Laporan Untuk Referensi
Laporan Untuk Referensi
Laporan Untuk Referensi
Oleh :
SISILIA FIL JANNATI
18030194012
PENDIDIKAN KIMIA 2018
e. Salinitas
Air tawar memiliki sedikit garam, biasanya kurang <0,5 ppt.
Air dengan salintas 0,5-17 ppt disebut sebagai air payau, yang
ditemukan dimuara sungai dan rawa-rawa garam pantai. Tergantung
pada lokasi dan sumber air tawar, beberapa muara dapat memiliki
salinitas setinggi 30 ppt. Air laut rata-rata 35 ppt, tetapi dapat berkisar
antara 30-40 ppt. Hal ini terjadi karena perbedaan penguapan, curah
hujan, pembekuan, dan lokasi yang berbeda. Salinitas air laut juga
bervariasi dengan kedalaman air karena massa jenis air dan tekanan
meningkat dengan kedalaman. Air dengan salinitas diatas 50 ppt
adalah air asin, meskipun tidak banyak organisme bisa bertahan
dalam konsentrasi garam yang tinggi.
Klasifikasi air berdasarkan tingkat salinitas :
Istilah Salinitas (ppt)
Air tawar
Fresh water < 0,5
Air payau
Mesohaline 3,0 – 16,0
5. Parameter Biologi
Perubahan terhadap kualitas perairan erat kaitannya dengan potensi
perairan ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton.
Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi
mengenai kondisi kesuburan perairan. Fitoplankton merupakan salah satu
parameter biologiyang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi
kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga
merupakan penyumbang oksigen terbesar didalam perairan. Pentingnya
peranan fitoplankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan
fitoplankton berperan penting bagi kehidupan biota laut. Dengan
demikian, keberadaan fitoplankton dapat dijadikan indikator kualitas
perairan yaknni gambaran tentang banyak atau sedikitnya jenis
fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis fitoplankton
yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dapat hidup karena
zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran
mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya (Melati dkk, 2005).
Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya,
mengaoung, mengambang, atau melayang didalam air yang kemampuan
renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus.
Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki
kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus air,
contohnya : ikan, cumi – cumi, paus, dll. Bentos adalah biota yang
hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang didasar
laut, contohnya: kerang, teripang, bintang laut, karang, dll. Plankton
merupakan kumpulan dari organisme pelagis yang sangat mudah hanyut
oleh gerakan massa air. Plankton berbeda dengan nekton (ikan) yang juga
merupakan organisme pelagis yang dapat berenang cukup kuat sehingga
dapat melawan gerakan massa air. Plankton juga memiliki perbedaan
dengan bentos yang terdiri dari organisme yang hidup di dasar perairan
(Stewart, 1986).
Analisis keanekaragaman, dapat memberi gambaran mengenai
stabilitas komunitas yang ada di suatu lokasi. Indeks keanekaragaman
tinggi menunjukkan komunitas yang berada pada suatu lokasi tersebut
berada dalam keadaan stabil karena jenis komunitas yang mampu hidup
dan beradaptasi dengan kondisi lingkungannya sangat banyak (Ferianita,
2005). Menurut Ferianita, (2005) indeks keanekaragaman Shannon
Wiener dapat diketahui menggunakan rumus pada persamaan :
Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman Shannon Wiener
N = total jumlah individu
Ni = total individu spesies ke-i
Dengan kriteria sebagai berikut :
H` : Keanekaragaman rendah
1 <H`< 3 : Keanekaragaman sedang
H`> 3 : Keanekaragaman tinggi
Plankton sebagai bioindikator kualitas suatu perairan terutama
perairan menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi
plankton yang mempengaruhi tingkat tropik perairan tersebut. Fluktuasi
dari populasi plankton sendiri dipengaruhi terutama perubahan berbagai
faktor lingkungan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi populasi
plankton adalah ketersediaan nutrisi di suatu perairan. Unsur nutrisi
berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan
menyebabkan terjadinya ledakan populasi fioplankton dan proses ini akan
menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan kualitas
perairan (Umar, 2002). Dalam klasifikasinya, organisme plankton dapat
dibedakan berdasakan:
1) Berdasarkan Fungsi
Plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu:
a) Fitoplankton
Fitoplankton atau plankton nabati adalah tumbuhan yang
hidupnya mengapung atau melayang di perairan. Ukurannya
sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Umumnya fitoplankton berukuran 2 µm – 200 µm (1 µm = 0,001
mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal
(Anonim1, 2010).
