Teti Permana - 17 - 20591187 - PGMI 6 H

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP MENTAL DAN

PRESTASI BELAJAR ANAK

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


Institut Agama Islam Negeri Curup
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Pengajuan Skripsi

Mahasiswa

Teti Permana
NIM. 20591187

Penasehat Akademik

Ratnawati M.Pd
NIP. 196709111994032002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBITYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2023

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Fokus Penelitian............................................................................................9
C. Rumusan Masalah.........................................................................................9
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
E. Manfaat Penelitian......................................................................................10

BAB II...................................................................................................................11

LANDASAN TEORI............................................................................................11
A. Minat Belajar.................................................................................................11
B. Anak Broken Home.......................................................................................16
C. Keluarga Broken Home................................................................................19
D. Penelitian Relavan........................................................................................24

BAB III..................................................................................................................26

METODE PENELITIAN....................................................................................26
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian..................................................................26
B. Lokasi Penelitian...........................................................................................26
C. Sumber Data................................................................................................27
D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................27
E. Teknik Analisa Data.....................................................................................30
F. Teknik Uji Keabsahan Data.......................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah lembaga sosial yang memiliki peran penting dan


utama dalam mempengaruhi anak. Menurut Gooden “ keluarga adalah
institusi sosial yang ada dalam masyarakat”. Interaksi pertama dan paling kuat
adalah keluarganya. Terutama dengan orang tuanya yang berguna sebagai
teladan dan panutan untuk bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat diluar
keluarga inti1.

Tidak luput dari kenyataan yang ada bahwa semakin hari semakin
banyak keluarga yang menggalami broken home. Beberapa kasus diantaranya
mungkin disebabkan oleh perselingkuhan, perbedaan prinsip hidup, atau sebab
– sebab lainnya yang bisa disebakan oleh masalah internal maupun eksternal
dari kedua belah pihak. Akan tetapi, yang jelas kasus-kasus broken home itu
sama halnya dengan kasus sosial lainya. Satu hal yang pasti, hubungan
interpersonal diantaranya suami istri dalam keluarga broken home telah
semakin memburuk2. Keadaan fisik juga menjadi alasan bagi pasangan suami
istri dalam meyikapi masalah broken home, meskipun dalam beberapa sumber
disebutkan bahkan kedekatan fisik tidak mempengaruhi kedekatan personal
antara individu. Inti dari semuanya adalah komunikasi yang baik antaranya
pasangan. Dalam komunikasi ini, berbagai faktor kejiwaan termuat
didalamnya, sehingga patut mendapat perhatian utama3.

Menurut Willis (2015), broken home dapat dilihat dari dua aspek
yaitu, keluarga yang utuh yang disebabkan salah satu orang tua meninggal
1
Sofiyulloh. “Analisis Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa Mts Al
Hidayah Wonorejo Pasuruan” Jurnal Tarbawi Studi Pendidikan Islam Vol. 7 Nomor 02 Septembet
2019. hal 6
2
Izhar Salim. “Analisis Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa Sma
Santun Untan Pontianak”. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol 8 Nomor 03
Tahun 2017. Hal 8
3
Afandi. 2009. Pendekatan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi.
( Yogyakarta: Gramedia), hal 1

4
atau bercerai, dan anak yang orang tua tidak bercerai namun tidak
memperlihatkan hubungan kasih sayang atau sering bertengkar 4. Dalam
suasana yang broken home bukan hanya komunikasi yang memburuk, tetapi
juga terdapat aspek yang relevan dalam hubungan itu, sehingga menyebabkan
berkurangnya ketertarikan antara diri dan pasanganya. Dalam hal ini, dapat
diuraikan bahwa dalam keluarga yang broken home antar pasangan yang
terjadi pelemahan rasa saling menilai secara potitif, yang terjadi penilaian
menjadi cenderung negatif antara satu pasangan denga pasangannya5.

Semua fenomena diatas akan berdampak pada perkembangan minat


belajar anak dalam keluarga itu. Pengaruh faktor broken home keluarga
menjadi faktor negatif dalam penemuan identitas yang sehat, sehingga anak
cenderung mengalami fase kebingungan identitas. Hal ini dikarenakan adanya
pengabaian dari orang tuanya. Lebih jauh, terdapat sifat-sifat penghambatan
kepribadian yang sehat yang terwujud dalam kepribadian yang sehat dalam
kepribadian anak6.

Ayah, ibu dan anak adalah keluarga inti yang merupakan organisasi
terkecil dalam kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya, keluarga merupakan
wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan anak. Didalam keluarga, anak
akan mendapatkan pendidikan pertama mengenai berbagai tatanan kehidupan
yang ada di masyarakat. Keluargalah yang mengenalkan anak akan aturan
agama, etika sopan santun, aturan yang bermasyarakat, dan aturan-aturan tidak
tertulis lainnya yang diharapkan dapat menjadi landasan kepribadian anak
dalam menghadapi lingkungan. Keluarga juga yang akan menjadi motivator
terbesar yang tiada henti saat anak membutuhkan dukungan dalam menjalani
kehidupan dimasa studinya7.

4
Sofiyulloh. “Analisis Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa Mts Al
Hidayah Wonorejo Pasuruan” Jurnal Tarbawi Studi Pendidikan Islam Vol. 7 Nomor 02 Septembet
2019. hal 6

5
Willis (2015). Konseling Keluarga( Family Counseling ). Bandung : Alfabeta. hal 2
6
Siti Murni. “Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Dan Akhlak Siswa SMPN 2
Kota Besi “ Jurnal IAIN Palangka Raya, 2021

5
Namun, melihat kondisi masyarakat saat ini, fungsi keluarga sudah
mulai tergeser keberadannya. Semua anggota keluarga khususnya orang tua
menjadi sibuk dengan aktivitas pekerjaannya dengan alasan untuk menafkahi
keluarga. Peran ayah sebagai kepala keluaraga menjadi tidak jelas
keberadaannya, karena sering kali ayah zama sekarang bekerja diluar kota dan
hanya pulang satu minggu ataupun pergi dan pulang larut malam. Ibulah yang
menggantikan peran ayah dirumah dalam mendidik serta mengatur seluruh
kepentingan anggota keluarganya8.

Masalah akan semakin berkembang tatkala ibupun menjadi seorang


wanita pekerja dengan beralih membantu perekonomian keluarga ataupun
berambisi menjadi wanita karir, sehingga melupakan anak dan keluarganya.
Banyak ditemukan ibu menjadi super woman yang bekerja dua puluh empat
jam dalam sehari. Itupun jika ibu mampu dengan cerdas mengelola waktu
bekerja diluar rumah tangganya. Ketika ayah dan ibu sibuk dengan
aktivitasnya masing-masing, lalu kemanakah anak –anak mereka, anak yang
seharusnya memiliki hak mendapatkan kehangatan dalam keluarganya9.

