Makalah: Peradaban Islam Pada Masa Daulah Usmani

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Peradaban Islam Pada Masa Daulah Usmani

Kelompok 2

Oleh :

Aerin

Alda Sari

Muh. Fashar

Muh. Reski Al-Fadil

Selpia Syakila

Zahra Maulana

MAN 3 BONE
TAHUN 2023/2024
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PERADABAN ISLAM DAULAH USMANI” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak Suaib S.Pd pada mata pelajaran SKI. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang peradaban Islam Daulah Usmani bagi para
pembaca dan juga para penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Suaib S.Pd, selaku guru bidang
studi SKI yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Leppangeng, 01 agustus 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

A. Sejarah lahirnya daulah usmani......................................................................................

B. Kebijakan dan strategi pemerintahan daulah usmani......................................................

C. Kemajuan peradaban islam masa daulah usmani............................................................

1. Muhammad I (817-824 H/1403-1421 M)...............................................................


2. Murad II (824-855 H/1421-1451 M).....................................................................
3. Muhammad II Al-Fatih (855-884 H/1451-1481 M)..............................................
4. Bayazid II (884-918 H/1481-1512 M).....................................................................

D. Kemunduran peradaban islam masa daulah usmani.......................................................

Kesimpulan..........................................................................................................................

Daftar pustaka......................................................................................................................
PERADABAN ISLAM DAULAH USMANI

Gambar 1.1
Masjid Hagia Sophia Kemegahan Masjid Turki

Daulah Usmani merupakan kerajaan Islam yang beribu kota di Istambul Turki,
termasuk satu di antara tiga kerajaan besar di dunia pasca runtuhnya Daulah
Abbasiyah di Baghdad. Dua di antaranya adalah Daulah Mughal dan Daulah
Syafawi. Turki Usmani pernah berjaya, menempatkan diri sebagai kerajaan
adidaya, karena bisa menaklukan Byzantium pada tahun 1453 M. Penguasaan
terhadap Byzantium berarti sangat penting dalam pengembangan wilayah Islam
pada saat itu. Periode kekuasaan Daulah Usmani berangsung selama lebih kurang
enam abad lamanya. Kekuasaan Daulah Usmani meliputi sebagian Eropa, Afrika
dan juga Asia. Bisa dikatakan Daulah Usmani menguasai tiga benua. Daulah
Usmani mengalami masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Sulaiman I yaitu
pada tahun 1520 - 1566 M. Perang yang berlangsung antara Turki Usmani
dengan bangsa Eropa pada masa Sultan Sulaiman II telah melemahkan kerajaan.
Gejolak internal yang terjadi dalam kerajaan menambah semakin memperlemah
kekuasaan Daulah Usmani, sehingga Daulah Usmani berhasil dikalahkan oleh
Bangsa Eropa. Berakhirnya Daulah Usmani ditandai dengan terbentuknya sebuah
negara Republik Turki yang kemudian bergabung dengan Uni Eropa.

