RPJMD Perubahan Pontianak 2020-2024 - Compressed
RPJMD Perubahan Pontianak 2020-2024 - Compressed
RPJMD Perubahan Pontianak 2020-2024 - Compressed
WALIKOTA PONTIANAK
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TENTANG
WALIKOTA PONTIANAK,
1
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota
Pontianak Tahun 2020-2024;
2
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
3
12. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 10);
4
18. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Kota
Pontianak Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Kota
Pontianak Tahun 2008 Nomor 9 Seri E Nomor 9);
dan
WALIKOTA PONTIANAK
MEMUTUSKAN:
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 7 Tahun 2019
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pontianak Tahun
2020-2024 (Lembaran Daerah Kota Pontianak Tahun 2019 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Daerah Kota Pontianak Nomor 171) diubah sebagai berikut:
Pasal 3
5
g. kerangka pendanaan pembangunan dan program perangkat daerah;
h. kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan
i. penutup.
Pasal II
Ditetapkan di Pontianak
pada tanggal 21 Desember 2020
WALIKOTA PONTIANAK,
Diundangkan di Pontianak
pada tanggal 21Desember 2020
MULYADI
6
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
7
Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah diatur tentang perubahan
RPJMD yang dapat dilakukan apabila:
8
c. perlu dilakukan restrukturisasi dan beberapa penyesuaian terhadap
tujuan, sasaran dan indikator dalam RPJMD sebagai hasil dari
asistensi/pembahasan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;
d. perlu dilakukan penyesuaian sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah; dan
e. dengan adanya kondisi darurat menghadapi Pandemi Covid-19 di Tahun
2020, baik tingkat pusat maupun daerah mengakibatkan perlunya
dilakukan penyesuaian terhadap target kinerja, kebijakan keuangan,
rencana program dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
9
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN I.1
1.1. LATAR BELAKANG I.1
1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN I.3
1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN I.4
1.4. TUJUAN I.5
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN I.6
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II.1
2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI II.1
2.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrarif II.1
2.1.2. Letak dan Kondisi Geografis II.2
2.1.3. Topografi II.2
2.1.4. Geologi II.2
2.1.5. Hidrologi II.3
2.1.6. Klimatologi II.4
2.1.7. Penggunaan Lahan II.4
2.1.8. Demografi II.11
2.2. ANALISA INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT II.14
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi II.14
2.2.2. Fokus Kesejahteraaan Sosial II.22
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga II.29
2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM II.30
2.3.1. Layanan Urusan Wajib Dasar II.30
2.3.2. Layanan Urusan Wajib Non Dasar II.54
2.3.3. Layanan Urusan Pilihan II.70
2.3.4. Penunjang Urusan II.75
2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH II.80
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah II.80
2.4.2. Fokus Fasilitas dan Infrastruktur Wilayah II.82
2.4.3. Fokus Iklim Investasi II.86
2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia II.87
BAB III
GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III.1
3. 1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU III.1
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD III.2
3.1.2. Neraca Daerah III.8
3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU III.17
3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran III.17
i
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik dan Daftar Gambar
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB IV
PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGI DAERAH IV.1
4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN IV.1
4.2.1. Bidang Fisik Prasarana dan Infrastruktur IV.1
4.2.2. Bidang Sosial Budaya dan Kependudukan IV.10
4.2.3. Bidang Ekonomi, Kesejahteraan Masyarakat dan Tenaga Kerja IV.20
4.2.4. Bidang Pemerintahan IV.23
4.2. ISU STRATEGIS IV.27
4.2.1. Bidang Ekonomi, Kesejahteraan Masyarakat dan Tenaga Kerja IV.34
4.2.2. Bidang Sosial Budaya dan Kependudukan IV.37
4.2.3. Bidang Fisik Prasarana dan Infrastruktur IV.39
4.2.4. Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik IV.39
4.2.5. Isu Global dan Nasional serta keterkaitannya dengan Visi Kota Pontianak IV.42
4.2.6. Analisis Lingkungan Strategis IV.44
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1
5.1. VISI V.2
5.2. MISI V.2
5.3. TUJUAN DAN SASARAN V.3
BAB VI
STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VI.1
6. 1. STRATEGI VI.1
6. 2. ARAH KEBIJAKAN VI.7
6. 3. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VI.8
BAB VII
KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII.1
7.1. KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH VII.1
7.2. RENCANA PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII.3
BAB VIII
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH VIII.1
BAB IX
PENUTUP IX.1
ii
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik dan Daftar Gambar
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
DAFTAR TABEL
iii
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik dan Daftar Gambar
