Buku ini menjelaskan tokoh dan ajaran aliran Maturidiyyah yang didirikan oleh Abu Manshur al-Maturidi. Al-Maturidi berusaha menengahi pandangan rasionalis Mu'tazilah dan pandangan keagamaan Ash'ari dengan menekankan penggunaan akal bersamaan dengan wahyu. Pemikirannya menegaskan kebebasan manusia dan pengampunan Allah terhadap dosa-dosa besar selain syirik. Buku ini memberikan gambaran baik tentang upaya al-
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan2 halaman
Buku ini menjelaskan tokoh dan ajaran aliran Maturidiyyah yang didirikan oleh Abu Manshur al-Maturidi. Al-Maturidi berusaha menengahi pandangan rasionalis Mu'tazilah dan pandangan keagamaan Ash'ari dengan menekankan penggunaan akal bersamaan dengan wahyu. Pemikirannya menegaskan kebebasan manusia dan pengampunan Allah terhadap dosa-dosa besar selain syirik. Buku ini memberikan gambaran baik tentang upaya al-
Buku ini menjelaskan tokoh dan ajaran aliran Maturidiyyah yang didirikan oleh Abu Manshur al-Maturidi. Al-Maturidi berusaha menengahi pandangan rasionalis Mu'tazilah dan pandangan keagamaan Ash'ari dengan menekankan penggunaan akal bersamaan dengan wahyu. Pemikirannya menegaskan kebebasan manusia dan pengampunan Allah terhadap dosa-dosa besar selain syirik. Buku ini memberikan gambaran baik tentang upaya al-
Buku ini menjelaskan tokoh dan ajaran aliran Maturidiyyah yang didirikan oleh Abu Manshur al-Maturidi. Al-Maturidi berusaha menengahi pandangan rasionalis Mu'tazilah dan pandangan keagamaan Ash'ari dengan menekankan penggunaan akal bersamaan dengan wahyu. Pemikirannya menegaskan kebebasan manusia dan pengampunan Allah terhadap dosa-dosa besar selain syirik. Buku ini memberikan gambaran baik tentang upaya al-
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 2
TUGAS MATAKULIAH ILMU TAUHID
MEREVIEW BUKU "FALSAFAH KALAM"
Nama : Muhamad Azis
NIM : 2281131992 Kelas : A40 Dosen Pengampu : Bpk Prof. Dr. H.JAMALI, M.Ag
TEMA ALIRAN MATURIDIYAH: TOKOH DAN AJARANNYA
Aliran Mâtûridiyah dan Aliran Mâtûridiyah muncul sebagai reaksi terhadap aliran Mu'tazilah, bersamaan dengan aliran Asy'ârîyyah. Al-Mâtûridî adalah pendiri aliran ini, dan meskipun memiliki motivasi yang sama dengan Asy'ârî dalam menentang Mu'tazilah, terdapat perbedaan pandangan di antara mereka. Aliran Mâtûridiyyah kemudian pecah menjadi dua golongan: golongan Samarqand yang lebih mendekati Mu'tazilah, dan golongan Bukhârâ yang lebih mendukung pandangan Asy'ârî. Abû Manshûr al-Mâtûridî, pendiri aliran ini, memiliki latar belakang kehidupan yang minim informasi. Ia adalah pengikut Abû Hanîfah, yang menggunakan akal dan rasio dalam pandangan keagamaan. Al-Mâtûridî memiliki berbagai guru dalam studi fiqh dan kalam, termasuk Nashr ibn Yahyâ al-Balakhî, Abû Nashr al-'Iyyâd, Abû Bakr al-Jurjânî, dan Muhammad ibn Hanbal asy- Syaibânî. Al-Mâtûridî adalah seorang pengikut Abû Hanîfah yang menekankan penggunaan akal dan rasio dalam pandangan keagamaan. Ia belajar dari berbagai tokoh terkemuka, termasuk Nashr ibn Yahyâ al-Balakhî dalam bidang studi fiqh dan kalam madzhab Hanafi, serta dari Abû Nashr al-'Iyyâd, Abû Bakr al-Jurjânî, dan Muhammad ibn Hanbal asy-Syaibânî. Kota tempat dia dibesarkan, Samarqand, adalah tempat di mana terjadi perdebatan antara aliran fiqh Hanafi dan Syâfi'i, serta antara fuqahâ' dan ahli hadîs di satu pihak, dan aliran Mu'tazilah di pihak lain. Kondisi ini mendorong al-Mâtûridî untuk mendalami fiqh, ushûl fiqh, dan ushûl ad-dîn. Namun, literatur mengenai ajaran al-Mâtûridî lebih terbatas dibandingkan