Mennonite

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nadia Christina

NIM : 0120211076
Prodi : PAK

Mengenal Aliran Gereja Mennonit

Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Aliran Mennonit


Ulrich Zwingli adalah seorang seorang imam di GKR, yang menjadi tokoh reformator
sama seperti Luther. Pada tahun 1516 ia berpikir untuk mengupayakan reformasi gereja yang
dilandaskan pada keyakinan bahwa Alkitab adalah otoritas tertinggi dalam gereja dan
masyarakat. Kemudian pada tahun 1522 Zwingli dan orang yang sepandangan dengannya
menuntut pembaharuan gereja secara radikal. Namun uskup dan imam imam GKR tidak
mendukung tuntutan itu, sehingga Zwingli meminta berhenti sebagai imam GKR dan menolak
wewenng gereja atas dirinya. Pemerintah kota Zurich segera mengangkatnya menjadi imam
yang langsung berada di bawah wewenang pemerintah. Hal ini menandai dimulainya reformasi
di Swiss yang mengarah kepada gereja-negara. Dalam perjalanannya pemerintah melihat
bahwa gerakan reformasi ini perlu dikendalikan karena mengandung konsekuensi politis besar
yang sulit diterima pemerintah, karena setelah mendengar khotbah Zwingli para petani
menyimpulkan bahwa mereka tidak perlu lagi membayar pajak dan perpuluhan, misa GKR
sebagai tindakan mengorbankan ulang tubuh dan darah Yesus harus diganti dengan pelayanan
komuni injil sebagai pengenangan. Pemerintah menilai perubahan itu akan merusak hubungan
kota Zurich dengan kota lainnya dalam bidang gerejawi, politik maupun ekonomi. Sehingga
pemerintah menolak memberi dukungan kepada Zwingli dan membuatnya terpaksa
menandatangani kesepakatan. Dengan itu pemerintah mempunyai kendali atas gerakan
reformasi di Zurich dan membuat pergerakannya terbatas.
Kesepakatan itu membuat pendukung gerakan reformasi di Zurich menganggap jemaat
reformatoris di giring ke arah status gereja-negara. Concrad Grebel menggugat campur tangan
dan kendali pemerintah atas gereja karena bertentangan dengan Firman Allah. Sehingga
mereka membuat 2 pokok pikiran yakni membentuk Partai Reformasi dan Baptisan anak tidak
sah. Namun gagasan itu tidak didukung oleh Zwingli, khususnya mengenai baptisan anak
karena baptisan anak sebagai tanda perjanjian yang meliputi seluruh keluarga, bagi Zwingli
baptisan merupakan tanda lahiriah dan iman. Sanggahan dari Zwingli terhadap baptisan anak,
membuat Grebel dan kelompoknya memberi dukungan kepada Marthin Luther, Andreas
Carlstadt dan Thomas Munzer, ia juga menghimbau melalui surat agar reformasi tidak di
jalankan dengan kekerasan. Karena tidak dijawab, Grebel memutuskan untuk bergerak sendiri
dan mulai mengalami penghambatan karena dianggap penyesat. Georg Cajacob meminta
Grebel melayangkan baptis atas dirinya dan atas orang-orang dalam perkumpulan itu. Sehingga
21 Januari 1525 dianggap sebagai hari lahirnya Anabaptisme. Peristiwa itu membuat
pemerintah Zurich semakin keras memperhambat kelompok tersebut. Diantara mereka banyak
yang dipenjara dan dibakar hidup-hidup. Penghambatan itu yg membuat mereka menyebar
kepenjuru Eropa dan kelompok mereka terpecah belah karena adanya perbedaan pandangan.
Bulan Februari 1527 mereka bertemu untuk membuat kesepakatan berupa Pengakuan Iman
Schleitheim. Setelah pertemuan itu penghambatan semakin keras dan membuat mereka
menyebar ke penjuru Jerman.
