanya diawali dengan terjadinya perubahan besar pada sudut disetiap elemen struktur
(Schodek, 1991), maka perilaku struktur menjadi salah satu tinjauan dasar untuk menganalisis dan
mengetahui perilaku suatu struktur bangunan ketika diberikan beban atau dibebani. Analisis perilaku
struktur pada penelitian ini menggunakan metode analisis dinamis ragam respon spektrum yang berupa
simpangan antar tingkat (story drift), gaya geser dasar (base shear), dan gaya-gaya dalam berupa momen,
gaya lintang dan gaya aksial.

2.8 Software SAP2000


Software SAP 2000 adalah salah satu program pendukung teknik sipil semakin berkembang dan maju
secara cepat, dan merupakan program rekayasa teknik sipil yang berbeda dengan program aplikasi koputer
pada umumnya (AutoCAD, Corel Draw, Excel, dan yang lainnya). Program ini digunakan untuk

56
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

menganalisa dan desain struktur yang disusun berdasarkan teori Finite Element Analysis (FEA) serta
didukung dengan analisis Statis, Dinamis, Linear, maupun non Linear.
Adapun langkah-langkah analisis dan desain struktur sebagai berikut:
1. Komplikasi data bangunan seperti data tanah, dimensi struktur bangunan (kolom, plat, balok) dan
fungsi layanan bangunan.
2. Membuat dan merancang pemodelan bangunan.
3. Temuan gaya dalam.
4. Membuat simpulan model struktur bangunan tersebut dengan membandingkan hasil gaya dalam dan
gaya luar dari tinjauan output yang dihasilkan.

3. METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah replika bangunan Gedung Mess Korem 012/TU Ujong Karang yang berada
di lokasi Kecamatan Johan Pahlawan. Permodelan struktur Gedung Mess eksisting yaitu kolom berbentuk
persegi dengan ukuran (40/40 cm), balok lantai (30/40 cm) dan ring balok (30/30). Sedangkan permodelan
strukrur Gedung Mess rencana yaitu kolom berbentuk persegi dengan ukuran (56/56 cm), balok lantai
(30/40 cm) dan ring balok (30/30). Penelitian ini melakukan analisis kapasitas kolom dengan perhirtungan
manual dan bantuan program SAP2000. Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode analisis
dinamis ragam respon spektrum untuk menganalisis dan membandingkan perilaku struktur bangunan dari
permodelan sebelum dan setelah di lakukan perkuatan pada kolom. Perilaku struktur berupa simpangan
antar tingkat, gaya geser dasar dan gaya dalam pada bangunan Gedung Mess. Metode ini menggunakan
desain kurva respon spektrum yang diperoleh dari website PUSKIM-Pekerjaan Umum atau aplikasi RSA
2019 dengan menginput koordinat lintang dan bujur atau nama kota/lokasi kemudian dimasukkan dalam
SAP2000 sebagai beban gempa dinamik.
Langkah-langkah dalam metode analisis yaitu pengumpulan data berupa data teknis bangunan dari
hasil survei lapangan dan studi literatur berupa peraturan atau instansi yang berlaku terkait perencanaan
struktur, pemodelan struktur bangunan dengan komponen eksisting dan rencana, perhitungan pembebanan
yang terdapat pada bangunan gedung Mess Korem yang telah ada. Kemudian dilanjutkan dengan
menginput beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut termasuk kombinasi pembebanan berdasarkan
SNI 1727:2020 (Badan Standarisasi Nasional, 2020), membuka aplikasi Response Spectrum Analysis
(RSA) 2019 atau website PUSKIM 2019-Pekerjaan Umum untuk mendapatkan paramater gempa untuk
membuat kurva respon spektrum gempa rencana, memasukkan parameter gempa tersebut ke dalam
pemodelan pada SAP2000, melakukan analisis karakteristik dinamik struktur yang terdiri dari modus getar
alami dan periode getar berdasarkan SNI 1726:2019, serta melakukan analisis perhitungan dan mengontrol
simpangan antar tingkat, gaya geser dasar dan gaya dalam sesuai syarat SNI 1726:2019 (Badan Standarisasi
Nasional, 2019b).
Apabila telah sesuai maka pemodelan 3D (tiga dimensi) struktur kolom bangunan eksisting dimensi
(40/40 cm) di ganti menjadi struktur kolom jacketing (56/56 cm). Untuk permodelan gedung rencana
mengulangi tahapan yang sama seperti pada pemodelan struktur eksisting hanya saja pada permodelan
rencana ini kolom akan di ganti ukuran awal (40/40 cm) menjadi (56/56 cm) di 14 titik pada lantai 1.
Melakukan analisis perhitungan dan mengontrol perilaku struktur yang berdasarkan SNI 1726:2019 (Badan
Standarisasi Nasional, 2019b). Pada tahap terakhir penelitian dilakukan perbandingan kapasitas struktur
dan perilaku struktur dari kedua pemodelan struktur bangunan untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil
yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

