Laporan Topik I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II

Rangkaian DC Bias Pembagi Tegangan

Nama : Samuel Bernandri Rumapea

NIM : 225090800111010

Kelompok :4

Tgl. Praktikum : 19 September 2023

Nama Asisten : M. Agung Fasyah

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN
ELEKTRONIKA DASAR II
Rangkaian DC Bias Pembagi Tegangan
Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________
Pukul : _____________________________________________________

Korektor Asisten

M. Agung Fasyah M. Agung Fasyah

...... CO Asisten

Feyza Alifia Shallamah ......

Catatan:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________

Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________


Pukul : ______________________________________________________

Nilai Sementara Nilai Akhir


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Melakukan pengukuran, pengamatan, dan pembelajaran tentang karakteristik
rangkaian pembagi tegangan DC pada konfigurasi common emitter untuk penguat
transistor.
1.2 DASAR TEORI
Voltmeter terdiri atas tahanan shunt yang dipasang seri yang kemudian dipasangkan
dengan kumparan putar magnet permanen. Moving coil dapat digunakan pada voltmeter
juga pada amperemeter. Hal ini memiliki pengaturan yang hampir sama. Tahanan penggali
pada voltmeter digunakan dalam diubahnya gerakan d’Arsonval menjadi voltmeter dengan
arus searah. Beda potensial pada dua titik dalam arus searah diukur oleh voltmeter dengna
arus searah. Berikut rumus dalam mencari tegangan maksimum dalam suatu instrument
elektronika.
𝑉 = 𝐼𝑚(𝑅𝑠 + 𝑅𝑚) (1)

Keterangan:

V = tegangan maksimum

Im = arus defleksi pada alat ukur

Rm = tahanan pada alat ukur

Rs = tahanan shunt

(Setiyo, 2017).

Resistansi yang dimiliki olehvoltmeter ideal akan bernilai tak hingga sehingga hal ini
akan membuat arus tidak dapat dialirkan dalam voltmeter. Voltmeter berperan dalam
pengukuran tegangan rangkaian yangdi mana akan dihubungkan pada dua titik agar besar
beda potensial dapat diketahui. Denganterhubungnya voltmeter ini, maka sama seperti
amperemeter di mana rangkaian tidak akanterganggu sehingga perilaku rangkaian akan
tetap sama saja. Voltmeter harus mempunyairesistansi yang cukup besar sehingga apabila
dihubungkan dalam rangkaian maka tidak akan mengubah arus rangkaian apapun (Young,
2012).

Tegangan dapat disebut dengan beda potensial listrik di mana arus listrik akan
didorongoleh tegangan sehingga permukaan konduktor dapat teraliri oleh arus. Satuan
bagi tegangan adalah volt (V). Semakin besar tegangan, maka jumlah arus yang dapat
dialrikanjuga akan semakin besar. Hal ini bisa dimisalkan dengan 1 volt listrik sama
dengan 1 coulomb muatan listrik yang digerakkan pada suatu penghantar dalam satu
joule dalam beda potensial di dua titik (Setiyo, 2017).

Titik Q pada rangkaian ini tidak bergantung pada penguatan arus karena bias
pembagi tegangan menetapkan nilai yang tetap pada arus emitor. Terdapat beberapa
langkah dalammenganalisis rangkaian ini. Pertama-tama tegangan basis 𝑉𝐵𝐵 dihitung.
Lalu kurangi dengan 0.7 V atau 0.3 V (tergantung bahan transistor) sehingga tegangan
emitor didapatkan. Untuk mendapatkan arus emitor, maka dilakukan pembagian dengan
resistansiemitor. Lalu dapat diasumsikan bahwa arus kolektor sama dengan arus emitor.
Singkatnya,beberapa analisis dalam rangkaian ini dapat dilakukan dengan persamaan
sebagai berikut.

