Biografi Abu Bakar Ba'asyir

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BIOGRAFI ABU BAKAR BA’ASYIR

Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Sejarah Radikal


Indonesia

Dosen pengampu :

Prof. Dr. H. Abd Ala, M.Ag.

Disusun Oleh :

Anya Wijiaufa Puspita (03010221085)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
Pendahuluan

Sejak berdirinya Indonesia, usaha-usaha untuk mendirikan suatu negara Berlandaskan


Islam sudah ada. Diawali oleh organisasi yang dinamakan Darul Islam di Jawa Barat.
Gagasan mendirikan Darul Islam, suatu pemerintahan negara Islam murni secara terang-
terangan dengan hukum Islam, sudah dicetuskan oleh Sejumlah pemimpin Islam Jawa Barat
selama beberapa waktu. Namun demikian, Baru setelah Perjanjian Renville yang disponsori
PBB ditandatangani pada bulan Januari 1948, lingkungan memberi angin kepada pelaksanaan
praktis gagasan mereka ini.

Beberapa kelompok Islam ada yang merasa perlu Indonesia dibentuk sebagai negara
Islam atas dasar perjuangan kembali tujuh kata pada Piagam Jakarta yaitu “…dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para Pemeluknya.” Yang dihapus dari perumusan
pancasila.

Salah satu tokoh ulama di Indonesia yang mempunyai cita-cita mendirikan suatu
negara Islam adalah KH. Abu Bakar Ba’asyir, pendiri pondok pesantren AlMukmin, Ngruki,
Sukoharjo, Jawa Tengah. Ba’asyir pernah menjadi pimpinan atau Amir Majelis Mujahidin
Indonesia sebelum mendirikan organisasi sendiri bernama Jamaah Ansharut Tauhid. Banyak
usaha yang dilakukan Ba’asyir dalam menawarkan konsep negara Islam sampai keluar masuk
penjara oleh pemerintah sejak zaman Soeharto berkuasa karena dinilai mengingkari konsep
Pancasila yang menjadi ideologi bangsa Indonesia dan kental ketika orde baru berkuasa.

Fokus penulisan ini adalah bagaimana Bagaimana Biografi singkat Abu Bakar
Ba’asyir dalam proses gerakan Radikalisasi dan pemikiranya di Indonesia. Penulis
mengambil beberapa rumusan masalah diantaramya, 1) Biografi Abu Bakar Ba’asyir 2)
Pemikiran Abu Bakar Ba’asyir. 3) Gerakan yang dilakukan Abu Bakar Ba’asyir. Tujuan dari
penulisan ini adalah 1) Mengetahui
Biografi Abu Bakar Ba’asyir 2) Mengetahui Pemikiran Abu Bakar Ba’asyir 3) dan
juga Mengetahui Gerakan yang telah dilakukan oleh Abu Bakar Ba’asyir.
Biografi Abu Bakar Ba’asyir

Dalam biografi Abu Bakar Ba’asyir memiliki nama lengkap Abu Bakar bin Abud
Baamualim Ba’asyir nama lain Abu Bakar Ba’asyir adalah Ustadz Abu dan Abdus Somad
lahir pada tanggal 12 Dzulhijjah 1356/17 Agustus 1938 (sekarang umur 85 tahun) di daerah
Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Abu Bakar Ba’asyir adalah seorang tokoh
keturunan arab yang tinggal di Desa Mojoagung, Kabupaten Jombang. Keturunan Arab ini
warisan dari sang Ayah dan kakeknya asli Hadramaut, Yaman, yang telah menetap dan
menjadi warga negara Indonesia. Ibunda Abu Bakar juga keturunan arab, sedang neneknya
orang Jawa asli.1

Sebelum memulai pendidikannya di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur


pada tahun 1959, Ba’asyir membantu keluarganya dengan bekerja selama setahun di
perusahaan tenun. Setelah menamatkan sekolah di Pesantren Gontor atas biaya kakaknya,
pada tahun 1963 Ba’asyir melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Universitas Al-
Irsyad, Surakarta, dengan mengambil jurusan Dakwah.

Pada tahun 1971, Ba’asyir menikah dengan Aisyah binti Abdurrahman Baraja,
seorang santri Mu’allimat Al-Irsyad, Solo. Aisyah adalah adik salah satu Sahabat Ba’asyir
bernama Abdullah Baraja. Aisyah terkesan dengan pribadi Ba’asyir yang sepanjang hidupnya
selalu berada pada kekonsistenannya Mendakwahkan Islam. Dari hasil pernikahan ini,
Baasyir memiliki tiga orang anak Bernama Zulfa, Abdul Rasyid, dan Abdurrahim.