Melchior Hoffman seorang penginjil Lutheran yang kemudian beralih ke Zwingli dan
mengikut paham Anabaptis. Dia masuk penjara karena dituduh menyesatkan tetapi
pengaruhnya sangat kuat. Salah satu yang terpengaruh olehnya adalah Jan Matthijs, ia
mengutus 12 rasul untuk mentobatkan masyarakat, namun karena hambatan dan tekanan yg
keras gerakan mereka berubah menjadi gerakan bersenjata. Sehingga uskup kota mengerahkan
tentara untuk mematahkan gerakan itu. Matthijs tewas dan digantikan Jan Van Leiden yg
memerintah dengan kejam dan membenarkan poligami. Namun gerakannya juga kalah oleh
pasukan uskup, kalangan Anabaptis semakin menderita karena kehilangan harapan.
Tidak semua kalangan Anabaptis mengikuti Munster dan Hoffman. Salah satunya
Menno Simons yang menolak kekerasan. Setelah peristiwa Munster itu, Menno Simons
menyatakan dirinya beralih pada kaum Anabaptis. Pada tahun 1537 ia ditahbiskan menjadi
pendeta Anabaptis. Sejak masa kepemimpinannya kaum Anabaptis di Belanda menghadapi
tekanan dari GKR, kelompok Anabaptis yang fanatik lainnya dan kelompok reformasi Luther
serta Calvin. Ada beberapa pandangan yang sama antara kaum Mennonit, Luther dan Calvin,
tetapi bagi kaum Mennonit pembenaran oleh iman berarti hanya pribadi-pribadi dewasa yang
memiliki kesadaran Iman yang boleh dibaptis. Sementara menurut kaum Mennonite berpegang
pada pandangan suatu masyarakat yang tidak memiliki agama yang satu dan sama akan
berbahaya, dalan hal ini Kaum Lutheran dan Calvinis. Akibatnya kaum Mennonite sering
terlibat dalam perdebatan dengan pemimpin gereja-gereja negara. Hal ini membuat Kaum
Mennonite jelas berbeda dari gereja negara dalam sifat dasar kehidupan kristiani dan kodrat
gereja. Kaum mennonite lebih menekankan pada kelahiran baru dan kemuridan serta gereja
merupakan perhimpunan umat beriman yang bersifat sukarela, penggunaan pedang
bertentangan dengan pengajaran Kristus dan para rasul. Kaum Mennonite sering dianggap oleh
gereja Katolik Roma dan Protestan sebagai penganut ajaran sesat, juga pemerintah memandang
mereka tidak memiliki loyalitas terhadap negara karena tidak mau menjadi tentara, akibatnya
mereka sering di tindas. Bagi kaum Mennonite penderitaan adalah harga yang harus mereka
bayar umtuk mempertahankan iman. Di Amerika mereka berkembang pesat hingga mendirikan
puluhan organisasi gereja dan berupaya mengarah pada kesatuan. Pada tahun 1918 mereka
membentuk wadah untuk menghimpun kesatuan dan kekuatan kaum Mennonite yang
mencakup gereja-gereja Mennonite di Amerika Serikat dan benua lain, yakni Mennonite
Central Committee (MCC). Selain itu ada wadah The Mennonite World Conference di Eropa,
konferensi pertama dilaksanakan di Jerman tahun 1925.
Sementara di Eropa perkembangana kaum Mennonite mengalami pasang surut, namun
adanya arus pencerahan membuat banyak orang mencari gereja yang tidak sibuk dengan urusan
pengakuan dan ajaran, seperti gereja Mennonite. Revolusi Perancis membuat mereka kesulitan
karena Napoleon menjanjikan toleransi dan kebebasan beragama yang memberi pengharapan
bagi kaum Mennonite, tetapi juga membuat undang-undang wajib militer dan adanya Perang
Dunia 1, sehingga dari kalangan Mennonite melonggarkan prinsip anti kekerasan. Seluruh
gereja-gereja Mennonite di dunia memahami dirinya sebagai gereja bebas, berarti tidak terikat
pada ajaran Protestan maupun negara.