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 40. Realisasi Indikator Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak Tahun 2015
hingga 2019 II.62
Tabel 2. 41. Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Kota Pontianak II.64
Tabel 2. 42. Perkembangan Pasangan Usia Subur (PUS) II.65
Tabel 2. 43. Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2017- 2019 II.66
Tabel 2. 44. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Urusan Komunikasi dan Informatika II.66
Tabel 2. 45. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah II.67
Tabel 2. 46. Indikator Kinerja Urusan Penanaman Modal II.68
Tabel 2. 47. Indikator Kinerja Urusan Statistik II.68
Tabel 2. 48. Data Peminjaman, Judul Buku, Jumlah Koleksi dan Data Pengunjung di Perpustakaan dan Tempat
Baca Yang Dikelola dan Dibina Pemerintah Kota Pontianak Tahun 2015 – 2019 II.69
Tabel 2. 49. Indikator Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan II.74
Tabel 2. 50. Indikator Kinerja Urusan Keuangan Tahun 2017-2019 II.76
Tabel 2. 51. Jumlah Pegawai Pemerintah Kota Pontianak Tahun 2014-2018 II.77
Tabel 2. 52. Jumlah Pegawai Pemerintah Kota Pontianak Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014-2018 II.77
Tabel 2. 53. Jumlah Pegawai Pemerintah Kota Pontianak Berdasarkan Eselon Tahun 2014-2018 II.78
Tabel 2. 54. Jumlah Peserta Diklatpim, Diklat Teknis, Tugas Belajar, Izin Belajar, Beasiswa Dan Ikatan Dinas II.78
Tabel 2. 55. Indikator Kinerja urusan Penelitian dan pengambangan II.79
Tabel 2. 56. Indikator Kinerja Urusan Pengawasan II.79
Tabel 2. 57 Indikator Kinerja Urusan Sekretariat Dewan II.80
Tabel 2. 58. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Pontianak (Km) Tahun 2015-2019 II.83
Tabel 2. 59. Jenis dan Jumlah Bank dan Cabangnya di Kota Pontianak Tahun 2015-2018 II.84
Tabel 2. 60. Jumlah Pelanggan PLN Area Pontianak Menurut Jenisnya Tahun 2019 II.85
Tabel 2. 61. Banyaknya Pelanggan Air PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.85
Tabel 2. 62. Jumlah Kejahatan/Pelanggaran yang Dilaporkan dan Diselesaikan Menurut Satuan Kepolisian di Kota
Pontianak Tahun 2015-2019 II.86
Tabel 2. 63. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas di Kota Pontianak Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki
Tahun 2018 II.87
Tabel 3. 1. Rata-Rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pontianak
Tahun 2016 s/d Tahun 2020 III.3
Tabel 3. 2. Neraca Aset Pemerintah Kota Pontianak, Per 31 Desember 2015 – 31 Desember 2019 III.9
Tabel 3. 3. Neraca Kewajiban Pemerintah Kota Pontianak Per 31 Desember 2015 – 31 Desember 2019 III.14
Tabel 3. 4. Rasio Lancar Neraca Keuangan Pemerintah Kota Pontianak Tahun 2015-2019 III.16
Tabel 3. 5. Rasio Quick Neraca Keuangan Pemerintah Kota Pontianak Tahun 2015-2019 III.17
Tabel 3. 6. Rasio Utang Terhadap Total Aset Neraca Keuangan Pemerintah Kota Pontianak
Tahun 2015-2019 III.18
Tabel 3. 7. Rasio Utang Terhadap Modal Neraca Keuangan Pemerintah Kota Pontianak
Tahun 2015 - 2019 III.19
Tabel 3. 8 . Perhitungan Rasio Aktivitas Realisasi Anggaran Pada Kota Pontianak
Periode Tahun 2015-2019 III.20
Tabel 3. 9. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Daerah 2016-2020 III.21
Tabel 3. 10. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan AparaturKota Pontianak Tahun 2016-2020 III.22
Tabel 3. 11. Surplus/Defisit Riil Anggaran Kota Pontianak Tahun 2016-2020 III.22
Tabel 3. 12. Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Pontianak Tahun 2016-2020 III.23
Tabel 3. 13. Pembiayaan Kota Pontianak Tahun 2015-2019 III.23
Tabel 3. 14 . Proyeksi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Pontianak Tahun 2020 s/d Tahun 2024 III.29
iv
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik dan Daftar Gambar
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 15. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Pontianak
Tahun 2020-2024 III.32
Tabel 3. 16. Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kota PontianakTahun 2020-
2024 III.34
Tabel 5. 1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Kota Pontianak Tahun 2020-2024 V.4
Tabel 7. 1. Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kota Pontianak Tahun 2020-2024 VII.2
Tabel 7. 2. Indikasi rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Kota Pontianak Tahun 2022 –
2024 VII.4
Tabel 8. 1. Penetapan Indikator Kinerja Utama Kota Pontianak Tahun 2020-2024 VIII.1
Tabel 8. 2. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kota Pontianak Tahun 2020-2024 VIII.3
v
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik dan Daftar Gambar
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Gambar 1. 1. Hubungan Antar Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I.5
Grafik 2. 1. Kepadatan Penduduk Kota Pontianak Menurut Kecamatan Tahun 2019 II.13
Grafik 2. 2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Pontianak 2015-2019 II.14
Grafik 2. 3. Indeks Williamson Kota Pontianak Tahun 2015-2018 II.20
Grafik 2. 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty
Severity Index) Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.22
Grafik 2. 5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Pontianak tahun 2015-2019 II.23
Grafik 2. 6. Angka Melek Huruf Di Kota Pontianak Periode 2015-2018 II.24
Grafik 2. 7. Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Di Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.24
Grafik 2. 8. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Di Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.25