A. Sejarah Lahirnya Daulah Usmani

Daulah Usmani berasal dari salah satu suku di Turki Barat yaitu Suku Kayi, pada
waktu Jengis Khan melakukan agresi di wilayah Turkistan yang didiami suku
Kayi. Merasa terancam sebagai pemimpin suku Kayi, akhirnya Sulaiman Syah
meminta perlindungan dari penguasa Transoksania bernama Jalaluddin
Mungurbiti bin Khawarizmi, namun pada akhirnya Transoksania berhasil dikuasai
oleh tentara Mongol. Sulaiman Syah memimpin anggotanya untuk pergi ke
Kurdistan dan ke Azerbaizan. Namun dalam usahanya memasuki wilayah Syam
terhalang oleh bentangan sungai yang luas, pada saat menyeberangi sungai Eufrat
datang banjir hingga terbawa arus dan akhirnya meninggal dunia. Sulaiman Syah
meninggalkan empat orang putera Sankurtakin, Togdai, Ertoghrul dan Dandan.
Pasca meninggalnya Sulaiman Syah kelompok besar keluarganya terbagi menjadi
dua. Satu kelompok menginginkan kembali ke daerah asal dan satu kelompok
lainnya melanjutkan expedisi ke wilayah Asia kecil bersama Ertoghrul dan
Dandan. Dalam perjalanan Ertoghrul putera ketiga dari Sulaiman Syah diangkat
sebagai pemimpin baru hingga akhirnya mereka menetap di Anatolia Ketika
terjadi pertempuran antara pasukan Sultan Alaudin I dari Bani Saljuk Rum dengan
kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) maka Ertoghrul dan para pengikutnya
membantu pasukan Alaudin I hingga mencapai kemenangan, atas bantuannya ini
Alaudin I sangat berterima kasih dan memberi hadiah pada Ertoghrul dan
kelompoknya berupa daerah di pegunungan Ermenia dan lembah Saguta di
sepanjang sungai Sakaria. Ertoghrul dan pasukannya mendapat tugas dari
Alaudin I untuk menaklukan dan menguasai daerah pesisir Laut Hitam, ke Brussa
hingga Eskisher. Oleh Alaudin I Pasukan Ertoghrul diberi gelar “Muqaddamah
Sultan” (tentara pelopor sultan), sedangkan Ertoghrul sendiri menyematkan gelar
untuk dirinya “Sultan Oki” (kening sultan). Pada tahun 1288 M Ertoghrul
meninggal dunia, oleh Alaudin I diangkatlah puteranya yang bernama Usman
sebagai penggantinya.Karena kesetiaannya Alaudin I memberinya gelar Bey pada
Usman dan diberikan daerah yang lebih luas serta dapat memakai mata uang
sendiri, bahkan namanya juga disebut dalam setiap khutbah Jum`at. Pada tahun
1299 M Ghazan Khan dari Mongol menyerang Saljuk Rum tetapi serangan itu
bisa digagalkan oleh Usman, tak berapa lama dari peristiwa itu Sultan Alaudin I
meninggal dunia, sementara Sultan Alaudin I tidak memiliki putera yang pantas
mengantikan kedudukannya. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Usman untuk
menyatakan diri sebagai Padishah Al Usmaniyah (Raja keluarga Usman) yang
juga mendapat dukungan penuh dari rakyat. Dengan demikian berdirilah kerajaan
Usmani dan ibukota kerajaan Usmani pertama di Qurah Hisyar (Iskisyiyar).
Dalam perjalanan panjang yang berliku, Daulah Usmani menjadi Kerajaan Islam
yang sangat dinamis dari mulai berdiri sampai akhir keruntuhannya. Jasa besar
Daulah Usmani bagi perkembangan Islam di Dunia Timur masih bisa dirasakan
sampai sekarang. Sebagian ulama awal di Indonesia merupakan tokoh ulama yang
berasal dari Daulah Usmani. Yang diutus langsung oleh para Sultan untuk
menyebarkan Islam di Indonesia

B. Kebijakan Dan Strategi Pemerintahan Daulah Usmani

Kebangkitan Daulah Usmani tidak lepas dari melemahnya kekuasaan Daulah


Abbasiyah pada ujung yang paling kritis. Lahirnya pemimpin-pemimpin hebat
menjadikan Daulah Usmani sebagai penguasa dunia yang kembali mengangkat
kejayaan Islam dan peradabannya. 1. Usman (699-726 H/1299-1326 M) Disebut
dengan Usman I, dia adalah pendiri Daulah Usmani yang mencanangkan kerajaan
dibangun atas sendi-sendi persatuan suku Turki. Usman adalah seorang yang
sangat pemberani, mukhlis, adil dan bijaksana. Dengan sifat-sifat teruji yang
dimiliki, tentunya menjadi kebanggan bagi masyarakat dan pengikutnya. Usman
membangun tentara yang berjuang tanpa pamrih, semua atas dasar karena Allah
Swt.Para pejuang tersebut sering disebut dengan al-Ghazi yang terdiri dari ikhwan
(pesaudaraan) Tarekat Baktasyi. Khalifah Usman meninggal dengan
meninggalkan wilayah yang luas kurang lebih 16.000 km persegi. Sebagai daulah
yang baru berdiri pada masa kekuasaannya berhasil membebaskan kota Bursadi
tepi laut Marmara. 2. Orkhan (726-761 H/1326-1360 M). Menggantikan
kedudukan ayahandanya Orkhan memindahkan kerajaan dari Qurah Hisyar
(Iskisyiyar) ke Bursa. Pada masa kekuasaan Orkhan bergabunglah wilayah
Turkeman, kemudian perluasan wilayah dilanjutkan ke Nicaea (1331), Nicomedia
(1337), Scutari (1338), ia juga bisa mengontrol wilayah teluk Edremit.

