Pengembangan Penilaian Pembelajaran Pai

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN PENILAIAN PEMBELAJARAN PAI

OLEH
RANI BATALIPU
ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang pengembangan penilaian dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Penilaian yang efektif dan akurat
memiliki peran penting dalam mengukur pencapaian belajar siswa dan
meningkatkan mutu pendidikan PAI. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan proses pengembangan penilaian pembelajaran PAI yang sesuai
dengan prinsip-prinsip validitas, reliabilitas, dan keadilan.
Studi ini melibatkan tahapan pengembangan penilaian yang meliputi
analisis kebutuhan, perumusan tujuan pembelajaran, desain instrumen penilaian,
implementasi, dan evaluasi. Pada tahap analisis kebutuhan, dilakukan identifikasi
kompetensi dan tujuan pembelajaran PAI yang ingin dicapai. Selanjutnya, tujuan
pembelajaran tersebut dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.

Desain instrumen penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran kemudian


dikembangkan. Instrumen penilaian dapat meliputi berbagai bentuk seperti tes
tertulis, tugas proyek, observasi, atau wawancara. Validitas dan reliabilitas
instrumen penilaian diuji melalui uji coba dan analisis statistik.
Implementasi penilaian dilakukan dalam lingkungan pembelajaran PAI
yang sesuai. Guru sebagai pengajar dan penilai memainkan peran kunci dalam
proses ini. Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas penilaian serta
untuk memberikan umpan balik kepada siswa dan guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan penilaian
pembelajaran PAI yang sesuai dengan prinsip-prinsip validitas, reliabilitas, dan
keadilan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PAI. Penilaian yang baik
dapat memberikan informasi yang akurat tentang kemampuan siswa dalam
memahami dan menerapkan konsep-konsep PAI. Selain itu, penilaian yang adil
dan objektif juga dapat mendorong motivasi belajar siswa dan meningkatkan
kualitas pengajaran guru.
Kesimpulannya, pengembangan penilaian pembelajaran PAI merupakan
langkah penting dalam meningkatkan mutu pendidikan PAI. Dalam proses
pengembangan ini, perlu diperhatikan prinsip-prinsip validitas, reliabilitas, dan
keadilan agar penilaian dapat memberikan informasi yang akurat dan mendukung
pembelajaran yang efektif. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk
memperkaya dan mengembangkan metode penilaian yang lebih inovatif dan
responsif terhadap kebutuhan siswa dalam pembelajaran PAI.

Kata Kunci : Pengembangan, Penilaian, PAI


Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting dalam membentuk
karakter dan nilai-nilai keagamaan siswa. Untuk memastikan efektivitas
pembelajaran PAI, penilaian yang baik dan komprehensif diperlukan. Penilaian
dalam konteks pembelajaran PAI tidak hanya bertujuan untuk mengukur
pencapaian akademik siswa, tetapi juga untuk mengukur pemahaman dan
penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dalam praktiknya, penilaian pembelajaran PAI seringkali
menghadapi tantangan dan masalah. Ada beberapa isu yang perlu diperhatikan,
seperti validitas, reliabilitas, dan keadilan penilaian. Pertama, validitas penilaian
berkaitan dengan sejauh mana instrumen penilaian dapat mengukur kompetensi
yang ingin dicapai dalam pembelajaran PAI. Apakah instrumen tersebut benar-
benar mencerminkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep agama yang
diajarkan?
Kedua, reliabilitas penilaian menjadi penting untuk memastikan bahwa
hasil penilaian konsisten dan dapat diandalkan. Apakah instrumen penilaian
menghasilkan skor yang konsisten jika diberikan kepada siswa yang memiliki
kemampuan yang sama?
Ketiga, keadilan penilaian adalah isu yang muncul dalam konteks
pembelajaran PAI. Keadilan berarti bahwa penilaian harus memperlakukan semua
siswa secara adil, tanpa memihak atau mendiskriminasi siswa berdasarkan faktor-
faktor yang tidak relevan seperti latar belakang sosial atau budaya.
Selain itu, perkembangan teknologi dan pendekatan pembelajaran yang
baru juga memberikan tantangan dan peluang baru dalam pengembangan
penilaian pembelajaran PAI. Teknologi dapat digunakan untuk mengembangkan
instrumen penilaian yang lebih interaktif dan responsif terhadap kebutuhan siswa,
sementara pendekatan pembelajaran yang inovatif juga memerlukan penilaian
yang sesuai untuk mengukur kemajuan siswa dalam memperoleh pemahaman
agama.
Oleh karena itu, latar belakang ini menyoroti pentingnya pengembangan
penilaian pembelajaran PAI yang sesuai dengan prinsip-prinsip validitas,
reliabilitas, dan keadilan. Penelitian dan pengembangan lebih lanjut diperlukan
untuk mengidentifikasi metode dan pendekatan terbaik dalam penilaian
pembelajaran PAI, serta untuk memastikan bahwa penilaian tersebut dapat
memberikan informasi yang akurat tentang pencapaian siswa dan mendukung
pembelajaran yang efektif dalam konteks pendidikan agama Islam.
Metode
Pembahasan menggunakan metode tinjauan literatur yang komprehensif
tentang Pengembangan penilaian dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Selain itu, Pembahasan ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode kajian
pustaka. Teknik pengumpulan data dengan menelaah berbagai sumber
kepustakaan dari berbagai dokumen