Pokok-Pokok Ajaran Mennonite


1. Alkitab sebagai satu-satunya patokan iman dan perilaku
Kaum Mennonite memandang Alkitab sebagau sumber kebenaran untuk membebaskan
manusia dari dosa. Mereka menganut sikap praktis, yaitu Alkitab berfungsi di dalam
keselamatan dan penyucian manusia. Alkitab digunakan untuk memberitakan Injil
keselamatan dan mengajar jemaaat pada pertobatan dan hidup baru. Firman Tuhan
harus ditaati dengan sepenuh hati dan merupakan perkara iman, sehingga
membutuhkan kebebasan hati nurani. Dengan pemahaman ini kaum Mennonite
merumuskan pokok-pokok pengakuan iman, seperti pemisahan dari negara, kebebasan
setiaap jemaat menentukan bentuk ibadah dan organisasi, larangan bersumpah dan
sebagainya.
2. Kuasa Roh Kudus
Untuk mencegah orang membuat pemahaman sendiri, Alkitab harus dibaca dan
dipahami melalui perhimpunan jemaat. Ketika orang Kristen berhimpun, membaca
Firman Tuhan, mendengan, bernubuat dan mencari makna isinya, maka Roh Kudus
yang akan memimpin. Maka kaum Mennonite menolak otoritas final dari para teolog,
Kuasa Roh Kudus diandalkan dalam berbagai pertemuan dan perundingan.
3. Penetapan-Penetapn di dalam Perjanjian Baru
Kaum Mennonit tidak menggunakan kata sakramen melainkan penetapan. Karena
sesuai dengan semboyan imamat am semua orang percaya, bukan hanya pendeta yang
berhak melayankan upacara-upacara tetapi jemaat juga memiliki hak. Maka sifat
sakramental dari upacara-upacara itu ditiadakan. Yang menjadi tolok ukur upacara
gerejawi adalah penetapan yang dilakukan Kristus dan para rasul dalam Perjanjian Baru.
Kaum Mennonit berkeyakinan semua perintah dalam Perjanjian Baru harus
dilaksanakan secara harafiah oleh semua umat beriman. Setiap gereja Mennonite
memberlalukan serangkai penetapan menurut keyakinan dan kebebasan hati nuraninya,
yaitu baptisan, komuni, pembasuhan kaki, kecupan suci, pengurapan, kerudung bagi
wanita pada kebaktian, perkawinan dan penumpangan tangan pada penabisan. Khusus
Baptisan, hanya dilayankan bagi mereka yang sudah mampu menghayati dan
melaksanakan panggilan imannya. Karena itu hanya boleh dilayankan bagi orang-
orang dewasa yang sungguh menerima penggilan bertobat dan hidup baru. Sebab
baptisan bukan hanya berisi janji pengampuan tetapi juga tantangan merubah sikap dan
perilaku, berarti mengambil keputusan untuk menjalani kehidupan yang baru yang
terikat dengan perintah Kristus dan ikatan persaudaraan
4. Anti Kekerasan
Kaum Mennonit menolak kekerasan dalam kehidupan pribadi. Hal ini didasarkan pada
nats dalam Perjanjian Baru. Mereka menolak dinas pada kepolisisan dan pengadilan,
tetapi bukan berarti mereka menentang pemerintah, hanya saja mereka berkeyakinan
tugas mengadili, dan mengukum tidak ditetapkan Allah bagi orang-orang kudus. Orang
Kristen harus tetap tunduk kepada pemerintah yang ditetapkan Allah dan tetap
membayar pajak, kecuali penguasa yang bertentangan dengan hukum Allah. Mereka
berkeyakkinan etika Kristne adalah untuk orang Kristen bukan untuk negara.
5. Larangan Bersumpah
Didasarkan pada amanat Kristus dalam Matius 5:33-37 dan 23:18-22 dan Yakobus 5:12.
Sejalan dengan larangan menuntut seorang secara hukum atau menyeretnya
kepengadilan bahkan memenjarakannya. Kaum Mennonit hanya boleh mengafirmasi.
6. Kepatuhan Iman
Kaum Mennonite sangat menekankan kepatuhan pada ajaran dan perintah Tuhan
berdasarkan iman kepada-Nya. Mereka rajin bersaksi tentang iman walaupun
menghadapi banyak penindasan dan maut. Kepatuhan juga meliputi perilaku kehidupan
sehari-hari, tidak berdusta, tidak menipu, tidak berbahasa kasar, tidak berpesta pora,
dan bergaya hidup sederhana, memberi perhatian pada yang miskin dan menderita.
Gaya hidup kaum Mennonite sangat sederhana, jsauh dari kata konsumtif dan
materialistis, sehingga oleh mereka yang kurang menyukai gaya hidup sederhana
mengecam kaum Mennonite sebagai gereja yang legalistis.