Orkhan berhasil mendirikan jabatan Shadr Azham (perdana menteri).Jabatan


tersebutdiberikan pada adiknya yaitu Alauddin. Tentara di era Orkhan dibentuk
dengan sistem yang sangat rapi dan teratur. Ia juga membentuk tentara khusus
dengan nama Inkisyariyah atau Jenissari (Yani Tasyri). Bendera pada saat itu
berwarna merah dengan bulan sabit di tengahnya. Di bawah bulan sabit terdapat
gambar pedang yang mereka sebut Dzulfiqar, yaitu nama pedang yang pernah
dimiliki oleh Ali bin Abu Thalib ra. Sampai dengan akhir usianya Orkhan
berusaha untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Untuk itu dia banyak
membangun, menertibkan administrasi, menguatkan militer, membangun masjid
dan akademi-akademi ilmu pengetahuan. 3. Murad I (761-791 H/1360-1388 M).
Setelah sultan Orkhan wafat, kedudukannya digantikan oleh Murad I yang
merupakan putera kedua dari Orkhan. Mengantikan kedudukan ayahnya sebagai
penguasa karena putera pertama Orkhan yaitu Sulaiman yang meninggal terlebih
dahulu. Sultan Murad I adalah sosok yang sangat pemberani, gemar berjihad,
dermawan, dan tekun menjalankan agama, dia mencintai peraturan dan selalu
memegang teguh peraturan itu, berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya.Murad I
selalu dikelilingi oleh sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman
dalam bidang militer yang selalu ia ajak untuk bermusyawarah. Murad I berhasil
meluaskan wilayahnya di Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan. Ia
menaklukkan Adrianopel (Edirne), dan kemudian dijadikan sebagai ibu kota
kerajaan yang baru, serta membentuk pasukan berkuda (Kavaleri). Perjuangannya
terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibu kota Bulgaria, dan
seluruh wilayah bagian utara Yunani. Banyaknya kota-kota yang ditaklukkan
oleh Murad I dan hampir tidak terbendung, membuat bangsa Eropa mulai cemas.
Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta restu dari Paus Urbanus V untuk
mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Murad I mulai menghadapi
serangan Eropa pertama kali dari Raja Qurok V dari Serbia dan dibantu raja
Bosnia bermaksud menyerang Andrianopel. Selanjutnya pasukan Murad I
merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan
Saloniki. Selanjutnya menguasai Bulgaria, Serbia, Sisman dan Lozan. Sultan
Murad I meninggal dengan syahid dalam usia 65 tahun pada 15 Syaban 791
H.Sultan Murad I mewarisi kekuasaan yang luas, lima kali lipat kekuasaan
ayahnya. Banyak hal yang bisa dipetik hikmahnya dari kepemimpinan Sultan
Murad I, di antaranya; a. Menyebarnya Islam yang semakin meluas di Wilayah
Balkan, banyak pemimpin mereka yang masuk Islam, b. Kedaulatan Daulah
Usmani semakin dihormati dan dihargai oleh bangsa Eropa. c. Pengaruh Daulah
Usmani semakin meluas, sehingga syiar Islam semakin berkembang. 4. Bayazid I
(791-805 H/1389-1402 M). Setelah Sultan Murad I wafat, kepemimpinan Daulah
Usmani dilanjutkan oleh putranya yaitu Sultan Bayazid I. Dia adalah orang yang
sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan memiliki semangat yang kuat untuk
melakukan perluasan wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan
masalah-masalah kemiliteran, mengarahkan perluasan wilayahnya ke negara-
negara Kristen Anatolia. Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu
berada dalam kekuasaan Daulah Usmaniyah. Bayazid bergerak begitu cepat di
antara dua Balkan dan Anatolia. Oleh karena itu dia diberi gelar “Yaldrum” atau
kilat.Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian
Paus Bonafacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan
peperangan inilah yang menjadi penyebab terjadinya Perang Salib. Konstatinopel
hampir saja bisa dikuasai, namun Bayazid mengurungkan niatnya dari penaklukan
Konstatinopel karena munculnya bahaya baru terhadap Daulah
Usmaniyah.Bahaya baru itu adalah adanya serangan tentara Mongol dibawah
pimpinan Timur Lenk. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perselisihan
antara Timur Lenk dan Bayazid, antara lain sebagai berikut : a. Para pemimpin di
wilayah Iraq (Baghdad) yang wilayahnya ditaklukkan oleh Timur Lenk banyak
yang meminta perlindungan kepada Bayazid. b. Kerajaan-kerajaan Kristen
memprovokasi Timur Lenk untuk menyerang dan mengalahkan Bayazid. c.
Adanya kesalahfahaman di antara kedua belah pihak sehingga saling menghina
dengan saling membakar surat. d. Di antara keduanya, sama-sama saling berusaha
untuk meluaskan wilayah kekuasaannya

