0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan12 halaman

Jurnal Lenggogeni

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 12

JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN RIAU

Rita Yani Iyan dan Susi Lenggogeni

Jurusan Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan


Fakultas Ekonomi Universitas Riau

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengamati besaran kontribusi sektor pertanian


terhadap perekonomian Provinsi Riau. Analisis yang digunakan dalam
pengamatan adalah deskriptif, yang menjelaskan dinamika perkembangan peran
sektor pertanian dalam pembentukan PDRB selama rentang tahun 2006 sampai
2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap


perekonomian Riau cukup besar, yakni rata-rata sebesar 36,09 persen.
Kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan terhadap PDRB rata-rata sebesar
1,85 persen, kontribusinya terhadap sektor pertanian sebesar 5,31 persen.
Kontribusi sub sektor perkebunan terhadap PDRB rata-rata sebesar 17,42
persen, kontribusinya terhadap sektor pertanian sebesar 50,27 persen. Kontribusi
sub sektor perikanan terhadap PDRB rata-rata sebesar 3,14 persen,
kontribusinya terhadap sektor pertanian sebesar 9,08 persen. Kontribusi sub
sektor peternakan terhadap PDRB rata-rata sebesar 1,12 persen, dan
kontribusinya terhadap sektor pertanian sebesar 3,25 persen. Kontribusi sub
sektor kehutanan terhadap PDRB rata-rata sebesar 11,10 persen, sedangkan
kontribusinya terhadap sektor pertanian sebesar 32,06 persen. Kontribusi sub
sektor perkebunan terhadap PDRB berada pada urutan pertama, disusul oleh
sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

Kata kunci : Kontribusi sub sektor pertanian , PDRB/perekonomian Provinsi


Riau

PENDAHULUAN

Potensi dan kekayaan yang berlimpah serta tanah yang subur yang dimiliki negara
kita sangat memungkinkan untuk pengembangan pertanian. Untuk itu perlu
diciptakansuasana kemasyarakatan yang mendukung cita-cita pembangunan, serta
terwujudnya kreatifitas dan aktivitas dikalangan masyarakat. Alasan
menempatkan sektor pertanian pada skala prioritas utama yaitu, sebagian besar
penduduk bekerja disektor pertanian yang merupakan golongan berpendapatan
rendah.

18
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Pembangunan pertanian merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat


tani, yang dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga
kerja, pembangunan sarana ekonomi, serta penataan dan pengembangan
kelembagaan pertanian. Sumber daya manusia, bersama-sama dengan sumber
daya alam, teknologi dan kelembagaan merupakan faktor utama yang secara
sinergis menggerakan pembangunan pertanian untuk mencapai peningkatan
produksi pertanian.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro, hal ini
didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah. Bertambahnya
jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga bertambah. Pertumbuhan
ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika
pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih kecil dari pada pertumbuhan
angkatan kerja akan mendorong terjadinya pengangguran. Kedua, selama
keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus selalu mampu
memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (ekonomic
stability) melalui retribusi pendapatan akan lebih mudah dicapai dalam periode
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah satu indikator yang digunakan oleh para
ahli ekonomi guna melihat adanya gejala pertumbuhan ekonomi dalam suatu
daerah adalah Pendapatan Regional Domestik Bruto. Melalui proses
pembangunan ekonomi tersebut akan tercermin kegiatan ekonomi yang telah
dilaksanakan dan dicapai di Provinsi Riau selama periode tertentu. Didalam
Pendapatan Regional Domestik Regional (PDRB) dapat dilihat juga sektor mana
yang lebih dominan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Riau.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan


kontribusi terhadap pendapatan Provinsi Riau relatif tinggi dan sektor pertanian
adalah sektor yang menjadi tumpuan dan harus terus dikembangkan. Gambaran
besarnya PDRB Riau berdasarkan Harga Konstan 2000 dapat dilihat pada Tabel 1
berikut :

19
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Tabel 1. : PDRB Riau berdasarkan Harga Konstan 2000 tahun 2006-2011

PDRB berdasarkan harga konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2006-


