Kuliah 3 & 4 Ventilasi Alami

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar

Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

RESUME PERKULIAHAN MATA KULIAH


FISIKA BANGUNAN

Nama Mata Kuliah : Fisika Bangunan / Fisika Dasar


Kode Mata Kuliah : 1067012106 / TS151102
Dosen Pengampu : Atik Adinda, ST., MT
Jadwal : Selasa, 03 & 10 Oktober, Pukul 08.30, 10.30, 19.00
Pokok Bahasan : Ventilasi Alami
Sub Pokok Bahasan : Definisi Ventilasi Alami, Syarat Ventilasi Alami,Nilai Negatif
Ventilasi Alami, ciri iklim di Indonesia, standar Kenyamanan
Termal, Istilah-istilah Ventilasi Alami, memperkirakan kecepatan
dan Arah Angin, Suhu Udara dan Kelembapan, Ringkasan
Pengetahuan Dasar, Aspek Perancangan,Aspek Matematis dan
Contoh-contoh Perhitungan.
Kuliah :3&4

Materi

I.1 Definisi Ventilasi Alami

Ventilasi Alami adalah Pergantian udara secara alami (tidak melibatkan peralatan mekanis
seperti mesin penyejuk udara yang dikenal dengan air condioner/AC).
Tujuan ventilasi alami adalah agar udara yang berada didalam ruangan tetap sehat dan
nyaman tanpa tambahan energi buatan.

I.2 Syarat Ventilasi Alami

Dalam proses perancangan ventilasi alami,perlu memperhatikan bebrapa syarat awal, yaitu :
1. Tersedianya udara luar yang sehat,
2. Suhu udara luar tidak terlalu tinggi,
3. Tidak banyak bangunan di sekitar yang akan menghalangi aliran udara horizontal,
4. Lingkungan yang tidak bising.
Jika syarat awal tidak terpenuhi, maka sebaiknya tidak dipaksakan untuk memakai ventilasi
alami karena justru akan merugikan.

I.3 Nilai Negatif dari Ventilasi Alami

Beberapa nilai negatif ventilasi alami adalah :


1. Suhu tidak mudah diatur,
2. Kecepatan angin tidak mudah diatur,
3. Kelembapan tidak mudah diatur,
4. Kualitas udara tidak mudah diatur,

1
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

5. Gangguan serangga,
6. Gangguan lingkungan sulit dicegah.

I.4 Ciri-ciri Iklim di Indonesia

Sesuai dengan hakikatnya, kualitas ventilasi alami sangat tergantung pada kualitas udara
lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman akan iklim dan cuaca menjadi sangat penting.
Indonesia memiliki iklim tropis lembab dengan ciri-ciri berikut :
1). Tidak ada perbedaan jelas antara musim kering dan basah . Musim hujan dan kemarau
dapat panjang sehingga terjadi tumpang tindih musim yang sangat menggangu pertanian.
2). Suhu udara relatif tinggi dengan amplitudo. Suhu siang - malam kecil (24-32℃),
walaupun suhu udara di daerah pegunungan dapat lebih rendah dari angka tersebut.
3). Kecepatan angin rendah terutama pada pagi dan malam hari). Siang hari umumnya angin
berhembus cukup kencang.
4). Kelembapan udara tinggi (60-95%). Kelembapan yang tinggi menyebabkan kulit terasa
lengket karena keringat tidak dapat menguap sehingga menempel pada kulit.
5). Radiasi matahari cukup tinggi (>900 W/㎡), walau juga sering tertutup mendung (<100
W/㎡).
6). Hampir selalu berawan. Langit sering berawan merata yang sangat menyilaukan mata.
7). Flora beraneka macam, tanah subur, tidak mengenal musim gugur, jamur berkembang
dengan pesat,
8). Fauna beraneka macam termasuk seranggu pengganggu yang berbahaya,
9). Berdebu,
10). Karat logam dan pelapukan organik mudah terjadi,
11). Penduduknya mengembangkan budaya kehidupan di luar rumah,
12). Penduduknya suka dengan pakaian yang longgar dan ringan dengan bahan yang dapat
menyerap keringat,
13). Tenaga mudah tersedot habis (kelelahan). Untuk mengembalikan tenaga tersebut maka
dibutuhkan recovery berupa tidur siang.
I.5 Standar Kenyamanan Termal

