Makalah Aik Nifaq Kel.2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM ISLAM

DOSEN :
AHMAD RAIS TOMO M.HUM

DISUSUN OLEH :

ALAMSYAH R : 22209051
AKMAL : 22209107
ERVINA :222090

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
ABSTRAK

Tulisan ini menjelaskan bahwa dalam perjanjian pada dasarnya terdapat asas
kebebasan berkontrak yang tidak boleh dibatasi oleh siapapun bahkan termasuk
perundang-undangan. Namun perkembangan berikutnya, dalam praktek hukum Indonesia,
perjanjian yang berdasarkan asas ini mengalami kegagalan berupa adanya
campur tangan parlemen melalui peraturan perundang-undangan terhadap kebebasan
berkontrak. Sedangkan dalam hukum Islam, asas kebebasan berkontrak tidak bersifat
mutlak, tetapi terbatas. Pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan batasan
menurut hukum positif. Dalam hukum syari’ah Islam terdapat asas-asas perjanjian yang
dibagi dalam beberapa asas, yakni asas tauhid, kebolehan, kebebasan berkontrak,
keadilan, persamaan, kejujuran, amanah, kemanfaatan dan kemaslahatan, konsensualisme,
janji mengikat, keseimbangan prestasi, kepastian hukum, dan kepribadian.

ii
KATA PENGANTAR

Mungkin kita sering mendengar kata Munafiq di dalam kehidupan sehari hari
kita. munafiq adalah suatu sifat seseorang yang sangat buruk yang bisa menyebabkan
orang itu di kucilkan dalam masyarakat. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang
munafiq? Mungkin kita dengan tegas mengatakan kita bukan orang munafik karena
kurangnya pemahaman kita mengenai apa itu sifat munafiq yang sesungguhnya.

Sebagai seorang muslim, kita harus mampu memahami, menghayati,dan


mengaktualisasikan diri ke dalam tipologi manusia, pertama Al Mu’min yaitu golongan
yang ikhlas beragama karena alloh semata, dan yang sesuai antara lahir dan batinnya,
sesuai antara perbuatan dan perkataannya. Al Kafir yaitu golongan yang mencintai
kekufuran secara lahir dan batinnya. Al Munafiq yaitu golongan yang menyatakan iman
secara dhahir dengan lidahnya sedang batinnya tidak iman, hatinya kafir. Kelompok ini
paling buruk mereka kufur dengan kekafiran yang paling buruk karena
menyembunyikan kekafirannya. Jika tipologi manusia itu sesuai dengan ajaran islam,
maka seharusnya kita amalkan, karena kita akan merasa nyaman dengan itu. Dan jika
tidak sesuai dengan ajaran islam maka tinggalkanlah, karena akan merusak kepribadian
kita. Di samping itu kita harus bisa menjelaskan perilaku manusia berdasarkan analisis
Al Qur’an dan Al Hadist tentang ciri ciri dan karakteristik ketiga tipologi manusia
tersebut.

Karena itu melalui makalah ini di pandang perlu untuk mengungkap dan
menjelaskan karakter manusia, khususnya karakteristik manusia munafiq, yaitu manusia
golongan ketiga.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan masalah…..........................................................................................2
C. Tujuan penulisan................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Hukum Islam.........................................................................................3


B. Asas-asas Hukum Islam….................................................................................3

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan…....................................................................................................7
B. Saran…...............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................8

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hukum Islam merupakan perintah dari Allah SWT. yang ditaati oleh seluruh umat
Islam dan harus dilaksanakan oleh setiap muslim, agar kehidupan manusia menjadi
aman. tertib dan selamat baik di dunia maupun di akhirat. Tujuan ini adalah
melaksanakan seluruh perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-
laranganNya.
Salah satu segi dari kehidupan sehari-hari adalah setiap orang harus merasa
terlindungi. Agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan aman tentram dan
damai tanpa adanya gangguan, maka bagi setiap manusia perlu adanya suatu tata
kedidupan
Dalam Islam, seluruh aktivitas manusia diatur berdasarkan syariat Allah SWT yang
terkandung dalam Kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Setiap orang
mengintegrasikan dirinya kepada Islam wajib membentuk seluruh hidup dan
kehidupannya berdasarkan syariat yang termasuk dalam Al-Qur'an dan Sunnah ini.
Tujuan umum syar'i dalam mensyariatkan hukum-hukumnya adalah mewujudkan
kemaslahatan-kemaslahatan manusia dengan menjamin hal-hal yang dharuri (kebutuhan
pokok) dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan mereka (hajiyat) serta kebaikan-kebaikan
mereka (tahsiniyat)
Setiap hukum syar'i tidaklah dikehendaki padanya kecuali salah satu dari tiga hal
tersebut yang menjadi penyebab terwujudnya kebutuhan manusia. Sesuatu yang besifat
tahsini tidaklah dipelihara apabila dalam pemeliharaannya terdapat kelalaian (perihal
melalaikan kewajiban) terhadap sesuatu yang bersifat kebutuhan (hajiy)
Sesuatu yang bersifat kebutuhan dan kebaikan tidaklah dipelihara apabila dalam
memelihara salah satunya terdapat kelalaian (perihal melalaikan kewajiban) terhadap
yang dharuri.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak selamanya manusia menjalani kehidupan yang
wajar. Pada tempat dan masa tertentu dia bisa mengalami halhal yang berada di luar
kemampuannya untuk menolak, menghindar dan menguasainya. Maksudnya keadaan
yang membahayakan hidupnya, seperti adanya hasutan dan ajakan diri orang lain, dalam
keikut sertaannya untuk melakukan tindak pidana atau kejahatan lainnya dan sebagainya.
Dalam hukum Islam hal ini disebut dengan tindak pidana penyertaan atau istilah
lainnya keikut sertaan dalam melakukan suatu jarimah. Dalam hal yang demikian itu,
yang dengan berdasarkan prinsip keadilan dan kemaslahatan, Islam menawarkan jalan
keluar berupa pemberian pembelajaran dan sanksi pada pelaku kejahatannya dalam suatu
tindak pidana.