Oleh karena orang tua tidak punya waktu banyak untuk berdialog,
berdiskusi atau bahkan hanya untuk saling bertegur sapa. Saat orang tua
pulang bekerja, anak sudah tidur dengan lelapanya dan saat anak terbangun
tidak jarang orang tua sudah pergi bekerja atau anaknya yang harus pergi
kesekolah10. Ketika anak protes dan mengeluh, orangtua hanya cukup
memberikan pengertian bahawa ayah dan ibu bekerja untuk kepentingan anak
dan keluarga juga. Orangtua sekarang sering merasa sulit mengerti keinginan
ananknya, tanpa mereka sadari bahwa orangtualah yang harus mengerti
keadaan anaknya. Namun, orang tua seringkali tidak mengetahui kebutuhan
psikologi anak yang sama pentingnya dengan memenuhi kebutuhan hidup.
7
Munirwan Umar. “Peran Orang Tua Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak”. Jurnal
Bimbingan Konseling, Vol 1 Nomor 1 2015. Hal 20-18
8
Meleyong ,2006. Meteologi Pendidikan Kualitatif. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya), hal 10
9
Robert Gague, 1998. Prinsip-prinsip Belajar Untuk Pengajaran Di Sekolah. (Surabaya: Usaha
Internasional), hal 23
10
Efrinaus Ruli. “Tugas Dan Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak “ . Jurnal Edukasi Non
Formal Vol 1 No 1 2020.

6
Anak membutuhkan kasih sayang berupa perhatian, sentuhan, teguran, dan
arahan dari ayah dan ibunya, bukan hanya dari pengasuhnya ataupun dari
nenek kakeknya11.

Perhatian yang diperlukan anak dari orang tuannya adalah disayangi


dengan sepenuh hati dengan bentuk komunikasi verbal secara langsung
dengan anak, meski hanya untuk menanyakan aktivitas sehari harinya.
Menanyakan sekolahnya, temannya, gurunya, mainanya, kesenangannya,
hobinya, cita-cita dan keinginannya. Ada anak sekolah yang merasa aneh, jika
temannya mendapatkan perhatia seperti itu dari orang tuannya, Karena di
zaman sekarang hal tersebut menjadi sangat mahal harganya dan tidak semua
anak mendapatkannya12.

Pengaruh dari keegoisan dan kesibukan orang tua serta kurangnya


waktu untuk anak dalam memberikan kebutuhannya menjadi anak memiliki
karakter mudah emosi (sensitif), kurangnya konsenterasi belajar, tidak peduli
terhadap lingkungan dan sesamanya, tidak tahu sopan santun, tidak tahu etika
bermasyarakat, mudah marah dan cepat tersinggung, senang mencari perhatian
orang lain, ingin menang sendiri, susah diatur, suka melawan orangtua, tidak
memiliki tujuan hidup, dan kurang memilki daya juang. Jika anak melanggar
norma tersebut, sudah merupakan kewajiban orang tua sebagai pendidik
pertama bagi anak-anaknya untuk memberi teguran yang disertai penjelasan
logis sesuai dengan perkembangan bersikap dan berperilaku yang sesuai
dengan norma-norma masyarakat13.

Anak yang masih lengkap struktur dalam keluarganya, biasanya


memiliki perhatian yang penuh dari orang tua terhadap kegiatan belajarnya ,
pada kemajuan belajar anak. Sebaliknya jika anak tumbuh dalam keluarga

11
Winkle, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran (Jakarta : Gramedia), hal 9
12
Angga Ernando. “Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Berlatar Belakang Broken
Home di SMA Adibah Padang “ Jurnal Kajian Pendidikan Dan Pembelajaran Vol 2 Nomor 2
Tahun 2020. Hal 93-100
13
Syahriman. “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Rational Emotive
Therapy Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Broken Home Di SMP Negeri 14 Kota
Bengkulu”. Jurnal Ilmiah BimbinganDan Konseling Vol 4 Nomor 1 Tahun 2021 . hal 64-72

7
yang broken home, anak tidak diperhatikan secara penuh oleh kedua
orangtuanya, anak tidak begitu terarah dengan baik. Anak juga kurang
mendapat kasih sayang yang akan berdampak pada minat dalam belajarnya
disekolah14.

Anak yang mengalami keluarga broken home juga menempuh


pendidikan disekolah. Latar belakang keluarganya tentu berpengaruh pada
akademiknya disekolah. Disekolah misalnya, akan merasa minder dengan
teman-temannya karena kondisi orangtuanya yang bermasalah. Kasus
keluraga broken home yang sering kita temukan disekolah adalah malas
belajar , penyesuaian diri yang kurang baik, menyendiri, agresif, membolos,
dan suka menentang guru. Oleh sebab itu, perlu disadari bahwa harus
memperhatikan minat belajarnya karena akan mempengaruhi kegiatan belajar
dan baik atau buruknya perilaku anak tersebut15.

Bimbingan dari sekolah sangat berperan penting dalam pembentukan


diri siswa dan meningkatkan minat belajar siswa dengan memacu semangat
belajar siwa, yakni orang tua dari siwa itu sendiri. Orang tua merupakan
lingkungan yang pertama dan paling utama bagi pengembangan dan
pertumbuhan diri seorang anak16.

Menurut Slameto (2015) mengatakan, minat belajar adalah


“Sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat belajar adalah rasa tertarik
pada suatu pembelajaran agar mendapat hasil belajar yang tuntas, faktor
yang mempengaruhi minat belajar, salah satunya adalah faktor sosial
yang didalamnya ada keluarga. Minat belajar siswa yang mengalami
keluarga broken home menjadi tidak baik dan cenderung mendapat hasil

14
Helawati, 2004. Pendidikan Keluarga: Teori-Praktis. (Bandung: Remaja Rosdakarya), hal 12
15
Ratna Sari. “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Menigkatkan Minat Belajar Siswa
broken Home Di SMA N 05 Pekan Baru” Jurnal Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, 2017
16
Feni Marti Adhenova, 2014. “Resilensi Pada Remaja Yang Mengalami Broken Home” Jurnal
Perkembangan Pendidikan 29 Juli 2016, hal 100

8
belajar yang tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan
tidak dapat prestasi belajar17.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah memuat konsentrasi pada tujuan yang akan


diteliti dan penelitian yang ajan dilakukan. Fokus penelitian merupakan
garis besar pengamatan penelitian, sehingga pengamatan dan hasil analisis
hasil penelitian akan lebih terarah. Adapun unsur-unsur yang menjadi
focus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Minat belajar siswa dengan latar belakang keluarga yang broken home
di SD 19 Rejang Lebong?
2. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di SD 19 Rejang
Lebong yang mengalami keluarga Broken Home?
3. Peneliti berfokus pada semua kelas

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian diatas maka yang


menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana mengetahui minat belajar siswa dengan latar belakang


keluarga yang broken home di SD 19 Rejang Lebong?
2. Bagaimana mengetahui faktor yang mempengaruhi minat bbelajar
siswa dengan latar belakang keluarga yang broken home di SD 19
Rejang Lebong?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka


pembahasan ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui minat belajar siswa dengan latar belakang keluarga


yang broken home di SD 19 Rejang Lebong?

17
Slameto. (2015). Belajar Dan Faktor-Faktor Yng Memprngaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. hal
2

9
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat bbelajar siswa
dengan latar belakang keluarga yang broken home di SD 19 Rejang
Lebong?

