Analisis Karbohidrat Protein Dan Lemak P
Analisis Karbohidrat Protein Dan Lemak P
Analisis Karbohidrat Protein Dan Lemak P
ABSTRACT
cfu/g lamtoro gung) diinokulasikan dengan panjang gelombang 540 nm. Nilai absorbansi
lamtoro gung steril dingin, dan diinkubasi pada sampel – nilai absorbansi blanko kemudian
suhu 30°C selama 3-5 hari. Hasil fermentasi dikonversi ke mg/mL gula reduksi berdasarkan
kapang disebut koji. persamaan regresi senyawa standar (glukosa
Fermentasi larutan garam (moromi). Koji monohydrat). Kadar gula reduksi adalah kadar
dipotong kecil-kecil dan dikeringkan pada suhu gula reduksi tanpa enzim amilase.
40°C selama 3 hari dalam inkubator kemudian Kadar pati = (Kadar gula reduksi setelah
direndam dalam larutan NaCl 20% selama 30 diberi enzim amilase–kadar gula reduksi tanpa
hari dengan perbandingan 1:5. Penyaringan enzim amilase) X 0,9
dilakukan setelah 30 hari perendaman. Filtrat Protein. Protein terlarut dianalisis
yang diperoleh disebut kecap moromi. berdasarkan metode Lowry-Folin dengan
(Kasmidjo, 1990). Selanjutnya, kecap moromi spektrofotometer (Sudarmadji dkk., 1984).
dianalisis kadar karbohidrat, protein dan lemak. Penyiapan sampel yaitu: 5 mL kecap ditambah
Pemasakan kecap. Cairan kecap ditambah akuades sampai volume 100 mL , larutan
dengan air (setiap liter kecap ditambah dengan kemudian disaring menggunakan kertas saring.
1,5 liter air). Campuran cairan direbus hingga Larutan tersebut diambil 1 mL dan dimasukkan
mendidih. Setelah itu api dikecilkan, sekedar ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah
menjaga agar cairan tetap mendidih. Bumbu Lowry D, segera digojog dengan vorteks dan
kecap yang telah dibungkus dicelupkan ke inkubasi pada suhu kamar selama 15 menit.
dalam cairan yang mendidih dan digoyang- Lowry E (3,0 mL) ditambahkan kedalam
goyangkan. Cairan diaduk terus-menerus selama cuplikan dan harus segera digojog, kemudian
2-3 jam sampai volume menjadi setengah dari diinkubasi pada suhu ruang selama 45 menit dan
volume semula. Bumbu yang terbungkus tetap segera diukur absorbansinya pada 590 nm.
berada dalam cairan yang sedang dimasak Dibuat kurva standar bovin serum albumin
sampai pemanasan selesai dilakukan. Kecap dengan konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 ; 1 /mL H2O
yang dihasilkan adalah kecap manis. Ketika sehingga diperoleh garis regresi hubungan
masih panas, kecap manis ini disaring dengan antara absorbansi dengan konsentrasi protein.
dua lapis kain saring dan didinginkan (Warintek- Berdasarkan garis ini kadar protein cuplikan bisa
Progressio, 2003). diketahui.