Sektor 2011 (Miliyar Rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010 2011


Pertanian, Kehutanan,
Perburuhan dan 14.103 14.785 15.494 16.058 16.706 17.414
Perikanan
Pertambangan dan 45.183 45.125
46.897 46.887 47.597 48.797
galian
Industri pengolahan 8.512 9.246 9.910 10.408 11.104 11.873
Listrik dan air bersih 175 185 198 204 215 230
Bangunan 2.395 2.674 2.973 3.229 3.519 3.968
Perdagangan dan hotel 6.278 6.840 7.505 8.160 9.001 9.909
Angkutan, 2.173 2.331
pergudangan dan 2.575 2.784 3.050 3.343
komunikasi
Keuangan, Asuransi 892 1.011
1.150 1.265 1.388 1.391
dan Persewaan
Jasa 3.655 4.010 4.382 4.750 5.157 5.603
PDRB 36.417 39420 42.597 45.392 48.644 52.420
Sumber : BPS, Riau Dalam Angka tahun 2012

METODE PENELITIAN

Wilayah analisis penelitia ini meliputi seluruh wilayah di provinsi Riau yang
teridiri dari 13 kabupaten/kota dalam kurun waktu tahun 2006 sampai tahun 2011.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat
Time Series, diperoleh dari laporan maupun informasi yang diterbitkan Badan
Pusat Statistik Provinsi Riau, Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Dinas Tanaman
Pangan , Dinas Peternakan, Dinas Perikanan, Dinas Kehutanan serta lembaga
dan instansi yang relevan. Analisis dalam peneltian ini meliputi analisis
kontribusi sub sektor – sub sektor pertanian terhadap kinerja perekonomian
provinsi Riau. Dalam melakukan analisis masing-masing sun sektor dianalisis dari
data perekembangan pada rentang tahun 2006 hingga tahun 2011. Selanjutnya
untuk mengetahui dinamika dari setiap sub sektor yang dianalisa dilihat
berdasarkan pendekatan statistik deskriptif seperti pertumbuhan dan proporsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan PDRB
Perekonomian Provinsi Riau bisa dilihat dari kontribusi tiap sektor ekonomi
terhadap PDRB. Kontribusi ini bisa mencerminkan bagaimana struktur ekonomi
di wilayah Provinsi Riau. Tabel 2 berikut menggambarkan PDRB dari tahun
2006-2011:

20
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Tabel 2. : PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan


Usaha Tanpa Minyak Bumi dan Gas (Juta / Million) 2006 - 2011
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian, 14. 103. 14.785.911,40 15.494.292,46 16.071.126,47 16.706.357,97 17.358.807,55
peternakan, 047,84 (37,50%) (36,37%) (35,40%) (34,34%) (33,14%)
kehutanan (39,81%)
dan perikanan
2 Pertambanga 517 987,32 645.265,50 762.271,23 863.113,40 947.119,29 1.071.906,13
n dan (1,46%) (1,62%) (1,78%) (1,90%) (1,94%) (2,04%)
Penggalian
3 Industri 6.224 832,81 6.934.901,25 7.557.511,42 8.038.386,73 8.655.113,32 9.355.524,13
Pengolahan (17,57%) (17,59%) (17,74%) (17,70%) (17,79%) (17,86%)
4 Listrik, Gas 175.200,34 185.050,79 197.745,09 204.021,91 215.418,61 230.184,80
dan Air (0,49%) (0,46%) (0,46%) (0,45%) (0,44%) (0,43%)
Bersih
5 Bangunan/ 2.395 732,42 2.674.930,31 2.972.880,21 3.233.711,46 3.519.496,47 3.968.815,42
Konstruksi (6,76%) (6,78%) (6,97%) (7,12%) (7,23%) (7,58%)
6 Perdagangan, 6.278.665,89 6.840.260,85 7.504.882,30 8.170.775,01 9.001.431,20 9.909.550,43
Hotel dan (17,72%) (17,35%) (17,61%) (18,00%) (18,50%) (18,92%)
Restoran
7 Pengangkutan 2.173.442,62 2.331.648,28 2.575.353,68 2.788.135,53 3.050.972,02 3.347.837,63
dan (6,13%) (5,91%) (6,04%) (6,14%) (6,27%) (6,39%)
Komunikasi
8 Keuangan, 892.826,69 1.011.841,54 1.149.980,23 1.266.639,45 1.388.321,99 1.522.585,83
Persewaan (2,52%) (2,56%) (2,69%) (2,79%) (2,85%) (2,90%)
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 3.655.897,19 4.010.950,18 4.382.013,88 4.756.033,97 5.157.606,38 5.594.838,47
(7,49%) (10,17%) (10,28%) (10,47%) (10,60%) (10,68%)
PDRB Tanpa 35. 418 39.420.760,10 42.596.930,50 45.391.943,91 48.641.837,24 52.355.050,74
Minyak dan Gas 633,12 (100,00) (100,00) (100,00) (100,00) (100,00)
Bumi (100,00)

