Santri Dan Tantangan Menghadapi Era Society 5.0

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Teknologi dan Informasi

SANTRI DAN TANTANGAN MENGHADAPI ERA SOCIETY 5.0


Untuk diikutkan dalam “Essay Competition Peringatan Hari Santri” Yang
Diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama
Kabupaten Kediri.

Disusun oleh:
Muhammad Basyaiban …………………..
Fulan bin Fulan …………………..

Pembimbing:
Nama

STIT IBNU SINA


KOTA MALANG
TAHUN 2023/2024
PENDAHULUAN
Era society 5.0 disebut juga dengan masyarakat 5.0 ialah sebuah pola pemikiran
yang dicetuskan oleh pemerintah Jepang guna menyelesaikan problematika sosial
dengan menggunakan integrasi ruang fisik dan virtual. Era di mana sebuah konsep
teknologi big data yang dapat membantu segala aspek kehidupan manusia menjadi
lebih baik. Era ini memaksa untuk tetap eksis dalam berinovasi dan berkreatifitas
sehingga era society 5.0 ini telah mempengaruhi dunia pendidikan terutama di
kalangan pondok pesantren (Nastiti & Ni’mal: 288).
Pondok Pesantren merupakan sistem pendidikan pertama di Indonesia sebelum
adanya pendidikan yang lebih modern pada saat itu dikenalkan oleh para penjajah
Belanda. Pondok pesantren memiliki andil yang sangat besar dalam membentuk
masyarakat Indonesia yang buta huruf (literasi) dan buta budaya (Athaillah dkk.,
2021: 2028). Dalam menghadapi era ini, dunia pendidikan menyiapkan kader kader
pemuda dalam turut serta menyeimbangkan perkembangkan teknologi yang semakin
pesat. Salah satu nya adalah “santri”. Santri memiliki peran penting dalam
menghadapi tantangan era Society 5.0. Dalam menghadapi era Society 5.0, santri dan
pondok pesantren dituntut untuk tidak hanya unggul di bidang agama, namun juga
unggul di bidang IPTEK dan sains. Oleh karena itu, pondok pesantren perlu
mempersiapkan diri dengan strategi yang tepat agar dapat menghadapi tantangan dan
memanfaatkan peluang yang ada di era Society 5.0.
Pada bulan Juli lalu, kurang lebih ratusan santri di kota Malang dari berbagai
pesantren menghadiri dan mengikuti Workshop Literasi Digital bertajuk “Solusi
Menghadapi Era society 5.0“ di Gedung Malang Creative Center (MCC). Sebenarnya
acara LTN PBNU ini dilaksanakan di sejumlah kota besar di Indonesia salah satu
Malang. Menurutnya Kota Malang cocok digunakan untuk menggelar workshop
literasi digital karena Malang dianggap sebagai kota kreatif, banyak generasi milenial
dari berbagai kalangan, santrinya banyak, dan mahasiswanya banyak.
Acara ini mendapat sambutan baik dari Wali Kota Malang Drs. Sutiaji. Beliau
menyampaikan apresiasi positif atas terlaksananya kegiatan ini. Di tengah tsunami
informasi yang begitu deras, kita perlu waspada dan makin bijak dalam menyaring
informasi guna menghindari Hoax dan kejahatan digital lainnya.
Santri memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan era Society 5.0.
Dengan landasan moral dan etis yang kuat, serta kemampuan berpikir kritis, mereka
dapat menjalani hidup yang sejalan dengan nilai-nilai agama sambil beradaptasi

