Bab 8 Struktur Percakapan Dan Struktur Preferensi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

STRUKTUR PERCAKAPAN DAN STRUKTUR PREFERENSI

Oleh
NURA SAFIRA
NPM 2006102010029
CUT MUNA HUMAIRA NABLA
NPM 2006102010030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

2 DEFINISI .............................................................................................. 2

3 PEMBAHASAN ................................................................................... 4

3.1 Analisis PercakapanJeda, ............................................................. 4

3.2 Overlaps, dan Backchannel .......................................................... 6

3.3 Gaya Bicara ................................................................................. 7

3.4 Pasangan Ajasensi ....................................................................... 8

3.5 Struktur Prefensi .......................................................................... 8

4 PENUTUP............................................................................................. 9

4.1 Kesimpulan.................................................................................. 9

4.2 Saran ........................................................................................... 10

5 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 11

ii
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk sosial tentu memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi
dengan sesamanya. Bentuk komunikasi mendasar yang dilakukan oleh manusia adalah
percakapan. Dalam percakapan, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya
juga dapat bertukar informasi. Percakapan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
jenis percakapan yang mungkin berbeda sesuai dengan konteks interaksi yang ada. Dalam
percakapan dikenal Konsep Kerangka Kerja Partisipasi yang membahas tentang peran
penutur dalam berkomunikasi. Dalam struktur percakapan dan referensi dibahas
mengenai analisis struktur percakapan yang didalamnya terdapat jeda, overlap, dan
backchannel.

Istilah 'interaksi' sebenarnya dapat diterapkan pada sejumlah pertemuan sosial yang
beraneka ragam. Misalnya, misalnya seorang guru berbicara dengan murid-muridnya
didalam kelas merupakan salah satu jenis 'interaksi'. Jenis percakapannhapun mungkin
juga berbeda menurut konteks interaksi yang berbeda. Akan tetapi struktur
pembicaraannya, pola dasar dari 'Saya bicara - Anda bicara - Saya bicara - Anda bicara'
berasal dari jenis interaksi mendasar yang pertama kali kita peroleh dan yang paling
sering kita gunakan. Inilah struktur percakapan. Struktur percakapan ialah apa saja yang
sudah kita asumsikan sebagai suatu yang sudah dikenal baik melalui diskusi sebelumnya.
Tiba saatnya untuk melihat struktur itu secara lebih dekat sebagai aspek pragmatik yang
krusial.

Dalam percakapan tentunya sering terjadi kesalahan atau miskomunikasi bahwa pesan
yang dimaksudkan oleh pembicara atau pembicara tidak tersampaikan secara efektif
kepada lawan bicara atau penuturnya agar lawan bicaranya memberikan tanggapan yang
jelas yang mengakibatkan proses komunikasi atau tindak berbahasa menjadi tidak lancar
atau mengalami masalah. Inilah masalah dalam setiap percakapan. Ini Masalah muncul
karena kita kurang mahir dalam menggunakan bahasa. Elemen utama dalam percakapan
adalah penggunaan bahasa yang baik. Kita dituntut untuk menggunakan kebaikan bahasa
sehingga kita dapat mengontrol proses percakapan ke arah yang diharapkan. Namun yang
sering terjadi adalah penyimpangan-penyimpangan yang menimbulkan dampak tidak
menyenangkan bagi keduanya pihak yaitu pembicara dan pembicara.

1
Keterampilan berbahasa yang baik dapat kita peroleh berdasarkan kegiatan belajar
dan kebiasaan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan kita. Keterampilan ini
mencakup beberapa hal penting aspek yaitu cara membuka dan menutup pembicaraan
serta mengembangkan bahasa dalam percakapan. Aspek-aspek tersebut merupakan hal
yang perlu kita perhatikan agar percakapan yang kita lakukan bisa sesukses mungkin.
Oleh karena itu, penulis merasa penting untuk mempersiapkan makalah ini yang
bertujuan untuk memperluas wawasan bagi pembaca agar lebih mahir menggunakan
bahasa dalam percakapan, khususnya.

2. DEFINISI
Struktur percakapan dan struktur referensi

Bab sebelumnya membahas kesadaran sosial dan dampaknya dalam interaksi.