Grafik 2. 9. Angka Usia Harapan Hidup di Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.26
Grafik 2. 10. Persentase Balita Gizi Buruk di Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.26
Grafik 2. 11. Prevalensi Balita Gizi Kurang di Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.27
Grafik 2. 12. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota Pontianak tahun 2015-2019 II.28
Grafik 2. 13. Tingkat Pengangguran di Kota Pontianak tahun 2015-2019 II.28
Grafik 2. 14. Rasio Penduduk yang Bekerja di Kota Pontianak tahun 2015-2019 II.29
Grafik 2. 15. Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Pontianak Tahun 2014-2019 II.31
Grafik 2. 16. Angka Partisipasi Kasar (APK) II.32
Grafik 2. 17. Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas tahun 2018-2019 II.32
Grafik 2. 18. Angka Putus Sekolah di Kota Pontianak Tahun 2014 – 2018 II.33
Grafik 2. 19 . Angka Lulus Sekolah di Kota Pontianak Tahun 2014-2018 II.33
Grafik 2. 20. Angka Melanjutkan (AM) II.34
Grafik 2. 21. Trend Kasus kematian Ibu Maternal Kota Pontianak tahun 2015- 2019 II.36
Grafik 2. 22. Jumlah Kasus Penyebab Kematian Ibu Maternal Kota Pontianak Tahun 2019 II.36
Grafik 2. 23. Tren Kasus Kematian Bayi Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.37
Grafik 2. 24. Jumlah Kasus Penyebab Kematian Bayi Kota Pontianak Tahun 2019 II.37
Grafik 2. 25. Tren Prevalensi Balita Kurang Gizi tahun 2013-2019 II.38
Grafik 2. 26. Prevalensi Balita Kurang Gizi (Indikator BB/U) Menurut Wilayah Kelurahan di Kota Pontianak Tahun
2019 II.39
Grafik 2. 27. Prevalensi Baduta Stunting Kota Pontianak tahun 2019 II.40
Grafik 2. 28. Tren DBD di Kota Pontianak tahun 2015 - 2019 II.41
Grafik 2. 29. Trend HIV di Kota Pontianak tahun 2015 - 2019 II.42
Grafik 2. 30. Prosentase Jalan dengan Kondisi Baik II.42
Grafik 2. 31. Prosentase Panjang Saluran Drainase dengan Kualitas Baik II.43
Grafik 2. 32. Prosentase Rumah Tangga Bersanitasi II.44
Grafik 2. 33. Prosentase Cakupan Pelayanan Air Bersih II.44
Grafik 2. 34. Prosentase Kesesuaian Bangunan dan Lingkungan dengan RTRW II.45
Grafik 2. 35. Prosentase Ruang Terbuka Hijau II.45
Grafik 2. 36. Persentase Rumah Layak Huni II.46
Grafik 2. 37. Persentase Kawasan Tidak Kumuh II.46
vi
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik dan Daftar Gambar
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 2. 38. Persentase Tanah Asset Pemerintah Kota Pontianak yang Telah Dimanfaatkan Sesuai Ketentuan
II.47
Grafik 2. 39. Persentase Penyandang Masalah II.53
Grafik 2. 40. Persentase Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial Yang Aktif Dalam Penanganan Permasalahan
Kesejahteraan Sosial II.54
Grafik 2. 41. Persentase Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita II.57
Grafik 2. 42. Persentase Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan II.58
Grafik 2. 43. Produktivitas Tanaman Pangan II.58
Grafik 2. 44. Persentase Penurunan Konflik, Sengketa dan Masalah Pertanahan II.59
Grafik 2. 45. Prosentase Berkurangnya Volume Pembuangan Sampah ke Lokasi TPA II.62
Grafik 2. 46. Produksi Tanaman Hortikultura II.71
Grafik 2. 47. Produksi Tanaman Hortikultura Produktifitas Lidah Buaya II.72
Grafik 2. 48. Jumlah Usaha Mikro II.72
Grafik 2. 49. Persentase Bulan II.73
Grafik 2. 50. Jumlah Pasar Rakyat II.73
Grafik 2. 51. Persentase Koperasi Aktif II.73
Grafik 2. 52. Persentase Pertumbuhan Industri Kreatif II.74
Grafik 2. 53. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan II.77
Grafik 2. 54. Pengeluaran Perkapita yang Disesuaikan di Kota Pontianak (Rp/tahun) tahun 2015-2019 II.81
Grafik 2. 55. Persentase Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Makanan/Pangan dan Non Makanan/Non Pangan Per
Kapita Sebulan di Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.81
Grafik 2. 56. Rasio Ekspor + Impor terhadap PDRB Kota Pontianak tahun 2015-2019 II.82
Grafik 2. 57. Rasio Pinjaman terhadap Simpanan di Bank Umum Kota Pontianak tahun 2015-2019 II.82
Grafik 2. 58. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Tahun 2019 (km) II.83
Grafik 2. 59. Jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang Telah Diterbitkan di Kota Pontianak Tahun 2015-
2018 II.87
Grafik 2. 60. Rasio Ketergantungan Kota Pontianak Tahun 2015-2019 II.88
Grafik 3. 1. Komposisi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Pada APBD Tahun 2016-2020 III.2
Grafik 3. 2. Perkembangan Pendapatan Daerah Kota Pontianak Tahun 2016-2020 III.6
Grafik 3. 3. Perkembangan Belanja Daerah Kota Pontianak Tahun 2016-2020 III.7
Grafik 3. 4. Perkembangan Pembiayaan Daerah Kota Pontianak Tahun 2016-2020 III.8
vii
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik dan Daftar Gambar
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB I
PENDAHULUAN
R
encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pontianak Tahun 2020 – 2024
selanjutnya di singkat RPJMD Kota Pontianak Tahun 2020 – 2024 telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 7 tahun 2019 yang merupakan penjabaran dari visi dan
misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih dengan mempertimbangkan isu strategis,
permasalahan aktual di daerah, mandatory peraturan perundangan yang ada serta pemenuhan janji
politik pada saat kampanye pemilihan kepala daerah. RPJMD ini telah diimplementasikan dan menjadi
rujukan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran tahun 2020 dan 2021 yang sedang dalam
proses perencanaan.