Pembahasan
Pengertian Penilaian Pendidikan Agama Islam
Penilaian (assessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut djemari Mardapi kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari hasil penilaiannya. (Djemari Mardapi, 2008, p.5) Sistem penilaian
yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang
baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.Dalam wawasan
penilaian akan dijumpai dua macam istilah yaitu “pengukuran” dan “penilaian”.
Menurut Wandt dan Brown pengukuran adalah suatu tindakan untuk menentukan
luas atau kuantitas dari sesuatu.
Sedangkan penilaian adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. The Taks Group on Assessment and Testing (TGAT)
mendeskripsikan asesmen sebagai semua cara yang digunakan unruk menilai
unjuk kerja individu atau kelompok. Popham mendefinisikan asesmen dalam
konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status
siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer dan Ewel
mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang
individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala
sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi.
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran pada dasarnya
adalah kegiatan atau proses untuk menentukan kwantitas atau jumlah dari sesuatu.
Sedangkan penilaian adalah kegiatan atau proses untuk menentukan kualitas atau
mutu dari sesuatu.
Sedangkan menurut Badab Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
prestasi atau kinerja peserta didik. Dalam peraturan pemerintah R.I. No.19/2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Bab IV pasal 64 tentang penilaian
hasil belajar oleh pendidik pada aya (3) disebutkan : Penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui: a. Pengamatan terhadap
perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian
peserta didik: serta b. Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif pesert didik.
Penilaian merupakan bagian yang terpenting dari proses belajar mengajar,
maka sasaran penilaian yang dikenakan terhadap para murid tidak hanya terbatas
pada aspek intelektual (ranah kognitif) dan aspek keterampilannya (ranah
psikomotor) melainkan juga pada aspek hidupnya (ranah afektif) Seluruh sasaran
tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan evaluasi yang mengacu pada prinsip-
prinsip Al-Qur‟an dan As-Sunnah, di samping menganut prinsip-prinsip
obyektivitas, kontinuitas dan konprehensip. Sedangkan operasionalnya di
lapangan dapat saja dilakukan melalui berbagai bentuk evaluasi, tes dan non tes,
dan lain sebagainya. Proses evaluasi dalam pendidikan Islam secara esensial
berlaku bagi setiap muslim. 1
Demikian halnya dengan murid yang sadar dan baik, adalah mereka yang
sering mengevaluasi diri sendiri baik mengenai kelebihan yang hendaknya
dipertahankan maupun kelemahan dan kekurangan yang perlu dibenahi, karena
evaluasi itu sendiri hekdaknya dilakukan secara obyektif. Oleh sebab itu dapat
diartikan bahwa kepribadian seorang muslim sebagai manusia paripurna adalah