Kekalahan dari Timur Lenk meninggalkan duka yang mendalam, namun itu
menjadi hikmah agar penerusnya melakukan introspeksi diri, sehingga buahnya
dapat dipetik di kemudian hari, saat penaklukan Konstantinopel.

C. Kemajuan Peradaan Islam Masa Daulah Usmani

Kebangkitan Daulah Usmani diprakarsai oleh Muhammad I, kemenangan


Timur Lenk atas Daulah Usmani meninggalkan luka yang sangat mendalam,
ditambah perselisihan antar saudara di dalam keluarga Usmani. Berkat kecerdikan
yang dikaruniakan oleh Allah Swt kepadanya, Muhammad I berhasil meredam
perselisihan putra-putra Bayazid. Bisa dikatakan bahwa Muhammad I adalah
pendiri Daulah Usmani periode kedua setelah membawa bangsanya berjuang
kembali meraih kejayaannya. Dengan tekad yang kuat, Muhammad I
mempersatukan seluruh keluarga dan saudara-saudaranya, akhirnya Daulah
Usmani bangkit dan berjaya. Melampauai kejayaan yang diperoleh pendiri Daulah
Usmani pada masa sebelumnya. Daulah Usmani sebagai daulah Islamiyah diakui
kembali sebagai penguasa dunia dengan kemajuan peradaban dan ilmu
pengetahuan. Di antara para penguasa Daulah Usmani generasi kedua yang
membawa ke puncak kejayaan adalah :

1. Muhammad I (817-824 H/1403-1421 M).

Muhammad I adalah putera bungsu dari Bayazid, setelah berkuasa


menggantikan ayahnya ia mulai menyusun kekuatan kembali dan memulihkan
keadaan Turki Usmani dari upaya memecah-belah yang dilakukan oleh Timur
Lenk. Strategi Muhammad I adalah menjalin hubungan diplomatik dengan para
penguasa Byzantium dan Venesia, dengan maksud agar kedua negeri ini tidak
mengganggu kerja utamanya yaitu mendamaikan kekhalifahan Usmani. Berkat
usahanya yang gigih, Muhammad I berhasil mengangkat citra Daulah Usmaniyah
sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan,
memperkuat tentara dan memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Sultan Muhammad I adalah sosok yang sangat cinta kedamaian dan ilmu
pengetahuan. Mencintai Fuqafa, termasuk alasan memindahkan ibu kota dari
Adrianopel ke Busra. Karena Busra sering juga disebut sebagai kota para Fuqaha.
Sultan Muhammad I hadir pada waktu yang tepat, di saat rakyat mendapat seorang
penguasa yang sesuai dengan harapan, namun Allah Swt berkehendak lain. Pada
tahun 824 H/1421 M Sultan Muhammad I meninggal dunia di Kota Urnah dalam
usia 43 tahun.