Penilaian terhadap kualitas ventilasi diukur dengan standar kenyamanan termal. Enam
faktor kenyamanan termal meliputi :

 Suhu udara/temperatur, T,℃


● Kecepatan angin/velocity, V, m/dtk
● Kelembapan udara/relative humidity, RH, %
● Rata-rata suhu permukaan ruang/MRT, ℃
● Aktifitas manusia/metabolism, met, W/㎡ (1 met = 58 W/㎡)
● Pakaian/clothing, clo, ㎡degC/W (1 clo = 0,155 ㎡degC/W

I.6 Beberapa Istilah dalam Ventilasi Alami

2
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

● Pergantian udara per jam (Air Change per Hour/ACH) : jumlah pergantian seluruh
udara di dalam ruangan dengan udara segar dari luar setiap jamnya.
● Angin : udara yang bergerak
● Kelembapan udara (RH) : perbandingan antara kandungan uap air pada suatu saat
dengan kandungan uap air pada titik jenuh dalam suhu saat itu.
● Penyejukan evaporatif (evaporative cooling) : penyejukan dengan memanfaatkan
mekanisme pengurangan panas akibat penguapan air (atau zat lain).
● Penyejukan radiatif (Radiative cooling) ; penyejukan dengan memanfaatkan
mekanisme radiasi.
● Penyejukan fisiologis (physiological cooling) : sensasi sejuk yang dirasakan manusia
karena hembusan angin yang mengenai kulitnya. (luas kulit orang dengan BB 70 kg,
sekitar 1,7 ㎡)
● Penyejukan konvektif (convective cooling) : penyejukan dengan memanfaatkan aliran
angin.
● Perpindahan panas (heat transfer) : proses perpindahan kalor dari benda yang lebih
panas ke benda lain yang lebih dingin.
● Perpindahan panas konduktif (conductive heat transfer) : perpindahan panas dari
benda yang lebih panas ke benda yg kurang panas melalui sentuhan.
● Perpindahan panas konvektif (convective heat transfer) : perpindahan panas melalui
aliran angin.
● Perpindahan panas radiatif (radiative heat transfer) : perpindahan panas melalui
pancaran.

Gambar I.1 Proses Perpindahan Panas


pada Manusia

● Zona nyaman (comfort zone) : daerah dalam bioclimatic chart yang menunjukkan
kondisi komposisi udara yang nyaman secara termal.

3
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Gambar I.2 Diagram Bioklimatik

● Kelambanan waktu (time lag) : waktu yang diperlukan bagi panas untuk merambat
dari satu sisi permukaan bidang ke sisi permukaan yang lain.
● Diagram psikometri (psychrometric chart) : diagram yang menunjukkan suhu bola
kering (DBT), suhu bola basah (WBT), kelembapan relatif (RH), kelembapan absolut
(AH) dan tekanan uap (VP).

Gambar I.3 Diagram Psikometri

● Sifat bahan (material properties) : sifat fisik khas suatu bahan.


● Konduktivitas (conductivity)/ k : bilangan yang menunjukkan besar panas (watt) yang
mengalir melalui bahan setebal 1 m, seluas 1 ㎡ dengan perbedaan suhu antara
kedua sisi permukaannya 1 degC (℃). Seringkali kita memerlukan bahan dengan
tebal nyata, maka dibuatlah istilah konduktan yang merupakan konduktivitas untuk
tebal tertentu. Notasinya k’.
● Resistivitas (resistivity)/ R : kebalikan dari konduktivitas (R = 1/k). Sebaliknya resistan
merupakan kebalikan dari konduktan b/k. Notasinya R’.

