Tesis Imelfa
Tesis Imelfa
Tesis Imelfa
TESIS
Ditujukan Kepada
Sekolah Tinggi Theologi “IKAT”
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Disusun Oleh
Nama : Imelfa Telaumbanua
NIM : 108.1184
PRODI : MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Dalam hal ini menyatakan bahwa hasil dari penulisan tesis ini merupakan
karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila di kemudian hari dalam penulisan
hasil ini dari karya orang lain maka saya akan mempertanggungjawabkan serta
bersedia menerima sangsi berdasarkan aturan yang berlaku dan tata tertib yang
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
Imelfa Telaumbanua
i
PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING STT IKAT
Dosen Pembimbing,
ii
PENGESAHAN KETUA SEKOLAH TEOLOGI IKAT
JAKARTA, maka dengan ini menyatakan bahwa TESIS ini telah diterima
iii
HASIL PERSIDANGAN
LULUS/TIDAK LULUS
NILAI : __________
PANITIA PENGUJI
( )
Ketua
( )
Anggota
( )
Anggota
( )
Anggota
( )
Anggota
iv
MOTTO
v
ABSTRAKSI
Februari 1991
NIM : S2.108.1184
Isi Ringkas :
Secara garis besar Tesis ini terdiri dari lima bab, dan ditambah
kata pengatar, daftar isi, daftar pustaka, Biodata, lembar konsultasi dan
Bab satu: Pendahuluan. Pada bagian ini diutarakan antara lain: Alasan
Bab dua: Landasan Teori. Pada bagian ini dikemukakan dan dibahas tentang
Perjanjian lama dan perjanjian baru, Alkitab adalah Wahyu Khusus, Alkitab
vi
orangtua, guru pendidikan Agama, masyarakat dan lembaga gereja. Makna
Pelayanan dan panggilan seorang Guru agama, Tugas dan peran orangtua,
Bab tiga: Area Riset. Bagian ini penulis memberikan gambaran mengenai
Deskripsi SMP Negeri 132 Jakarta, Struktur organisasi SMP Negeri 132
Jakarta, Sistim organisasi SMP Negeri 132 Jakarta, Sejarah Perintisan, Visi
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HASIL PERSIDANGAN . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
MOTTO . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ABSTRAKSI . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1 PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
F. Batasan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
G. Sistematikan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KARAKTER
viii
A. Pengertian
Karakter . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11
B. Pembentukan Karakter . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14
C. Pendidikan Karakter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
34
40
E. Nilai-Nilai Karakter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
41
45
49
55
Karakter
ix
BAB 3 PENGAJARAN ALKITAB SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN
A. METODOLOGI PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 59
1. Desain Penelitian
4. Pengolahan Data
B. OBJEK PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
3. Kesempurnaan Kristen
4. Pengalaman
A. Hasil Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
x
Analisis Data Orangtua Siswa/Siswi SMP Negeri 132 Jakarta
Karakter Anak
B. Pembahasan . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . 88
BAB 5 PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 96
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RIWAYAT HIDUP .
ANGKET . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG MASALAH
masa depan bagi para generasi Bangsa Indonesia, khususnya menjelang periode
tahun 2020-2030, seperti yang ditulis oleh Sri Maryati didalam Artikelnya yang
terjadi pada beberapa dekade terakhir di Indonesia akan membuka peluang bagi
Indonesia untuk menikmati bonus demografi. Pada saat tersebut penduduk usia
produktif berjumlah dua kali lipat dari penduduk non-produktif. Peluang ini harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya karena hanya akan terjadi satu kali dan itu dapat
terjadi apabila penduduk usia produktif benar-benar bisa berkarya dan berkiprah
anak-anak) akan sangat rendah atau sekitar 10 penduduk usia produktif akan
menanggung 3-4 penduduk usia non produktif. Hal ini akan menguntungkan bagi
1
Journal of Economic and Economic Education Vol.3 No.2 (124 - 136), Hal 24
2
Jurnal Bonus Demografi Peluang Dan Tantangan Bagi Indonesia, Hal 1-2 / demografi islam.pdf…..????
1
2
Dari pernyataan diatas memberi suatu titik terang dan kesempatan besar
untuk mengubah masa depan bangsa Indonesia untuk menjadi lebih maju dan
sejahtera, generasi Bangsa memiliki banyak Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk
itu sangat penting untuk menjaga dan mendidik para generasi Bangsa untuk
menjadi penerus Bangsa, karena era Bonus demografi merupakan periode emas
menjadi suatu petaka. Bila bonus demografi di Indonesia yang dinikmati tahun
2020-2030 tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia, maka Indonesia
yang baik, Indonesia masyarakatnya tidak akan lebih sejahtera, bahkan akan
menjadi beban bagi negara Indonesia4. Hal yang sama juga disampaikan oleh
3
“Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan”, Volume 10(2), November 2017. Hal. 191
4
“Bonus Demografi Di Indonesia : Suatu Anugerah Atau Petaka”, Vol. 2 No. 3 Agustus 2018. Hal. 21
3
Suci Prasasti dalam jurnalnya berjudul: Karakter Dan Perilaku Milineal: Peluang
Atau Ancaman Bonus Demografi, bahwa isu bonus demografi dan generasi
demografi pada dasarnya tidak terlepas dari generasi milenial. Ini berarti bahwa
produktif tergolong cukup tinggi, karena sekitar 50,36 persen dari jumlah
kehidupan para generasi penerus bangsa yang lahir antara tahun 1995-2010
sehingga saat ini berada pada kisaran usia 9-24 tahun. Generasi inilah yang
antara tahun 1995-2010 sehingga saat ini, penulis tergelitik dengan Krisis
moralitas masih menjadi persoalan serius dalam bangsa ini. Berbagai berita baik
yang dirilis media cetak dan elektronik sekarang ini, sangat sering menyiarkan
anak-anak dan remaja seperti maraknya perkelahian atau tawuran kelompok anak
dan remaja masih membudaya dan berlangsung dalam intensitas yang cukup
tinggi. Selain tawuran, tren pergaulan bebas tanpa batas semakin meningkat.
5
Suci Prasasti, “Karakter Dan Perilaku Milineal: Peluang Atau Ancaman Bonus Demografi”, Volume 3 No 1
2020 : hal 10
6
Ibid. Hal. 11
4
Inipun tidak hanya terjadi pada anak-anak saja melainkan hampir semua lapisan
pencopetan, perkosaan, begal dan juga tindakan kekerasan. Pada tingkatan anak
dan remaja, hampir setiap hari kita mendengar berita kenakalan sebagian para
serta peredaran pornografi. Jika kita membaca data yang dirilis oleh Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tentunya kita akan prihatin dan mengelus
dada, data KPAI tahun 2017 melaporkan peristiwa kenakalan anak mengalami
(http://www.kpai.go.id/berita/kpai-nilai-kenakalan-anak-karena kurangnya-
membuka situs-situs yang tidak baik. Sehingga imbas dari kenakalan tersebut
diantaranya hamil diluar nikah, pernikahan dini, perceraian dan aborsi. Berbagai
kerusakan moral diatas sudah barang tentu memerlukan solusi yang diharapkan
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang
lain; watak; dan kedua Komphuruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat
dimunculkan pada layar dengan papan ketik8. Secara etimologis, kata karakter
(Inggris: character) berasal dari Bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang
berarti “to engrave” (Ryan dan Bohlin, 1999:5). Kata “to engrave” bisa
Shadily, 1987:214)9. Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang
memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu, character
kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya
melahirkan sutu pandangan bahwa karakter adalah ‘pola perilaku yang bersifat
7
Rosikum, “Peran Keluarga dalam Implementasi Pendidikan Karakter Religius Anak”, JK 6 (2) (2018) 293-
308, Hal. 294
8
Sumber: Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik(2008)
9
https://eurekapendidikan.com/pengertian-karakter
10
Ajat Sudrajat, “Jurnal Pendidikan Karakter”, Mengapa Pendidikan Karakter?, Tahun I, Nomor 1, (Oktober
2011): 48
6
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, bahwa jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, informal, dan non formal yang dapat
atau masyarakat. Dari tiga lingkungan pusat pendidikan diatas, keluarga adalah
lingkungan yang pertama dan utama bagi pendidikan anak. Keluarga adalah
lembaga sosial yang terbentuk setelah adanya suatu perkawinan. Yang kemudian
keluarga mempunyai otonom melaksanakan pendidikan. Maka dalam hal ini orang
tua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak berkeahlian, berkewajiban secara
hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya dilaksanakan
tanpa suatu organisasi yang ketat dan tanpa adanya program waktu11.
terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan dorongan dari lingkungan
sekitar. Peran keluarga, sekolah, dan Gereja sangat dominan dalam mendukung
penting diajarkan pada siswa sejak dini, untuk itu penulis akan menuliskan tesis ini
11
Rosikum, Hal. 295
7
yang terjadi dilingkungan remaja, siswa, dan generasi muda saat ini harus menjadi
kontribusi yang sangat berharga lebih dari sekadar mengajar, yakni membentuk
karakter siswa dengan dasar kebenaran Firman Tuhan yang menjelaskan dan
menyatakan keadaan manusia pada akhir zaman “Manusia akan mencintai dirinya
sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan
diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua
dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi,
tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri,
garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak
tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka
B. RUMUSAN MASALAH
sebagai sarana pembentukan karakter siswa SMP Negeri 132 Jakarta ?”.
8
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini, ada
yaitu:
pembentukan karakter ?
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
karakter anak, para generasi penerus Bangsa. Karakter terbentuk dengan pola
Gereja dalam menumbuhkan iman dan karakter yang sesuai kebenaran Firman
9
maka peran orangtua, guru dan Pembina rohani sangat berperan penting. Yang
kekuatan manusia.
menjelaskan, menemukan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak
fenomenologi, naratif historis dan analisis isi). Adapun prosedur penelitian yang akan
dilakukan adalah:
penelitian
hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu; mengumpulkan nats-nats Alkitab yang
keperluan penulis
F. BATASAN PENELITIAN
keburukan karakter para generasi zaman sekarang ini yang sangat berdampak
pembentukan karakter.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I: Pendahuluan
10
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan maslah, tujuan penelitian,
sistematika penulisan.
A. Karakter
2. Pendidikan Karakter
3. Tujuan Karakter
4. Nilai-Nilai Karakter
5. Pembentukan Karakter
Pada bagian ini, penulis akan mewawancarai dan meneliti siswa-siswi SMP
karakter yang berdasarkan kebenaran Firman Tuhan bagi penerus bangsa di SMP
Bab V: Penutup
A. PENGERTIAN KARAKTER
Dalam aktifitas kesehariannya, penulis termasuk salah seorang yang
globalisasi saat ini telah berdampak pada kemajuan bagi Bangsa Indonesia
menjadikan Bangsa Indonesia maju dan mampu bersaing dengan negara maju
memberi dampak positif juga memberi dampak negatif bagi para regenarasi
karakter, Purnomo Sidi dalam jurnalnya yang berjudul Krisis Karakter Dalam
beberapa tahun yang silam dan keadaan itu berlangsung hingga sekarang.