1
Mahrus, “Pengembangan Standar Penilaian Dalam Pembelajaran P Endidikan A Gama I
Slam,” Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 2 (2019): 179–92,
merupakan aktualisasi dari kualitas keimanan, keilmuan dan amal salehnya.
Kesemua itu merupakan bahan pemikiran bagi pengembangan sistem evaluasi
dalam pendidikan agama Islam
Pengertian PAI
Istilah pendidikan berasal dari kata didik, setelah mempunyai awalan me
sehingga menjadi education yang berarti mengasuh dan melatih, untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan pengajaran dan bimbingan serta kepemimpinan dalam
etika dan kecerdasan. Kata pendidikan setelah ditambah awalan dan akhiran
dengan kata dasar sebelum pendidikan mempunyai arti proses perubahan sikap
dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk menjadi
manusia yang cerdas melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam bahasa Inggris,
pendidikan disebut education, yang berasal dari kata “educate” yang berarti
membawa kemajuan dan perkembangan. Pendidikan secara sempit didefinisikan
sebagai proses tindakan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan.
Pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
mengambil tanggung jawab dalam mendorong, mengembangkan dan
mengarahkan potensi peserta didik agar dapat berperan dan berfungsi sesuai
dengan hakikatnya. Pihak yang disebut “bertanggung jawab” dalam definisi di
atas adalah orang tua anak, dan guru serta pendidik lainnya diberi sejumlah
tanggung jawab sebagai orang tua. Jadi, maksud dari ungkapan “agar mereka
mempunyai fungsi dan peranan sesuai dengan fitrah yang terjadi” tidak lebih dari
menjamin bahwa orang-orang yang terpelajar akan menjadi hamba Allah dengan
penuh ketaqwaan, ketaatan dan kesetiaan sesuai dengan kodratnya.
Secara teoritis pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
sikap mental yang diungkapkan dalam perbuatan baik, baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain. Pada hakikatnya pendidikan agama Islam adalah
pendidikan keimanan sekaligus pendidikan amal shaleh. Oleh karena itu,
pendidikan agama Islam mencakup sikap dan perilaku individu atau kelompok
dengan tujuan mendatangkan kebahagiaan dalam hidup, oleh karena itu berkaitan
dengan pendidikan individu dan masyarakat.2
Pendidikan agama Islam adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan yang komprehensif tentang
ajaran dan prinsip-prinsip agama Islam kepada individu. Tujuan utama dari
pendidikan agama Islam adalah membentuk manusia yang taat beragama,
memiliki pemahaman yang mendalam tentang Islam, serta mampu
mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Konsep
pendidikan agama Islam melibatkan berbagai aspek, termasuk pengajaran tentang
keyakinan dan doktrin-doktrin Islam, pemahaman tentang Al-Qur'an sebagai kitab
suci, pengajaran tentang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai
contoh teladan, serta nilai-nilai moral dan etika Islam.
Pendidikan agama Islam juga mencakup pemahaman tentang ibadah,
seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta pentingnya menjaga hubungan yang
baik dengan Allah SWT dan sesama manusia. Selain itu, pendidikan agama Islam
juga memberikan pengetahuan tentang sejarah Islam, kajian tentang fiqh (hukum
Islam), dan akhlak mulia yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pendidikan agama Islam, penting untuk dipahami bahwa Islam adalah
agama yang inklusif dan menghormati kebebasan beragama setiap individu. Oleh
karena itu, pendidikan agama Islam juga melibatkan pemahaman tentang toleransi
antar umat beragama, dialog antar umat beragama dan menghargai perbedaan
dalam masyarakat multikultural.
Konsep Pembelajaran
Konsep pembelajaran merujuk pada prinsip-prinsip, teori, dan pendekatan
yang digunakan dalam proses mengajar dan belajar untuk mencapai tujuan
pendidikan. Konsep pembelajaran berfokus pada bagaimana siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pemahaman yang baru atau ditingkatkan.
Berikut ini adalah beberapa konsep pembelajaran yang sering digunakan dalam
konteks pendidikan:
2
Sudadi, “Konsep Pendidikan Agama Islam (Pai) Berbasis Pesantren Di Lembaga
Pendidikan Umum,” INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 25, no. 2 (2020): 174–
88.
 Pembelajaran Aktif: Konsep ini menekankan peran aktif siswa dalam
proses pembelajaran. Siswa didorong untuk terlibat secara langsung dalam
kegiatan pemecahan masalah, diskusi kelompok, eksperimen, atau proyek
yang memungkinkan mereka untuk membangun pemahaman dan
pengetahuan secara mandiri.
 Pembelajaran Kolaboratif: Konsep ini menekankan kerja sama dan
interaksi antara siswa. Siswa bekerja sama dalam kelompok atau tim untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Melalui diskusi, refleksi, dan saling
berbagi, siswa dapat memperluas pemahaman mereka melalui perspektif
dan pengalaman kolektif.3
 Pembelajaran Berbasis Masalah: Konsep ini melibatkan pemberian tugas
atau masalah nyata kepada siswa yang memerlukan pemecahan. Melalui
proses pemecahan masalah, siswa diberi kesempatan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya, serta
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
 Pembelajaran Berpusat pada Siswa: Konsep ini menempatkan siswa
sebagai subjek utama dalam proses pembelajaran. Guru berperan sebagai
fasilitator yang membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
mereka. Pembelajaran dikustomisasi untuk memperhatikan kebutuhan,
minat, dan gaya belajar individu siswa.
 Pembelajaran Berbasis Proyek: Konsep ini melibatkan siswa dalam proyek
nyata yang mencakup berbagai aspek pembelajaran. Siswa berkolaborasi,
melakukan penelitian, merancang solusi, dan menghasilkan produk atau
presentasi yang mencerminkan pemahaman mereka tentang topik tertentu.
Proyek ini memberikan konteks yang relevan dan aplikasi praktis bagi
siswa.4
 Pembelajaran Berbasis Teknologi: Konsep ini menggunakan teknologi
sebagai alat untuk meningkatkan dan memperkaya pembelajaran.

3
Muhammad Yusuf and Amalia Syurgawi, “Konsep Dasar Pembelajaran,” Al-Ubudiyah:
Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 1, no. 1 (2020): 21–29
4
Achank, H. B, dkk.. (2021). Potensi Konflik Berpengaru Terhadap Peningkatan Ekonomi
Masyarakat Kota Gorontalo. Jurnal Noken: Ilmu-Ilmu Sosial, 6(2), 145-158
Teknologi dapat digunakan untuk memberikan akses ke sumber daya
pembelajaran yang luas, memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi, serta
menyediakan alat interaktif untuk eksplorasi dan pemahaman konsep.
Pilihan konsep pembelajaran dapat bervariasi tergantung pada tujuan
pembelajaran, konteks pendidikan, dan karakteristik siswa. Pendekatan yang
efektif menggabungkan berbagai konsep pembelajaran untuk menciptakan
pengalaman belajar yang komprehensif, inklusif, dan menarik bagi siswa.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan
Sedangkan menurut yang Aqib nyatakan bahwa proses pembelajaran adalah
upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses
pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Adapun Prof Surya mengatakan bahwa pembelajaran
ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku secara menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu
dengan lingkungannya”
Berdasarkan dasar-dasar teori pembelajaran menurut para ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah p;roses dimana terjadinya
perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh guru kepada siswanya serta
lingkungan beserta seluruh sumber belajar lainnya yang dijadikan sebagai sarana
belajar
Pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara pe belajar
dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan pendidik, teman-temannya, tutor,
media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan ciri-
ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponenkomponen
pembelajaran itu sendiri. Di dalam pembelajaran akan terdapat
komponenkomponen sebagai berikut: tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik,
bahan atau materi pelajaran, pendekatan dan metode, media atau alat, sumber
belajar serta, evaluasi. Semua komponen tersebut saling terkait atau berhubungan
untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Komponen-
komponen pembelajaran tersebut sebagai suatu sistem yang utuh dan saling
mendukung satu sama lain

