Santri Dan Tantangan Menghadapi Era Society 5.0
Santri Dan Tantangan Menghadapi Era Society 5.0
Santri Dan Tantangan Menghadapi Era Society 5.0
Disusun oleh:
Muhammad Basyaiban …………………..
Fulan bin Fulan …………………..
Pembimbing:
Nama
1
dengan perkembangan teknologi. Kontribusi mereka dalam membentuk masyarakat
yang berkelanjutan dan beretika adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai keagamaan
dapat menjadi pedoman dalam menghadapi era yang semakin terkoneksi secara
digital. Dengan demikian, santri bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga agen
perubahan yang positif dalam masyarakat yang semakin terhubung ini.
Asal kata ''pesantren'' adalah pe''santri''-an, kata "santri" artinya murid dalam
bahasa Jawa Istilah ''pondok'' berasal dari bahasa Arab ''funduuq'' ('''دوقHH )'''فنyang
berarti penginapan (Zulhimma, 2013). Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan
nama ''dayah''. Menurut laporan Van Bruinessen pesantren tertua di Jawa adalah
pesantren Tegalsari yang didirikan tahun 1742, disini anak-anak muda dari pesisir
utara belajar agama Islam (Basri, 2014). Namun hasil survei Belanda 1819, dalam
Van Bruinessen lembaga yang mirip pesantren hanya ditemukan di Priangan,
pekalongan, Rembang, Kedu, Madiun, dan Surabaya (Bruinessen, 1995).
ISI
Urgensi Society 5.0
Society 5.0 menjadi konsep tatanan kehidupan yang baru bagi masyarakat.
Melalui konsep society 5.0 kehidupan masyarakat diharapkan akan lebih nyaman dan
berkelanjutan. Orang - orang akan disediakan produk dan layanan dalam jumlah dan
pada waktu yang dibutuhkan.
2
(Government, 2018)
Society 5.0 dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat yang berpusat
pada manusia dan berbasis teknologi.
3
Gambar. 3 Society 5.0 mengurangi kesenjangan sosial (Government, 2018)
Hal yang menjadi prinsip dasar dalam society 5.0 adalah keseimbangan dalam
perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial. Dengan teknologi pada
era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0 (berkurangnya
sosialisasi antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak instrialisasi lainnya)
akan berkurang. agar terintegrasi dengan baik (Faruqi, 2019). Pemanfaatan teknologi
tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun
juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.
Upaya yang harus Dilakukan Kyai dan Santri dalam Menghadapi Era
Society 5.0
Smart Living yakni kemampuan menciptakan lingkungan tempat tinggal yang
layak, nyaman, dan efisien. Konsep Smart Living diterapkan dan diukur dalam 3 sub-
dimensi, yakni: Harmonisasi tata ruang wilayah (harmony), sarana prasarana
Kesehatan (Health), dan sarana prasarana Transportasi manusia dan barang
(Mobility) (Susanto: 19).
Harmonisasi tata ruang wilayah (Harmony) Pengelola pondok pesantren dan
Kyai mampu mewujudkan tata ruang wilayah yang nyaman dan harmonis antara
lingkungan pemukiman (residential), lingkungan pusat kegiatan bisnis (commercial)
yang didukung dengan fasilitas rekreasi untuk keluarga (recreational).
4
Sarana prasarana Kesehatan (Health) Pengelola pondok pesantren dan Kyai
mampu menyediakan akses terhadap ketersediaan makanan dan minuman sehat
(food), pelayanan kesehatan yang (healthcare), dan sarana dan prasarana olahraga
(sport).
Sarana prasarana Transportasi (Mobility) Pengelola pondok pesantren dan
Kyai mampu membangun ekosistem transportasi yang menjamin kemudahan
mobilitas manusia maupun barang (logistik).
5
Implementasi smart energi ke pesantren adalah langkah yang dapat diambil
untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan energi di lingkungan pesantren.
Dengan menggunakan teknologi smart grid dan solusi energi terbarukan, pesantren
dapat mengoptimalkan penggunaan energi, mengurangi konsumsi energi yang tidak
perlu, dan menghasilkan energi sendiri melalui sumber energi terbarukan seperti panel
surya atau turbin angin.
Langkah pertama dalam implementasi smart energi ke pesantren adalah
melakukan audit energi untuk mengetahui pola konsumsi energi yang ada dan
mengidentifikasi area-area di mana efisiensi energi dapat ditingkatkan. Selanjutnya,
pesantren dapat memasang perangkat smart metering untuk memantau dan
mengontrol penggunaan energi secara real-time.
Selain itu, pesantren juga dapat memasang sistem penyimpanan energi seperti
baterai untuk menyimpan energi yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan.
Dengan demikian, pesantren dapat menggunakan energi yang tersimpan saat pasokan
energi dari sumber terbarukan sedang rendah atau tidak tersedia.
Implementasi smart energi ke pesantren juga dapat melibatkan penggunaan
teknologi cerdas seperti sistem manajemen energi yang terhubung dengan Internet of
Things (IoT). Dengan menggunakan teknologi ini, pesantren dapat mengoptimalkan
penggunaan energi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari perangkat-
perangkat yang terhubung.
Dengan mengimplementasikan smart energi ke pesantren, pesantren dapat
mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional yang terbatas dan
mahal, serta berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca. Selain itu,
penggunaan energi yang efisien dan berkelanjutan juga dapat mengurangi biaya
operasional pesantren dalam jangka panjang.
6
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Nastiti, F. E., & Ni’mal, A. R. (t.t.). Kesiapan Pendidikan Indonesia Menghadapi era
society 5.0. 6.
Susanto, Tony Dwi. 2019. Smart City Konsep, Model, & Teknologi Bunga Rampai
Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia. Surabaya:
Asosiasi Sistem Informasi Indonesia (AISINDO).
Athaillah, R. A., Rahma, F. N., Alam, M. S. Q., Fauzi, B. A., Wulandari, F., & Safii,
I. (2021). Implementasi Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka di Pesantren
Taruna Al Qur’an Putri Yogyakarta Masa Darurat Covid-19. Edukatif : Jurnal
Ilmu Pendidikan, 3(4), 2027–2036. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i4.1112
Naik, P. K., & Padhi, P. (2015). On the linkage between stock market development
and economic growth in emerging market economies. Review of Accounting
and Finance, 14(4), 363–381.
https://doi.org/10.1108/RAF-09-2014-0105
Quandl. (2019). Financial, Economic and Alternative Data | Quandl. Retrieved from
https://www.quandl.com/
LAMPIRAN
HALAMAN ORISINALITAS
BIODATA PESERTA
GAMBAR (JIKA DIPERLUKAN)
7
8