Dimulai dengan krisis moneter pada sekitar tahun 1997, krisis akhlak, krisis
kepercayaan diri, dan krisis moral terus melanda bangsa Indonesia. Kasus
korupsi merupakan penyakit birokrasi yang telah mengakar dari tingkat pusat
11
12
lingkungan tempat tinggal menjadi tempat yang tidak aman untuk pendidikan
anak agar tumbuh kembang menjadi pribadi yang baik. Banyaknya kasus
saat ini. Arti karakter dalam KBBI adalah tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak. 13 Menurut
Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. kemudian diartikan
sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu
berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Kevin Ryan, 1999:5). 15
12
Purnomo Sidi Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Volume 2, Nomor 1, 2014. Hal.73
13
https://kbbi.web.id/karakter.html
14
Imam Gunawan pengertian Pendidikan-Karakter.pdf
15
Mengapa Pendidikan Karakter? Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1, Oktober 2011. Hal.2
13
beberapa kata kunci penting dan esensial yang tercakup dalam kata karakter
dan/atau pendidikan karakter, yaitu nilai, budi pekerti, moral, watak yang
bertujuan mendidik dan mengarahkan para regenerasi bangsa yang lebih baik
B. PEMBENTUKAN KARAKTER
secara berkesinambungan, mulai sejak lahir sampai lanjut usia, melalui pikiran
membedakan dirinya dari orang lain18. Kata karakter berasal dari bahasa Yunani
dalam bentuk tindakan atau tingkah19. Melihat pengertian tersebut maka karakter
harus dibangun dengan dasar yang benar sesuai kebenaran Allah yang
16
Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.
16, Nomor 3, Mei 2010. Hal. 4
17
Ibid
18
Pendidikan Karakter: Solusi Mengatasi Krisis Moral Bangsa Bambang Suryadi. NIZHAM, Vol. 4, No. 2
Juli - Desember 2015
19
Remaja, Literasi, dan Penguatan Pendidikan Karakter. Zakiyah Mustafa Husba, dkk. Kendari, 2018. Hal. 08
14
juga Oleh Zakiyah Mustafa Husba, Ruang lingkup pendidikan karakter terdiri
disertai dengan nilai-nilai moral dalam pendidikan karakter ini. Kelima nilai
moral utama yang ingin diperoleh adalah nilai religius, nasionalis, mandiri,
gotong royong, dan integritas20. Lima nilai moral utama yang disebutkan diatas
anak. Pengaruh pola asuh itu sangat besar, sebab pada fase pasca kelahiran.
orangtuanya. Oleh sebab itu masa-masa kelekatan anak akan berfungsi untuk
anak dapat berkomunikasi, baik secara naluri maupun secara fisik dengan
Maka karakter awal anak pada hakikatnya adalah bawaan dari keluarga anak
itu sendiri21
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang orang yang
selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya baik
buruk nya anggota keluarga, tetap tidak bisa merubah kodrat yang ada, garis
20
Ibid. 09
21
Dr. otib Satibi Hidayat, M.Pd. Pendidikan Karakter Anak sesuai Pembelajaran Abda ke-21. Edura-UNJ.
Jakarta, 2020. Hal. 130
15
besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus
menghakimi.22 Suami dan Istri disebut sebagai orangtua dan buah dari
kepala, ibu sebagai penolong dan pendamping serta yang mengayomi anak-
anak. Relasi antara orangtua dan anak haruslah dekat, orangtua memiliki
Hal ini dinyatakan juga oleh Ani Siti Anisah dalam jurnalnya berjudul
Anak: Mewujudkan anak yang baik dan berkualitas adalah tanggung jawab
orang tua.Anak merupakan amanah yang diberikan oleh Allah kepada orang
anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang 23. Keluarga
pertama dan utama bagi anak sejak lahir di dunia, oleh karena itu keluarga
memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan nilai kehidupan pada
22
Sugeng Iwan, “Pengasuhan Anak dalam Keluarga”[pranala nonaktif permanen]
23
Ani Siti Anisah dalam jurnalnya berjudul Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap Pembentukan
Karakter Anak. Vol. 05; No. 01; m,2011; 70-84
16
sejati antar orang tua dan anak. Sebagai lingkungan yang paling akrab dengan
anak, keluarga memiliki peran sangat penting dan strategis bagi penyadaran,
dan terpelihara melebihi jumlah dan intensitas karakter yang terjadi di sekolah.
Demikian pula kadar internalisasi karakter pada diri anak cenderung lebih
yang baik dalam kehidupan sehingga anak atau peserta didik memiliki
kesadaran, dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk
memberi pujian, atau menjadikan dirinya sebagai model agar anaknya berbuat
sesuatu yang baik dan benar. Bahkan marah dan diamnya seorang ibu atau
sebuah cara yang efektif untuk meluruskan kekeliruan anak, asalkan hal
tersebut dilakukan pada saat yang tepat. Hal demikian merupakan implikasi
24
Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak. Jurnal Tarbawi Vol. 14. No. 2. Juli – Desember
2017, hal. 139
25
Pendidikan Karakter, Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd. (Ahana Jaya Abadi : Bandung, 2014). Hal. 07
17
menghadapi segala situasi. Cara berfikir dan bertindak tersebut, telah menjadi
identitas diri dalam berbuat dan bersikap sesuai dengan yang menurut moral
itu baik, seperti halnya: jujur, bertanggung jawab, dan mampu bekerjasama
dengan baik.
Anak adalah anak, bukan orang dewasa ukuran mini. Anak adalah
karya Agung-Nya dan anugerah terindah sekaligus amanah (titipan) yang Allah
berikan kepada setiap orang tua. Oleh karena itu orang tua hendaknya
tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sehat baik jasmani maupun rohani
serta memiliki akhlak yang mulia. Dari kecil anak dipelihara dan dibesarkan
oleh keluarga (orangtua). Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang
lingkungannya26.
26
Uswatun Hasanah, Pola Asuh Orangtua Dalam Membentuk Karakter Anak. Elementary Vol. 2 Edisi 2 Juli
2016. Hal. 77
18
1.1. Otoritatif
menggunakan pola asuh ini menghadirkan lingkungan rumah yang penuh kasih
anak menikmati kebebasan berperilaku sesuai usianya 27. Pola asuh ini, pribadi
penulis juga telah mengalaminya secara nyata dalam kelurga semasa kecil dulu.
1.2. Otoritarian
lingkungan yang kumuh yang penuh bahaya disetiap sudutnya, para orangtua
anak mematuhi peraturan tanpa pertanyaan, sedikitnya ruang bagi dialog timbal-
balik antara orang tua dan anak (sedikit ruang bagi anak untuk memberi umpan
balik kepada orang tua). Adanya tekanan-tekanan yang timbul akibat kemiskinan,
di lingkungan keluarga28. Dari pola asuh ini, penulis tidak alami dari didikan
orangtua, sehingga dapat diasumsikan pola asuh Otoritarian ini tidak mendukung
1.3. Permisif
Pola asuh tipe permisif adalah pola dimana orang tua tidak mau terlibat
dan tidak mau pula peduli terhadap kehidupan anaknya. Jangan salahkan bila
anak menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih
penting daripada keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama,
bisa jadi orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya menimbulkan
serangkaian dampak buruk. Di antaranya anak akan egois, tidak patuh terhadap
orang tuanya, tidak termotivasi, bergantung pada orang lain, menuntut perhatian
orang lain, anak mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya control diri yang
baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk
orang tuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa
sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula anak akan melakukan hal
yang sama terhadap anaknya kelak29. Pola asuh ini sering terjadi jika dilihat
zaman saat ini, pola asuh ini cenderung terjadi. Tidak sedikit orangtua lebih
segala kepeluan anak dengan menyediaka fasilitas games supaya anak mampu
bermain sendiri dan dengan demikian orangtua merasa tidak terganggu dengan
harus mendampingi anak dalam segala aspek aktifitas dan pekerjaan mereka. Hal
ini tidak dibenarkan oleh penulis, namun kenyataan telah memungkinkan hal ini
terjadi.
29
Ibid.
20
Pola asuh tipe acuh tak acuh adalah pola dimana orang tua hanya
menunjukkan sedikit minat dalam kehidupan anak, orang tua tampaknya sibuk
dengan masalahnya sendiri. Pada Pola asuh tipe Acuh tak acuh ini akan
bersikap tidak patuh terhadap orangtuan- ya, banyak menuntut, memiliki kontrol
diri yang rendah, kesulitan mengelola perasaan frustasi, dan kurang memiliki
seorang anak. Salah satu ciri anak yang berbudi luhur adalah selalu menunjukkan
sikap sopan dan hormatnya pada orang tua. Budi luhur yang melekat pada setiap
dalam keluarga dan bukan merupakan keturunan. Dengan kata lain, budi luhur
terhadap orang tua. Anak seringkali mengabaikan nasihat yang diberikan oleh
orang tua dengan alasan nasihat tersebut terkesan kuno. Dalam kondisi demikian,
30
Ibid. 75-77
31
Dyah Satya Yoga Agustin, Ni Wayan Suarmini, Suto Prabowo. Peran Keluarga Sangat Penting dalam
Pendidikan Mental, Karakter Anak serta Budi Pekerti Anak. jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 8 No.1, Juni
2015. Hal. 51-52
21
anak kurang tidak hanya karena televisi. Hal ini juga dipengaruhi oleh
dunia yang baru saja mengalami suatu kemalangan (adanya Virus uang
terjadi sangat memberi dampak positif dan negative dalam kehidupan umat
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 7 ayat 1-2 berbunyi: 1) Orang tua berhak
tentang perkembangan pendidikan anaknya 2) Orang tua dari anak usia wajib
anak yang telah dianugerahkan Tuhan bagi setiap keluarga, untuk menjadikan
kepada setiap orang dewasa atau orangtua melalui Firman-Nya seperti yang
dicantumkan berikut: Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Amsal
22:6); Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-
anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan (Efesus 6:4).
Mendidik anak adalah keharusan karena anak merupakan warisan Allah kepada
32
Depdiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003..., h. 11
22
orangtua “sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan,
dan buah kandungan adalah suatu upah (Mzm. 127:3)”; hajarlah anakmu selama
karakter anak sangat dasar dan penting, dengan mengutip pernyataan Darosy
utama dalam sejarah hidup sang anak yang menjadi dasar penting dalam
pembentukan karakter manusia itu sendiri. Untuk menciptakan karakter yang kuat
dan jiwa baik pada anak didalam keluarga, diperlukan terciptanya suasana
keluarga yang harmonis dan dinamis, hal tersebut dapat tercipta jika terbangun
koordinasi dan komunikasi dua arah yang kuat antara orang tua dan anak”. 33
Kiranya semua orangtua dapat pencerahan baru dari tulisan ini, dan memberi
Dalam membentuk karakter tersebut juga tidak terlepas dari lingkungan sekolah.
Sekolah merupakan Lembaga yang terbuka umum bagi seluruh masyarkat dari
Hal ini dikatakan oleh Sofyan Mustoip Muhammad Japar Zulela Ms, dalam
pelaksanaan pendidikan karakter, selain itu peranan guru juga menjadi sangat
penting agar mampu bersikap sebagai teladan bagi peserta didik. Hal tersebut
33
Darosy Endah Hyoscyamina. PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK.
Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011. Hal. 144
23
termasuk guru sebagai role model atau teladan untuk peserta didik”. 34 Dari
keluarga memiliki ikatan yang erat dengan lingkungan sekolah. Keduanya saling
masyarakat
Menurut para ahli. Lingkungan sekolah yang baik khsusunya bagi anak,
hura-hura, apalagi program yang berorientasi pada keuntungan semata 35. Dalam
rangka pengembangan Pendidikan moral dan nilai-nilai agama bagi anak, banyak
hal yang dapat dikerjakan demi membina moralitas dan menjaga mereka dari
34
Sofyan Mustoip Muhammad Japar Zulela Ms. Implementasi Pendidikan Karakter CV. Jakad Publishing
Surabaya 2018, hal. 103
35
Dr. otib Satibi Hidayat, M.Pd. Pendidikan Karakter Anak sesuai Pembelajaran Abda ke-21. Edura-UNJ.