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka dapat diperoleh


beberapa manfaat, adapun manfaat darri penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi tambahan bagi praktisi pendidikan yang akan melakukan Analisis
Minat Belajar Siswa Dengan Latar Belakang Keluarga Yang Broken Home
Di SD 19 Rejang Lebong.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis dapat menambahkan pengalaman pribadi dan
wawasan tentang analisis minat belajar anak broken home di
sekolah
b. Bagi sekolah dapat mengetahui sejauh mana gejala, faktor,
penyebab, dan dampak broken home terhadap minat belajar siswa
disekolah.
c. Bagi orang tua dapat mengetahui dampak negatif akibat broken
home terhadap minat belajar yang terjadi pada anaknya.
d. Bagi siswa hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi
kepribadian siswa, sehingga pembelajaran menjadi terarah dan
siwa semakin baik.

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Minat belajar secara bahasa terdiri dari dua suku kata yaitu, minat
dan belajar. Minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu
gairah atau keinginan. Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu. Dari pengertian kata belajar tersebut dapatlah dirumuskan
pengertian minat belajar secara bahasa adalah keinginan hati yang tinggi
untuk berusaha memperoleh kepandaian ilmu atau ilmu.

Adapun pengertian minat belajar secara istilah dapat dilihat dari


penjelasan-penjelasan para ahli lewat buku-buku yang mereka tulis tentang
persoalan minat belajar dimana secara jelasnya tentang hal tersebut dapat
dilihat dari penjelasan-penjelasan di bawah ini:18 H Abu Ahmad & Joko
Tri Prasetya mengemukakan minat yang rendah tentu hasilnya lain jika
dibandingkan dengan anak yang belajar dengan minat yang tinggi. Minat
sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika seseorang tidak berniat
mempelajari sesuatu, ia tidak akan dapat diharapka akan hasil dalam
mempelajari hal tersebut. Sebaliknya jika seseorang mempelajari dengan
minat maka hasil yang diharapkan akan lebih baik.

Berdasarkan penjelasan H Abu Ahmad & Joko Tri Prasetya


tersebut dapatlah dipahami bahwa orang belajar dengann serius maka
hasil belajarnya bagus sementara orang belajar tanpa minat belajar maka
hasil belajarnya tidak bagus. Hal ini memberi makna bahwa minat belajar
adalah suatu situasi keadaan yang mendorong sesorang peserta didik untuk
menyukai suatu mata pelajaran yang membuatnya rajin mengikuti proses
belajar yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran tersebut dan rajin

18
Halid Hanafi, La Adu & H Muzakkir, Profesionalisme Guru Dalam Pengelolaan Kegiatan
Pembelajaran Disekolah, (Yogyakarta:2018), hal.152

11
belajar maeri pelajaran tersebut19. H Suprijanto mengemukakan minat
merupakan keinginan yang datang dari hati nurani untuk serta dalam
kegiatan pembelajaran. Makin besar minatnya main besar semangat dan
hasil kerjanya. Minat yang bersifat sementara akan mempertahankan
perhatian dan mendorong keaktifan orang dewasa lebih banyak.

Berdasarkan pendapatnya H Suprijanto tersebut dapat dipahami


bahwa minat belajar adalah keinginan minat hati nurani seseorang pelajar
atau peserta didik untuk mengikuti proses belajar yang dilakukan oleh
gurunya dan dengan adanya minat tersebut mampu membuahkan hasil
belajar dimana makin besar keinginan hati seseorang peserta didik maka
makin besar pula hasil belajar yang dapat diraih oleh peserta didik 20.
Menurut Gie, minat berarti sibuk, tertarik atau terlihat sepenuhnya dengan
sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan
demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siwa
dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan memcapai pemahaman tentang
pengetahuan ilmiah yang dituntutnya disekolah21.

Menurut pendapat Winkle, minat adalah kecenderungan yang


menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu
dan merasa senang berkecimpung dalam biidang itu, adanya suatu
ketertarikan yang sifat nya tetap dalam diri subjek atau seseorang yang
sedang mengalaminya atas suatu bidang atau hal tertentu dan adanya rasa
senang terhadap bidang atau hal tersebut, sehingga seseorang
mendalaminya.

19
H Abdu Ahmadi & Joko Tri Prasetya, Profesionalisme Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran
Disekolah, (Yogyakarta:2018),hal 154
20
Halid Hanafi, La Adu & Muzakkir. Profesionalisme Guru Dalam Pengelolaan Kegiatan
Pembelajaran Disekolah (Yogyakarta:2018), hal. 155
21
Ignatius Hanung Listyono, Analisis Minat Belajar Anak Broken Home Disekolah (Studi
Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home), Skripsi universitas sanata dharma
(Yogyakarta:2017)

12
Sumadi Surya Brata menyatakan, minat adalah kecenderungan
dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi
suatu objek. Sedangkan menurut Winkle pengertian belajar adalah proses
mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan, skill,
kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan
sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Maksud
penjelasan diatas minat belajar, adalah suatu kemampuan umun yang
dimiliki siswa untuk mencapai prestasi yang optimal yang dapat
ditunjukan dengan kegiatan belajar22.

Menurut pendapat Rizal, minat merupakan faktor internal


dan merupakan unsur psikologi dalam hubunganya denga kegiatan belajar
mengajar. Pentingnya peran minat dalam proses belajar bahwa secara
ideal seseorang anak harus mempunyai minat untuk sesuatu agar ia
belajar dengan sungguh-sunguh, minat belajar kerap kali dikenal sebagai
daya dorong untuk mencapai hasil yang baik yang biasanya diwujudkan
dalam tingkah laku belajar atau menunjukkan usaha-usaha untuk mencapai
tujuan belajar23.

2. Fungsi Minat Belajar

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force


yaitu kekuatan yang mendorong siswa utntuk belajar. Siswa yang
berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun
belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran
mereka hanya tergerak untuk mau belajar tapi sulit untuk terus tekun
karena tidak ada pendorongnya. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil
yang baik dalam belajar seseorang siswa harus mempunyai minat
terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar.

22
Sumadi Surya Brata, Winkle. Analisis Minat Belajar Anak Broken Home Disekolah (Studi
Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home), Skripsi universitas sanata dharma
(Yogyajarta:2018 ), hal. 9
23
Devi Wahyu Daniati, 27 Cara Asyik Belajar Matematika, karya ilmiah (universitas
tidar,2019),hal.332

13
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan seseorang untuk memilih dan melakukan aktivitas
dibandingkan aktivitas yang lain karena adanya perhatian, rasa senang, dan
pengalaman24.