Dalam perjalanannya, dengan adanya beberapa kebijakan dan peraturan yang baru serta untuk
menyesuaikan dengan kondisi riil yang terjadi pada saat ini, maka dianggap perlu untuk melakukan
perubahan atas RPJMD Kota Pontianak Tahun 2020-2024, sehingga dokumen perencanaan
selanjutnya dapat selaras dengan peraturan perundangan yang ada dan dapat menjawab
permasalahan aktual yang terjadi pada saat ini sampai batas tahun yang direncanakan.
Pasal 342 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah menyebutkan bahwa Perubahan RPJMD dapat dilakukan apabila :
a. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan tidak sesuai dengan
tahapan dan tatacara penyusunan pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Mentreri No
86 tahun 2017.
b. Hasil Pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak sesuai
dengan Permendagri No. 86 tahun 2017.
c. Terjadi perubahan mendasar
Perubahan mendasar mencakup terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis ekonomi,
konflik social budaya, gangguan keamanan, pemekaran daerah dan perubahan kebijakan nasional.
Adapun beberapa hal mendasar yang menjadi pertimbangan untuk melakukan perubahan atas
RPJMD Kota Pontianak adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukannya penyelarasan dengan dokumen RPJMN yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2020-2024.
I.1
Pendahuluan
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
2. Perlu dilakukannya penyelarasan dengan dokumen RPJMD Provinsi Kalimantan Barat yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 2 tahun 2019 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018-2023.
3. Perlu dilakukannya restrukturisasi dan beberapa penyesuaian terhadap tujuan, sasaran dan
indikator dalam RPJMD sebagai hasil dari asistensi/pembahasan SAKIP yang dilakukan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
4. Perlu dilakukannya penyesuaian terhadap klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur program,
keuangan dan hal lainnya untuk menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 90
tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah.
5. Dengan adanya kondisi darurat menghadapi Pandemi Covid-19 di tahun 2020 ini baik di tingkat
pusat maupun daerah mengakibatkan perlunya dilakukan penyesuaian terhadap target kinerja,
kebijakan keuangan, rencana program dan hal lain yang dianggap perlu.
Dari sisi waktu pelaksanaan penyusunan perubahan RPJMD ini, maka Perubahan RPJMD ini
berlaku efektif sebagai pedoman penyusunan RKPD untuk tiga tahun anggaran berikutnya yaitu tahun
anggaran 2022, 2023 dan 2024.
Adapun tahapan penyusunan perubahan RPJMD Kota Pontianak Tahun 2020 – 2024 sesuai
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Penyusunan
Termasuk di tahapan ini adalah pembentukann Tim Penyusun, orientasi RPJMD, penyusunan
agenda kerja, penyiapan data dan informasi, serta penyusunan rancangan teknokratik RPJMD.
Pada proses penyusunan dokumen teknokratik dilakukan oleh Bappeda dan dibahas bersama
dengan Perangkat Daerah di lingkungan Kota Pontianak.
2. Penyusunan Rancangan Awal.
Pada tahapan ini dilakukan forum konsultasi publik (bersama para pemangku kepentingan) ,
pembahasan dengan DPRD, dan mengkonsultasikan rancangan awal tersebut kepada Gubernur
Kalimantan Barat.
3. Penyusunan Rancangan.
Pada tahapan ini dilakukan penyempurnaan rancangan awal RPJMD berdasarkan rancangan
Rencana Strategis Perangkat Daerah yang telah di verifikasi
4. Musrenbang RPJMD
Pelaksanaan Musrenbang RPJMD dilakukan bersama para pemangku kepentingan dalam rangka
untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap tujuan, sasaran, strategi,
arah kebijakan dan program pembangunanyang telah dirumuskan dalam rancangan awal RPJMD.
5. Perumusan Rancangan Akhir.
Pada tahapan ini dilakukan penyiapan dan finalisasi rancangan Peraturan Daerah tentang
Perubahan RPJMD bersama bagian hukum di Sekretariat Daerah. Selanjutnya Kepala Bappeda
melakukan pemaparan terhadap Raperda Perubahan RPJMD kepada Kepala Daerah sebelum
disampaikan kepada DPRD untuk pembahasan Raperda.
6. Penetapan RPJMD.
Penetapan dilakukan oleh Walikota Pontianak setelah dilakukan pembahasan Raperda bersama
DPRD dan dilakukan Evaluasi oleh Gubernur Kalimantan Barat.