Pada tahun 1961 Ba’asyir mulai ikut dalam organisasi kemasyarakatan di Gerakan
Pemuda Islam Indonesia (GPII) tingkat kecamatan sekaligus menjadi ketua organisasi
tersebut. Ba’asyir juga menjadi ketua GPII Cabang Pondok Modern Gontor. Pada tahun 1966
Ba’asyir kembali dipercaya sebagai ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMII)
cabang Surakarta. Keikutsertaan Terakhir Ba’asyir di dalam organisasi kemasyarakatan
adalah dengan memegang Amanah dalam organisasi Islam sebagai Sekretaris Umum Pemuda
Al-Irsyad Cabang Solo.

Pada 10 Maret 1972, Pondok Pesantren Al-Mukmin didirikan oleh Abu Bakar
Ba’asyir Bersama Abdullah Sungkar, Yoyo Roswadi, Abdul Qohar H. Daeng Matase dan
Abdullah Baraja. Pondok Pesantren ini berlokasi di Jalan Gading Kidul 72 A, Desa Ngruki,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Menempati areal seluas 8.000 m² persisnya 2,5
1
Fauzan al-Anshari, Hari-Hari Abu Bakar Ba’asyir di Penjara. Saya Difitnah (Jakarta: Qalammas, 2006), h. 3.
Cet V.
kilometer dari Solo. Keberadaan pondok ini semula adalah Kegiatan pengajian kuliah dzuhur
di Masjid Agung Surakarta. Membajirnya jumlah Jamaah membuat para mubalig dan ustadz
kemudian bermaksud mengembangkan Pengajian itu menjadi Madrasah Diniyah.2

Abu Bakar Ba’asyir juga seringkali keluar masuk penjara sejak masa rezim Orde
Baru, yaitu sejak tahun 1982 sampai tahun 2011, pada tahun 1982 Ba'asyir ditangkap
bersama dengan Abdullah Sungkar. Ba’asyir dituduh menghasut orang untuk menolak asas
tunggal Pancasila, Ba’asyir menentang penghormatan kepada bendera karena menurutnya
perbuatan tersebut termasuk sirik. Ba’asyir juga dituduh bagian dari Hispran (Haji Ismail
Pranoto) - salah satutokoh DI/TII. Di pengadilan ini, keduanya divonis 9 tahun penjara.3

Hingga pada tahun 2011 Ba’asyir ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara 15 tahun
oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan setelah dinyatakan terlibat dalam
pendanaan latihan teroris di Aceh dan mendukung terorisme di Indonesia. 8 Januari 2021,
Abu Bakar Ba'asyir bebas murni dari hukuman penjara Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa
Barat.4

Selain telah melalui pengalaman keluar masuk penjara, Ba’asyir juga Bergabung
dengan Majelis Mujahiddin Indonesia. Pada kongres yang pertama di Yogyakarta, Ba’asyir
terpilih sebagai amir Mujahiddin pada tanggal 5-7 Agustus 2000 untuk periode 2000-2009.
MMI adalah salah satu ormas Islam yang agenda Utamanya adalah perjuangan syariat Islam.
Kemudian pada tahun 2002 Abu Bakar Ba’asyir menjadi pemimpin MMI. Pada tahun 2008,
Abu Bakar Ba’asyir keluar dari MMI karema ia menyadari sistem kepemimpinan dan tata
keorganisasian majelis ini sudah tidak mengikuti aturan islam lagi.5

Kondisi terkini dari Abu Bakar Ba’asyir termini yaitu pada 25 Februari 2023, ia
menderitasesak nafas dan menggigil sehingga ia dilarikan ke Rumah Sakit Nirmala Suri di
Sukoharjo, seiring berjalannya waktu kini Ba’asyir kondisinya semakin membaik setelah
sehari semalam d rumah sakit.