3. Ciri-Ciri Minat Belajar

Menuru Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut:25

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan


mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3) Memperoleh suatu kebanggan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati.
4) Ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktifitas-aktifitas yang diminati.
5) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
6) Dimaninfestasikan melalui partsisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

4. Cara Membangkitkan/Perkembangan Minat Belajar

Minat belajar dapat dibangkitkan melalui latihan


konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan
suatu secara mendalam. Dapat dikatakann bahwa konsenterasi itu muncul
apabila seseorang menaruh minat pada suatu objek. Demikian pula
sebaliknya, kemudian mulai memberikan daya tarik yang ada atau
pengalaman yang menyenangkan dengan hal-hal tersebut.26

5. Hambatan atau Gangguan Terhadap Minat Belajar


24
Menurut Crow and Crow, Analisis Minat Belajar Anak Broken Home Disekolah (Studi
Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home), Skripsi universitas sanata dharma), Skripsi
universitas sanata dharma (Yogyakarta:2018),hal.10
25
Slameto, Snowball Throwing Tingkatkan Minat Dan Hasil Belajar, (Suka Bumi:2020, hal. 20
26
Slameto Widodo, Analisis Belajar Anak Broken Home Disekolah (Studi Fenomenologo Pada
Empat Anak Broken Home), Skripsi univarsitas sanata dharma (Yogyakarta:2018), hal. 10

14
Ganguan terhadap minat belajar anak menurut Supriyanto yaitu:

a. Kurangnya motivasi
Motivasi sangat berperan penting dalam belajar,
hilangnya motivasi maka anak akan hilang dalam minat
belajarnya
b. Kurang perhatian

Perhatian disini dimaksud adanya perhatian dari orang tua,


kurangnya perhatian dari orang tua maka anak akan acuh dalam
belajarnya.

c. Perasaan Tidak Senang


Rasa tidak senang sangat berpengaruh dalam proses belajar,
oleh sebab itu anak harus memiliki rasa senang terhadap
sesuatu yang dipelajari.
d. Adanya Pengaruh Lingkungan

Pengaruh dari lingkungan juga berperan dalam hal belajar,


jika anak bergaul dalam lingkungan yang minim akan
pendidikan, maka anak akan terpengaruh terhadap kurangnya
minat belajar, begitu juga sebaliknya, apabila anak bergaul
dengan orang yang berprestasi, maka anak akan termotivasi
dan tinggi minat dalam belajarnya27.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu


berubah. Oleh karena itu, perlu diarahkan dan dikembangkan kepada
sesuatu pilihan yang telah ditentukan melalui faktor-faktor yang
mempengaruhi minat itu. Menurut Ali secara keseluruhan faktor
digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor
yang berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal
27
Supriyono, Analisis Minat Belajar Anak Broken Home Disekolah (Studi Fenomenologi Pada
Empat Anak Broken Home ). Skripsi universitas sanata dharma (Yogyakarta:2017),hal.17

15
dari dalam diri siswa). Berikut adalah beberapa pengertian faktor eksternal
dan internal menurut Sumadi Suryabrata diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat, yang


berasal dari dalam diri sendiri, seperti faktor jasmaniah, seperti faktor
kesehatan dan cacat tubuh dan faktor psikologi, seperti intelegensi,
perhatian, bakat, kematangan dan kesiapan.28 Faktor internal tersebut
antara lain pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

b. Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang timbul dari luar diri


seseorang yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar penilaian diatas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar dan
tugas rumah.29

B. Anak Broken Home

1. Pengertian Anak

Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara


hubungan pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah
amanah dan karuni Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Lebih lanjut dikatakan
bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada
masa depan. Oleh karena itu agar setiap anak kelak mampu memikul
28
Winanda Anggraini Uno. Pengembangan Teknologi Pendidikan IPA Berbasis Multimedia
Dalam Menigkatkan Minat Belajar Siswa, (Gorontalo: CV Cahaya Arsh Publisher:2021),hal. 45
29
Winanda Anggraini Uno. Pengembangan Teknologi Pendidikan IPA Berbasis Multimedia
Dalam Menigkatkan Minat Belajar Siswa, (Gorontalo: CV Cahaya Arsh Publisher:2021),hal. 47

16
tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-
luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, fisik, mental
maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan
serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan
terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa
diskriminasi.

Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa


atau belum mengalami masa pubertas. Anak merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa yang memiliki peroses dalam pendewasaannya yang
mana mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan
perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan
fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang

2. Pengertian Anak Broken Home

Kenakalan anak juga dapat disebabkan oleh berbagai m faktor


antara lain adalah keluarga yang tidak harmonis atau kuranga kasih sayang
anak dari orang tuanya, lingkungan bermain serta lingkungan tempat
tinggal yang kurang baik yang menyebabkan psikis dan perilaku seorang
anak menjadi memyimpang yang disebut anak nakal, dan selain itu faktor
perkembangan teknologi judag mengakibatkan penyimpangan perilaku
anak karena pengguna teknologi yang kurang tepat terhadap anak dapat
menimbulkan dampak buruk terhadap anak, seperti anak yang tanpa
adanya pengawasan dapat mengakses secara leluasa berbagai macam
informasi atau pergaulan yang seharusnya anak dalam periode umur
tertentu belum pantas unuk memperolehnya baik yang dilihat ataupun
yang didengar.30

3. Situasi Kondisi Anak Keluarga Broken Home

30
Paulus Maruli Tamba, “Realisasi Pemennuhan Hak Anak Yang Diatur Dalam Konstitusi
Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Proses Pemidanaan. Jurnal (universitas atma
jaya Yogyakarta:2016), hal. 3

17
Penceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap
perkembangan kepribadian remaja. Remaja yang orang tuanya bercerai
cenderung menunjukan ciri-ciri:31

a. Berperilaku nakal

b. Sering bolos dalam sekolah

e. Menjadi anak yang pemalas

Keadaan kelurga yang tidak harmonis tidak stabil atau berantakan


(broken home) merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian
anak yang tidak sehat.

4. Dampak Negatif Anak Broken Home Terhadap Minat Belajar

Dampak negatif anak broken home terhadap minat belajar ada


empat yaitu:32

a. Prestasi belajar anak mulai menurun


b. Anak merasa lebih nyaman bersenang-senang dari pada harus
belajar
c. Anak sering kali mempunyai rasa malas dan acuh tak acuh
terhadap pendidikannya.
d. Anak mulai memiliki rasa dendam kepada orang tua, dan putus
sekolah sebagai jalan untuk mewujudkan kemarahan terhadap
orang tua.

C. Keluarga Broken Home

1. Pengertian Keluarga Broken Home

31
Ignatiyus Hanung Listiyono, “ Analisis Minat BelajarAnak Broken Home Disekolah (Studi
Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home)”. Skripsi universitas sanata dharma
(Yogyakarta:2017),hal. 15
32
Ignatiyus Hanung Listiyono, “ Analisis Minat BelajarAnak Broken Home Disekolah (Studi
Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home)”. Skripsi universitas sanata dharma
(Yogyakarta:2017),hal. 15

18
Broken artinya "Kehancuran", sedangkan Home artinya “rumah”
Broken home mempunyai arti bahwa adanya kehancuran yang ada didalam
rumah tangga yang disebabkan oleh kedua suami istri mengalami
perbedaan pendapat.33 Definisi lain menurut keluarga broken home adalah
keluarga yang terjadi dimana tidak hadirnya salah satu orang tua karena
kematian atau perceraian atau tidak hadirnya kedua-duanya.

Menurut Kamus Lengkap Psikologi broken home merupakan suatu


keadaan keluarga mengalami keretakan atau rumah tangga berantakan,
keadaan keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari
kedua orang tua (ayah atau ibu) disebabkan oleh meninggal, perceraian,
meninggalkan keluarga, dan lain-lain.

