Askeb Persalinan Dan BBL
Askeb Persalinan Dan BBL
Askeb Persalinan Dan BBL
Tim Penyusun
1. Heny Rosiana, SST., M.Keb
2. Mimi Ruspita, SSiT., M.Kes
3. Budi Astyandini, SSiT., M.Kes
4. Septalia Isharyati, SST, M.PH
5. Sri Setiasih, SSiT., M.Kes
6. Titi Mursiti, SSiT., M.Kes
2021
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
URAIAN MATERI
A. Asuhan Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang
bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan.
Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinnya. Peran petugas kesehatan
adalah memantau persalinan untuk mendeteksi adanya komplikasi di samping itu bersama
keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. Sedangkan persalinan normal adalah Kehamilan
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu)
lahir spontan denganpresentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi pada ibu maupun pada janin.
b) Teori oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-
otot rahim.
c) Peregangan otot-otot
d) Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan penting oleh karena
itu pada ancephalus kelahiran sering lebih lama.
e) Teori prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat
persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium.
Fase Laten, yaitu dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4
cm. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, tidak
terlalu mules.
Fase Aktif, tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40
detik atau lebih dan mules. Pembukaan 4 cm sampai lengkap. Fase aktif
terbagi menjadi 3 yaitu :
Akselerasi, pembukaan dari awal kontraksi sampai 3 cm
Dilatasi maksimal, pembukaan 4 cm sampai 9 cm
Deselerasi, pembukaan sampai 10 cm
2) Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin
membuka introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada
rektum atau vagina, perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka, peningkatan
pengeluaran lendir dan darah. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.
Biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
3) Kala III
Batasan kala III, masa setelah bayi lahir dan berlangsungnya proses pengeluaran
plasenta. Tanda-tanda lepasnya plasenta : terjadi perubahan bentuk uterus dan TFU,
tali pusat memanjang, adanya semburan darah, berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
RANGKUMAN
3. Sebab-sebab mulainya persalinan antara lain : penurunan kadar progesteron, teori oxcytosin,
peregangan otot-otot, pengaruh janin, teori prostaglandin.
4. Tahapan persalinan terdiri dari kala I, kala II, kala III, kala IV. Kal I terdiri dari fase laten yaitu dari awal
kontraksi sampai mendekati pembukaan 4 cm dan fase aktif yaitu pembukaan 4 cm sampai lenkap 10
cm. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Kala III dimulai setelah bayi lahir
sampai proses pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum.
5. Tanda gejala persalinan yaitu adanya lightening, perut tampak lebih membesar, TFU menurun, perasaan
sering BAK atau susah BAK, farse labor pains, serviks lembek, bloody show.
TUGAS
Lakukan brainstorming antara dosen dengan mahasiswa tentang konsep dasar asuhan persalinan!
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban
untuk mengetahui nilai yang diperoleh.
Ny. Sarah 22 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu datang ke BPM pukul 13.00 WIB ditemani suami mengatakan
perutnya terasa kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir. Dari pemeriksaan diperoleh data TD : 120/70
mmHg, Nadi : 86 x/menit, RR : 21 x/menit, suhu : 37,50C, kontraksi 2 x/10 menit dalam 30 detik, vt : 3 cm, kk
(+).
1. Dari data tersebut diagnosa yang tepat untuk Ny. Sarah adalah . . . .
A. Inpartu Kala I fase laten
B. Inpartu Kala I fase aktif
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 5
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Ny. Amel 24 tahun G2P1A0 datang ke BPM pukul 07.00 WIB untuk memeriksakan kehamilannya. Mengeluh
perutnya terasa kenceng-kenceng sejak semalam, bengkak pada kaki, mengeluarkan lendir bercampur
darah, nyeri di bagian perut bawah menjalar ke punggung, merasa sering BAK. Dari hasil pemeriksaan
diperoleh data TD : 110/60 mmHg, N 80 x/menit, RR 20 x/menit, S 37 0C, protein urine (-), palpasi TFU 27
cm, puka kepala sudah masuk PAP, vt : 5 cm, kk (+), presentasi kepala.
KUNCI JAWABAN
1. C
2. C
3. E
4. D
5. A
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
MODUL
MODUL II. PERSIAPANFISIOLOGI
II. PERUBAHAN DAN PENGAMBILAN SPECIMEN
DAN PSIKOLOGI (LANJUTAN)
DALAM PERSALINAN
URAIAN MATERI
Sejumlah perubahan fisiologi yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis, agar dapat secara cepat dan tepat
menginterpretasikan tanda-tanda gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah
normal atau tidak persalinan kala I
B. Perubahan Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara perlahan. Hal ini terjadi akibat
aktivitas otot rangka dan kecemasan ibu. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu
tubuh, nadi, pernafasan, denyut jantung dan kehilangan cairan.
C. Perubahan Suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan. Kenaikan normal 0,5-10C. Periksa selaput ketuban sudah pecah atau belum karena dapat
menjadi tanda infeksi.
E. Perubahan Pernafasan
Kenaikan pernafasan disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran, serta penanganan teknik
pernafasan yang tidak benar. Hiperventilasi yang memanjang menunjukkan abnormal, dapat
menyebabkan alkalosis (kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing).
F. Perubahan Renal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah
jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.
G. Perubahan gastrointestinal
Waktu penyerapan lambung berkurang. Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih
berkurang. Gerakan peristaltik dan sekresi enzim pencernaan juga berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan konstipasi.
H. Perubahan Hematologis
Hb meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan
pada hari pertama post partum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Jumlah sel darah putih
meningkat selama kala I persalinan 5000 s/d 15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan dan gula
darah menurun. Terdapat pula peningkatan fibrinogen plasma selama persalinan.
I. Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terjadi karen adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon
progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitoksin.
L. Penarikan/Penipisan Serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum ditarik oleh SAR menyebabkan
serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR.
M. Pembukaan Serviks
Proses pembesaran lubang luar serviks dari tertutup rapat menjadi lubang yang cukup besar untuk
kelahiran bayi.
N. Bloody Show
Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dari sedikit lendir bercampur darah. Akibat pembukaan
serviks, sumbatan pada serviks akan menghilang.
Lingkungan
Teman yang mendukung
Mobilitas
Pemberian informasi teknik relaksasi
Percakapan
Dorongan semangat
Persepsi terhadap rasa sakit
Takut dan cemas
Kepribadian
Kelelahan
Pengharapan
RANGKUMAN
1. Sejumlah perubahan fisiologi yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis, agar dapat secara cepat dan
tepat menginterpretasikan tanda-tanda gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan
laboratorium apakah normal atau tidak persalinan kala I.
2. Beberapa perubahan fisiologi yang terjadi adalah : perubahan TD, perubahan metabolisme,
perubahan suhu tubuh, bloody show, penipisan serviks, dll.
3. Adapun dukungan terhadap perubahan psikologi dalam persalinan antara lain lingkungan, teman
yang mendukung, mobilitas, pemberian informasi teknik relaksasi, percakapan, dll.
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
Kasus I untuk pertanyaan no 1-3
1. Seorang perempuan G1P0A0 23 tahun hamil 39 minggu datang ke BPM bersama suami pukul 15.00 WIB
untuk memeriksakan kehamilannya. Dari hasil pemeriksaan di dapat hasil TD: 110/70 mmHg, N 80x/menit,
Suhu 37,80C, RR 20 x/menit, VT 3 cm, KK (+). Ibu mengeluh ingin selalu BAK tapi tidak dapat BAK, sulit BAB
sejak 1 hari yang lalu. Apa yang menyebabkan kasus tersebut ?
a. Perubahan hematologi
b. Perubahan sistem renal
c. Perubahan metabolisme
d. Perubahan TD
e. Perubahan fisiologi
2. Seorang perempuan G1P0A0 23 tahun hamil 39 minggu datang ke BPM bersama suami pukul 15.00 WIB
untuk memeriksakan kehamilannya. Dari hasil pemeriksaan di dapat hasil TD: 110/70 mmHg, N 80x/menit,
Suhu 37,80C, RR 20 x/menit, VT 3 cm, KK (+). Ibu mengeluh ingin selalu BAK tapi tidak dapat BAK, sulit BAB
sejak 1 hari yang lalu. Apa yang menyebabkan kasus tersebut ?
Bagaimana perubahan tersebut dapat terjadi ?
a. Adanya peningkatan curah jantung
b. Adanya peningkatan laju filtrasi glomerulus
c. Adanya aliran darah plasma
d. Adanya peningkatan jumlah urine
e. A, B, C benar
3. Seorang perempuan G1P0A0 23 tahun hamil 39 minggu datang ke BPM bersama suami pukul 15.00 WIB
untuk memeriksakan kehamilannya. Dari hasil pemeriksaan di dapat hasil TD: 110/70 mmHg, N 80x/menit,
Suhu 37,80C, RR 20 x/menit, VT 3 cm, KK (+). Ibu mengeluh ingin selalu BAK tapi tidak dapat BAK, sulit BAB
sejak 1 hari yang lalu. Apa yang menyebabkan kasus tersebut ?
a. Gerakan peristaltik usus berkurang
b. Gerakan peristaltik meningkat
c. Enzim pencernaan berkurang
d. A dan C benar
e. Semua jawaban benar
4. Seorang perempuan G2P1A0 31 tahun hamil 40 minggu datang ke BPM dengan keluhan ingin melahirkan.
Jarak persalinan saat ini dengan persalinan terakhir adalah 4 tahun. Ibu mengatakan takut menghadapi
persalinan saat ini karena sudah lama jarak antara persalinan sebelumnya. Saat perutnya kenceng-kenceng
ibu merasa bingung. Dari hasil pemeriksaan di dapat TD 130/80 mmHg, N 81 x/menit, Suhu 37,9 0C, RR 22
x/menit, VT 5cm. kK (+). Apa yang menyebabkan kasus tersebut ?
a. Perubahan psikologi
b. Perubahan rasa takut dan cemas
c. Perubahan mobilitasi
d. Perubahan kelelahan
e. A dan B benar
5. Seorang perempuan G2P1A0 31 tahun hamil 40 minggu datang ke BPM dengan keluhan ingin melahirkan.
Jarak persalinan saat ini dengan persalinan terakhir adalah 4 tahun. Ibu mengatakan takut menghadapi
persalinan saat ini karena sudah lama jarak antara persalinan sebelumnya. Saat perutnya kenceng-kenceng
ibu merasa bingung. Dari hasil pemeriksaan di dapat TD 130/80 mmHg, N 81 x/menit, Suhu 37,9 0C, RR 22
x/menit, VT 5cm. kK (+). Asuhan apakah yang tepat untuk kasus tersebut?
a. Ajarkan teknik relaksasi yang benar
b. Ajarkan cara meneran yang baik
c. Ajarkan mengenai nutrisi yang baik
d. Ajarkan posisi meneran yang tepat
e. Anjurkan untuk jalan-jalan
KUNCI JAWABAN
1. B
2. E
3. D
4. B
5. A
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
URAIAN MATERI
A. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi :
a) His ( kontraksi uterus )
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot otot polos rahim bekeraj dengan baik dan sempurna .Sifat
his yang baik dalah kontraksi simetris ,fundus dominan ,terkoordinasi,dan relaksasi.Walaupun his itu
kontraksi yang fisiologis akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisologis lainnya ,bersifat nyeri.Tiap
his di mulai sebagai gelombang dari salah satu sudut di mana tuba masuk ke dalam dinding uterus .Di
tempat tersebut ada suatu pace maker darai mana gelombang tersebut berasal.
Kontraksi ini bersifat involunter karean berada di bawah pengaruh saraf intrinsik.Iini berarti wanita tidak
memiliki kendali fisiologis terhadap frekuensi dan durasi kontraksi .Kontraksi uterus juga bersifat
intermiten sehingga ada periode relaksai uterus di anatraa kontraksi ,fungsi penting relaksasi ,yaitu
:mengistirahatkan otot uterus , memberi kesempatan istirahat bagi ibu ,mempertahankan kesejahteraa
bayi karena uterus menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta.
Pembagian his dan sifatnya :
His pendahuluan : his tidak kuat ,datangnya tidak teratur ,menyebabkan keluarnya lendir darah
atau bloody show
His pembukaan (kala 1):menyebabkan pembukaan serviks ,semakin kuat ,teratur dan sakit
His pengeluaran (kala 2): untuk mengeluarkan janin ,sangat kuat, teratur, simetris ,terkoordinasi
His pelepasan plasenta (kala 3):kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirka plasenta
His pengiring (kala 4):kontraksi lemah ,masih sedikit nyeri ,terjadi pengecilan dalam beberapa
jam atau hari.
Hal hal yang harus di perhatikan pada his saat melekukan obeservasi :
Frekunsi his :jumlah his dalam waktu tertentu ,biasanya per menit per 10 menit
Intensitas his :kekuatan his (adekuat atau lemah)
Durasi (lama his ):lamanya setiap his berlangsung dan di tentukan dalam detik ,misalnya 50 detik
Interval his : jarak antara his yang satu dengan his berikutnya ,his datan tiapa 2-3 menit.