Sumber : BPS Provinsi Riau, Riau Dalam Angka berbagai terbitan tahun

Berdasarkan harga konstan tahun 2000 tanpa minyak dan gas terlihat bahwa,
sektor pertanian memberikan kontribusi yang lebih besar dibanding sektor-sektor
lainnya dimana pada tahun 2006 memberikan kontribusi sebanyak 39,81 persen
kemudian ditahun 2011 mengalami penurunan menjadi 33,14 persen. Selanjutnya
diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar
18,01 persen dimana pada tahun 2006 memberikan kontribusi sebanyak 17,72
persen kemudian naik ditahun 2011 menjadi 18,92 persen, sektor industri
pengolahan 17,70 persen dimana pada tahun 2006 sebanyak 17,57 persen
kemudian ditahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak 17,86 persen, sektor jasa
9,95 persen dimana pada tahun 2006 sebanyak 7,49 persen kemudian ditahun
2011 naik menjadi 10,68 persen, sektor bangunan 7,07 persen dimana pada tahun
2006 sebanyak 6,76 persen kemudian ditahun 2011 naik menjadi 7,58 persen,
sektor pengangkutan dan komunikasi 6,14 persen dimana pada tahun 2006
sebanyak 6,13 persen mengalami kenaikan ditahun 2011 menjadi 6,39 persen,
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2,71 persen ditahun 2006
sebanyak 2,52 persen ditahun 2011 naik menjadi 2,90 persen, sektor
pertambangan dan penggalian 1,79 persen.

21
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Dimana pada tahun 2006 sebanyak 1,46 persen pada tahun 2011 naik menjadi
2,04 persen, dan yang terakhir yaitu sektor listrik, gas dan air bersih memberikan
kontribusi hanya sebesar 0,45 persen pada tahun 2006 sebanyak 0,49 persen
mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,43 persen. Kuznets (Todaro,
2000) mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi
yaitu, tingkat pertambahan output perkapita dan pertambahan penduduk yang
tinggi, tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya
produktivitas tenaga kerja. Kemudian tingkat transformasi struktural ekonomi
yang tinggi dan tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi juga
merupakan ciri proses pertumbuhan ekonomi. Selain itu, adanya kecenderungan
daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah
bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku.

Tabel 3. : Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau atas


Harga Konstan Tahun 2006-2011

No Tahun PDRB Dengan Pertumbuhan PDRB Tanpa Pertumbuhan


Migas (Rp) (%) Migas (Rp) (%)
1. 2006 83.370.867,24 5,14 36.417.633,12 8,65
2. 2007 86.213.259,46 3,40 39.420.760,10 8,24
3. 2008 91.085.381,82 5,65 42.596.930,50 8,05
4. 2009 93.786.236,59 2,97 45.391.943,91 6,43
5. 2010 97.707.498,51 4,18 48.641.825,21 7,16
6. 2011 102.505.913,65 5,01 52,355.050,74 7,63
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Riau 2012