Sejaran Singkat Mennonit di Indonesia


Tahun 1854 Doopsgezinde Zendingsvereeniging (DZV) melayankan baptis kepada
orang pribumi di desa Cumbring, dibantu oleh penginjil Mennonite dari Rusia terutama di Jawa
Tengah dan Irian Jaya. Beberapa diantara zendling giat dan berjasa dalam penerjemahan
Alkitan ke dalam bahasa Jawa dan Melayu. Jemaat-jemaat yang berhasil didirikannya di Jawa
Tengah berhimpun dalam 2 organisasi gereja, yakni Gereja Injil di Tanah Jawa (GITJ) berpusat
di Pati, kalangan pribumi Jawa dan Persatuan Gereja-Gereja Kristen Muria Indonesia (PGKMI)
berpusat di Semarang, kalangan besar warga dari peranakan Tionghoa. GITJ banyak bertahan
di daerah Pati, sementara PGKMI memperluas wilayah penginjilan ke luar daerah dan terus
berkembang. Di Irian Jaya bergabung ke dalam Gereja Kristen Injili. Kedua gereja ini sudah
menjadi anggota The Mennonite World Conference.
Tahun 1871 DZV mengutus beberapa zendling meneruskan pekerjaan di daerah
Mandailing sekitar desa Pakantan Tapanuli Selatan, tetapi kurang berkembang karena agama
Islam sangat kuat sehingga di serahkan kepada Batakmission (RMG) badan zendling dari
Jerman. Pada 1950 beberapa jemaat Tapanuli Selatan bergabung membentuk Gereja Mennonit
Protestan Indonesia, tetapi di tahun 1970 jemaat-jemaat itu bergabung kedalam Gereja Kristen
Protestan Angkola (GKPA). Pada tahun 1960-1970, PGKMI mulai memperluas wilayah
penginjilan keluar daerah Muria, GITJ juga giat mengirimkan warganya bertransmigrasi ke
Sumatera Selatan. Jemaat transmigran tersebut terkenal dengan keuletan dalam beribadah,
dalaam kebaktiannya mereka menyakinkan lagu lagu Kidung Persekutuan Kristen Jawa. Hal
ini berarti kedua gereja Mennonit di Indonesia tidak murni Mennonit dapat dilihat dalam
rumusan pengakuan iman, dalam rumusan penyataan iman PGKMI yang di sahkan 31 Januari
1958 sebagian besar merupakan terjemahan dari pernyataan GCMC dan gereja-gereja
Mannonit AS. Yang menarik ada 1 butir penting yang tidak ada dalam pengakuan iman PGKMI
yakni menolak berpartisipasi dalam angkatan bersenjata. Bagian itu dihilangkan karena GITJ
tidak ingin dicap sebagai pendukung pemerintah kolonial dan penetang gerakan perjuangan
kemerdekaan dan yang kedua lingkungan PGKMI terdapat kelompok yang tertarik menjajaki
penyatuan dengan gereja-gereja Tionghoa lainnya, sehingga mereka mengurangi ciri khas
Mennonit. Dalam penyataan iman GITJ juga tidak ada larangan bersumpah, karena hal itu akan
membuat warganya sulit menjadi pegawai negeri, sehingga kedua gereja ini banyak
mempertimbangkan konteks dan kondisi Indonesia dalam perumusan pernyataan imannya.