1
dengan perkembangan teknologi. Kontribusi mereka dalam membentuk masyarakat
yang berkelanjutan dan beretika adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai keagamaan
dapat menjadi pedoman dalam menghadapi era yang semakin terkoneksi secara
digital. Dengan demikian, santri bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga agen
perubahan yang positif dalam masyarakat yang semakin terhubung ini.
Asal kata ''pesantren'' adalah pe''santri''-an, kata "santri" artinya murid dalam
bahasa Jawa Istilah ''pondok'' berasal dari bahasa Arab ''funduuq'' ('''‫دوق‬HH‫ )'''فن‬yang
berarti penginapan (Zulhimma, 2013). Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan
nama ''dayah''. Menurut laporan Van Bruinessen pesantren tertua di Jawa adalah
pesantren Tegalsari yang didirikan tahun 1742, disini anak-anak muda dari pesisir
utara belajar agama Islam (Basri, 2014). Namun hasil survei Belanda 1819, dalam
Van Bruinessen lembaga yang mirip pesantren hanya ditemukan di Priangan,
pekalongan, Rembang, Kedu, Madiun, dan Surabaya (Bruinessen, 1995).

ISI
Urgensi Society 5.0
Society 5.0 menjadi konsep tatanan kehidupan yang baru bagi masyarakat.
Melalui konsep society 5.0 kehidupan masyarakat diharapkan akan lebih nyaman dan
berkelanjutan. Orang - orang akan disediakan produk dan layanan dalam jumlah dan
pada waktu yang dibutuhkan.

Gambar. 1 Ilustrasi Society 5.0

2
(Government, 2018)

Society 5.0 dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat yang berpusat
pada manusia dan berbasis teknologi.

Gambar. 2 Perubahan menuju society 5.0 (Government, 2018)

Dalam era society 5.0 masyarakat dihadapkan dengan teknologi yang


memunkinkan pengaksesan dalam ruang maya yang terasa seperti ruang fisik. Dalam
teknologi society 5.0 AI berbasis big data dan robot untuk melakukan atau
mendukung pekerjaan manusia.

3
Gambar. 3 Society 5.0 mengurangi kesenjangan sosial (Government, 2018)

Hal yang menjadi prinsip dasar dalam society 5.0 adalah keseimbangan dalam
perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial. Dengan teknologi pada
era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0 (berkurangnya
sosialisasi antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak instrialisasi lainnya)
akan berkurang. agar terintegrasi dengan baik (Faruqi, 2019). Pemanfaatan teknologi
tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun
juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.

Upaya yang harus Dilakukan Kyai dan Santri dalam Menghadapi Era
Society 5.0
Smart Living yakni kemampuan menciptakan lingkungan tempat tinggal yang
layak, nyaman, dan efisien. Konsep Smart Living diterapkan dan diukur dalam 3 sub-
dimensi, yakni: Harmonisasi tata ruang wilayah (harmony), sarana prasarana
Kesehatan (Health), dan sarana prasarana Transportasi manusia dan barang
(Mobility) (Susanto: 19).
Harmonisasi tata ruang wilayah (Harmony) Pengelola pondok pesantren dan
Kyai mampu mewujudkan tata ruang wilayah yang nyaman dan harmonis antara
lingkungan pemukiman (residential), lingkungan pusat kegiatan bisnis (commercial)
yang didukung dengan fasilitas rekreasi untuk keluarga (recreational).

4
Sarana prasarana Kesehatan (Health) Pengelola pondok pesantren dan Kyai
mampu menyediakan akses terhadap ketersediaan makanan dan minuman sehat
(food), pelayanan kesehatan yang (healthcare), dan sarana dan prasarana olahraga
(sport).
Sarana prasarana Transportasi (Mobility) Pengelola pondok pesantren dan
Kyai mampu membangun ekosistem transportasi yang menjamin kemudahan
mobilitas manusia maupun barang (logistik).

Implementasi Smart Living di Pesantren


Smart Living adalah konsep yang mengintegrasikan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan efisiensi dalam berbagai aspek
kehidupan sehari-hari. Implementasi Smart Living di pesantren dapat memberikan
manfaat dalam berbagai hal, seperti:

1. Peningkatan efisiensi energi: Dengan menggunakan teknologi yang cerdas,


seperti sensor otomatis dan pengaturan pintu dan jendela yang terhubung
dengan sistem, pesantren dapat mengoptimalkan penggunaan energi dan
mengurangi pemborosan.