PDRB migas mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebesar Rp. 83.370.867,24
atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,14 persen kemudian ditahun 2011
menjadi Rp. 102.505.913,65 atau mengalami penurunan menjadi 5,01, sedangkan
PDRB tanpa migas juga mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebanyak
Rp.36.417.633,12 pertumbuhan sebesar 8,65 persen kemudian ditahun 2011
sebanyak Rp.52,355.050,74 peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 7,63
persen. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tanpa migas selama
periode 2006-2011 berdasarkan haga konstan 2000 sebesar 7,69 persen. Angka
tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
nasional yang berkisar 6 persen. Untuk melihat perkembangan tenaga kerja
menurut lapangan usaha utama di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel 12
berikut :

22
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Tabel 4. : Tenaga Kerja yang bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama


di Provinsi Riau Tahun 2006-2011 (%)

Lapangan usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011


Pertanian, peternakan, 55.13 48.82 49.30 48.4 44.6 44.80
perikanan, kehutanan
Pertambangan dan 2.12 2.21 2.36 2.1 1.5 1.11
Penggalian
Industri dan 5.35 6.47 5.28 5.8 5.8 5.99
Pengolahan
Listrik, Gas dan Air 0.10 0.22 0.35 0.5 0.3 0.26
Minum
Bangunan dan 5.51 5.14 5.18 4.8 5.7 3.87
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, 15.65 17.48 17.58 18.2 18.8 21.51
dan Restoran
Pengangkutan dan 5.59 5.82 5.60 4.8 4.7 3.98
Komunikasi
Keuangan, Persewaan, 0.81 0.85 0.86 1.5 1.4 2.69
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 9.74 12.99 13.50 13.9 17.1 15.8
Total 100 100 100 100 100 100
Sumber : Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional Tahun 2011

Secara sektoral ditahun 2011, terdapat 3 sektor yang mendominasi penduduk yang
bekerja di Provinsi Riau yaitu sektor Pertanian sebesar 44,80 persen, sektor
Perdagangan sebesar 21,51 persen, dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 15,8
persen. Besarnya penduduk yang bekerja pada sektor-sektor tidak terlepas dari
besarnya prospek sektor tersebut di Riau terutama subsektor perkebunan yaitu
komoditas kelapa sawit dan karet. Namun pangsa penduduk yang bekerja pada
sektor pertanian mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2006.

Pangsa terkecil berada disektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar 0,26
persen, sektor ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006.
Yakni dari 0,10 persen menjadi 0,26 persen. Atau mengalami peningkatan sebesar
0,16 persen.

Perkembangan Nilai Tambah Sektor Pertanian dan Kontribusinya terhadap


PDRB Riau
Dari data perkembangan nilai tambah sektor pertanian dan PDRB Riau tahun
2006-2011 dapat diketahui nilai tambah sektor pertanian dari tahun ke tahun terus
menurun menurut harga konstan. Dari data berikut dapat kita ketahui peranan
sektor pertanian di daerah Riau masih relatif besar. Untuk Jelasnya lihat tabel 5.

23
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Tabel 5. : Perkembangan Nilai Tambah Sektor Pertanian dan Kontribusinya


terhadap PDRB RiauTahun 2006-2011

Nilai Tambah Sektor Pertanian PDRB (HK)


No Tahun (HK)
Rp Milyar % Rp
1 2006 14.103,05 38,73 36.417,63
2 2007 14.785,91 37,51 39.420,76
3 2008 15.494,29 36,37 42.596,93
4 2009 16.071,12 35,41 45.391,94
5 2010 16.692,85 34,32 48.644,92
6 2011 17.414,05 33,22 52.420,10
Sumber : PDRB Riau menurut lapangan usaha 2006-2012

Nilai tambah sektor pertanian menurut harga konstan ditahun 2011 sebesar 33,22
persen hal ini mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar 38,73 persen,
sedangkan jumlahnya mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebesar 14.103,05
miliar rupiah menjadi 17.414,05 miliar rupiah di tahun 2011. Nilai tambah sektor
pertanian kontribusinya terhadap PDRB menurut harga konstan mengalami
kenaikan tahun 2006 sebesar 36.417,63 miliar menjadi 52.420,10 miliar tahun
2011. Atau terjadi penigkatan sebesar 43,94 persen