Lemak. Kadar lemak dianalisis dengan
Analisis nutrisi metode Folch et al. (dalam Sudarmadji dkk.,
Biji, koji, dan moromi dianalisis nilai nutrisi 1984). Sampel kecap sebanyak 5 mL dimasukak
meliputi karbohidrat (gula reduksi dan pati), ke dalam 20 mL larutan khloroform-metanol 1:1
protein, dan lemak. v/v, kemudian dicampur dengan shaker pada
Karbohidrat. Karbohidrat dalam bentuk gula kecepatan 150 mot/mnt selama 2 jam. Setelah 2
reduksi dan pati dianalisis dengan metode jam, sampel disentrifuge dengan kecepatan 3000 g
Nelson-Samogyi secara spektrofotometri selama 5 menit dan disaring, kemudian filtratnya
(Sudarmadji dkk, 1984). Sampel (5 mL) ditambah ditambah dengan 20 mL KCl 1 M dan 20 mL
143,75 mg enzim amilase kemudian digojok dan H2PO4 0,2 M. Larutan kembali dishaker selama 2
didiamkan selama 6 jam. Sampel (1 mL) yang jam, setelah itu larutan disentrifuge dengan
ditambah amilase dan sampel (1 mL) tanpa kecepatan 10000 g selama 2 menit. Larutan
amilase masing-masing ditambah akuades dimasukkan kedalam corong pisah, digojog
sampai volume akhir 10 mL , kemudian diambil hingga terbentuk dua lapisan, lapisan bawah
1 mL ditambah dengan 9 mL akuades dan yang mengandung lemak dipisahkan dari
digojog dengan vorteks. Larutan sampel (1 mL) lapisan atasnya kemudian ditampung pada
ditambahkan 1 mL larutan Nelson (campuran cawan petri kosong yang telah diketahui
larutan Nelson A dan Nelson B; 25:1 v/v), beratnya, kemudian disimpan pada oven suhu
kemudian dipanaskan dengan water bath pada 40°C selama 24 jam. Setelah 24 jam cawan petri
suhu 100°C selama 20 menit. Larutan sampel dikeluarkan dari oven dan ditimbang (berat
didinginkan sampai mencapai suhu kamar, total). Berat lemak selisih dari berat total
kemudian ditambahkan 1 mL larutan dikurangi dengan berat cawan petri kosong.
arsenomolybdat. Larutan sampel digojog,
kemudian ditambahkan akuades 7 mL dan Uji organoleptik
digojog lagi. Larutan sampel diukur penyerapan Dua puluh panelis diminta untuk
(absorbansi) cahaya tampak (visible) pada mengurutkan intensitas rasa, aroma dan warna
RAHAYU dkk. – Analisis nutrisi kecap Leucaena leucocephala 17
sampel berdasarkan kesukaannya terhadap amilosa akan menghasilkan glukosa dan maltosa,
kecap lamtoro gung dan 3 kecap komersial yaitu sedang pemecahan amilopektin akan meng-
Lombok Gandaria, ABC, dan Bango. Nilai hasilkan glukosa, maltosa, dan limit dekstrin.
diberikan dalam bentuk ranking dari yang Aktivitas enzim -amilase A. oryzae masih
sangat disukai (diberi skor 4) sampai yang berlangsung selama fermentasi moromi (Frazier
kurang disukai (diberi skor 1) (Kartika dkk., and Westhoff, 1988). Hal ini mengakibatkan
1988). kadar pati berkurang sehingga moromi menjadi
179,50 mg/g, sebaliknya gula reduksi bertambah
Analisis data menjadi 164,29 mg/g. Penurunan kadar pati dan
Uji organoleptik kesukaan rasa, aroma dan peningkatan kadar gula reduksi ditunjukkan
warna dianalisis dengan Metode Ranking pada Gambar 1.
Friedman Test (Kartika dkk., 1988). Jika terdapat
perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Analisis protein
Wilcoxon Sign Rank. Biji lamtoro gung memiliki kadar protein
yang tinggi. Berdasarkan hasil pengukuran
diperoleh kadar protein rata-rata biji lamtoro
HASIL DAN PEMBAHASAN gung 107,44 mg/g. Setelah mengalami proses
fermentasi kapang, kadar protein mengalami
Analisis karbohidrat (gula reduksi dan pati) penurunan menjadi 86,1 mg/g. Penurunan ini
Kadar karbohidrat yang diukur dalam karena aktivitas konsumsi asam amino lebih
penelitian ini adalah karbohidrat dalam bentuk tinggi daripada degradasi protein menjadi
gula reduksi dan pati. Pati dapat dihidrolisis oleh protein terlarut oleh enzim protease A. oryzae.
enzim, misalnya enzim -amilase (Whistler et al., Protein terlarut selanjutnya dikonsumsi oleh A.