Jakarta, 2020. Hal. 120-121
24
Indonesia yang sangat terkenal dari beliau adalah: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani37. Dalam hal ini konteks Pendidikan
karakter motivasi giat belajar/bekerja, dan disaat proses Pendidikan ada karakter
Maka sangat mengesankan bahwa acuan utama dari bapak Pendidikan bangsa
nilai karakter Bangsa) kepada anak di sekolah merupakan hukum wajib. Karakter
saling berperan aktif, bersatu, kompak, berkomitmen tinggi dan konsisten guna
tetapi juga dalam pertumbuhan nilai karakter dan moralitas anak. Hal ini dikatakan
juga oleh Jito Subianto dalam jurnalnya berjudul Peran Keluarga, Sekolah, Dan
watak dan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak bisa dilakukan semata-mata
tentang nilai biasanya mencakup dua bidang pokok, estetika, dan etika (atau
akhlak, moral, budi pekerti). Estetika mengacu kepada hal-hal tentang dan
justifikasi terhadap apa yang dipandang manusia sebagai “indah”, apa yang
mereka senangi. Sedangkan etika mengacu kepada hal-hal tentang dan justifikasi
dalam masyarakat, baik yang bersumber dari agama, adat istiadat, konvensi, dan
sebagainya. Dan standar-standar itu adalah nilai-nilai moral atau akhlak tentang
melakukan tugas sebagai pendidik adalah menjalankan visi misi bapak Pendidikan
penanaman nilai-nilai Pendidikan dan karakter pada anak, perilaku yang berbudi,
moralitas, dan religious tidak terlepas didalamnya. Untuk itu, dalam tulisan ini
penulis berharap kiranya isu tentang penghapusan pembelajaran agama dan budi
Hal ini dinyatakan oleh Sofyan Mustoip Muhammad Japar Zulela Ms, bahwa untuk
membentuk karakter peserta didik, antara lain; pendidikan agama Islam dan
pembinaan terhadap sikap dan perilaku peserta didik melalui kedua pelajaran
terjadinya proses internalisasi nilai-nilai karakter pada diri peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Jalaludin bahwa PPKn
dan pelajaran agama hanya melibatkan aspek kognitif (hafalan), tanpa ada
apresiasi (emosi), dan praktik, sehingga jangan heran kalau banyak manusia
Indonesia yang hafal isi Pancasila atau ayat-ayat kitab sucinya, tetapi tidak tahu
bagaimana membuang sampah yang benar, berlaku jujur, beretos kerja tinggi, dan
kedua pelajaran diatas untuk diajarkan lebih secara lisan dan praktik kepada anak
didik di sekolah. Dengan penerapan yang ektra dan kerjasama yang baik dengan
39
Sofyan Mustoip Muhammad Japar Zulela Ms. Implementasi Pendidikan Karakter CV. Jakad Publishing
Surabaya 2018, hal. 06
40
Jalaludin, Membangun SDM Bangsa Melalui Pendidikan Karakter (Jurnal UPI: Penelitian Pendidikan,
2012), h. 11.
27
akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh bapak Pendidikan Nasional
Indonesia.
yang tidak jauh berbeda dengan pembentuk karakter dari lingkungan keluarga dan
manusia lain, baik yang seumuran; yang lebih muda maupun lebih tua darinya.
Cara berinteraksi dengan masyarakat seseorang harus memiliki etika dan moral
yang berlaku, sehingga mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan baik
terhadap kebaikan dalam menghadapi segala situasi. Cara berfikir dan bertindak
tersebut, telah menjadi identitas diri dalam berbuat dan bersikap sesuai dengan
yang menurut moral itu baik, seperti halnya: jujur, bertanggung jawab, dan mampu
Tidak sedikit fenomena yang terjadi saat ini, anak-anak usia dini banyak
main ke rumah teman ataupun ikut serta dalam kegiatan rutin komplek tempat
tinggal seperti: gotong royong, ikut serta dalam pemberdayaan lingkungan melalui
berperan aktif didalamnya diajak oleh orangtua, ataupun ikut-ikutan tanpa diajak.
41
Sofyan Mustoip Muhammad Japar Zulela Ms. Implementasi Pendidikan Karakter CV. Jakad Publishing
Surabaya 2018, Hal. 39
28
Hal serupa dikatakan oleh Sofyan Mustoip Muhammad Japar Zulela Ms, anak dalam
masa pekanya sangat mudah terpengaruh. Tidak heran apabila anak kecil sudah paham
segala apa pun yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Sofyan menegaskan anak-anak
secara moral telah mengalami kecemasan dan kebingungan yang luar biasa akibat belum
siap secara mental, tetapi lingkungan begitu deras memengaruhi mereka. Bercampurnya
misi budaya local dengan tawaran budaya internasional, sampai pengaruh pemberitaan
yang vulgar dan kekerasan yang berulang-ulang ditonton oleh masyarakat luas, termasuk
anak usia dini. Dari munculnya revolusi digital di abad ke-21 memudahkan anak-anak
mengakses segala bentuk informasi dengan bebas internet sedangkan anak usia dini
belum memiliki kemampuan untuk menilai atau membedakan mana yang benar dan
salah, baik maupun buruk. Tentukan kondisi ini memperparah kerusakan moral anak
bangsa.42 Kejadian ini memberi gambar bagi masyarakat betapa memprihatikan pengaruh
yang didapatkan oleh anak-anak dari lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, penulis
mengingatkan dan mengajak kembali para masyarakat untuk ikut serta mengambil bagian
pertanyaan yang dicantumkan oleh penulis dalam jurnalnya yang berjudul Peran
Keluarga, Guru Dan Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.
lain, turut memberikan kontribusi bagi anak dalam memahami makna hidup,
beramal/berbuat baik, dan cinta damai. Jika nilai-nilai agama melekat pada
42
Ibid. hal. 101
29
karakter pada diri anak. Norma-norma yang terdapat di masyarakat harus diikuti
saling menghargai.
Sependapat dengan Ditha Prasanti dan Dinda Rakhma Fitriani dalam jurnal
Komunitas?” Ketika anak berinteraksi satu sama lain, mereka saling mengamati
dan jika mereka menyukai sesuatu, maka ada kecenderungan akan mencoba
mengikuti kebiasaan tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini juga yang menjadi
self control kembali lagi pada keluarga (orangtua).44 Sinergi antara keluarga,
sekolah dan masyarakat tidak akan bisa dipisahkan dalam kesatuan pembentukan
karakter anak. Namun porsi terbesar antara ketiga Lembaga diatas, adalah
juga tidak luput dari keterbatasan. Untuk itu pada bagian terakhir, penulis
karakter anak.
43
Tika Santika. Peran keluarga, Guru Dan Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.
Volume 6 Nomor 2, November 2018 Halaman 77-85
44
Ditha Prasanti dan Dinda Rakhma Fitriani dalam jurnal mereka “Pembentukan Karakter Anak Usia Dini:
Keluarga, Sekolah, Dan Komunitas?”. Jurnal Obsesi V2 N1 (2018). Hal. 19
30
kelompok bermain yang terdiri dari teman-teman sepermainan dari anak tersebut.
Komunitas ini bisa merupakan juga kelompok non formal pengembangan bakat
yang diikuti anak, misalnya les renang, menari, memanah, sepak bola, bahasa
dini.
bagi penulis bahwa lingkungan Gereja juga memiliki peran dalam pembentukan
orangtua juga adalah manusia yang bisa salah, terbatas, dapat lalai, bahkan dapat
manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. berakhlak
mulia, dan memiliki kecerdasan, cakap, dan mandiri. Dengan demikian, garis
taqwa serta pengembangan akhlak mulia sebagai prioritas. 46 Ayah dan ibu
45
Ibid. hal. 19
46
Edy Riyanto, M.Pd dkk. Implementasi Pendidikan Agama dan Pendidikan Karakter. Media Edukasi
Indonesia (Anggota IKAPI) Oktober 2019. Hal. 225
31
sebagai tokoh utama yang diteladani dan dicontoh oleh anak-anak, oleh sebab itu
orangtua harus menjadi penutan dasar iman yang benar kepada anak-anak.
Penulis sependapat dengan Edy Riyanto, M.Pd dkk yang menyatakan dengan
tegas bahwa Materi pertama dan utama yang ditanamkan pada anak usia dini
adalah konsep keimanan, apa pun agamanya. Dengan kesadaran yang tinggi,
dengan intens, dan kontinyu, setiap keluarga harus dengan sengaja, terencana,
batita dan balita, serta kanak-kanak.47 Dari fenomena-fenomena yang telah terjadi
di zaman sekarang ini, anak-anak lebih nyaman main sendiri dengan gadget yang
betapa pentingnya peran para pemuka agama atau rohaniawan dan juga pendidik
Kristen yang ada di Gereja, komunitas iman Kristen maupun di sekolah untuk
dan pewarisan nilai-nilai iman Kristen serta pewujud-nyataan atau aktualisasi diri
keluarga pola asuh orang tua memang harus menjadi garda utama dalam upaya
47
Ibid. hal 126
48
Syalam Hendky Hasugian dan Johanes Waldes Hasugian. Spiritualitas Pendidik Kristen Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik. Volume 6 | Nomor 1 | Maret 2021. Hal. 25
32
disiplin dan bijaksana dalam memilih dan menggunakan jenis produk dan layanan
pribadi yang memuliakan nama Tuhan melalui kehidupan dan studi mereka.
Namun demikian, hakikat yan penting untuk dilakukan oleh orangtua dan
para rohaniwan adalah bahwa anak-anak akan belajar dari apa yang mereka lihat,
bukan hanya yang didengar, khususnya dari orang dewasa.49 Iman Kristen dasar
hidup orang percaya. Sebagai pedoman hidup adalah Alkitab yang berisikan
dengan firman Tuhan. Firman adalah itu adalah Allah (Yohanes 1:1). Orang
percaya haruslah hidup sesuai firman Tuhan, tidak hanya mengetahui (seperti ahli
taurat dan orang Farisi), namun firman haruslah dilakukan dan disaksikan serta di
beritakan di seluruh dunia (Kisah Para Rasul 1:8). Dari nats Alkitab ini, penulis
bahwa didalam dunia manusia hanyalah sementara karena pada akhirnya setiap
49
Ibid. hal 26
33
Mengajarkan pikiran yang benar atau hati yang benar kepada anak.
Transformasi karakter dimulai dari pikiran, hal ini penulis dasarkan dari kebenaran
firman Tuhan yang berbunyi: Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
anak untuk membersihkan hati dan pikiran dari segala kotoran, sampah, hal-hal
yang tidak terpuji, termasuk hal-hal negative yang sedang merabak di zaman
sekarang ini. Karakter yang baik dibangun atas hati dan pikiran yang baik, maka
hati dan pikiran haruslah dijaga dari pengaruh jahat (Ams. 4:23; 2 Kor. 10:5; 2 Kor.
4:4).
Disiplin rohani adalah suatu aktivitas atau latihan rohani yang bisa
4.3. Komitmen
kali kalah, jatuh ataupun gagal. Anak-anak yang mampu berkomitmen adalah
34
anak yang siap membayar harga untuk mau dibentuk guna mencapai tujuan hidup
memuliakan Tuhan dan mau menjadi pelaku firman. Dengan komitmen yang
teguh, karakter yang dimiliki oleh anak akan semakin kokoh dan tidak mudah di
4.4. Keberanian
melakukan apa yang baik dan benar pada waktu keadaan yang baik maupun sulit.