Interaksi mencakup berbagai situasi, seperti guru dan murid di kelas, dokter dan pasien di
klinik, atau aktivitas sehari-hari seperti membeli perangko. Meskipun jenis percakapan
bervariasi, struktur dasarnya tetap sama, berasal dari interaksi mendasar ‘Saya bicara –
Anda bicara – Saya bicara – Anda bicara.’ Struktur percakapan merupakan hal yang kita
kenal dan perlu dipahami sebagai aspek pragmatik yang krusial.

Analisis Percakapan

Percakapan sering diibaratkan dengan kiasan. Namun, pendekatan analitik yang


umum digunakan adalah dengan analogi ekonomi pasar, di mana kesempatan bicara
menjadi komoditas langka yang dikenal sebagai giliran. Pengambilan giliran, sebagai aksi
sosial, berjalan sesuai dengan sistem pengaturan setempat dan Tempat Relevansi
Pertukaran (TRP).

Jenis interaksi percakapan dapat bersifat kooperatif atau bersaing, tercermin dalam
contoh overlap. Pengaturan struktur percakapan melibatkan penungguan TRP sebelum
masuk, dan penggunaan backchannelsignals, seperti ‘ya’ atau ‘yeah’, untuk memberikan
umpan balik kepada penutur. Kesenyapan dalam percakapan memiliki makna dan dapat
diinterpretasikan sebagai signifikansi.

Contoh overlap menunjukkan keakraban, sementara di lain waktu, itu menandakan


persaingan. Penutur kadang-kadang bersaing untuk mendapatkan hak bicara, terlihat
dalam interupsi yang diindikasikan oleh huruf kapital dalam kalimat ‘DAPATKAH
SAYA MENYELESAIKAN?’ Penggunaan ‘aturan-aturan’ yang tidak dinyatakan dalam

2
struktur percakapan menunjukkan bahwa mempertahankan hak bicara memerlukan
pemahaman akan harapan dan TRP.

Masing-masing penutur diharapkan menunggu sampai akhir unit struktural sebelum


mencapai TRP, tetapi lingkungan kompetitif mungkin menghasilkan jeda yang diisi
dengan ‘um’ atau ‘ah’ untuk menjaga giliran. Ungkapan-ungkapan seperti ‘There are
threepointsI’dliketomake-first...’ atau ‘DidyouhearaboutCindy’snewcar?-she got it in...’
digunakan untuk memperoleh giliran yang diperpanjang.

Mempertahankan hak bicara melibatkan penanda hubungan akhir atau


backchannelsignals, seperti ‘uh-uh’, ‘yeah’, atau ‘mmm’. Ketiadaan backchannel dapat
ditafsirkan sebagai pelanggaran kesepakatan atau interferensi ketidaksepakatan dalam
interaksi tatap muka. Kesenyapan dalam percakapan memiliki makna yang signifikan dan
dapat diartikan sebagai bermakna.

Gaya Bicara dalam Percakapan

Dalam sistem pengambilan giliran bicara, gaya bicara memainkan peran kunci dalam
menentukan karakteristik percakapan. Di dalam komunitas penutur, variasi gaya bicara
dapat menyebabkan potensi kesalahpahaman. Gaya pelibatan tinggi, di mana percakapan
aktif dengan kecepatan tinggi tanpa jeda, overlap, atau penyempurnaan giliran orang lain,
menjadi salah satu bentuk gaya bicara yang substansial.

Sebaliknya, gaya solidaritas tinggi ditandai oleh kecepatan yang lebih lambat, jeda
yang panjang, dan menghindari interupsi atau penyempurnaan giliran. Jika dua penutur
memiliki gaya bicara yang berbeda, percakapan mereka dapat menjadi bertolak belakang,
dengan penilaian subjektif terhadap gaya masing-masing.

Partisipasi aktif lebih dominan, dan penutur yang memulai lebih cepat mungkin salah
mengartikan penutur yang lebih lambat sebagai kurang berkontribusi atau malu. Gaya
bicara dapat mempengaruhi persepsi pribadi, di mana karakteristik gaya diinterpretasikan
sebagai sifat-sifat perorangan, seperti kegaduhan, dominasi, atau bahkan kejemuan.