𝑉𝐸 = 𝑉𝐵𝐵 − 𝑉𝐵𝐸 (2)

𝑉𝐸
𝐼𝐸 = (3)
𝑅𝐸

𝐼𝐶 ≈ 𝐼𝐸 (4)

𝑉𝐶 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶 𝑅𝐶 (5)

𝑉𝐶𝐸 = 𝑉𝐶 − 𝑉𝐸 (6)

(Malvino dan Bates, 2016).


Transistor merupakan komponen elektronika semikonduktor dengan tiga kaki
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 berikut:

Gambar 1 Konstruksi npn Transistor dan pnp Transistor


Pada gambar 1a ditunjukkan transistor npn, sedangkan pada gambar 1b ditunjukkan
transistor pnp. Terdapat tiga kaki terminal pada transistor antara lain daerah basis,
emitor, dan kolektor. Basis adalah daerah sempit yang berada di antara emitor dan
kolektor yang mempunyai daerah lebih besar. Kaki emitor dalam transistor sangat mudah
dikotori karena daerah ini berperan dalam dipancarkannya pembawa arus ke basis.
Sebagian besar pembawa arus yang diinjeksikan emitor ke basis tidak dialirkan keluar,
tetapi sebaliknya di mana sebagian besar pembawa arus yang diinjeksikan ke basis
diteruskan ke daerah kolektor. Pada npn transistor, kebanyakan pembawa arus adalah
elektron bebas pada emitordan kolektor, di mana juga pembawa arus mayoritas adalah
hole pada basis. Berbeda dengan pnp transistor di mana kebanyakan pembawa arus
adalah hole pada emitor dan transistor, sedangkan pada basis pembawa arus adalah
elektron bebas (Schultz, 2016).
BAB II
METODOLOGI
2.1 PERALATAN PERCOBAAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain sebuah Voltmeter DC, sebuah
Amperemeter DC, sebuah Tahanan R1, 27 kΩ, sebuah Tahanan R2, 4,7 kΩ, sebuah
Tahanan Rc, 3,3 kΩ, sebuah Tahanan Re, 680 kΩ, sebuah Transistor Q1 2N3904 / Q2
2N2222 / Q3 BC547 / Q4 C945 / Q5 BD139.

2.2 TATA LAKSANA PERCOBAAN


2.2.1 Penerapan Sumber Tegangan 9 V Pada Rangkaian Uji
Praktikum penerapan sumber tegangan 9 V ini dimulai dengan dihubungkannya saklar
S2, kemudian pilihlah mode DC pada voltmeter. Setelah itu, hubungkan kaki (+) voltmeter ke
titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik D. pada power supply, tegangan 9 V diterapkan dan
dilanjutkan dengan diperhatikannya tegangan yang terbaca dari voltmeter DC. Apabila belum
dekat dengan 9 V, dinaikkan atau diturunkan 1 step hingga didapatkannya nilai yang dekat
dengan 9 V. setelah nilainya dekat dengan 9 V, maka dipastikan tidak ada perubahan
tegangan kembali.

2.2.2 Pengukuran Tegangan Pada Tahanan R1, R2, RC, dan RE


Pengukuran tegangan ini dimulai dengan diukurnya tegangan pada tahanan R1 (VR1 =
VAB) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik B.
Kemudian, diukurnya tegangan pada tahanan R2 (VR2 = VBD) dengan dihubungkannya kaki
(+) voltmeter ke titik B dan kaki (-) voltmeter ke titik D. Selanjutnya, diukurnya tegangan
pada tahanan RC (VRC = VAC) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki
(-) voltmeter ke titik C. Kemudian, diukurnya tegangan pada tahanan RC (VRE = VED) dengan
dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik E dan kaki (-) voltmeter ke titik D.