4.5. Keputusan
dalam hal kecil maupun hal besar. Gereja mengarahkan anak-anak untuk siap dan
C. PENDIDIKAN KARAKTER
sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik
serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Dan perlu diketahui bersama,
menerus agar semakin menyempurnakan diri kearah dan tujuan hidup yang lebih
berarti dan lebih baik.50 Pendapat ini, diperkuat juga oleh pernyataan Lickona
effort to develope virtues that are good for the individual and good for society”. 51
berdampak positif baik bagi individu maupun lingkungan sosial, dan prosesnya
tidak instan, melainkan melalui usaha yang terus menerus dilakukan (adanya
individu mengerti tentang nilai-nilai kehidupan yang baik, maka ada tiga (3)
komponen yang harus diolah, yakni: (1) pikiran, yang ditunjukkan dengan kata
mengerti (understand), (2) Rasa, yang ditunjukkan dengan cara Peduli (Care
about), dan (3) Raga, yang ditunjukkan dengan kata berbuat (act upon care ethical
values).52
hidup umat manusia yang harus dimulai sejak usia dini (Sejak lahir). Dengan
memberi dampak baik bagi orang lain (pembawa terang). Dengan pengertian
knowing), perasaan (moral feeling), dan tindakan (moral action), sekaligus juga
tantangan moral kehidupan. Berikut ini enam tahap yang harus dilalui dalam
moral). Kelemahan moral yang melanda hampir semua manusia dari segala jenis
usia adalah adanya kebutaan atau kepapaan moral kurang keperdulian dengan
sesama bahkan tidak mau tahu (bodoh amat). (b) Knowing moral values
sifat-sifat orang yang baik. Kesemuanya itu merupakan warisan dari generasi
kemampuan untuk mengambil pelajaran dari peristiwa yang menimpa atau terjadi
ini merupakan prasyarat bagi dilakukannya penilaian moral. (D) Moral reasoning
53
Ajat Sudrajat. Mengapa Pendidikan Karakter? Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1, Oktober
2011. Hal. 49
37
(alasan moral) misalnya, penting untuk menepati janji? Mengapa harus melakukan
adalah suatu keahlian yang bersifat reflektif. Apa yang dipilih dan apa akibat atau
resiko dari pengambilan keputusan moral itu, bahkan harus sudah diajarkan sejak
mengukur diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling sulit, tetapi
hal ini sangat penting bagi perkembangan moral. Menjadi orang yang bermoral
secara kritis.
diabaikan tanpa disadari hal ini sangat penting. Mengetahui yang benar tidak
menjamin perilaku yang benar. Banyak orang yang sangat pandai ketika berbicara
mengenai yang benar dan yang salah, tetapi justru mereka memilih perbuatan
yang salah. Berikut hal-hal yang perlu diperhatian dalam hal perasaan moral: (a)
Conscience atau Kesadaran memiliki dua sisi: sisi kognitif (pengetahuan tentang
sesuatu yang benar), dan sisi emosional (perasaan adanya kewajiban untuk
melakukan apa yang benar itu). (b) Self-esteem atau penghargaan-diri, saat
diri sendiri. Dari penilaian terhadap diri sendiri, maka muncul rasa menghargai
atau menghormati diri sendiri. (c) Empathy atau empati adalah identifikasi dengan,
good, bentuk karakter yang paling tinggi diperlihatkan dalam kelakukan yang baik.
38
Ketika seseorang mencintai yang baik, maka dengan senang hati ia akan
melakukan yang baik. Ia secara moral memiliki keinginan untuk berbuat baik,
kehidupan dengan perbuatan baik ini tidak terbatas bagi para ilmuwan, tetapi juga
perilaku kehidupan yang baik ini dapat dilakukan melalui tutorial dan pelayanan
ditemukan pada kegemaran diri ini, demikian kata Walter Niogorski. (f) Humility
atau kerendahan hati merupakan kebajikan moral yang sering diabaikan, padahal
merupakan bagian yang esensial dari karakter yang baik. Kerendahan hati
moral, berikut ini adalah tiga aspek dari karakter: (a) Kompetensi, Moral
pandangan tanpa mencemarkan pihak lain, dan enyusun solusi yang dapat
diterima masing-masing pihak. (b) Kemauan, pilihan yang benar (tepat) akan
suatu perilaku moral biasanya merupakan sesuatu yang sulit. Untuk menjadi dan
yang kuat, usaha untuk memobilisasi energi moral. (c) Kebiasaan, dalam banyak
hal perilaku moral terjadi karena adanya kebiasaan. Orang yang memiliki karakter
39
yang baik, seperti yang dikatakan William Bennet, adalah orang yang melakukan
tindakan ‘dengan sepenuh hati’, ‘dengan tulus’, ‘dengan gagah berani’, ‘dengan
penuh kasih atau murah hati’, dan ‘dengan penuh kejujuran’. Orang melakukan
perilaku yang baik adalah karena didasarkan kekuatan kebiasaan. Karena alasan-
alasan di atas, sebagai bagian dari pendidikan moral, maka harus banyak
dan memberikan praktik yang cukup untuk menjadi orang baik. Dengan demikian
cerdas secara ilmu pengetahuan, namun juga untuk membentuk kepribadian agar
maupun dimanapun kelak mereka akan melangkah. Hal ini sejalan dengan
pendapat King bahwa, “Pendidikan bertujuan untuk melahirkan insan yang cerdas
ZULELA MS menyetujui bahwa ada sembilan (9) pilar karakter dasar, yaitu: (1)
cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; (2) tanggung jawab, disiplin, dan
mandiri; (3) jujur; (4) hormat dan santun; (5) kasih sayang, peduli dan kerjasama;
(6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; (7) keadilan dan
kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati, dan (9) toleransi, cinta damai, dan
persatuan.56
54
Ibid. Hal. 49-53
55
Maksudin, Pendidikan Karakter Non-Dikotomik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 58.
56
Implementasi Pendidikan Karakter Sofyan. Hal 60
40
Gereja, maka Pendidikan karakter harus di miliki dan diterapkan dalam keempat
Lembaga pembentuk karakter tersebut. Tanpa adanya pengetahuan akan hal ini,
maka karakter yang ditumbuhkan tidak akan mencapai tujuan yang seharusnya.
Friska Juliana Purba., dkk, dalam buku berjudul Pendidikan Karakter menyatakan
internasional
57
Friska Juliana Purba., dkk, Pendidikan Karakter. Yayasan Kita Menulis, 2022. Hal. 06
41
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha
tujuan ini, setiap Lembaga pembentuk karakter anak harus menanamkan nilai-nilai
karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila dan Budaya. Demikian halnya
dalam tulisan Sabar Budi Raharjo menyatakan bahwa proses pendidikan yang
dilakukan harus dapat mewujudkan karakter peserta didik yang lebih baik dan
didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu
dipertanggungjawabkan.58
dalam pembentukan pribadi peserta didik. Dalam proses itu berbagai akhlak luhur
58
Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia Sabar Budi Raharjo. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010. Hal. 232-233
42
dan pembelajaran karakter merupakan alat bantu, media atau sarana dalam
tidak bisa tidak haruslah diterapkan bagi setiap anak generasi bangsa. Supaya
E. NILAI-NILAI KARAKTER
dan kepercayaan yang dianut (semua agama), serta turut menghargai perbedaan
apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga lingkungan, taat hukum, tata tertib yang
Integritas, Nilai ini tertuju pada sikap tanggung jawab, konsisten dalam perbuatan,
59
Pendidikan Karakter Kristen Sebagai Upaya Mengembangkan Sikap Batin Peserta Didik Anton
Nainggolan. Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan 72 | Vol. 4 No. 2 (Desember 2020). Hal.
01
60
Ibid. hal. 07
43
pantas untuk diteladani. (4). Mandiri, Nilai karakter kemandirian akan menjadi
kemampuan, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita yang
diimpikan untuk dicapai. (5). Gotong royong, Setiap anak-anak yang masih dalam
dianggap oleh para peneliti terdahulu sebagai nilai-nilai universal, yaitu: (1)
karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) Kemandirian dan tanggung-
jawab; (3) Kejujuran/amanah dan diplomatis; (4) Hormat dan santun; (5)
Dermawan, suka menolong dan gotong royong/kerjasana; (6) Percaya diri dan
pekerja keras; (7) kepemimpinan dan keadilan; (8) baik dan rendah hati; dan (9)
mengetahuinya karena anak-anak tidak terlatih dan tidak memiliki kebiasaan untuk
melakukannya. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mendalami dan menerapkan
61
Ibid. hal 07-08
44
Ruang lingkup pendidikan karakter meliputi 4 (empat) aspek karakter yaitu: olah
pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa. Hubungan keempat olah perilaku
berorientasi Ipteks, dan reflektif. Beriman dan bertakwa jujur, amanah, adil,
berkorban, dan berjiwa patriotik Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal,
bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja Olah Pikir
Olah Hati Olah Raga Olah Rasa/ Karsa Perilaku Berkarakter (Kemendiknas,
45
psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan
(1) olah hati (spiritual & emotional development); (2) olah pikir (intellectual
development); (3) olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development);
dan (4) olah rasa dan karsa (effective and creativity development). Proses itu
secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi,
yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional
yang selanjutnya disebut sebagai prinsip ABITA, yaitu: (1) religius, (2) jujur,
toleransi, (4) disiplin, (5) kerjasama, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9)
rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai
(16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab (Sumber:
Kemdikbud, 2011:).63
62
Dr. Tutuk Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter, (STAIN Press: Purwokerto, 2015), Hal. 54
63
Ibid, Hal. 55
46
kehidupan didalam dunia ini. Maka tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak
hidupnya.
sepanjang hayat. Sebab tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju 64.
Dengan demikian untuk mencapai cita-cita kualitas perlu pemahaman yang benar
dan pengembangan ilmu mulai dari segi karakter, iman, moral, nilai-nilai etis dan
tujuan dalam pembentukan karakter yang berhasil, maka para pendidik (Orangtua,
yang dikemukan oleh Tika Santika dalam jurnalnya, Keluarga adalah wahana
pertama dan utama dalam pendidikan seorang anak. 60- 80% anak-anak
64
Krista Sinta Dewi Simamora. Pendidikan Agama Kristen dan Signifikansinya dalam Pembentukan
Karakter. Volume 2, Nomor 2, Desember 2019. Hal. 36-37
65
JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA) http://journal.unsika.ac.id/index.php/judika. Volume 6 Nomor 2,
November 2018 Halaman 85
47
karakter.67 Tanpa adanya partisipasi aktif dan kontribusi yang optimal dari semua
pihak terkait diatas, sebaik apapun strategi yang diterapkan, belum tentu akan
Selain peran serta dari semua pihak, Dr. Otib Satibi Hidayat, M, Pd
dan para masyarakat sekitar harus mampu memiliki komitmen (kesetiaan) dan
dan karakter anak.68 Ditinjau dari pentingnya perang para Orangtua, Guru,
Pengasuh, Pembina kerohanian, dan para masyarakat sekitar, hal ini tidak
terlepas dari kesadaran semua pihak untuk memperoleh para generasi bangsa
yang berguna dan berbudi pekerti yang baik. Memanusiakan manusia dengan
akal sehat dan dengan dasar yang benar haruslah didasari dengan Firman Tuhan,
Oleh karena itu, kehadiran dan karya Pendidikan Agama Kristen memiliki
landasan atau dasar teologis. Pemahaman teologis yang dimaksud sudah tentu
berakar dari kitab Suci, Alkitab. Selaras dengan cita-cita sistem pendidikan yang
66
Ibid. Hal. 85
67
Ibid, Hal. 85
68
Dr. Otib Satibi Hidayat, M, Pd. Pendidikan Karakter Anak sesuai pembelajaran abad ke-21, (Jakarta:
Edura-UNJ, 2020), Hal. 64
48
Kristen (PAK) juga harus memikirkan pendekatan dalam proses belajar mengajar
Kristen (PAK) merupakan pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus
Kristus dan Alkitab sebagai dasar atau acuannya 70. Pendidikan Agama Kristen
yang Alkitabiah harus mendasarkan diri pada Alkitab sebagai Firman Allah dan
menjadikan Kristus sebagai pusat beritanya dan harus bermuara pada hasilnya
Kristen harus diyakini sebagai Firman Allah tanpa salah karena diwahyukan oleh
Roh Kudus. Itulah sebabnya para pengajar dan pelajar Pendidikan Agama Kristen
dan gathering untuk saling megenal dan saling bersaksi. Dalam lingkungan
pelakukan kebenaran; adil dan tidak turut melakukan hal yang tidak berkenan
tersebut.