2
Abu Bakar Baasyir, “Vonis Tak Terlibat Bom Bali,” artikel diakses pada tanggal 3 Juli 2009 dari
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/abu-bakar-baasyir/index.shtml.
3
Muchus Budi, “Baasyir dan 17 Agustus,” artikel diakses pada tanggal 20 Juni 2009 Dari
http://www.detiknews.com/read/2008/08/18/105844/990329/608/baasyir-dan-17-agustus.
4
Mazrieva Eva. 2021. Abu Bakar Ba’asyir Bebas. VOA Indonesia. https://www.voaindonesia.com/a/abu-bakar-
ba-asyir-bebas/5729613.html. Di akses 28 November 2023.
5
Idi Subandy Ibrahim & Asep Syamsul M. Romli, Kontroversi Ba’asyir. H. 39
Pemikiran Abu Bakar Ba’asyir tentang Negara Islam

Pemikiran Abu Bakar Ba’asyir terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Pandangan Abu Bakar Ba’asyir tentang Negara Islam

Pemikiran Abu Bakar Ba’asyir dalam pandangan tentang Negara Islam Negara Islam
memiliki kemampuan dalam menyatukan kondisi kemajemukan. Perbedaan nilai-nilai moral
kemasyarakatan akan dicocokan dengan nilai-nilai yang terkandung pada syariat Islam.
Setiap nilai moral memiliki sifat-sifat kebaikan tersendiri dan hal itulah yang akan
diselaraskan dengan syariat Islam dan tetap akan dihormati sebagai suatu budaya berbangsa
yang majemuk.

Ba’asyir berpendapat bahwa negara Islam merupakan satu-satunya tatananan undang-


undang serta tatanan hidup yang terus bertahan dalam berbagai zaman. Dengan hakikat
kebenaran murni yang terkandung di dalam Islam, berbagai propaganda politik yang
dimainkan Barat tidak akan dapat mampu untuk melenyapkan nilai-nilai positif Islam
tersebut.6

Dari pandangan Ba’asyir ini dapat dipahamai bahwa Ba’asyir menginginkan suatu
posisi agama menyatu kepada politik atau negara seperti pada pemahaman kelompok
Teokrasi. Paham Teokrasi memposisikan agama menyatu kedalam lingkup kenegaraan.
Agama ikut mengatur tatanan kenegaraan dengan bertujuan untuk terus menjaga moral
kemasyarakatan.

Ba’asyir menilai bahwa Islam sebagai agama yang sempurna dan memiliki nilai-nilai
moral yang serba lengkap sudah seharusnya wajib masuk ke dalam sistem kenegaraan. Islam
juga memiliki sistem berpolitik dan tidak ada alasan bagi umat Islam untuk meninggalkan
nilai Islam di dalam setiap kehidupannya termasuk bernegara.

2. Pandangan Abu Bakar Ba’asyir tentang Demokrasi

6
Irfan S Awwas, Dakwah dan Jihad Abu Bakar Ba’asyir (Jogjakarta: Wihdah, 2003), h.64.
Demokrasi inilah yang sangat bertentangan jauh dengan konsep sistem ke Islam-an.
Demokrasi sangat bertolak belakang dengan syariat dikarenakan secara mendasar bisa dilihat
perbedaannya, di lain sisi syariah memiliki sumber dari Al-Qur’an dan sunnah sedangkan
demokrasi bersumber dari kesepakatan antara manusia.

Demokrasi merupakan suatu istilah dari politik Barat yang memiliki arti kedaulatan
rakyat, yang memiliki kekuasaan tertinggi tanpa adanya batasan yang tidak bisa disentuh oleh
kekuasaan manapun. Demokrasi di Indonesia menurut Ba’asyir juga berkiblat dari pihak
barat, dimana semua sistem yang dipakai di Indonesia merupakan adopsi dari Barat.
Nasionalisme yang ada di Indonesia juga sama dengan demokrasi dan sekuler, artinya sama
dengan sistem kafir.

Padahal di sistem demokrasi ini, dalam hal pengambilan keputusan selalu berada pada
rakyat dalam arti meminta persetujuan dari rakyat melalui parlemen. Hal inilah yang disebut
sebagai kedaulatan rakyat, kedaulatan yang ada diatas segalanya. Cara tersebut sangat tidak
dibenarkan di dalam Islam, kedaulatan tersebut bisa dikatakan sebagai kedaulatan yang
menyekutukan kedaulatan Allah.7

Gerakan Abu Bakar Ba’asyir dalam Pandangan Negara Islam

Untuk memenuhi keinginan Abu Bakar Ba’asyir untuk menjadikan Negara Indonesia
ini sebagai Negara Islam, Ba’asyir sendiri yang mulai melakukan pergerakan untuk
memberikan pemahaman akan pentingnya syariat Islam diterapkan di dalam sistem
kenegaraan. Ba’asyir dikenal sebagai tokoh yang sangat berani dalam menyuarakan
perlawanan pada sistem negara kafir