Perkembangan PDRB Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan (Pangan)


Kegiatan pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura,
perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Khusus untuk pertanian
tanaman pangan dan hortikultura di Riau cukup potensial, terutama bila dilihat
dari luas lahan yang dapat dikembangkan tanaman pangan dan hortikultura.
Produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Riau terdiri dari padi,
palawjia, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Dalam lima tahun terakhir ini kegiatan
tanaman pangan cenderung meningkat, terutama bila dilihat dari luas lahan dan
produksi tanaman pangan dan hortikultura.

Tingkat harga produk pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan


indikator terhadap nilai produk pertanian tanaman pangan. Naik turunnya harga
produk pertanian tanaman pangan ini mempengaruhi besar kecilnya pendapatan
yang diterima petani, dan pengaruh harga terhadap pendapatan ini berbanding
lurus. Semakin tinggi tingkat harga semakin besar keuntungan yang diterima
petani, dan selanjutnya akan memperbesar pendapatan yang diteima petani.

24
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Tabel 6. : Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan (Pangan)


terhadap PDRB dan Sektor Pertanian

Sektor Tanaman Tahun


No
Bahan Makanan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB 2,38 2,08 1,88 1,71 1,55 1,52
2. Sektor pertanian 6,21 5,58 5,28 5,08 4,81 4,93
Sumber : PDRB Riau menurut lapangan usaha 2006-2012

Kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap PDRB tahun 2006 sebesar 2,38
persen dan ditahun 2011 sebesar 1,52 maka kontribusi sub sektor tanaman pangan
terhadap PDRB cenderung menurun rata 1,85 persen, sedangkan kontribusi sub
sektor tanaman pangan terhadap sektor petanian tahun 2006 sebesar 6,21 persen
dan ditahun 2011 sebesar 4,93 maka kontribusi sub sektor tanaman pangan
terhadap sektor pertanian cenderung menurun rata-rata sebesar 5,31 persen.

Sumbangan sub sektor tanaman bahan makanan terhadap pertumbuhan ekonomi


Propinsi Riau erat kaitannya dengan peranan pertanian terhadap perekonomian
nasional. Tidak banyak orang yang tahu dan paham bahwa sub sektor tanaman
bahan makanan menaruh keuntungan yang cukup besar pada PDRB negara dan
khususnya Propinsi Riau banyak yang beranggapan bahwa sub sektor tanaman
bahan makanan hanya sektor sampingan yang tidak perlu terlalu
diperhatikan.Sektor ini menjadi barang komoditi yang paling dicari oleh
masyarakat karena menjadi kebutuhan primer dalam pemenuhan kebutuhan
pangan yaitu menjadi kebutuhan sehari-hari dan tidak boleh habis stoknya karena
bisa berdampak fatal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat dan stabilitas
nasional.

Bila dilihat dari segi ekonomi sub sektor tanaman bahan makanan ini mampu
menaikan PDRB kita dan membawa keuntungan tentu saja apabila ditingkatkan
hasil produksinya dan mencari wilayah yang dianggap memiliki pangsa pasar
yang luas.Tidak perlu melihatsecara jauh atau mencari pangsa pasar kenegara
luar. Melihat dari segi kuantitas wilayah Riau yang terdiri dari 5.538.367 jiwa saja
sudah menjadi target utama pangsa pasar yang cukup ekonomis dan
menguntungkan bagi kita. Apalagi ditambah bila kita mampu menembus kepasar
luar yang membutuhkan barang-barang hasil sub sektor tanaman bahan makanan.

Perkembangan PDRB Sub Sektor Perkebunan


Peluang pengembangan tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, hal
ini berkaitan dengan semakin kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha
perkebunan rakyat, tumbuhnya berbagai industri yang membutuhkan bahan baku
dan semakin luasnya pangsa pasar produk perkebunan.