69
Ibid. hal 37
70
Enklaar, E.G. Homrighausen.Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Mulia, 1982), hal 160
71
Krista Sinta Dewi Simamora. Hal. 37
49
Tuhan dalam Alkitab, bahkan untuk membaca Alkitab mereka kurang tertarik.
dibuka, dibaca dan mereka membaca Alkitab ketika menghadiri kebaktian Minggu
Alkitab adalah Firman Tuhan. Kita sangat prihatin melihat orang Kristen
yang jarang membaca dan menelaah Alkitab. Alkitab merupakan dasar dalam
Tuhan itu mengajarkan tentang pribadi Allah yang Esa dan mengasihi Allah dan
untuk mencintai membaca Alkitab sebagai Firman Tuhan yang tertulis. Alkitab
Alkitab adalah wahyu dari Allah, sehingga Alkitab disebut sebagai firman
Allah yang diperkenankan-Nya untuk ditulis oleh para nabi, imam, hakim, raja,
72
Richard Bastian Manalu, Jurnal Alkitab Dasar Pengajaran. Vol 2, No 1 (2015), Hal. 01
50
Kudus. Firman Tuhan adalah taurat yang benar (Mazmur 119:142); firman Tuhan
adalah murni (Amsal 30:5). Feinberg berpendapat Alkitab adalah tulisan asli yang
disebutkan dalam Alkitab adalah kebenaran tertinggi yang diketahui dan harus
sesuatu, seperti relasi manusia dengan Allah, relasi antar sesama manusia, relasi
manusia dengan alam semesta, etika dan moral. kebenaranNya terbukti mutlak
dan kokoh.73 Alkitab yang berisikan Firman berkuasa menyelamatkan jiwa Firman
Allah akan menjadi terang bagi kaki dan akan jadi terang bagi setiap jalanku”
(Maz, 119:105).
Yesus Kristuslah yang menjadi Guru Agung yang mendesain pengajaran itu
anak-anak, maka perlu sosok yang sangat kompeten serta mampu melakukan
Perjanjian Lama adalah bagian kitab pertama dari Kitab Suci Kristen, yang
keagamaan karya bangsa Israel kuno. Terdapat variasi kanon Perjanjian Lama di
73
Lavandya permata kusuma wardhani danmevangelis ripno jayanthi. Doktrin ineransi alkitab menangkal
demitologi dalam pengajaran bagi orang kristen pada masa kini. Jurnal gamaliel : teologi praktika vol 3, no 2,
september 2021. Hal, 120
74
Solida Situmorang, M.pd. Jurnal Desain Pengajaran Yang Alkitabiah Vol 1, no 1 (2015). Hal. 03
51
antara Gereja-gereja Kristen; kalangan Kristen dan Orang suci zaman akhir hanya
menerima kitab-kitab yang terdapat dalam kanon Alkitab Ibrani, yang mana terbagi
dalam 39 kitab, sedangkan kalangan Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Ortodoks
Oriental menerima sekumpulan tulisan dengan jumlah yang sedikit lebih banyak. 75
Perjanjian Lama terdiri dari banyak kitab-kitab berbeda yang ditulis, disusun, dan
Lama ditulis dalam kurun waktu 1400 tahun (180011-400 SM) oleh 31 penulis
dengan situasi dan latar belakang yang berbeda-beda. 76. Kitab 39 dalam
Ulangan); Kitab Sejarah Pertama (Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 & 2 Samuel, 1 & 2
Raja-raja); Kitab Sejarah Kedua (1 & 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan Ester); Kitab
Sastra (Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung); Kitab Nubuat Nabi-
nabi besar (Yesaya, Yeremia, Ratapan. Yehezkiel, Daniel); Kitab Nubuat Nabi-
nabi kecil (Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya,
sejati hanya mungkin dari objek yang diberikan untuk dipikirkan melalui
tentang pola alami dari alam semesta yang telah diciptakan Allah. Dari pengertian
75
Marthen Mau, Studi Survei Alkitab Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru Sebagai Dasar Pengajaran Iman
Kristen. Jurnal Teologi Dan Misi, Vol. 2 No. 1 Juni 2019. Hal. 36
76
Ibid, Hal. 36
77
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004 Edisi Baru). Hal. 18-
19
52
merupakan kebenaran absolut yang berasal dari Allah. Kebenaran absolut ini
bukanlah suatu presuposisi atau suatu paham. Kebenaran absolut bagi orang
Kristen adalah Pribadi yakni Allah Tritunggal yang telah menyatakan diri-Nya di
dalam Alkitab. Oleh sebab itu, Alkitab mengandung kebenaran sejati karena
pernyataan diri Allah yang adalah Kebenaran. Kebenaran pengetahuan tidak ada
diluar kerangka metafisika Allah dan semua kebenaran tersebut tercakup di dalam
Alkitab. Di dalam Alkitab, pengetahuan sejati diperoleh melalui takut akan Allah
(Ams. 1:7).78 Terkait dengan pernyataan Evasari Kristiani Lase Dan Friska Juliana
Purba diatas, penulis sependapat bahwa seluruh ilmu pengetahuan yang dipelajari
diseluruh bidang ilmu termasuk didalam Lembaga sekolah, pada dasarnya tidak
dengan pola lama dengan bergantung pada satu-dua buku sumber tanpa buku-
pembimbing dan penuntun karena dalam Amsal 1:7 jelas dikatakan bahwa “takut
akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat
dan didikan”. Hal ini menggambarkan bahwa sumber didikan dan hikmat serta
pengetahuan hanya ditemukan dalam setiap Firman yang tertuang dalam Alkitab.
Jika hal ini disadari setiap pendidik Kristen tentunya tidak ada lagi pendidik yang
hanya dengan menggunakan lembar kerja siswa yang bisa dibeli, tanpa karya
78
Evasari Kristiani Lase Dan Friska Juliana Purba, Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan
Agama Kristen dan Musik Gereja, 4 (2) (2020): 149-166. “Alkitab Sebagai Sumber Pengetahuan Sejati
Dalam Pendidikan Kristen Di Sekolah Kristen: Sebuah Kajian Epistemologi”.Hal. 156- 157
53
sendiri dan hanya mampu menjas setiap nara didik yang sulit untuk berubah tapi
lupa bahwa perubahan itu ada hanya karena peran Roh kudus. Jika kurikulum
2013 mengarah ke karakter tentunya tidak jauh dari harapan setiap orang percaya
dan kita sehingga dengan adanya karakter yang mengarah kepada Yesus Kristus
maka tujuan bangsa dan Negara untuk mencerdaskan bangsa pasti akan tercapai.
43:7). Jadi ketika anak masih balita, orang tua bertanggung jawab dan
Demikian juga ketika anak mulai beranjak Dewasa dan meminta hak untuk
mendesain hidupnya, orangtua, pendidik Kristen dan Gereja dalam otoritas Allah,
yang benar pada anak-anak yang dikasihi agar bersedia menyerahkan desain
hidupnya kepada Kuasa Allah dalam Yesus Kristus, dan tidak memberontak
terhadap otoritas orang tua, pendidik Kristen dan Gereja demi memilih jalan
hidupnya sendiri.79
Lama merupakan kitab yang seharusnya menjadi dasar dalam mempelajari segala
Jurnalnya menuliskan bahwa Alkitab adalah pelita dan terang (Maz 119:105);
Alkitab adalah api yang menghanguskan bagi yang melalaikan kewajibannya (Yer
20:9), bagi yang fasik (Yer.23:25-29); Alkitab adalah palu yang menghancurkan
hati yang keras seperti batu (Yer.23:29).80 Setiap nats Alkitab ini menyatakan
bahwa Firman Tuhan berperan aktif dalam setiap kehidupan umat manusia dan
79
Ibid, Hal. 06
80
Richard Bastian Manalu, Jurnal Alkitab Dasar Pengajaran. Vol 2, No 1 (2015), Hal. 05
54
Firman Tuhan itulah yang menjadi patokan untuk menjalani proses kehidupan di
arti bahwa Alkitab tidak dapat salah (inerrant). Menurut Evasari Kristiani Lase &
termasuk Wahyu. Wahyu berarti pernyataan diri Allah. Wahyu baik yang bersifat
Allah yang juga Maha-tahu. Meskipun begitu, agar dapat memahami wahyu
sebagai sumber pengetahuan, dibutuhkan iman. Wahyu yang didukung oleh iman
kepada Allah dapat menjadi payung besar untuk menaungi segala pengetahuan
yang ada. Maka dapat disimpulkan bahwa wahyu bersumber dari Allah sehingga
Iman menuntutn setiap orang pada kebenaran, dan kebenaran itu akan
pembentukan karakter anak haruslah didasarkan kepada Firman Tuhan, hal ini
diajarkan oleh Yesus sendiri kepada orang-orang Yahudi yang percaya akan
yang sempurna. Alkitab memiliki ilmu tentang perjanjian yaitu Perjanjian Lama dan
81
Evasari Kristiani Lase Dan Friska Juliana Purba, Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan
Agama Kristen dan Musik Gereja, 4 (2) (2020): 149-166. “Alkitab Sebagai Sumber Pengetahuan Sejati
Dalam Pendidikan Kristen Di Sekolah Kristen: Sebuah Kajian Epistemologi”.Hal. 155
82
Ibid, Hal. 156
55
Perjanjian Baru. Kedua perjanjian ini adalah wahyu Allah dalam sejarah manusia.
Perjanjian Lama dan Baru juga dikenal sebagai Alkitab Hakiki. Alkitab sebagai
tentang perlengkapan rohani yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di
Efesus saat masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih melakukan
penyembahan terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka sembah pada saat itu
hal ini bahwa Firman Tuhan memberi petunjuk bagi semua umat manusia
karakter anak, bahkan untuk dapat melawan tipu muslihat iblis (pengaruh-
pengaruh buruk) tujuh (7) perlengkapan senjata Allah sangat relevan untuk
generasi bangsa dizaman Gen Z saat ini. Ketujuh perlengkapan senjata Allah
keadilan; (3) berkasutkan kerelaan memberitkan injil; (4) perisai iman; (5)
ketopong keselamatan; (6) pedang roh, yaitu Firman Allah; dan (7) berdoa setiap
waktu. Perlengkan senjata Allah ini tertuliskan didalam kitab Efesus 6:14-18.
83
Richard Bastian Manalu, Hal. 11
84
https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Paulus_kepada_Jemaat_di_Efesus
56
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
oleh Arnoldus, Ende, Flores – Cetakan IV, 1971 demikian: Segala yang tertulis
dalam Alkitab (Buku Kudus) diilhamkan oleh Allah dan berguna untuk mengajar,
dan mengajar dalam hal kebenaran. Dr. dan Terjemahan Dr. Bode yaitu, Alkitab
Tuhan kepada dunia yang memberontak serta bagaimana dunia akan kembali
kepada-Nya. Alkitab adalah surat cinta Allah kepada umat manusia yang dikasihi-
Nya. Otoritas ajaran ini tidak kurang dari Yesus Kristus sendiri, yang menegaskan
kebenaran dan keyakinan, jadi pengetahuan secara jasmani dan rohani. Jasmani
85
J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh. (Yayasan Kalam Hidup, Jalan Naripan 67: Bandung, 1994). Hlm.18
57
ada, sedangkan rohani pada hakekatnya karena tidak disadari Keyakinan (iman)
mereka adalah satu kesatuan. Pengetahuan jasmani diperoleh secara empiris dari
Tuhan dalam semua realitas yang telah diciptakan-Nya. 86 Alkitab memiliki dasar
bahasa manusia melalui proses inspirasi dari Roh Kudus adalah Alkitab, Firman
Tuhan. Kebenaran Allah dinyatakan dan tercermin dalam ciptaan. Oleh karena itu,
semua kebenaran adalah milik Tuhan, dan hanya dengan wahyu dan kasih
pengetahuan manusia sangat dangkal dan terbatas, bahkan tidak akan bisa
mengenal Tuhan jika bukan Ia sendiri yang aktif memperkenalkan dir-Nya. Wahyu
86
Evasari Kristiani Lase Dan Friska Juliana Purba, Hal, 152-153
58
keselamatan dari Tuhan, itulah sebabnya Tuhan memberi Wahyu khusus untuk
dengan Wahyu Tuhan Ini konsisten bahwa memahami wahyu Allah membutuhkan
iman.87 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu Bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah (Yoh.1:1). Allah adalah benar, berotoritas dan sumber
segala pengetahuan, maka Ia juga akan menyatakan diri-Nya di dalam suatu yang
benar, berotoritas dan pernyatan diri-Nya dalam sesuatu itu juga menjadi sumber
segala pengetahuan.