Identifikasi his / kontraksi Jika persalinan slah di diagnosis,mungkin kan di lakukan intervensi yang
tidak tepat untuk mempercepat persalinan .Sebaliknya ,jika persalinan tidak di diagnosis ,janin
berada dalam bahaya akibat penyulit tidak terduga .Walaupun diagnosisi banding antara persalinan
palsu dan persalinan sejati kadang sulit di tentukan ,diagnosis biasanya di buat berdasrakan
kontraksi yang terjadi
Kontraksi otot otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal dan tekanan
ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar
Tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan sewaktu waktu buang air besar (BAB) ,tapi jauh lebih kuat
.
Saat kepala bayi sampai kedasar panggul ,timbul reflex yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya
,mengkintraksikan otot otot perut dan menekan diafragma nya ke bawah
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu
ada his
Tanpa tenaga menegedan bayi tidak akan lahir
B. Passage
Passage atau jalan lahir di bagi menjadi 2 :
➢ Bagian keras :tulang panggul
➢ Bagia lunak : otot otot dan ligament ligament
1) Bagian keras :panggul
Tulang panggul
Tulang panggul terdiri dari empat buah tulang terdiri dari :
Dua os coxae (tulang pangkal paha )
• Os ilium (tulang usus) terdiri dari : crista iliaca ,spina iliaca anterior superior (SIAS) dan spina
iliaca posterior superior (SIPS) ,spina iliaca posterior inferior (SIPI),spina iliaca anterior
inferor (SIAI),incisura ischiadi mayor ,linea inominata,corpus os ilii.
• Os pubis (tulang kemaluan ) terdiri dari :foramen obtutarium,ramus superior ossis
pubis,ramus inferior ossis pubis ,lineailliopectinea ,corpus pubis,tuber culum pubicum,arcus
pubis ,simfibis pubis .
• Os sacrum ( tulang kelangkang) terdiri dari :promontorium,foramen scralia anterior ,crista
scralis,vertebra sacralis,ala sacralis,vertebra lumbalis
• Os coccygeus (tulang tungging) terdiri dari : vertebra coccyges.
Ruang panggul
Ruang panggul terdiri dari:
• Pelvis mayor (false pelvis ) :bagian di atas pintu atas panggul tidak berkaitan dengan persalinan
• Pelvis minor (true pelvis) terdiri dari :
❖ Pintu atas panggul (PAP) di sebut pelvic inlet. Batasan PAP adalah promontorium ,sayap
sacrum ,linea inominta,ramus superior osis pubis ,dan pinggir atas syimphysis pubis. Ukuran
PAP adalah :
Ukuran muka belakang (conjugate vera). Jaraknya dari promontorium ke pinggir atas
sympisis,ukuran normalnya 11 cm.Ukuran ini adalah ukuran yang terpenting dalam
panggul .Conjugata vera tidak dapat di ukur langsung ,tapi dapat di perhitungkan
dengan mengurangi conjugate diagnolis (dari promontorium ke pinggir bawah sympisis
) sejumlah 1,5 2 cm.(CV=CD1,5)
Ukuran melintang (diameter tranversa ). Merupakan ukuran terbesar antara linea
innominata di ambil tegak lurus pada conjugate vera ,ukurannya 12,5 cm 3,5 cm
Ukuran serong (diameter oblique). Dari artilulatio sakroiliaka ketuberculum pubicum dari
belajan panggul yang bertentangan .Ukurannya 13 cm
Bidang tengah panggul terdiri atas bidang luas dan bidang sempit panggul. Bidang luas
panggul terbentang antara symphisis ,pertengahan acetabulum , dan pertemuan antara
ruas sacral II dan III .Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5
cm.Karena tidak ukuran yang kecil ,bidang ini tidak menimbulkan kesulitan dalam
persalinan dan biasanya tidak di ukur . Bidang sempit panggul terdapat setinggi pinggir
bawah simphisis ,ke dua spina inciadica dan memotong sacrum ± 1-2 cm di atas ujung
sacrum .Ukuran muka belakang 11,5 cm ,ukuran melintang 10 cm , dan diameter
sagitalis posteror ialah dari sacrum ke pertengahan antara spina aschiadica 5 cm.
Pintu bawah panggul (PBP) atau di sebut pelvic outlet . Pintu bawah panggul bukan
suatu bidang ,tetapi terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama,ialah garis yang
menghubungkan ke dua tuber ischiadicum kiri dan kanan.Puncak dari segitiga yang
belakang adalah jung os sacrum ,sisinya adalah ligamentum sacro tuberosum kiri dan
kanan.Segitiga di depan di batasi oleh arcus pubis. Ukuran menentukan berapa
jauhnya bagian depan anak turun ke dalam rongga panggul ,maka hodge telah
menentukan beberapa bidang khayalan dalam panggul.
− H I : sama dengan pintu atas panggul
− H II : sama dengan H I melalui pinggir bawah synphisis
− H III : sama dengan H I melalui spina isciadica
− H IV : sama dengan H I melalui ujung os coccyges
Ukuran ukuran panggul
I. Ukuran panggul dapat di peroleh dengan cara :
Pengukuran secara klinis Pintu atas panggul (PAP). Dengan 2 jari ialah jari telunjuk dan jari
tengah ,melalui konkavitas dari sacrum ,jari tengah di gerakkan ke atas sampai dapat meraba
prontorium .Sisi radial dari jari telunjuk di tempelkan pada pinggir bawah syimphisis dan
tempat ini di tandai dengankuku jari telunjuk tangan kri .Promontorium hanya bisa tercapai
oleh jari kita dengan pemeriksaan dalam pada panggul yang sempit .Pada panggul dengan
ukuran normal ,promontorium tidak tercapai,ini menandakan bahwa CV cukup besar .Hal ini
dapat di ketahui dengan. Pemeriksaan luar, Kalau kepala dengan ukuran terbesarnya sudah
melewati PAP maka hanya sebagian kecil saja dari kepal yang dapat di raba dari luar
symphisis .Kedua tangan yang di letakkan pada pinggir bagian kepala ini divergent .
Pemeriksaan dalam, Bagian terendah kepala sampai spina ischiada atau lebih rendah .
II. Ukuran panggul luar
Distantia spinarium,yaitu jarak antara spina iliaca anterior supserior kiri dan kanan (23 cm -
26 cm)
Distantia cristatium ,yaitu jarak yang terjauh antara crista iliaca kakan dan kiri (26 cm - 29
cm )
Lingkar panggul ,yaitu : dari pinggir atas symphisis ke pertengahan antara spina iliaca
anterior superior dan trochanter mayor sepihak ,lalu kembali melalui tempat yang sama ,di
pihak lain (80 cm – 90 cm )
Conjugate externa (boundeleque) yaitu jarak antara pinggir atas symphisis dan ujng
prosesus spinosus ruas lumbal ke V (18 cm – 20 cm )
III. Bentuk panggul
Menurut Caldwell dan moloy ada 4 bentuk dasar panggul :
Ginekoid : paling ideal ,bemtuk hampi bulat .Panjang diameter anterosposterior kira kira
sama dengan diameter tranversa
Android:bentuk hampir segitiga.Umumnya laik laki mempunyai jenis panggul ini .Panjang
diameter anterosposterior hamper sama dengan diameter tranversa ,akan tetapi jauh lebih
mendekati sacrum
Anthropoid :bentuknya agak lonjong seperti telur panjang diameter anterosposterior lebih
besar dari pada diameter tranversa
Platipeloid :jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang
C. Passenger
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor yakni
kepala janin, presentasi, leak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta harus melewati jalan lahir, maka dia
dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan normal.
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 18
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
➢ Kepala Janin
Kepala janin adalah bagian yang terpenting karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya
kepala dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika kepala dapat melalui jalan lahir,
bagian-bagiannya dapat menyusul dengan mudah.
➢ Sutura
Sutura adalah sela-sela diantara tulang yang ditutupi oleh membrane. Kegunaannya: Memungkinkan
terjadinya maulage, Dapat mengetahui posisi kepala janin.
D. Psikologis
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan
orang yang dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancer disbanding dengan ibu
bersalin tanpa pendamping. Ini menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis
ibu, yang berpengaruh tehadap kelancaran proses persalinan. Perubahan psikologis dan prilaku ibu, terutama
yang terjadi selama fase laten, aktif, dan transisi pada kala 1 persalinan memiliki karakteristik masing-masing.
Sebagian besar ibu hamil yang memasuki masa persalinan akan merasa takut. Apalagi untuk seorang
primigravida yang pertama kali beradaptasi dengan ruang bersalin. Hal ini harus disadari dan tidak boleh
diremehkan oleh petugas kesehatan yang akan memberikan pertolongan persalinan. Ibu hamil yang akan
bersalin mengharapkan penolong yang dapat dipercaya dan dapat memberikan bimbingan dan informasi
mengenai kedaannya. Kondisi psikologis ibu bersalin dapat juga dipengaruhi oleh dukungan dari pasangannya,
orang terdekat, keluarga, penolong, fasilitas dan lingkungan tempat bersalin, bayi yang dikandungnya
merupakan bayi yang diharapkan atau tidak.
E. Pysian/penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan
mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan
kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi.
Tidak hanya aspek tindakan yang diberikan, tetapi aspek konseling dan pemberian informasi yang jelas
dibutuhkan oleh ibu bersalin untuk megurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga. Bidan mempunyai
tanggungjawab yang besar dalam proses persalinan. Langkah utama yang harus dikerjakan adalah mengkaji
perkembangan persalinan memberitahu perkembangannya baik fisiologis maupun patologis pada ibu dan
keluarga dengan bahasa yang mudah dimengerti. Kesalahan yang dilakukan bidan dalam mendiagnosis
persalinan dapat menimbulkan kegelisahan dan kecemasan pada ibu dan keluarga.
RANGKUMAN
1. Faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain : power, passage, passanger, psikologis dan
penolong.
2. Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar .
3. Passage atau jalan lahir di bagi menjadi 2 : Bagian keras :tulang panggul, Bagia lunak : otot otot
dan ligament ligament
4. Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor
yakni kepala janin, presentasi, sikap, dan posisi janin.
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Pada persalinan dengan letak belakang kepala, titik penunjuk pada saat VT adalah.......
A. UUK
B. UUB
C. Dahi
D. Sacrum
E. Mento
2. Tenaga yang mendorong janin keluar adalah. . .
a. Power
b. Passage
c. Passanger
d. Penolong
e. Pendamping
3. His merupakan faktor dalam persalinan . . . .
a. Power
b. Passage
c. Passanger
d. Penolong
e. Pendamping
4. Jika bagian terendah janin berada di tepi atas simphisis , berarti berada pada....
a. H I
b. H II
c. H III
d. H IV
e. Sejajar simpisis
5. Jika bagian terendah janin berada tepi bawah simpisis merupakan hodge . . .
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 20
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
a. H I
b. H II
c. H III
d. H IV
e. Os cocygiys
KUNCI JAWABAN
1. E
2. A
3. D
4. A
5. B
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
L II.
URAIAN MATERI
1. Kebutuhan Fisiologis
a. Oksigen
b. Makan dan minum
c. Istirahat selam tidak ada his
d. Kebersihan badan terutama genetalia
e. Buang air keil dan buang air besar
f. Pertolongan persalinan yang terstandar
g. Penjahitan perineum bila perlu
2. Kebutuhan rasa aman
a. Memilih tempat dan penolong persalinan
b. Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan
c. Posisi tidur yang dikehendaki ibu
d. Pendampingan oleh keluarga
e. Pemantauan selama persalinan
f. Intervensi yang diperlukan
3. Kebutuhan dicintai dan mencintai
a. Pendampingan oleh suami / keluarga
b. Kontak fisik (memberi sentuhan ringan)
c. Masase untuk mengurani rasa sakit
d. Berbicara dengan suara yang lemah, lembut, serta sopan
4. Kebutuhan harga diri
a. Merawat bayi sendiri dan menetekinya
b. Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibu
c. Pelayanan yang bersifat simpati dan empati
d. Informasi bila akn melakukan tindakan
e. Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan
5. Kebutuhan aktualisasi diri
a. Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan
b. Memilih pendamping salama persalinan
c. Bounding and attachment
d. Ucapan selamat atas kelahiran anaknya
Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu
dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan
menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang
dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk:
a. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.
b. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan
c. komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
d. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
e. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
f. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
g. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan
h. terjadi penyulit.
i. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
j. Pemberian ASI sedini mungkin.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan
kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan
memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
a. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian
asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan
ibu.
b. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan
budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan
keputusan.
c. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan
tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
d. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
e. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa
yang bisa diharapkan.
Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Intiative pada tahun 1987.
CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai berikut:
a. Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik
secara berkesinambungan.
b. Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan.
c. Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat.
d. Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu.
e. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan.
f. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang
manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek
selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik.
g. Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan.
h. Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri.
i. Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
j. Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan:
a. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
b. Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
c. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.
d. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses
persalinan.
e. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan.
f. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan
kebidanan.
g. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa
nyaman dan aman.
h. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan
persalinan.
i. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.
j. Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan
dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti
posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa.
k. Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.
l. Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.
m. Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman.
n. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.
o. Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan.
p. Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan.
q. Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan.
r. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan
membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses
persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah
dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah
asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”. Asuhan sayang ibu seharusnya
diberikan pada tiap kala selama persalinan, misalnya :
Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat
dilakukan pada ibu adalah :
Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat
dilakukan pada ibu adalah :
1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga
yang lain.