2. Murad II (824-855 H/1421-1451 M).

MuradIImenggantikan ayahandanya Muhammad I pada usia yang masih 18


tahun.Dia dikenal sebagai penyair dan orang yang mencintai ulama. Cita-cita
Sultan Murad II adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Prioritas
utama perjuangannya adalah merangkul kembali daerah-daerah yang terlepas dari
Daulah Usmani sebelumnya, yaitu daerah Asia Kecil, Soloniki, Albania, Falakh,
dan Hongaria. Sultan Murad II membuat istana penguasa bernuansa akademis, hal
tersebut dilakukan agar kegiatan keilmuan tetap berkembang pada zamannya. Dia
mengirimkan sejumlah uang untuk kesejahteraan penduduk Makkah, Madinah
dan Baitul Maqdis sebanyak 3.500 dinar setiap tahunnya. Sultan Murad II
menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 16 Muharram 855 H. Bertepatan
dengan tanggal 18 Februari 1451 M di Andrianopel menjelang usia 47, dan sesuai
wasiatnya kemudian dimakamkan pada hari Jum`at di samping masjid Jami`
Muradiyah di Bursa.

3. Muhammad II Al-Fatih (855-884 H/1451-1481 M).

Al-Fatih adalah gelar kebanggaan beliau karena berhasil menaklukan


Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih atau Abu Al-Khairat diangkat menjadi
pemimpin Daulah Usmaniyah ketika itu baru berumur 22 tahun. Muhammad Al-
Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat
menaklukkan Konstantinopel sebagai ibu kota Byzantium. Sejak beliau,
Muhammad A-Fatih sudah dididik oleh ulama-ulama rabbani. Di antara gurunya
adalah Muhammad bin Hamzah al-Dimasyqi al-Rumi, beliau lebih populer
dengan sebutan Syekh Syamsuddin (792-863 H/1389 M-1459 M) di antara
gurunya lagi adalah Syekh Ahmad bin Ismail al-Kurani. Berdasarkan hadis Nabi
Muhammad Saw; “Pada suatu saat kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh
umat Islam dan sebaik-baiknya pemimpin adalah yang menaklukannya dan sebaik
baik pasukan adalah pasukannya”. Konstantinopel merupakan kotayang sangat
penting dan belum bisa dikuasai penguasa Islam sebelumnya. Konstantinopel
merupakan salah satu kota terpenting di dunia. Kota ini dibangun pada kisaran
tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine 1. Memiliki letak yang
sangat strategis, sehingga dikatakan “andaikata dunia ini sebagai kerajaan, maka
Konstantinopel akan cocok untuk menjadi ibu kota kerajaan itu”. Muhammad Al-
Fatih berhasil menguasai Konstantinopel dengan perencanaan dan persiapan yang
matang dan juga strategi yang baik.Kota Konstantinopel jatuh ke pangkuan umat
Islam pada 20 Jumadil Ula 857 H atau 29 Mei 1453 M. Setelah memasuki
Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Hagia Sofia (Aya Sofia) Al-Fatih
memasuki gereja tersebut yang digunakan sebagai tempat perlindungan terakhir
para pendeta, Rahib dan masyarakat. Al-Fatih dengan kebaikan akhlaknya
memberikan sikap bijaksananya dan perlindungan kepada seluruh penduduk
Konstantinopel. Setelah salib-salib, berhala dan gambar-gambar diturunkan, Aya
Sofia dibersihkan dan kemudian dijadikan masjid bagi umat Islam. Akhirnya kota
Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota kerajaan Turki Usmani dan namanya
diganti menjadi Islambul atau kota Islam yang kemudian dikenal dengan nama
Istambul.