Tujuan Penilaian Pendidikan Agama


Tujuan dialakukan penilaian pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Menentukan hasil kemajuan belajar murid, antara lain sebagai penentuan
kenaikan kelas, kelulusan dan aporan kepada orang tua murid
b. Memperbaiki umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar selanjutnya. Misalnya memperbaiki
cara mengajar agarmurid lebih berhasil.
c. Menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar secara tepat sesuai
dengan tingkat kemampuan yang dimiliki
d. Mengenal latar belakang psikologis dan lingkungan murid terutama yang
mengalami kesulitan belajar untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai
perbaikan atau pembimbingan terhadat murid tersebut
Sedangkan dalam pendidikan agama Islam, tujuan penilaian lebih ditekankan
pada penguasaan sikap (afektif) dan psikomotorik dari pada aspek kognitif.
penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemapuan murid yang secara garis
besar meliputi empat hal, yaitu:
 Sikap dan pengalaman terhadap hubungan peribadinya dengan Tuhannya,
yaitu bagaimanakah loyalitasnya dan pengabdiannya kepada Allah dengan
indikasi-indikasi lahiriyah berupa tingkah laku yang mencerminkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah
 Sikap dan pengalaman terhadap dirinya dan masyarakat, yaitu sejauh mana
murid dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup
bermasyarakat, seperti akhlak mulia dan disiplin.
 Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam
sekitarnya, yaitu bagaimana murid mengelola dan memelihara serta
menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya
 Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri sebagai hamba Allah, anggota
masyarakat serta khalifah Allah, yaitu sejauh mana murid memandang diri
sendiri sebaai hamba Allah dalam menghadapi kanyataan masyarakat yang
beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Fungsi Penilaian Pendidikan Agama Islam
a) Penilaian berfungsi sebagai penempatan Digunakannya penilaian salah
satunya adalah untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana
seorang murid harus ditempatkan dalam pembelajaran bersifat kelompok
b) Penilaian berfungsi selektif Penilaian berfungsi selektif bertujuan untuk
memilih murid yang dapat diterima di sekolah tertentu, untuk memilih
murid yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya, untuk memilih
murid yang seharusnya mendapat beasiswa, untuk memilih murid yang
sudah berhak untuk meninggalkan sekolah dan lain – lain.
c) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan Berungsi sebagai
umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum
menguasai sepenuhmya materi yang dipelajari
d) Penilaian berfungsi diagnotis Dengan mengadakan penilaian,, sebenarnya
guru mengadakan diagnosis kepada murid tentang kebaikan dan
kelemahan murid atau tentang kesulitan belajar murid yang tujuannya
adalah untuk menjajagi keterampilan dan pengetahuan yang telah dikusai
oleh peserta didik
Implikasi Penilaian sebagai Bentuk Evaluasi dalam Pembelajaran PAI
Pembelajaran merupakan salah satu aspek inti dalam pendidikan,
pembelajaran didalamnya mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Pembelajaran yang baik dapat diketahui tatkala evaluasi telah dilakukan,
adapun evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam pendidikan Islam, evaluasi
memiliki kedudukan yang sangat penting untuk mengukur dan menilai sejauh
mana keberhasilan pendidikan itu dilaksanakan. Sebelum mengevaluasi
pendidikan Islam, terlebih dahulu harus mengetahui hakikat pendidikan Islam itu
sendiri, supaya dalam proses evaluasi selaras ranah yang mesti dievaluasinya.
Adapun Pendidikan Islam sebagai sebuah proses pengalihan pengetahuan,
pemahaman, nilai-nilai dan pengamalan agama Islam secara terencana, sistemik,
dan berkelanjutan. Dengan kata lain, pendidikan Islam merupakan upaya untuk
menumbuh-kembangkan potensi fitrah anak didik yang di bawa sejak lahir
menjadi sebuah kemampuan dan kekuatan yang dapat melahirkan kompetensi
yang profesional. Fitrah di sini sebagai suatu kecenderungan (potensi) untuk
mengetahui, memahami dan mengamalkan ajaran Islam selaku hamba Allah
Subhanahu Wa Ta’ālā di muka bumi.
Oleh karena itu, untuk mengetahui ketercapaian sebuah proses pendidikan
Islam, perlu diadakan evaluasi yang komprehensif dan terintegrasi mencakup
seluruh aspek yang mesti dievaluasi. Nuryamin mengamati bahwa hakekat
evaluasi pendidikan Islam adalah konsep berpikir tentang penilaian dalam proses
belajar mengajar yang mempunyai tujuan dan fungsi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan, yakni dalam
membina kepribadian Islami
Pendidikan Islam merupakan konsep pendidikan yang terintegrasi dan
komprehensif. Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukannya pun harus terintegrasi,
komprehensif, dan sistemik. Dudin melaporkan untuk menjamin pengembangan
mutu penyelenggaraan pendidikan, perlu diadakan evaluasi yang bersifat sistemik
mencakup : Pertama, aspek input meliputi standar isi, standar pendidik, standar
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana. Kedua, aspek proses meliputi
standar proses, standar pengelolaan, dan standar penilaian pendidikan. Ketiga,
aspek output, meliputi standar kompetensi lulusan, dari segi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap
PAI merupakan mata pelajaran yang memiliki ciri khas tersendiri dan
memiliki perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Ciri khas yang ada dalam
mata pelajaran PAI yakni selalu terikat dengan nilai-nilai ilāhiyah, dan itu
merupakan nilai yang inti. Oleh karena itu, mesti dilakukan evaluasi yang
terintegrasi dan komprehensif mencakup seluruh ranah yang dituju, baik aspek
aqliyah, qolbiyah, dan amāliyah.
Aqliyah berbeda dengan kognitif, karena aqliyah berkaitan dengan
perintah dan larangan Allah Subḥānahu Wa Ta’ālâ. Aspek qolbiyah berbeda
dengan afektif, sikap yang dilakukan berdasarkan perintah dan larangan Allah
Subḥānahu Wa Ta’ālâ. Begitupun dengan aspek amāliyah berbeda dengan
psikomotorik, keterampilan yang ada bukan hanya sekedar keterampilan semata,
namun dalam pandangan PAI mesti membedakan, bahwa keterampilan yang ada
juga mesti berdasarkan perintah dan larangan Allah Subḥānahu Wa Ta’ālâ.
Sehingga antara aqliyah, qolbiyah dan amāliyah selalu berkaitan dengan nilai-nilai
ilāhiyah.
Sementara itu, evaluasi memiliki kedudukan yang sangat penting untuk
mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran PAI. Evaluasi dilakukan bukan
hanya menggugurkan kewajiban semata, tetapi ada nilai lebih dari itu, yakni
berkaitan dengan hisab. Jika peserta didik sudah memahami tentang pengukuran,
penilaian, dan evaluasi yang mesti dilakukan juga oleh dirinya, implikasinya akan
memperlancar dan mempengaruhi proses pembelajaran. Ditinjau dari segi
tujuannya, mata pelajaran PAI memiliki tujuan yang utuh dalam memahami ilmu
