Admin, Artikel 5 Juli 2020 Final 11 Agustus
Admin, Artikel 5 Juli 2020 Final 11 Agustus
Admin, Artikel 5 Juli 2020 Final 11 Agustus
Abstrak. Salah satu kunci keberhasilan perubahan organisasi ialah faktor sumber daya manusia
yang dimilikinya, terutama pada sikap kesiapan untuk berubah (readiness for change). Di sisi
lain, perubahan organisasi biasanya menimbulkan emosi negatif bagi karyawan, sehingga
karyawan perlu didukung dengan kesejahteraan karyawan di tempat kerja (workplace well-
being). Oleh karena itu, penelitian ini menguji pengaruh kesejahteraan karyawan di tempat
kerja terhadap kesiapan untuk berubah, dengan hipotesis penelitian bahwa terdapat pengaruh
kesejahteraan di tempat kerja terhadap kesiapan untuk berubah. Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan BUMN
di Indonesia yang sementara ini sedang melakukan beberapa perubahan, dengan jumlah
responden penelitian sebanyak 98 karyawan pelaksana yang dipilih menggunakan teknik simple
random sampling. Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner Kesejahteraan di Tempat
Kerja dari Maulana (2018) yang diadaptasi dari Workplace Well-Being Index dari Page (2005),
dan kuesioner Kesiapan untuk Berubah yang diadaptasi langsung dari Readiness for Change
Questionnaire dari Holt et al. (2007). Analisis data menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian
ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (.00 < .05) dari kesejahteraan di tempat
kerja terhadap kesiapan untuk berubah sebesar 35.5%.
Kata Kunci: kesejahteraan di tempat kerja, kesiapan untuk berubah, sumber daya manusia
Abstract. One of the keys to the success of organization changes is its human resource factor,
especially in readiness for change. On the other hand, organization changes normally could
have a negative emotions for employees, so employees should be supported by the well-being
of employees in the workplace (workplace well-being). Therefore, this study attempted to
examine the effect of workplace well-being on readiness for change, through the research
hypothesis which withnessing an effect of workplace well-being on readiness for change. This
research method used a quantitative approach. This research was conducted at a state-owned
company in Indonesia, which is currently undergoing some organizational changes, as many
as 98 participants using simple random sampling techniques. This research measuring
instrument by using a Workplace Well-Being questionnaire from Maulana (2018) which was
adapted from the Workplace Well-Being Index of Page (2005), and a Readiness for Change
questionnaire which was adapted directly from The Readiness for Change Questionnaire of
Holt,dkk. (2007). Regression analysis was used to analyze the data. The results of this study
imply that there is a significant effect (.00 < .05) of workplace well-being on readiness for
change of 35.5%.
Keywords: human resources, readiness for change, workplace well-being
229
Muhammad Noerul Akhbar, Diana Harding, Nurul Yanuarti
Era disruptif pada masa ini ditandai Konsep yang digunakan untuk
dengan berkembang pesatnya inovasi yang menjelaskan jenis reaksi dan sikap ini adalah
digagas oleh pelaku industri baru, seperti kesiapan untuk berubah (readiness for change).
inovasi teknologi dari luring ke daring. Beberapa ahli berupaya menjelaskan kesiapan
Perubahan ini kemudian berdampak untuk berubah, di antaranya Armenakis et al.
terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat (1993) dengan mendefinisikan kesiapan untuk
zaman sekarang yang semakin mudah dan berubah sebagai keyakinan, sikap, dan intensi
cepat, sehingga mengubah gaya hidup individu yang mengarah pada dukungan
masyarakat zaman sekarang. Meskipun terhadap perubahan. Kemudian, Hanpachern
demikian, perubahan ini berlangsung cepat et al. (1998) menjelaskan bahwa kesiapan
dan tidak dapat ditolak. Oleh karena itu, hal untuk berubah ialah sejauh mana individu
ini mengancam keberadaan pelaku industri secara mental, psikologis, maupun fisik siap
lama yang tidak mampu mengikuti atau prima untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kebutuhan gaya hidup masyarakat zaman pengembangan organisasi. Terakhir, Holt et al.