1984). A. oryzae kaya akan enzim -amilase. Pada oryzae, sehingga kadarnya menurun.
proses fermentasi kapang (koji), enzim ini Selama fermentasi kapang terjadi penurunan
bekerja aktif, sehingga kadar pati berkurang dari kadar mimosin (Ganjar dan Steinkraus, 1974
274,36 mg/g pada biji menjadi 260,92 mg/g pada dalam Pakpahan, 1986). Senyawa tersebut
koji (Gambar 1). Penurunan kadar pati ini diikuti dikonsumsi oleh mikroorganisme karena
peningkatan kadar gula reduksi dari 78,38 mg/g strukturnya analog dengan L-tirosin. Pada
pada biji menjadi 119,08 mg/g pada koji. Hal ini pengukuran menggunakan Lowry, mimosin
terjadi karena hidrolisis pati oleh enzim - terukur sebagai suatu asam amino, sehingga
amilase A. oryzae menjadi gula reduksi. Enzim - kadar protein terlarut pada biji tinggi karena di
amilase A. oryzae merombak pati dalam biji dalamnya masih terdapat senyawa mimosin.
menjadi glukosa dan maltosa dalam koji. Selama fermentasi moromi kadar protein
Menurut Whistler et al., (1984) pemecahan terlarut meningkat menjadi 208,56 mg/g
Gambar 1. Kadar gula reduksi dan pati pada biji, koji, Gambar 2. Kadar protein pada biji, koji, dan moromi
dan moromi lamtoro gung dalam pembuatan kecap lamtoro gung dalam pembuatan kecap secara
secara fermentasi oleh A. oryzae. Keterangan: A. Waktu fermentasi oleh Apergillus oryzae. Keterangan: A.
fermentasi kapang 3-5 hari. B. Waktu fermentasi Waktu fermentasi kapang 3-5 hari. B. Waktu
moromi 30 hari. fermentasi moromi 30 hari.
18 Bioteknologi 2 (1): 14-20, Mei 2005
(Gambar 2). Hal itu menunjukkan bahwa protein Tabel 1. Skor uji organoleptik kecap lamtoro gung
kompleks mengalami proteolisis oleh enzim yang dibuat secara fermentasi oleh A. oryzae.
protease menjadi fraksi-fraksi peptida yang lebih
Rata-rata ranking
pendek dan asam-asam amino, sehingga Nama
Rasa Aroma Warna
meningkatkan kadar protein terlarut.
Lamtoro gung 2,25ab 1,90a 2,28
Peningkatan yang terjadi ini diakibatkan pada Lombok Gandaria 1,80a 2,25ab 2,40
saat fermentasi dalam larutan garam, enzim yang ABC 2,75bc 3,10b 2,58
dihasilkan pada proses fermentasi kapang masih Bango 3,20c 2,75ab 2,75
bersifat aktif. Menurut Rolling dan Prasetyo Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda
(1995), aktivitas dan stabilitas enzim ini pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata
dipengaruhi oleh pH dan suhu. ("=0,05). Skor 4 (sangat disukai) sampai skor 1 (kurang
disukai).
Tabel 2. Kadar karbohidrat (gula reduksi dan pati), protein dan lemak kecap moromi lamtoro gung yang
difermentasi dengan Aspergillus oryzae dan kecap moromi kedelai yang difermentasi Rhizopus oryzae.
Kecap
Kadar
Lamtoro gung (mg/g) Kedelai* (mg/g) Lamtoro gung (%) Kedelai*(%)
Karbohidrat Gula reduksi 164,29 164,66 16,43 16,47
Pati 179,50 165,31 17,95 16,53
Protein 208,56 201,00 20,86 20,10
Lemak 80,86 141,05 8,09 14,11
lebih baik. Selain itu juga disebabkan lamtoro yang tinggi dalam bahan pangan kurang
gung memiliki aroma yang berbeda dari aroma dikehendaki. Kadar karbohidrat kecap lamtoro
bahan baku kecap pada umumnya dan biasanya gung dalam bentuk gula reduksi lebih rendah
aroma ini cenderung kurang disukai sehingga daripada kecap kedelai, akan tetapi kadar
berpengaruh pada aroma kecap. karbohidrat dalam bentuk pati lebih tinggi
daripada kecap kedelai.
Uji organoleptik warna Ditinjau dari aspek ekonomi, kecap lamtoro
Berdasarkan analisis statistik non parametrik gung lebih ekonomis karena harga biji lamtoro
warna, keempat kecap tersebut tidak berbeda gung lebih murah daripada biji kedelai.
nyata karena warna keempatnya hampir sama Sedangkan gizi yang dapat diperoleh tidak
yaitu berwarna coklat gelap agak kehitaman. berbeda. Permasalahannya adalah masyarakat
Warna terjadi karena reaksi browning antara belum mengetahui potensi lamtoro gung sebagai
asam amino dengan gula reduksi (Astawan dan bahan pangan alternatif yang bergizi tinggi
Astawan, 1991). Warna kecap sangat penting sehingga sosialisasi dan pemasyarakatan lamtoro
karena erat hubungannya dengan rasa yang gung perlu terus dilakukan. Dengan demikian
dihasilkan. Penambahan gula kelapa diharapkan lamtoro gung dapat digunakan
menyebabkan warna coklat karamel dan untuk memenuhi salah satu kebutuhan gizi
viskositasnya naik yang merupakan sifat spesifik masyarakat sehingga dapat membantu
kecap traditional. Kriteria warna yang paling mengatasi permasalahan kekurangan gizi.
disukai pada kecap yaitu berwarna gelap
mendekati kehitaman. Hal ini menunjukkan
bahwa warna kecap lamtoro gung tidak kalah KESIMPULAN
dengan kecap produk lainnya.
Kadar gula reduksi biji, koji dan moromi
Potensi kecap lamtoro gung masing-masing adalah 78,38 mg/g; 119,08 mg/g;
Biji lamtoro gung mempunyai potensi yang dan 164,29 mg/g. Kadar pati pada biji, koji dan
besar sebagai sumber bahan pangan alternatif. moromi masing-masing adalah 274,36 mg/g;
Kadar karbohidrat, protein dan lemak lamtoro 260,92 mg/g; dan 179,50 mg/g. Kadar protein
gung yang diolah menjadi kecap dibandingkan terlarut pada biji, koji dan moromi masing-
dengan hasil pengolahan kedelai oleh Rhizopus masing adalah 107,44 mg/g; 86,1 mg/g; dan
oryzae, menurut Septiani (2004) disajikan pada 208,56 mg/g. Kadar lemak pada biji, koji dan
Tabel 2. moromi masing-masing adalah 158,87 mg/g;
Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat diketahui 51,35 mg/g; dan 80,86 mg/g. Hasil uji
bahwa kadar nutrisi lamtoro gung hampir sama organoleptik, rasa kecap lamtoro gung setara
dengan kedelai, bahkan kadar protein kecap dengan kecap ABC, sedangkan aroma memiliki
lamtoro gung lebih tinggi daripada kecap skor terendah dibandingkan tiga merek kecap
kedelai. Berdasarkan SII, kecap lamtoro gung komersial lainnya. Dari segi warna, keempat
dapat digolongkan dalam kecap no 1 karena kecap tersebut tidak berbeda nyata. Lamtoro
kadar proteinnya lebih dari 6% yaitu sekitar gung mempunyai potensi sebagai bahan baku
20,86%. Kadar lemak kecap lamtoro gung lebih pembuatan kecap melalui proses fermentasi oleh
rendah daripada kadar lemak kecap kedelai, hal A. oryzae.
ini menguntungkan mengingat biasanya lemak
20 Bioteknologi 2 (1): 14-20, Mei 2005