2.2.3 Penerapan Sumber Tegangan 10 V Pada Rangkaian Uji


Praktikum penerapan sumber tegangan 10 V ini dimulai dengan dihubungkannya
saklar S2, kemudian pilihlah mode DC pada voltmeter. Setelah itu, hubungkan kaki (+)
voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik D. pada power supply, tegangan 10 V
diterapkan dan dilanjutkan dengan diperhatikannya tegangan yang terbaca dari voltmeter DC.
Apabila belum dekat dengan 10 V, dinaikkan atau diturunkan 1 step hingga didapatkannya
nilai yang dekat dengan 10 V. setelah nilainya dekat dengan 10 V, maka dipastikan tidak ada
perubahan tegangan kembali.

2.2.4 Pengukuran Tegangan Pada Tahanan R1, R2, RC, dan RE


Pengukuran tegangan ini dimulai dengan diukurnya tegangan pada tahanan R1 (VR1 =
VAB) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik B.
Kemudian, diukurnya tegangan pada tahanan R2 (VR2 = VBD) dengan dihubungkannya kaki
(+) voltmeter ke titik B dan kaki (-) voltmeter ke titik D. Selanjutnya, diukurnya tegangan
pada tahanan RC (VRC = VAC) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki
(-) voltmeter ke titik C. Kemudian, diukurnya tegangan pada tahanan RC (VRE = VED) dengan
dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik E dan kaki (-) voltmeter ke titik D.
2.2.5 Penerapan Sumber Tegangan 11 V Pada Rangkaian Uji
Praktikum penerapan sumber tegangan 11 V ini dimulai dengan dihubungkannya
saklar S2, kemudian pilihlah mode DC pada voltmeter. Setelah itu, hubungkan kaki (+)
voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik D. pada power supply, tegangan 11 V
diterapkan dan dilanjutkan dengan diperhatikannya tegangan yang terbaca dari voltmeter DC.
Apabila belum dekat dengan 11 V, dinaikkan atau diturunkan 1 step hingga didapatkannya
nilai yang dekat dengan 11 V. setelah nilainya dekat dengan 11 V, maka dipastikan tidak ada
perubahan tegangan kembali.

2.2.6 Pengukuran Tegangan Pada Tahanan R1, R2, RC, dan RE


Pengukuran tegangan ini dimulai dengan diukurnya tegangan pada tahanan R1 (VR1 =
VAB) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik B.
Kemudian, diukurnya tegangan pada tahanan R2 (VR2 = VBD) dengan dihubungkannya kaki
(+) voltmeter ke titik B dan kaki (-) voltmeter ke titik D. Selanjutnya, diukurnya tegangan
pada tahanan RC (VRC = VAC) dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki
(-) voltmeter ke titik C. Kemudian, diukurnya tegangan pada tahanan RC (VRE = VED) dengan
dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik E dan kaki (-) voltmeter ke titik D.
2.2.7 Penerapan Sumber Tegangan 12 V Pada Rangkaian Uji
Praktikum penerapan sumber tegangan 12 V ini dimulai dengan dihubungkannya
saklar S2, kemudian pilihlah mode DC pada voltmeter. Setelah itu, hubungkan kaki (+)
voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik D. pada power supply, tegangan 12 V
diterapkan dan dilanjutkan dengan diperhatikannya tegangan yang terbaca dari voltmeter DC.
Apabila belum dekat dengan 12 V, dinaikkan atau diturunkan 1 step hingga didapatkannya
nilai yang dekat dengan 12 V. setelah nilainya dekat dengan 12 V, maka dipastikan tidak ada
perubahan tegangan kembali.
2.3 GAMBAR ALAT DAN RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 2.1 Voltmeter DC, Voltmeter AC, dan Amperemeter AC/DC

Gambar 2.2 Signal Generator

Gambar 2.3 Oscilloscope

Gambar 2.4 Rangkaian Uji


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 DATA HASIL PERCOBAAN
3.1.1 Pengukuran Tegangan pada Tahanan