sekarang. Era disruptif ini seperti virus yang (2007) menjelaskan kesiapan untuk berubah
mewabah dan meluas secara cepat, mulai sebagai suatu sikap komprehensif yang
pada dunia bisnis, perbankan, transportasi, dipengaruhi secara simultan oleh: (a) apa yang
sosial masyarakat, dan hubungan diubah (isi), (b) bagaimana perubahan itu
kemasyarakatan, sehingga hanya diimplementasikan (proses), (c) keadaan di
menyisakan dua pilihan yakni berubah atau mana perubahan itu terjadi (konteks), dan (d)
punah (Sugiarto, 2018). karakteristik individu yang diminta untuk
Berkenaan dengan hal tersebut, sebagian berubah (atribut individual). Hal tersebut
besar ahli perilaku organisasi sepakat bahwa secara kolektif terefleksikan ke dalam aspek
faktor manusia menjadi anteseden yang paling kognitif maupun emosional individu untuk
mungkin menjadi faktor keberhasilan inisiatif menunjukkan sejauh mana individu cenderung
perubahan organisasi (Armenakis et al., 1993). menerima, menganut, dan mengadopsi
Seringkali, proses perubahanlah yang perubahan untuk mengubah kondisi saat ini.
menentukan apakah hasil perubahan akan Konsekuensi dari kesiapan untuk
berhasil atau tidak, misalkan penerimaan dan berubah itu sendiri sangat erat terhadap
dukungan dari karyawan sangat penting dalam keberhasilan perubahan organisasi. Armenakis
keberhasilan perubahan organisasi. Oleh et al. (1993) menjelaskan bahwa karyawan
karena itu, penting untuk memahami sikap yang bersedia dan siap mengadopsi perubahan
karyawan terhadap perubahan organisasi tentu dapat mengurangi kemungkinan
dalam proses perubahan. kegagalan dalam menerapkan perubahan.
Rafferty et al. (2013) menjelaskan bahwa Ada banyak faktor yang dapat
dampak dari kesiapan untuk berubah dapat memengaruhi kesiapan untuk berubah pada
berupa perilaku dukungan terhadap diri karyawan. Holt et al. (2007) menjelaskan
perubahan (change supportive behaviours), ada empat perspektif yang memengaruhi
performa kerja (job performance), dan sikap kesiapan untuk berubah yaitu: isi, konteks,
kerja (job attitudes). Oleh karena itu, secara proses, dan atribut individu. Faktor atribut
umum, kesiapan untuk berubah meningkatkan individual menjadi salah satu faktor yang
keberhasilan implementasi perubahan cukup penting memengaruhi kesiapan untuk
organisasi. Hal ini juga didukung dari hasil berubah. Hal ini dikarenakan selama
penelitian Hallgrimsson (2008) yang perubahan organisasi, karyawan akan
menunjukkan bahwa peningkatan kesiapan cenderung mengalami emosi negatif, seperti
untuk berubah dapat meningkatkan perasaan cemas, stres, dan sebagainya. Maka
implementasi perubahan dalam organisasi. dari itu, organisasi perlu menjaga
Ada empat dimensi yang membentuk kesejahteraan karyawan di tempat kerja
kesiapan untuk berubah dalam diri individu, (workplace well-being) selama perubahan agar
yaitu: (a) kesesuaian (appropriateness), (b) tetap positif untuk membantunya dalam
dukungan manajemen (management support), menghadapi perubahan.
(c) efikasi terhadap perubahan (change efficacy), Konsep kesejahteraan (well-being)
dan (d) keyakinan personal (personal valence) karyawan di tempat kerja merupakan konsep
(Holt et al., 2007). Dimensi kesesuaian, yang cukup luas dengan berbagai pandangan
yaknimengenai perasaan individu bahwa dari para ahli (De Simone, 2014). Tahun 2005,
perubahan yang diajukan akan tepat bagi Page (2005) memperkenalkan istilah baru
organisasi atau menjawab kebutuhan organisasi. dalam konsep kesejahteraan di tempat kerja
Dimensi dukungan manajemen, menjelaskan yakni workplace well-being. Page (2005)
tentang keyakinan individu bahwa para manajer menjelaskan bahwa kesejahteraan di tempat
akan mendukung dan berkomitmen terhadap kerja berbeda dengan konsep kesejahteraan
pelaksanaan perubahan. Dimensi efikasi dari para ahli sebelumnya yang tidak
terhadap perubahan, yakni mengenai perasaan menyentuh secara spesifik aspek pekerjaan
individu bahwa ia mampu mengimplementasikan dan tempat pekerjaan itu sendiri.
perubahan dengan baik. Dimensi keyakinan Kesejahteraan di tempat kerja didefinisikan
personal, menjelaskan mengenai keyakinan sebagai “an affective sense of well-being
individu atas manfaat/keuntungan yang akan resulting from the satisfaction of intrinsic and/
didapatkan secara personal apabila perubahan or extrinsic work values”. Artinya bahwa
tersebut diimplementasikan. kesejahteraan di tempat kerja sebagai rasa
Tabel 1
Kategorisasi Kesejahteraan di Tempat Kerja Subjek
Kategori n %
Sejahtera 40 40.82
Cukup sejahtera 58 59.18
Tidak sejahtera 0 .00
N 98 100
Tabel 2
Perbandingan Rata-Rata Dimensi Kesejahteraan di Tempat Kerja
Dimensi M Kategori
Afek Umum (Core affect) 4.39 Tinggi
Dimensi Intrinsik 4.27 Sedang
Dimensi Ekstrinsik 4.12 Sedang
Catatan. M = Skor rata-rata.