4
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

● Konduktan permukaan : konduktan lapisan udara tipis antara udara dengan


permukaan bahan, biasa menggunakan notasi f. Konduktan permukaan ini
mempengaruhi perpindahan panas dan nilainya tergantung dari kondisi permukaan
dan lokasinya (di dalam atau di luar ruangan). Karena kita dalam kehidupan sehari-
hari tidak dapat mengabaikan konduktan permukaan,maka dalam ilmu fisika
bangunan dibuatlah angka konduktan elemen bangunan yang disebut transmitan (U
= 1/R’, sedang R’a adalah resisten elemen yang sudah memasukkan unsur lapisan
tipis udara tadi R’a = 1/fo + R’b + 1/fi ㎡degC/W. (fo adalah konduktan permukaan
luar elemen bangunan, fi adalah konduktan permukaan dalam).
● Absorpsi (absorption) : kemampuan benda menyerap radiasi matahari. Bilangan
serap (α) menunjukkan berapa bagian radiasi yang datang diserap. Contoh , α = 0,7,
menunjukkan bahwa 0,7 bagian radiasi akan diserap dan 0,3 akan dipantulkan.
Radiasi matahari yang diserap akan menjadi panas dan menyebabkan suhu benda
bertambah. Panas ini akan dipancarkan kembali dalam bentuk gelombang panjang.
Kemampuan benda untuk memancarkan panas kembali disebut emisivitas dengan
notasi e. Contoh, sebuah bahan dengan nilai e = 0,8 artinya panas yang dipancarkan
kembali ke lingkungan sebesar 0,8.

I.7 Memperkirakan Kecepatan dan Arah Angin, Suhu Udara dan Kelembapan

Berikut adalah tabel Skala gaya angin Beaufort untuk memperkirakan kecepatan angin
dengan cara mengamati fenomena yang terjadi.

Tabel I.1 Skala Gaya Angin Beaufort


5
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Termometer yang sering kita jumpai adalah termometer dengan jenis Termometer Bola
Kering (Dry Bulb Thermometer). Ada juga yang disebut Termometer Bola Basah (Wet Bulb
Thermometer) yaitu termometer yang dilengkapi dengan bahan basah/lembab di bolanya.
Bila bahan basah ini dihembus angin (dengan cara memutar termometer tersebut) akan
terjadi penguapan. Kecepatan menguap ini dipengaruhi oleh kelembapan udara.
Kelembapan relatif udara (RH) dapat diukur dengan alat hygrometer.

I.8 Ringkasan Pengetahuan Dasar

Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap


lingkungannya. Kita menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk ke diri
kita melalui keenam indera kita yang oleh syaraf dibawa ke otak untuk dinilai.
Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain.

● Beberapa faktor lain yang sering dihubungkan dengan kesukaan akan kenyamanan
tertentu adalah Ras, Jenis Kelamin dan Usia.
● Tubuh manusia hangat oleh proses pembakaran makanan.
● Selain keringat, nafas dan kulit, darah juga berperan aktif dalam proses perpindahan
panas.
● Kulit kita merasakan panas atau dingin berdasarkan panas yang melaluinya. Semakin
cepat proses perpindahan panas tadi, semakin dinginlah benda tadi kita rasakan.
● Pakaian mempengaruhi perpindahan panas.

Tabel I.2 Aktifitas dan Kecepatan Metabolisme

6
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Tabel I.3 Pakaian dan Clothing Value

I.9 Aspek Perancangan

Dalam sub bab ini, akan membahas hal-hal yang bisa dijadikan pedoman dalam merancang
bangunan agar mencapai kenyamanan termal dari sisi ventilasi alami di iklim Indonesia.

● Pilihlah lokasi lahan rumah yang ada di daerah berudara sejuk dan sehat.
● Usahakan tidak banyak permukaan yang dapat menyerap panas.
● Bangunan sedapat mungkin berada di tengah lahan sehingga semua sisi terkena oleh
hembusan angin.
● Sumbu panjang bangunan setidaknya sejajar dengan sumbu barat timur.
● Usahakan ventilasi dapat berlangsung selama 24 jam.