pengetahuan, mencakup ranah aqliyah, qolbiyah dan amāliyah. Oleh karena itu,
evaluasi yang dilakukan pun harus mencakup semua ranah tersebut. sementara itu,
tujuan evaluasi pembelajaran PAI ditujukan untuk mengetahui perkembangan
peserta didik selama mengikuti pembelajaran supaya bisa diketahui efektivitas dan
efisiennya. Jika ditemukan proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan
perencanaan, disanalah peran pendidik PAI untuk memperbaiki dan mengatasi
masalah yang ditemukan.
Dari segi fungsi, evaluasi berfungsi untuk mengetahui dan mengenal
kapasitas pendidik dan pesera didik. Perbaikan prestasi peserta didik, bukan hanya
dari segi pengetahuan, tetapi mesti dilihat juga dari segi kepribadian dan
keterampilan. Adapun bagi institusi pendidikan, evaluasi berfungsi sebagai
diagnostik, supaya diketahui bahwa untuk menanamkan keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia tidak cukup hanya mengandalkan mata pelajaran PAI, tetapi
mesti terintegrasi antara seluruh komponen pendidikan yang ada di sekolah.
Fungsi evaluasi bagi pembelajaran PAI sebagai bahan untuk menunjang
penyusunan perencanaan pembelajaran, sehingga ditemukan kekurangannya
kemudian bisa diperbaiki dan disempurnakan, sebagaimana tujuan pembelajaran
PAI yang seharunya. Evaluasi mesti mengetahui sejauh mana kemajuan
pembelajaran PAI selama ini, baik dilihat dari segi aqliyah, qolbiyah, dan
amāliyah. Jangan sampai setiap pembelajaran dan evaluasi yang dilakukan hanya
memenuhi formalitas tuntutan pekerjaan saja, dan kering dari nilai-nilai ilāhiyah.
Tetapi, evaluasi yang dilakukan mesti memberikan kontribusi dalam melakukan
perubahan pembelajaran.
Prinsip evaluasi mesti mencakup tujuan, proses, dan hasil pembelajaran
PAI. Evaluasi pembelajaran PAI mesti dilakukan secara kontinutas, tidak cukup
hanya dilakukan satu kali bahkan di akhir semester saja. Tetapi harus dilakukan
terus menerus, supaya diketahui perkembangan peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran. Evaluasi juga mesti komprehensif mencakup ranah aqliyah,
qolbiyah, dan amāliyah. Jangan sampai keberhasilan pembelajaran PAI hanya
dilihat dari aspek aqliyah saja. Selain itu, pendidik PAI mesti memegang prinsip
yang lainnya, yaitu adil, kooperatif, objektif, dan praktis. Jangan sampai pendidik
PAI memberikan evaluasi tidak berdasarkan prinsip yang telah disebutkan, apalagi
mengevaluasi karena kedekatannya dengan peserta didik, itu bisa menimbulkan
kecemberuan sosial dan menyebabkan wibawa pendidik PAI kurang baik di
hadapan peserta didik monitoring yang dilakukan pendidik PAI mesti dievaluasi
juga, untuk mengetahui efektivitasnya. Sementara itu, dampak dari pembelajaran
PAI mesti dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran PAI bisa
memberikan perubahan terhadap peserta didik. Kemudian, aspek efisiensi dan
ekonomis dilakukan evaluasi supaya diketahui sejauh mana efisiensi pembelajaran
PAI di lapangan. Setelah jenis evaluasi dilakukan semua, maka akan ditemukan
evaluasi pembelajaran yang komprehensif.
Ditinjau dari segi teknik, teknik evaluasi pembelajaran PAi terdiri dari
teknik tes dan non tes. Teknik tes bisa dilakukan untuk mengetahui pemahaman
peserta didik dalam memahami pembelajaran yang telah dilakukan. Waktunya
bisa setiap pertemuan, tengah semester, atau pun akhir semester. Bentuknya bisa
dalam bentuk tes tulisan, tes lisan, dan tes praktek.
Namun yang harus menjadi catatan, teknik tes bukanlah satusatunya untuk
melihat keberhasilan pembelajaran, tetapi ada aspek lain yang justru merupakan
aspek inti untuk dilakukan evaluasi, yakni berkaitan dengan aspek amāliyah.
Dengan demikian, mesti dilakukan evaluasi dengan teknik non tes. Pendidik PAI
mesti terampil dalam melakukan evaluasi teknik non tes ini, karena dari aspek ini
merupakan inti dalam pembelajaran PAI, yakni berkaitan dengan pengamalan
ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam lebih
menekankan proses bukan hasilnya, karena yang wajib itu proses mencari
ilmunya, bukan mendapatkan ilmu.
Adapun yang memberikan ilmu itu adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ālā.
Oleh karena itu, pendidik mesti mengevaluasi kesungguhan belajar peserta didik,
artinya pembelajaran PAI lebih banyak mengukur, menilai, dan mengevaluasi
proses pembelajarannya. Oleh karena itu, pendidik harus melihat perkembangan
aqliyah, qolbiyah, dan amāliyah peserta didik. Teknik yang bisa dilakukan bisa
dengan observasi, wawancara, kuisioner, bahkan dengan evaluasi yang tidak
diketahui oleh peserta didik.
Pengembangan penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) adalah suatu proses yang bertujuan untuk merancang dan
mengembangkan instrumen penilaian yang efektif dan akurat dalam mengukur
pencapaian belajar siswa dalam mata pelajaran PAI. Pengembangan penilaian
yang baik sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan PAI dan
memastikan bahwa tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Berikut adalah beberapa langkah yang umum dilakukan dalam
pengembangan penilaian pembelajaran PAI:
 Analisis Kebutuhan: Langkah pertama dalam pengembangan penilaian
adalah melakukan analisis kebutuhan. Hal ini melibatkan mengidentifikasi
kompetensi dan tujuan pembelajaran PAI yang ingin dicapai. Analisis ini
membantu dalam pemahaman yang lebih baik tentang apa yang perlu
diukur dan dievaluasi dalam pembelajaran PAI.5
 Perumusan Tujuan Pembelajaran: Berdasarkan analisis kebutuhan, tujuan
pembelajaran PAI harus dirumuskan dengan jelas dan spesifik. Tujuan ini
akan menjadi pedoman dalam pengembangan instrumen penilaian,
sehingga dapat mengukur sejauh mana siswa mencapai kompetensi yang
diinginkan.
 Desain Instrumen Penilaian: Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan,
instrumen penilaian perlu dirancang. Instrumen penilaian dalam
pembelajaran PAI dapat berupa tes tertulis, tugas proyek, observasi,
wawancara, atau kombinasi dari beberapa bentuk penilaian. Instrumen
tersebut harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan mampu mengukur
kompetensi yang diinginkan.
 Implementasi: Setelah instrumen penilaian dikembangkan, langkah
selanjutnya adalah mengimplementasikannya dalam lingkungan
pembelajaran PAI. Guru sebagai pengajar dan penilai memainkan peran
penting dalam mengaplikasikan instrumen penilaian ini kepada siswa.
Dalam implementasi, penting untuk memastikan bahwa penilaian
dilaksanakan dengan konsistensi dan transparansi.6
 Evaluasi: Evaluasi penilaian dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
instrumen penilaian dan memberikan umpan balik kepada siswa dan guru.
Evaluasi ini melibatkan analisis terhadap hasil penilaian, validitas,
reliabilitas instrumen, dan efektivitas proses penilaian secara keseluruhan.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk melakukan perbaikan dan
penyempurnaan instrumen penilaian di masa mendatang.