Dalam pengertian lain Ali Qaimi mengartikan bahwa broken home


merupakan suatu keadaan dimana baik suami maupun istri tidak mau
menjalankan tugasnya masing-masing, rumah tangga yang di dalamnya
kurang terdapat kasih sayang, kedua orang tua jarang hadir,tidak terdapat
rasa saling memaafkan dan menyadan kekuningan masing-masing, atau
suatu keadaan dimana suami istri serta anak-anak masing-masing hidup
untuk dirinya sendiri.34

Berdasarkan beberapa pengertian yang di kemukakan di atas maka


disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan broken home atau rumah
tangga yang berantakan merupakan suatu kondisi keluarga yang
mengalami permasalahan atau konflik sehingga mengakibatkan keretakan
dan ketidak harmonisan dalam hubungan keluarga tersebut sebagaimana
layaknya konsep keluarga ideal atau bahagia atau harmonis pada
umumnya. Anak broken home adalah keturunan laki-laki atau perempuan,
yang mengalami penderitaan atau pengalaman traumatis akibat korban
perpecahan keluarga atau perceraian.
33
Prasetyo 2009,”Analisis Faktor Penyebab Dan Dampak Keluarga Broken Home”, Jurnal Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Indonesia.2019.hal 80.
34
Ali Qaimin, Singgle Parent Peran Ganda Seorang Ibu Dalam Mendidik Anak,
(Bogor:Cahaya,2003), hal. 14

19
2. Macam-Macam Keluarga Broken Home

Keluarga pecah (broken home) dapat dilihat sebagai berikut:

a. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh karena salah satu
dari kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai.
b. Orang tua tidak bercerai akan tetapi strutur keluarga itu tidak utuh lagi
karena ayah atau ibu sering tidak dirumah, dan tidak memperlihatkan
hubungan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar
sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologi.35
3. Karakteristik Keluarga Broken Home

Dikatakan sebagai keluarga broken home ketika memiliki


karakteristik sebagai berikut:36

a. Poor mariage, (pernikahan tidak baik)


b. Poor parent-childern relationship. (hubungan orang tua tidak baik)
c. Personality psychological disorder, (salah satu atau kedua orang
tun mempunyai kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan)

Berdasarkan beberapa asumsi dalam literatur, dapat disimpulkan


bahwa keluarga broken home bukan hanya saja dengan kasus penceraian.
Tetapi secara keseluruhan berarti keluarga dan fungsi ayah dan ibu sebagai
orang tua tidak berjalan baik secara fungsional, yang pada dasarnya orang
tua adalah sebagai motivator bagi anak. sebagai tempat mendapat kasih
sayang dan sebaginya.

4. Faktor-Faktor Penyebab Keluarga Broken Home

Perceraian merupakan hal yang pada dasamya tidak diingin semua


orang, namun dengan berbagai sebab terpaksa perceraian di tempuh
sebagai alternatif terakhir pemecahan masalah dalam suatu ikatan
perkawinan. Perceraian merupakan suatu peristiwa sosial yang sering
35
Sofyan S Willis. Klien Keluarga ( Family Conseling). (Bandung: Alfabelta.2010),hal. 66
36
Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak Dan Keluarga, (Bandung PT Remaja Rosda
Karya, 2009), hal. 44

20
terjadi di masyarakat. Perceraian dalam keluarga biasanya dari adanya
suatu konflik antara anggota keluarga. Bila kontlik sampai titik kritis maka
perceraian itu sulit terelakan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
perselisihan dalam keharga yang berakhir dengan perceraian. Persoalan
yang dimaksud antara lain:

a. Faktor Internal

1) Beban psikologis ayah atau ibu yang berat, seperti tekanan


ditempat kerja, kesulitan keuangankeluarga. Misalnya suami
istri mulai mempunyai kesibukan masing-masing berupa
pekerjaan yang seakan-akan tidak ada habisnya

2) Tafsiran dan perlakuan terhadap perilaku marah-marah atau


sebagainya

3) Kecurigaan suami atau istri bahwa salah satu di antara


mereka selingkuh

4) Sikap egoistis dan kurang demokratis salah satu orang tua.

a. Faktor Eksternal

1) Campur tangan pihak ketiga dalam urusan keluarga,

2) Pergaulan yang negatif anggota keluarga,

3) Kebiasaan istri membicarakan orang di rumah tetangga,

4) Kebiasaan berjudi.37

Faktor penyebab broken home bisa beramal dari dalam maupun


dari luar, namun apapun yang datang dari luar sebenarnya bisa dihadapi
apabila faktor dari dalam sudah berhasil di atasi Faktor penyebab broken
home terdiri atas tertutupnya komunikasi, eposentris, ekonomi, kesibukan,
rendahnya pemahaman dan adanya pihak ketiga. Maka dibawah akan
37
Sofyan S Willis. Koseling Keluarga, hal. 155

21
dijelaskan untuk mempermudah pemaham tentang penyebab dari broken
home ini sendiri, yaitu sebagai:

a) Gangguan Komunikasi

Komunikasi dalarn keluarga menduduki posisi penting sebagai


pembuka jendela informasi yang bisa digunakan menganalisis dan
mendeteksi apabila ada gangguan dalam keluarga. Apabila komunikasi ini
tidak lancar, maka akan terjadi ketertutupan informasi sehingga banyak
terjadi ketakutan, kecurangan dan juga kebohongan karena keinginan
untuk menutup diri. yang normal selalu ingin agar terjalin komunikasi
intensif dan harmonis serta dua arah dengan anggota keluarganya, yang
terjadi justru namun bagi keluarga broken home komunikasi bisa menjadi
petaka karena tiadanya saling pengertian dan kepercayaan

b) Fgosentris

Sikap egosentri orang tua berpengaruh terhadap keutuhan keluarga,


selain itu juga berpengaruh pada kepribadian anak. Egosentris merupakan
sifat yang mementingkan diri sendiri dan menganggap benar pendapat
serta tindakannya sehingga sulit kebenaran dari orang lain. Apabila suami
istri mempunyai sifat seperti ini, tidak ada saling pengertian dan saling
mengalah maka broken home sudah terdeteksi dan akan semakin
membesar suatu saat. Akibat sifat ini mungkin suatu saat suami istri akan
bertengkar hebat dihadapan anak-anaknya dimana hal ini pastinya dapat
menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap kejiwaan anak.

e) Ekonomi

Ekonomi keluarga jelas memberi pengaruh pada keharmonisan


rumah tangga. Kemiskinan merupakan salah satu faktor penyebab broken
home karena sering kali percekcokan. pertikaian suami istri dialawi dari
persoalan ekonomi. Keluarga bisa rusak apabila faktor ekonomi ini tidak
dikendalikan, kerusakan itu bisa terjadi pada orang yang kekurangan

22
maupun kelebihan ekonomi, namun kekurangan ekonomi lebih berbahaya
dari pada kelebihan ekonomi. Ketiadaan ekonomi (kemiskinan)
berhubungan dengan pendidikan seseorang meskipun terjadi secara tidak
langsung dan pengangguran juga punya pengaruh positif signifikan
terhadap kemiskinan.38

5. Dampak Keluarga Broken Home

Dalam kondisi keluarga yang retak atau tidak harmonis terdapat


beberapa dampak yang mempengaruhi anak, yaitu:

a. Anak kurang mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.
Dikarenakan kurang adanya pengawasan orang tua terhadap kepada
pertengkaran-pertengkaran orang tua mereka sehingga seorang anak
akan mudah mendapkan pengaruh buruk dari lingkungan disebabkan
suasana dirumah yang tidak nyaman.