Tegangan (volt)
Titik
Vcc = 9 V Vcc = 10 V Vcc = 11 V Vcc = 12 V

𝑉𝑅1 9,8 8,53 9,3 10,3

𝑉𝑅2 1,3 0,03 0,03 1,74

𝑉𝑅𝐶 3,3 3,83 4,57 5,27

𝑉𝑅𝐸 0,69 0,8 0,95 1,1

3.1.2 Pengukuran Tegangan pada Transistor

Tegangan (volt)
Titik
Vcc = 9 V Vcc = 10 V Vcc = 11 V Vcc = 12 V

𝑉𝐶𝐵 4,34 6,1 5,5 4,98

𝑉𝐵𝐸 0,01 0,62 0,63 0,63

𝑉𝐶𝐸 5,06 5,3 5,5 5,65

3.1.3 Pengukuran Arus

Arus (ampere)

Titik Vcc = 9 V Vcc = 10 V Vcc = 11 V Vcc = 12 V


(11,3 V)

𝐼𝐵 0,014 x 10’-3 0,0152 x 10’-3 0,0165 x 10’-3 0,017 x 10’-3

𝐼𝐶 1,2 x 10’-3 1,45 x 10’-3 1,672 x 10’-3 1,8 x 10’-3


3.2 PERHITUNGAN
Digunakan pada masing-masing Vcc

Digunakan pada masing-masing Vcc

3.2.1 Tegangan Pada Tahanan Dengan 𝑽𝑪𝑪 = 𝟗 𝑽


𝑅2 4700
• 𝑉𝐵 = 𝑉2 = 𝑅 𝑉𝐶𝐶 = × 9 = 1,334384858 𝑉
1 +𝑅2 27000+4700

• 𝑉𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐵𝐸 = 1,334384858 − 0,01 = 1.324384858 𝑉


𝑉 1.324384858
• 𝐼𝐸 = 𝑅𝐸 = = 0.00194762 𝐴
𝐸 680

• 𝐼𝐶𝑄 = 𝐼𝐸 = 0.00194762 𝐴
• 𝑉𝐶𝐸𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − (𝑉𝐶 + 𝑉𝐸 ) = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶 (𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 )
= 9 − 0,0012(3300 + 680) = 4,224 𝑉
𝑉𝐶𝐶 9
• 𝐼𝐶 (𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖) = 𝑅 = = 0,002261307 𝐴
𝐶 +𝑅𝐸 3300+680

• 𝑉𝐶𝐸 (𝐶𝑢𝑡 − 𝑂𝑓𝑓) ≅ 𝑉𝐶𝐶 ≅ 9 𝑉


3.2.2 Tegangan Pada Tahanan Dengan 𝑽𝑪𝑪 = 𝟏𝟎 𝑽
𝑅2 4700
• 𝑉𝐵 = 𝑉2 = 𝑅 𝑉𝐶𝐶 = × 10 = 1,482649842 𝑉
1 +𝑅2 27000+4700

• 𝑉𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐵𝐸 = 1,482649842 − 0,62 = 0,852649842 𝑉


𝑉 0,852649842
• 𝐼𝐸 = 𝑅𝐸 = = 0,001253897 𝐴
𝐸 680

• 𝐼𝐶𝑄 = 𝐼𝐸 = 0,001253897 𝐴
• 𝑉𝐶𝐸𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − (𝑉𝐶 + 𝑉𝐸 ) = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶 (𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 )
= 10 − 0,001253897 (3300 − 680) = 5,009490629 𝑉
𝑉𝐶𝐶 10
• 𝐼𝐶 (𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖) = 𝑅 = = 0,002512563 𝐴
𝐶 +𝑅𝐸 3300+680

• 𝑉𝐶𝐸 (𝐶𝑢𝑡 − 𝑂𝑓𝑓) ≅ 𝑉𝐶𝐶 ≅ 10 𝑉


3.2.3 Tegangan Pada Tahanan Dengan 𝑽𝑪𝑪 = 𝟏𝟏 𝑽
𝑅2 4700
• 𝑉𝐵 = 𝑉2 = 𝑉𝐶𝐶 = × 11 = 1,630914826 𝑉
𝑅1 +𝑅2 27000+4700

• 𝑉𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐵𝐸 = 1,630914826 − 0,63 = 0,990914826 𝑉