5
Syafri, Z. (2019). Analisis Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam SMA Negeri
1 Rambatan, Tanah Datar. Jurnal Al-Fikrah, IV(2), 187–197.
6
Sukardi. (2021). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Dalam pengembangan penilaian pembelajaran PAI, penting untuk
memperhatikan prinsip-prinsip validitas, reliabilitas, dan keadilan. Validitas
berkaitan dengan sejauh mana instrumen penilaian dapat mengukur kompetensi
yang ingin dicapai. Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian jika
diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan yang sama. Keadilan
berkaitan dengan memastikan bahwa penilaian dilakukan secara adil dan tidak
diskriminatif terhadap siswa.7
Dengan melakukan pengembangan penilaian pembelajaran PAI yang baik dan
tepat, diharapkan penilaian dapat memberikan informasi yang akurat tentang
kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep PAI, serta
mendorong motivasi belajar siswa dan meningkatkan kualitas pengajaran guru
dalam mata pelajaran PAI.
Selain itu, pengembangan penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI):
 Identifikasi Kompetensi PAI: Langkah awal dalam pengembangan
penilaian pembelajaran PAI adalah mengidentifikasi kompetensi PAI
yang ingin dievaluasi. Hal ini melibatkan penentuan keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai keagamaan yang diharapkan siswa
kuasai melalui pembelajaran PAI. Kompetensi ini harus sesuai dengan
kurikulum PAI yang berlaku.
 Penentuan Format Penilaian: Setelah identifikasi kompetensi, langkah
selanjutnya adalah menentukan format penilaian yang cocok untuk
mengukur pencapaian kompetensi tersebut. Format penilaian dapat
berupa tes tulisan, tugas proyek, portofolio, presentasi lisan, observasi
langsung, atau kombinasi dari beberapa format penilaian. Penting
untuk memilih format penilaian yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan kemampuan siswa.8