3.1 Komponen Gedung Eksisting dan Rencana


Pembebanan ini disesuaikan dengan data material yang digunakan dan pendimensian masing-masing
penampang mencakup pembebanan:
a. Komponen gedung eksisting

57
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

1. Balok Lantai : 30 x 40 cm
2. Kolom Praktis : 15 x 15 cm
3. Kolom Utama : 40 x 40 cm
4. Ring balok Type 2 : 30 x 30 cm
5. Tulangan Utama : 8 Ø16
6. Tulangan Sengkang : Ø12 – 150
7. Mutu beton (f`c ) : 21,50 Mpa
8. baja tulangan polos BJTP : 280
9. baja tulangan ulir BJTS : 420A

b. Komponen gedung rencana


1. Balok Lantai : 30 x 40 cm
2. Kolom Praktis : 15 x 15 cm
3. Kolom Utama : 40 x 40 cm
4. Kolom Jacketing : 56 x 56 cm
5. Ring balok Type 2 : 30 x 30 cm
6. Tulangan Utama : 12 Ø16
7. Tulangan Sengkang : Ø12 – 150
8. Mutu beton (f`c ) : 30 Mpa
9. baja tulangan polos BJTP : 280
10. baja tulangan ulir BJTS : 420A

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis struktur terdiri dari kondisi simpangan antar lantai, gaya geser dasar dan gaya dalam
seperti momen, gaya lintang dan gaya aksial yang terjadi terhadap struktur bangunan. Sedangkan
pembahasan merupakan gabungan antara hasil sebelum dan setelah dilakukan perkuatan dengan Metode
Concrete Jacketing pada kolom untuk memperoleh kesimpulan dalam penelitian ini. Hasil yang didapatkan
berupa respon spektrum desain dari website Pusat Penelitian dan Permukiman (PUSKIM) Pekerjaan umum
2019, serta perilaku struktur bangunan gedung Mess Korem dari kedua pemodelan menggunakan metode
analisis dinamis ragam respon spektrum. Berdasarkan hasil yang didapatkan maka dilakukan pembahasan
berupa perbandingan kapasitas kolom sebelum diperkuat dan setelah kolom diperkuat serta perbandingan
perilaku struktur bangunan dari kedua pemodelan.

4.1 Permodelan Struktur Gedung Eksisting dan Gedung Rencana


Permodelan struktur gedung eksisting dilakukan secara 3D dengan menggambarkan seluruh elemen
struktur meliputi sloof, kolom, balok, dan plat lantai. Pemodelan struktur dilakukan secara Frame and Shell
Element, yang berarti elemen balok dan kolom (frame) serta plat lantai (shell) dimodelkan secara utuh
untuk mendapatkan analisis struktur yang lebih akurat dan sesuai dengan kondisi aslinya. Plat lantai
dianggap sebagai elemen shell yang bersifat menerima beban tegak lurus bidang (vertikal) dan dapat
mendistribusikan beban lateral (horizontal) akibat gempa. Permodelan struktur eksisting dan rencana dapat
dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