7
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Gambar I.4 Orientasi Permukaan Bangunan disesuaikan dengan Orientasi Matahari

Gambar I.5 Ilustrasi Ventilasi Alami yang baik pada Bangunan

Gambar I.6 Ilustrasi Ventilasi Alami Silang/Cross Ventilation

8
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Gambar I.7 ilustrasi ventilasi Alami Silang secara Horizontal menurut Penelitian Texas
Enggineering
● Kelompokkan ruang-ruang yang memiliki potensi menambah beban panas dan
kelembapan.
● Setiap rumah tinggal idealnya memiliki minimal satu ruangan yang nyaman.
● Bukaan diusahakan selebar-lebarnya untuk memberikan keleluasaan angin bergerak
masuk ke dalam ruangan.
● Dinding perlu terlindung dari sinar langsung matahari.
● Langit-langit diperlukan untuk mencegah panas atap secara langsung masuk kedalam
ruangan.
● Volume ruangan dapat membantu mengusahakan kesejukan.
● Usahakan sumber panas dan kelembapan di dalam ruangan minimal. Penggunaan
peralatan yang tidak banyak menengeluarkan panas.
● Angkatlah lantai setinggi minimal 50 cm dari tanah/halaman.
● Usahakan bukaan ruang dibuka setiap hari agar terjadi pergantian udara secara
maksimal.

I.10 Aspek Matematis

Sub bab ini akan memberikan rumus-rumus yang sering digunakan dalam perhitungan
ventilasi.

9
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

I.10.1 Transmitan Elemen Bangunan Berlapis

Tabel I.4 Konduktan Permukaan

Bahan Konduktivitas, k Resistivitas, R (1/k)


(W/mdegC) (W/mdegC)
Asbes : lepas-lepas 0,034 29,40
Asbes : disemprot 0,046 21,75
Lembaran semen asbes : ringan 0,216 4,63
Lembaran semen asbes : sedang 0,360 2,78
Lembaran semen asbes : padat 0,576 1,74
Aspal 0,576 1,74
Batubata biasa : ringan 0,806 1,24
Batubata biasa : sedang 1,210 0,83
Batubata biasa : padat 1,470 0,68
Plester 0,90 1,11
Beton 1,440 0,69
Glass Wool 0,034 29,40
Mineral Wool 0,037 27,00

10
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Papan Gypsum 0,159 6,33


Plywood 0,138 7,25
Batu Granit 2,920 0,34
Papan dari Jerami 0,093 10,75
Softboard 0,065 15,38
Kayu : lunak 0,138 7,25
Kayu : keras 0,160 6,25
Logam : timah 34 0,0294
Logam : besi tuang 50 0,0200
Logam : baja 58 0,0172
Logam : perunggu 64 0,0156
Logam : seng 110 0,0091
Logam : aluminium 220 0,0045
Logam : tembaga 350 0,0029
Logam : perak 407 0,0024
Udara 0,026 38,45
Air 0,580 1,72

Tabel I.5 Konduktivitas dan Resistivitas beberapa Bahan

11
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Tabel I.6 Transmitan Konstruksi

12
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Tabel I.6 Transmitan Konstruksi

13
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Tabel I.6 Transmitan Konstruksi

14
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Tabel I.6 Transmitan Konstruksi


15
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

I.10.2 Panas yang Menembus Elemen Bangunan

Qc = A.U.∆T

Dimana, A = luas elemen, m²


U = nilai transmitan, W/m²degC.
ΔT = selisih suhu permukaan luar dan dalam, degC.

I.10.3 Panas yang Menembus Kaca

Qs = A.I.θ W

Dimana A = luas jendela, m²


I = intensitas radiasi matahari, W/m²
θ = solar gain factor bahan kaca

Solar gain factor (θ) dapat diperoleh dari pabrik pembuat kaca bersangkutan. Dalam hal
data θ belum memasukkan pertimbangan sudut datang sinar langsung matahari pada
bidang kaca, maka I = Icosβ. β adalah sudut yang dibentuk oleh garis datang sinar matahari
dengan garis normal (tegak lurus) bidang.

I.10.4 Kenaikan Suhu Benda oleh Radiasi Matahari

I.10.5 Aliran Udara untuk Membuang Panas, Q, tanpa memperhatikan Volume Ruang

16
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

I.10.6 Aliran Udara untuk Membuang Panas, Q, dengan memperhatikan Volume Ruang

I.11 Contoh-contoh Perhitungan

I.11.1 Menghitung Transmitan Elemen Bangunan

Contoh Soal :

Elemen dinding terdiri atas lapisan plester luar = 1,5 cm, batu bata = 12 cm, dan plester
dalam = 1,5 cm. Konduktivitas plester = 0,9 Wm/m²degC, sedang konduktivitas batu bata =
1,2 Wm/m²degC.