Alkitab sebagai wahyu khusus berarti pernyataan diri Allah tentang karya
penulis dan hanya dapat dipahami melalui iman kepada Allah. 88 Allah yang dapat
kita kenal adalah sebatas apa yang dinyatakan dalam Alkitab. Allah yang
dipahami oleh umat Kristiani. Ada hal-hal yang sepertinya kontradiksi tetapi
sebenarnya bukan kontradiksi melainkan suatu misteri, yaitu misteri Allah yang
Karakter
87
Ibid, Hal. 157
88
Ibid, hal 157
59
ranah tersebut seharusnya menjadi satu kesatuan yang saling membangun dalam
hamba Tuhan menyatakan secara pribadi bahwa pengetahuan dan dasar yang
benar dalam membentuk karakter hanyalah Alkitab. Karena Alkitab adalah Firman
Allah yang tanpa salah yang mengajar, menegur dan mendidik pada jalan
kebenaran.
Terkhusus kepada Para murid utama-Nya yang dua belas orang,yang setiap hari
bersama-sama dengan Yesus, Guru mereka kemana pun pergi. Dengan sengaja
Seperti tertulis di dalam Injil Matius (10:1-4; 13:10 dst, 16:5 dst; Mat 17:1 dst; 18:1
dst; 24:1 dst; 26:17 dst). Mereka bukan hanya hadir melainkan menyaksikan saat
Tuhan Yesus berkhotbah, mengajar, atau saat Tuhan Yesus berdiskusi bahkan
berdebat dengan para pemimpin Yahudi. Mereka juga menyaksikan saat Tuhan
membuat muzijat, atau melakukan konseling pribadi. Hidup dan sikap Tuhan
Yesus mereka saksikan dan teladani, karena hal itu adalah model pendidikan
yang Tuhan langsungkan selama Tuhan berkarya di Kanaan. Tekanan utama dari
model pendidikan ini adalah kualitas hidup/karakter atau mutu spiritualnya. Hal di
atas adalah pola pembinaan yang dilakukan Tuhan Yesus untuk menyiapkan para
89
Ibid, Hal.150
60
mutu karakter mendapat perhatian besar. Para murid Tuhan itu lebih banyak
belajar tentang kehidupan daripada belajar tentang doktrin. Bahkan sering Tuhan
mengecam pola hidup kaum Farisi yang mengenal banyak hukum keagamaan
(tentu hal itu telah menjadi doktrin mereka) namun hidup mereka tidak seirama
dengan doktrin yang mereka ajarkan (Mat 23:1-3). Hal itu menunjukkan bahwa
Karakter yang baik selalu di dambakan untuk tumbuh dalam hidup ini
bertumbuh dalam karakter yang baik, Yesus mengajak orang datang kepada-Nya
dan belajar kepada Dia, sebab menurut-Nya, Dia lemah lembut dan rendah hati
yang sanggup memberi kelegaan hati bagi yang berbeban berat dan ketenangan
90
Anton Nainggolan, Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan. Vol. 4 No. 2 (Desember
2020). Hal, 73
BAB III
PENGAJARAN ALKITAB SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA DI SMP NEGERI 132 JAKARTA
Negeri 132 Jakarta sebagai objek penelitian yang tentunya diawali dengan
Profil SMP Negeri 132 Jakarta, Visi-Misi, Program Strategis, serta hasil
A. METODOLOGI PENELITIAN
62
63
berkembang pada kondisi yang diteliti 91. Bogdan dan Taylor (1975:5) juga
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati, sedangkan Kirk dan Miller (dalam
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengatahuan sosial yang secara
yang dibangun secara sosial, serta hubungan erat antara peneliti dan
91
Natalina Nilamsari, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif. Wacana Volume XIII No.2,
Juni 2014 Hal. 177
92
Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. METODE PENELITIAN KUALITATIF dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa (Surakarta: Juni, 2014) Hal. 08
93
Lexy j Melong, Metodelogi Penelitian Kualitatif , (Bandung : Remaja RosdaKarya, 2002), 3
94
Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. Hal 08
64
alamiah.95
1. Desain Penelitian
disempurnakan.96
berasal dari Bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar. Pengertian
digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber
pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
pertama dalam arti luas, meliputi semua sumber, baik sumber tertulis
maupun lisan; kedua dalam arti sempit, meliputi semua sumber tertulis
saja; dan ketiga dalam arti spesifik meliputi surat-surat resmi dan surat-
lain sebagainya.
97
Saifullah, Buku Panduan Metodologi Penelitian (Hand Out, Fakultas Syari’ah UIN Malang, tt). Hlm 45.
66
kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi
atau lebih; hubungan antara variable yang timbul; perbedaan antara fakta
realitas social dengan melihat apa adanya, bukan dari apa yang
baik dan benar berarti telah memiliki perspektif yang jelas untuk memahami
sampel yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk mengungkap data atau
98
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika), Hlm 19
67
penelitian ini, teknik dokumentasi ini digunakan untuk mencari data tentang
jumlah siswaa, jumlah guru, sarana dan prasaana yang dimilki sekolah
c. Menganalisis data
4. Pengolahan Data
99
Sudarwan Danim dan Darwis, Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi (Jakarta: EGC, 2003), Hlm 80
68
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang
untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang
dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non-human
dokumen itu ditulis; apa latar belakangnya?; apa yang dapat dikatakan
dokumen itu kepada peneliti?; dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?;
Nasution (2003;85): a) bahan documenter itu telah ada, telah tersedia, dan
pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan cermat, yang berguna
penelitian historis.
peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.
apabila tidak di analisis. Agar data mempunyai arti dan implikasi, haruslah
disajikan dalam bentuk kesimpulan atau generalisasi. Oleh sebab itu, perlu
Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi ini
I. OBJEK PENELITIAN
Agama Jakarta Barat, lokasi yang sangat strategis dekat pasar kalimati dan
dengan lingkungan.
Jika ditinjau dari segi ekonomi keluarga, peserta didik SMPN 132 masuk
1.1. Profil
Jakarta. 11710
Akreditasi :A
Email : [email protected]
Website : http://https://smpn132.simak-
dki.com/
berikut:
masing berperan penting pada bidang dan tugas yang telah dipercayakan,
dengan mengajarkan:
3. Menerapkan kedisiplinan dan taat pada aturan serta norma yang ada
absolut yang berasal dari Allah. Kebenaran absolut ini bukanlah suatu
takut akan Allah, Amsal 1:7 “Takut akan Tuhan adalah permulaan
generasi penerus Bangsa “pusaka titipan”. Bagi gereja, anak adalah masa
depan gereja. Banyak bagian di dalam Alkitab yang mencatat bahwa Allah
(Yosua 24:15) dan di zaman Yesus sendiri (Matius 18:10, 19:13-15). Jika
mengajar dan mendidik mereka. Yesus sendiri pernah menjadi anak kecil
dan pernah mengatakan “Tidak tahukah kamu, bahwa Aku harus berada di
Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
3. Kesempurnaan Kristen
dengan mujizat (Yohanes 3:2) dan nubuat yang digenapi (Yesaya 46:9-10;
penyataan Allah Bapa (Ibr 1:2-3; 1 Tim. 3:16; Kol. 2:-2-3; 2 Kor. 4:6; Yoh.
biasa makhluk yang disebut manusia ini, sebab hanya makhluk ini yang
Allah. Kata-kata yang digunakan untuk gambar dan rupa di dalam teks asli
Alkitab, bahasa Ibrani adalah tselem Demuth. Dua kata ini digabung tanpa
komponen yang dimiliki Allah yang juga dimiliki manusia yaitu pikiran,
like, similitude).103
berkodrat Ilahi. Kodrat Ilahi inilah yang dimaksud dengan kemuliaan Allah.
Tetapi di dalam Kejadian 1:27 tertulis: Maka Allah menciptakan manusia itu
103
Yakub Hendrawan Perangin Angin & 2Tri Astuti Yeniretnowati. Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen Volume 1, Nomor 1 Edisi Juli 2021 (Hal. 13-27) https://sttkalvari.ac.id/ojs/index.php/eleos/index.
Hal.15
77
dengan Yesus. Yesus adalah sosok manusia yang tidak hidup dalam
kewajaran manusia lain. Yesus tidak serupa dengan dunia ini, maka Tuhan
menghendaki agar orang percaya juga tidak serupa dengan dunia ini (Rm.
12:2). Hidup haruslah hanya untuk mengabdi kepada Bapa (Yoh. 4:34; 2
percaya baru sadar sepenuhnya bahwa hidup manusia yang telah ditebus
perubahan cara berpikir dan perubahan gaya hidup, dimana target yang
harus dicapai adalah sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.
keluarga Kerajaan Surga. Oleh sebab itu sesuai dengan Firman Tuhan
melainkan jalan hidup yang hanya bisa dikenakan oleh segelintir orang
dilahirkan oleh Allah dan tuntutan Roh Kudus. Kebaikan yang dituntut untuk
hidup secara luar biasa dalam kelakuan. Berkenaan dengan ini, maka
seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Inilah kehidupan yang indah. Agar
harus mengenakan Injil, yaitu apa yang Tuhan Yesus ajarkan (Mat. 19:16-
26). Orang percaya tidak cukup memposisikan diri pada panggilan umum
saja. Tetapi harus masuk pada panggilan khusus, yaitu sempurna seperti
Bapa atau serupa dengan Yesus (Yoh. 9:41). Untuk ini setiap orang
Bapa.
merupakan gambaran yang indah dari Yesus. Karena tentu saja Yesus
sendiri penuh dengan Roh Allah, dan Ia adalah Kristus yang berdiam di
dalam orang percaya melalui Roh. Jadi semakin orang percaya dipenuhi
104
Ibid, Hal 17
79
dengan Roh Allah dan semakin matang buah Roh itu di dalam diri orang
percaya, semakin orang percaya akan menjadi serupa dengan Kristus. 105
dipenuhi. Tidak ada nama lain yang bisa mengisi relung hati orang percaya,
seperti tertulis “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
dalam Pribadi Kristus. Setiap orang yang percaya kepada pribadi dan karya
dengan campur tangan Tuhan. Tuhan bekerja dalam segala sesuatu agar
5:48 dalam teks aslinya adalah teleioi, dari kata teleios. Kata ini memiliki
105
Christopher J.H. Wright, Becoming Like Jesus, 1st ed. (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2017), 9.
106
Ajeng Chrissaningrum and Tim Kambium Yayasan Gloria, Bertumbuh Dalam Kristus Pemuridan Melalui
Waktu Teduh, ed. Petrus Budi Setyawan, Okdriati S. Handoyo, and Tri Puji Lestari, 1st ed. (Yogyakarta:
Yayasan Gloria, 2012), 15.