𝑉 0,990914826
• 𝐼𝐸 = 𝑅𝐸 = = 0,001457228 𝐴
𝐸 680

• 𝐼𝐶𝑄 = 𝐼𝐸 = 0,001457228 𝐴
• 𝑉𝐶𝐸𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − (𝑉𝐶 + 𝑉𝐸 ) = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶 (𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 )
= 11 − 0,001457228 (3300 + 680) = 5,20023381 𝑉
𝑉𝐶𝐶 11
• 𝐼𝐶 (𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖) = 𝑅 = = 0,002763819 𝐴
𝐶 +𝑅𝐸 3300+680

• 𝑉𝐶𝐸 (𝐶𝑢𝑡 − 𝑂𝑓𝑓) ≅ 𝑉𝐶𝐶 ≅ 11 𝑉


3.2.4 Tegangan Pada Tahanan Dengan 𝑽𝑪𝑪 = 𝟏𝟐 𝑽
𝑅2 4700
• 𝑉𝐵 = 𝑉2 = 𝑅 𝑉𝐶𝐶 = × 12 = 1,779179811 𝑉
1 +𝑅2 27000+4700

• 𝑉𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐵𝐸 = 1,779179811 − 0,63 = 1,139179811 𝑉


𝑉 1,139179811
• 𝐼𝐸 = 𝑅𝐸 = = 0,001675264 𝐴
𝐸 680

• 𝐼𝐶𝑄 = 𝐼𝐸 = 0,001675264 𝐴
• 𝑉𝐶𝐸𝑄 = 𝑉𝐶𝐶 − (𝑉𝐶 + 𝑉𝐸 ) = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶 (𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 )
= 12 − 0,001675264 (3300 + 680) = 5,332447578 𝑉
𝑉𝐶𝐶 12
• 𝐼𝐶 (𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖) = 𝑅 = = 0,003015075 𝐴
𝐶 +𝑅𝐸 0,001675264

• 𝑉𝐶𝐸 (𝐶𝑢𝑡 − 𝑂𝑓𝑓) ≅ 𝑉𝐶𝐶 ≅ 12 𝑉

3.3 GRAFIK (APABILA ADA)

3.4 PEMBAHASAN
3.4.1 ANALISA PROSEDUR
3.3.1 Tegangan Pada Tahanan Dengan 𝑽𝑪𝑪 = 𝟗 𝑽

0,0025
Garis Beban DC (Vcc = 9 V)
0,002
0,0015
IC (A)

0,001
0,0005
0
0 2 4 6 8 10
VCE (V)

Gambar 3.1 Grafik Garis Beban DC Dengan Vcc = 9 V


3.3.2 Tegangan Pada Tahanan Dengan 𝑽𝑪𝑪 = 𝟏𝟎 𝑽

Garis Beban DC (Vcc = 10 V)


0,003
0,0025

Ic (Ampere)
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0 2 4 6 8 10 12
Vce (Volt)

Gambar 3.2 Grafik Garis Beban DC Dengan Vcc = 10 V


3.3.3 Tegangan Pada Tahanan Dengan 𝑽𝑪𝑪 = 𝟏𝟏 𝑽

Garis Beban DC (Vcc = 11 V)


0,003
0,0025
Ic (Ampere)

0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0 2 4 6 8 10 12
Vce (Volt)

Gambar 3.3 Grafik Garis Beban DC Dengan Vcc = 11 V


3.3.4 Tegangan Pada Tahanan Dengan 𝑽𝑪𝑪 = 𝟏𝟐 𝑽

Garis Beban DC (Vcc = 12 V)


0,0035
0,003
Ic (Ampere)

0,0025
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Vce (Volt)