I.2
Pendahuluan
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Dasar hukum yang menjadi landasan dan acuan dalam penyusunan RPJMD Kota Pontianak Tahun
2020-2024 adalah sebagai berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4275;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5887);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6178);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6322);
9. Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2020 – 2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10)
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 tahun 2019 tentang Klasifikasi Kodefikasi dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah (Berita Negara Tahun 2019
Nomor 1447)
I.3
Pendahuluan
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
12. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018-2023 (Lembaran Daerah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 Nomor 2);
13. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Kota Pontianak 2005-2025 (Lembaran Daerah Kota Pontianak Tahun 2008 Nomor 9 Seri
E Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kota Pontianak Nomor 73);
14. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Pontianak Tahun 2013-2033 (Lembaran Daerah Kota Pontianak Tahun 2013 Nomor 2);
15. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Pontianak Tahun 2016 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Pontianak Tahun 2016 Nomor 49).
16. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 7 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kota Pontianak Tahun 2020-2024 (Lembaran Daerah Kota Pontianak Tahun
2019 Nomor 7, Tambahan Lembaran daerah Kota Pontianak Nomor 171).
17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708 tahun 2020 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi
Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan
Daerah
I.4
Pendahuluan
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
DIPERHATIKAN
DISERASIKAN
DIACU DAN
RENSTRA PEDOMAN RENJA
DIACU
K/L K/L
PEDOMAN
RPJPD PEDOMAN RPJMD DIJABARKAN RKPD RAPBD
PROV PROV PROV PROV
PEDOMAN DIACU
RTRW
DISERASIKAN
PROV
DIACU DAN
DIPERHATIKAN
PEDOMAN
RENSTRA RENJA
1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PD PROV PD PROV
DIACU
MAKSUD
DIJABARKAN RKPD PEDOMAN RAPBD
RPJPD PEDOMAN RPJMD K/K K/K
K/K K/K
RTRW PEDOMAN DIACU
K/K
RENSTRA PEDOMAN RENJA
PD K/K PD K/K
1.4. TUJUAN
Adapun tujuan dari disusunnya Perubahan RPJMD Kota Pontianak Tahun 2020-2024 tidak berbeda
jauh dengan dokumen awalnya yaitu sebagai berikut:
1. Menterjemahkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih ke dalam tujuan, sasaran dan strategi
pembangunan untuk periode tahun 2020-2024, disertai dengan program-program prioritas dengan
berpedoman kepada RPJPD Kota Pontianak Tahun 2005-2025 serta mengacu kepada agenda
jangka menengah Provinsi dan Nasional, yang selanjutnya menjadi landasan penyusunan Rencana
Strategis (Renstra) Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Pontianak;
2. Menyiapkan rancangan arah pembangunan tahunan sebagai acuan penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) dalam periode tahun 2020-2024 dan selanjutnya menjadi pedoman
penyusunan Rencana Kerja (Renja) Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Pontianak;
3. Merumuskan rancangan kerangka perekonomian Daerah serta pembiayaan pembangunan di Kota
Pontianak untuk periode Tahun Anggaran 2020-2024;
4. Menetapkan rumusan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Daerah dalam
bentuk program-program prioritas yang disertai dengan indikasi pagu anggaran dan target indikator
kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2020-2024. Indikator kinerja tersebut selanjutnya
menjadi tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan Daerah di bawah kepemimpinan
I.5
Pendahuluan
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Walikota dan Wakil Walikota, serta tolok ukur penilaian keberhasilan kepala Perangkat Daerah dalam
melaksanakan pembangunan sesuai dengan tugas, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab
masing-masing dalam upaya mewujudkan visi, misi dan program Kepala Daerah;
5. Menyiapkan instrumen pelaksanaan fungsi pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Kota Pontianak untuk periode tahun 2020-2024.
Perubahan yang terjadi hanya untuk penyelarasan dan penyesuaian dokumen akibat adanya aturan,
kebijakan serta kondisi darurat pada saat ini , tetapi tidak merubah tujuan penyusunan RPJMD.
Substansi penulisan Perubahan RPJMD Kota Pontianak Tahun 2020-2024 secara garis besar dibagi
menjadi 9 (sembilan) bab, dengan ringkasan isi masing-masing bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum penyusunan rancangan awal RPJMD agar substansi pada bab-
bab berikutnya dapat dipahami dengan baik meliputi latar belakang, dasar hukum, hubungan antar
dokumen lainnya serta sistematika penulisan RPJMD.
I.6
Pendahuluan
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB IX PENUTUP
Bab ini berisikan penutup RPJMD Kota Pontianak Tahun 2020-2024 dan penjelasan tambahan yang
dianggap perlu.
[]
I.7
Pendahuluan
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II.1
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
2 Bagian Selatan Berbatasan dengan Desa Pal IX dan Desa Punggur Kecil Kecamatan
Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, Kecamatan Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya, dan Kecamatan Siantan Kabupaten
Mempawah
3 Bagian Timur Berbatasan dengan Desa Mega Timur dan Desa Ambawang Kuala
Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya, Desa Kapur
dan Desa Sungai Raya Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten
Kubu Raya
4 Bagian Barat Berbatasan dengan Desa Sungai Rengas Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya dan Desa Wajok Hulu Kecamatan Siantan
Kabupaten Mempawah
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pontianak.”Pontianak Dalam Angka 2019”
Kota Pontianak secara astonomis terletak diantara 00 02’ 24” Lintang Utara dan 00 05’ 37” Lintang
Selatan dan antara 1090 16’ 25” Bujur Timur sampai dengan 1090 23’ 04” Bujur Timur. Berdasarkan
letak geografis yang spesifik ini, Kota Pontianak berada tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa, sehingga
menjadikan Kota Pontianak sebagai salah satu daerah tropis dengan suhu udara cukup tinggi dan
kelembaban yang tinggi pula.