Pasangan Ajasensi

Pasangan Ajasensi, dengan gaya dan pola interaksi sosialnya, membantu penutur ke-
Lihatannya mengatasi kesibukan sehari-hari. Contoh pola otomatis dalam struktur
percakapan adalah ucapan salam (Hello), pertanyaan kesehatan (How are you?), dan

3
ucapan selamat tinggal (See ya!). Pasangan ajasensi dapat terdiri dari bagian pertama dan
kedua, seperti dalam contoh (8) hingga (10).

Contoh lain dari pasangan ajasensi adalah urutan pembukaan percakapan seperti
(11a.) dan (12a.), tanya-jawab (12a.) serta jawaban ucapan terima kasih (12b.). Namun,
terkadang terjadi penundaan dalam memberikan jawaban yang diantisipasi, mengubah
tata urutan menjadi T1-T2-J2-J1, seperti pada contoh (13).

Terdapat pula tata urutan sisipan, misalnya pada contoh (14), yang menggabungkan
permohonan-pengabulan dengan tata urutan tanya-jawab. Penundaan dalam jawaban
menunjukkan adanya harapan yang tidak segera terpenuhi. Oleh karena itu, penundaan
tersebut memiliki makna setempat yang perlu dipahami melalui istilah analitik dalam
jenis pasangan ajasensi tertentu.

Struktur preferensi

Pasangan ajasensi mencerminkan kerangka struktural dalam percakapan yang dikenal


sebagai preferensi. Preferensi, dalam konteks ini, merujuk pada pola tindakan sosial yang
diharapkan dalam tata urutan bicara, bukan penolakan atau sikap pribadi. Struktur
preferensi terbagi menjadi tindakan sosial yang disukai dan tidak disukai.

Dalam tata urutan preferensi, bagian pertama mengandung permohonan atau tawaran
dengan harapan pengabulan pada bagian kedua. Pola umum struktur preferensi
ditunjukkan dalam Tabel 8.1, dengan tindakan yang disukai seperti setuju atau menerima,
dan tindakan yang tidak disukai seperti tidak setuju atau menolak.

Contoh (15 a. – d.) menggambarkan bagian kedua yang disukai sebagai respons
terhadap permohonan atau tawaran pada bagian pertama. Dengan demikian, menerima
atau menyetujui permohonan merupakan jawaban yang diharapkan dalam struktur
preferensi.

3. PEMBAHASAN

3.1 Analisis Percakapan


Didalam pasar ini, terdapat komoditas yang langka yang disebut dengan kesempatan
bicara 'floor' yang biasa didefinisikan sebagai hak untuk bicara. Dengan demikian kontrol
komoditas yang langka ini pada saat tertentu dinamakan giliran. Pada situasi apapun

4
ketika kontrol tidak dapat disesuaikan di waktu mendatang, seseorang bisa berusaha
untuk mendapatkan kontrol itu. Ini disebut 'pengambilan giliran'. Suatu kemungkinan
perubahan terhadap masalah giliran ini disebut 'Tempat Relevansi Pertukaran (Transition
Relevance Place) atau TRP. Arti kiasan dapat diaplikasikan pada percakapan-percakapan
ini dimana penutur bekerja sama dan memiliki 'hak bicara' secara sama. Arti kiasan juga
dapat dipakai untuk menjelaskan percakapan-percakapan dimana penutur tampak
bersaing , berjuang untuk mendapatkan 'hak bicara' dan menghalangi orang lain untuk
memperoleh hak bicara itu.

Struktur percakapan disebut juga organisasi percakapan. Kita tidak dapat melihat
struktur percakapan sejelas struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Struktur
percakapan ini diperoleh berdasarkan pengamatan terhadap situasi pada saat percakapan
tersebut berlangsung. Analisis percakapan merupakan bagian yang menarik dalam ilmu
komunikasi. Pada dasarnya percakapan merupakan wujud membangun suatu interaksi.
Dalam struktur percakapan terdapat “kesempatan berbicara” atau hak untuk berbicara.
Kesempatan ini memotivasi seseorang untuk mencoba mengambil alih gilirannya yaitu
turn Taking. Mungkin ada perubahan dalam hal siapa yang mendapat giliran berbicara.
Tempat terjadinya kemungkinan terjadinya perubahan giliran disebut Transition
Relevance Place (TRP). Dalam setiap kelompok sosial terdapat ciri-ciri bicara (atau
kurangnya bicara) yang biasanya berkaitan dengan TRP. Entitas penggunaan bahasa
dalam percakapan dapat dilihat pada dua aspek, yaitu aspek isi percakapan dan aspek
formal percakapan. Aspek isi pembicaraan ini meliputi topik yang menjadi pokok
bahasan, dan penyampaian topik dalam pembicaraan tersebut.