Berdasarkan Tabel 2, didapatkan bahwa afek sementara dimensi ekstrinsik memiliki skor rata-
umum (core affect) memiliki skor rata-rata 4.39 rata 4.12 dalam kategori sedang. Hasil tersebut
dalam kategori tinggi, dimensi intrinsik memiliki menunjukkan bahwa dimensi yang paling rendah
skor rata-rata 4.27 dalam kategori sedang, dimiliki karyawan ialah dimensi ekstrinsik.
Tabel 3
Perbandingan Skor Rata-Rata Aspek Dimensi Intrinsik dan Ekstrinsik Kesejahteraan di Tempat Kerja
Dimensi
kesejahteraan di Aspek-aspek M Kategori
tempat kerja
Tanggung jawab dalam kerja 4.44 Tinggi
Makna pekerjaan 4.68 Tinggi
Kemandirian dalam pekerjaan 4.40 Tinggi
Dimensi intrinsik
Penggunaan kemampuan dan pengetahuan
4.46 Tinggi
dalam kerja
Perasaan berprestasi dalam bekerja 3.36 Sedang
Penggunaan waktu yang sebaik-baiknya 4.66 Tinggi
Kondisi kerja 4.45 Tinggi
Supervisi 4.68 Tinggi
Peluang promosi 3.82 Sedang
Dimensi ekstrinsik
Pengakuan terhadap kinerja yang baik 3.46 Sedang
Penghargaan sebagai individu di tempat kerja 4.40 Tinggi
Upah 4.04 Sedang
Keamanan pekerjaan 3.43 Sedang
Catatan. M = Skor rata-rata.
tempat kerja, aspek supervisi menjadi aspek terakhir aspek keamanan pekerjaan. Hasil
dengan skor rata-rata paling tinggi. Kemudian, tersebut menunjukkan bahwa karyawan
diikuti dengan aspek penggunaan waktu merasa puas terhadap perlakuan dari atasan,
sebaik-baiknya, aspek kondisi kerja, dan waktu kerja, kondisi kerja, dan penghargaan
aspek penghargaan sebagai individu di sebagai karyawan. Namun, karyawan masih
tempat kerja. Keempat aspek ini berada pada cukup puas/belum sepenuhnya puas
kategori tinggi. Adapun aspek yang masih terhadap upah, kesempatan karier, pengakuan
berada pada kategori sedang yakni aspek dari organisasi terhadap kinerja yang
upah, aspek peluang promosi, aspek diberikan kepada karyawan, dan posisi
pengakuan terhadap kinerja yang baik, dan pekerjaan karyawan saat ini.
Tabel 4
Kategorisasi Kesiapan untuk Berubah Subjek
Kategori n %
Tinggi 47 47.96
Sedang 51 52.04
Rendah 0 0.00
N 98 100
Tabel 5
Perbandingan Rata-Rata Dimensi Kesiapan untuk Berubah
Dimensi M Kategori
Kesesuaian 4.60 Tinggi
Dukungan manajemen 3.90 Sedang
Efikasi terhadap perubahan 4.30 Sedang
Keyakinan personal 4.20 Sedang
Catatan. M = Skor rata-rata.
perubahan yang dilakukan pihak organisasi dengan dukungan dan komitmen dari pihak
sudah tepat. Di sisi lain, di antara empat manajemen organisasi terhadap perubahan
dimensi kesiapan untuk berubah, dimensi yang dilakukan.
dukungan manajemen menjadi dimensi
Hasil analisis hipotesis
terendah yang dimiliki karyawan. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar Berdasarkan analisis regresi, didapatkan
karyawan masih belum sepenuhnya yakin hasil sebagai berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Regresi Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah
Variabel p R2
Kesejahteraan di tempat kerja * Kesiapan
.00* .355
untuk berubah
Catatan. *signifikansi pada p < .05.