1.Hitunglah transmitan dinding!


2.Hitunglah transmitan dinding apabila permukaan sebelah dalam dilapisi kayu 2 cm dengan
konduktivitas = 0,16 Wm/m²degC!

Jawaban soal no 1.
Konduktivitas adalah untuk tebal 1 m, sedang konduktan untuk tebal nyata!
Konduktivitas plester (Kplester) = 0,9 Wm/m²degC konduktan plester (tabel I.5).
(K’plester) = 0,9/0,015 W/m²degC = 60 W/m²degC.
Resisten plester (R’plester) = 1/K’plester = 1/60 = 0,017 m²degC/W.
Konduktivitas batu bata (Kbatu bata) = 1,2 Wm/m²degC konduktan batu bata.
(K’batu bata) = 1,2/0,12 W/m²degC = 10 W/m²degC.
Resisten batu bata (R’batu bata) = 1/K’batu bata = 1/10 W/m²degC = 0,1 m²degC/W

17
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Gambar I.8 Transmisi Dinding tanpa Lapisan Kayu

Konduktan permukaan dalam dinding (fi) = 8,12 W/m²degC (tabel I.4 tabel konduktan).
Konduktan permukaan luar dinding (fo), menghadap ke timur, kondisi normal 18,9
W/m²degC. (lihat tabel I.4 tabel konduktan).

Resistan dinding (R’dinding) = 1/fi + R’ plester dalam + R’ batubata + R’ plester luar + 1/fo
m²degC/W.
= 1/8,12 + 0,017 + 0,1 + 0,017 + 1/18,9 m²degC/W
= 0,12 + 0,017 + 0,1 + 0,017 + 0,05 m²degC/W

= 0,304 m²degC/W
Transmitan dinding (U’dinding) = 1/R’dinding = 1/0,304 m²degC/W = 3,29 W/m²degC.

Jawaban Soal No 2

Konduktivitas kayu (K kayu) = 0,16 Wm/m²degC konduktan kayu (tabel I.5).


(K’ kayu) = 0,16/0,02 W/m²degC = 8 W/m²degC. R’ kayu = 0,125 m²degC/W.
Resistan dinding (R’dinding) = 1/fi + R’ kayu + R’ plester dalam + R’ batu bata + R’ plester
luar + 1/fo m²degC/W.
= 1/8,12 + 0,125 + 0,017 + 0,1 + 0,017 + 1/18,9 m²degC/W.
= 0,12 + 0,125 + 0,017 + 0,1 + 0,017 + 0,05 m²degC/W = 0,429 W/m²degC.
Transmitan dinding (U’dinding) = 1/R’dinding = 1/0,429 W/m²degC = 2,33 W/m²degC.

18
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Gambar I.9 Transmisi Dinding yang bagian dalam dilapisi dengan Lapisan Kayu

I.11.2 Menghitung Panas yang Menembus Elemen Bangunan

Seperti soal I.11.1 (soal transmitan), luas dinding (3)(6) ㎡, suhu udara dalam ruangan 27 ℃,
suhu udara luar 30 ℃. Matahari tidak mengenai dinding secara langsung.

1. Hitunglah panas yang mengalir dari permukaan luar ke permukaan dalam, menurut
soal I.11.1 soal No 1!
2. Hitunglah panas yang mengalir dari permukaan luar ke permukaan dalam menurut
soal I.11.1 soal No 2!

Jawaban soal No 1

Karena sinar matahari langsung tidak mengenai dinding,maka suhu permukaan luar dinding
dianggap sama dengan suhu udara luar!

U dinding = 3,29 W/m² degC


A dinding = (3)(6) m = 18 m²
∆T = (30-27) degC = 3 degC.
Panas yang menembus dinding, Qc = A. U. ∆T W = (18)(3,29)(3) = 177,7 W.

Jawaban Soal No 2

Dengan penambahan kayu, U dinding menjadi 2,33 W/m degC.


