Cerpen Uprak
Cerpen Uprak
Cerpen Uprak
Karya: Edyar RM Sudah biasa itu. Coba lihat Pak Hasan sekarang rumahnya
sudah megah. Pak Basri sudah punya mobil. Tanpa pinjam
#1 uang ke bank, PNS tidak akan punya apa-apa. Itu namanya
Sungguh beruntung Pak Untung ini, sekarang sudah resmi fasilitas. Jangan munafik, Pak Untung.”
jadi PNS golongan III-a. Sebagai seorang PNS, Pak “Munafik?”
Untung tak perlu khawatir lagi untuk memberi nafkah
anak-istrinya dan keluarga besar istrinya, juga membayar #3
sewa kontrakan setiap bulannya. Selain mengajar mapel Istrinya Pak Untung, siapa namanya? Ada yang bisa
Sejarah di SMA negeri dekat rumahnya, Pak Untung ini menebak? Ya, Bu Untung. Bu Untung ini memiliki paras
sekarang dipercaya juga sebagai bendahara BOS. Sebagai yang cantik. Sejak Pak Untung dipenjara di Lapas
bendahara BOS, tentunya Pak Untung memegang banyak Sukamiskin karena terlilit kasus dana BOS di sekolahnya,
uang, tapi uang panas. Keberuntungan Pak Untung yang Bu Untung harus berjuang seorang diri menanggung beban
lain saat ini adalah dipercaya sebagai Ketua Panitia menjadi tulang punggung untuk menghidupi anak-anaknya
Penerimaan Siswa Baru. dan juga keluarga besarnya. Kini setiap pagi Bu Untung
bekerja sebagai buruh cuci harian di rumah Pak Komar.
Suatu sore, datanglah Pak Komar bertamu ke rumah Pak
Untung. Maksud dan tujuan kedatangan Pak Komar yaitu Pak Komar ini selain sebagai seorang pegawai desa dan
ingin mendaftarkan anaknya ke SMA tempat Pak Untung calo tanah juga dikenal sebagai seorang duda usia 41 tahun
mengajar. Pak Komar ini adalah seorang pegawai desa yang selalu merasa keren dan ganteng. Suatu pagi yang
yang cukup terpandang di daerahnya. tidak terlalu cerah, ketika Bu Untung sedang bekerja
sebagai buruh cuci, ketika Pak Komar selesai sarapan, dan
“NEM anak saya, Marko, memang tidak terlalu besar. ketika Marko anak semata wayang Pak Komar berangkat
Akan tetapi, Marko itu anak baik. insyaAllah tidak akan sekolah, rupanya Pak Komar tergoda oleh kemolekan Bu
melakukan hal-hal yang merepotkan Ibu/Bapak guru di Untung. Mata genitnya mulai nakal memindai tubuh Bu
sekolah. Ini sedikit ala kadarnya untuk Pak Untung,” ucap Untung tanpa henti, dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pak Komar sambil menyodorkan amplop putih dengan Pak Komar mulai mendekati Bu Untung. Tangannya
garis pinggir merah-biru. mulai...
“Saya belum bisa menjamin anak Bapak diterima.
Daftarkan saja sesuai prosedur, mudah-mudahan bisa “Jangan, Pak Komar, jangan!”
masuk. Dan maaf, saya tidak bisa menerima ini.” “Bu Untung, santai saja, tidak ada siapa-siapa di sini.”
“Kenapa? Apa tidak cukup? Nanti saya tambah. Berapa? “Tidak! Jangan!”
“Maaf, saya tidak bisa menerima sogokan.” “Ayolah, saya sudah lama menduda. Dan kaupun pasti
“Sok suci! Saya tahu Pak Untung diterima PNS juga hasil kesepian semenjak suamimu mendekam di Sukamiskin.
sogokan. Zaman sekarang mana mungkin bisa jadi PNS Ayolah, sebentar saja. Sudah sejak lama aku
kalau tanpa begituan. Sudah terima saja ini, tidak usah mengagumimu.”
munafik!” “Aaah... Tidak!”
“Munafik?” “Ayolah, kita ini sama-sama membutuhkan. Mumpung
sepi. Jangan munafik!”
#2 Dengan sekuat tenaga Bu Untung menendang salah satu
Sudah sangat lama Pak Untung ingin memiliki rumah bagian tubuh Pak Komar yang sangat berharga, lalu
sendiri agar bisa terbebas dari sewa kontrakan rumah. berkata, “Munafik? Apa itu munafik? Rajin ibadah tapi
Sudah hampir setahun sejak menerima gaji pertamanya rajin maksiat, itu munafik! Di keramaian warga sok
sebagai PNS, Pak Untung rajin menabung dan gemar wibawa tapi di tempat sepi mulai liar seperti babi, itu
sedekah agar dapat membeli tanah dan membangun rumah munafik! Di luar kau seperti orang terhormat, nyatanya
sendiri. manusia bejat! Siapa yang munafik?”
Pak Komar masih mengerang kesakitan. Bu Untung terus
Untung sekali malam itu sehabis pulang dari salat saja berceloteh, “Biar orang-orang tahu siapa munafik
berjamaah Isya di masjid, Pak Komar mampir ke rumah sebenarnya, biar tahu malu, biar kukatakan pada orang
Pak Untung untuk sekadar ngopi-ngopi dan ngobrol sekampung sebejat apa dirimu sebenarnya!”
ngaler-ngidul. Pak Komar ini selain sebagai seorang Takut menanggung malu, Pak Komar bangkit dan
pegawai desa juga memiliki profesi sampingan sebagai mengambil katana yang menempel di dinding. Dan....
calo tanah dan rumah. Pak Komar menawarkan, ada salah
seorang warga yang mau menjual rumahnya dengan cepat #4
karena terlilit utang-piutang dengan lintah darat. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Semoga amal baiknya
diterima di sisi Tuhan. Mohon maaf sedalam-dalamnya
“Luas tanahnya 200 m2, bangunan 90 m2, cuma minta tujuh karena telah membuat akhir cerita seperti ini. Saya tidak
puluh juta. Lokasi strategis, Pak Untung. Dijamin untung. ingin munafik. Tapi sungguh ini di luar dugaan. Bu Untung
Ayo sikat, Pak!” harus buntung di tangan Pak Komar dan Pa Untung kini
“Saya minat, tetapi saya tidak punya uang sebanyak itu, hanya bisa mematung di Sukamiskin. Mereka berdua
Pak Komar.” adalah korban kemunafikan zaman. Semoga keluarga yang
“Bapak ‘kan pegang uang BOS.” ditinggalkan diberi ketabahan.
“Itu bukan uang saya, Pak.”
“Hmm... Bapak ‘kan sudah PNS. Pinjam saja ke bank. Bisa Sumber: https://www.guneman.com/2019/02/munafik.html
‘kan?
“Ya, bisa saja. Tapi saya tidak mau kena utang bank, Pak
Komar. Riba.’”