2.1.3. Topografi
Dilihat dari sisi topografi nya, Kota Pontianak terletak di Delta Suangi Kapuas dengan kontur topografis
yang relatif datar dengan ketinggian permukaan tanah berkisar antara 0,1 sampai dengan 1,5 meter di
atas permukaan laut. Hampir seluruh wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya dalam radius 15 km dari
muara sungai Landak terletak pada daratan rendah yang secara rata-rata ketinggian tanahnya adalah
1-2 meter di atas permukaan laut dan kelandaian kurang dari 2 persen.
Kota Pontianak terdiri dari tiga daratan yang dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil
dan Sungai Landak dengan lebar masing-masing kurang lebih 400 meter. Kedalaman sungai-sungai
tersebut berkisar antara 12 sampai dengan 16 meter. Sedangkan cabangnya mempunyai lebar 250
meter. Sungai-sungai ini selain sebagai pembagi wilayah fisik kota juga berfungsi sebagai pembatas
perkembangan wilayah yang mempunyai karakteristik berbeda dan menjadi jalur transportasi orang dan
barang.
2.1.4. Geologi
Kondisi geologi di Kota Pontianak termasuk ke dalam kategori wilayah peneplant dan sedimen alluvial
yang secara fisik merupakan jenis tanah liat. Jenis tanah ini berupa gambut bekas endapan lumpur
sungai Kapuas. Dengan kondisi tersebut, tanah yang ada sangat labil dan mempunyai daya dukung
sangat rendah.
Kondisi geologi di Kota Pontianak terdiri dari jenis batuan endapan Alluvium dan Litoral yang masing-
masing memiliki karakteristik sedikit berbeda. Batuan endapan Alluvium tersusun dari sediment, clastic
II.2
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
dan alluvium dan merupakan hasil dari endapan terrestrial alluvium. Sedangkan batuan endapan litoral
tersusun dari sediment, clastic dan fine dan merupakan hasil dari endapan litoral dan estuary. Dari tabel
dapat dilihat bahwa sebagaian besar wilayah kota tersusun dari formasi jenis batuan alluvial, hanya
bagian Pontianak Utara yang sebagian wilayahnya tersusun dari formasi tanah litoral.
Jenis-jenis tanah disepanjang dungai-sungai beru merupakan pengendapan yang menghasilkan
daerah tropaquent dibarengi dengan tropofluevent dan dalam kondisi tersaturasi
permanen fluvaquent. Tropofluevent danfluvaquent berasal dari endapan akresi baru dari berbagai
komposisi dan bentuk termasuk materi organik. Sabuk tropaquent melebar ke arah selatan mencapai
pusat Kota Pontianak dan sungai Kapuas di dekatnya.
Jenis tanah di Kota Pontianak terdiri dari jenis tanah Organosol, Gley, Humus dan Aluvial dengan
karateristik masing-masing berbeda satu dengan yang lainnya. Pada wilayah tanah yang bergambut
ketebalan gambut dapat mencapai 1 – 6 meter, sehingga menyebabkan daya dukung tanah yang
kurang baik apabila diperuntukkan untuk mendirikan bangunan besar ataupun untuk menjadikannya
sebagai lahan pertanian.
2.1.5. Hidrologi
Kota Pontianak terdiri dari tiga daratan yang dipisahkan oleh sistem jaringan drainase regional yang
terbentuk oleh 3 sungai besar yakni Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak
dengan lebar masing-masing kurang lebih 400 meter. Bagian utara meliputi wilayah Kecamatan
Pontianak Utara, bagian timur meliputi wilayah Kecamatan Pontianak Timur dan bagian selatan meliputi
wilayah Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Barat.
Kedalaman sungai-sungai tersebut berkisar antara 12 sampai dengan 16 meter, sedangkan cabangnya
mempunyai karakteristik berbeda dan menjadi jalur transportasi orang dan barang, dimana dalam
wilayah Kota Pontianak sungai dan parit keseluruhannya berjumlah 61 sungai/parit yang sebagian besar
masih dipergunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Adapun dalam sistem drainase regional
bagian selatan terdapat saluran primer yang cukup banyak, maka dibagian selatan dibagi menjadi 4
subsistem jaringan drainase yaitu subsistem Sungai Beliung, subsistem Sungai Jawi, subsistem Sungai
Tokaya dan subsistem Sungai Raya.
Subsistem Sungai Beliung adalah subsistem paling barat yang berbatasan dengan subsistem Sungai
Jawi disebelah timurnya. Batas antara subsistem ini dengan subsistem Sungai Jawi adalah Jl.
Hasanuddin, Jl. HRA Rahman dan Jl. Husein Hamzah. Subsistem Sungai Jawi ini berbatasan dengan
subsistem Parit Tokaya disebelah timurnya yang mana batasnya adalah Jl. HA Salim, Jl. Gst Sulung
Lelanang, Jl. Sultan Abdurahman, Jl. Sutan Syahril dan Jl. Prof. M. Yamin. Batas antara subsistem Parit
Tokaya dengan subsistem Sungai Raya adalah pertengahan lahan Universitas Tanjungpura dan
terusannya.