4. Bayazid II (884-918 H/1481-1512 M).

Menggantikan kedudukan ayahnya, Bayazid II penguasa yang tidak terlalu


kuat. Pada masanya terjadi perselisihan dengan saudaranya yaitu Jem yang diikuti
juga oleh pengikut Jem. Ketidakharmonisan ini sedikit banyak berpengaruh
terhadap kondisi masyarakat yang sebelumnya sangat dinamis. Bayazid II sangat
perhatian terhadap pembangunan dan sarana umum, Takaya, Zawiyah (tempat
berkhalwat para sufi). Kesejahteraan para guru/pengajar juga sangat diperhatikan.
Sultan dikenal sebagai seorang pemimpin yang mencintai penduduk dua kota suci
Makkah dan Madinah. Pada tanggal 18 Shafar 918 H atau 25 April 1512 M Sultan
Bayazid II menyerahkan estafet kepemimpinannya kepada Sultan Salim I. Sultan
Bayazid II meninggal dalam perjalanan ke Daimutika, jenazahnya kemudian
dibawa ke Istambul dan dikuburkan di dekat Masjid Jami` yang dibangunnya. 5.
Salim I (1512-1520 M/918-926H). Selama menjabat sebagai pemimpin tertinggi,
Salim I membuat wajah baru dalam pemerintahan Daulah Usmani. Dimasa
pemerintahannya banyak kebijakan yang dilakukan dalam bidang kemiliteran.
Salim I merupakan salah satu penguasa Usmani yang paling berhasil dan
dihormati, giat, dan pekerja keras. Meski masa kekuasaannya terbilang singkat,
para sejarawan sepakat bahwa Salim I telah mempersiapkan Daulah Usmani untuk
mencapai titik puncaknya pada masa putra dan penerusnya, Sulaiman Al-Qanuni.
Salim I juga seorang pujangga yang menulis puisi dalam bahasa Turki dan Persia
menggunakan nama Mahlas Selimi, yang kumpulan puisi Persianya masih utuh
hingga hari ini Dalam salah satu puisinya, dia menulis, "Sebuah permadani cukup
besar untuk diduduki oleh dua orang sufi, tetapi dunia tidak cukup besar untuk
dua orang raja.” 6. Sulaiman Al-Qanuni (927-974 H/1520-1566 M) Sulaiman lahir
pada tanggal 6 November 1469 M di Trabzon. Sulaiman I atau Sulaiman Al-
Qanuni naik tahta pada saat Turki Usmani mengalami puncak kejayaan, peristiwa
penting di masa kepemimpinannya, ialah upaya penyempurnaan undangundang
Turki Usmani. Ia tidak hanya merupakan pemimpin militer yang besar, manusia
dari pedang, seperti ayah dan kakeknya, merupakan manusia dari pena. Sulaiman
Al-Qanunimerupakan legislator ulung, berdiri di depan mata rakyatnya sebagai
penguasa berjiwa besar dan eksponen keadilan yang murah hati. Sulaiman I diberi
gelar Al-Qanuni atau the Magnificent “pembuat undangundang”, karena jasanya
meletakkan dasar-dasar hukum bagi Daulah Usmani dan tentunya yang paling
lama memerintah. Kitab undang-undang itu diberi nama Multaqa’ al
Abhrar/Multaqul Abhur (muara segala samudera). Ketika hukum Qanun mencapai
bentuk akhirnya, undang-undang tersebut dikenal sebagai QanunOsmani.
Undang-undang tersebut diterapkan selama lebih dari tiga ratus tahun. Sulaiman
Al-Qanuni melakukan pembangunan yang fenomenal. Pembangunan Masjid
Sulaiman, 81 masjid jami’, 52 masjid kecil, 55 madrasah, 7 asrama pelajar, 5 buah
takiyah (tempat memberi makan fakir miskin), 7 jembatan, 33 istana, 18
pesanggrahan, 5 museum dan 33 pemandian umum. Dalam sebuah dokumen yang
dibuat tahun 1526 terdaftar 40 kelompok seniman dengan lebih dari 600 anggota.
Seniman yang bekerja di istana meliputi pelukis, penjilid buku, penjahit pakaian
dari bulu, pengrajin perhiasan, dan penempa emas. Istanbul menjelma menjadi
pusat kesenian visual, musik, penulisan serta filasafat. Inilah periode yang paling
kreatif dalam sejarah Daulah Usmani. Daulah Usmaniyah pada saat itu telah
menjadi menjadi kekuatan yang disegani di dunia. Penaklukan yang dilakukan
Sulaiman A-Qanuni menyebabkan kesultanan menguasai kota-kota besar Islam
seperti Mekah, Madinah, Yerusalem, Damaskus, dan Baghdad. Sebagian besar di
Balkan serta sebagian besar Afrika Utara.