6. Penyebab Keluarga Broken Home

Menurut Habsari menyatakan bahwa beberapa hal yang menjadi


penyebab broken home adalah (a) kemiskinan dan hotang yang melilit, (b)
pasangan tidak lagi saling menghargai dan menyayangi. (c) pengaruh
orang ketiga yang berusaha menghancurkan hubungan rumah tangga, dan
(d) salah satu pasangan jatuh cinta terhadap orang lain menyebabkan
terjadinya perselingkuhan.39

Menurut Willis (2016) banyaknya permasalahan yang terjadi


didalam suatu keluarga tentunya diakibatkan oleh beberapa faktor yang
cukup membawa dampak tidak baik dalam keluarga itu sendiri.

38
Imron Muttaqin Dan Bagus Sulidry, Analisis Faktor Penyebab Dan Dampak Keluarga Broken
Home Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak 2019, hal. 250-253
39
Husnul Delia, Penyebab Broken Home Dalam Keluarga Dan Cara Mencegahnya. Dikutip 19
Mei. 2016.

23
Penyebab timbulnya keluarga broken home dikarenakan beberapa
faktor, yaitu:

a. Masalah kesibukan

Kesibukan yang dimaksud adalah terfokusnya suami istri dalam


pencarian materi yaitu harta dan uang. Setiap pasangan mulai mempunyai
kesibukan masing-masing, berupa pekerjaan yang seakan-akan tidak ada
habisnya.

Pemaparan di atas dapat penulis pahami bahwa penyebab keluarga


broken home diantaranya perceraian terjadi karena tidak ada lagi rana
kasih sayang dasar dasar perkawinan yang telah dibina bersama telah
goyah dan tidak mampu menopang keutuhan kehidupan Keluarga yang
harmonis, perekonomian rumah tangga yang tidak stabil sehingga memicu
terjadinya perselisihan antara suam istri, perang dingin yang dapat
disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya
sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan
kehendaknya sendiri.

D. Penelitian Relavan

Kajian pustaka memuat uraian secara sistematis mengenai hasil


penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji 40. Ada beberapa 30
penelitian sebelumnya yang telah membahas permasalahan yang mirip
dengan persoalan yang dikaji dalam penelitian ini, tulisan ini dimaksudkan
dapat dijadikan bahan kajian yang relevan dengan masalah yang penulis
teliti saat Untuk membedakan suatu rujukan dan mencari panduan untuk
penelitian yang dilakukan, maka sepengetahuan peneliti mengambil
sebuah penelitian yang relevan yaitu sebagai berikut:

40
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, ( Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Jurai Siswo Metro:2016),hal .39

24
Pertama, Roy Novianto pada tahun 2018 yang berjudul "analisis
dampak broken home terhadap minat belajar siswa SMA santun untan
pontianak". Masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah keluarga

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

25
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif (Qualitative research) yaitu suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena. Dengan kata
lain penelitian ini untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi suatu objek
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, serta pemikiran orang
secara individual kelompok.41 Alasan penulis menggunakan metode penelitian
ini karena permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan yang dinamis.
Selain itu, penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai Analisis Minat
Belajar Siswa dengan Latar Belakang Keluarga Broken Home di SDN 19
Rejang Lebong.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersemangat
mendeskripsikan dan menguraikan informasi yang yang ada, selain itu
penelitian deskriptif terbatas pada upaya mengungkapkan sesuatu
permasalahan dalam kondisi kejadian sebagaimana adanya, sehingga hanya
mengungkapkan fakta atau realita (fact finding).42

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan dimana penelitian hendak


dilakukan. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat
langsung kondisi tempat yang akan diteliti oleh peneliti menemukan
masalah dalam penelitian yang hendak diteliti oleh peneliti

Alasan penulis melakukan penelitian di SDN 19 Rejang Lebong ini


untuk megatahui bagaimana pengaruh dari keluarga broken home
terhadap minat dan prestasi belajar siswa

C. Sumber Data

41
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penulisan Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2012),
hal.60
42
Hadari Nawai, Metodologi Penilaian Bidang Sosial ( Yogyakarta: Gajah Mada Press, 2005)
hal.31

26
Sumber data adalah informasi yang diperlukan penulis dalam
sebuah penelitian atau sember dimana penulis dapat memperoleh sebuah
data. Dalam penelitian sumber data yang akan digunakan akan dijadikan
sebagai objek dan subjek penelitian.

1. Data Primer

Informasi primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber


pertama baik dari individu atau individu seperti hasil wawancara atau
hasil pengisian yang dapat dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian
ini.43 hasil wawancara langsung dengan guru dan siswa di SDN 19
Rejang lebong

2. Data Sekunder

Informasi sekunder merupakan sumber dimana peneliti


memperoleh informasi secara tidak langsung.44 Informasi diperoleh
dari informasi yang ada dan mempunyai hubungan dengan masalah
yang diteliti atau sumber informasi pelengkap yang berfungsi untuk
melengkapi informasi yang lain berupa dibutuhkan oleh informasi
awal antara lain dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah
penelitian di SDN 19 Rejang Lebong

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah terpenting dalam


penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah untuk memperoleh
informasi. Penulis tidak akan mendapatkan informasi tanpa memahami
teknik pengumpulan data yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Jika dilihat dari segi teknik pengumpulan informasi, maka teknik


pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan cara observasi

43
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis ( Jakarta: PT Raja Grafindo
persada, 2005), hal. 42
44
Cik Hasan Bisri, Penuntunn Rencana Penelitian Dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama
Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal.32

27
(observasi). wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif,
pengumpulan data dilakukan untuk melihat kondisi alam dan
pengumpulan data juga lebih mengacu pada observasi, wawancara
mendalam dan hasil dokumentasi.45

1. Observasi

Metode observasi merupakan cara yang efektif untuk melengkapi


rancangan atau formulir observasi sebagai instrumen. Desain yang
dikompilasi berisi peristiwa atau perilaku yang digambarkan akan terjadi. 46
Kegiatan observasi ini dilakukan di SDN 19 Rejang Lebong artinya
peneliti langsung melakukan pengamatan dengan berada dan terlibat
dengan para pelaku (Respondent) dengan kegiatan di lapangan.