II.3
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
2.1.6. Klimatologi
Pada tahun 2019, keadaan iklim Kota Pontianak berdasarkan catatan dari Stasiun Meteorologi Maritim
Pontianak sumber Statistik Daerah Kota Pontianak-BPS Kota Pontianak bahwa temperatur rata-rata di
Kota Pontianak berkisar antara 27,80 0C dengan temperatur minimum rata-rata 23,0 0C dan
temperatur maksimum rata-rata 35,40 0C. Rata-rata kelembaban usara 81,30 persen dengan
kelembaban tertinggi pada bulan Oktober yaitu 87 persen dan kelembaban udara paling rendah 75
persen pada bulan Juli dan Agustus. Disisi lain, jumlah hari hujan terbanyak adalah pada bulan Oktober
yakni sebanyak 30 hari dengan curah hujan sebanyak 579,4 mm.
Kota Pontianak dengan luas 107,82 km², dari luas wilayah 43,62% merupakan lahan terbangun dengan
berbagai fungsi. Dari tabel dapat dilihat bahwa lahan dominasi perkembangan penggunaan lahan kota
adalah dengan fungsi permukiman dan perkembangan di wilayah Kota Pontianak.
II.4
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
II.5
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
II.6
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Dalam perkembangan penggunaan lahan di wilayah Kota Pontianak, sebagian besar lahannya
mempunyai komposisi gambut. Komposisi lahan ini yang menyebabkan sebagian besar diwilayah Kota
Pontianak mudah terbakar jika bersamaan dengan musim kemarau. Kebakaran ini terjadi di Kecamatan
Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Tenggara dan Kecamatan Pontianak Utara.
A. Kawasan Lindung
Pengembangan kawasan lindung meliputi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau (RTH) Kota, kawasan suaka alam
dan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana alam. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak Tahun 2012-2033,
pengembangan kawasan lindung di Kota Pontianak yang direncanakan adalah:
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya, meliputi kawasan bergambut
dengan kedalaman gambut lebih dari 4 (empat) meter seluas kurang lebih 641 (enam ratus empat puluh
satu) hektar. Kawasan yang termasuk dalam kawasan lindung gambut di Kota Pontianak kurang lebih
sebesar 1.607 hektar atau sekitar 14,9 persen dari luas keseluruhan Kota Pontianak yang meliputi
kawasan lindung gambut di Kelurahan Batu Layang dan Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan Pontianak
Utara, Kelurahan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan, dan Kelurahan Bansir Darat Kecamatan
Pontianak Tenggara.
Adapun peraturan zonasi untuk rencana pengelolaan penggunaan lahan pada kawasan bergambut
disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan rehabilitasi lahan pada kawasan yang telah rusak;
2. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
3. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan ekosistem unik;
4. Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air.
II.7
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Kawasan Perlindungan Setempat, yakni kawasan-kawasan yang harus dilindungai karena fungsinya
yang sangat penting untuk menjaga kelestarian unsur alamiah tertentu seperti garis sempadan sungai,
sempadan pantai, daerah sekitar waduk atau danau dan daerah sekitar mata air. Sesuai dengan
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung bahwa kriteria yang
dipakai untuk menentukan batas kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang sungai
sekurang-kurangnya 15 meter di tepi kanan-kiri sungai besar dan 10 meter di tepi kanan-kiri sungai kecil
dihitung dari titik pasang terendah sungai tersebut.
Sebagaimana kriteria tersebut di atas, kawasan yang termasuk kawasan sempadan sungai di Kota
Pontianak adalah kawasan sepanjang tepi kanan-kiri Sungai Kapuas, Sungai Landak, Sungai Malaya
dan parit-parit primer seperti Sungai Nipah Kuning, Sungai Jawi, Sungai Raya dan lain-lain. Mengingat
sudah banyaknya permukiman penduduk yang berada pada kawasan sempadan sungai, maka kawasan
terbangun pada sempadan sungai dan parit primer direkomendasikan sebagai kawasan dengan
intensitas kegiatan rendah dengan pembangunan terbatas misalnya pembangunan jalan inspeksi pada
sempadan sungai serta pengembangan tembok/tanggul penahan daya rusak air. Sedangkan untuk
lahan kosong yang berada pada kawasan sempadan sungai diarahkan sebagai jalur hijau yang bebas
dari pembangunan kecuali untuk pembangunan yang mendukung fungsi perlindungan setempat
misalnya penanaman vegetasi/penghijauan pada sempadan sungai sebagai ruang terbuka hijau serta
penataan, pengamanan dan penertiban pemanfaatan lahan pada sempadan sungai sesuai
peruntukannya.
Ruang Terbuka Hijau (RTH), yakni area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun sengaja ditanam. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH Alami (habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional) serta RTH Non Alami atau Binaan (taman,
lapanganolahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan).
Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033, RTH Kota terbagi menjadi dua yaitu
RTH Privat dan RTH Publik. RTH Privat meliputi perkarangan rumah, halaman perantoran, pelayanan
II.8
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
umum, pertokoan, tempat usaha dan taman atap bangunan. Sedangkan RTH Publik meliputi taman
kota, hutan kota, lapangan olahraga, jalur hijau pada median jalan dan tepi jalan, pemakaman umum,
serta agrowisata/kawasan Sentra Agro Bisnis. Adapun jenis dan luas RTH Privat di Kota Pontianak dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 6. Jenis dan Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Kota Pontianak Tahun 2018
Luas
Kawasan Perlindungan Cagar Budaya, yakni kawasan yang melindungi kekayaan budaya bangsa yang
penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,
sehingga perlu dilindungi dan lestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan
maksimal.