58
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

Gambar 3. Permodelan 3D Struktur Gedung Mess Korem Eksisting


Sumber: Software SAP2000 Versi 22

Gambar 4. Permodelan 3D Struktur Gedung Mess Korem Rencana

4.2 Hasil Perbandingan Sebelum dan Setalah Kolom Diperkuat


Berdasarkan hasil dari kontrol struktur dan analisis struktur bangunan maka terdapat beberapa
perbandingan yang diperoleh seperti simpangan antar lantai, gaya geser dasar, gaya dalam berupa momen,
gaya lintang, gaya aksial serta kapasitas kolom. Sedangkan pembahasan merupakan gabungan antara hasil
sebelum dan setelah dilakukan perkuatan dengan Metode Concrete Jacketing pada kolom untuk
memperoleh kesimpulan dalam penelitian ini.

a. Perbandingan gaya geser dasar


Semakin meningkatnya gaya geser dasar maka menunjukkan semakin kaku suatu struktur bangunan.
Perbandingan gaya geser dasar maksimum dapat dilihat pada Tabel 1.

59
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

Tabel 1. Perbandingan Gaya Geser Dasar Maksimum


Gaya Geser Dasar Maksimum (kN)
No. Pemodelan
Arah X Arah Y
1 Sebelum Kolom Diperkuat 8738.09 8672.85
2 Setelah Kolom Diperkuat 11802.24 12674.36

Dari hasil Tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai gaya geser dasar tertinggi untuk arah x terjadi pada
permodelan kolom setelah diperkuat yaitu sebesar 11082,24 kN dan untuk arah y terjadi pada permodelan
kolom setelah diperkuat yaitu sebesar 12674,36 kN. Pada pemodelan gedung eksisting sebelum kolom
diperkuat dapat terlihat bahwa nilai gaya geser dasar terendah, jadi dengan adanya perkuatan pada kolom
lantai 1 dapat menambah nilai gaya geser dasar pada struktur sehingga menghasilkan kekakuan yang lebih
besar dari pada sebelumnya.

b. Perbandingan simpangan antar lantai


Perbandingan simpangan antar lantai disajikan dalam bentuk tabel dan grafik berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan, untuk melihat hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Gabungan Simpangan Antar Lantai

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai simpangan antar lantai (drift) tertinggi yaitu pada permodelan
gedung sebelum kolom diperkuat yaitu sebesar 9,477 mm berada pada lantai I atau diketinggian 4 meter
dan nilai drift terendah yaitu pada kolom yang setelah diperkuat sebesar 5,687 mm berada pada lantai III
atau diketinggian 12 meter, dengan demikian semakin rendah simpangan antar lantai maka bangunan
struktur gedung semakin kokoh, dari perbandingan di atas menunjukan bahwa perkuatan kolom yang
dilakukan hanya pada kolom lantai 1 saja tidak terlalu berpengaruh terhadap kekakuan lantai 2 dan 3 yang
tidak diperkuat.

c. Perbandingan gaya-gaya dalam


Perbandingan gaya-gaya dalam disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan hasil analisis, untuk melihat
hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2 hingga Tabel 4.

60
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

Tabel 2. Momen Maksimum Kolom

Momen Maks Persentase


Titik
Penampang Sebelum Setelah Peningkatan
Tinjauan
Perbaikan (kN) Perbaikan (kN) (%)
a b c d e
1 K1E 4.339 9.723 12%
2 K2C 4.807 15.804 23%
3 K3B 3.819 12.505 23%
4 K4C 3.814 10.615 18%
5 K4B 4.242 8.851 11%
6 K5B 3.942 11.164 18%
7 K7D 3.82 8.319 12%
8 K8B 3.961 10.125 16%
9 K10B 4.532 8.791 9%
10 K10D 4.358 9.524 12%
11 K12C 4.251 16.104 28%
12 K13C 3.93 10.0442 16%
13 K14B 3.89 16.038 31%
14 K14D 3.844 11.757 21%

Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai momen maksimum terbesar terjadi pada kolom setelah diperkuat di
titik tinjauan 13 sebesar 16,038 kN dan momen maksimum yang terjadi pada kolom sebelum diperkuat
sebesar 3,890 kN, sehingga dari hasil ini diperoleh persentase peningkatan yang terjadi sebelum dan setelah
kolom diperkuat sebesar 31%.