yang ada di lapangan (Alagona & Simon, 2010; karyawan terhadap kesiapan untuk berubah
Robinson et al., 2004; Verèiè & Vokiæ, 2017). didukung dari hasil penelitian Zulkarnain dan
Meskipun karyawan bekerja lebih, mereka Hadiyani (2014) dengan menemukan bahwa
mengalami emosi positif seperti rasa bahagia, terdapat pengaruh signifikan keterikatan
antusias, dan optimis (Bakker & Demerouti, karyawan terhadap kesiapan untuk berubah
2008). Oleh karena itu, karyawan yang terikat karyawan. Dengan demikian, secara
memiliki penilaian yang positif terhadap diri konseptual, adanya pengaruh kesejahteraan di
dan organisasi serta memiliki reaksi afektif tempat kerja yang dimiliki karyawan terhadap
yang positif, seperti harapan dan optimisme. munculnya kesiapan untuk berubah karyawan
Pada situasi perubahan organisasi, dapat dijelaskan melalui keterikatan karyawan.
adanya penilaian positif karyawan terhadap Berdasarkan hasil penelitian ini,
organisasi memengaruhi kesiapan perubahan sebagian besar karyawan merasa cukup
kognitif (cognitive change readiness) dalam diri sejahtera dengan apa yang diberikan
karyawan. Karyawan memiliki pandangan organisasi, baik dari aspek pekerjaan itu
positif terhadap perubahan yang dilakukan sendiri maupun dari aspek lingkungan
organisasi. Karyawan menilai perubahan yang pekerjaan yang dapat dilihat di Tabel 1. Pada
dilakukan pihak manajemen organisasi adalah situasi perubahan organisasi saat ini, rasa
hal yang pantas, tepat, dan bermanfaat. sejahtera karyawan yang didapatkan dari
Sementara, adanya afektif yang positif dalam organisasi kemudian berkontribusi dalam
diri karyawan memengaruhi kesiapan memunculkan sikap positif karyawan terhadap
perubahan afektif (affective change readiness) organisasi, salah satunya kesiapan untuk
dalam diri karyawan. Karyawan tetap mampu berubah. Karyawan yang merasa cukup
merasa bahagia dan optimis terhadap segala sejahtera di organisasi menjadi cenderung
perubahan yang dilakukan organisasi. Oleh cukup siap menerima perubahan yang
sebab itu, dengan adanya kesiapan perubahan dilakukan organisasi sebagaimana dapat
kognitif dan afektif dalam diri karyawan, dilihat di Tabel 4. Hal tersebut dikarenakan
mereka menjadi lebih siap menerima karyawan yang merasa cukup sejahtera dari
perubahan yang dilakukan organisasi. pekerjaannya membuat mereka cukup terikat
Kesiapan perubahan kognitif dan afektif ini terhadap pekerjaannya. Karyawan berusaha
sendiri merupakan dua aspek yang menyelesaikan tugas yang diberikan, meskipun
merefleksikan sejauh mana karyawan belum proaktif terhadap pekerjaanya
cenderung menerima perubahan yang dikarenakan masih belum terikat sepenuhnya.
dilakukan organisasi (Holt et al., 2007; Rafferty Oleh sebab itu, walaupun saat ini ada tuntutan
et al., 2013). Adanya pengaruh keterikatan perubahan dari organisasi, karyawan yang
yang dimilikinya saat ini untuk menyukseskan mengadopsi perubahan yang diusulkan pihak
perubahan. Hal ini disebabkan salah satunya manajemen organisasi, sehingga akan
karena karyawan merasa masih kurang mendorong performa kerja karyawan yang
didukung dengan fasilitas pelatihan dan pada akhirnya akan dapat mengurangi
pengembangan diri oleh pihak manajemen kemungkinan kegagalan dalam menerapkan
organisasi agar karyawan bisa menyesuaikan perubahan.