2. Peningkatan keamanan: Sistem keamanan yang terintegrasi, seperti kamera


pengawas dan pengunci pintu otomatis, dapat membantu menjaga keamanan
pesantren dan melindungi penghuninya.

3. Peningkatan kenyamanan: Dengan adanya teknologi cerdas, seperti


pengaturan suhu otomatis dan pencahayaan yang dapat diatur sesuai
kebutuhan, pesantren dapat memberikan lingkungan yang nyaman bagi
penghuninya.

4. Peningkatan efisiensi administrasi: Dengan menggunakan sistem manajemen


pesantren yang terintegrasi, seperti sistem kehadiran dan pembayaran online,
pesantren dapat meningkatkan efisiensi administrasi dan mengurangi beban
kerja.
Namun, implementasi Smart Living di pesantren juga perlu mempertimbangkan
aspek-aspek tertentu, seperti keamanan data dan privasi penghuni.

Implementasi Smart Energi di Pesantren

5
Implementasi smart energi ke pesantren adalah langkah yang dapat diambil
untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan energi di lingkungan pesantren.
Dengan menggunakan teknologi smart grid dan solusi energi terbarukan, pesantren
dapat mengoptimalkan penggunaan energi, mengurangi konsumsi energi yang tidak
perlu, dan menghasilkan energi sendiri melalui sumber energi terbarukan seperti panel
surya atau turbin angin.
Langkah pertama dalam implementasi smart energi ke pesantren adalah
melakukan audit energi untuk mengetahui pola konsumsi energi yang ada dan
mengidentifikasi area-area di mana efisiensi energi dapat ditingkatkan. Selanjutnya,
pesantren dapat memasang perangkat smart metering untuk memantau dan
mengontrol penggunaan energi secara real-time.
Selain itu, pesantren juga dapat memasang sistem penyimpanan energi seperti
baterai untuk menyimpan energi yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan.
Dengan demikian, pesantren dapat menggunakan energi yang tersimpan saat pasokan
energi dari sumber terbarukan sedang rendah atau tidak tersedia.
Implementasi smart energi ke pesantren juga dapat melibatkan penggunaan
teknologi cerdas seperti sistem manajemen energi yang terhubung dengan Internet of
Things (IoT). Dengan menggunakan teknologi ini, pesantren dapat mengoptimalkan
penggunaan energi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari perangkat-
perangkat yang terhubung.
Dengan mengimplementasikan smart energi ke pesantren, pesantren dapat
mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional yang terbatas dan
mahal, serta berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca. Selain itu,
penggunaan energi yang efisien dan berkelanjutan juga dapat mengurangi biaya
operasional pesantren dalam jangka panjang.

6
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
Nastiti, F. E., & Ni’mal, A. R. (t.t.). Kesiapan Pendidikan Indonesia Menghadapi era
society 5.0. 6.

Susanto, Tony Dwi. 2019. Smart City Konsep, Model, & Teknologi Bunga Rampai
Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia. Surabaya:
Asosiasi Sistem Informasi Indonesia (AISINDO).

Athaillah, R. A., Rahma, F. N., Alam, M. S. Q., Fauzi, B. A., Wulandari, F., & Safii,
I. (2021). Implementasi Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka di Pesantren
Taruna Al Qur’an Putri Yogyakarta Masa Darurat Covid-19. Edukatif : Jurnal
Ilmu Pendidikan, 3(4), 2027–2036. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i4.1112

FSB. (2017). Financial Stability Implications from FinTech Supervisory and


Regulatory Issues that Merit Authorities‟ Attention. Retrieved from
www.fsb.org/emailalert

Naik, P. K., & Padhi, P. (2015). On the linkage between stock market development
and economic growth in emerging market economies. Review of Accounting
and Finance, 14(4), 363–381.

https://doi.org/10.1108/RAF-09-2014-0105
Quandl. (2019). Financial, Economic and Alternative Data | Quandl. Retrieved from
https://www.quandl.com/

LAMPIRAN
HALAMAN ORISINALITAS
BIODATA PESERTA
GAMBAR (JIKA DIPERLUKAN)

7
8

Anda mungkin juga menyukai