80
yang Tuhan perintahkan. Untuk ini orang percaya harus mengerti kehendak
Dengan demikian tidak ada satu hal pun yang dipikirkan, diucapkan dan
Bapa. Karena hal ini, maka banyak orang Kristen anti akan ditolak oleh
Tuhan, sebab mereka tidak melakukan kehendak Bapa (Mat. 7:21-23). Ada
rohani agar bisa berdamai dengan Allah secara benar atau berjalan dengan
yaitu perubahan pikiran sehingga dapat mengerti kehendak Allah, yaitu apa
yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Itulah sebabnya Paulus
5:9-10).
4. Pengalaman
orang yang percaya kepada Tuhan dan sudah menjadi suatu alasan dasar
107
Yakub Hendrawan, Hal. 20
81
yang jenuh bahkan tidak mau memberi diri untuk berkeinginan dalam
menakjubkan, yang hanya di temui dan dibaca dalam Kitab Suci. Alasan
mengapa umat Tuhan harus membaca Alkitab yaitu agar Amanat Agung
Tuhan Yesus tergenapi, sesuai yang tertulis didalam Matius 28:19 “Karena
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Cara untuk mengerti dan
diketahui sebelumnya.
Ketiga yaitu Alkitab merupakan buku kuno yang paling akurat, yang
merupakan sebuah buku yang dapat memperlihatkan awal mula dunia ini
dengan sangat detail bagaimana Tuhan menciptakan langit dan bumi serta
Tuhan yang menyertai setiap orang yang percaya dan yakin bahwa Tuhan
ialah satu-satunya Raja atas segala raja yang mampu mengasihi dan
menguasai seluruh isi bumi ini. Keempat yakni adalah Alkitab mampu
diri untuk membaca dan merenungkan kebenaran firman Tuhan itu sendiri
dan firman Tuhan juga dapat memberikan sebuah penyertaan. Dan yang
82
orang yang ada di dalam sejarah di mana dengan membaca Alkitab dan
kita untuk bisa mengerti bahwa Tuhan itu benar ada terbukti dari
penyertaan Tuhan yang sampai saat ini masih ada untuk orang-orang yang
A. HASIL PENELITIAN
SMP Negeri 132 Jakarta merupakan salah satu Sekolah yang ada di
Kecamatan Cengkareng. SMP Negeri 132 Jakarta memiliki dua puluh satu
ruangan kelas belajar, satu ruang guru, satu ruang Kepala sekolah, satu ruang
tata usaha, satu ruang para wakil, satu ruang perpustakaan, dua ruangan
Laboratorium (IPA dan computer), satu ruang OSIS, satu ruang BK (bimbingan
konseling), satu ruang monitor, satu musolah, tujuh ruangan kamar kecil / WC,
satu ruangan koperasi, satu daerah kantin, satu tempat parkir, satu dapur dan
lapangan Sekolah. SMP Negeri 132 Jakarta memiliki dua pulu delapan orang
guru, satu kepala sekolah, satu kepala tata usaha, satu operator, enam orang
tendik (satu operator), satu satpam, dan empat orang bagian kebersihan (OB).
Jumlah siswa/siswi Di SMP Negeri 132 yakni serratus tujuh puluh delapan (778)
orang. SMP Negeri 132 Jakarta memiliki lapangan olahraga yang sekaligus
digunakan untuk lapangan upacara, berbagai alat olahraga seperti bola voli, bola
basket, senam dan olahraga lainnya. Keunggulan SMP Negeri 132 Jakarta adalah
di bidang Pramuka, Bela diri (taekwondo, Silat), Olahraga dan Kesenian. Keempat
kegiatan ini menjadi unggulan karena antusiasme dari siswa sangat tinggi,
82
83
2022/2023 yakni, Tujuh Ratus Tujuh Puluh Delapan orang siswa/siswi (778
orang). Tujuh ratus empat puluh enam (746) yang menganut agama Islam, tiga (3)
orang siswa/siswa beragama Hindu dan dua puluh Sembilan (29) orang yang
beragama Kristen. Mereka berasal dari keluarga ; suku; agama; budaya; dan ras
yang berbeda-beda. Hal ini terlihat dari berbagai agama, jenis pekerjaan dan
berfokus meneliti peserta didik yang beragama Kristen berjumlah dua puluh
sembilan (29) orang. Yang terdiri dari empat belas (15) orang laki-laki dan empat
belas (14) orang perempuan. Namun, dalam memasuki semester Genap Tahun
ajaran 2022/2023 (), satu (1) orang siswi pindah sekolah. Jadi total keseluruhan
hidup selama berada didalam dunia yang fana ini. Alkitab berisikan tentang
dalam kebenaran. Pernyataan ini dituliskan oleh Rasul Paulus yang ditujukan
kepada Timotius anak rohaninya, bahkan sampai sekarang dan yang akan datang
84
akan ditujukan kepada seluruh umat percaya. Alkitab dasar utama pembentukkan
karakter umat manusia, yang dimulai sejak usia dini (anak-anak). Berikut
pentingnya Alkitab bagi mereka. Yang penulis temukan dari hasil Angket yang diisi
oleh dua puluh tujuh (27) siswa/siswi, dan satu (1) siswa yang tidak
mengembalikan.
Tabel. 1.1.
No
Keadaan Yang Dialami
. Ya Kadang Tidak
1. Pembina Rohani Mengajarkan Karakter Kristus 26 Org 1 Org -
2. Guru PAK mengajarkan Tentang Karakter Kristus 27 Org - -
3. Orangtua Mengajarkan Tentang Karakter Kristus 22 Org 5 Org -
4. Senang Membaca Alkitab 17 10 Org -
5. Selalu Melaksanakan Renungan Pribadi Di Rumah 13 Org 11 Org 3 Org
6. Mengetahui apa itu Alkitab 23 Org 3 Org -
7 Membaca Alkitab Tanpa Suruhan Guru dan Ortu 12 Org 3 Org 12 Org
8. Rajin Membaca Alkitab Setelah Masuk SMPN.132 20 Org 12 Org 3 Org
9. Alkitab Mengajarkan Untuk Hidup Taat & Disiplin 27 Org - -
10 Alkitab Adalah Firman Yang Harus Dilakukan & 26 Org 1 Org -
Menghasilkan Buah
11. Alkitab Mengajarkan Pengetahuan & Kebenaran 27 Org - -
12. Firman Tuhan megajarkan Kasih, Jujur, 25 Org 2 Org
Tanggungjawab dan Disiplin
13. Selalu Melaungkan Waktu Membaca Alkitab 18 Org 9 Org
14. Aktif Di Komunitas Gereja 18 Org 9 Org -
15. Senang Dan Aktif Mengikuti Pembiasaan Rohani 25 Org 2 Org -
Sumber: Angket Siswa/siswi SMPN. 132 Jakarta
siswa/siswi memperoleh pengajaran karakter dari ajaran keluarga dari dua puluh
dua (22) orang siswa; dari Lembaga sekolah 100 persen (27 orang), dan dari
lembaga gereja dua puluh enam (26) orang. Yang melaksanakan renungan
pribadi tiga belas (13) orang; yang mengetahu fungsi Alkitab dua puluh tiga (23)
orang; yang selalu meluangkan waktu membaca Alkitab delapan belas (18) orang
85
dan yang senang serta aktif mengikuti pembiasaan rohani dua puluh lima (25)
khususnya hidup meneladani karakter Kristus, masih sangat minim. Hal ini penulis
bahwa rajin membaca Alkitab dan saat teduh sejak menjadi siswa di SMP Negeri
132 Jakarta. Wawancara ini dilaksanakan oleh Peneliti dengan tiga (3) orang anak
siswa kelas VII dan dan empat (4) orang anak siswa kelas VIII. Tanggal 13
Firman Tuhan Yesus, yang harus dibaca dan firman itu mengajarkan tentang
kasih Tuhan. Namun sebelum masuk di SMPN. 132, sangat jarang sekali
membaca Alkitab, dan tidak mendapatkan pelajaran Agama selama enam (6)
tahun belajar di bangku SD. Jeselin sangat senang karena di SMPN. 132 memiliki
pengajaran Agama yang diasuh oleh Ibu Imelfa Telaumbanua (penulis), serta
semakin semangat membaca Alkitab terlebih lagi sekarang ini sedang diajarkan
tidak adanya Guru Agama disana. Elis mengungkapkan rasa senang dan niat
jauh dari pengetahun Alkitab. Sebelum masuk SMPN. 132 Jakarat, jarang
membaca Alkitab dan orangtua juga tidak pernah mewajibkan untuk membaca
Alkitab.
86
menyatakan bahwa firman Tuhan sangat penting untuk menuntun hidup kita
Yoel juga mengakui bahwa sebenarnya mengikuti pengaruh teman tidak baik,
Gambar 1.1.
juga mengadakan wawancara kepada kelas VIII yang dilaksanakan pada tanggal
ajaran Agama di sekolah; lingkungan karena sejak pandemic tidak terlalu banyak
Agama Kristen, kemudian ajaran Orangtua, ajaran Gereja dan terakhir ajaran atau
ajaran Karakter Kristus dari Orangtua, dari ajaran Agama di sekolah dan dari
87
ajaran Agama di sekolah, karena selama ini pandemi jarang sekali membaca
Alkitab dan jarang Ibadah. Kemudian dari ajaran orangtua, Gereja dan lingkungan
Gambar 1.2.
Lembaga Gereja (para Pembina rohani), dan juga pengaruh lingkungan. Peserta
didik SMP Negeri 132 Jakarta khusus yang beragama Kristen, memperoleh
Kristen di sekolah.
Tabel. 1.2.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Jumlah
1. SD 1 Orang
2. SMP 2 Orang
3. SMA/SMK 17 Orang
4. D3 1 Orang
5. S1 3 Orang
6. Dan Lainnya 1 Orang
Sumber: Angket Orangtua Siswa/siswi
Dari table diatas dapat dilihat bahwa orangtua (ayah atau ibu) yang
berpendidikan SD satu orang, SMP dua orang , SMA/SMK berjumlah Tujuh Belas
Orang, dan yang berpendidikan S1 sebanyak Tiga Orang, dan lainnya satu orang
Tabel. 1.3.
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
1. Petani -
2. Wiraswasta 6 Orang
3. Ibu Rumah Tangga 16 Orang
4. PNS -
5. Security -
6. Aktivis Gereja (Pendoa Syafaat ) 1 Orang
7. Pedagang 1 Orang
8. Dan Lainnya 1 Orang
Sumber: Angket Orangtua Siswa/siswi
89
belas orang sebagai ibu rumah tangga, enam orang pekerja wiraswasta, satu
Kristus sang Juruselamat manusia. Melalui iman pengenalan akan Tuhan akan
dalam dunia, makai man harusnya di hidupi dalam kehidupan sehari-hari. Yakobis
2:17 “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, makai man itu pada hakekatnya
adalah mati”. Dari pernyataan Firman ini, menyatakan bahwa setiap orang
perbuatan akan terpimpin melalui kebenaran Firman Tuhan, dan hasil survey
Alkitab untuk dibaca, direnungkan dan dilakukan. Dari jumlah dua puluh Sembilan
(29) orangtua, satu (1) orang yang memindahkan anaknya ke sekolah lain, dan
angket yang diisi dan dikembalikan hanya dua puluh lima (25). Yang hasilnya
sebagai berikut:
Tabel 1.4.