Gambar 3.4 Grafik Garis Beban DC Dengan Vcc = 12 V


3.4.1.1 FUNGSI ALAT
Alat yang digunakan pada percobaan bias pembagi tegangan ini antara
lain software remlab, sebuah voltmeter DC, sebuah amperemeter DC, dan
sebuah rangkaian uji common emitor. Remlab digunakan untuk pengoperasian
instrument percobaan seperti voltmeter, amperemeter, dan komponen dalam
rangkaian uji common emitor. Voltmeter DC digunakan untuk pengukuran
tegangan jenis DC yang dialirkan pada rangkaian. Amperemeter DC digunakan
untuk pengukuran kuat arus listrik jenis DC yang dialirkan pada rangkaian.
Rangkaian uji common emitor digunakan sebagai media percobaan di mana di
dalamnya terdapat transistor berjenis npn dan beberapa tahanan sebagai
komponen uji.

3.4.1.2 FUNGSI PERLAKUAN


Sebelum dilakukannya percobaan, perlu dipastikan server dari software
remlab hanya digunakan oleh satu kelompok. ID, password, dan user untuk
software remlab diberikan oleh asisten praktikum sehingga salah satu
praktikan dapat login ke software remlab. Pertama-tama dilakukan penerapan
sumber tegangan sebesar 10 V pada rangkaian uji. Saklar S2 dihubungkan dan
pada voltmeter dipilih mode DC. Kaki positif voltmeter DC ditempatkan pada
titik A dan kaki negatif ditempatkan pada titik D. Terapkan tegangan sebesar
10 V pada power supply. Tegangan yang terbaca pada voltmeter DC
diperhatikan. Bila tegangan masih kurang mendekati 10 V, maka dapat
dinaikkannya atau diturunkannya tegangan dengan diberikannya kenaikan
sebesar 1 step atau diturunkan 1 step sampai mendekati. Setelah tegangan
mencukupi, selanjutnya dilakukan pengukuran tegangan pada tahanan R1, R2,
RC, RE. Pada pengukuran tegangan di tahanan R1 dilakukan dengan
dihubungkannya kaki positif voltmeter ke titik A dan kaki negatif ke titik B.
Setelah itu dilakukan pembacaan hasil pengukuran pada voltmeter DC. Pada
pengukuran tegangan di tahanan R2 dilakukan dengan dihubungkannya kaki
positif voltmeter ke titik B dan kaki negatif ke titik D. Setelah itu dilakukan
pembacaan hasil pengukuran pada voltmeter DC. Pada pengukuran tegangan
di tahanan RC dilakukan dengan dihubungkannya kaki positif voltmeter ke titik
A dan kaki negatif ke titik C. Setelah itu dilakukan pembacaan hasil
pengukuran pada voltmeter DC. Pada pengukuran tegangan di tahanan RE
dilakukan dengan dihubungkannya kaki positif voltmeter ke titik E dan kaki
negatif ke titik D. Setelah itu dilakukan pembacaan hasil pengukuran pada
voltmeter DC. Selanjutnya dilakukan pengukuran tegangan pada transistor
pada titik VCB, VBE, VCE. Tegangan yang berada pada VCB transistor diukur
dengan ditempatkannya kaki positif voltmeter ke titik C dan kaki negatif ke
titik B. Setelah itu dilakukan pembacaan hasil pengukuran pada voltmeter DC.
Tegangan yang berada pada VBE diukur dengan ditempatkannya kaki positif
voltmeter ke titik B dan kaki negatif ke titik E. Setelah itu dilakukan
pembacaan hasil pengukuran pada voltmeter DC. Tegangan yang berada pada
VCE transistor diukur dengan ditempatkannya kaki positif voltmeter ke titik C
dan negatif ke titik E. Setelah itu dilakukan pembacaan hasil pengukuran pada
voltmeter DC. Lalu yang terakhir dilakukan pengukuran arus pada rangkaian
pada titik IB dan IC. Pengukuran arus IB dilakukan dengan ditempatkannya
amperemeter pada posisi I2. Hasil pengukuran dibaca pada amperemeter DC.
Selanjutnya dilakukan pengukuran arus IC dengan ditempatkannya
amperemeter pada posisi I3 dan kemudian hasil pengukuran dibaca pada
amperemeter DC.