Tabel 3. Gaya Lintang Maksimum Kolom

Gaya Lintang Maks Persentase


Titik
Penampang Sebelum Setelah Peningkatan
Tinjauan
Perbaikan (kN) Perbaikan (kN) (%)
a b c d e
1 K1E 2.884 5.407 9%
2 K2C 3.026 10.083 23%
3 K3B 2.496 5.684 13%
4 K4C 2.677 5.006 9%
5 K4B 2.216 4.707 11%
6 K5B 2.261 5.236 13%
7 K7D 2.416 4.174 7%
8 K8B 2.464 5.724 13%
9 K10B 2.556 4.365 7%
10 K10D 2.542 5.254 11%
11 K12C 2.399 7.546 21%
12 K13C 2.375 6.302 17%
13 K14B 2.635 7.224 17%
14 K14D 2.654 4.274 6%

61
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

Dari Tabel 3 terlihat gaya lintang terbesar terjadi pada kolom setelah diperkuat di titik tinjauan 2
sebesar 10,083 kN dan gaya lintang maksimum yang terjadi pada kolom sebelum diperkuat sebesar 3,026
kN, sehingga dari hasil ini diperoleh persentase peningkatan yang terjadi sebelum dan setelah kolom
diperkuat sebesar 23%.

Tabel 4. Gaya Aksial Maksimum Kolom


Gaya Aksial Maks Persentase
Titik
Penampang Sebelum Setelah Peningkatan
Tinjauan
Perbaikan (kN) Perbaikan (kN) (%)
a b c d e
1 K1E 145.081 173.346 19%
2 K2C 432.642 516.562 19%
3 K3B 405.134 472.742 17%
4 K4C 483.035 569.304 18%
5 K4B 376.699 430.191 14%
6 K5B 384.252 469.049 22%
7 K7D 362.601 450.672 24%
8 K8B 364.079 472.788 30%
9 K10B 365.061 493.339 35%
10 K10D 364.562 474.985 30%
11 K12C 516.154 618.802 20%
12 K13C 514.234 578.732 13%
13 K14B 338.069 439.304 30%
14 K14D 340.911 434.366 27%

Dari Tabel 4 terlihat untuk nilai gaya aksial terbesar terjadi pada kolom setelah diperkuat di titik
tinjauan 9 sebesar 493,339 kN dan gaya aksial maksimum yang terjadi pada kolom sebelum diperkuat
sebesar 365,061kN, sehingga dari hasil ini diperoleh persentase peningkatan yang terjadi sebelum dan
setelah kolom diperkuat sebesar 35%.

d. Perbandingan kapasitas kolom


Perbandingan kapasitas kolom sebelum dan setelah kolom diperkuat disajikan dalam bentuk tabel
berdasarkan hasil perhitungan manual yang dilakukan. Kapasitas kolom adalah kemampuan atau daya
dukung suatu penampang kolom dalam menerima beban pada struktur bangunan yang dapat dipikul.
Perhitungan kapasitas penampang kolom dapat dianalisis dengan cara perhitungan manual menggunakan
peraturan SNI 2847-2019 (Badan Standarisasi Nasional, 2019a) sebagai dasar perencanaan kolom. Hasil
analisis dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari Tabel 5 terlihat bahwa metode perkuatan dengan jacketing dapat meningkatkan kapasitas
penampang kolom dengan nilai yang paling besar yaitu dua kali lipat dari kapasitas kolom sebelum
jacketing. Metode perbaikan meningkatkan kapasitas penampang kolom sebesar 3257,3 kN dari kapasitas
kolom yang sebelum diperbaiki sebesar 1299,54 kN, sehingga selisih peningkatan yang terjadi pada
sebelum dan setelah kolom diperkuat dengan jacketing sebesar 1957,76 kN.