7
Sari, L. M. (2019). Evaluasi Pendidikan Islam. Al-Tadzkiyyah : Jurnal Pendidikan Islam,
9(2), 211–231.
8
Ramadhan, S. (2020). Evaluasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Ibnul
Qayyim Putri Yogyakarta. Jurnal Al-Thariqah, 2(1), 39–50
 Pengembangan Instrumen Penilaian: Setelah format penilaian
ditentukan, instrumen penilaian perlu dikembangkan secara rinci.
Instrumen penilaian harus mencakup berbagai aspek kompetensi PAI
yang ingin dievaluasi. Misalnya, jika tujuan pembelajaran PAI adalah
memahami konsep-konsep agama, instrumen penilaian harus
mencakup pertanyaan yang menguji pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep tersebut.
 Pengujian dan Revisi Instrumen: Setelah instrumen penilaian
dikembangkan, langkah selanjutnya adalah menguji instrumen
tersebut. Instrumen penilaian perlu diujicobakan kepada sejumlah
siswa untuk mengumpulkan data dan mendapatkan umpan balik.
Berdasarkan hasil pengujian, instrumen penilaian dapat direvisi untuk
meningkatkan validitas, reliabilitas, dan kejelasan instrumen.
 Implementasi dan Pelaksanaan: Setelah instrumen penilaian telah diuji
dan direvisi, instrumen tersebut siap untuk diimplementasikan dalam
proses pembelajaran PAI. Guru harus memastikan bahwa penilaian
dilaksanakan secara konsisten dan obyektif. Selain itu, perlu dipastikan
bahwa siswa memahami tugas penilaian dan memiliki kesempatan
yang cukup untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diuji.9
 Analisis dan Interpretasi Hasil: Setelah penilaian dilakukan, hasil
penilaian perlu dianalisis dan diinterpretasikan. Guru harus
menganalisis data penilaian untuk memahami sejauh mana siswa
mencapai kompetensi PAI yang ditetapkan. Analisis ini dapat
dilakukan dengan menggunakan metode statistik dan teknik evaluasi
yang relevan.
 Umpan Balik dan Peningkatan: Hasil penilaian harus memberikan
umpan balik yang berguna kepada siswa untuk meningkatkan
pembelajaran mereka. Guru dapat memberikan umpan balik individu

9
Mulyadi, 2019, Evaluasi Pendidikan, Pengembangan Model evaluasi Pendidikan Agama
di Sekolah, Malang: UIN-Maliki Press.
kepada siswa secara tertulis atau melalui diskusi langsung. Selain itu,
hasil penilaian juga dapat digunakan untuk meningkatkan proses
pengajaran dan pengembangan kurikulum PAI yang lebih efektif.
Pengembangan penilaian pembelajaran PAI harus didasarkan pada prinsip-
prinsip validitas, reliabilitas, keadilan, dan relevansi. Validitas mengacu pada
sejauh mana instrumen penilaian mengukur kompetensi yang diinginkan.
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian jika diberikan kepada
siswa yang memiliki kemampuan yang sama. Keadilan berarti bahwa penilaian
harus adil dan tidak diskriminatif terhadap siswa. Relevansi berarti instrumen
penilaian harus relevan dengan tujuan pembelajaran dan konteks PAI.
Dengan melakukan pengembangan penilaian pembelajaran PAI yang baik,
guru dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pencapaian siswa
dalam mata pelajaran PAI, dan siswa dapat mendapatkan umpan balik yang
berguna untuk meningkatkan pemahaman agama dan nilai-nilai keagamaan
mereka.10
Penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah proses
pengumpulan informasi dan evaluasi terhadap pencapaian belajar siswa dalam
mata pelajaran PAI. Tujuan dari penilaian pembelajaran PAI adalah untuk
menganalisis sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran PAI yang
telah ditetapkan. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian
pembelajaran PAI:
a. Tujuan Penilaian: Penilaian pembelajaran PAI harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan ini mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai keagamaan yang ingin
dicapai oleh siswa.
b. Instrumen Penilaian: Instrumen penilaian dalam PAI dapat berupa tes tulis,
tugas proyek, portofolio, observasi, wawancara, atau kombinasi dari
beberapa bentuk penilaian. Pemilihan instrumen penilaian harus sesuai