dengan ajaran Asy'âriyyah. Buku-buku yang membahas berbagai sekte dan aliran seperti asy-Syahrastânî, Ibnu Hazm, dan al-Baghdadî tidak memuat banyak informasi mengenai al-Mâtûridî. Karya-karya tulisannya seperti "at-Tauhîd" dan "Ta'wîl al-Qur'ân" belum banyak dicetak dan masih tersimpan dalam bentuk naskah (Makhtutât). Pemikiran al-Mâtûridî : - Akal dan Fungsi Wahyu: Al-Mâtûridî memandang akal sebagai daya berfikir yang ada dalam manusia dan upaya untuk mencapai pemahaman tentang Tuhan. Wahyu, sebagai pengantar pemahaman tentang Tuhan dan kewajiban manusia terhadap-Nya, memberikan pengetahuan metafisika kepada manusia. - Perbuatan Manusia: Al-Mâtûridî membagi perbuatan manusia menjadi dua jenis: perbuatan Allah yang menciptakan kemampuan manusia, dan perbuatan manusia yang merupakan hasil pemilihan dan kebebasan. Manusia dapat memilih untuk menggunakan daya yang diberikan oleh Tuhan. - Perbuatan Dosa Besar dan Iman: Al-Mâtûridî mengatakan bahwa melakukan dosa besar tidak membuat seseorang kekal di dalam neraka, asalkan dia mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Hanya dosa syirik yang tidak diampuni. - Sifat-sifat Allah: Menurut al-Mâtûridî, sifat-sifat Tuhan bukanlah zat yang melekat pada-Nya, dan berbilangnya sifat tidak akan mengakibatkan keberadaan lebih dari satu zat. Tuhan memiliki sifat qadîm, yang memiliki keqadiman yang tinggi. - Keqadiman al-Qur'an: Al-Mâtûridî berpendapat bahwa kalam (ucapan) Allah adalah makna yang ada dalam zat-Nya dan qadîm dengan keqadiman yang tinggi. Al-Qur'an adalah qadîm dan memiliki sifat qadîm. - Keadilan Allah: Al-Mâtûridî meyakini bahwa Allah selalu adil dan tidak akan menyalahi janji- Nya. Dia memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat. Allah tidak memiliki kekuasaan mutlak dan dibatasi oleh keadilan-Nya. Tuhan tidak akan memberikan beban kepada hamba-Nya melebihi kemampuan mereka. - Melihat Allah (Ru'yah Allâh): Al-Mâtûridî sependapat dengan Asy'ârî bahwa melihat Allah pada hari kiamat adalah mungkin, karena pada hari kiamat berlaku ilmu Allah yang khusus. Tapi dia menekankan bahwa cara melihat Allah tidak perlu dipahami dengan akal dan bisa diterima tanpa perlu tanya-tanya. Komentar: Dalam buku menguraikan dengan jelas pemikiran al-Mâtûridî, seorang tokoh dalam ilmu kalam Islam. Pemikirannya mencerminkan upaya untuk menjembatani perbedaan antara aliran Mu'tazilah yang menekankan akal dan aliran Asy'ârî yang lebih fokus pada keyakinan dan wahyu. Al-Mâtûridî tampaknya mencoba mencapai keseimbangan antara dua pendekatan ini. Pentingnya akal dalam pemikiran al-Mâtûridî mencerminkan keyakinannya bahwa manusia dapat menggunakan akal untuk memahami Tuhan dan kewajiban moralnya. Namun, ia juga mengakui bahwa ada aspek-aspek yang melebihi pemahaman manusia dan hanya dapat dijelaskan melalui wahyu. Konsep ini mencerminkan pendekatan moderat dalam menggabungkan akal dan keyakinan dalam kerangka pemahaman agama. Pendapatnya tentang dosa besar dan iman juga menarik, di mana ia berpendapat bahwa dosa besar tidak membuat seseorang kekal di neraka jika mereka meninggal dalam keiman. Ini adalah pendekatan yang memihak kepada pengampunan dan rahmat Tuhan, yang sesuai dengan pandangan moderat dalam Islam. Buku sangat menarik karena memberikan gambaran yang baik tentang pemikiran al-Mâtûridî dan bagaimana ia mencoba mencapai keseimbangan antara aspek-aspek rasional dan spiritual dalam pemahaman agama Islam. Pemahaman ini dapat membantu memahami berbagai aliran dalam kalam Islam dan kompleksitasnya.