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di perairan karena
bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan
organik makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu
melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan
organik karena mengandung klorofil dan karena kemampuannya
ini fitoplankton disebut sebagai primer producer (Stewart, 1986).
Bahan organic yang diproduksi fitoplankton menjadi
sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi,
disamping itu energi yang terkandund didalam fitoplankton
dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti
udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus yang berukuran
raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau
tidak langsung melalui rantai makanan.
b) Zooplankton
Zooplankton atau plankton hewani adalah hewan yang
hidupnya mengapung atau melayang dalam perairan.
Kemampuan berenangnya sangat terbatas hingga keberadaannya
sangat ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton
bersifat heterotrofik, artinya tidak dapat memproduksi sendiri
bahan organik dari bahan anorganik. Jadi zooplankton lebih
berperan sebagai konsumen (consumer) bahan organik (Mukayat,
1994).
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi
ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa
berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum
ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid),
misid (mysid), amfipod (amphipod, kaetognat (chaetognath).
Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan
estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra,
dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.
Zooplankton ada pula yang dapat melakukan migrasi
vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua
hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di
dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai
zooplankton yaitu ketika masih berupa telur dan larva (Mukayat,
1994).
c) Bakterioplankton
Bakterioplankton merupakan bakteri yang hidup sebagai
plankton. Bakterioplankton mempunyai ciri yang khas,
ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai
inti sel dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat
berfotosintesis (Dianthani, 2003). Fungsi utamanya dalam
ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposer). Semua
biota laut yang mati akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan
menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya.
Hara ini kemudian akan didaurulangkan dan dimanfaatkan lagi
oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis (Dianthani, 2003).
d) Virioplankton
Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton.
Virus ini ukurannya sangat kecil (kurang dari 0,2 μm) dan
menjadikan biota lainnya, terutama bakterioplankton dan
fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak
menunjukkan kegiatan hayati. Virioplankton dapat memecahkan
dan mematikan sel-sel inangnya (Dianthani, 2003).
2) Berdasarkan ukuran
Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil
kingga yang besar. Dulu orang menggolongkan plankton dalam tiga
kategori berdasarkan ukurannya, yakni:
a. Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap
dengan jaring dengan mata jaring (mesh size) berukuran 20 ,um,
atau dengan kata lain plankton berukuran lebih besar dari 20 ,um.
b. Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar
dari 2,um. Atau berukuran 2-20 ,um;
c. Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2
µm.
Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik
memilah-milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton
berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Penggolongan di bawah
ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang.
a. Megaplankton (20-200 cm)
Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak ubur-
ubur termasuk dalam golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa,
misalnya bisa mempunyai ukuran diameter payungnya sampai
lebih dari satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa
sampai beberapa meter pajangnya. Plankton raksasa yang
berukuran terbesar di dunia adalah ubur-ubur Cyanea arctica
yang payungnya bisa berdiameter lebih dua meter dan dengan
panjang tentake130 m lebih .
b. Makroplankton (2-20 cm)
Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan
banyak pula termasuk dalam golongan ini.
c. Mesoplankton (0,2-20 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini,
seperti kopepod, amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa
fitoplankton yang berukuran besar masuk dalam golongan ini
seperti Noctiluca.
3) Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi :
a) Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva,
hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam
golongan ini. Contohnya: kokepod, amfipod, salpa, kaetognat.
Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton
(Anonim1, 2010).
b) Meroplankton
Plankton dari golongan ini berperan sebagai plankton hanya
pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yaitu pada tahap
sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah
menjadi nekton, yaitu hewan yang dapat aktif berenang bebas,
atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar
laut. Oleh sebab itu, meroplankton disebut sebagai plankton
sementara (Anonim1, 2010).
Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya
mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya.
Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai
perkembangan larva yang bertingkat-tingkat dengan bentuk yang
sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang
dewasa (Anonim1, 2010).
c) Tikoplankton
Tikoplankton sebenarnya bukan plankton yang sejati karena
biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai
bentos. Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari
dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton
(Anonim1, 2010).
F. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Botol Pengambilan Sampel 1 Buah
b. DO Meter 1 Set
c. pH Pen 1 Set
d. Refraktometer Salinitas 1 Set
e. Secchi disk 1 Buah
f. Gelas Kimia 1 Buah
g. Termometer 1 Buah
h. TDS Meter 1 Buah
i. Botol vial 1 Buah
j. Pipet Tetes 1 Buah
2. Bahan
a. Air Sampel (contoh uji) Secukupnya
b. Aquades Secukupnya
G. Alur Kerja
Pengambilan Sampel Uji
1. Menyiapkan alat pengambil contoh uji sesuai saluran pembuangan
dalam keadaan steril
2. Membilas alat dengan contoh uji sebanyak 3 kali
3. Mengambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan
dalam penampung kemudian dihomogenkan
4. Melakukan pengujian parameter suhu, kekeruhan, oksigen terlarut,
salinitas, dan pH dengan segera
Pengukuran Kecerahan/Kedalaman
1. Memasukkan secchi disk ke dalam titik pengambilan samper air
limbah (Boozem)
2. Menurunkan tali hingga alat tidak terlihat lalu ditandai
3. Mengukur panjang tali dari secchi disk dan yang terlihat sampai ujung
tali
4. Mencatat hasil yang diperoleh
Mengukur TDS (Total Dissolved Solid)
1. Menyiapkan TDS meter
2. Membilas dengan aquades dan bersihkan dengan tissue
3. Menyalakan TDS meter
4. Memasukkan TDS meter kedalam contoh uji
5. Menunggu hingga TDS contoh uji muncul pada layar TDS
6. Mencatat hasil yang diperoleh
Pengukuran pH
1. Menyiapkan pH Pen
2. Membilas dengan aquades dan bersihkan dengan tissue
3. Menyalakan pH Pen
4. Memasukkan pH Pen kedalam contoh uji
5. Menunggu hingga pH contoh uji muncul pada layar pH Pen
6. Mencatat hasil yang diperoleh
Pengukuran Oksigen Terlarut dan Suhu
1. Menyiapkan alat DO Meter dalam keadaan steril
2. Mengkalibrasi alat DO Meter
3. Membilas dengan aquades dan dibersihkan dengan tissue
4. Menyalakan DO Meter
5. Memasukkan alat DO Meter ke dalam larutan sampel
6. Menunggu hingga keluar kadar oksigen dengan satuan ppm
7. Mencatat hasil yang diperoleh
Pengukuran Salinitas
1. Membersihkan Refraktometer salinitas dan dibilas dengan akuades
2. Meneteskan contoh uji pada prisma hingga basah
3. Menutup penutup prisma hingga terlihat basah sempurna
4. Membaca hasil salinitas air
5. Mencatat hasil yang diperoleh
H. Data Pengamatan
Berikut ini merupakan data pengamatan kualitas air di Boozem FMIPA
UNESA :
Tabel Hasil Pengamatan Kualitas Air Boozem FMIPA UNESA
No Parameter Hasil Pengamatan
1 Suhu 31,8oC
2 Kecerahan/Kedalaman 79 cm
3 TDS 8,59 ppm
4 pH 8,67
5 DO 10,23 ppm
6 Salinitas 0
K. Daftar Pustaka
L. Lampiran