25
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Tabel 7. : Kontribusi Sub Sektor Perkebunan terhadap PDRB


dan Sektor Pertanian

Sektor Tahun
No
Perkebunan 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB 19,49 19,02 18,03 16,46 16,02 15,53
2. Sektor pertanian 50,91 51,06 50,60 48,90 49,76 50,40
Sumber : PDRB Riau menurut lapangan usaha 2006-2012

Sub sektor perkebunan memberikan kontribusi yang relatif besar meskipun


mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar 19,49persen pada tahun 2011
menjadi 15,53 kontribusi sub sektor perkebunan terhadap PDRB cendrung
menurun rata-rata sebesar 17,42 persen . Kontribusi sub sektor perkebunan pada
tahun 2006 sektor pertanian 50,91persen dan pada tahun 2011 menjadi
50,40persen. Kontribusi sub sektor perkebunan terhadap PDRB dan sektor
pertanian fluktuatif rata-rata sebesar 50,27 persen.

Perkembangan PDRB Sub Sektor Perikanan


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting
untuk mengetahui kondisi perekonomian daerah dalam periode tertentu. Terkait
dengan perikanan semakin banyak jumlah perikanan dan nilai investasinya akan
memberikan dampak yang positif terhadap PDRB di Provinsi Riau sektor
perikanan itu sendiri. Kedua faktor itu merupakan komponen yang tidak dapat
dipisahkan untuk mendorong pertumbuhan sektor perikanan, dan saling
mendukung satu dengan yang lainnya.

Tabel 8. : Kontribusi Sub Sektor Perikanan terhadap PDRB


dan Sektor Pertanian

Tahun
No Sektor Perikanan
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB 3,44 3,25 3,11 3,07 3,01 2,96
2. Sektor pertanian 8,98 8,72 8,72 9,12 9,35 9,60
Sumber : PDRB Riau menurut lapangan usaha 2006-2012

Sub sektor perikanan juga memberikan kontribusi terhadap sektor pertanian.


Kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 2006 terhadap PDRB sebesar 3,44
persen dan ditahun 2011 sebesar 2,96 persen maka kontribusi sub sektor
perikanan terhadap PDRB cendrung menurun rata-rata sebesar 3,14 persen,
sedangkan kontribusi sub sektor perikanan terhadap sektor pertanian ditahun 2006
sebesar 8,98 persen dan ditahun 2011 sebesar 9,60 maka kontribusi sub sektor
perikanan terhadap sektor pertanian cenderung meningkat rata-rata sebesar 9,08
persen.

26
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Perkembangan PDRB Sub Sektor Peternakan


Pembangunan sub sektor peternakan tidak hanya untuk meningkatkan populasi
dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat tetapi juga untuk
meningkatkan pendapatan peternak. Pada umunya peternakan di Propinsi Riau
masih bersifat tradisional, meskipun demikian beberapa daerah mendapatkan
penyuluhan dari Petugas Lapangan yang didatangkan dari Dinas Peternakan
dalam upaya peningkatan produksi ternak serta imunisasi ternak terhadap berbagai
kemungkinan terserang penyakit. Hal ini perlu dilakukan agar jangan terjadi
meluasnya wabah penyakit yang dapat merugikan peternak. Untuk Jelasnya lihat
Tabel 9.

Tabel 9. : Kontribusi Sub Sektor Peternakan terhadap PDRB


dan Sektor Pertanian

Tahun
No Sektor Peternakan
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB 1,07 1,02 1,10 1,20 1,17 1,14
2. Sektor pertanian 2,79 2,73 3,08 3,56 3,63 3,70
Sumber : PDRB Riau menurut lapangan usaha 2006-2012

Kontribusi sub sektor peternakan terhadap PDRB ditahun 2006 sebesar 1,07
persen dan ditahun 2011 sebesar 1,14 persen maka kontribusi sub sektor
peternakan terhadap PDRB fluktuatif rata-rata sebesar1,12 persen, sedangkan
kontribusi sub sektor peternakan terhadap sektor pertanian pada periode 2006
sebesar 2,79persen dan ditahun 2011 sebesar 3,70persen. Kontribusi sub sektor
peternakan terhadap sektor pertanian cenderung meningkat rata-rata sebesar 3,25
persen.