Panas yang menembus dinding, Qc = A. U. ∆T W = (18)(2,33)(3) = 125,8 W.
Terlihat dari perhitungan di atas bahwa penambahan kayu akan mengurangi panas yang
menembus hingga 51,9 W. Namun perlu diingat bahwa di iklim tropis, bangunan cenderung
19
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

memiliki bukaan lebar sehingga apabila jendela dibuka lebar-lebar maka suhu udara luar
relatif akan sama dengan suhu udara dalam. Dengan demikian suhu kedua dinding akan
sama pula suhunya, akibatnya tidak adanya aliran panas yang melalui dinding.

I.11.3 Menghitung Panas yang Menembus Kaca

Contoh soal :

Hitunglah panas yang menembus kaca bening selebar (1)(2) m² , apabila sinar langsung
matahari bersudut 60° dari jendela. Radiasi matahari = 700 W/m² . (ingat sudut datang
adalah sudut antara garis sinar matahari dan garis tegak lurus dinding! Jadi β = 90-60 = 30°)

Untuk sudut datang 30° kaca bening mempunyai θ = 0,7 (didapat dari brosur atau website
perusahaan kaca).
Panas yang menembus kaca Qs = A.I.θ W = (2)(700)(0,7) = 980 W.

I.11.4 Menghitung Suhu Benda oleh Radiasi Matahari Langsung


Contoh Soal
Elemen dinding seperti soal I.11.1 (tanpa pelapis kayu bagian dalam) menghadap timur. Luas
dinding (3)(6) m². Radiasi matahari (I) = 900 W/m². Suhu udara didalam ruangan (Ti) 27 ℃,
suhu udara luar (To) 29 ℃. Dinding luar di cat warna hijau medium dengan absorbsi (αp) =
0,59 (tabel I.8). Matahari mengenai dinding dengan sudut datang 30°. Abaikan bilangan
serap bahan dinding!

1. Hitunglah panas permukaan luar dinding!

2. Hitunglah panas yang merambat dari permukaan luar ke permukaan dalam!


3. Hitunglah panas yang merambat dari permukaan luar ke permukaan dalam apabila cat
diganti dengan warna putih mengkilap (αp) = 0,25!

20
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Tabel I.8 Bilangan Serap Radiasi Matahari untuk Dinding Luar dan atap tidak transparan
Jawaban Soal No 1
serta Cat Permukaan Luar
(To) = 29℃; serapan dinding diabaikan maka αtotal = (αp) = 0,59.
Karena matahari mengenai dinding dengan sudut datang 30°, maka I harus dikalikan dengan
cos30°.
Untuk dinding yang menghadap ke timur, normal, fo = 18,9 W/m²degC.
Ts = To + (I. αtotal/fo) ℃
= 29+(900)(cos30)(0,59)/(18,9) ℃

= 29+(900)(0,87)(0,59)/(18,9) ℃ = 29 + 24,44 ℃ = 53,44 ℃

Jadi, suhu permukaan luar dinding yang terkena sinar langsung matahari adalah
Ts = 53,44 ℃.

Catatan ; dalam hal ini, kita hanya memperhitungkan bilangan absorpsi, αp cat. Pada
keadaan sebenarnya permukaan bahan yang di cat pun mempunyai bilangan absorpsi
sendiri. Oleh karena itu, jika bilangan absorpsi bahan diketahui kita dapat menghitung
bilangan absorpsi total ; αtotal = (αw + αp)/2.

Gambar I.10 Sinar Matahari mengenai Dinding Luar dengan Sudut datang 30°

Jawaban Soal No 2

Karena dinding terkena oleh radiasi matahari, maka suhu permukaan luarnya naik melebihi
suhu udara luar. Menurut hitungan soal no 1, Ts = 53,44 ℃.

Dengan demikian, panas yang merambat dari sisi luar ke sisi dalam dihitung berdasarkan
suhu permukaan yang terkena radiasi matahari tadi.

Qc = A. U. ∆T W = (18)(3,29)(53,44-27) W = 1565,77 W
21
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Jawaban Soal No 3

Mengecat dinding luar dengan cat putih mengkilap yang mempunyai bilangan lebih kecil (αp
= 0,25) dari cat warna hijau medium (α = 0,59) akan menyebabkan radiasi yang diserap lebih
kecil. Atau dengan kata lain, warna terang akan memantulkan lebih banyak radiasi matahari
yang akan menyebabkan panas dinding berkurang.

