Review Jurnal Mangrove

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

JUDUL : Ekosistem Mangrove Dan Mitigasi Perubahan Iklim: Sebuah Studi Literatur

JURNAL : Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana


PENULIS : Dian Nuraini Melati
TAHUN : 2021
VOLUME : 16
HALAMAN : 1-8
REVIEWER :
TANGGAL 12-6-2022
ABSTRAK
Jurnal yang berjudul “Ekosistem Mangrove Dan Mitigasi Perubahan Iklim: Sebuah Studi Literatur
” ini berisi tentang upaya pencegahan perubahan iklim dengan cara menanam mangrove. Abstrak
yang disajikan penulis menggunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (Bahasa Internasional).
Secara keseluruhan isi abstrak ini menuju ke topik bahasan yang dibahas dalam jurnal ini. Menurut
saya isi dari abstrak ini mudah dipahami oleh pembaca.
LATAR BELAKANG
Mangrove merupakan ekosistem yang kaya akan karbon dan memiliki peranan penting dalam
regulasi iklim, yaitu dengan kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah yang besar sebagai
upaya mengimbangi emisi antropogenik CO2. Maka dari itu, peran ekosistem pesisir seperti
mangrove dalam menyerap karbon untuk mengurangi emisi adalah sangat penting dan perlu untuk
dilindungi dan direstorasi untuk mencegah terjadinya perubahan iklim.
TUJUAN PENELITUAN
Tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran ekosistem mangrove
dalam mitigasi perubahan iklim
METODE
Jurnal ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan studi literatur dalam
pengumpulan data. Mendeskripsikan peran ekosistem mangrove pada mitigasi perubahan iklim
serta tantangannya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian menunjukkan bahwa peran ekosistem mangrove memang penting terhadap mitigasi
perubahan iklim. Dengan alasan bahwa Mangrove memiliki potensi cadangan karbon yang besar,
dengan nilai yang cadangan karbon tiga sampai dengan empat kali lebih besar dari cadangan
karbon pada hutan terrestrial. Hal ini membawa manfaat dalam upaya menurunkan emisi gas
rumah kaca. Konservasi dan restorasi mangrove dalam rangka mengurangi laju deforestasi tidak
hanya dapat menjaga cadangan karbon untuk mitigasi perubahan iklim tetapi juga dapat
memfasilitasi adaptasi terhadap perubahan iklim seperti kenaikan muka air laut.
KELEBIHAN penulis menggunakan referensi yang cukup banyak dan mendetail
KEKURANGAN Bahasa yang digunakan agak sulit untuk dicerna orang awam
KONDISI ATMOSFER
Radiasi matahari merupakan transfer panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik
yang menyinari bumi dengan menembus atmosfer bumi. Radiasi sinar matahari yang masuk ke
bumi sebagian besar akan diserap oleh bumi dan sisanya akan tertahan di lapisan atmosfer. Sinar
matahari yang telah mencapai permukaan bumi kemudian dipantulkan menuju atmosfer dan
akhirnya dilepaskan Kembali ke luar angkasa. Di lapsan atmosfer terdapat gas gas yang dapat
menahan lepasnya radiasi matahari dan memantulkannnya Kembali ke permukaan bumi sehingga
suhu rata-rata di bumi akan hangat. Gas gas di atmosfer ini disebut gas rumah kaca dan
peristiwanya disebut efek rumah kaca. Tanpa gas rumah kaca, suhu rata-rata di permukaan Bumi
dikira akan menjadi di bawah titik beku air, tetapi, adanya terlalu banyak gas rumah kaca
menyebabkan pemanasan global.
Kandungan Gas rumah kaca paling banyak yang ada di atmosfer Bumi adalah uap air (H2O),
karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrogen monoksida (N2O). Karbon dioksida timbul
dari berbagai proses alami seperti: letusan gunung berapi, kebakaran hutan, pernapasan hewan
(yang menghirup oksigen dan menghembuskan CO2). Namun, sejak Revolusi Industri,
konsentrasi CO2 pada atmosfer Bumi telah naik hampir 50%, dari 280 ppm pada tahun 1750
hingga 415 ppm pada tahun 2022.
Jurnal ini membahas mengenai Mitigasi perubahan iklim yang merupakan suatu kegiatan berupaya
untuk mengurangi resiko peningkatan emisi gas rumah kaca yang ada di atmosfer, gas dapat
muncul secara alami di lingkungan dan dapat pula muncul akibat aktivitas manusia. Mangrove
merupakan eksosistem yang kaya akan karbon dan memiliki peranan penting dalam regulasi iklim,
yaitu dengan kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah yang besar sebagai upaya
mengimbnagi emisi antropogenik CO2. Ekosistem mangrove mampu menyimpan karbon yang
tinggi bermanfaat dalam pengurangan emisi gas rumah kaca. Ekosistem mangrove ini mampu
menyimpan karbon tiga sampai dengan empat kali lebih besar daripada hutan di daratan. Hal ini
menjadikan mangrove memiliki peranan yang penting sebagai suatu ekosistem dalam upaya
mitigasi perubahan iklim.

