Makalah Manajemen Risiko Kelompok 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

“ PROSES MANAJEMEN RISIKO DAN ORGANISASI


FUNGSI MANAJEMEN RISIKO “

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. Ardian Revaldo ( 2161201238 )


2. Ferdiansah Dwi Prasojo ( 2161201150 )
3. Regina Lifia ( 2061201034 )
4. Sisil Nomavi Yure ( 2161201034 )
5. Siska Juliani Rahaman ( 2161201186 )

Dosen Pengampu: Dr. Meilaty Finthariasari

PRODI EKONOMI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BEGKULU

2022/2023
BAB I
PEMBAHASAN

A. PROSES MANAJEMEN RISIKO


1) Proses manajemen risiko
Awal dari proses manajemen risiko adalah pimpinan korporasi harus memiliki kesadaran
akan risiko dan memahami sepenuhnya bahwa risiko ini harus di kelola dengan baik.
Setelah manajmen menyadari, seorang pimpinan korporasi haruspula menilai risiko yang
harus di kelolah tersebut.
Banyak teknik digunakan dalam menilai, namun yang paling umum adalah audit dan
pengukuran. Pengukuran tersebut dalam tahapan penilaian dan memungkinkan direktur
utama korporasi memungkinkan analisis dan membuat keputusan setelah mendapatkan
fakta yang ada. Adapun proses manajemen risiko terdiri atas tiga proses utama, yaitu
penetapan konteks, penilaian risiko, dan penanganan risiko:
a. Penetapan konteks, manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi serta
mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai,
stakeholders yang berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko. Hal-hal tersebut
akan membantu untuk mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko.
b. penilaian risiko, meliputi tahapan identifikasi risiko yang bertujuan untuk
mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat memengaruhi pencapaian sasaran organisasi.
Berdasarkan risiko-risiko yang telah teridentifikasi dapat disusun sebuah daftar risiko
untuk kemudian dilakukan pengukuran risiko untuk melihat tingkatan risiko.
c. penanganan risiko, yang berupa perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk
mendapatkan alternatif solusinya sehingga penanganan risiko dapat diterapkan secara
efektif dan efisien. Beberapa alternatif penangangan risiko yang dapat diambil antara
lain yang bertujuan untuk menghindari risiko, memitigasi risiko untuk mengurangi
kemungkinan atau dampak, mentransfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing) dan
menerima risiko (risk acceptance).

Proses pendukung lainnya dalam penerapan manajemen risiko adalah komunikasi


kepadamanajemen dan unit-unit kerja perusahaan sehingga setiap individu dalam

2
perusahaan memahami atas kesadaran risiko, budaya risiko, kematangan risiko. Proses
komunikasi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengukur kesiapan organisasi dalam
mengatasi risiko dan untuk mengevaluasi penerapan manajemen risiko tersebut.

2) Identifikasi Risiko
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui setiap kemungkinan-kemungkinan
kerugian yang bisa saja terjadi pada perusahaan. Dengan mengetahui kemungkinan-
kemungkinan tersebut maka manajer risiko harus waspada dan berhati-hati terhadap setiap
kemungkinan kerugian yang bisa terjadi kepada perusahaan mengingat hal tersebut adalah
tugas utama dari seorang manajer risiko.Hal selanjutnya yang harus dilakukan oleh manajer
risiko dalam melakukan identifikasi risiko adalah memperkirakan besar kecilnya resiko yang
akan terjadi dengan perusahaan. Hal ini perlu dilakukan untuk memperkirakan berapa
kerugian maksimum yang akan diderita oleh perusahaan berdasarkan risiko-risiko yang
berasal dari beragam sumber.
Selanjutnya, seorang manajer risiko harus bisa memutuskan metode apa yang akan
digunakan untuk pengolahan risiko. Disini manajer risiko harus bisa memberikan metode
yang paling baik, serta paling ekonomis untuk perusahaan. Ada banyak hal yang bisa
dilakukan untuk mendapatkan metode terbaik dan juga yang paling ekonomis, seperti
membatasi, mengurangi, menanggung secara pribadi, menghapuskan, atau bahkan
mengkombinasikan metode-metode yang ada.
Proses identifikas risiko perusahaan dilakukan dengan menganalisis seluruh sumber
risiko yang paling kurang dilakukan terhadap risiko dari produk dan akivitas perusahaan serta
memastikan bahwa risikodari produk dan aktivitas baru telah melalui proses manajemen
risiko yang layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan.
Ada beberapa metode identifikasi risiko yang bisa dilakukan. Beberapa diantaranya
adalah identifikasi risiko berdasarkan analisa dan juga historis. Ada juga identifikasi risiko
yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan survey. Metode yang satu ini bisa menggunakan
questionnaire, melakukan interaksi secara langsung dengan unit kerja, dan bisa juga dengan
cara inspeksi langsung. Identifikasi risiko juga bisa dilakukan dengan metode pengacuan atau
bisa juga disebut dengan benchmarking, dan yang terakhir identifikasi risiko bisa dilakukan
menggunakan metode pendapat ahli.