Ts = To + (I. αtotal/fo) ℃
= 29 + (900)(cos30)(0,25)/(18,9) ℃
= 29 + (900)(0,87)(0,25)/(18,9) ℃ = 29 + 10,36 ℃ = 39,36 ℃
Panas yang merambat ke sisi dalam dinding

Qc = A. U. ∆T W = (18)(3,29)(39,36-27) W = 731,96 W

I.11.4 Menghitung Suhu Benda oleh Radiasi Matahari Langsung

Dari perhitungan tadi dapat dilihat bahwa mengecat dinding luar dengan cat warna terang
akan mengurangi panas dinding cukup besar yang pada akhirnya akan mengurangi panas
ruangan! (Qc = 1565,77 W menjadi 731,96 W).

Catatan : ingat bahwa perhitungan tersebut mengabaikan emisivitas dinding! Jika dinding
mempunyai emisivitas tinggi, maka panas dinding akan segera dipancarkan kembali ke
lingkungan sekitar sehingga suhu dinding tidak setinggi perhitungan di atas. Perhitungan di
atas memakai asumsi kondisi statis (steady state). Dalam keadaan sebenarnya, panas
membutuhkan waktu untuk merambat dari satu sisi ke sisi lainnya. Bahan tipis dan bukan
isolator panas seperti seng tentu akan mengalirkan panas cepat dari satu sisi ke sisi lainnya.
Sedangkan pada bahan tebal dan bersifat isolator panas seperti dinding batu bata satu batu,
misalnya, panas memerlukan waktu lama untuk mengalir dari satu sisi ke sisi lain hingga
lebih dari 5 jam!

I.10.5 Menghitung Aliran Udara untuk Membuang Panas, Q, tanpa memperhatikan


Volume Ruang

Soal

22
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

Hitunglah aliran udara yang diperlukan agar suhu ruang dapat dipertahankan 27℃, apabila
udara luar 25℃ dan didalam rumah terdapat sumber panas dari 2 orang yang sedang
bersantai (@150 W) dan 2 lampu yang mengeluarkan panas @100 W.

Jawab

H = (2)(150) + (2)(100) = 500 W


Cp = 1025 J/kg℃
ρ = 1,2 kg/m3
ti = 27℃
to = 25℃
Q=?

Q = 500 / 60 (1025)(1,2) (27-25) m3/dtk


= 500 / 147600 m3/dtk
= 0,003 m3/dtk

I.10.6 Menghitung Aliran Udara untuk Membuang Panas, Q, dengan memperhatikan


Volume Ruang

Soal

Hitunglah aliran udara yang diperlukan agar suhu ruang dapat dipertahankan 27℃, apabila
udara luar 25℃ dan didalam rumah terdapat sumber panas dari 2 orang yang sedang
bersantai (@150 W) dan 2 lampu yang mengeluarkan panas @100 W. Volume ruang 27 m3.
Apabila ruang tersebut memiliki jendela dikedua sisi, masing-masing seluas 0,8 ㎡, hitunglah
kecepatan angin yang melalui jendela tersebut!

Jawab

H = 500 W
V = 27 m3
A = 0,8 ㎡

23
Resume Perkuliahan MK Fisika Bangunan/Fisika Dasar
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Balikpapan

N = H / 0,33 V (ti - to) = 500 / 0,33 (27) (2) = 28,06


Q = (27) (28,06) / 3600 = 0,21 m3/dtk
Kecepatan angin yang melewati jendela : V = Q/A, V = 0,21 / 0,8 = 0,26 m/dtk.
Walau suhu ruangan dipertahankan untuk tidak naik, kecepatan serendah itu (di jendela)
tidak akan teras pada kulit. Agar terjadi penyejukan fisiologis, maka diperlukan kecepatan
antara 0,5 - 1 m/dtk. Masalahnya di iklim tropis lembab, kecepatan angin sangat rendah.

24

Anda mungkin juga menyukai