Aspek formal percakapan meliputi cara kerja percakapan, aturan-aturan yang


dipatuhi, dan mekanisme memperoleh kesempatan berbicara atau bergiliran. Turn-taking
adalah waktu dimana pembicara kedua mengambil alih giliran berbicara dari pembicara
sebelumnya, begitu pula sebaliknya. Pengambilan giliran ini merupakan bentuk aksi
sosial yang berjalan sesuai dengan sistem peraturan lokal yang konvensional. Pergantian
setiap pembicara berikutnya diapresiasi. Pertukaran disertai dengan keheningan atau
tumpang tindih yang lama. Jika pertukaran itu diiringi dengan keheningan panjang di
antara dua giliran, pembicaraan akan terasa canggung. Jeda yang sangat singkat
merupakan bentuk keragu-raguan, sedangkan jeda yang panjang merupakan bentuk
keheningan. Ada tiga jenis strategi turn-taking, yaitu:

5
A. Taking the floor adalah saat pembicara pertama atau pembicara berikutnya
mengambil alih giliran berbicara. Jenis-jenis take the floor antara lain:
- Sarting up (memulai pembicaraan) dapat dilakukan dengan ragu-ragu atau ucapan
yang jelas.
- Taking Over berarti mengambil alih giliran berbicara (dapat diawali dengan kata
hubung).
- Interupsi yaitu mengambil alih giliran berbicara karena pembicara yang akan
mengambil alih giliran berbicara merasa pesan yang perlu disampaikan oleh
pembicara sebelumnya sudah cukup sehingga giliran berbicara diambil alih oleh
pembicara berikutnya.
- Overlap, yaitu pembicara berikutnya memperkirakan bahwa pembicara
sebelumnya akan segera memberikan gilirannya berbicara kepada pembicara
berikutnya, sehingga ia mengambil alih gilirannya berbicara. Simbol transkrip (//)
B. Hokling the floor, yaitu waktu pada saat penutur sedang bertutur, serta bagaimana
penutur mempertahankan gilirannya berbicara.
C. Yielding the floor adalah saat pembicara memberikan gilirannya berbicara kepada
pembicara berikutnya.

3.2 Jeda, Overlaps, dan Backchannel


(1) Mr. Strait : what’s your major Dave? (jurusan apa Deve?)
Dave : English- well haven’t really decided yet. (3 seconds)
(Bahasa inggris-tetapi sebenarnya saya belum memutuskannya (3 detik))
Mr. Strait : so-you want to be a teacher? (jadi-kamu ingin menjadi guru?)
Dave : no-not really-well not if I can help it. (2.5 seconds)
(sebenarnya tidak-kecuali jika saya bisa bertahan) (2.5 detik)
Mr. Strait : what- // where do you-go ahead (apa- // dimana kamu teruskan)
Dave : I mean it’s a-oh sorry // I em-.
(maksudku adalah-oh maaf // saya emm)

Jeda yang sangat pendek itu (ditandai dengan penghubung ) merupakan bentuk
keragu-raguan, sedangkan jeda yang panjang menjadi kesenyapan. Tipe ‘overlaps’
yang ditunjukkan dalam (1) merupakan bagian dari kesulitan percakapan awal yang
sederhana dengan orang yang belum di kenal. ada jenis-jenis ‘overlaps’ lain dan di
tafsirkan berbeda. Kebanyakan penutur (biasanya masih muda), pembicara ‘overlaps’

6
muncul pada fungsi pemakaian Bahasa seperti pada ungkapan kesetiakawanan atau
keakraban pada waktu mengungkapkan gagasan atau nilai-nilai kebersamaan.
a. There are three points I’d like to make-first ….
(ada tiga poin yang ingin saya buat-pertama ….)
b. There’s more than one ways to do this-one example would be ….
(ada lebih dari satu cara untuk mengerjakan ini salah satu contoh akan di ….)
c. Didn’ you know about Melvin? –oh it was last October ….
(apakah anda tidak mengenal Melvin? –oh saat itu di akhir bulan oktober ….)
d. Did you hear about Cindy’s new car? –she got it in ….
(sudahkah anda mendengar tentang mobil baru Cindy? Dia membelinya di …)