Perkembangan PDRB Sub Sektor Kehutanan


Pembangunan kehutanan mencakup semua upaya untuk memanfaatkan dan
memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya alam hayati
lainnya serta ekosistemnya, baik secara pelindung sistem penyangga kehidupan
dan pelestarian keanekaragaman hayati maupun sumber daya pembangunan.
Pembangunan kehutanan meliputi aspek pelestarian fungsi lingkungan hidup,
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial, dalam hutan negara maupun
sekitar kawasan hutan. Berikut ini kontribusi sub sektor kehutanan terhadap
PDRB dan sektor pertanian :

27
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Tabel 10. Kontribusi Sub Sektor Kehutanan terhadap PDRB


dan Sektor Pertanian

Tahun
No Sektor Kehutanan
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. Kontribusi terhadap 11,90 11,88 11,52 11,22 10,44 9,66
PDRB
2. Kontribus terhadap 31,08 31,89 32,33 33,33 32,43 31,35
sektor pertanian
Sumber : PDRB Riau menurut lapangan usaha 2006-2012

Sub sektor Kehutanan memberikan kontribusi terhadap PDRB tahun 2006 sebesar
11,90 persen dan ditahun 2011 sebesar 9,66 persen maka kontribusi sub sektor
kehutanan terhadap PDRB cendurng meningkat rata-rata sebesar 11,10 persen
sedangkan kontribusi sub sektor kehutanan terhadap sektor pertanian ditahun
2006sebesar 31,08 persen dan ditahun 2011 sebesar 31,35 persen maka Kontribusi
sub sektor kehutanan terhadap sektor pertanian fluktuatif rata-rata sebesar 32,06
persen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kontribusi sektor pertanian cukup berarti terhadap kinerja perekonomian
Provinsi Riau,. walaupun mengalami penurunan , namun sektor pertanian
tetap menjadi sektor terdepan (leading sector).
2. Kontribusi sub sektor perkebunan mendominasi dibandingkan dengan sub
sektor-sub sektor lainnya terhadap PDRB Provinsi Riau (17,42 persen) begitu
pula terhadap sektor pertanian ( 50,72 persen).

Saran
1. Pemerintah Provinsi Riau agar lebih memperhatikan pembangunan pertanian
khususnya sub sektor tanaman bahan makanan (pangan), perikanan dan
kelautan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Riau, jika
memungkinkan untuk di ekspor dan antar Provinsi.
2. Pemerintah Provinsi Riau agar lebih memprioritaskan pembangunan
pertanian dalam upaya meningkatkan produksi pertanian dengan lebih efisien
dan mutu yang lebih baik.
3. Pemerintah Provinsi segera mengimplementasikan kebijakan yang
mendukung peningkatan efisiensi produksi dan peningkatan mutu produk-
produk komoditas pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul, 2004, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, PT Kompas Media


Nusantara, Jakarta

28
JURNAL EKONOMI Volume 23, Nomor 1 Maret 2015

Arsyad, Lincolin, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi


Daerah. BPFE, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau, 2006-2012, Riau Dalam Angka 2006-2012,
Pekanbaru
Iqbal, M. Dan T. Sudaryanto, 2008, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility) dalam Prespektif Kebijakan
Pembangunan Pertanian, Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No. 2,
Juni 2008: 155-173
Jhingan, ML, 2002, Ekonomi Pembangunan. Penerbit Rajawali, Jakarta
Mubyarto, 1989, Pembangunan Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta
Suryana, 2000. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi, Ekonomi Pembangunan:
Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN Yogyakarta
Tambunan, Tulus. 2001, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta
Tarigan, Robinson, 2007, Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT Bumi
Aksara, Cetakan Keempat, Jakarta
Todaro, Michael P, 2000. Ekonomi Untuk Negara Berkembang Suatu Pengantar
Tentang Prinsip-prinsip Masalah dan Kebijakan Pembangunan. Bumi
Aksara, Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai