Widya Ayu Asfiksia
Widya Ayu Asfiksia
Widya Ayu Asfiksia
W DENGAN ASFIKSIA DI
PUSKESMAS BAURENO
Oleh :
WIDYA AYU ANTIKA 2020740084
Oleh :
WIDYA AYU ANTIKA 2020740084
Di
Politeknik Kesehatan
Wira Husada Nusantara-Malang
Oleh :
Widya Ayu Antika
2020740084
Tanggal Pengesahan :
Disetujui Oleh :
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes
Wira Husada Nusantara-Malang
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan ASKEB yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN PADA BAYI NY. W DENGAN ASFIKSIA DI PUSKESMAS
BAURENO”. Askeb ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam rangka meraih gelar Ahli Madya Kebidanan di Politeknik Kesehatan Wira
Husada Nusantara.
iv
BAB I PENDAHULUAN
17
2.1 Konsep PePuskesmasalinan
1. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak bernafas
secara spontan dan teratur.23
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi barulahir yang mengalami gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi
tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam
arang dari tubuhnya.20
Kesimpulan dari pengertian diatas asfiksia adalah suatu keadaan
dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan setelah lahir.
2. Etiologi Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit
pertama kelahirannya, setelah itu diikuti dengan pernapasan teratur.
Asfiksia janin/bayi baru lahir terjadi apabila terdapat gangguan
pertukaran gas atau transport oksigen dari ibu kejanin. Gangguan
transport oksigen tePuskesmasebut dapat timbul pada masa kehamilan,
pePuskesmasalinan atau segera setelah lahir.24
Ada beberapa faktor penyebab asfiksia yaitu:
a. Faktor ibu
1) Hipoksia ibu dan gangguan aliran darah uterus
2) Pre-eklamsia dan eklamsia
3) Perdarahan anterpartum 4) Partus lama.
5) Demam selama hamil
6) Infeksi Berat (malaria, sifilis dan TBC)
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengarahi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan
plasenta dll.
c. Faktor fetus
18
1) Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin.
2) Lilitan tali pusat
3) Tali pusat pendek
4) Simpil tali pusat
5) Prolapsus tali pusat
d. Faktor neonatus
1) Bayi premature
2) Mekonium dalam ketuban
3) Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir yang terjadi
karena beberapa hal, yaitu: Pemakaian obat anestesi atau
analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, trauma yang
terjadi pada pePuskesmasalinan, kelainan kongenital pada
bayi.21
3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksa.
a. Usia Ibu
Usia ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
untuk menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk
menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia
mudah/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa
takut terhadap kehamilan dan pePuskesmasalinan, hal ini
dikarenakan pada usia tePuskesmasebut ibu mungkin belum siap
untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk
hamil. begitu juga kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan
menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
pePuskesmasalinannya serta alat reproduksi ibu terlalu tua untuk
hamil.28
b. Partus lama
Partus lama merupakan pePuskesmasalinan yang berlangsung
lebih dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada
19
multipara. Bila pePuskesmasalinan berlangsung terlalu lama, maka
bisa menimbulkan terjadi komplikasi baik terhadap ibu dan bayi akan
mengalami asfiksia.
PePuskesmasalinan pada primi lebih lama 5-6 jam dari pada multi.
Bila pePuskesmasalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan
komplikasi- komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak,
dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Partus lama
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
asfiksia dan dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu
maupun pada bayi serta dapat meningkatkan angka kematian ibu dan
bayi.
Partus lama dapat menyebabkan kejadian asfiksia pada bayi baru
lahir, hal ini disebabkan karena semakin lama janin berada di pintu
panggul, maka janin akan mengalami hipoksia sehingga terjadilah
asfiksia.41
20
atau partus yang berlangsung dalam waktu 3 jam, yang
mengakibatkan hal yang fatal seperti terjadinya pePuskesmasalinan
tidak pada tempatnya, terjadi trauma pada janin, trauma jalan lahir
ibu yang luas, dan dapat menyebabkan asfiksia.40
21
5. Klasifikasi Klinis
Asfiksia dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi di bawah ini:
a. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0 – 3).
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4 – 6).
c. Asfiksia Ringan(nilai APGAR 7 – 10).19
6. Penilaian Asfiksia Neonatorium
Ada lima hal yang bisa dinilai sebagai berikut:
a. Apperance : penampilan, memperhatikan warna kulit bayi.
b. Pulse : menghitung frekuensi denyut jantung
c. Grimance : melihat usaha nafas bayi, bisa dilihat dari kuat
lemahnya tangisan bayi
d. Activity : melihat tonus otot bayi, aktif atau tidak
22
a. Anamnesis.
Dalam wawancara dengan penderita (ibu), bidan menanyakan atau
mengkaji.26
1) Adanya riwayat usia kehamilan kurang bulan.
2) Adanya riwayat air ketuban bercampur meconium.
3) Adanya riwayat lahir tidak bernafas atau menangis.
4) Adanya riwayat gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan
tali pusat, sungsang, ekstrasi vakum, ekstrasi foPuskesmasep,
dll).
b. Pemeriksaan fisik
Pada saat pemeriksaan fisik bayi ditemukan.27
1) Bayi tidak bernafas atau megap – megap.
2) Denyut jantung kurang dari 100 x/menit.
3) Kulit sianosis, pucat.
4) Tonus otot menurun
8. Pencegahan Asfiksia Neonatorum
Pencegahan, eliminasi dan antisipasi terhadap faktor-faktor resiko
asfiksia neonatorum menjadi prioritas utama.Bila ibu memiliki faktor
resiko yang memungkinkan bayi lahir dengan asfiksia, maka langkah-
langkah antisipasi harus dilakukan.Pemeriksaan anternal dilakukan
minimal 4 kali selama kehamilan seperti anjuran WHO untuk mencari
dan mengeliminasi faktor-faktor resiko. Bila bayi beresiko lahir 10
premature yang kurang dari 34 minggu, pemberian kortikosteroid 24 jam
sebelum lahir menjadi prosedur rutin yang dapat membantu maturasi
paru-paru bayi dan mengurangi komplikasi sindroma distres
pernafasan.21
23
Penatalaksanaan asfiksia sebagai berikut:
a. MembePuskesmasihkan jalan napas dengan penghisap lendir dan
kasa steril
(cara penatalaksanaan lihat pada bayi normal)
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik
c. Apabila bayi tidak menangis lakukan cara sebagai berikut :
1) Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki,
mengelus- ngelus, dada, perut atau punggung.
2) Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan mount
(napas buatan mulut ke mulut)
d. Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan asfiksa
dengan cara:
1) Membungkus bayi dengan kain hangat
2) Badan bayi harus dalam keadaan kering
3) Jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan minyak
atau baby oil untuk membePuskesmasihkan tubuhnya.
4) Kepala bayi ditutup dengan baik atau topi kepala yang terbuat
dari plastik
e. Apabila nilai apgar pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya:
1) MembePuskesmasihkan badan bayi
2) Perawatan tali pusat
3) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat 4) Melaksanakan
antropometri dan pengkajian kesehatan.
5) Memasang pakaian bayi.
6) Memasang tanda pengenal bayi
f. Mengajarkan orang tua/ibu cara :
1) MembePuskesmasihkan jalan napas
2) Menetekkan yang baik
3) Perawatan tali pusat
4) Memandikan bayi
5) Mengobservasi keadaan pernapasan bayi
24
g. Menjelaskan pentingnya:
1) Pemberian ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun Makanan
bergizi bagi ibu
2) Makanan tambahan buat bayi diatas usia ± 4 bulan
3) Mengikuti program KB segera mungkin
h. Apabila nilai apgar pada menit kelima belum mencapai nilai
normal, pePuskesmasiapkan bayi untuk rujuk kePuskesmas.
Jelaskan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk
kePuskesmas.25
10. Prinsip dasar Asfiksia pada BBL
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat
dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan
menjadi stabil pada frekuensi 120 sampai 140 per menit dan sianosis
sentral menghilangkan dengan cepat. Akan tetapi beberapa bayi
mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot
yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan
yang wajar.
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup :
a. Asfiksia
b. Bayi kurang bulan
c. Penyakit neuromuskular bawaan (kongenital)
d. Cacat bawaan.
e. Hipoksia intrapartum.29
11. Tindakan Resusitasi sesuai Tingkatan Asfiksia
Cara pelaksanaan resusitasi sesuai dengan tingkatan asfiksia, antara lain:
a. Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat.
2) BePuskesmasihkan jalan napas dengan penghisap lendir pada
hidung kemudian mulut.
3) BePuskesmasihkan badan dan tali pusat.
4) Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor dan masukkan ke
dalam inkubator.
25
b. Asfiksia sedang (apgar skor 4-6) 1)
BePuskesmasihkan jalan napas.
2) BePuskesmasihkan oksigen 2 liter/menit.
3) Rangsangan pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila
belum bereaksi, bantu pernapasan dengan masker (sungkup).
4) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml. Dektrosan 40%
sebanyak 4 ml disuntikan melalui vena umbilikasi secara
perlahan-lahan untuk mencegah tekanan Intra Cranial
meningkat.
c. Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
1) BePuskesmasihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup.
2) Berikan oksigen 4-5 liter/menit.
3) Bila tidak berhasil lakukan ondotrakeal tube (ETT).
4) BePuskesmasihkan jalan napas melalui ETT.
5) Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis,
berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml. Dekstrosa
40% sebanyak 4 ml.29
26
pengetahuan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui pengaruh pekerjaan
terhadap kesehatan klien
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan lebih
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanya untuk mengetahui adanya penyakit menular dan menahun
seperti DM, hipertensi, asma, dan tidak punya Riwayat hamil kembar.
4) Riwayat Kesehatan yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui adanya penyakit menular, menurun dan
menahun seperti DM, hipertensi, asma
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menular, menurun dan menahun.
6) Riwayat haid
Ditanyakan untuk mengetahui menarche, lama haid, banyaknya,
HPHT, Disminorhea.
7) Riwayat Perkawinan
Ditanyakan untuk mengetahui usia pertama menikah dan lama
nikah 8) Riwayat Kehamilan, pePuskesmasalinan, dan nifas yang
lalu.
Perlu dikaji untuk mengetahui kehamilan yang ke berapa, bagaimana
dengan pePuskesmasalinan yang lalu, ditolong oleh siapa, jenis
pePuskesmasalinannya, tempat pePuskesmasalinan, bagaimana
keadaan setelah pePuskesmasalinan atau nifas, meneteki, dan KB
yang digunakan.
9) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Istirahat
27
Sudah cukup atau belum, terganggu atau tidak, normalnya malam
± 8-9 jam/hari dan tidur siang ± 1-3 jam /hari.
b. Pola Nutrisi
Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah mencukupi atau belum,
dan adakah pantangan makanan atau tidak normalnya makan 3 x
sehari, dengan menu 4 sehat 5 sempurna.
c. Pola Aktivitas
Tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang terlalu berat
d. Pola Eliminasi
BAK normalnya 3-4 x /hari, BAB normalnya 1 x sehari
28
Keadaan Umum : baik s/d lemah
29
Keasadaran : Composmentis s/d coma
Tekanan Darah : Normal 110/70 – 120/80 mmHg
Nadi : Normal 70 – 90 x/menit
RR : Normal 16 – 24 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : warna rambut, rontok/tidak, adakah kelainan
pada kepala
30
Leopold II : punggung kanan /
punggung kiri
Leopold III : bagian terendah kepala /
bokong
Leopold IV : Kepala sudah seberapa jauh
masuk PAP
His : Berapa kali dalam 10 menit
dengan kekuatan berapa detik.
31
Hari/tanggal pengakajian : Rabu, 10 Mei 2023 Tempat pengkajian
: Ruang BePuskesmasalin Puskesmas Baureno Waktu pengkajian : 02.00
WIB Nama pengkaji : Ferra Novianti
32
darah dan vitamin yang diberikan oleh bidan, dan selama dikandungan
bayi tidak ada penyulit.
33
5. Penilaian Bayi Baru Lahir
Bayi merintih, warna kulit kebiruan, tonus otot kurang aktif
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
3) Kulit : Sianosis.
4) Tonus Otot : gerakan kurang aktif.
3.3 Analisa
3.4 Penatalaksanaan
02.55 WIB Menjepit potong tali pusat dan mengikat tali pusat
02.55 WIB Menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan bayi dengan
kain pernel, menggantikan kain pernel dan menempatkan
bayi di infant warmer dengan radiasi panas yang mengenai
bayi suhunya antara 35oC- 37oC.
02.55 WIB Memposisikan bayi dalam posisi sedikit ektensi sekitar 3 cm untuk
membuka jalan nafas.
02.55 WIB MembePuskesmasihkan jalan nafas dengan dilakukan suction
dengan memasukkan kanul section secara hati-hati (hidung ±
5 cm, mulut ±10 cm) dan menghisap lendir dengan menutup
34
lubang kanul, menarik keluar perlahan sambil memutar (+ 5
detik )
35
03.45 WIB Mengobservasi TTV, keadaan umum bayi terlampir
36
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam BAB ini penulis akan membahas kesesuaian dan kesenjangan yang ditemukan
antara teori dan praktek dilapangan, serta kendala-kendala yang terjadi dilapangan selama
melakukan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By.Ny.W dengan Asfiksia Sedang di
Puskesmas Baureno.
21
tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang
diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir mengendalikan rasa
nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi kecemasan pasien. Dukungan
psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang
sedang berlangsung. Dengan kondisi psikologis yang positif proses persalinan akan berjalan
lebih mudah.
Dari riwayat persalinan ibu, ketuban meconium, bayi lahir dengan bantuan dorongan fundus
uteri karena sudah dipimpin meneran satu jam bayi belum lahir dan ibu kehabisan tenaga.
Dalam hal ini sesuai dengan teori, menurut Prawirohardjo (2011) Apabila kondisi ketuban
bermasalah, maka pertumbuhan paru juga akan bermasalah dan berdampak pada asfiksia. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Septiana (2015), menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kondisi ketuban bercampur mekonium dengan kejadian asfiksia ada bayi baru lahir.
Menurut (Mochtar,2008) bahwa partus lama merupakan faktor penyebab asfiksia pada bayi
baru lahir. Partus lama dapat menyebabkan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, hal ini
disebabkan karena semakin lama janin berada di pintu panggul, maka janin akan mengalami
hipoksia sehingga terjadilah asfiksia.
4.5 Penatalaksanaan
Asuhan Kebidanan pada bayi Ny.W sesuai dengan advice dokter dan prosedur Puskesmas
Umum Sekarwangi adalah menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan bayi dengan kain
pernel, menggantikan kain pernel dan menempatkan bayi di infant warmer dengan radiasi panas
yang mengenai bayi suhunya antara 35 oC- 37oC. Memposisikan bayi dalam posisi sedikit ektensi
sekitar 3 cm untuk membuka jalan nafas. Membersihkan jalan nafas dengan dilakukan suction
dengan memasukkan kanul section secara hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm) dan
menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan sambil memutar
(+5detik).
Bayi diberikan rangsangan taktil dengan menepuk bagian punggung hingga telapak kaki,
bayi langsung menangis namun kurang kuat. Mengeringkan kembali bayi dengan menggunakan
pernel. Bayi langsung diberikan salf mata eritromisin untuk mencegah infeksi pada mata dan
menyuntikkan vitamin K1 di 1/3 lateral paha kiri untuk mencegah perdarahan di otak. Dalam hal
ini, sesuai dengan teori, menurut (Arief dan Kristiyanasari,2009) bahwa pemberian Vit.K dan
salep mata diberikan ketika keadaan bayi membaik atau setelah pasca resusitasi.
Memasangkan oksigen 0,5 liter sesuai advice dokter untuk memperbaiki keadaan umum
bayi. Memasangkan infus dextrose 10% dengan 8 tetes permenit untuk di lengan kanan sesuai
advice dokter untuk perbaikan cairan/nutrisi, dan memasangkan OGT untuk test feeding.
Hal ini sesuai dengan teori, menurut (Maryati, 2011) penanganan pada asfiksia sedang ialah
Asfiksia sedang (apgar skor 4-6).29 a. Bersihkan jalan napas.
b. Bersihkan oksigen 2 liter/menit.
c. Rangsangan pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum bereaksi, bantu
pernapasan dengan masker (sungkup).
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium bikarbonat 7,5%
sebanyak 6 ml. Dektrosan 40% sebanyak 4 ml disuntikan melalui vena umbilikasi secara
perlahan-lahan untuk mencegah tekanan Intra Cranial meningkat.
BAB VI
5.1 Kesimpulan
Pada bab ini penyusun mengambil suatu kesimpulan dari laporan kasus yang berjudul
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By.Ny.W dengan asfiksi sedang di Puskesmas
Baureno
1. Data Subjektif yang didapatkan yaitu air ketuban berwarna meconium dan bayi lahir
dengan bantuan dorongan fundus uterus yang dilakukan oleh bidan karena sudah ibu
dipimpin meneran satu jam bayi belum lahir dan ibu kehabisan tenaga.
2. Pada data Objektif berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, bayi Ny.W
lahir tanggal 19 Pebruari 2023 jam 02.55WIB dengan bantuan dorongan fundus uteri
ditolong oleh bidan di RSUD Sekarwangi, jenis kelamin perempuan adalah keadaan
bayi lahir merintih, warna kulit kebiruan, tonus otot kurang aktif. Dengan apgar score
4/6
3. Analisa yang dapat ditegakkan yaitu Bayi Ny.W Neonatus Cukup Bulan – Sesuai
Masa Kehamilan dengan Asfiksia sedang.
4. Penatalaksaan yang dilakukan oleh bidan adalah menjaga kehangatan bayi,
memposisikan bayi dalam posisi ektensi untuk membuka jalan nafas, membersihkan
jalan nafas dengan dilakukan suction, memberikan rangsangan taktil, dan
berkolaborasi dengan dokter untuk advice dokter dengan memasangkan oksigen 0,5
liter, mengambil sampel darah bayi, memasangkan infus dextrose 10% di lengan
kanan.
5. Faktor pendukung dalam memberikan asuhan kepada klien, yaitu mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak baik dari lahan praktik seperti dokter, bidan, perawat
yang selalu memberikan kepercayaan, pengetahuan, dan saran yang berarti sehingga
dapat terjalin kerjasama dalam memberikan asuhan bayi baru lahir yang sesuai
dengan program tetap penanganan pada bayi dengan asfikisia Puskesmas. Sikap ibu,
suami dan keluarga yang antusias dan bekerjasama dengan baik sehingga
memudahkan penulis untuk menggali permasalahan melalui pengkajian
danpemeriksaan fisik sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan serta
dapat diterima baik oleh pasien.
24
6. Faktor penghambat dalam memberikan asuhan kepada klien, penulis mendapatkan
hambatan pada komukasi karena keterbatasan bahasa. Ibu dan keluarga lebih
cendrung mengerti bahasa sunda.
5.2 SARAN
1. Untuk Puskesmas
Diharapkan agar meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan SOP serta teori,
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kepercayaan dari pengguna jasa
pelayanan, khususnya pelayanan kebidanan pada bayi dengan asfiksia
2. Untuk keluarga
Ibu dan keluarga mampu memberikan asuhan bayi baru lahir sehari- hari, tidak lupa
untuk memberikan imunisasi pada bayinya, mengetahui tanda bahaya pada bayi baru
lahir serta segera membawa bayi ke tenaga kesehatan bila terjadi hal tersebut
3. Untuk profesi bidan
a. Diharapkan bidan untuk meningkatkan kualitas asuhan sesuai dengan teori yang
terus berkembang namun tetap berdasarkan wewenang sebagai bidan sehingga
asuhan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan
bermanfaat bagi klien.
b. Diharapkan bidan untuk mempelajari bahasa daerah setempat agar tidak terjadi
perbedaan persepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Anik Maryunani. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : CV. Trans Info Media.2010
Dinas Kesehatan Jawa Timur. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
Anik Maryunani. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info
Medika. 2013.
Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC. 2010.
Sudarti, dkk. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta.
2013.
26