GKMI (Gereja Kristen Muria Indonesia)


GKMI adalah salah satu gereja aliran Mennonit, didirikan pada tanggal 6 Desember
1920 dengan adanya pembaptisan kudus bagi 25 orang perobat oleh Tee Siem Tat di Kudus.
Dari Kudus penginjilan terus bergerak ke Jepara, Bangsri, Welahan, Pati, Blora dan Pecangaan.
Dari pulau Jawa GKMI terus menyebar ke Lampung Selatan, Kalimantan Barat, Bali, Batam,
Medan, Tentena, Poso, Kupang dan Sumba. Di Yogyakarta sendiri terdapat 2 Gereja yakni
GKMI di daerah Bumi Ijo dan GKMI di daerah Pundong. Dalam mengatur hidup bersma
GKMI memakai bentuk Kongregasional-Sinodal yang memadukan perhatian pada
kemandirian gereja lokal dan perwujudan kebersamaan antar gereja lokal sebagai satu tubuh
Kristus Sinodal.
GKMI memiliki asas kepercayaan yang mengikatkan diri pada persekutuan gereja beraliran
Mennonit yang menekankan :
1. Pemuridan radikal dengan memperjuangkan kasih, kebenaran, keadilan, perdamaian
dan keutuhan ciptaan.
2. Persekutuan yang dibentuk berdasarkan panggilan yang sadar, kesukarelaan,
kedisiplinan dan komitmen unuk membangun tubuh Kristus
3. Pola hidup sederhana mengikuti teladan hidup Kristus
GKMI memiliki tujuan memberitakan dan mewujudkan Injil Keselamatan dan Kerajaan
Allah yang berlandaskan nilai-nilai kasih, kebenaran, keadilan, perdamaian dan keutuhan
ciptaan. Asas kepercayaan GKMI sebagai bagian dari persekutuan Tubuh Kristus mempercayai
bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah, Tubuh Kristus
adalah Tuhan, Anak Allah yang hidup, Juruselamat dunia. Sebagai bagian dari komunitas
Mennonit, GKMI menerima pernyataan Iman bersama Gereja-Gereja Mennonit yang
disepakati oleh Gereja-Gereja Mennonit sedunia dan terlibat aktif dalam mewujudkan misi
Allah bagi segala makhluk, dan sebagai bagian gereja yang kudus am, GKMI menerima
Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinope dan Pengakuan Iman
Athanasius.
Pengajaran GKMI bersumber dari Alkitab dan memberikan penekanan pada hidup yang
berpusat pada Kristus. Dalam buku katekisasi dan bahan pengajaran lainnya tertuang
pengajaran GKMI yang disahkan dalam PMPL Sinode GKMI. Dalam mewujudkan kesatuan
tubuh Kristus GKMI menyelenggarakan persekutuan dalam bentuk ; Kebaktian, Sakramen
Baptisan dan Perjamuan Kudus, Pembasuhan Kaki, Penggembalaan, Disiplin Gereja dan
Penyadarana Keesaan Gereja dan Kerjasama Ekumenis. GKMI menyelanggarakan
penatalayaan berdasarkan nilai-nilai kasih, kebenaran, keadilan, perdamaian, dan keutuhan
ciptaan. Ada pula kesaksian untuk menjadikan bangsa murid Kristus berdasarkan Amanat
Agung dan Hukum Kasih Yesus Kristus. Struktur organisasi GKMI diatur oleh sistem
pemerintahan Kongregasional Sinodal dengan mengakui jabatan gerejawi ; Pendeta. Penatua,
Diaken, Gembala Jemaat

Kesimpulan
Gereja Mennonit dari awal terbentuknya mengalami banyak dinamika yang membuat
mereka terus berubah dan berkembang sesuai dengan konteks dimana ia berdiri. Namun pada
dasarnya mereka tetap memegang teguh prinsip yang menekankan ajaran pada perdamaian,
kasih, kebenaran, keadilan dan keutuhan ciptaan. Dalam menjelaskan diri dan ajarannya
Mennonit sering berupaya membuktikan kesamaan dengan GKR ataupun gereja-gereja
Protestan lainnya. Namum mereka juga menujukkan ciri khas yang menonjol dari semua gereja.

Daftar Pustaka
Aritonang, Pdt. Dr. Jan S. 2008. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja.
Jakarta : BPK Gunung Mulia.
https://profilbaru.com/Gereja_Kristen_Muria_Indonesia diakses pada tanggal 16
Oktober 2023

Dokumentasi Wawancara
Narasumber : Pdt. Anang
Jabatan : Pendeta GKMI cabang Pundong

Anda mungkin juga menyukai