Interprofessional Education (IPE) Berpotensi Menjadi Media Kolaborasi
Interprofessional Education (IPE) Berpotensi Menjadi Media Kolaborasi
Interprofessional Education (IPE) Berpotensi Menjadi Media Kolaborasi
e-mail: [email protected]
Artikel Diterima : 7 September 2023, Direvisi : 25 September 2023, Diterbitkan : 29 September 2023
ABSTRAK
Pendahuluan: Interprofessional Education (IPE) berpotensi menjadi media kolaborasi
antarprofesional kesehatan dengan menanamkan pengetahuan dan keterampilan dasar
antarprofesi dalam masa pendidikan untuk menghadapi interprofesional collaboration (IPC).
Implementasi IPE membutuhkan kesiapan mahasiswa untuk menjalankan hal tersebut.
Pemberian informasi atau sosialisasi terkait IPE menjadi penting untuk memberi kesiapan
kepada mahasiswa. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sosialisasi terhadap
kesiapan mahasiswa kesehatan dalam pembelajaran IPE. Metode: Penelitian ini adalah
penelitian quasi experimental dengan desain one group pre and posttest. Sampel penelitian
adalah 84 orang mahasiswa dari 4 jurusan (Keperawatan, Kebidanan, Gizi, dan Teknologi
Laboratorium Medis) Poltekkes Kemenkes Kendari dengan masing-masing 21 orang setiap
jurusan. Sampel diberikan sosialisasi dengan menggunakan modul dan dilakukan pengukuran
kesiapan menggunakan kuesionel RIPLS. Hasil: uji Wilcoxon menunjukkan nilai p (0,001) <
0,05 yang berarti ada pengaruh pemberian sosialisasi terhadap kesiapan mahasiswa kesehatan
dalam pembelajaran IPE. Kesimpulan dan saran: Kesiapan mahasiswa mengalami perubahan
atau peningkatan setelah diberikan sosialisasi. Disarankan sosialisasi IPE dapat dijadikan sebagai
agenda rutin pada mahasiswa baru agar mahasiswa kesehatan siap dalam IPC.
ABSTRACT
Introduction: Interprofessional Education (IPE) has the potential to become a medium for
collaboration between health professionals by instilling basic knowledge and skills between
professions in the educational period to face interprofessional collaboration (IPC). The
implementation of IPE requires the readiness of students to carry it out. Providing information /
socialization related to IPE is important to provide readiness to students. Purpose: the purpose
of the study was to determine the effect of socialization on the readiness of health students in IPE
learning. Method: This research is a quasi experimental study with a one group pre and posttest
design. The research sample was 84 students from 4 departments (Nursing, Midwifery, Nutrition,
and Medical Laboratory Technology) of the Ministry of Health Kendari Health with 21 people in
each major. Samples were given socialization using modules and readiness measurements were
carried out using the RIPLS questionnaire. Result: Wilcoxon's test results show a p-value
(0.001) < 0.05 which means that there is an influence of socialization on the readiness of health
students in IPE learning. Conclusions and Recommendations: Student readiness has changed
or improved after being given socialization. It is recommended that IPE socialization can be used
as a routine agenda for new students so that health students are ready for IPC.
METODE Tabel 1.
Penelitian ini tergolong penelitian Distribusi Frekuensi Karakteristik
quasi experiment. Dalam rancangan ini, Responden
responden diberikan sosialisasi tentang IPE. Karakteristik Frekuensi Persentase
Responden akan diukur kesiapan sebelum (%)
dan sesudah sosialisasi. Penelitian ini Umur
dilakukan di Poltekkes Kemenkes Kendari. 19 10 11,9
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh 20 53 63,1
mahasiswa aktif Prodi D-III tingkat III dari 21 14 16,7
4 Program Studi (Kebidanan, Keperawatan, 22 4 4,8
Gizi, Teknologi Laboratorium Medik) kelas 23 1 1,2
reguler di Poltekkes Kemenkes Kendari. 24 2 2,4
Pengambilan sampel dilakukan random Jenis
sampling dengan cara diundi dengan jumlah Kelamin
sampel adalah 84 orang yang terdiri dari 21 Laki-laki 5 6
orang untuk masing-masing prodi. Hasil uji Perempuan 79 94
normalitas data menunjukkan bahwa data Umur responden berada pada rentang
tidak berdistribusi normal, sehingga analisis 19-24 tahun. Responden terbanyak pada
menggunakan uji nonparametrik. Analisis umur 20 tahun sebanyak 63,1 %, diikuti
untuk melihat perbedaan kesiapan antara umur 21 tahun 16,7%, umur 19 tahun
Jurusan Keperawatan, Kebidanan, Gizi dan 11,9%, umur 22 tahun 4,8%, umur 24 tahun
Teknologi Laboratorium Medik terhadap 2,4%, dan terkecil umur 23 tahun 1,2%.