Dalam banyak hal, ungkapan-ungkapan tersebut digunakan untuk memperoleh proser


pergantian giliran secara teratur yang ditangguhkan dan membiarkan satu penutur untuk
menggunakan gilirannya yang diperpanjang. Akan tetapi, pada giliran yang diperpanjang,
para penutur masih berharap bahwa lawan tutur mereka menunjukkan bahwa mereka
mendengarkan.

Ada beberapa cara yang berbeda untuk melakukan itu; termasuk di dalamnya
anggukan kepala, senyuman, ekspresi wajar, dan syarat-syarat lain, namun indikasih
vocal yang paling umum di sebut backchannel signal (penannda hubungan akhir) atau
secara singkat disebut backchannels.

3.3 Gaya Bicara


Banyak fitur yang menjadi ciri sistem percakapan bergantian berhubungan dengan
niat penggunanya. Bahkan dalam komunitas penutur yang besar, seringkali terdapat
banyak variasi yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Misalnya, beberapa orang
berharap bahwa partisipasi dalam percakapan akan begitu aktif bahwa kecepatan
berbicara akan relatif cepat, hampir tidak ada jeda di antaranya giliran bicara, dan dengan
tumpang tindih atau bahkan penyelesaian tertentu dari pembicara lain giliran bicara. Ini
adalah salah satu gaya percakapan. Gaya ini disebut tinggi gaya keterlibatan.

Hal ini sangat berbeda dengan gaya peserta lainnya gunakan kecepatan percakapan
yang lebih lambat, mengharapkan jeda yang lebih lama antar giliran pidato, tidak ada
tumpang tindih, dan menghindari interupsi atau penyelesaian yang lain giliran pesta.
Gaya tanpa gangguan, tanpa tekanan lain disebut gaya akurasi tinggi. Ketika seorang
pembicara yang biasa menggunakan Gaya pertama terlibat dalam percakapan dengan

7
pembicara yang biasa menggunakan gaya kedua, pembicaraan cenderung mengarah ke
satu arah. Yang aktif gaya partisipasi akan cenderung mendominasi gaya lainnya. Kedua
pembicara melakukannya tidak selalu tahu bahwa gaya percakapannya sedikit berbeda.

Di dalam Faktanya, pembicara yang lebih cepat dan berapi-api mungkin lebih banyak
bicara, pemalu, dan mungkin membosankan atau bahkan bodoh. Di sisi lain, dia mungkin
terlihat keras, memaksa, mementingkan diri sendiri. terpusat, dan bahkan menjengkelkan.
Ciri-ciri gay dalam percakapan sering kali ditafsirkan sebagai ciri-ciri kepribadian.

3.4 Pasangan Ajasensi


Disamping perbedaan gaya, kebanyakan penutur lihatannya mendapatkan cara untuk
mengatasi kesibukan interaksi sosialnya sehari-hari. tentu saja, dalam prosesnya mereka
dibantu oleh fakta-fkta bahwa ada banyak pola yang hampir otomatis dalam struktur
percakapan. beberapa contoh yang jelas adalah ucapan salam dan ucapan selamt tinggal
seperti ditunjukkan dalam (1)-(3).

1) Anna : Hello (hallo)


Bill : Hi (Hai)
2) Anna : How are you? (apa kabar?)
Bill : Fine (baik)
3) Anna : See ya!(Sampai jumpa)
Bill : Bye (Selamat tinggal)

Pasangan urutan otomatis tersebut dinamakan pasangan ajensi (adjacency pairs).


pasangan ini terdiri atas bagian pertama dan bagian kedua yang dituturkan oleh dua orang
penutur yang berbeda. tuturan bagian pertama dengan cepat menciptakan harapan tuturan
bagian dua dari pasangannya. kegagalan dalam menghasilkan tuturan jawaban ke dua
dianggap suatu kekosongan yang signifikan dan oleh sebab itu kekosongan ini bermakna.

3.5 Struktur Prefensi


Struktur preferensi (pilihan) ialah struktur yang memberikan alternasi respons (Yule,
1983). Respons atas tuturan berstruktur pilihan dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori: respons yang merefleksikan tindak sosial yang dipilih (prefered social acts) dan
yang tidak dipilih (dispreferred social acts). Tindak sosial yang dipilih ialah tindak ke
depan yang secara struktural diharapkan oleh penutur dan tindak sosial yang tidak dipilih
ialah tindak ke depan yang secara struktural tidak diharapkan oleh penutur.

8
Dalam struktur preferensi bagian kedua menjadi dua, tindakan sosial yang disukai dan
tindakan sosial yang tidak disukai. ketika mempertimbangkan permohonan atau tawar
menawar sebagai bagian pertama, penerimaan merupakan bagian kedua yang disukai.
Dalam contoh (15 a. - d.) semua jawaban pada bagian kedua menggambarkan bagian
yang disukai. jadi, menerima atau menyetujui suatu permohonan merupakan jawaban
bagian kedua yang disukai terhadap suatu permohonan (15a.), tawaran (15b), penilaian
(15c), atau proposal (15d).

(15) First part/ Bagian pertama Second part/Bagian kedua


a) Can you help me ? Sure
(dapatkah anda membantuku?) (tentu)
b) Want some Coffee? Yes,please
(Ingin minum kopi?) (Ya, boleh)
c) Isn’t that really great? Yes, it is
(Bukankah ini hebat?) (ya)
d) Maybe we could go for a walk That’s be great
(Mungkin kita bisa jalan-jalan) (baiklah)

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Analisis percakapan adalah hal yang menarik dalam komunikasi sains. Pada dasarnya
percakapan merupakan wujud membangun suatu interaksi. Dalam struktur percakapan
ada “kesempatan berbicara” atau hak untuk berbicara. Kesempatan ini memotivasi
seseorang untuk mencoba mengambil alih giliran mereka, yaitu pengambilan giliran.
Mungkin ada perubahan pada siapa yang mendapat giliran berbicara. Kemungkinan
perubahan giliran tersebut disebut Relevansi Pertukaran Tempat (TRP).

Dalam percakapan terjadi pembicaraan yang relatif cepat dan hampir tidak ada jeda di
antara keduanya berbicara secara bergantian, dan disertai dengan sedikit tumpang tindih
atau bahkan penyelesaian giliran yang disebut gaya berbicara (gaya keterlibatan tinggi).
Namun, disana adalah gaya berbicara yang memerlukan percakapan yang relatif lambat,
memerlukan jeda yang lebih lama antar giliran bicara, tidak tumpang tindih, dan

9
menghindari interupsi tanpa jika dipaksakan, inilah yang disebut dengan gaya solidaritas
tinggi. Kedua gaya ini tidak bisa digunakan secara bergantian pada waktu yang sama
dengan pembicara, artinya jika seorang pembicara menggunakan gaya pertama memasuki
percakapan dengan pembicara lain yang menggunakan gaya kedua, maka
pembicaraannya cenderung kontradiktif. Ini bertentangan Kecenderungan tersebut
menimbulkan prasangka terhadap penuturnya.

Pasangan ajasensi merupakan suatu jenis tuturan seorang penutur yang memerlukan
suatu tipe ucapan dari pembicara lain. Tuturan ini terjadi berpasangan, terdiri dari bagian
pertama dan bagian kedua. Pasangan ajasensi terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama
dan bagian kedua. Pada dasarnya bagian pertama berisi permintaan atau penawaran itu
dibuat khusus dengan harapan sebagiannya berupa persetujuan atau penerimaan.
Penerimaan secara struktural memungkinkan, bukan penolakan. Keberadaan ini
kemungkinan struktural disebut preferensi. Artinya, struktur preferensi menunjukkan pola
struktural tertentu secara sosial dan tidak mengacu pada seseorang sikap atau keinginan
emosional.

4.2 Saran
Dalam hal ini penulis menyarankan bahwa dalam berbicara seseorang diperlukan
untuk melihat kondisi agr tidak menimbulkan keslahpahaman.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suhartono. 2020. Pragmatik Konteks Indonesia. Gresik : Graniti.

Yule, George. J. 2006. Pragmatik. Banjarmasin : PBS FKIP Universitas Lambung


Mangkurat.

11

Anda mungkin juga menyukai