Bagaimanapun juga, pemerintahan pada masa Sulaiman Al-Qanuni merupakan


representasi puncak kejayaan politik Daulah Usmani dan puncak keemasan
pemerintahan Usmani yang menjangkau sampai tiga benua. Sultan Sulaiman
AlQanuni wafat pada tanggal 5 September 1566 M. Hari itu adalah hari yang
penuh duka cita, umat Islam merasakan kesedihan dan kehilangan yang sangat
mendalam.

D. Kemunduran Peradaban Islam Masa Daulah Usmani

Mundurnya Daulah Usmani ditandai dengan kebangkitan bangsa Barat atau


Eropa, hal ini disebabkan karena lemahnya penguasa Daulah Usmani dan
lemahnya sistem pemerintahan. Pasukan Inkisyariyah juga berpengaruh terhadap
kekacauankekacauan yang timbul pada saat itu. Era kemunduran Daulah Usmani
dimulai pada periode Salim I, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Mustafa I,
Usman II, Murad IV, Ibrahim I, Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II hingga
masa terakhir kekuasaan Abdul Hamid II. Daulah Usmani berakhir pada tahun
1909 M dan benar-benar dihapuskan pada tahun 1924 dan berganti menjadi
Republik Turki. Runtuhnya Daulah Usmani setidaknya disebabkan oleh faktor-
faktor sebagai berikut :

1. Kondisi pemerintahan yang lemah dan kemerosotan akhlak para pemimpin


Daulah Usmani. Kemunduran Daulah Usmani dimulai ketika para pemimpin
dijangkiti penyakit yang menyerang bangsa-bangsa sebelumnya. Cinta dunia, pola
hidup mewah dan berfoya-foya, sikap iri hati, saling membenci (hasud), dan
banyak perilaku dhalim dari penguasa. Banyak masyarakat yang terlena dengan
gemerlap dunia namun banyak juga yang merana dan terbelenggu dalam jurang
kemiskinan. Sehingga lambat laun, banyak yang meninggalkan nilai-nila agama
dan sosial.

2. Melemahnya kekuatan Militer dan serangan dari bangsa Eropa. Sebelum


terjadinya perang dunia I yang mengakhiri Daulah Usmani. Banyak terjadi upaya
penyerangan dari Raja-raja Eropa, hal ini sudah dimulai sejak akhir abad XVI.

3. Gerakan Oposisi Sekuler. Selain serangan dan konspirasi dari pihak luar,
Daulah Usmani juga mendapat perlawanan dari organisasi sekuler dan nasionalis.
Dalam perjuangannya, mereka banyak dibantu oleh pihak Barat untuk
mewujudkan citacitanya. Puncaknya terjadi pada tahun 1909 M, dengan dalih
gerakan mogok massal, organisasi persatuan dan kesatuan berhasil memasuki
Istambul, menyingkirkan Abdul Hamid II dan melucutinya dari pemerintahan dan
keagamaan, tetelah itu hanya tinggal simbol-simbol Daulah Usmani.

Ibrah

1. Berdirinya Daulah Usmani merupakan kelanjutan dari Daulah Abbasiyah.


Daulah Usmani mampu melanjutkan estafet kepemimpinan berikutnya sebagai
Daulah yang berjaya di Asia dan Eropa. Pada masa itu, Puncak kejayaan Islam
berhasil mencapat puncak tertinggi dengan menggabungkan kekuasaan tiga benua,
yaitu benua Asia, Afrika dan Eropa.