diri dengan tuntutan perubahan. Hal ini sesuai Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
pandangan Rafferty et al. (2013) yang penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
menjelaskan bahwa penilaian karyawan Fachruddin dan Mangundjaya (2012) yang
terhadap dukungan manajemen akan menemukan tidak terdapat pengaruh dari
berpengaruh terhadap efikasi terhadap kesejahteraan di tempat kerja terhadap
perubahan pada karyawan. Selain itu, penilaian kesiapan untuk berubah. Hal tersebut bisa jadi
karyawan yang belum yakin sepenuhnya disebabkan oleh beberapa faktor sesuai
dengan dukungan dari pihak manajemen pandangan Holt et al. (2007), yaitu: (a)
organisasi tampaknya berdampak juga karakteristik organisasi (perspektif konteks)
terhadap keyakinan personal karyawan. yang berbeda, dalam hal ini penelitian
Berdasarkan Tabel 5, karyawan masih belum sebelumnya dilakukan di perusahaan swasta
sepenuhnya yakin dengan manfaat yang akan minyak dan gas bumi, sementara penelitian ini
didapatkan setelah mengimplementasikan dilakukan di perusahaan BUMN; (b) konten
perubahan. Hal ini bisa jadi disebabkan salah perubahan yang berbeda dari organisasi
satunya karena karyawan merasa efisiensi (perspektif isi); dan (c) proses atau langkah-
keuangan yang diterapkan oleh pihak langkah yang diambil masing-masing pihak
manajemen organisasi justru mengurangi manajemen organisasi dalam
keuntungan yang didapatkan karyawan seiring mengimplementasikan perubahan (perspektif
perubahan yang dilakukan organisasi. proses) tentu berbeda. Selain itu, hasil
Berdasarkan hasil dan pembahasan, penelitian yang berbeda dengan penelitian
maka perlu dilakukan peningkatan sebelumnya kemungkinan disebabkan karena
kesejatheraan di tempat kerja, terutama pengambilan data dari kedua penelitian ini
terhadap dimensi ekstrinsik dan aspek khusus dilakukan dengan menggunakan kuesioner
di dalamnya sebagai upaya untuk persepsi diri, sehingga data yang didapatkan
meningkatkan kesiapan untuk berubah pada sangat bergantung dengan penilaian subjek
subjek penelitian. Peningkatan kesiapan untuk penelitian itu sendiri.
berubah pada diri karyawan diharapkan akan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
membuat karyawan menerima, merangkul, dan proporsi sampel di setiap bagian/departemen
belum seimbang atau tidak merata, sehingga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang
tidak semua karyawan dari berbagai level dapat berpengaruh terhadap kesiapan untuk
tercakup sebagai subjek penelitian. Selain itu, berubah, seperti keterikatan karyawan,
subjek dalam penelitian ini hanya mengambil dukungan organisasi, dan lainnya. Kedua,
dari salah satu perusahaan BUMN, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan lebih
hasil penelitian ini kurang representatif melakukan kontrol terhadap faktor lainnya
terhadap kondisi perusahaan lain. yang dapat memengaruhi kesiapan untuk
berubah, seperti konten perubahan, proses
Simpulan
perubahan, hingga jenis organisasi. Ketiga,
Berdasarkan temuan penelitian, penelitian selanjutnya diharapkan
didapatkan bahwa kesejahteraan di tempat menggunakan teknik proportionate stratified
kerja yang dimiliki karyawan berkontribusi random sampling dengan tujuan untuk
terhadap kesiapan untuk berubah karyawan. membandingkan kondisi karyawan antar
Dengan kata lain, karyawan yang merasa bagian/departemen dan melibatkan karyawan
sejahtera terhadap pekerjaannya, akan dari berbagai level dalam organisasi. Sehingga,
membuat karyawan lebih siap dalam hasil penelitian dapat lebih menggambarkan
menghadapi perubahan organisasi. Berbagai kondisi keseluruhan karyawan dalam
penelitian juga telah membuktikan kontribusi organisasi.
kesejahteraan di tempat kerja dalam
memunculkan sikap positif karyawan terhadap Referensi
organisasi, seperti komitmen, keterikatan Ahmad, A. H., & Aworinde, O. B. (2019). Are
fiscal deficits inflationary in African
terhadap organisasi, dan sebagainya. Oleh
countries? A new evidence from an
karena itu, organisasi memang perlu asymmetric cointegration analysis.
North American Journal of Economics and
memperhatikan aspek kesejahteraan
Finance, 50. https://doi.org/10.1016/
karyawan di tempat kerja, khususnya selama j.najef.2019.100999
perubahan dilakukan. Armenakis, A., Harris, S., & Mossholder, K.
(1993). Creating readiness for
Saran organizational change. Human Relations,
46, 681–704. https://doi.org/10.1177/
Terdapat beberapa saran bagi peneliti 001872679304600601
lain yang berminat mengkaji mengenai topik
Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2008). Towards
dalam penelitian ini. Pertama, melihat a model of work engagement. Career
Development International, 13(3), 209–
kontribusi kesejahteraan di tempat kerja
223. https://doi.org/10.1108/
terhadap kesiapan untuk berubah hanya 13620430810870476
sebesar 35,5%, sehingga diharapkan Black Dog Institute. (2018). Workplace
wellbeing. Resource and Support. https:/
penelitian selanjutnya dapat