1
B. Rumusan Masalah

1. Tujuan Hukum Islam ?


2. Asas-asas Hukum Islam ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Tujuan Hukum Islam

2. Mengetahui Asas-asas Hukum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Hukum Islam


Tujuan Hukum Islam Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan hukum Islam
adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak, dengan jalan
mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau menolak mudarat yaitu yang
tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Para Ulama Ushul Fikih (Hassan, 1971,
hal.242) sering menggunakan istilah "tujuan hukum Islam" dengan "magashid al-
syari'ah". Untuk menjelaskan tentang tujuan hukum Islam itu, kata "magashid" kadang-
kadang digabungkan dengan "al-syari'ah" dan kadang-kadang digabung dengan "al-
syari'ah" (Pembuat hukum, Tuhan) dengan maksud dan pengertian yang sama. Artinya
"magashid al-syari'ah" dan "maqashid al-syari'ah" adalah dua istilah yang mempunyai
maksud dan pengertian yang sama, yaitu pada hakikatnya adalah sama dengan pengertian
tujuan hukum islam
Tujuan hukum Islam yang kedua, dari segi pelaku dan pelaksana hukum yakni
manusia, adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan mempertahankan
kehidupan itu. Umat manusia sebagai pelaku dan pelaksana hukum Tuhan berkewajiban
mentaati dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat melaksanakan
dengan baik dan benar sesuai kehendak pembuat hukum, maka manusia wajib
meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam dengan mempelajari dasar
pembentukan dan pemahaman hukum Islam sebagai metodologinya.

B. Asas-asas Hukum Islam


1) Asas Ilahiah atau Asas TauhidSetiap tingkah laku dan perbuatan manusia
tidak akan luput dari ketentuan Allah SWT. Seperti yang disebutkan
dalam QS.al-Hadid (57): 4 yang artinya ”Dia bersama kamu di mana
saja kamu berada. Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan”.
Kegiatan mu’amalah termasuk perbuatan perjanjian, tidak pernah akan
lepas dari nilai-nilai ketauhidan. Dengan demikian manusia memiliki
tanggung jawab akan hal itu. Tanggung jawab kepada masyarakat,
tanggung jawab kepada pihak kedua,tanggung jawab kepada diri sendiri,
dan tanggung jawab kepada Allah SWT. Akibat dari penerapan asas
ini, manusia tidak akan berbuat sekehendak hatinya karena segala
perbuatannya akan mendapat balasan dari Allah SWT.16
3
2) Asas Kebolehan (Mabda’al-Ibahah) Terdapat kaidah fiqhiyah yang
artinya,”Pada asasnya segala sesuatu itu dibolehkan sampai terdapat dalil
yang melarang”. Kaidah fiqih tersebut bersumber pada dua hadis berikut ini:
Hadis riwayat al Bazar dan at-Thabrani yang artinya: “Apa-apa yang
dihalalkan Allah adalah halal, dan apa-apa yang diharamkan Allah
adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan. Maka
terimalah dari Allah pemaaf-Nya. Sungguh Allah itu tidak melupakan
sesuatupun”. Hadis riwayat Daruquthni, dihasankan oleh an-Nawawi
yang artinya: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa
kewajiban, maka jangan kamu sia-siakan dia dan Allah telah memberikan
beberapa batas, maka janganlah kamu langgar dia, dan Allah telah
mengharamkan sesuatu maka janganlah kamu pertengkarkan dia,dan
Allah telah mendiamkan beberapa hal, maka janganlah kamu
perbincangkan dia. Kedua hadis di atas menunjukkan bahwa segala
sesuatunya adalah boleh atau mubah dilakukan. Kebolehan ini dibatasi
sampai ada dasar hukum yang melarangnya. Hal ini berarti bahwa
Islam memberi kesempatan luas kepada yang berkepentingan untuk
mengembangkan bentuk dan macam transaksi baru sesuai dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.