2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain :
a) Membantu ibu untuk berganti posisi.
b) Melakukan rangsangan taktil
c) Memberikan makanan dan minuman.
d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.
e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.
3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan cara : (a) Memberikan
dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c)
Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran.
4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan
menawarkan bantuan kepada ibu.
5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran – dengan cara memberikan
kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
7. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara :
a. Mengurangi perasaan tegang.
b. Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.
c. Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong.
d. Menjawab pertanyaan ibu.
e. Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
f. Memberitahu hasil pemeriksaan.
8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
Kala III
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada
ibu adalah
1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3. Pencegahan infeksi pada kala III.
4. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5. Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
Kala IV
Adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.
2. Membantu ibu untuk berkemih.
3. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massase uterus.
4. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
5. Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk
dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7. Pendampingan pada ibu selama kala IV
8. Nutrisi dan dukungan emosional.
Posisi Meneran
Macam-Macam Posisi Meneran :
1. Setengah duduk / duduk
• Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/menspport perineum
• Membantu turunya kepala,
• Memberi kesempatan utk istirahat diantara kontraksi,
RANGKUMAN
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses
persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan
menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan
seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”. Asuhan sayang ibu seharusnya
diberikan pada tiap kala selama persalinan
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Dibawah ini yang termasuk peran bidan pada kebutuhan dasar ibu dalam proses bersalin , Kecuali . . .
a. Membantu ibu dalam memilih posisi
b. Menyarankan alternatif yang hanya apabila tindakan ibu tidak efektif
c. Membantu memilih tempat bersalin
d. A dan B benar
e. Semua jawaban benar
2. Posisi ini dapat membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul, namun dapat memberikan
konstribusi pada laserasi perineum.. . .
a. Jongkok
b. Merangkak
c. Duduk
d. Miring kiri
e. Miring kanan
3. Oksigenasi lebih baik untuk bayi, membantu mencegah terjadinya laserasi, memberi rasa santai pada ibu saat
letih, adalah posisi. .
a. Miring kiri
b. Berdiri
c. Jongkok
d. Merangkak
e. Miring kanan
4. Posisi ini dapat menyebabkan sindrom supine hypotensi karena tekanan pada vena kava inferior oleh cavum
uteri dan dapat menyebabkan bayi kehilangan O2 adalah . . .
a. Lithotomi
b. Miring kiri
c. Miring kanan
d. Merangkak
e. Jongkok
5. Manfaat dari posisi meneran bagi ibu bersalin adalah . . . . . .
a. Mengurangi rasa sakit
b. Lama kala II lebih pendek
c. Laserasi perineum lebih sedikit
d. Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan
e. Semua benar
KUNCI JAWABAN
1. D
2. A
3. A
4. A
5. E
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
URAIAN MATERI
Anamnesis
• Tujuan anamnesis : Mengumpulkan semua informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan, dan
persalinan.
• Informasi ini digunakan dlm proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau keperawatan yang sesuai
9. Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, atau nyeri epigastrium bagian
atas)
10. Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
Dokumentasikan semua temuan.
Pemeriksaan Fisik
• Tujuan : untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin
• Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis digunakan untuk membuat keputusan klinik, menegakkan
diagnosis, mengembangkan rencana asuhan yan sesuai
• Jelaskan kpd ibu tentang apa yg akan dilakukan, diperiksa, dan tujuannya
Langkah dalam pemeriksaan fisik :
1. Cuci tangan
2. Menunjukkan sikap ramah dan sopan
3. Minta ibu mengosongkan kandung kemih
4. Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, psikologis (suasana hati tingkat kegelisahan), nyeri kontraksi,
warna konjungtiva, kebersihan, status gizi, kecukupan cairan tubuh
5. Nilai TTV ibu (Pemeriksaan TD dan N diantara dua kontraksi)
6. Lakukan pemeriksaan abdomen
7. Lakukan periksa dalam
Asuhan Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat
dilakukan pada ibu adalah :
1) Penggunaan patograf
Patograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik.
2) Memberikan dukungan emosional.
3) Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
4) Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
5) .Peran aktif anggota keluarga selama persalinan
6) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
7) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegah. dehidrasi. Oleh
karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
8) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan kandung kemih
penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan
ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan
distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
9) Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih
dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
RANGKUMAN
1. Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan semua informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan,
dan persalinan.
2. Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat
kenyamanan fisik ibu bersalin
. TUGAS
CHECKLIST
0 Tidak dikerjakan
2 Memperkenalkan diri
2 Menjelaskan kedua-duanya
0. Tidak dikerjakan
0. Tidak dikerjakan
0. Tidak dikerjakan
9 Menanyakan gerakan janin yang dirasakan meliputi berapa kali gerakan dalam 10 jam dan
apakah sampai saat ini masih dirasakan.
0. Tidak dilaksanakan
10 Menanyakan riwayat menstruasi yang terdiri atas usia menarche, siklus, jumlah, lama, dan
masalah menstruasi
0.Tidak dikerjakan
§ Kehamilan: G P A
0 Tidak dilakukan
13 Menanyakan keadaan bayi yang lalu meliputi: usia anak saat ini, jenis kelamin, berat badan
bayi, Asi ekslusif, dan masalah khusus
0.Tidak dilakukan
14 Menanyakan riwayat penyakit pasien yang diderita dahulu dan sekarang (hipertensi, PMS,
DM, jantung, asma, malaria, hepatitis)
0. Tidak dilakukan
1. Menanyakan kurang dari 3 penyakit baik dari riwayat dahulu dan sekarang
15 Menanyakan riwayat penyakit keluarga seperti penyakit menular (TBC, Hepatitis, PMS) dan
keturunan (anak kembar, cacat kongenital)
0.Tidak dilakukan
0.Tidak dilakukan
0.Tidak dilakukan
0.Tidak dilakukan
0.Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
21 Menanyakan pola psikologis ibu dan respon ibu serta keluarga terhadap kehamilannya
0. Tidak dilakukan
48
POST TEST
Complete the following questions without looking at the answer key. When finished, match it with the answer key
to find out the value obtained.
1. A 28-year-old woman, 9 months pregnant, comes to the puskesmas with complaints of abdominal pain radiating
to her waist. In identifying the problem we can get from objective data. What method was used to obtain the
objective data?
A. History D. Physical examination
B. The patient's medical history E. Information from the family
C. Family medical history
2. A 28-year-old woman, 9 months pregnant, comes to the puskesmas with complaints of abdominal pain radiating
to her waist. In identifying the problem we can get from subjective data. What method was used to obtain the
subjective data?
A. Palpation C. Inspection E. Percussion
B. History D. Auscultation
3. A 28-year-old woman, 9 months pregnant, comes to the health center with complaints of abdominal pain
radiating to her waist. In identifying the problem we can get from subjective data. Which includes subjective
data?
A. TTV examination D. Chief complaint
B. Check in E. palpation Leopold
C. DJJ examination
4. A woman G II PIAO, aged 28 years, came to the puskesmas on 01 / 03 / 16 at 6.00 WIB, complaining of rattling
since 01.00 WIB in the morning, PPV blood mucus, results of PD opening 4 cm, positive presentation of
membranes Hodge II head down, left front crown, HIS 3X in 10 minutes 35 seconds long. What is the attitude
of the midwife in this case?
A. Tell the results of the examination D. Feed and drink
B. Tell how to push the right E. Suggest a walk
C. Adjust the position for delivery
5. A 29-year-old woman, 9 months pregnant, came to the health center with a complaint that she had experienced
regular urination. his 4x/10 minutes, opening 8cm. In addition to observing the progress of labor, the midwife
applies the principles of infection prevention. What are the principles of infection prevention?
A. Using repeated needles
B. Washing hands before action only
C. do not soak the used tools with chlorine solution
D. Assuming that everyone (patients/staff) will not spread the infection
E. Process equipment using recommended infection prevention practices
ANSWER KEY
1. D
2. B
3. D
4. E
5. E
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 42
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
EVALUASI
Evaluate post test scores and practicals. If you have achieved a mastery level of 68% or more, you can
proceed to the next competency for the Birth and Newborn Midwifery Care course. But if your level of mastery
is still less than 68%, you must repeat the material for this learning activity, especially in the parts that you
have not mastered.
keterampilan dasar Kebidanan, etikolegal dalam praktik kebidanan, pendidikan karakter dan budi pekerti
luhur, medical science.
9. Target Kompetensi :
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kala I
10. Indikator :
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kala I
11. Materi pembelajaran : Terlampir
12. Stratategi pembelajarn : Diskusi, tanya jawab, praktik mengisi partograf
13. Sarana penunjang pembelajaran : LCD, Komputer
14. Prosedur (Petunjuk Penggunaan Modul) :
a. Bagi Peserta didik
1) Mahasiswa membaca dan memahami tujuan pembelajaran, tugas praktika yang akan dilakukan,
membaca referensi yang direkomendasikan
2) Mahasiswa berlatih skill dan praktik sesuai dengan materi
Melakukan praktik mengisi partograf berdasarkan soal kasus.
b. Peran Pendidik / Dosen
1) Sebagai fasilitator
2) Sebagai mediator
15. Metode evaluasi : Uji post test, praktik mengisi partograf
16. Metode penilaian : Nilai uji post test, responsi
17. Daftar Pustaka
a. Varney’s Midwifery, 1997
b. Buku Acuan Nasional, Saefudin Abdul Bari, 2001
c. Buku II Askeb pada ibu intrapartum, Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001
d. Panduan Praktis Maternal dan Neonatal, WHO, 2001
e. Betty R Sweet, Mayes Midwifelry, 1997
f. Kebidanan dan Peny. Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus
Gede Manuaba, DSOg, 1999
g. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan
h. Myles, Text Book for Midwifery, 2000
i. JNPK, Buku Acuan Persalinan Normal 2007
j. Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Sarwono Prawiroharjo, 1997
k. Saifudin Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2000
URAIAN MATERI
Asuhan Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat
dilakukan pada ibu adalah :
1) Penggunaan patograf
Patograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik.
2) Memberikan dukungan emosional.
3) Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
4) Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
5) .Peran aktif anggota keluarga selama persalinan
6) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
7) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegah. dehidrasi. Oleh
karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
8) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan kandung kemih
penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan
ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan
distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
9) Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih
dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
10) Pengurangan rasa sakit
• Mengurangi rasa sakit di sumbernya
• Mengurangi rangsangan alternatif yang kuat
• Mengurangi reaksi mental yang kuat
11) Persiapan persalinan
❖ Bagi bidan : Ruangan, sumber air bersih, air DTT, kecukupan air bersih.
❖ Bagi keluarga dan ibu bersalin : tempat, tabungan, donor darah, HPL, transportasi, dll.
12) Menjelaskan tanda bahaya kala I
13) Mendokumentasikan asuhan kala I
PARTOGRAF
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan.
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik.
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, menemukan adanya
persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan bedah kebidanan dan menemukan
disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan menjadi macet.
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu
dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan.
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil
keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada
setiap ibu bersalin tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau komplikasi
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai parameter
untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal)
terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).
Tujuan Partograf.
• Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan
dalam.
• Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan
deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat
keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yangdiberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru 1ahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf
harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan
penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan
kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
d. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman
dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka.
- fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya<20″.
- Partus prematurus
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam
persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi
aktual ibu dan bayinya.
- Untuk pendidikan
- Untuk penelitian
1) Identitas
Identitas meliputi :
Nama, umur
−
Gravida, Para, Abortus
−
− Nomor register, nomor catatan medikl/nomor puskesmas;
− Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai
merawat ibu)
− Waktu pecah ketuban janin
2) Kondisi Janin.
Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu
menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).
o Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin).
o Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 48
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
menunjukkan DJJ.
o Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
o Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung.
o Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya,
penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.
o Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-
tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
Air Ketuban
- Utuh (U)
- Jernih (J)
- Campur mekonium (M)
- Kering (K)
Pencatatan pada Partograf
a) Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban
pecah.
K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
d) Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium,
pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan.
e) Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180
kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
f) Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir.
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang
kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD).
Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau
tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila
ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan
persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul
(CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang:
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
1. Kemajuan Persalinan
1) Servikograf
Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm.
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara
terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan
intevensi juga harus dicatatkan.
Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit, dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai
pembukaan serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara. Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda “X”. Bila pasien
masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda “X” diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya
pasien ditulis dibawah tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam
fase laten kemudian masuk kedalam fase aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan
ke garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
• Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang
tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks.
• Nilai setiap angka sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan
kotak tersendiri.
• Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks
sebesar 1 cm.
• Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan,
denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
Pembukaan serviks
• nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
• Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.
• Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
RANGKUMAN
Patograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Seorang perempuan G II P I A O, umur 28 tahun, datang di puskesmas pada Tgl 01 / 03 / 16
jam 6.00 WIB, mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 01.00 WIB dini hari, PPV lendir darah,
hasil PD pembukaan 4 cm, ketuban positif presentasi kepala turun Hodge II, ubun-ubun kecil
kiri depan, HIS 3X dalam 10 menit lamanya 35 detik. Kapan dilakukan evaluasi dalam
melakukan observasi untuk mengetahui perkembangan DJJ, HIS dan Nadi dengan partograf :
A. 15 menit kemudian D. 30 menit kemudian
B. Setiap 15 menit sekali E. Setiap 30 menit sekali
C. Setiap 45 menit sekali
2. Seorang perempuan G II P I A O, umur 28 tahun, datang di puskesmas pada Tgl 01 / 03 / 16
jam 6.00 WIB, mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 01.00 WIB dini hari, PPV lendir darah,
hasil PD pembukaan 4 cm, ketuban positif presentasi kepala turun Hodge II, Ubun-Ubun Kecil
kiri depan, HIS 3X dalam 10 menit lamanya 35 detik. kapan putaran paksi dalam dinyatakan
selesai pada kasus tersebut?
A. Bila kepala sudah di dasar panggul D. Bila kepala sudah memutar
B. Bila UUK sudah menuju kedepan E. Bila kepala sudah didepan
C. Bila UUK sudah didepan
3. Seorang perempuan G II P I A O, umur 28 tahun, datang di puskesmas pada Tgl 01 / 03 / 16
jam 6.00 WIB, mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 01.00 WIB dini hari, PPV lendir darah,
hasil PD pembukaan 4 cm, ketuban positif presentasi kepala turun Hodge II, ubun-ubun kecil
kiri depan, HIS 3X dalam 10 menit lamanya 35 detik. Bagaimanakh penurunan kepala janin
pada kasus tersebut?
A. Bidang yang sejajar PAP melalui ujung os cocygis
B. Bidang yang sejajar PAP setinggi tepi atas Simphisis
C. Bidang yang sejajar PAP melalui tuberosis ischii
D. Bidang yang sejajar PAP setinggi tepi bawah simphisis
E. Bidang yang sejajar PAP melalui kedua spina ischiadika
4. Seorang perempuan G II P I A O, umur 28 tahun, datang di puskesmas pada Tgl 01 / 03 / 16
jam 6.00 WIB, mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 01.00 WIB dini hari, PPV lendir darah,
hasil PD pembukaan 4 cm, ketuban positif presentasi kepala turun Hodge II, ubun-ubun kecil
kiri depan, HIS 3X dalam 10 menit lamanya 35 detik. Bagaimanakah. kiteria his pada kasus
tersebut?
A. Lemah C. Sedang E. Kuat sekali
B. Lemah sekali D. Kuat
5. Seorang perempuan umur 25 tahun, hamil 9 bulan tgl 01September 2017 jam 08.00 WIB
datang ke BPM dengan keluhan ingin melahirkan.
Bagaimanakah sikap Bidan setelah menerima pasien tersebut ?
1. E
2. B
3. B
4. E
5. A
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau lebih,
anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan belajar
ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
URAIAN MATERI
Asuhan Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat
dilakukan pada ibu adalah :
a) Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga
yang lain.
b) Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain :
• Membantu ibu untuk berganti posisi.
• Melakukan rangsangan taktil
• Memberikan makanan dan minuman.
• Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.
• Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.
c) Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan cara :
Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.
Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.
Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran.
d) Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan
menawarkan bantuan kepada ibu.
e) Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran – dengan cara
memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
f) Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
g) Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara :
✓ Mengurangi perasaan tegang.
✓ Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.
✓ Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong.
✓ Menjawab pertanyaan ibu.
✓ Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya
✓ Memberitahu hasil pemeriksaan
h) Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu
i) .Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
RANGKUMAN
1. Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi
2. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegah. dehidrasi.
Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
3. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan kandung
kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala;
menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu
penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca
persalinanBeberapa perubahan fisiologi
TUGAS
Lakukan praktik menyanyikan lagu mars APN dan melakukan praktik pertolongan persalinan (kala II) dan
pemotongan tali pusat bayi !
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
bersalin mengeluh perut mules sejak 4 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan TD 120/80
mmHg, N 80x/menit, kontraksi 3x/10’/30”, DJJ 140x/menit teratur, PD KK (-),
pembukaan 10 cm, , penurunan H III, presentasi kepala, titik penunjuk UUK di depan.
Sikap apakah yang harus bidan lakukan pada kasus tersebut?
A. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap
B. Teknik meneran yang benar
C. Persiapan posisi meneran
D. Cara bernafas yang baik
E. Anjuran untuk minum
2. Seorang perempuan G2P1A0 umur 27 tahun umur kehamilan 39 minggu datang ke
Puskesmas bersama suami dengan keluhan perut kenceng – kenceng sejak pukul 01.00
WIB, keluar lendir darah dari jalan lahir. Hasil pemeriksaan jam 03.00 WIB didapatkan
His 3x/10’30”, PD pembukaan 4 cm, efficement 50%, KK utuh, penurunan kepala
setinggi Hodge II.
Kapan bidan melakukan pemeriksaan dalam lagi pada kasus tersebut?
A. 04.00 WIB
B. 05.00 WIB
C. 06.00 WIB
D. 07.00 WIB
E. 08.00 WIB
3. Seorang perempuan G3P1A0 umur 30 tahun umur kehamilan 38 minggu datang ke
Puskesmas mengeluh keluar lendir darah dari jalan lahir. Hasil pemeriksaan jam 05.00
WIB didapatkan His 4x/10’30”, PD pembukaan 7 cm, efficement 50%, penurunan
kepala setinggi Hodge II. Observasi jam 07.00 WIB keluar cairan ngepyoh dari jalan
lahir bewarna jernih.
Bagaimanakah Pendokumentasian pada partograf dalam kasus tersebut?
A. U
B. J
C. K
D. D
E. M
4. Seorang perempuan berumur 28 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu datang ke PMB,
mengeluh perut mules disertai pengeluaran lendir darah dari jalan lahirnya. Hasil
pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N 82x/menit, kontraksi 4x10’/40”, DJJ 148x/menit
teratur, PD : KK (+), pembukaan 6 cm, penurunan di H III, presentasi kepala.
Pemeriksaan apakah yang harus dilakukan bidan pada kasus tersebut?
A. Suhu tiap 4 jam
B. Kontraksi tiap 1 jam
C. Tekanan darah setiap 2 jam
D. Pembukaan serviks tiap 2 jam
E. Denyut jantung janin tiap 30 menit
5. Seorang perempuan umur 32 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu datang ke klinik bersalin
dengan keluhan perut mules sejak 4 jam yang lalu. Ibu tampak gelisah, kesakitan dan
mengejan. Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, kontraksi 3x/10’/30”, DJJ
140/menit teratur, PD selaput ketuban (+), pembukaan 3 cm, penurunan kepala di H II.
KUNCI JAWABAN
1. E
2. B
3. B
4. E
5. A
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
Modul ini ditujukan bagi mahasiswa semester III Prodi D III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
Kampus Kendal yang telah mengikuti pembelajaran dan lulus dalam pencapaian standar kompetensi mata
kuliah sebelumnya yaitu biologi dasar dan biologi perkembangan, ilmu sosial budaya dasar, kebutuhan dasar
manusia, konsep kebidanan, asuhan kebidanan kehamilan, komunikasi dalam praktik kebidanan,
keterampilan dasar Kebidanan, etikolegal dalam praktik kebidanan, pendidikan karakter dan budi pekerti
luhur, medical science.
9. Target Kompetensi :
Mahasiswa dapat menjelaskan kebutuhan ibu dalam kala II
10. Indikator :
Mahasiswa mampu menjelaskan kebutuhan ibu dalam kala II
11. Materi pembelajaran : Terlampir
12. Stratategi pembelajarn : Diskusi, tanya jawab, praktik amniotomi dan episiotomi
13. Sarana penunjang pembelajaran : LCD, Komputer
14. Prosedur (Petunjuk Penggunaan Modul) :
a. Bagi Peserta didik
1) Mahasiswa membaca dan memahami tujuan pembelajaran, tugas praktika yang akan dilakukan,
membaca referensi yang direkomendasikan
2) Mahasiswa berlatih skill dan praktik sesuai dengan materi
Melakukan praktik amniotomi dan episiotomi
b. Peran Pendidik / Dosen
1) Sebagai fasilitator
2) Sebagai mediator
15. Metode evaluasi : Uji post test, praktik amniotomi dan episiotomi
16. Metode penilaian : Nilai uji post test, responsi
17. Daftar Pustaka
a. Varney’s Midwifery, 1997
b. Buku Acuan Nasional, Saefudin Abdul Bari, 2001
c. Buku II Askeb pada ibu intrapartum, Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001
d. Panduan Praktis Maternal dan Neonatal, WHO, 2001
e. Betty R Sweet, Mayes Midwifelry, 1997
f. Kebidanan dan Peny. Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus
Gede Manuaba, DSOg, 1999
g. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan
h. Myles, Text Book for Midwifery, 2000
i. JNPK, Buku Acuan Persalinan Normal 2007
j. Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Sarwono Prawiroharjo, 1997
k. Saifudin Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2000
URAIAN MATERI
• Support keluarga
• Bimbingan cara meneran
• Hidrasi
• Privasi
• Suhu ruangan yang tidak terlalu panas
• Informasi yang mendukung kepastian mengenai perjalanan persalinannya
• Dukungan dan penghargaan diri dari penolong persalinan
• Penjelasan dan permintaan persetujuan dari penolong persalinan terhadap tindakan yang dilakukan.
1. Selama membran amnion masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi
2. Cairan amnion berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan kontraksi uterus
1. Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak
memberikan informasi tentang kondisi
Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi
Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta,
trauma pada serviks atau trauma bayi
Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas
janin
Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata
Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang
Indikasi Amniotomi
Akselerasi persalinan
Mekanisme Amniotomi
· Saat melakukan pemeriksaan dalam, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan
tidak teraba adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil janin lainnya.
· Pegang ½ klem kocher/kelly memakai tangan kiri dan memasukan kedalam vagina dengan perlindungan 2
jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh elaput ketuban
· Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari-jari tangan kanan, goreskan klem ½ kocher
untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah
· Tarik keluar klem ½ kocher/kelly dengan tangan kiri dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. Tetap
pertahankan jari-jari tangan kanan didalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap
tidak teraba adanya tali pusat. Keluarkan jari tangan kanan dari vagina, setelah yakin bahwa kepala turun dan
tidak teraba tali pusat. Cuci dan lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan klorin 0,5%
EPISIOTOMI
Menurut Sarwono (2007), episio t omi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum (Sarwono, 2007, hal. 171).
Episiotomi adalah insisi pudendum / perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva sehingga
mempermudah jalan keluar bayi (Benson dan Pernoll, 2009, hal 176).
Episiotomi adalah prosedur bedah minor di mana kulit dan otot-otot yang mendasari daerah perineum-antara
vagina dan rektum-dipotong pada saat kala 2 (kepala crowning) untuk membantu dalam proses melahirkan dengan
memperbesar pembukaan jalan lahir dan memungkinkan bayi untuk melalui vagina dengan lebih mudah.
ada 4 jenis episiotomi yait u; Episiotomi medialis, Episiotomi mediolateralis dan Episiotomi lateralis
Bila tidak tepat waktu dan prosedurnya salah, terjadi peningkatan jumlah perdarahan, laserasi derajat 3 atau 4
dan kejadian hematoma, Menyebabkan nyeri pasca persalinan, Meningkatkan resiko infeksi. Pertimbangkan
indikasi episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu/bayi.
Indikasi Episiotomi
Untuk persalinan dengan tindakan atau instrument (persalinan dengan cunam, ekstraksi dan vakum); untuk
mencegah robekan perineum yang kaku atau diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang
berlebihan, dan untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus letak / presentasi abnormal
(bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan menyediakan tempat yang luas untuk persalinan yang
aman (Sarwono, 2006, hal 455-456)
Manfaat :
Menghindari pembuluh-pembuluh darah dan syaraf, jadi penyembuhan tidak terlalu sakit
Bahaya
Jika meluas bisa memanjang sampai ke spincter ani yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak, lebih
sulit dijahit dan jika sampai spincter ani harus dirujuk
Mediolateralis
Pemotongan dimuali dari garis tengah fossa vestibula vagina ke posterior ditengah antara spina ischiadica dan
anus. Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade 3.
Manfaat
RANGKUMAN
TUGAS
CHECKLIST
AMNIOTOMI
A SIKAP
0. Tidak melakukan
2. Menjaga Privasi
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
B CONTENT
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
8. Diantara kontraksi lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan hati-hati selaput
ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan baik
0. Tidak melakukan
9. Setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi / steril dengan lembut masukan ke dalam vagina dan
pandu dengan jari dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput
ketuban
0. Tidak melakukan
10. Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dengan lembut gosokkan
klem pada selaput ketuban dan pecahkan
0. Tidak melakukan
11. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
0. Tidak melakukan
12. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 % untuk didekontaminasi
0. Tidak melakukan
13. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah
0. Tidak melakukan
14. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lalu
lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
16 Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan
DJJ.