Kadang-
No. Pemahaman Yang Dimiliki Ya Tidak
Kadang
1. Anak-Anak Adalah Anugerah Yang Harus 25
- -
Dipertanggjawabkan Kepada TUHAN Org
2. Alkitab Adalah Firman Tuhan Yang Memimpin Kehidupan 23
2 Org -
Orang Percaya Dalam Keadaan Apapun Org
3. Memiliki Pengetahuan Tentang Hidup Menjadi Karakter 22 2 Org 1 Org
90
Kristus Org
4. Mengajarkan Karakter Hidup Jujur Dan Disiplin 24
1 Org -
Org
5. Penting Memiliki Persekutuan Keluarga dan Gereja 14
8 Org 3 Org
Org
6. Orangtua Memberikan Sanksi Jika Anak Tidak Beribadah 12
8 Org 5 Org
Org
7. Memberi Pilihan Kepada Anak Jika Beribadah Atau Tidak 6 Org 8 Org 11 Org
8. Orangtua Memantau Cara Bergaul Anak Di Luar Rumah 22
2 Org 1 Org
Org
9. Memberitahukan akibat tidak bersekolah dan karakter buruk 24
1 Org -
Org
10. Menjadi Mitra Pembina Rohani Gereja Membangun Iman & 23
2 Org -
Karakter Anak Org
Sumber: Angket Orangtua
orangtua siswa/siswi SMP Negeri 132 Jakarta yang beragama Kristen. Secara
umum orangtua mengetahui bahwa anak adalah anugerah Tuhan dalam setiap
masih kurang. Karena melalui ibadah dan persekutuan keluarga anak-anak akan
memberi pilihan kepada anak untuk beribadah atau tidak, tidak adanya sanksi jika
tidak beribadah dan kurangnya pemantaun pergaulan dan karakter anak di luar
rumah.
wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ibu Maria pada tanggal 28
Oktober 2022. Selain memenuhi semua kebutuhan sekolah anak, ibu Maria juga
Namun itu tidak terlalu sering, karena ibu Maria hanyalah seorang diri yang harus
mengurus tiga orang anaknya. Sedangkan ibu Agustina memiliki cara yang
yang dilaksanakan sama dengan ibu Maria, pada tanggal 28 Oktober 2022. Ibu
perumpamaan ketika melihat orang lain yang berkondisi lain dengan mereka,
seperti saat melihat orang yang berkelainan jiwa, pengamen jalanan, pengemis
bahkan saat melihat para pemulung. Kondisi-kondisi itu ada factor penyebabnya,
dan anak di minta untuk menemukan penyebab tersebut. Jika anak menemukan
jawabannya maka hal itu ditegaskan untuk tidak melakukan, namun jika maka
akan dijelaskan jika ada waktu Bersama untuk membahasnya kembali (keseringan
kepada anak, yang meskipun setiap hari tidak Bersama anak-anak, namun selalu
chat atau videocall saat punya waktu luang, dan saat pulang dirumah Hp dan buku
pelajaran anak di periksa. Namum dalam hal yang sudah dilakukan oleh Pak Indra
dan orangtua lain, masih sangat kurang maksimal dalam mendidik anak dalam
iman dan karakter. Inilah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada
Gambar 1.3.
92
masa depan yang lebih baik, disiplin, jujur dan berkarakter baik. Namun
mereka setiap hari, maka dari itu, mereka mengakui dan terus berharap untuk
terus mengadakan (adakan) sinergi antara Sekolah khususnya Guru PAK, para
B. PEMBAHASAN
93
bebankan pada guru di sekolah, orang tua juga harus berperan penting
didalamnya. Partisipasi orang tua tidak hanya untuk mendukung kegiatan belajar
partisipasi yang dapat diberikan orang tua yaitu pemenuhan kebutuhan anak, hal
kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar dan paling jelas dari
orang tua dari siswa/siswi SMP Negeri 132 Jakarta yang beragam Kristen di
partisipasi orang tua dalam pembetukan karakter yang didasarkan oleh kebenaran
Firman Tuhan. Dari hasil yang telah diuraikan diatas dapat dilihat sebagai berikut:
orang yang tidak memberi sanksi jika anaknya tidak beribadah di gereja, 8
karena dari hasil wawancara dengan perwakilan kelas VII dan kelas VIII
kepada mereka tentang karakter Kristus. Dari data ini dapat diketahui
bahwa partisipasi orang tua dalam hal meberikan perhatian kepada anak
anak dengan dasar kebenaran firman Tuhan. Untuk itu, para orangtua
menolong anak agar hasil dalam prosos belajarnya. Ini sesuai dengan
sianak ketika anak itu mengalami kesulitan. Orang pertama yang harus
(curhat), penulis dengan yakin menyatakan bahwa orang yang tepat yang
harus ditemui adalah orangtua. Namun terkadang anak malu dan segan
untuk bercerita kepada orangtua secara langsung, maka orang yang harus
sebagai berikut:
3. Motivasi dari luar atau biasa disebut dengan motivasi ektrinsik sangatlah
Motivasi ektrinsik yaitu dorongan yang datang dari luar rumah, yakni
penuh gairah atau semangat. Dengan pemberian motivasi oleh orang tua,
siswa akan lebih percaya diri dalam mengikuti pembelajaran apalagi ketika
4. Orang tua pasti ingin anaknya tumbuh menjadi manusia yang berkarakter,
bertanggungjawab dan berdidikan. Hal ini dikuatkan oleh konsep dari Henry
Siahaan (1986: 34). Bahwa orang tua wajib bertanggung jawab atas
kepada Tuhan. demikian tertulis dalam Efesus 6:4 “Dan kamu bapa-bapa,
5. Hukuman atau sanksi adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara
nestapa tersebut anak akan menjadi sadar akan perbuatanya dan berjanji
Indrakusuma, 1973: 14) ada beberapa cara orang tua untuk mengatasi
anaknya yang malas atau tidak mau beribadah, yaitu tidak mengizinkan
99
bahkan ada juga yang membiarkan anak tidak beribadah karena tidak
bagi anak
Orang tua adalah sosok teladan yang akan diidentifikasi dan internalisasi
peran dan sikap anak. Maka salah satu tugas utama orang tua adalah mendidik
100
setiap hal yang diajarkan kepada anak sejak kecil, akan terbawa hingga dewasa
didalam Amsal 22:6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka
pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.
faktor penting dalam perkembangan pribadi dan karakter anak. Kehadiran anak di
dunia disebabkan hubungan kedua orang tuanya, sehingga kedua orang tua
Kristus serta menjadi penerus bangsa yang militan. Dan keberhasilan pendidikan
karakter juga sangat dipengaruhi oleh kondisi keluarga. Jadilah orangtua yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
karakter anak. Para orangtua terlalu focus pada urusan pekerjaan dan
100
101
B. Saran
berikut:
memiliki sikap acuh tak acuh terhadap pentingnya karakter anak dapat
partisipasi itu banyak sekali, tidak terbatas pada bentuk materi saja
Dalam Kristus Pemuridan Melalui Waktu Teduh, ed. Petrus Budi Setyawan,
Okdriati S. Handoyo, and Tri Puji Lestari, 1st ed. (Yogyakarta: Yayasan
Gloria, 2012).
ALKITAB
Ani Siti Anisah dalam jurnalnya berjudul Pola Asuh Orang Tua Dan
m,2011
Agustus 2018.
Christopher J.H. Wright, Becoming Like Jesus, 1st ed. (Surabaya: Literatur
KARAKTER ANAK. Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011.
xii
Depdiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003
2014.
Purwokerto, 2015).
Budi Pekerti Anak. jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 8 No.1, Juni 2015.
xiii
Enklaar, E.G. Homrighausen.Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK
Mulia, 1982).
Evasari Kristiani Lase Dan Friska Juliana Purba, Jurnal Abdiel: Khazanah
2022.
https://eurekapendidikan.com/pengertian-karakter
https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Paulus_kepada_Jemaat_di_Efesus
https://kbbi.web.id/karakter.html
https://sttkalvari.ac.id/ojs/index.php/eleos/index
J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh. (Yayasan Kalam Hidup, Jalan Naripan
xiv
JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA)
2018
Jurnal Bonus Demografi Peluang Dan Tantangan Bagi Indonesia, Hal 1-2 /
demografi islam.pdf…..????
Desember 2019.
2021.
RosdaKarya, 2002).
Pelajar, 2013).
Marthen Mau, Studi Survei Alkitab Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru
Sebagai Dasar Pengajaran Iman Kristen. Jurnal Teologi Dan Misi, Vol. 2
2010.
Raharjo. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010.
2017
(2015).
xvi
Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia. Pembelajaran Pendidikan
no 1 (2015).
permanen
2003).
to Character Education and Values Clarification With Student Who Are Deaf
or Hard Hearing (JSTOR: American Annals of The Deaf, 2004), hh. 255-
263.
xvii
Tety and Soeparwata Wiraatmadja, “Prinsip-Prinsip Filsafat Pendidikan
no. 1 (2017)
Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Volume 1, Nomor 1 Edisi Juli 2021
(Hal. 13-27)
xviii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data Pribadi
2. Data Orangtua
3. Data Pendidikan
(2007-2010)
xix
ANGKET SISWA
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Pelajaran Agama
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
xx
9. Guru Pendidikan Agama mengajar dengan menggunakan Alkitab
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
11. Saya membaca Alkitab karena di suruh orangtua dan Guru Agama
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
13. Saya rajin membaca Alkitab setelah masuk di SMP Negeri 132 Jakarta
Ya Kadang-kadang Tidak
14. Guru Agama di SMP Negeri 132 Jakarta, sangat menolong dan memotivasiku
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
16. Alkitab adalah Firman Allah yang harus di lakukan dan menghasilkan buah
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
18. Hidup setia dan taat kepada Tuhan mendidikku menjadi seorang yang penuh
Ya Kadang-kadang Tidak
19. Saya mau menjadi manusia yang berakal budi baik dan berkarakter baik
Ya Kadang-kadang Tidak
xxi
20. Saya bersedia meluangkan waktu untuk membaca Alkitab dan melakukannya
setiap hari
Ya Kadang-kadang Tidak
21. Motivasimu Membaca Alkitab setiap hari sesuai arahan Guru Agamamu adalah
supaya …
Ya Kadang-kadang Tidak
rumah
Ya Kadang-kadang Tidak
23. Selama ini saya rajin mengikuti dan aktif dalam komunitas Gerejaku
Ya Kadang-kadang Tidak
24. Saya senang diajarkan untuk hidup taat kepada Tuhan melalui pembacaan
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
27. Orangtua Mengajarkan saya tentang pentingnya karakter baik yang didasarkan
Firman Tuhan
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
xxii
29. Guru Agama di Sekolah mengajarkanku tentang Karakter baik yang
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
ANGKET ORANGTUA
SD SMP SMA/SMK D3 S1
2. Memahami Makna Iman Yang Teguh di dalam Tuhan Yesus Kristus dengan
Benar
Ya Kadang-kadang Tidak
3. Mengajarkan kepada anak-anak tentang Iman kepada Tuhan Yesus setiap hari
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
menunjukkan kepada mereka keberadaan orang lain yang tidak seperti mereka
Ya Kadang-kadang Tidak
11. Mengajarkan kepada anak-anak akibat tidak hidup taat, disiplin dan
Ya Kadang-kadang Tidak
12. Selalu mengingatkan anak-anak tujuan untuk bersekolah dengan karakter baik
Ya Kadang-kadang Tidak
13. Selalu memantau cara bergaul anak-anak diluar rumah dengan teman
Ya Kadang-kadang Tidak
14. Mendukung dan mendorong anak-anak terlibat pada kegiatan rohani di Gereja
dan Sekolah
Ya Kadang-kadang Tidak
15. Cenderung memberi pilihan kepada anak, apakah mau beribadah atau tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
xxiv
16. Memiliki kesadaran penuh bahwa pengajaran Alkitab sangat penting bagi
anak-anak
Ya Kadang-kadang Tidak
17. Bersedia menjadi mitra guru dan Pembina rohani Gereja dalam menumbuhkan
iman dan karakter anak-anak dengan cara selalu menanyakan anak saya
Ya Kadang-kadang Tidak
18. Berupaya menjadikan anak-anak menjadi penerus keluarga dan bangsa yang
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
Ya Kadang-kadang Tidak
xxv
DAFTAR ABSENSI KONSULTASI
xxvi
xxvii