62
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

Tabel 5. Kapasitas Penampang Kolom


Kapasitas Kolom Selisih
Titik
Kolom Sebelum Setelah Peningkatan
Tinjauan
Jacketing (kN) Jacketing (kN) (kN)
a b c d e
1 K1E 1299.54 3257.3 1957.76
2 K2C 1299.54 3257.3 1957.76
3 K3B 1299.54 3257.3 1957.76
4 K4C 1299.54 3257.3 1957.76
5 K4B 1299.54 3257.3 1957.76
6 K5B 1299.54 3257.3 1957.76
7 K7D 1299.54 3257.3 1957.76
8 K8B 1299.54 3257.3 1957.76
9 K10B 1299.54 3257.3 1957.76
10 K10D 1299.54 3257.3 1957.76
11 K12C 1299.54 3257.3 1957.76
12 K13C 1299.54 3257.3 1957.76
13 K14B 1299.54 3257.3 1957.76
14 K14D 1299.54 3257.3 1957.76

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil studi menunjukkan bahwa struktur bangunan setelah kolom diperkuat dengan metode jacketing
menghasilkan nilai simpangan antar lantai yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan kolom sebelum
diperkuat. Untuk gaya dalam dan gaya geser mengalami peningkatan setelah kolom diperkuat dengan
metode jacketing. Hal ini disebabkan karena kekakuan struktur bangunan dengan perkuatan pada kolom
lebih besar dibandingkan kekakuan struktur sebelum kolom diperkuat.
Perkuatan dengan metode jacketing efektif untuk meningkatkan kekuatan geser kolom dan aksial
kolom meskipun kurang efektif untuk meningkatkan kekuatan lentur kolom. Kapasitas penampang kolom
mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dua kali lipat dari kapasitas kolom sebelum jacketing.
Hasil penelitian ini tentu memiliki kekurangan dan perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan
melakukan pengembangan terhadap penelitian ini, dengan melakukan perkuatan pada kolom setiap lantai
suatu gedung, dan juga melakukan perkuatan pada elemen struktur seperti balok lantai dan ring balok agar
meningkatkan kekuatan struktur bangunan dan melakukan pendekatan bentuk pada pemodelan perhitungan
analisa dengan manganalogikan kolom sebagai komposit agar hasil yang diharapkan bisa lebih akurat dan
tepat dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Asyifa, C. N., Muttaqin, M., & Afifuddin, M. 2019. Analisis Kegagalan Struktur Ruang Aula Gedung
Serbaguna Kabupaten Pidie Jaya. Journal of The Civil Engineering Student, 1(3), 64-70.
Badan Standarisasi Nasional. 2019a. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan
Penjelasan Berdasarkan SNI 2847:2019.
Badan Standarisasi Nasional. 2019b. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Nongedung Berdasarkan SNI 1726:2019.
63
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 6(1), 53-64 (2023)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v6i1.31164

Badan Standarisasi Nasional. 2020. Beban Minimum Untuk Perancangan Gedung dan Struktur Lain
Berdasarkan SNI (SNI 1727:2020). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Boen, T. 2009. Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana Yang Rusak Akibat Gempa Bumi. World Seismic
Safety Initiative.
Ikhsan, M., Samsunan. 2006. Reliability Evaluation of Structural Columns that Affected by Tsunami in
Mina Building Hajj Dormitory Banda Aceh. International Conference on Engineering and Science for
Research and Development (ICESReD). 45–50.
Kaontole, J. T., Sumajouw, M. D. J., & Windah, R. S. 2015. Evaluasi Kapasitas Kolom Beton Bertulang
yang Diperkuat dengan Metode Concrete Jacketing. Jurnal Sipil Statik, 3(3), 167–174.
Khoeri, H. 2021. Pemilihan Metode Perbaikan Dan Perkuatan Struktur Akibat Gempa (Studi Kasus Pada
Bank Sulteng Palu). Konstruksia, 12(1), 93.
Riskawati, Yusra, A., & Mahmud, S. 2015. Analisa Perbedaan Kekuatan Beton. Jurnal Teknik Sipil, 1(1),
19–28.
Schodek, D.L. 1991. Struktur. Erlangga, Bandung.

64

Anda mungkin juga menyukai