2. Daulah Usmani telah menunjukkan diri sebagai salah satu pilar penyangga
kekuatan Islam. Penaklukan Konstantinopel yang menjadi simbol kekuatan Eropa
berhasil diambil alih oleh Sultan Muhammad Al Fatih sehingga kemudian
menjadi simbol kebesaran dan kekuatan Daulah Usmani.

3. Kemajuan dalam bidang Arsitektur, Kesenian dan Kebudayaan ada masa


Daulah Usmani terbilang sangat maju. Bukti peninggalan tersebut masih terjaga
dan terawat dengan baik. Sehingga negara Turki memiliki magnet yang luar biasa
untuk menarik wisatawan, karena terdapat banyak sekali destinasi wisata sejarah
yang menunjukkan kebesaran peradaban pada zaman dahulu. 4. Sejarah Islam
mencatat kiprah dan perjuangan Sulaiman Al-Qanuni dengan tinta emas sebagai
Pemimpin Muslim tersukses. Di abad ke-16 M, penguasa Kekhalifahan Usmani
itu menjadi pemimpin yang sangat penting di dunia baik di dunia Islam maupun
Eropa. Di era kepemimpinannya, Kerajaan Ottoman menjelma sebagai negara
adikuasa yang disegani dalam bidang politik, ekonomi, dan militer. 5. Daulah
Usmani mulai melemah karena ketidakmampuan para penguasa dalam
menjalankan roda pemerintahan. Gaya hidup yang mewah, berfoya-foya dan
berlebihlebihan di kalangan pembesar istana, sehingga banyak terjadi
penyimpangan dan penyelewengan dalam keuangan negara.
Kesimpulan

Daulah usmani berasal dari salah satu suku diturki barat yaitu suku kayi yang
dipimpin oleh Sulaiman Syah perjalanan panjang yang berliku, Daulah Usmani
menjadi Kerajaan Islam yang sangat dinamis dari mulai berdiri sampai akhir
keruntuhannya. Jasa besar Daulah Usmani bagi perkembangan Islam di Dunia
Timur masih bisa dirasakan sampai sekarang. Sebagian ulama awal di Indonesia
merupakan tokoh ulama yang berasal dari Daulah Usmani. Yang diutus langsung
oleh para Sultan untuk menyebarkan Islam di Indonesia. Riwayat Daulah Usmani
yang telah berdiri kurang lebih selama 625 tahun dan berakhir pada 3 Maret 1924
karena Majelis Nasional Agung dalam sidang sejak Februari 1924 memutuskan
untuk menghapus jabatan khalifah. Daulah Usmani berkuasa lebih dari enam abad
lamanya. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian Asia, Afrika, dan Eropa.
Puncak kejayaan Daulah Usmani berlangsung pada masa pemerintahan Sulaiman
I (1520-1566). Pemerintahannya bersifat absolut dan banyak dijalankan dengan
kekerasan. Karena itu, timbul rasa tidak senang baik di kalangan sipil maupun di
kalangan militer. Daulah Usmani mulai melemah setelah wafatnya Sulaiman al-
Qanuni. Sultan-sultan yang menggantikannya umumnya lemah dan tidak
berwibawa. Penyebab lainnya adalah kehidupan mewah, berfoya-foya dan
berlebih-lebihan di kalangan pembesar istana, sehingga banyak terjadi
penyimpangan dan penyelewengan dalam keuangan negar
Daftar pustaka

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada, 1993)
BJ Bolland, Pergumulan Islam di Indonesia, (Jakarta, Grafiti Press, 1985).
Daliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta , LP3ES, 1980)
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
DEPAG RI, Sejarah Kebudayaan Islam, (Kelas III, 2002)
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya I, (Jakarta: UI
Press, 1985)
Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan.
(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003)
Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogjakarta: Kota
Kembang, 1989)
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam; Bagian Kesatu dan Dua, terj.
Ghufron A. Mas’adi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999)
Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam: Perspektif Historis
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013)
Nasution, Harun, Pembaruan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan
Gerakan. (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2011).
Philip K. Hitti, History of the Arabs, terj. Cecep Lukman dkk. (Jakarta:
Serambi Ilmu, 2010)

Anda mungkin juga menyukai