Khotbah Jumat Agung
Khotbah Jumat Agung
Khotbah Jumat Agung
NIM : 200510036
Kelas : III-A
Mata Kuliah : Kristologi Kontemporer
Dosen : Alfonsus Very Ara
Bapak/ibu, saudara/i yang terkasih dalam Kristus, kita baru saja dihantar oleh penginjil
Yohanes untuk kembali mengenang kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus. Sengsara
Tuhan Yesus inilah menjadi puncak cinta Allah, yang menghampakan diri-Nya, mengutus
Putra-Nya hidup, sengsara sampai wafat di salib untuk menyelamatkan manusia.Kisah
sengsara Yesus sedikit banyak beebicara tentang kesengsaraan umat manusia atau
penderitaan kita dari tahun ke tahun. Ada pengalaman penderitaan, dimana ketika kita
memiliki banyak materi, memiliki kuasa, memiliki jabatan banyak yang bersahabat dengan
kita tetapi ketika kita jatuh kemiskinan, tidak ada kuasa dan jabatan kita mengalami
kesendirian yang amat seperti Kristus yang ditinggalkan oleh para murid-Nya pada jalan
salib. Kita juga mengalami derita ketika orang-orang yang sebelumnya mendukung kita pada
akhirnya mencaci maki kita karna kita berpegang teguh pada kebenaran dalam menjalankan
tugas bukan tunduk pada praktek KKN atau berkompromi pada keburukan; ini seperti Kristus
yang pada awalnya disoraki “HOSSANA PUTRA DAUD” kemudian diteriaki
“SALIBKANLAH DIA”.
Kita juga mengalami derita yang mana proses penegakkan hukum lebih banyak
menguntungkan kaum mayoritas, para pemilik modal dan juga penguasa seperti Kristus yang
diadili tanpa keadlian yang mana hukum berpihak pada suara mayoritas bukan pada
kebenaran, berpihak kepada para penguasa seperti imam-imam kepala, dan kaum farisi serta
ahli-ahli taurat dari pada berpihak kepada Yesus, pemuda Nazaret dan anak tukang kayu. Kita
juga mengalami derita ketika kita melakukan kesalahan atau kegagalan baik di media sosail
atau di dunia nyata, kita justru dibullying habis-habisan oleh sesama seperti Kristus yang tiga
kali jatuh dan ditimpa salib serta diolok-olok bahkan dicambuk dan diludahi. Kita juga
mengalami derita ketika orang-orang yang mengasihi kita hanya meratap kepedihan derita
kita tetapi tidak pernah menemani dan menguatkan kita derita, mereka hanya sampai pada
mengucapkan kata “kasihan” tetapi tidak menujukkan perbuatan kasih seperti Yesus yang
hanya diratapi oleh perempuan-perempuan Yerusalem dalam jalan salib. Kita juga
mengalami derita ketika sakit yang tidak kunjung sembuh bahkan kita merasa bahwa Tuhan
tidak pernah menjawab doa-doa kita seperti Kristus yang bergulat dalam derita diatas kayu
salib sebagai seorang pribadi manusia.
Lantas, bapak/ibu, saudara/i yang terkasih dari lembah derita bersama Kristus kita
berucap “ELI-ELI LAMA SABAKHTANI”, Allahku Allahku mengapa Engkau
meninggalkan aku. Atau seperti pemazmur mengatakan “Allahku, Allahku mengapa Engkau
meninggalkan aku, aku berseru tetapi engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku
aku berseru-seru pada waktu siang tetapi Engkau tidak menjawab dan pada waktu malam
tetapi tidak juga aku tenang. Apakah benar Allah tidak peduli dengan penderitaan kita? Allah
kita adalah Allah yang sangat peduli dan solider dengan derita dan duka kita umat manusia.
Karena berbagai penderitaan yang melanda umat manusia dipengaruhi oleh dosa, bahkan
Allah mengambil keputusan yang sangat luar biasa yaitu mengutus Putra Tunggal-Nya untuk
menebus dosa-dosa kita dengan wafat-Nya di kayu salib. Kita yang empunya dosa, tetapi
seluruh dosa kita ditanggung oleh Anak Domba Allah yang tak bernoda. Makanya hari ini
kita juga diajak untuk memyembah dan mencium tubuh Kristus yang tersalib sebagai tanda
terimakasih kita kepada Allah yang sungguh mengasihi kita. Yang rela memikul beban derita
dan dosa kita.
Oleh sebab itu jika Kristus rela memikul salib dosa dan derita kita, kita juga diajak oleh
Yesus untuk tetap beriman teguh kepada Allah dalam derita. Kita juga diajak untuk peduli
dengan penderitaan sesama sebab pada penghakiman terakhir Allah tidak menanya identitas
atau prestasi kita. Allah hanya bertanya “Apakah ketika Aku lapar, kamu memberi Aku
makanan? Ketika Aku haus, apakah kamu memberi Aku minuman? Ketika Aku seorang
asing, apakah kamu memberi Aku tumpangan? Ketika Aku telanjang, apakah kamu memberi
Aku pakaian? Ketika Aku sakit, apakah kamu merawat Aku? Ketika Aku dalam penjara,
apakah kamu mengunjungi Aku?
Bapak/ibu, Saudara/i terkasih, kita diajak untuk setiap kepada Allah dalam suka dan
duka. Saling mengasihi dengan sesama dan rela berkorban demi kebenaran dan kebaikan
hidup bersama. Hari ini kita berduka karna Yesus wafat tetapi ingatlah satu hal ini “bahawa
Dia wafat untuk keselamatan kita”