10
Mahrus. Pengembangan Standar Penilaian Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Annaba : Jurnal Pendidikan Islam Volume 5 No. 2, 1 September 2019
dengan tujuan pembelajaran dan mampu mengukur sejauh mana siswa
mencapai kompetensi PAI yang diharapkan.11
c. Kriteria Penilaian: Kriteria penilaian harus jelas dan transparan. Siswa
perlu mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari mereka dalam
penilaian PAI. Kriteria ini harus mencakup aspek-aspek yang relevan
dengan tujuan pembelajaran PAI, seperti pemahaman konsep, penerapan
nilai-nilai agama, dan keterampilan praktis.
d. Proses Penilaian: Proses penilaian harus dilaksanakan dengan konsistensi
dan objektivitas. Guru sebagai penilai perlu memberikan kesempatan yang
adil bagi semua siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam
mata pelajaran PAI. Proses penilaian juga dapat melibatkan evaluasi secara
formatif, yaitu umpan balik dan monitoring terhadap perkembangan
belajar siswa.
e. Umpan Balik dan Perbaikan: Hasil penilaian perlu diberikan kepada siswa
dalam bentuk umpan balik yang konstruktif. Umpan balik ini dapat
membantu siswa dalam memahami kekuatan dan kelemahan mereka
dalam pembelajaran PAI serta memberikan arahan untuk perbaikan
selanjutnya. Selain itu, hasil penilaian juga dapat digunakan oleh guru
untuk merancang strategi pengajaran yang lebih efektif.
f. Rekam Jejak Pembelajaran: Penilaian pembelajaran PAI harus mencatat
dan merekam perkembangan belajar siswa dari waktu ke waktu. Hal ini
memungkinkan guru, siswa, dan orang tua untuk melihat progres siswa
dalam mencapai kompetensi PAI dan mengidentifikasi area yang perlu
ditingkatkan.
Dalam penilaian pembelajaran PAI, penting untuk menjaga integritas,
objektivitas, dan keadilan. Penilaian harus dilakukan secara adil tanpa
diskriminasi terhadap siswa berdasarkan faktor seperti agama, gender, atau latar
belakang sosial. Selain itu, penting juga untuk menghindari penilaian yang hanya

11
Ramadhan, S. (2019). Evaluasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Ibnul
Qayyim Putri Yogyakarta. Jurnal Al-Thariqah, 2(1), 39–50.
berfokus pada aspek kognitif semata, tetapi juga melibatkan aspek afektif dan
psikomotorik dalam penilaian pembelajaran PAI.
Dengan melaksanakan penilaian pembelajaran PAI yang baik, kita dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan belajar siswa
dalam aspek agama dan nilai-nilai keagamaan, serta meningkatkan kualitas
pengajaran dan pembelajaran PAI secara keseluruhan.
Kesimpulan
Kesimpulan tentang pengembangan penilaian pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah sebagai berikut:
 Pengembangan penilaian pembelajaran PAI merupakan proses yang
penting dalam meningkatkan mutu pendidikan PAI dan memastikan bahwa
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
 Langkah-langkah dalam pengembangan penilaian pembelajaran PAI
meliputi analisis kebutuhan, perumusan tujuan pembelajaran, desain
instrumen penilaian, implementasi, evaluasi, dan pengembangan
berkelanjutan.
 Format penilaian dalam pembelajaran PAI dapat berupa tes tertulis, tugas
proyek, portofolio, presentasi lisan, observasi, atau kombinasi dari
beberapa bentuk penilaian. Pemilihan format penilaian harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan kemampuan siswa.
 Hasil penilaian dapat memberikan informasi yang akurat tentang
kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep PAI.
Selain itu, penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada siswa
dan guru untuk meningkatkan pembelajaran dan pengajaran PAI.
Penting untuk melibatkan guru sebagai pengajar dan penilai dalam
pengembangan penilaian pembelajaran PAI. Guru memiliki peran penting dalam
merancang, menerapkan, dan menganalisis hasil penilaian, serta memberikan
umpan balik kepada siswa.
Dengan melakukan pengembangan penilaian pembelajaran PAI yang baik dan
tepat, diharapkan penilaian dapat menjadi alat yang efektif untuk mengukur
pencapaian kompetensi PAI siswa, mendorong motivasi belajar siswa, dan
meningkatkan kualitas pengajaran guru dalam mata pelajaran PAI.
Daftar Pustaka
Achank, H. B, dkk.. (2021). Potensi Konflik Berpengaru Terhadap Peningkatan
Ekonomi Masyarakat Kota Gorontalo. Jurnal Noken: Ilmu-Ilmu Sosial,
6(2), 145-158

Mahrus, “Pengembangan Standar Penilaian Dalam Pembelajaran P Endidikan A


Gama I Slam,” Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 2 (2019): 179–92,

Mahrus. Pengembangan Standar Penilaian Dalam Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam. Annaba : Jurnal Pendidikan Islam Volume 5 No. 2, 1
September 2019

Muhammad Yusuf and Amalia Syurgawi, “Konsep Dasar Pembelajaran,” Al-


Ubudiyah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 1, no. 1 (2020): 21–29
Mulyadi, 2019, Evaluasi Pendidikan, Pengembangan Model evaluasi Pendidikan
Agama di Sekolah, Malang: UIN-Maliki Press.

Ramadhan, S. (2019). Evaluasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah


Ibnul Qayyim Putri Yogyakarta. Jurnal Al-Thariqah, 2(1), 39–50.

Sari, L. M. (2019). Evaluasi Pendidikan Islam. Al-Tadzkiyyah : Jurnal Pendidikan


Islam, 9(2), 211–231.

Sudadi, “Konsep Pendidikan Agama Islam (Pai) Berbasis Pesantren Di Lembaga


Pendidikan Umum,” INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan
25, no. 2 (2020): 174–88.
Sukardi. (2021). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Syafri, Z. (2019). Analisis Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam SMA
Negeri 1 Rambatan, Tanah Datar. Jurnal Al-Fikrah, IV(2), 187–197.

Anda mungkin juga menyukai