3.4.2 ANALISA HASIL

Garis Beban DC (Vcc = 12 V)


0,0035
0,003
Ic (Ampere)

0,0025
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Vce (Volt)

Dari data hasil percobaan yang telah didapatkan, dapat diamati nilai tegangan
yang dihasilkan dari tahanan dan transistor juga nilai arus yang didapatkan melalui
pengamatan secara langsung maupun secara teoritis, dari data – data tersebut
nantinya dapat dibandingkan untuk dijadikan tolak ukur hasil pengamatan yang
telah dilakukan sudah akurat atau belum. Pada pengukuran dengan nilai sumber
masukan 𝑉𝐶𝐶 = 9 V, kita juga dapat mengamati nilai dari setiap tahanan transistor.
Pada 𝑉𝑅2 sebesar 1,33 V. Pada perhitungan secara teoritis kita ketahui bahwa VB =
V2 sehingga kita dapatkan nilai sebesar 1,33 V. Dapat dilihat hasil yang
didapatkan tidak berbeda jauh sehingga dapat kita katakan hasil pengukuran yang
dilakukan mendekati akurat. Pada tahanan VRE kita dapatkan nilai pengamatan
sebesar 0,69 V sedangkan pada perhitungan teoritis kita dapatkan nilai
tegangannya sebesar 0,719 V yang hasilnya mendekati. Adapun untuk nilai
tegangan pada transistornya, kita dapatkan nilai VCE pada pengamatan sebesar 5,01
V sedangkan pada perhitungan teoritis untuk VCEQ kita dapatkan nilainya sebesar
4,94 V. Nilai tersebut cukup mendekati yang menandakan bahwa proses
pengamatan yang dilakukan mendekati akurat saat transistor berada didaerah kerja
maksimumnya, Oleh karena itu didapatkan nilai dari perhitungan teoritis VCE
dalam keadaan cut off sama dengan nilai Vcc yang artinya bernilai 9 V. Arus yang
diukur saat pengamatan pada transistor juga dapat kita amati nilainya, yaitu
sebesar 1,2 mA pada IC. Pada perhitungan teoritis kita dapatkan nilai yang tidak
berbeda jauh pada saat IC dalam keadaan saturasi yaitu sebesar 2,26 mA.
Perbedaan yang dihasilkan cukup jauh yang dapat disebabkan karena faktor
pengamat ataupun faktor alat ukur itu sendiri.
Pada pengukuran dengan nilai sumber masukan 𝑉𝐶𝐶 = 12 V, kita juga dapat
mengamati nilai dari setiap tahanan transistor. Pada 𝑉𝑅2 sebesar 1,74 V. Pada
perhitungan secara teoritis kita ketahui bahwa VB = V2 sehingga kita dapatkan
nilai sebesar 1,77918 V. Dapat dilihat hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh
sehingga dapat kita katakan hasil pengukuran yang dilakukan mendekati akurat.
Pada tahanan VRE kita dapatkan nilai pengamatan sebesar 1,1 V sedangkan pada
perhitungan teoritis kita dapatkan nilai tegangannya sebesar 1.143 V yang hasilnya
mendekati. Adapun untuk nilai tegangan pada transistornya, kita dapatkan nilai
VCE pada pengamatan sebesar 5,65 V sedangkan pada perhitungan teoritis untuk
VCEQ kita dapatkan nilainya sebesar 5,42 V. Nilai tersebut cukup mendekati yang
menandakan bahwa proses pengamatan yang dilakukan mendekati akurat saat
transistor berada didaerah kerja maksimumnya, Oleh karena itu didapatkan nilai
dari perhitungan teoritis VCE dalam keadaan cut off sama dengan nilai Vcc yang
artinya bernilai 12 V. Arus yang diukur saat pengamatan pada transistor juga dapat
kita amati nilainya, yaitu sebesar 1,8 mA pada IC. Pada perhitungan teoritis kita
dapatkan nilai yang tidak berbeda jauh pada saat IC dalam keadaan saturasi yaitu
sebesar 3,015 mA. Perbedaan yang dihasilkan cukup jauh yang dapat disebabkan
karena faktor pengamat ataupun faktor alat ukur itu sendiri
Dari keempat pemberian tegangan, penempatan titik Q yang paling tepat
adalah 9 dan 12 V karena hasil perhitungan teoritis dengan hasil dari praktikum
sama yang berarti minim deviasi yang terjadi saat pengambilan data.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukannya praktikum ini, karakteristik rangkaian bias pembagi tegangan
untuk penguat transistor konfigurasi common emitor dapat diketahui oleh praktikan, yaitu
rangkaian bias pembagian tegangan yang merupakan Teknik pembagian tegangan basis
transistor dan kaki transistor yang berdiri sendiri di mana rangkaian tersebut menggunakan
rangkaian pembagi tegangan dengan dua buah transistor yang titik pembagian tegangannya
dihubungkan ke kaki basis transistor.

4.2 SARAN
Remlab lebih baik dibuat lebih teliti karena beberapa kali data yang di ambil
mengalami anomali sehingga data harus diambil berkali-kali
DAFTAR PUSTAKA
Malvino, A. & Bates, D. 2016. Electronic Principles. McGraw-Hill Education. New York.
Schultz, M. E. 2016. Grob’s Basic Electronics 12th Edition. McGraw-Hill Education. New
York.
Setiyo, M. 2017. Listrik & Elektronika Dasar Otomotif. UNIMMA PRESS. Magelang.
Young, H. D. 2012. Sears & Zemansky’s College Physics 9th Edition. Addison-Wesley. San

Fransisco.
LAMPIRAN

(Setiyo, 2017).
(Setiyo, 2017).

(Schultz, 2016).
(Schultz, 2016).

(Malvino dan Bates, 2016).


(Malvino dan Bates, 2016).
FOTO RANGKAIAN PERCOBAAN

DHP
DATA HASIL PERCOBAAN
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II
Topik 1: Rangkaian DC Bias Pembagi Tegangan

3.1.1 Pengukuran Tegangan pada Tahanan

Tegangan (volt)
Titik
Vcc = 9 V Vcc = 10 V Vcc = 11 V Vcc = 12 V

𝑉𝑅1 9,8 8,53 9,3 10,3

𝑉𝑅2 1,3 0,03 0,03 1,74

𝑉𝑅𝐶 3,3 3,83 4,57 5,27

𝑉𝑅𝐸 0,69 0,8 0,95 1,1

3.1.2 Pengukuran Tegangan pada Transistor

Tegangan (volt)
Titik
Vcc = 9 V Vcc = 10 V Vcc = 11 V Vcc = 12 V

𝑉𝐶𝐵 4,34 6,1 5,5 4,98

𝑉𝐵𝐸 0,01 0,62 0,63 0,63

𝑉𝐶𝐸 5,06 5,3 5,5 5,65


3.1.3 Pengukuran Arus

Arus (ampere)

Titik Vcc = 9 V Vcc = 10 V Vcc = 11 V Vcc = 12 V


(11,3 V)

𝐼𝐵 0,014 x 10’-3 0,0152 x 10’-3 0,0165 x 10’-3 0,017 x 10’-3

𝐼𝐶 1,2 x 10’-3 1,45 x 10’-3 1,672 x 10’-3 1,8 x 10’-3

PERHITUNGAN

Digunakan pada masing-masing Vcc

GRAFIK

Digunakan pada masing-masing Vcc


POSTTEST

Anda mungkin juga menyukai