Ba’asyir memulai pergerakannya dengan mendirikan Radio Dakwah Islamiyah ABC


(Al-Irsyad Broadcasting Commission) dan radio RADIS. Kedua stasiun radio ini dengan jelas
memberikan kritikan terutama kepada pemerintah tentang penggunaan asas tunggal Pancasila.
Kedua radio ini kemudian ditutup oleh pihak militer yang diberi perintah oleh pemerintah
karena radio ini dinilai terlalu mencampuri dan melakukan kritik terhadap kebijakan
pemerintah Orde Baru pada saat itu.

7
Abu Bakar Ba’asyir, Catatan Dari Penjara; Untuk mengamalkan dan Menegakkan Dinul Islam (Depok,
Mushaf, 2006), h., 32
Perjuangan Ba’asyir untuk menanamkan paham syariat Islam terus dilakukan dengan
mendirikan pondok pesantren Al-Mukmin di Ngruki, Surakarta, yang sampai saat ini terus
berkembang dan terus memberikan pemahaman Islam yang di dasari oleh syariat.

Selain usaha-usaha yang dijelaskan diatas, Ba’asyir terus bergerak untuk melakukan
dakwah di beberapa tempat yang berlangsung hingga saat ini dan akan terus dilakukannya
sampai terwujudnya tegaknya cita-cita syariat Islam. Seperti tema-tema dakwah di beberapa
tempat di Indonesia berkaitan dengan penegakkan syariat.8

8
Adidhatama Praga. 2009. Islam Dalam Negara Pemikiran Abu Bakar Ba’asyir Tentang Negara Islam.
Universita Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kesimpulan

Bagi Ba’asyir, Islam yang dalam hal ini adalah agama harus dapat masuk ke dalam
sistem kenegaraan. Islam akan menjaga nilai moral kenegaraan dan kemasyarakatan sehingga
tidak ada tindakan sewenang-wenang dalam mengeluarkan kebijakan negara sehingga moral
tersebut selalu berada pada koridor syariat yang mengarah kepada kebaikan untuk semua
pihak.

Syariat Islam harus dijalankan secara keseluruhan dan melembaga sehingga hasil
positif dari nilai-nilai yang terkandung di dalam syariat tersebut akan dapat dirasakan oleh
setiap unsur negara serta dapat berjalan efektif dalam menjaga ketertiban bernegara. Dalam
memberikan pemahaman akan nilai positif syariat Islam ini, Ba’asyir melakukan usaha
dakwahnya dengan berbagai instrument yang ada seperti mendirikan radio dakwah,
pesantren, serta membentuk organisasi dakwah.

Dalam kondisi situasi yang aman seperti di Indonesia, Ba’asyir menilai bahwa dalam
memberikan pemahaman tentang syariat, cara yang paling tepat adalah menggunakan metode
dakwah. Jihad dengan menggunakan cara konfrontasi dikhawatirkan akan terjadi permainan
politik dari pihak Barat untuk menguasai negara Islam dengan dalih melawan terorisme atau
kelompokradikal lainnya.
Daftar Pustaka

Abu Bakar Ba’asyir, Catatan Dari Penjara; Untuk mengamalkan dan Menegakkan Dinul
Islam (Depok, Mushaf, 2006)

Abu Bakar Baasyir, “Vonis Tak Terlibat Bom Bali,” artikel dari
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/abu-bakar-baasyir/index.shtml.

Adidhatama Praga. 2009. Islam Dalam Negara Pemikiran Abu Bakar Ba’asyir Tentang
Negara Islam. Universita Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fauzan al-Anshari, Hari-Hari Abu Bakar Ba’asyir di Penjara. Saya Difitnah (Jakarta:
Qalammas, 2006).

Irfan S Awwas, Dakwah dan Jihad Abu Bakar Ba’asyir (Jogjakarta: Wihdah, 2003),

Mazrieva Eva. 2021. Abu Bakar Ba’asyir Bebas. VOA Indonesia.


https://www.voaindonesia.com/a/abu-bakar-ba-asyir-bebas/5729613.html.

Muchus Budi, “Baasyir dan 17 Agustus,” artikel diakses pada tanggal 20 Juni 2009 Dari
http://www.detiknews.com/read/2008/08/18/105844/990329/608/baasyir-dan-17-agustus.

Anda mungkin juga menyukai