0. Tidak melakukan
C TEKNIK
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
CHECKLIST
EPISIOTOMI MEDIOLATERALIS
A Sikap
0. Tidak melakukan
2. Menjaga Privasi
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
B Content
0. Tidak melakukan
6. Membersihkan vulva dari atas kebawah sekali usap dengan kapas DTT dari arah depan
kebelakang pada vulva kiri dan kanan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
10. Melindungi daerah dalam perineum dengan jari telunjuk dan tengah tangan kiri dengan agak
diregangkan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
12. Menentukan tempat incici yang tepat ditengah tengah komisura posterior
0. Tidak melakukan
13. Melakukan episiotomi dengan gunting episiotomi yang tajam dengan komisura posterior 45 0
kerah serong kanan atau kiri sepanjang kira – kira 3-4 cm
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
16. Membereskan alat dan merendam ke larutan klorin 0,5% dan mencuci tangan dibawah air
mengalr dan melepas celemek
0. Tidak melakukan
C Teknik
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
0. Tidak melakukan
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Tindakan untuk membuka selaput ketuban dengan jalan membuat robekan kecil yang akan melebar secara
spontan adalah . . . .
a. Amniotomi
b. Episiotomi
c. Korionotomi
d. Vasektomi
e. Tubektomi
2. Indikasi dilakukan amniotomi . . . .
a. Pembukaan lengkap
b. Kasus solusio plasenta
c. Partus macet
d. A dan B benar
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 71
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
KUNCI JAWABAN
1. A
2. D
3. B
4. B
5. C
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
1. Tema Modul : Modul Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala II dan cara
mengatasinya
2. Mata Kuliah/Kode : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir/ Bd.5.302
3. Jumlah SKS : 5 SKS (T : 3 SKS, P : 2 SKS)
4. Alokasi waktu : 490 menit
5. Semester : III
6. Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala II dan cara mengatasinya
7. Gambaran umum modul :
Modul ini secara khusus membahasa tentang praktikum mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit
persalinan kala II dan cara mengatasinya dengan melakukan praktik pertolongan persalinan sungsang
dengan berbagai teknik.
B. URAIAN MATERI
Mendeteksi adanya komplikasi & penyulit persalinan kala II & cara mengatasinya
Bahu Macet/Distosia Bahu adalah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet di atas simfisis pubis &
tidak bisa masuk melalui pintu bawah panggul, sehingga bahu tidak dapat digerakkan.
Penanganan ( 6 langkah dilakukan bersamaan, langkah selanjudnya berurutan ):
1. Tetap tenang, pastikan kandung kemih kosong
2. Panggil partner
3. Persiapan resusitasi BBL
4. Persiapan penanganan perdarahan postpartum
5. Jelaskan pada pasien (anjurkan jangan meneran)
6. Atur posisi pasien dalam posisi litotomi maksimal atau perasat Mc.Robert
Letak muka
Pada presentasi muka terjadi defleksi maksimum kepala sehingga oksiput menempel dengan
punggung janin dengan demikian maka yang merupakan bagian terendah janin adalah mentum.
Penatalaksanaan :
1. Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan sc sering
terpaksa harus dilakukan.
2. Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala, pemutaran posisi dagu
posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi TIDAK
BOLEH dikerjakan.
Letak lintang adalah sumbu memanjang janin menyilang sumbu ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 0..
penanganan dengan SC.
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Penanganan bisa dengan cara
bracht pada persalinan pervaginam dan SC, manuver muller.
Gemeli adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Penanganan : solusio plasenta dapat terjadi setelah
persalinan anak pertama. Untuk presentasi kepala persalinan pervaginam diperbolehkan, Sc untuk presentasi
lain.
. RANGKUMAN
Some of the complications that can occur in the second stage include: shoulder dystocia, latitude, facial position,
breech position, gemeli.
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban
untuk mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Seorang perempuan hamil pertama kali, datang ke bidan merasakan kenceng-kenceng. Pada
pemeriksaan leopold II teraba satu bagian besar, bulat keras di sebelah kiri perut ibu. Termasuk
letak lintang manakah kasus tersebut?
A. Letak lintang I
B. Letak lintang II
C. Letak lintang III
D. Letak lintang IV
E. Letak lintang V
2. Seorang perempuan hamil 9 bulan datang ke puskesmas dengan keluhan sudah merasakan
kenceng kenceng teratur setiap 3 menit sekali. TD; 110/70 mmHg, N 80x/mnt, s: 36,7c, P:
28x/mnt. Pemeriksaan dalam terdapat pembukaan 10 cm, penurunan Hodge 3, effacement
100%, teraba sacrum kiri depan. Untuk menolong kelahiran bahu bidan memutar badan janin
180° dan menariknya. Termasuk perasat manakah tindakan bidan tersebut?
A. Bracht
B. Muller
C. Klasik
D. Lovset
E. Mauriceau
3. Seorang perempuan umur 19 tahun, hamil 7 bulan baru saja melahirkan bayi perempuan di
puskesmas. Penilaian bayiwarna kulit biru, nadi <100 x/mnt tidak teratur, bayi merintih, kaki fleksi
sedikit, nafas megap-megap. Berapakah nilai apgar score pada bayi tersebut?
A. 1
B. 2
C. 3
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 76
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
D. 4
E. 5
4. Seorang perempuan umur 29 tahun, hamil 9 bulan baru saja melahirkan bayi perempuan di
puskesmas. Sebelum dinilai apgar pada menit pertama, dilakukan penilaian sepintas terlebih
dulu pada waktu bayi segera setelah lahir. Yang termasuk penilaian selintas adalah..
A. Jenis kelamin
B. Cacat bawaan
C. Warna kulit
D. jumlah jari
E. Bentuk kaki
5. Seorang perempuan hamil 9 bulan datang ke puskesmas dengan keluhan sudah merasakan
kenceng-kenceng teratur setiap 3 menit sekali. Td; 110/70 mmhg, nadi 80x/mnt, s: 36,7c, p:
28x/mnt. Pemeriksaan dalam terdapat pembukaan 6 cm, penurunan hodge 2, effacement 75%,
teraba bokong saja tidak teraba bagian yang lain. Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus
tersebut?
A. Presentasi bokong tak sempurna
B. Presentasi bokong sempurna
C. Presentasi lutut sempurna
D. Presentasi kaki sempurna
E. Presentasi bokong murni
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
1. Tema Modul : Modul Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III
2. Mata Kuliah/Kode : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir/ Bd.5.302
3. Jumlah SKS : 5 SKS (T : 3 SKS, P : 2 SKS)
URAIAN MATERI
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan
pada ibu adalah
1) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3) Pencegahan infeksi pada kala III.
4) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5) Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
Fisiologi kala III : setelah bayi lahir, kontraksi berlangsung dan ukuran rongga mengecil, situs perlekatan juga
mengecil sehingga plasenta tebal dan mengkerut menyebabkan retroplacenter hematom kemudian memisahkan
diri dari uterus. Managemen aktif kala III :
✓ Pemberian oksitoksin 10 IU
✓ Penegangan tali pusat terkendali
✓ Masase fundus uteri
Pemantauan kala III :
➢ Perdarahan
➢ Kontraksi
➢ Robekan jalan lahir dan perineum
➢ Vital sign
➢ Hygiene
Tujuan
1. Mempersingkat kala III
2. Mempercepat lahirnya plasenta
3. Mengurangi jumlah kehilangan darah
4. Mengurangi kejadian retensio plasenta
Persiapan alat
1. Bed gynecology
2. Partus set
3. Hecting set
4. Sarung tangan
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 79
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
5. APD
6. Bengkok
7. Cairan klorin
8. Bethadine
9. Tempat sampah basah dan kering
Persiapan pasien
Pastikan pasien dalam posisi yang aman dan nyaman
RANGKUMAN
Fisiologi kala III : setelah bayi lahir, kontraksi berlangsung dan ukuran rongga mengecil, situs perlekatan juga
mengecil sehingga plasenta tebal dan mengkerut menyebabkan retroplacenter hematom kemudian
memisahkan diri dari uterus.
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Seorang perempuan umur 31 tahun P1A0 telah melahirkan bayinya 1 menit yang lalu di
Puskesmas. Hasil anamnesis perut terasa mules. Hasil pemeriksaan TFU setinggi pusat
dan kontraksi baik, keras serta tidak ada janin kedua, Bayi IMD diatas Perut ibu.
Suntikan oksitosin 10 iu sudah diberikan secara IM.
Asuhan bidan apakah selanjutnya untuk kasus tersebut?
A. Memotong dan mengikat tali pusat
B. Penegangan tali pusat terkendali
C. Memindahkan klem 5-6 cm didepan vulva
D. Melakukan kateterisasi pada ibu
E. Menilai perdarahan
2. Seorang perempuan umur 21 tahun P1A0 telah melahirkan bayinya. Hasil pemeriksaan
TFU setinggi pusat dan kontraksi baik, keras serta tidak ada janin kedua, kandung kemih
kosong. Suntikan oksitosin 10 iu sudah diberikan secara IM. Selama 15 menit dilakukan
1. D
2. E
3. A
4. A
5. C
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
MODUL XI. MENDETEKSI ADANYA KOMPLIKASI DAN PENYULIT PERSALINAN KALA III
1. Tema Modul : Modul Mendeteksi Adanya Komplikasi dan Penyulit Persalinan Kala III
2. Mata Kuliah/Kode : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir/ Bd.5.302
3. Jumlah SKS : 5 SKS (T : 3 SKS, P : 2 SKS)
4. Alokasi waktu : P=320 menit
5. Semester : III
6. Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala III.
7. Gambaran umum modul :
Modul ini secara khusus membahasa tentang praktikum mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit
persalinan kala III dengan melakukan praktik Kompresi Bimanual Internal dan Eksternal (KBI dan KBE), dan
praktik manual plasenta.
8. Karakteristik mahasiswa (Prasyarat) :
Modul ini ditujukan bagi mahasiswa semester III Prodi D III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
Kampus Kendal yang telah mengikuti pembelajaran dan lulus dalam pencapaian standar kompetensi mata
kuliah sebelumnya yaitu biologi dasar dan biologi perkembangan, ilmu sosial budaya dasar, kebutuhan dasar
manusia, konsep kebidanan, asuhan kebidanan kehamilan, komunikasi dalam praktik kebidanan,
keterampilan dasar Kebidanan, etikolegal dalam praktik kebidanan, pendidikan karakter dan budi pekerti
luhur, medical science.
9. Target Kompetensi :
Mahasiswa dapat mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala III
10. Indikator :
Mahasiswa mampu mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala III
11. Materi pembelajaran : Terlampir
12. Stratategi pembelajarn : Diskusi, tanya jawab, praktik Kompresi Bimanual Internal dan Eksternal (KBI dan
KBE), dan praktik manual plasenta
13. Sarana penunjang pembelajaran : LCD, Komputer
14. Prosedur (Petunjuk Penggunaan Modul) :
a. Bagi Peserta didik
1) Mahasiswa membaca dan memahami tujuan pembelajaran, tugas praktika yang akan dilakukan,
membaca referensi yang direkomendasikan
2) Mahasiswa berlatih skill dan praktik sesuai dengan materi
Melakukan praktik Kompresi Bimanual Internal dan Eksternal (KBI dan KBE), dan praktik manual
plasenta
b. Peran Pendidik / Dosen
1) Sebagai fasilitator
2) Sebagai mediator
15. Metode evaluasi : Uji post test, praktik Kompresi Bimanual Internal dan Eksternal (KBI dan KBE), dan praktik
manual plasenta
16. Metode penilaian : Nilai uji post test, responsi
17. Daftar Pustaka
a. Varney’s Midwifery, 1997
b. Buku Acuan Nasional, Saefudin Abdul Bari, 2001
c. Buku II Askeb pada ibu intrapartum, Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001
d. Panduan Praktis Maternal dan Neonatal, WHO, 2001
e. Betty R Sweet, Mayes Midwifelry, 1997
f. Kebidanan dan Peny. Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus
Gede Manuaba, DSOg, 1999
g. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan
h. Myles, Text Book for Midwifery, 2000
i. JNPK, Buku Acuan Persalinan Normal 2007
j. Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Sarwono Prawiroharjo, 1997
k. Saifudin Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2000
URAIAN MATERI
A. Atonia uteri (> 75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri
(plasenta telah lahir).
B. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan oleh
robekan spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat terjadi di tempat:
robekan servik, perlukaan vagina, robekan perinium.
C. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik sebagian atau seluruhnya).
D. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim).
E. Gangguan pembekuan darah (koagulopati).
Langkah – langkah penanganan :
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 83
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
a. Melakukan anamnesa
f. Memeriksa asupan cairan (setelah pasien stabil cairan IV harus diberikan rata – rata 1 liter dalam 6 – 8 jam
)
g. Jika dilakukan transfuse darah harus di pantau dan volume yang ditransfusikan harus di catat sebagai
asupan cairan
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 84
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Tujuan
1. Menghentikan perdarahan dengan segera
2. Merangsang kontraksi uterus
Persiapan alat
1. Partus set
2. Sarung tangan steril
3. Cairan infuse
4. Peralatan infuse
5. Jarum infuse
6. Plester
7. Kateter
8. Skort
9. Bengkok
10. APD
11. Tempat sambah basah dan kering
12. Cairan klorin
Persiapan pasien
Pastikan pasien masih dalam kondisi sadar
Tujuan
Kompresi Bimanual Eksterna bertujuan untuk menekan rahim diantara kedua tangan dengan maksud
merangsang rahim untuk berkontraksi dan mengurangi perdarahan.