SUHU UDARA
Para peneliti iklim terkemuka di dunia yang tergabung dalam Panel Antar-pemerintah tentang
Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) menyatakan bahwa
Anomali suhu udara global pada permukaan Bumi telah meningkat setidaknya saat ini suhu bumi
sudah mencapai 1,18 derajat celcius. Jumlah tersebut mununjukan semakin mendekati konsentrasi
1,5 derajat celcius. Kenaikan suhu bumi dalam jumlah tersebut disebabkan oleh emisi karbon yang
berasal dari aktivitas manusia diberbagai sektor.
Akibatnya kenaikan suhu bumi konsentrasi emisi karbon mengalami kenaikan tertinggi dalam 2
miliar tahun terakhir, permukaan air laut mengalami kenaikan dengan cepat dalam 3.000 tahun
terakhir, es di kutub-kutub bumi meleh yang menyebabkan permukaan air naik sehingga pulau
kecil terancam tenggelam, musim kemarau yang berkepanjangan, gelombang panas yang
meningkatkan suhu udara secara ekstrim dan hujan lebat yang sering sekali terjadi
Jika kenaikan suhu bumi melampaui 1,5°C, dunia perlu melakukan upaya ekstra untuk
menghilangkan emisi CO2 dari udara. Cara-cara untuk menghilangkan polusi CO2 dari udara ini
menurut IPCC belum terbukti dalam skala luas dan berisiko merusak upaya pembangunan yang
berkelanjutan. Namun, sudah sangat terbukti bahwa mangrove memiliki potensi menyimpan
karbon dalam jumlah yang besar. Mangrove juga dapat meminimalisir Suhu yang tinggi terjadi
akibat perubahan iklim global kerena peranannya sebagai penyeimbang ekosistem di wilayah
pesisir.
Penulis menyatakan dalam jurnalnya bahwa Konservasi dan restorasi mangrove dalam rangka
mengurangi laju deforestasi tidak hanya dapat menjaga cadangan karbon untuk mitigasi perubahan
iklim tetapi juga dapat memfasilitasi adaptasi terhadap perubahan iklim seperti kenaikan muka air
laut. Paris Agreement mewajibkan seluruh pihak untuk mendukung aksi mitigasi dan membuat
target-target dalam bentuk Nationally Determined Contribution (NDC) terkait rencana aksi
mitigasi perubahan iklim bagi setiap negara. Dalam hal ini, proteksi dan restorasi mangrove
menjadi bagian dari rencana aksi tersebut. Dengan membatasi peningkatan co2 di atmosfir, efek
gas rumah kaca akan berkurang sehingga bumi tidak mencapai suhu udara

KELEMBABAN UDARA
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk
setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu airakan lebih
cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya.
Anginakan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda
Kenaikan air laut bisa berakibat terjadinya abrasi. Peranan mangrove dalam hal ini adalah sebagai
penahan abrasi. Akar-akarnya yang tertancap ke tanah, mampu menahan derasnya arus laut
sehingga tanah pesisir terlindung dari terjangan gelombang dahsyat penyebab abrasi.
TEKANAN UDARA
Hutan Mangrove dapat menyimpan karbon lebih banyak dari hampir semua hutan di bumi.
Hutan mangrove dapat mengurangi Tebalnya konsentrasi gas co2 dan yang merupakan komponen
besar dalam gas rumah kaca akan mempengaruhi peningkatan tempperatur bumi. Peningkatan ini
mengakibatkan iklim global berubah seperti perubahan curah hujan dan naiknya intensitas
frekwensi badai, naiknya pasang surut laut akibat memuainya air laut pada temperatur yang
lebih tinggi.
Tekanan udara merupakan unsur dan pengendali iklim yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk di bumi, karena perannya sebagai penentu dalam penyebaran curah hujan. Perubahan
tekanan udara akan menyebabkan perubahan kecepatan dan arah angin, perubahan ini akan
membawa pula pada perubahan suhu dan curah hujan. Angin yang bergerak dari arah yang
berlawanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap iklim, karena perbedaan suhu yang
disebabkan, adapun angin laut yang berasal dari lautan melewati lautan pada sebagian besar
perjalanannya akan lebih banyak mendatangkan hujan, karena uap air yang dibawanya. Dengan
demikian penyebaran curah hujan diseluruh permukaan bumi berhubungan sangat erat dengan
sistem tekanan udara dan angin.

DAMPAK PEERUBAHAN IKLIM


Salah satu dampak perubahan iklim global adalah terjadinya pemanasan global, yaitu
meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
di atmosfer. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah
hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sebaliknya di belahan
bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan yang disebabkan oleh kenaikan
suhu. Jurnal ini membahas pemanfaatan ekosistem mangrove lebih merujuk pada mitigasi
perubahan iklim lebih tepatnya pada pemanasan global akibat gas rumah kaca yakni banyaknya
konsentrasi co2 di atmosfir bumi
IPCC menyatakan bahwa pemanasan globa dapat menyebabkan terjadi perubahan yang signifikan
dalam sistem fisik dan biologis seperti peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola
presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin,mempengaruhi masa reproduksi hewan dan
tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit,
serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi
(termasuk ekosistem di daerah Artuka dan Antartika), lokasi yang tinggi, serta ekosistem-
ekosistem pantai.
Kenaikan air laut bisa berakibat terjadinya abrasi. Peranan mangrove dalam hal ini adalah sebagai
penahan abrasi. Akar-akarnya yang tertancap ke tanah, mampu menahan derasnya arus laut
sehingga tanah pesisir terlindung dari terjangan gelombang dahsyat penyebab abrasi.

Anda mungkin juga menyukai