Hasil observasi dicatat dalam catatan lapangan, karena catatan


lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif
deskriptif, artinya catatan lapangan memuat gambaran tentang latar
belakang orang, tindakan, dan percakapan yang berkaitan dengan fokus
penelitian, yang menggunakan desain pencatatan hasil. Pengamatan.47

2. Wawancara

Wawancara adalah metode untuk mendapatkan suatu informasi


dari narasumber, kemudian kusioner dibagi-bagikan dan narasumber
hanya tinggal memilih jawaban yang paling cocok dengan apa yang
narasumber ketahui.48

Penelitian mengadakan wawancara dengan siswa dan guru kelas di


SDN 19 Rejang Lebong, pada tahapan ini wawancara akan dilakukan
kepada:

45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, kuantitatif dan R&D, hal.309
46
Sandu Siyoto,dan M Ali Sodik,. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. (Yogyakarta: Media
Publishing. 2015) , hal. 75
47
Nasution, Metode Reseach, (Bumi Aksara, Jakartta), 2000, hal. 133

48
OP.Cit.hal.76

28
a) Siswa (laki-laki atau perempuan) dengan latar belakang keluarga
yang broken home (Penceraian) di SDN 19 Rejang Lebong
b) Siswa (laki-laki atau perempuan) yang berstatus sebagai siswa di
SDN19 Rejang Lebong.
c) Siswa (laki-laki atau perempuan) di SDN 19 Rejang Lebong.
d) Guru yang mengajar di SDN 19 Rejang Lebong sebagai Guru wali
kelas.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses data-data yang diperlukan


dalam permasalahan penelitian lalu diolah secara intens sehingga
dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian
suatu kejadian.49 Dengan mempelajari, mencatat atau mengambil
data yang telah didokumentasikan untuk memperkuat data-data
yang diperoleh saat penelitian langsung. Dokumentasi ini dapat
berupa tabel-tabel foto-foto kegiatan penelitian yang dilakukan.50

Melalui teknik ini penulis berusaha mencari informasi dari


hasil sumber tertulis, melalui dokumen ini dapat membantu untuk
melengkapi informasi yang diperoleh di lapangan. Informasi yang
diperoleh pada tahap ini meliputi:

a) Profil lengkap lokasi penelitian.


b) Identitas lengkap siswa.
c) Foto pelaksanaan penelitian terkait pengumpulan informasi
tentang analisis minat belajar siswa berlatar belakang broken
home di SDN 19 Rejang Lebong.

E. Teknik Analisa Data

49
OP,.Cit.hal.77
50
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta,2014),hal.245

29
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat data
berlangsung, dan setelah pengumpulan data selesai dalam jangka waktu
tertentu. Pada saat wawancara, peneliti telah menganalisisjawaban yang
telah diwawancarai. Jika jawaban-jawaban yang telah dievaluasi kemudian
dianalisis dan kurang memuaskan, maka penulis akan melanjutkan
pertanyaan kembali, sampai pada tahap tertentu memperoleh informasi
yang dianggap berkualitas. Miles dan Huberman (Sugiyono), menyatakan
suatu kegiatan dalam menguraikan informasi kualitatif dilakukan secara
aktif dan berkesinambungan sampai selesai, sehingga datanya
membosankan. Kegiatan dalam menguraikan informasi adalah reduksi
data, penyajian informasi dan akhir informasi. Dalam penelitian ini akan
dianalisis pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deduktif.
Penalaran deduktif adalah proses berpikir dengan menghadirkan masalah-
masalah umum dan kemudian membahasnya masalah-masalah khusus.
Analisis informasi meliputi:

1. Data reduction (Reduksi Data)

Adalah informasi yang diperoleh dari lapangan yang cukup


banyak, untuk itu perlu dicatat secara cermat dan rinci,
sebagaimana telah dikemukakan semakin lama peneliti berada di
lapangan, semakin banyak jumlah kompleks dan rumit. Dengan
demikian, perlu untuk menganalisis informasi melalui reduksi data.
Mereduksi data itu sendiri berarti merangkummemilih hal hal yang
pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari pola dan
temanya. Dengan begitu data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

30
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adala
mendisplaykan data (penyajian data). Penyajian data dilakukan
dengan mengkategorikan dan membuang data yang telah
terkumpul dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan anatar
kategori dan sejenisnya supaya mudah dipahami dan dianalisis. 51
Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah menyajikan data,
penyajian data itu sendiri dapat dilakukan melalui bentuk uraian
singkat, bagan dan hubungan antar kategori untuk memahami apa
yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya, pada tahap ini
sekumpulan informasi telah disusun untuk penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Penyajian dapat dituangkan dalam
dibentuk display data untuk melihat bagian-bagian tertentu atau
totalitas dalam penelitian.

3. Conslusion Drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles


dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
kemudian akan berubah jika tidak ditemukan adanya bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.52

F. Teknik Uji Keabsahan Data

Keabsahan informasi merupakan penting yang diperbarui dari


konsep keahlian (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Penelitian ini
merupakan karya ilmiah, untuk melakukan hal tersebut mutlak diperlukan
objektivitas, untuk memenuhi kriteria tersebut dalam penelitian dan

51
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rfindo,2013) hal.70
52
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan , ( Bandung : Alfabeta,2005), hal.195

31
validitas (validitas) dan reliabilitas (reliabilitas) harus dipenuhi jika tidak
maka eksposisi ilmiah penelitian ini perlu dipertanyakan.

Peneliti memilih untuk mengecek keabsahan informasi agar hasil


penelitian dapat dipercaya. Pengecekan kredibilitas atau derajat
keterpercayaan suatu informasi perlu dilakukan untuk membuktikan
apakah yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sebenarnya
terjadi secara alamiah dilapangan. Pengecekan keabsahan informasi atau
validitas informasi adalah pembentukan bahwa apa yang telah diamati oleh
peneliti sesuai dengan apa yang sebenarnya ada di dunia nyata. Untuk
mengetahui keabsahan informasi, teknik yang digunakan adalah
triangulasi. Diartikan sebagai pengecekan informasi dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan pada berbagai waktu, oleh karena itu peneliti
menggunakan triangulasi sumber.

1. Triangulasi Sumber

Peneliti dengan menggunakan triangulasi sumber yang dapat


menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan
sumber perolehan informasi. Misalnya, selain wawancara dan observasi,
peneliti juga dapat menggunakan observasi yang terlibat, dokumen
sejarah, catatan atas tali pribadi dan gambar s setiap metode akan
menghasilkan bulata informa yang berbeda. yang pada gilirannya akan
memberikan pandangan yang berbeda serhadap fenomena yang diteliti.
Oleh karena ina, berbagai pandangan tersebut akan mengetahui kelasan
ilmu untuk memperoleh kebenaran

2. Teknik Triangalani

Peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu peneliti


menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk memperoleh
informasi dari sumber yang sama. Dalam penelitian ini, kombinasi teknik
dan triangulasi sumber akan digunakan. Triangulasi sumber digunakan
untuk memeriksa keabsahan suatu informasi dengan membandingkan

32
beberapa sumber yang diperoleh. Sedangkan teknik cara triangulasi
digunakan peneliti dalam membandingkan informasi observasi dan
wawancara.