Persiapan alat
1. Partus set
2. Sarung tangan steril
3. Cairan infuse
4. Peralatan infuse
5. Jarum infuse
6. Plester
7. Kateter
8. Skort
9. Bengkok
10. APD
11. Tempat sambah basah dan kering
12. Cairan klorin
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 85
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Persiapan pasien
Pastikan pasien masih dalam kondisi sadar
RANGKUMAN
Atonia uteri (> 75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri
(plasenta telah lahir).
Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan oleh robekan
spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat terjadi di tempat: robekan servik,
perlukaan vagina, robekan perinium.
Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik sebagian atau seluruhnya).
TUGAS
Lakukan praktik Kompresi Bimanual Internal dan Eksternal (KBI dan KBE), dan praktik manual plasenta.
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. E
4. D
5. E
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
Modul ini ditujukan bagi mahasiswa semester III Prodi D III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
Kampus Kendal yang telah mengikuti pembelajaran dan lulus dalam pencapaian standar kompetensi mata
kuliah sebelumnya yaitu biologi dasar dan biologi perkembangan, ilmu sosial budaya dasar, kebutuhan dasar
manusia, konsep kebidanan, asuhan kebidanan kehamilan, komunikasi dalam praktik kebidanan,
keterampilan dasar Kebidanan, etikolegal dalam praktik kebidanan, pendidikan karakter dan budi pekerti
luhur, medical science.
9. Target Kompetensi :
Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan pada ibu bersalin kala IV
10. Indikator :
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan pada ibu bersalin kala IV
11. Materi pembelajaran : Terlampir
12. Stratategi pembelajarn : Diskusi, tanya jawab, praktik menjahit perineum akibat luka episiotomi/laserasi
13. Sarana penunjang pembelajaran : LCD, Komputer
14. Prosedur (Petunjuk Penggunaan Modul) :
a. Bagi Peserta didik
1) Mahasiswa membaca dan memahami tujuan pembelajaran, tugas praktika yang akan dilakukan,
membaca referensi yang direkomendasikan
2) Mahasiswa berlatih skill dan praktik sesuai dengan materi
Melakukan praktik menjahit perineum akibat luka episiotomi/laserasi
b. Peran Pendidik / Dosen
1) Sebagai fasilitator
2) Sebagai mediator
15. Metode evaluasi : Uji post test, praktik menjahit perineum akibat luka episiotomi/laserasi
16. Metode penilaian : Nilai uji post test, responsi
17. Daftar Pustaka
a. Varney’s Midwifery, 1997
b. Buku Acuan Nasional, Saefudin Abdul Bari, 2001
c. Buku II Askeb pada ibu intrapartum, Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001
d. Panduan Praktis Maternal dan Neonatal, WHO, 2001
e. Betty R Sweet, Mayes Midwifelry, 1997
f. Kebidanan dan Peny. Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Prof. Dr. Ida Bagus
Gede Manuaba, DSOg, 1999
g. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan
h. Myles, Text Book for Midwifery, 2000
i. JNPK, Buku Acuan Persalinan Normal 2007
j. Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Sarwono Prawiroharjo, 1997
k. Saifudin Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2000
URAIAN MATERI
a. Fisiologi Kala IV
Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-
hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal.
Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi
baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa
sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.
Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus yang tak kuat dan terus
menerus dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu keselamatan ibu.
Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk diperhatikan.
Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar tidak menjadi lembek
dan mampu berkontraksi dengan kuat. Kalau dengan usaha ini uterus tidak mau berkontraksi
dengan baik dapat diberikan oksitosin dan harus diawasi sekurang-kurangnya selama satu jam
sambil mengamati terjadinya perdarahan post partum.
Hal ini berguna untuk mengetahui terjadinya laserasi (adanya robekan) yang dapat diketahui
dari adanya perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap serta adanya kontraksi
uterus. Segera setelah kelahiran bayi, servik dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk
mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau diperlukan. Servik,
vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada
perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu. Pelepasan plasenta biasanya dalam
waktu 5 sampai 10 menit pada akhir kala II. Memijat fundus seperti memeras untuk mempercepat
pelepasan plasenta tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin
ke dalam sirkulasi ibu. Setelah kelahiran plasenta perhatian harus ditujukan pada setiap perdarahan
rahim yang dapat berasal dari tempat implantasi plasenta. Kontraksi uterus yang mengurangi
perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat uterus dan penggunaan oksitosin. Dua puluh unit
oksitosin rutin ditambahkan pada infus intravena setelah bayi dilahirkan. Plasenta harus diperiksa
untuk memastikan kelengkapannya. Kalau pasien menghadapi perdarahan masa nifas (misalnya
karena anemia, pemanjangan masa augmentasi, oksitosin pada persalinan, kehamilan kembar atau
hidramnion) dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual, eksplorasi uterus secara
manual atau kedua-duanya.
1. Tanda Vital
Pemantauan tanda-tanda vital pada persalinan kala IV antara lain : Kontraksi uterus
harus baik, Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genitalia lainnya, Plasenta dan
selaput ketuban harus telah lahir lengkap., Kandung kencing harus kosong, Luka-luka pada
perineum harus terawat dengan baik dan tidak terjadi hematoma., Bayi dalam keadaan
baik, Ibu dalam keadaan baik.
Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan digunakan untuk memastikan
bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak mengeluarkan darah. Adapun gejala syok
yang diperhatikan antara lain: nadi cepat, lemah (110 kali/menit atau lebih), tekanan rendah
(sistolik kurang dari 90 mmHg, pucat, berkeringat atau dingin, kulit lembab,nafas cepat
(lebih dari 30 kali/menit), cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar serta produksi urin
sedikit sehingga produksi urin menjadi pekat, dan suhu yang tinggi perlu diwaspadai juga
kemungkinan terjadinya infeksi dan perlu penanganan lebih lanjut.
2. Kontraksi uterus
3. Lochea
Melalui proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar
1000gr pada saat kelahiran menjadi sekitar 50gr pada saat 30 minggu masa nifas. Serviks
juga kahilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum kehamilan. Selama
beberapa hari pertama setelah kelahiran sekret rahim (lochea) tampak merah (lochea
rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lochea menjadi lebih pucat (lochea
serosa) dan di hari ke-10 lochea tampak putih atau putih kekuningan (lochea alba). Lochea
yang berbau busuk diduga adanya suatu di endometriosis.
4. Kandung Kemih
Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus diusahakan kosong agar
uterus dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya
perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu mengosongkannya jika
diperlukan, dan ingatkan kemungkinan keinginan berkemih berbeda setelah dia melahirkan
bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih,bantu dengan menyiramkan air bersih dan hangat
pada perineumnya atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang
keinginan berkemih scara spontan. Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat
berkemih secara spontan maka perlu dan dapat dipalpasi maka perlu dilakukan kateterisasi
secara aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan
kandung kemih ibu, setelah kosong segera lakukan masase pada fundus untuk menmbantu
uterus berkontraksi dengan baik.
5. Perineum
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 92
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
Apabila hanya kulit perineum dan mulosa vagina yang robek dinamakan robekan
perineum tingkat satu pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat
yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenetalis pada garis menghubungkan otot-
otot diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka. Sedang pada tingkat tiga atau
robekan total muskulus sfringter ani ekstrium ikut terputus dan kadang-kadang dinding
depan rektum ikut robek pula. Jarang sekali terjadi robekan yang mulai pada dinding
belakang vagina diatas introitus vagina dan anak dilahirkan melalui robekan itu, sedangkan
perineum sebelah depan tetap utuh (robekan perineum sentral). Pada persalinan sulit
disamping robekan perineum yang dapat dilihat, dapat pula terjadi kerusakan dan
keregangan muskulus puborektalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah.
Robekan perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus dijahit, hal ini dapat dilakukan
sebelum plasenta lahir tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara
manual lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Perlu diperhatikan bahwa
setelah melahirkan kandung kemih ibu harus dalam keadaan kosong, hal ini untuk
membantu uterus agar berkontraksi dengan kuat dan normal dan kalau perlu untuk
mengosongkan kandung kemih perlu dilakukan dengan kateterisasi aseptik.
Perkiraan darah yang hilang sangat penting untuk keselamatan ibu, namun untuk
menentukan banyaknya darah yang hilang sangatlah sulit karena sering kali bercampur cairan
ketuban atau urin dan mungkin terserap kain, handuk atau sarung. Sulitnya menilai kehilangan
darah secara akurat melalui perhitungan jumlah sarung, karena ukuran sarung bermacam-macam
dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Mengumpulkan darah
dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah bokong ibu bukanlah cara yang efektif untuk
mengukur kehilangan dan bukan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau
pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya. Cara
yang baik untuk memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menyiapkan botol 500 ml yang
digunakan untuk menampung darah dan dinilai berapa botol darah yang telah digunakan untuk
menampung darah, kalau setengah berarti 250 ml dan kalau 2 botol sama dengan 1 liter. Dan ini
merupakan salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah
kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Kalau menyebabkan
lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari
kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500ml. Kalau ibu mengalami syok
hipovolemik maka ibu telah kahilangan darah 50% dari total darah ibu (2000-2500 ml). Perdarahan
pasca persalinan sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berhubungan erat dengan
kondisi kesehatan ibu. Akibat banyaknya darah yang hilang dapat menyebabkan kematian ibu.
Perdarahan terjadi karena kontraksi uterusyang tidak kuat dan baik, sehingga tidak mampu menjepit
pembuluh darah yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tak dapat berhenti. Perdarahan juga
dapat disebabkan karena adanya robekan perineum, serviks bahkan vagina dan untuk
menghentikan perdarahannya maka harus dilakukan penjahitan.
RANGKUMAN
• Fisiologi kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
memantau kondisi ibu.
• Periksa adanya robekan pada jalan lahir dan kontraksi uterus.
• Segera setelah kelahiran bayi, servik dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk
mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau diperlukan.
Servik, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena
tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu. Pelepasan plasenta
biasanya dalam waktu 5 sampai 10 menit pada akhir kala II.
TUGAS
PENJAHITAN PERINEUM
No BUTIR YG DINILAI
0. Tidak dikerjakan
3 Informed consent
0. Tidak dilakukan
• pemegang jarum
• pinset,
Kain bersih
Kapas DTT
Air DTT
APD lengkap
0. Tidak dilakukan
5 Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi litotomi
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
0. Tidak menggunakan
2. Menggunakan tepat
8 Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1%, dengan teknik satu tangan, letakkan kembali
ke dalam wadah heacting set
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
11 Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari darah atau bekuan darah, dan nilai
kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
13 Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan perineum, masukkan jarum suntik secara
subkutan sepanjang tepi luka
0. Tidak dilakukan
14 Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan
kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi ( cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah
dapat menyebabkan gangguan denyut jantung hingga tidak teratur )
0. Tidak dilakukan
15 Suntikkan cairan lidokain 1% secukupnya sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah
perineum
0. Tidak dilakukan
16 Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada
mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik. (
Bila robekan besar dan dalam, anastesi daerah bagian dalam robekan – alur suntikan anastesi
akan berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka, tepimukosa vagina )
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
18 Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari anastesi
0. Tidak dilakukan
19 Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan. Rabalah dengan ujung jari anda
seluruh daerah luka. Lihatlah dengan cermat dimana ujung luka tersebut
0. Tidak dilakukan
20 Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi, pasang tampon atau kassa ke dalam
vagina ( sebaiknya menggunakan tampan bertali )
0. Tidak dilakukan
21 Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci pemegang jarum dan Pasang
benang jahit pada mata jarum
0. Tidak dilakukan
22 Lihat dengan jelas batas luka episiotomi dan Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas ujung luka
di dalam vagina ibu.
0. Tidak dilakukan
23 Peganglah pemegang jarum dengan tangan lainnya. Gunakan pemegang jarum (pinset) untuk
menarik jarum melalui jaringan. Jangan sekali-kali menggunakan jari tangn. Menggunakan jari
tangan untuk meraba jarum adalah berbahaya. Anda bisa menusuk jari tangan anda atau
melobangi sarung tangan anda yang akan meningkatkan risiko terkena infeksi kuman dari darah
seperti HIV atau hepatitis B
0. Tidak dilakukan
24 Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang bebas ( ujung benang tampa
jarum ) hingga tersisa kira-kira 1 cm
0. Tidak dilakukan
25 Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran
himen.
0. Tidak dilakukan
26 Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai kebelakang lingkaran himen, dan tarik
keluar pada luka perineum. Perhatikan seberapa dekatnya jarum ke puncak lukanya.