3) Asas Keadilan (al-‘Adalah) Dalam QS. Al-Hadid (57): 25 disebutkan


bahwa Allah berfirman yang artinya ”Sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah
Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan Neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”. Selain itu disebutkan
pula dalam QS. Al-A’raf (7): 29 yang artinya “Tuhanku menyuruh
supaya berlaku adil”. Dalam asas ini para pihak yang melakukan kontrak
dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkapkan kehendak dan
keadaan, memenuhi perjanjian yang telah mereka buat, dan memenuhi
semua kewajibannya.

4) Asas Persamaan atau KesetaraanHubungan muamalat dilakukan untuk


memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seringkali terjadi bahwa seseorang
memiliki kelebihan dari yang lainnya. Oleh karena itu sesama manusia
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka antara
manusia yang satu dengan yang lain, hendaknya saling melengkapi atas
4
kekurangan yang lain dari kelebihan yang dimilikinya. Dalam melakukan
kontrak para pihak menentukan hak dan kewajiban masing-masing
didasarkan pada asas persamaan dan kesetaraan. Tidak diperbolehkan
terdapat kezaliman yang dilakukan dalam kontrak tersebut. Sehingga
tidak diperbolehkan membeda-bedakan manusia berdasar perbedaan
warna kulit, agama, adat dan ras. Dalam QS.al-Hujurat (49): 13 disebutkan
yang artinya ”Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal”.

5) Asas Kejujuran dan Kebenaran (As}-S{idiq) Jika kejujuran ini tidak


diterapkan dalam kontrak, maka akan merusak legalitas kontrak dan
menimbulkan perselisihan diantara para pihak.33 QS.al-Ahzab (33): 70
disebutkan yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. Suatu
perjanjian dapat dikatakan benar apabila memiliki manfaat bagi para
pihak yang melakukan perjanjian dan bagi masyarakat dan lingkungannya.
Sedangkan perjanjian yang mendatangkan madharat dilarang.

6) Asas Tertulis (al-Kitabah) Suatu perjanjian hendaknya dilakukan secara


tertulis agar dapat dijadikan sebagai alat bukti apabila di kemudian hari
terjadi persengketaan.20 Dalam QS.al-Baqarah (2); 282- 283 dapat
dipahami bahwa Allah SWT menganjurkan kepada manusia agar
suatu perjanjian dilakukan secara tertulis, dihadiri para saksi dan
diberikan tanggung jawab individu yang melakukan perjanjian dan yang
menjadi saksi tersebut. Selain itu dianjurkan pula jika suatu perjanjian
dilaksanakan tidak secara tunai maka dapat dipegang suatu benda sebagai
jaminannya.

7) Asas Iktikad baik (Asas Kepercayaan atau Amanah) Asas ini dapat
disimpulkan dari pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang berbunyi,
”Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Asas ini
mengandung pengertian bahwa para pihak dalam suatu perjanjian harus
melaksanakan substansi kontrak atau prestasi berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh serta kemauan baik dari para pihak agar tercapai
tujuan perjanjian.

5
8) Asas Kemanfaatan dan KemaslahatanAsas ini mengandung pengertian
bahwa semua bentuk perjanjian yang dilakukan harus mendatangkan
kemanfaatan dan kemaslahatan baik bagi para pihak yang mengikatkan diri
dalam perjanjian maupun bagi masyarakat sekitar meskipun tidak terdapat
ketentuannya dalam al Qur’an dan Al Hadis.21Asas kemanfaatan dan
kemaslahatan ini sangat relevan dengan tujuan hukum Islam secara
universal. Sebagaimana para filosof Islam di masa lampau seperti al-
Ghazali (w.505/1111) dan asy-Syatibi (w 790/1388) merumuskan tujuan
hukum Islam berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan al-Hadis sebagai
mewujudkan kemaslahatan. Dengan maslahat dimaksudkan memenuhi dan
melindungi lima kepentingan pokok manusia yaitu melindungi
religiusitas, jiwa-raga, akal-pikiran, martabat diri dan keluarga, serta harta
kekayaan.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan hukum Islam adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil, harmonis,
dan taat hukum dalam kerangka nilai-nilai agama Islam. Asas-asas hukum Islam yang
mendasarinya adalah keadilan, keseimbangan, maqasid al-shariah (tujuan-tujuan
syariah), dan keberlanjutan.

B. Saran
Pendidikan dan Kesadaran: Penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang hukum Islam dan asas-asasnya melalui pendidikan dan kesadaran, sehingga
individu dapat mematuhi hukum dengan benar.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/532011361/Asas-Asas-Hukum-Islam

Anda mungkin juga menyukai