DAFTAR PUSTAKA

Sofiyulloh. “Analisis Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa Mts
Al Hidayah Wonorejo Pasuruan” Jurnal Tarbawi Studi Pendidikan Islam
Vol. 7 Nomor 02 Septembet 2019. hal 6

33
Izhar Salim. “Analisis Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa Sma
Santun Untan Pontianak”. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Khatulistiwa Vol 8 Nomor 03 Tahun 2017. Hal 8
Afandi. 2009. Pendekatan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian
Psikologi. ( Yogyakarta: Gramedia), hal 1
Sofiyulloh. “Analisis Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa Mts
Al Hidayah Wonorejo Pasuruan” Jurnal Tarbawi Studi Pendidikan Islam
Vol. 7 Nomor 02 Septembet 2019. hal 6
Willis (2015). Konseling Keluarga( Family Counseling ). Bandung : Alfabeta. hal
2
Siti Murni. “Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Dan Akhlak Siswa
SMPN 2 Kota Besi “ Jurnal IAIN Palangka Raya, 2021
Munirwan Umar. “Peran Orang Tua Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak”.
Jurnal Bimbingan Konseling, Vol 1 Nomor 1 2015. Hal 20-18
Meleyong ,2006. Meteologi Pendidikan Kualitatif. (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya), hal 10
Robert Gague, 1998. Prinsip-prinsip Belajar Untuk Pengajaran Di Sekolah.
(Surabaya: Usaha Internasional), hal 23
Efrinaus Ruli. “Tugas Dan Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak “ . Jurnal
Edukasi Non Formal Vol 1 No 1 2020.
Winkle, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran (Jakarta : Gramedia), hal 9
Angga Ernando. “Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Berlatar
Belakang Broken Home di SMA Adibah Padang “ Jurnal Kajian
Pendidikan Dan Pembelajaran Vol 2 Nomor 2 Tahun 2020. Hal 93-100
Syahriman. “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Rational
Emotive Therapy Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Broken
Home Di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu”. Jurnal Ilmiah BimbinganDan
Konseling Vol 4 Nomor 1 Tahun 2021 . hal 64-72
Helawati, 2004. Pendidikan Keluarga: Teori-Praktis. (Bandung: Remaja
Rosdakarya), hal 12

34
Ratna Sari. “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Menigkatkan Minat
Belajar Siswa broken Home Di SMA N 05 Pekan Baru” Jurnal
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017
Feni Marti Adhenova, 2014. “Resilensi Pada Remaja Yang Mengalami Broken
Home” Jurnal Perkembangan Pendidikan 29 Juli 2016, hal 100
Slameto. (2015). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memprngaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta. hal 2
Halid Hanafi, La Adu & H Muzakkir, Profesionalisme Guru Dalam Pengelolaan
Kegiatan Pembelajaran Disekolah, (Yogyakarta:2018), hal.152
H Abdu Ahmadi & Joko Tri Prasetya, Profesionalisme Guru Dalam Kegiatan
Pembelajaran Disekolah, (Yogyakarta:2018),hal 154
Halid Hanafi, La Adu & Muzakkir. Profesionalisme Guru Dalam Pengelolaan
Kegiatan Pembelajaran Disekolah (Yogyakarta:2018), hal. 155
Ignatius Hanung Listyono, Analisis Minat Belajar Anak Broken Home Disekolah
(Studi Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home), Skripsi universitas
sanata dharma (Yogyakarta:2017)
Sumadi Surya Brata, Winkle. Analisis Minat Belajar Anak Broken Home
Disekolah (Studi Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home), Skripsi
universitas sanata dharma (Yogyajarta:2018 ), hal. 9
Devi Wahyu Daniati, 27 Cara Asyik Belajar Matematika, karya ilmiah
(universitas tidar,2019),hal.332
Menurut Crow and Crow, Analisis Minat Belajar Anak Broken Home Disekolah
(Studi Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home), Skripsi universitas
sanata dharma), Skripsi universitas sanata dharma
(Yogyakarta:2018),hal.10
Slameto, Snowball Throwing Tingkatkan Minat Dan Hasil Belajar, (Suka
Bumi:2020, hal. 20
Slameto Widodo, Analisis Belajar Anak Broken Home Disekolah (Studi
Fenomenologo Pada Empat Anak Broken Home), Skripsi univarsitas
sanata dharma (Yogyakarta:2018), hal. 10

35
Supriyono, Analisis Minat Belajar Anak Broken Home Disekolah (Studi
Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home ). Skripsi universitas
sanata dharma (Yogyakarta:2017),hal.17
Winanda Anggraini Uno. Pengembangan Teknologi Pendidikan IPA Berbasis
Multimedia Dalam Menigkatkan Minat Belajar Siswa, (Gorontalo: CV
Cahaya Arsh Publisher:2021),hal. 45
Winanda Anggraini Uno. Pengembangan Teknologi Pendidikan IPA Berbasis
Multimedia Dalam Menigkatkan Minat Belajar Siswa, (Gorontalo: CV
Cahaya Arsh Publisher:2021),hal. 47
Paulus Maruli Tamba, “Realisasi Pemennuhan Hak Anak Yang Diatur Dalam
Konstitusi Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Proses
Pemidanaan. Jurnal (universitas atma jaya Yogyakarta:2016), hal. 3
Ignatiyus Hanung Listiyono, “ Analisis Minat BelajarAnak Broken Home
Disekolah (Studi Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home)”.
Skripsi universitas sanata dharma (Yogyakarta:2017),hal. 15
Ignatiyus Hanung Listiyono, “ Analisis Minat BelajarAnak Broken Home
Disekolah (Studi Fenomenologi Pada Empat Anak Broken Home)”.
Skripsi universitas sanata dharma (Yogyakarta:2017),hal. 15
Prasetyo 2009,”Analisis Faktor Penyebab Dan Dampak Keluarga Broken Home”,
Jurnal Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Indonesia.2019.hal
80.
Ali Qaimin, Singgle Parent Peran Ganda Seorang Ibu Dalam Mendidik Anak,
(Bogor:Cahaya,2003), hal. 14
Sofyan S Willis. Klien Keluarga ( Family Conseling). (Bandung:
Alfabelta.2010),hal. 66
Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak Dan Keluarga, (Bandung PT
Remaja Rosda Karya, 2009), hal. 44
Sofyan S Willis. Koseling Keluarga, hal. 155
Imron Muttaqin Dan Bagus Sulidry, Analisis Faktor Penyebab Dan Dampak
Keluarga Broken Home Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak
2019, hal. 250-253

36
Husnul Delia, Penyebab Broken Home Dalam Keluarga Dan Cara Mencegahnya.
Dikutip 19 Mei. 2016.
Tim denyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, ( Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Jurai Siswo Metro:2016),hal .39
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penulisan Pendidikan (Bandung:
Rosdakarya, 2012), hal.60
Hadari Nawai, Metodologi Penilaian Bidang Sosial ( Yogyakarta: Gajah Mada
Press, 2005) hal.31
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis ( Jakarta: PT
Raja Grafindo persada, 2005), hal. 42
Cik Hasan Bisri, Penuntunn Rencana Penelitian Dan Penulisan Skripsi Bidang
Ilmu Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal.32
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, kuantitatif dan R&D, hal.309
Sandu Siyoto,dan M Ali Sodik,. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. (Yogyakarta:
Media Publishing. 2015) , hal. 75
Nasution, Metode Reseach, (Bumi Aksara, Jakartta), 2000, hal. 133
OP.Cit.hal.76-.77
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta,2014),hal.245
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rfindo,2013) hal.70
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan , ( Bandung : Alfabeta,2005)

37
38

Anda mungkin juga menyukai