0. Tidak dilakukan
27 Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan ototnya. Lihat ke dalam luka untuk
mengetahui letak ototnya. Otot biasanya tampak sedikit lebih merah dan rasanya agak keras bila
disentuh. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot. Rasakan dasar dari luka, ketika anda sudah
mencapai ujung luka, berarti anda telah menutup lapisan otot yang dalam
0. Tidak dilakukan
28 Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari luka, putarlah arah jarum anda dan mulailah
menjahit ke arah vagina, dengan menggunakan jahitan untuk menutup jaringan subcuticuler.
Carilah lapisan subcuticuler umumnya lembut dan memiliki warna yang sama dengan mukosa
vagina. Kini anda membuat jahitan lapis kedua. Perhatikan sudut jarumnya. Jahitan lapis kedua
ini akan meninggalkan lebar luka kira-kira 0.5 cm terbuka. Luka ini akan menutup sendiri pada
waktu proses penyembuhan berlangsung
0. Tidak dilakukan
29 Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka perineal kembali ke vagina di belakang cincin
himen untuk diamankan, diikat dan dipotong benangnya.
0. Tidak dilakukan
30 Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Untuk membuat simpul tersebut benar-benar kuat, buatlah
1 -2 kali simpul mati
0. Tidak dilakukan
31 Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-masing 1 cm. Jika ujung dipotong
terlalu pendek, jahitan mungkin akan bisa terlepas. Jika hal ini terjadi, seluruh jahitan episiotomi
akan menjadi longgar dan terlepas
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
33 Rabalah puncak dinding rektum untuk mengetahui apakah ada jahitan. Jika anda meraba ada
jahitan, maka pastikan agar anda memeriksa kembali rektum tersebut 6 minggu pasca kelahiran.
Jika belum sepenuhnya sembuh pada saat itu (yakni, anda merasakan adanya fistula), maka
rujuklah ibu tersebut ke dokter
0. Tidak dilakukan
34 Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa anda tidak meninggalkan apapun seperti kassa,
tampon, instrumen di dalam vagina ibu
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
37 Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan daerah perineum dengan sabun dan air
3 sampai 4 kali setiap hari. Kalau tidak, ia harus menjaga agar perineumnya tetap kering dan
bersih. Beritahu ibu agar jangan memasukkan benda apapun ke dalam vaginanya
0. Tidak dilakukan
38 Dan mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu agar anda bisa memeriksanya kembali
0. Tidak dilakukan
39 Jika memungkinkan, periksa perineum setiap hari selama 3-4 hari. Lihat, kalau-kalau ada bintik
merah, nanah atau jahitan yang lepas atau terbuka, atau hematoma. Hematoma bisa tampak
seperti luka lecet atau pembengkakan yang mengkilap. Periksa dengan cermat untuk mengetahui
apakah ia bertambah besar. Jika panjangnya lebih dari 3-4 cm, rujuklah ibu tersebut ke rumah
sakit agar hematoma tersebut bisa dibuka danbekuan darahnya bisa dibuang lalu dijahit kembali
0. Tidak dilakukan
40 Membereskan alat – alat dan Melepaskan handscoen dan direndam dilarutan klorin dengan cara
terbalik.
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
0. Tidak dilakukan
84
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban untuk
mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Seorang perempuan umur 31 tahun P1A0 telah melahirkan bayinya 1 menit yang lalu
di Puskesmas. Hasil anamnesis perut terasa mules. Hasil pemeriksaan TFU setinggi
pusat dan kontraksi baik, keras serta tidak ada janin kedua, Bayi serdang IMD diatas
Perut ibu.
Pengawasan apa pada Bayi baru lahir pada kasus tersebut?
A. Nadi
B. Suhu
C. Pernafasan
D. Panjang Bayi
E. Berat Bayi
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan kala IV, kecuali . . . .
a. Derajat robekan jalan lahir
b. Suhu badan
c. Tekanan darah
d. perdarahan
e. kandung kemih
2. Yang termasuk asuhan pada ibu bersalin kala IV adalah . . . .
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan perineum
d. Penjahitan laserasi
e. Semua benar
3. Berikut adalah indikasi episiotomi . . . .
a. Gawat janin
b. Persalinan pervaginam dengan penyulit sungsang
c. Vakum
d. Jaringan parut yang menghalangi kemajuan persalinan
e. Semua benar
4. Laserasi terjadi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spingter ani adalah kategori laserasi .
..
a. Derajat I
b. Derajat II
c. Derajat III
d. Derajat IV
e. Semua jawaban benar
KUNCI JAWABAN
1. E
2. A
3. E
4. E
5. C
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
URAIAN MATERI
Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan luar kandungan merupakan perubahan drastis,
dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan
bertahan hidup. Adaptasi bayi terhadap kehidupan diluar kandungan meliputi :
a. Awal pernafasan
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim ke dunia luar tempat
dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat melakukan transisi hebat ini dengan tangkas.
Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi adaptif dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis
dari lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan diluar kandungan (Myles, 2009).
b. Adaptasi paru
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal melalui paru maternal
dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi yang sangat cepat
terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan
menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai untuk
pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri.
Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari
mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju
duktus toraksis (Myles, 2009).
c. Adaptasi kardiovaskular
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua pertukaran gas dan ekskresi sisa
metabolik. Dengan pelepasan placenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 106
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
mayor guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk direoksigenasi. Hal ini
melibatkan beberapa mekanisme, yang dipengaruhi oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan
resistensi bantalan vaskular paru.
Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru melalui arteri pulmonalis.
Dengan ekspansi paru dan penurunan resistensi vaskular paru, hampir semua curah jantung dikirim menuju
paru. Darah yang berisi oksigen menuju kejantung dari paru meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada
saat yang hampir bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir melewati
tali pusat. Akibatnya, terjadi penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari pertama kehidupan,
penutupan ini bersifat reversibel , pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi vaskular paru tinggi,
misalnya saat menangis, yang menyebabkan serangan sianotik sementara pada bayi. Septum biasanya
menyatu pada tahun pertama kehidupan dengan membentuk septum intra atrial, meskipun pada sebagian
individu penutupan anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.
d. Adaptasi suhu
Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan suhu kamar bersalin 21°C
yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37,7°C. Ini menyebabkan pendinginan cepat
pada bayi saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap mili liter penguapan tersebut memindahkan 560
kalori panas. Perbandingan antara area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas menyebabkan
kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis
dan memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya perpindahan panas inti ke kullit,
kemudian lingkungan, dan juga mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui
penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan permukaan dingin, dan melalui
konveksi yang disebabkan oleh aliran udara dingin pada permukaan tubuh.
2. Perlindungan termal (termoregulasi)
Perlindungan termal dapat dilakukan dengan pencegahan kehilangan panas. Mekanisme pengaturan
temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu jika tidak dilakukan
upaya pencegahan kehilangna panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi
dengan hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan
dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat (Pusdiknakes, 2003).
a Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan
cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, karena setelah lahir, tubuh bayi
tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang lahir terlalu cepat dimandikan
dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti
b Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apa bila bayi diletakkan diatas benda-benda
tersebut.
c Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara
melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
d Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
2. Mencegah terjadinya kehilangan panas
a. penurunan suhu yang cepat pada bayi baru lahir disebabkan oleh ketidak mampuan bayi untuk
menghasilkan panas yang cukup untuk mengimbangi kehilangan panas pada proses kelahiran.
b. Setiap bayi yang lahir memiliki sistem pengendalian suhu bang belum matang. Dan pada bayi
yang lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gram) serta pada bayi yang premature tidak
terdapat lemak yang cukup untuk menghasilkan panas tubuh.
c. Bayi-bayi yang mengalami gawat dingin akan memerlukan gas oksigen yang lebih banyak serta
akan menghabiskan cadangan glycogennya untuk mempertahankan suhu tubuh yang kritis.
Walaupun demikian, bayi yang sehat pun bisa segera menjadi bayi yang sakit jika terjadi
kehilangan panas yang berlebihan.
4. Pemeliharaan pernapasan
Bila bayi tidak segera bernapas sebaiknya mengeringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat dan
dengan lembut menggosok punggung bayi yang sudah dikeringkan. Kemudian meletakkan bayi dalam posisi
terlentang dengan leher sedikit ekstensi (dapat diletakkan terlentang diatas perut ibunya jika hal itu tidak
membuat lehernya mengalami hiperekstensi. Hal ini juga akan membuatnya tetap hangat). Bayi hendaknya
dibuat seakan ia sedang mencium bau sesuatu. Hisap hidung dan mulut bayi dengan alat bantu. Akan tetapi
jangan terlalu rutin melakukan penghisapan, karena hal itu bisa menyebabkan bradycardia dan masalah-
masalah lain.
Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama beberapa menit pertama setelah kelahiran.
Pemisahan bayi dari placenta dilakukan dengan cara menjepit tali pusat diantara dua klem, dengan jarak sekitar
8-10 cm dari umbilikus. Kassa steril yang dilingkarkan ke tali pusat saat memotongnya menghindari tumpahan
darah ke daerah persalinan. Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum memastikan bahwa tali pusat telah diklem
dengan baik. Kegagalan tindakan tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran darah berlebih dari bayi. Cara
perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa segera setelah persalinan berbeda-beda, bergantung
pada faktor sosial, budaya, dan geografis. Waktu optimal untuk penjepitan tali pusat setelah persalinan masih
belum jelas. Beberapa pusat persalinan menganjurkan menunda pemotongan tali pusat hingga pernapasan bayi
stabil dan pulsasi berhenti hingga memastikan bahwa janin telah mendapatkan transfusi placenta sebanyak 70
ml darah.akan tetapi pendapat ini dibantah oleh para ahli yang berpendapat bahwa transfusi placenta yang
didapat dengan cara demikian dapat mengakibatkan ikterus pada neonatus. Hal yang disepakati bersama
bahwa bayi aterm dapat diletakkan diatas perut ibu, tetapi tidak terlalu tinggi dan bayi prematur dapat diletakkan
setinggi placenta. Hal ini disebabkan jika bayi prematur diangkat melebihi tingi placenta dapat menyebabkan
anemia, dan jika bayi diposisikan lebih rendah dari placenta dapat mengakibatkan bayi menerima transfusi darah
(Pusdiknakes, 2003).
Langkah-langkah dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali pusat menurut Pusdiknakes (2003):
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan sebelum
menolong persalinan
b. Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata sudah kotor
c. Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih dan hangat
d. memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau telah didesinfeksi
tingkat tinggi
e. pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f. jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
g. hindari pembungkusan tali pusat
6. Evaluasi nilai APGAR
Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan dengan mengeringkan kulit, yang
dapat membantu meminimalkan kehilangan panas. Bidan harus melakukan pengkajian kondisi umum bayi pada
menit pertama dan ke-5 dengan menggunakan nilai APGAR. Pengkajian pada 1 menit pertama penting untuk
penatalaksanaan resusitasi selanjutnya. Namun terbukti bahwa pengkajian pada menit ke-5 lebih dapat
dipercaya sebagai prediktor resiko kematian selama 28 hari pertama kehidupan, dan status neurologi anak serta
resiko disabilitas mayor pada usia 1 tahun. Semakin tinggi nilai yang dicapai, semakin baik pula nilai bayi. Nilai
APGAR harus didokumentasikan dengan lengkap di catatan bayi.
R Respiration : pernapasan
7. resusitasi
Pada asfiksia ringan, apnea merupakan gejala klinik utama. Pada kasus-kasus yang berat bayi baru lahir
tampak lunglai dan pucat dengan tekanan darah rendah dan denyut jantung lambat.
1. menetapkan dan mempertahankan kebersihan jalan nafas, dengan ventilasi dan oksigenasi
3. mengoreksi asidosis
Tujuan
Tujuan 58 langkah asuhan persalinan normal adalah agar bidan dapat:
1. Membuat keputusan klinik
2. Memberikan asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3. Melaksanakan pencegahan infeksi
4. Melaksanakan pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
5. Melaksanakan rujukan
Persiapan Alat
1. Bed gynecology
2. Partus set
3. Hecting set
4. Sarung tangan
5. APD
6. Bengkok
7. Cairan klorin
8. Bethadine
9. Tempat sampah basah dan kering
Persiapan Pasien
Pastikan pasien dalam keadaan bersih dan nyaman
RANGKUMAN
BBL adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan umur 4 mingggu.
Neonatal dini adalah bayi sampai dengan usia 1 minggu.
Neonatal lanjut adalah BBL dari usia 8 hari sampai usia 28 hari.
Pada asfiksia ringan, apnea merupakan gejala klinik utama. Pada kasus-kasus yang berat bayi baru lahir
tampak lunglai dan pucat dengan tekanan darah rendah dan denyut jantung lambat
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban
untuk mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Perubahan –perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir antara lain pengaturan suhu. Bayi didiagnosa
hipothermia apabila...
A. < 35° c
B. < 35,5° c
C. < 36° c
D. < 36,5° c
E. < 37° c
2. Seorang perempuan umur 29 tahun, hamil 9 bulan baru saja melahirkan bayi perempuan di puskesmas.
Sebelum dinilai apgar pada menit pertama, dilakukan penilaian sepintas terlebih dulu pada waktu bayi
segera setelah lahir. Yang termasuk penilaian selintas adalah..