IPE di Poltekkes Kemenkes Kendari Karakteristik responden berdasarkan
menggunakan Uji Kruskal Wallis. Analisis jenis kelamin, sebagian besar responden
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh adalah perempuan 94%, sedangkan laki-laki
sosialisasi terhadap persepsi dan kesiapan hanya 6%. Hal ini disebabkan karena
mahasiswa terhadap IPE adalah uji sebagian besar mahasiswa Prodi D-III di
Wilcoxon. Instrumen dalam penelitian ini Poltekkes Kemenkes Kendari adalah
menggunakan modul dan kuesioner yang perempuan.
diadaptasi dari RIPLS (Readiness for
Interprofessional Learning Scale) yang telah Tabel 2.
diadopsi dan adaptasi oleh Dwi Tyastuti et Perbedaan Kesiapan IPE berdasarkan
al (2014). Jurusan
Mean SD *p
HASIL
Sosialisasi IPE dilakukan kepada 84 Kesiapan Keperawatan 62,19 5,372
mahasiswa Prodi D-III yang berasal dari 4 (Pre) Kebidanan 65,05 6,225 0,001
jurusan yang yang di Poltekkes Kemenkes Gizi 59,10 4,381
Kendari. Karakteristik mahasiswa yang TLM 45,24 14,526
menjadi responden digambarkan pada tabel Kesiapan Keperawatan 65,05 4,511
1 sebagai berikut: (Post) Kebidanan 67,19 5,446 0,001
Gizi 59,90 4,194
TLM 46,43 14,985
* Uji Kruskal Wallis
ataupun pengenalan tentang IPE menjadi hal dengan kesiapan IPE setelah diberikan
yang sangat penting dalam membangun sosialisasi pada mahasiswa 4 Jurusan
persepsi positif dan kesiapan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari.
dalam mengikuti program IPE. Kesiapan Hasil penelitian ini sejalan dengan
mereka dapat berkontribusi pada penelitian Dewi et al. (2019) dan Sytsma, T.
kemampuan mereka untuk mengantisipasi T., Haller, E. P., Youdas, J. W., Krause, D.
situasi yang akan dialami, yang akan A., Hellyer, N. J., Pawlina, W., & Lachman,
membantu menekan munculnya (2015) yang mengungkapkan bahwa
kekhawatiran. Kesiapan yang tinggi kesiapan siswa secara keseluruhan untuk
mahasiswa mencerminkan kesadaran siswa IPE juga cenderung positif. Sesuai dengan
tentang tantangan pendidikan dan klinis IPE konsep kesiapan Parsell and Bligh (1999)
(Al-Eisa et al., 2016; Riduan, Tjomiadi and yang dirangkum dalam RIPLS, komponen
Hermino, 2020). Hasil penelitian ini kesiapan terhadap IPE ada tiga hal penting,
mendukung penelitian-penelitian yaitu identitas masing-masing profesi,
sebelumnya yang menunjukkan adanya teamwork, dan peran dan tanggung jawab
kesiapan yang baik pada mahasiswa (Anwar and Wulandari, 2020; Prilianda and
terhadap IPE (Al-Eisa et al., 2016) (Dewi et Dewi, 2022).
al., 2019) (Febriana, 2019). Kesiapan dalam mengikuti
Kesiapan mahasiswa memberikan pembelajaran IPE dan IPC sebagian besar
dampak yang besar dalam implementasi dalam kategori baik dalam penelitian
pembelajaran secara interprofesional. ini dapat diartikan bahwa mahasiswa
Riwayat IPE pada siswa akan mendorong mampu melakukan komunikasi antar
timbulnya kesiapan dalam melaksanakan profesi, siap dalam melakukan perawatan
kolaborasi interprofesional daripadasiswa kepada pasien/ klien/ keluarga/ masyarakat
yang sama sekali tidak pernah menerima sebagai pusatnya, mampu mengklarifikasi
informasi terkait IPE sebelumnya peran masing-masing, mampu untuk
(Damayanti and Bachtiar, 2020). Penelitian melakukan bekerja sama dengan anggota
yang dilakukan oleh Rasmita (2018) bahwa tim, mampu menyesuaikan diri dengan
sebagian besar kesiapan mahasiswa kepemimpinan kolaborasi dan mampu
semester 1 terhadap IPE mempunyai menyelesaian konflik antar profesi.
kesiapan yang baik sebesar 83,33% dan hal Penelitian ini memperlihatkan bahwa
ini juga didukung oleh pernyataan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari
responden saat FGD. dapat dinyatakan siap menghadapi tantangan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pembelajaran IPE.
63 responden yang memiliki peningkatan Pengenalan IPE sebaiknya dilakukan
nilai kesiapan IPE, 17 orang responden yang sebelum diberikan pelatihan sehingga
memiliki jumlah nilai tetap karena nilai mahasiswa siap dalam berkolaborasi
kesiapan sebelum diberikan sosialisasi sudah (Rasmita, 2018). Hal tersebut juga sesuai
berada pada nilai maksimal. Terdapat juga 4 dengan penelitian ini karena sosialisasi yang
orang responden yang mengalami diberikan kepada mahasiswa terbukti dapat
pengurangan nilai yang bisa disebabkan meningkatkan kesiapan mahasiswa dalam
karena adanya masalah jaringan pada saat pembelajaran IPE dan berkolaborasi.
responden mengisi kuesioner online. Hasil
uji Wilcoxon menunjukkan nilai p (0,001) <
0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang
bermakna antara kesiapan IPE sebelum