3
3) Pengukuran risiko
Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau kecilnya resiko yang akan
terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya resiko yang dihadapi
perusahaan, kemudian bisa melihat dampak dari resiko terhadap kinerja perusahaan
sekaligus bisa melakukan prioritisasi resiko, resiko mana yang relevan.

 Manfaat pengukuran risiko :


a. Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi.
b. Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer Risiko dalam
upaya menentukan cara dan kombinasi ara-cara yang paling dapat diterima paling
baik dalam penggunaan sarana penanggulangan risiko.
 Dimensi yang diukur :
a. Besarnya frekuensi kerugian, artinya berapa kali terjadinya suatu kerugian selama
suatu periode tertentu.
b. Tingkat kegawatan (severity) atau keparahan dari kerugiankerugian tersebut.
Artinya untuk mengetahui sampai seberapa besar pengaruh dari suatu kerugian
terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
 Teknik pengukuran risiko :
a. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas.
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan
dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil
yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas
dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0 menandakan kejadian atau
hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti.
b. National Risiko, diukur berdasarkan nilai eksposur Contohnya, pengukuran risiko
kredit dengan metode notional. Jika perusahaan meminjamkan uang kepada pihak
lain senilai Rp 2 milyar, maka besarnya risiko kredit berdasarkan pendekatan
notional adalah Rp 2 milyar.
c. Sensitivitas Risiko, diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur terhadap
perubahan faktor penentu. Contoh paling populer adalah risiko aset keuangan atau
sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian (return) aset

4
yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar. Ukuran ini
dikenal sebagai Beta Pasar. Contoh lain adalah degree of operating leverage
(DOL), yang mengukur sensitivitas laba operasi terhadap perubahan penjualan.
DOL digunakan sebagai ukuran risiko bisnis.
d. Volatilitas Risiko, diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur berfluktuasi.
Ukuran yang umum adalah standar deviasi. Semakin besar standar deviasi suatu
eksposur, semakin berfluktuasi nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin
beresiko eksposur atau aset tersebut.
e. Pendekatan VaR ( value at risk ), risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum
yang bisa terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan
tingkat keyakinan ( level of confidence ) tertentu. Untuk mengukur risiko dengan
pendekatan VaR, diperlukan data standar deviasi dan skor Z dari tabel distribusi
normal. Contoh: diketahui standar deviasi dari suatu aset bernilai Rp 1 juta adalah
2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya adalah 1,645. Maka besarnya
risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040. Jika nilai Z tersebut
dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x Rp 1 juta = Rp 40 ribu.
f. Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
Teknik pengukuran yang cukup sederhana ( tidak terlalu melibatkan kuantifikasi
yang rumit ) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu
frekuensi dan signifikansi. Terdapat 2 hal dalam proses tersebut yaitu :
1. Mengembangkan standar risiko
2. Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi

4) Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko adalah kegiatan yang membahas tentang bagaimana suatu
organisasi menerapkanukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan
menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis. Atau
lebihsingkatnya adalah suatu tindakan untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian.
 Tujuan Pengendalian Risiko :

5
a. Perusahaan memliki ukuran kuat sebagai pijakan dala mengambil
setiapkeputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati dan
selalumenempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
b. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh- pengaruh
yang mungkin timbul bak secara jangka pendek dan jangka panjang.
c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalumenghindari
dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnyakerugian dari segi
finansial.
d. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum

 Lingkungan Pengendalian Risiko:


a. Makna lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian adalah hal yang
mendasar dala komponen pengendalian. Terdiri atas, tindakan, kebijakan, prosedur
yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan komisaris,
dan pemilik perusahaan. Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para
manajemen dankaryawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi
tersebut.Dari pengertian lingkungan pengendalian tersebut dapat diketahui bahwa
efektivitas pengendalian dalam suatu organisasi terletak pada sikap manajemen.
Untuk itu, manajemen dan staf harus menciptakan dan memelihara lingkungan
dalam organisasi yang menetapkan perilaku positif dan dukungan terhadap
pengendalian manajemen dan kesadaran manajemen. Lingkungan pengendalian
yang positif merupakan landasan bagi seluruh standar pengendalian manajemen.
Lingkungan pengendalian memberikan suatu bidang pengetahuan,struktur, dan
suasana yang mempengaruhi mutu pengendalian manajemen.2. Penetapan risiko
pengendalian Merupakan proses penilaian tentang efektivitas rancangan dan
pengoprasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern suatu perusahaan
dalam mencegah dan mendeteksi salah saji dalam laporan keuangan.Dalam
penetapan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan beberapa
hal, diantaranya :
a. mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk
mendapatkan pemahaman.

6
b. Mengidentifikasi salah saji material
c. Identifikasi pengendalian diperlukan
d. Melakukan pengujian pengendalian.

5) Pemantauan Risiko
Perusahaan harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan yang mencakup pemantauan
terhadap besarnya eksposur risiko, toleransi risiko, kepatuhan limit internal, dan hasil
stress lesting ataupun konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan. Pemantauan dapat dilakukan baik oleh unit pelaksana maupun oleh satuan kerja
manajemen risiko. Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang disampaikan
kepada manajemen dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan yang diperlukan. Evaluasi
terhadap eksposur risiko dilakukan dengan cara pemantauan dan peiaporan risiko yang
bersifat material atau yang berdampak kepada kondisi permodalan perusahaan. antara lain,
didasarkan atas penilaian potensi resiko dengan menggunakan Iustorial irend.
Perusahaan harus menyiapkan suatu sistum cadangan dan prosedur yang efektif untuk
menegah terjadinya gangguan dalam proses Penantauan risiko
dan melakukan pengecekan serta penilaian kembali secara berkala terhadap sistem
cadangan tersebut.

7
B. ORGANISASI DAN FUNGSI MANAJEMEN RISIKO
1.) Komite Manajemen Risiko
Sesuai dengan regulasi (Otoritas Jasa Keuangan (2016), komite manajemen risiko
(KMR) harus bersifat nonstrucural. Komite manajemen risiko setidaknya terdiri atas
mayorilas anggota direksi dan pejabat eksekutif terkait. Keanggotaan komite manajemen
risiko dapat berupa keanggotaan tetap atau tidak tetap, sesuai dengan kebutuhan. Anggota
tetap adalah direksi dan pejabat eksekutif yang ditunjuk direktur utama untuk
melaksarnakan wewenang dan tanggung jawab secara permanen untuk jangka waktu
tertentu, seperti direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan dan direktur yang
membawahkan fungsi manajenen risiko, sedangkan anggota tidak tetap adalah direksi dan
pejabat eksekutif yang terkait dengan topik yang dibahas dan direkomendasikan dalam
komite manajemen risiko, seperti kepala divisi treasury untuk topik pengelolaan eksposur
suku bunga dan nilai tukar.
Pejabat eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada direksi atau
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan atau operasional perusahaan.
Komite manajemen risiko paling sedikit terdiri atas mayoritas direksi dan pejabat
eksekutif terkait. Mayoritas direksi berarti lebih dari 50 persen dari seluruh jumlah
anggota direksi. Misalnya, jumlah direksi adalah empat orang, maka mayoritas adalah tiga
orang direksi.
Komite Manajemen Risiko dibentuk dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris
dalam membantu melaksananakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris terutama untuk
fungsi pengawasan yang berkaitan dengan manajemen risiko.
Tugas dan tanggung jawab Komite Manajemen Risiko secara garis besar diantaranya
sebagai berikut:
1. Melakukan kajian atas permohonan persetujuan Direksi kepada Dewan Komisaris
atas rencana corporate actions antara lain: investasi, rencana jangka panjang
Perseroan, kontrak kerjasama operasi, pengelolaan asset, Penjaminan Asset, dan
sebagainya.
2. Melakukan evaluasi kebijakan dan strategi manajemen risiko baik operasional dan
pengembangan usaha Perseroan.

8
3. Memantau dan melakukan evaluasi terhadap penerapan manajemen risiko dan
mitigasinya atas rencana bisnis dan investasi Perseroan serta pelaksanaan
operasional ditinjau dari sisi keuangan dan legal.
Melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi serta memberikan rekomendasi atas hal-hal
yang perlu mendapat perhatian Dewan Komisaris.

Struktur organisasi yang menerapkan fungsi manajemen risiko di atas harus disesuaikan
dengan ukuran dan kompleksitas usaha serta risiko yarng relevan dan melekat pada
aktivitas fungsionalnya. Namun, dari pengamatan penulis, terdapat banyak perbedaan
dalam pemberlakuan direksi yang nembawahi satuan kerja manajemen risiko. Komite
manajenen risiko berwenang dar bertanggung jawab untuk memberikan rekomendasi
kepada direktur utama yang mencakup:
1. Penyusunan kebijakan, strategi, dan pedoman penerapan manajemen risiko.
2. Perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan hasil
evaluasi pelaksanaan manajemen risiko.
3. Penctapan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan
prosedur normal. Keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan prosedur normal, antara
lain pelampauan ekspansi usaha yang signitikan

2.) Satuan Kerja Manajemen Risiko


Satuan kerja manajemen risiko (SKMR) merupakan bagian dari struktur organisasi
(bersifat struktural). Struktur organisasi satuan kerja manajemen risiko harus disesuaikan
dengan ukuran dan kompleksitas usaha perusahaan serta risiko yang melekat pada
perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat menentukan sendiri struktur
organisasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi, termasuk kemampuan keuangan dan
sumber daya manusia (SDM).
Satuan kerja manajemen risiko harus independen terhadap satuan kerja operasional
(risk-taking unit) dan terhadap satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian
intern. Yang dimaksud dengan "independen" antara lain tercermin dari adanya:
1. Pemisahan fungsi/tugas antara satuan kerja manajemen risiko, satuan kerja operasional
(risk-taking unit), dan satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian intern.

9
2. Proses pegambilan keputusan yang tidak memihak atau menguntungkan satuan kerja
operasional tertentu atau mengabaikan satuan kerja operasional lainnya. Untuk
perusahaan jasa keuangan, satuan kerja operasional (risk-taking unit) di antaranya
adalah satuan kerja kredit, treasury, dan pendanaan.

Satuan kerja manajemen risiko bertanggung jawab langsung kepada direktur utama
atau kepada direktur yang ditugaskan secara khusus. Direktur yang ditugaskan secara
khusus adalah direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan atau direktur manajemen
risiko.
Wewenang dan tanggung jawab SKMR meliputi:
1. Pemantauan pelaksanaan strategi manajemen risiko yang telah disetujui oleh
direksi.
2. Pemantauan posisi risiko secara keseluruhan (composite), per jenis risiko,dan/atau
per jenis aktivitas fungsional, serta melakukan stress testing. Stress testing
dilakukan guna mengetahui dampak dari implementasi kebijakan dan strategi
manajemen risiko terhadap kinerja dan pendapatan masing-masing satuan kerja
operasional atau aktivitas fungsional perusahaan.
3. Kaji ulang secara berkala terhadap proses manajemen risiko. Kaji ulang antara lain
dilakukan berdasarkan temuan audit intern dan/atau perkembangan praktik-praktik
manajemen risiko yang berlaku secara internasional.
4. Pengkajian usulan aktivitas dan/atau produk baru. Beberapa yang termasuk dalam
pengkajian adalah penilaian kemampuan perusahaan untuk melakukan aktivitas
dan/atau produk baru dan kajian usulan perubahan sistem dan prosedur.
5. Evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk
mengukur risiko bagi perusahaan yang menggunakan model untuk keperluan
intern (internal model).
6. Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja operasional (risk-taking unit)
dan/atau kepada KMR sesuai kewenangan yang dimilikinya. Rekomendasi
memuat hal-hal yang terkait dengan besaran atau maksimum eksposur risiko yang
wajib dipelihara oleh perusahaan.

10
7. Menyusun dan menyampaikan laporan profil/komposisi risiko secaraberkala
kepada direktur utama atau direktur yang ditugaskan secara khusus dan KMR
secara berkala. Profil risiko merupakan gambaran secara menyeluruh atas besarnya
potensi risiko yang melekat pada seluruh portofolio atau eksposur bank. Frekuensi
penyampaian laporan harus ditingkatkan apabila kondisi pasar berubah dengan
cepat.

3.) Hubungan Satuan Kerja Operasional Dengan SKMR


Satuan kerja operasional (risk-taking unit) wajib menginformasikan eksposur risiko
yang melekat pada satuan kerja yang bersangkutan kepada SKMR secara berkala.
Frekuensi penyampaian informasi eksposur risiko disesuaikan dengan karakteristik jenis
risiko.
Termasuk dalam definisi satuan kerja operasional (risk-taking unit) antara lain adalah
satuan kerja perkreditan, treasury, dan pendanaan ataupun bagianbagian lain di sebuah
korporasi. Jadi, bila ada eksposur yang memengaruhi bisnis di sebuah korporasi, harus
disampaikan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, atau sesuai dengan profil risiko dan
kompleksitas korporasi. Bagi sebuah perusahaan tambang, perubahan naik turun harga
komoditas minyak, batu bara, dan lain-lain tentu saja akan berpengaruh kepada eksposur
bisnis korporasi dan ini harus disampaikan oleh unit bisnis kepada SKMR korporasi
secara berkala.

11
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses manajemen risiko berjalan beriringan dengan proses Perusahaan atau Organisasi
dan menyatu dengan seluruh aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Perusahaan ataupun
Organisasi itu sendiri. Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk mamastikan bahwa
seluruh kebijakan risiko dan bisnis di diimplementasikan secara konsisten.
Adapun proses manajemen resiko meliputi Proses Identifikasi Risiko di suatu
perusahaan, Proses Analisa Risiko di suatu perusahaan, proses review resiko, proses mitigasi
resiko, dan proses monitoring resiko. Semua tahapan dari proses tersebut berkesinambungan
dalam menunjang manajemen resiko tersebut. Dalam pelaksanaan proses manajemen resiko
tersebut tentu saja dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung seperti perangkat formal
dan stuktur organisasi, dokumen kebijakan manajemen resiko, dan struktur organisasi bank
berbasis manajemen resiko.

Dari penjelasan mengenai Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko juga dapat ditarik
kesimpulan bahwa keanggotaan komite manajemen risiko dapat berupa keanggotaan tetap
atau tidak tetap, sesuai dengan kebutuhan. Anggota tetap adalah direksi dan pejabat eksekutif
yang ditunjuk direktur utama untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab secara
pcrmanen untuk jangka waktu tertentu, seperti direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan
dan dircktur yang membawahkan fungsi manajemen risiko, sedangkan anggota tidak tetap
adalah direksi dan pejabat eksekutif yang terkait dengan topik yang dibahas dan
direkomendasikan dalam komite manajemen risiko, seperti kepala divisi dan lain-lain.
Komite manajemen risiko memiliki wewenang untuk penyusunan kebijakan strategi dan
pedoman penerapan Menejemen risiko. Dan Satuan kerja Menejemen resiko memiliki juga
wewenang untuk melakukan pemantaun pelaksanaan strategi manajemen risiko yang telah
disetujui oleh direksi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rustam, Bambang Rianto. 2017. Manajemen Risiko Prinsip, Penerapan dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Empat.
Lufina Mahadewi, M.M., M.Sc.. Proses Manajemen Risiko Penetapan konteks manajemen risiko
erat kaitannya dengan melakukan penetapan tujuan, strategi. ruang lingkup dan
parameter-parameter lain yang berhubungan dengan proses pengelolaan risiko,
https://accounts.ppm-manajemen.ac.id/id_ID/blog/artikel-manajemen-18/post/proses-
manajemen-risiko-1510#blog_content. (Diakses Pada 12 Oktober 2022)
Ramadhani Nila, Ria Nelly Sari dkk. 2012. PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN
KOMISARIS DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK
MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN. Pekan Baru:
https://ja.ejournal.unri.ac.id/index.php/JA/article/download/2884/2823 (Diakses Pada 12
Oktober 2022)
Fungsi dan Peran Komite Pemantau Risiko Serta Kontribusinya Dalam Penerapan Enterprise
Risk Management di Indonesia .CRMS Indonesia:
https://crmsindonesia.org/publications/fungsi-dan-peran-komite-pemantau-risiko-serta-
kontribusinya-dalam-penerapan-enterprise-risk-management-di-indonesia/ (Diakses Pada
12 Oktober 2022)
Komite Pemantau Manajemen Risiko, PELINDO: https://ipctpk.co.id/komite-pemantau-
manajemen-risiko-2/ ((Diakses Pada 12 Oktober 2022)

13

Anda mungkin juga menyukai