A. Jenis kelamin
B. Cacat bawaan
C. Warna kulit
D. jumlah jari
E. Bentuk kaki
3. Proses hilangnya panas tubuh bayi bila berada dalam kondisi basah . . . .
A. Konveksi
B. Radiasi
C. Evaporasi
D. Konduksi
E. adduksi
4. Proses hilangnya panas tubuh bayi melalui kontak langsung dengan benda yang mempunyai suhu lebih
rendah adalah . .
A. Konveksi
B. Radiasi
C. Evaporasi
D. Konduksi
E. adduksi
5. Tubuh BBL kelihatan sedikit tidak proporsional , tangan sedikit lebih panjang, hal ini terjadi karena adanya
..
A. Perubahan neuromuskular
B. Perubahan gastrointestinal
C. Perubahan kardiovaskular
D. Perubahan integumen
E. Perubahan skeletal
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.
MODUL XIV. PENDOKUMENTASIAN ASUHAN PERSALINAN KALA I, II, III, IV DAN BAYI
BARU LAHIR
1. Tema Modul : Modul Pendokumentasian Asuhan Persalinan Kala I,II,III,IV dan Bayi Baru Lahir
2. Mata Kuliah/Kode : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir/ Bd.5.302
3. Jumlah SKS : 5 SKS (T : 3 SKS, P : 2 SKS)
4. Alokasi waktu : 490 menit
5. Semester : III
6. Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan persalinan kala I,II,III,IV dan bayi baru lahir.
7. Gambaran umum modul :
Modul ini secara khusus membahasa tentang praktikum pendokumentasian asuhan persalinan kala I,II,III,IV
dan bayi baru lahir dengan melakukan praktik APN 58 langkah dan praktik pendokumentasian asuhan
persalinan.
8. Karakteristik mahasiswa (Prasyarat) :
Modul ini ditujukan bagi mahasiswa semester III Prodi D III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
Kampus Kendal yang telah mengikuti pembelajaran dan lulus dalam pencapaian standar kompetensi mata
kuliah sebelumnya yaitu biologi dasar dan biologi perkembangan, ilmu sosial budaya dasar, kebutuhan dasar
manusia, konsep kebidanan, asuhan kebidanan kehamilan, komunikasi dalam praktik kebidanan,
keterampilan dasar Kebidanan, etikolegal dalam praktik kebidanan, pendidikan karakter dan budi pekerti
luhur, medical science.
9. Target Kompetensi :
Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian asuhan persalinan kala I,II,III,IV dan bayi baru lahir
10. Indikator :
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan persalinan kala I,II,III,IV dan bayi baru lahir
11. Materi pembelajaran : Terlampir
12. Stratategi pembelajarn : Diskusi, tanya jawab, praktik APN 58 langkah dan praktik pendokumentasian asuhan
persalinan
13. Sarana penunjang pembelajaran : LCD, Komputer
14. Prosedur (Petunjuk Penggunaan Modul) :
a. Bagi Peserta didik
1) Mahasiswa membaca dan memahami tujuan pembelajaran, tugas praktika yang akan dilakukan,
membaca referensi yang direkomendasikan
2) Mahasiswa berlatih skill dan praktik sesuai dengan materi
Melakukan praktik APN 58 langkah dan praktik pendokumentasian asuhan persalinan
b. Peran Pendidik / Dosen
1) Sebagai fasilitator
2) Sebagai mediator
15. Metode evaluasi : Uji post test, praktik APN 58 langkah dan praktik pendokumentasian asuhan persalinan
16. Metode penilaian : Nilai uji post test, responsi
17. Daftar Pustaka
a. Varney’s Midwifery, 1997
b. Buku Acuan Nasional, Saefudin Abdul Bari, 2001
c. Buku II Askeb pada ibu intrapartum, Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2001
URAIAN MATERI
Dokumentasi Asuhan persalinan merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan
pada ibu dalam masa intranatal, yakni pada kala I sampai dengan kala IV. Pendokumentasian meliputi
pengkajian, pembuatan diagnosis kebidanan, pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera dan
melakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain serta menyusun asuhan kebidanan
dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya.
Pendokumentasian adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena
memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Partograf adalah bagian terpenting dari proses pendokumentasian
selama persalinan. Pendokumentasian dilakukan karena:
a. Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi kesesuaian dan keefektifan
asuhan atau perawatan, mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk
membuat perubahan dan peningkatan pada rencana asuhan atau perawatan
b. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik
c. Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang diberikan
d. Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari satu penolong persalinan akan
memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau bayi baru lahir
e. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari satu
penolong persalinan ke penolong persalinan lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas
kesehatan lainnya.
f. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus
g. Diperlukan untuk memberi masukan data statistiknasional dan daerah, termasuk catatan kematian dan
kesakitan ibu atau bayi baru lahir
Aspek-aspek penting dalam pendokumentasian antara lain :
1. Tanggal dan waktu asuhan diberikan
2. Identifikasi penolong persalinan
3. Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan
4. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan dapat dibaca
5. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia
6. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis
Prinsip-prinsip Teknik Pendokumentasian
a. Mencantumkan nama jelas pasien pada setiap lembaran observasi atau pemeriksaan.
b. Menulis dengan tinta hitam (tidak boleh pakai pensil), supaya tidak terhapus dan bila perlu foto
copy akan lebih jelas.
c. Menuliskan tanggal, jam, pemeriksaan, tindakan atau observasi yang dilakukan sesuai dengan
temuan yang obyektif (kenyataan) dan bukan interpretasi (hindari kata penilaian seperti
tampaknya, rupanya).
d. Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, hasil observasi dan pemeriksaan oleh orang yang
melakukan.
e. Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk posisi, kondisi, tanda, gejala, warna, jumlah
dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai. Memakai singkatan atau simbol yang sudah di
sepakati, misalnya KU, Ket +, KPD, Let kep, Let Su, S/N, T dan lain-lain
f. Interpretasi data objektif harus di dukung oleh observasi.
g. Kolom tidak dibiarkan kosong tetapi dibuat tanda penutup. Misalnya dengan garis atau tanda
silang.
h. Bila ada kesalahan menulis, tidak diperkenankan menghapus, (ditutup, atau ditipex), tetapi
dicoret dengan garis dan membubuhkan paraf disampingnya.
Teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Tujuh langkah
varney antara lain sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan pada ibu bersalin adalah sebagai berikut: biodata, data demografi,
riwayat kesehatan termasuk faktor herediter, riwayat menstruasi, riwayat obstetri dan ginekologi,
termasuk nifas dan laktasi, riwayat biopsikososiospiritual, pengetahuan, data pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus dan penunjang seperti laboratorium, radiologi dan USG.
Contoh:
Contoh:
Ibu A di ruang bersalin dengan pembesaran uterus yang berlebihan, bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang berlebihan seperti adanya
hidramnion, makrosomi, kehamilan ganda, ibu diabetes, atau lainnya, sehingga beberapa diagnosis dan
masalah potensial dapat teridentifikasi sekaligus mempersiapkan penanganannya.
Modul Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL 115
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-8
a. Kala I yaitu dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap:
1. Bantulah ibu dalam masa persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan. Dengan cara:
2. Jika ibu tampak merasa kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan antara lain:
➢ Melakukan perubahan posisi, yaitu posisi sesuai dengan keinginan ibu. Namun jika ibu ingin beristirahat
di tempat tidur, anjurkan agar posisi tidur miring ke kiri.
➢ Sarankan suami atau keluarganya untuk memijat dan menggosok punggungnya diantara dua kontraksi
➢ Ajarkan kepada ibu teknik bernafas dengan cara meminta ibu menarik nafas panjang, menahan nafasnya
sebentar lalu kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi
3. Penolong tetap menjaga privasi ibu dalam persalinan dengan menggunakan penutup atau tirai dan tidak
menghadirkan orang lain tanpa pengetahuan dan seizin ibu.
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi secara prosedural yang akan dilaksanakan
dan hasil pemeriksaan.
5. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air besar atau buang
air kecil.
6. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak mengeluarkan keringat, maka gunakan kipas angin atau AC
dalam kamar atau menggunakan kipas biasa dan menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.
7. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mencegah dehidrasi, berikan ibu cukup minum.
8. Lakukan pemantauan tekanan darah, suhu, denyut jantung janin, kointraksi dan pembukaan seviks.
Sedangkan pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan selama empat jam selama kala I persalinan atau jika da
indikasi lain. Kemudian dokumentasikan hasil temuan dengan partograf.
cMemberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu dengan cara menjaga
privasi ibu, menjelaskan proses dan kemajuan persalinan, menjelaskan tentang prosedur yang akan
dilakukan dan keterlibatan ibu.
d Mengatur posisi ibu dan membimbing ibuuntuk meneran dengan posisi yang nyaman seperti jongkok,
setengah duduk, tidur miring atau menungging.
e Mengatur posisi agar nyeri berkurang, mudah meneran, menjaga kandung kemih tetap kosong,
menganjurkan berkemih sesering mungkin, memberikan cukup minum untuk memberi tenaga dan
mencegah dehidrasi.
c. Kala III yaitu dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
a Melaksanakan Manajemen Aktif Kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian
tarikan pada tali pusat dan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
b Jika menggunakan Manajemen Aktif Kala III dan plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan
oksitosin 10 unit (intramuskular)
c Jika menggunakan manajemen aktif kala III dan plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit, periksa
kandung kemih dan lakuka kateterisasi, periksa adanya pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit
(intramuskular) dosis ketiga, dan periksa ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada servik dan
vagina kemudian perbaiki episiotomi.
d. Kala IV yaitu dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam postpartum.
a Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit pada jam kedua. Jika
kontraksi tidak kuat lakukan masase uterus sampai uterus berkontraksi
b Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, perdarahan, setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
30 menit pada jam kedua.
c Anjurkan ibu untuk minum agar mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang
disukainya.
d Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering
e Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan
menyusui bayi karena manyusui dapat membantu uterus berkontraksi.
6. Melaksanakan perencanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan menyeluruh yang dibatasi oleh
standar asuhan kebidanan pada masa intranatal.
7. Evaluasi
Evaluasi pada masa intranatal dapat dilakukan setelah melakukan perencanaan dan pelaksanaan.
SOAP sebagai suatu metode pendokumentasian asuhan kebidanan, metode ini disarikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan hasil asuhan klien dalam
rekam medis klien sebagai catatan perkembangan/kemajuan (progress note) yaitu:
Kala I
Subyektif, Ibu mengatakan mules-mules sering dan teratur, pengeluaran pervaginam berupa lendir
darah, usia kehamilan dengan cukup bulan atau sebaliknya tidak cukup bulan, haid terakhir, waktu buang
air kecil, waktu buang air besar, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat penyakit dan
riwayat yang diderita keluarga.
Subjektif, Ibu mengatakan mules-mules yang sering dan selalu ingin meneran, tekanan pada anus.
perineum menonjol, vulva membuka, his semakin sering dan kuat.
Janin presentasi kepala, tunggal, intra uterine, denyut jantung janin positif atau negatif, frekuensi berapa kali
dalam satu menit, teratur atau tidak, keadaan ibu saat ini baik.
Subyektif, Ibu mengatakan perutnya masih mules. Bayi sudah lahir, plasenta belum lahir, tinggi fundus
uteri, kontraksi baik, atau tidak, volume perdarahan pervaginam, keadaan kandung kemih kosong.
Planning:
Planning:
. RANGKUMAN
Kala I
Subyektif, Ibu mengatakan mules-mules sering dan teratur, pengeluaran pervaginam berupa lendir
darah, usia kehamilan dengan cukup bulan atau sebaliknya tidak cukup bulan, haid terakhir, waktu buang
air kecil, waktu buang air besar, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat penyakit dan
riwayat yang diderita keluarga.
Kala II
Subjektif, Ibu mengatakan mules-mules yang sering dan selalu ingin meneran, tekanan pada anus.
perineum menonjol, vulva membuka, his semakin sering dan kuat.
Kala III
Subyektif, Ibu mengatakan perutnya masih mules. Bayi sudah lahir, plasenta belum lahir, tinggi fundus
uteri, kontraksi baik, atau tidak, volume perdarahan pervaginam, keadaan kandung kemih kosong.
Kala IV
TUGAS
POST TEST
Kerjakan soal berikut ini tanpa melihat kunci jawaban. Setelah selesai cocokkan dengan kunci jawaban
untuk mengetahui nilai yang diperoleh.
1. Seorang perempuan umur 25 tahun, hamil 9 bulan tgl 01September 2017 jam 08.00 WIB
datang ke BPM dengan keluhan ingin melahirkan.
Bagaimanakah sikap Bidan setelah menerima pasien tersebut ?
KUNCI JAWABAN
1. E
2. D
3. E
4. E
5. E
EVALUASI
Lakukan evaluasi skor post test dan praktika. Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 68 % atau
lebih, anda dapat meneruskan pada kompetensi selanjutnya untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi baru lahir. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih kurang 68 %, anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar ini, terutama pada bagian-bagian yang belum anda kuasai.