Sebagaimana ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:
PM.26/PW007/MKP/2008 tentang Penetapan Istana Kadriah dan Masjid Jami' Kesultanan Pontianak
sebagai Benda Cagar Budaya, Situs atau Kawasan Cagar Budaya yang dilindungi Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Kawasan Rawan Bencana meliputi kawasan rawan banjir dan genangan,kawasan rawan kebakaran
permukiman dan kawasan kebakaran hutan dan lahan serta kawasan rawan bencana puting beliung,
Secara geografis Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas dan secara topografinya sebagian besar
wilayah Kota Pontianak merupakan lahan yang datar dengan kemiringan lahan 0-2 persen, sehingga
tidak tergambarkan kawasan rawan bencana longsor, akan tetapi terdapat beberapa lokasi yang
memiliki potensi tergenang air yakni:
1. Kelurahan Parit Tokaya dan sekitarnya, meliputi kawasan jalan KS. Tubun, Sutoyo, Suprapto
dan Ahmad Yani
2. Kelurahan Sungai Bangkong dan sekitarnya, meliputi jalan Alianyang dan jalan Gusti Hamzah
3. Kelurahan Siantan Hulu, wilayah Parit Bentasan sekitar Sungai Malaya
Kawasan rawan kebakaran permukiman sebagaimana dimaksud terdapat di bagian wilayah kota yang
mempunyai tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan yang tinggi terutama kawasan pusat palayanan
kota dan sub pusat pelayanan kota semisal pusat perbelanjaan/pasar tradisional serta kebakaran hutan
II.9
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
yang sering terjadi pada musim kemarau yang cenderung mengakibatkan polusi asap tebalsedangkan
kawasan yang berpotensi rawan kebakaran Hutan dan Lahan sebagaimana sebagaimana dimaksud
antara lain :
1. Kecamatan Pontianak Utara meliputi Kelurahan Batu Layang, Kelurahan Siantan Hilir dan
Siantan Tengah;
2. Kecamatan Pontianak Selatan, meliputi Kelurahan Akcaya, Kelurahan Kota Baru dan Kelurahan
Parit Tokaya; dan
3. Kecamatan Pontianak Tenggara, meliputi Kelurahan Bangka Belitung Darat dan Kelurahan
Bansir Darat.
Sedangkan Kawasan Rawan Bencana Puting Beliung meliputi seluruh wilayah Kota Pontianak.
B. Kawasan Budidaya
Sebagai salah satu implementasi terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup kota,
Pemerintah Kota Pontianak menaruh perhatian lebih terhadap pengembangan kawasan budidaya
dengan tetap memperhatikan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kawasan Budidaya
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis
Kawasan Budidaya. Adapun rencana pengembangan kawasan budidaya di Kota Pontianak adalah
diarahkan pada upaya untuk mengendalikan alih fungsi guna lahan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Pontianak Tahun 2013-2033, dimana kawasan
budidaya tersebut adalah terdiri dari kawasan perumahan, pemerintahan, perdagangan, jasa,
pendidikan, kesehatan, industri dan pergudangan, pariwisata dan rekreasi serta militer. Secara garis
besar, kondisi penggunaan lahan Kota Pontianak dapat dilihat sebagaimana gambar berikut:
II.10
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa kawasan budidaya didominasi untuk peruntukan lahan
pertanian dengan luas 49,9% dari total luas wilayah Kota Pontianak, kemudian diikuti dengan
peruntukan perumahan dan permukiman yang luasnya mencapai 34,2%, dan sisanya kurang lebih
15,9% terbagi untuk peruntukan fasilitas perkantoran, perdagangan dan jasa, kesehatan, pendidikan,
kesenian dan olahraga, rumah ibadah, perdagangan dan jasa, industry dan pergudangan, serta sarana
dan prasarana perkotaan.
2.1.8. Demografi
Pertumbuhan jumlah penduduk selama kurun waktu lima tahun terakhir, dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2019, dapat dilihat pada tabel 2.2. Dalam tabel terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Pontianak
meningkat dari 607.438 jiwa pada tahun 2015 menjadi 646.661 jiwa pada tahun 2019, meningkat
sebesar 6,46 persen. Penduduk laki-laki meningkat dari 302.711 jiwa pada tahun 2015 menjadi 322.256
jiwa pada tahun 2019, meningkat sebesar 6,46 persen. Sementara itu, penduduk perempuan meningkat
dari 304.727 jiwa pada tahun 2015 menjadi 324.405 jiwa pada tahun 2019, meningkat sebesar 6,46
persen. Peningkatan jumlah penduduk Kota Pontianak disamping disebabkan oleh kelahiran, tentu juga
disebabkan oleh migrasi yang dalam hal ini urbanisasi.
Dilihat dari jumlah penduduk menurut wilayah, Kecamatan Pontianak Barat merupakan wilayah yang
paling banyak penduduknya yaitu sebanyak 143.060 jiwa atau sekitar 22,12 persen dari total penduduk
Kota Pontianak. Kemudian jumlah penduduk terbanyak kedua adalah Kecamatan Pontianak Utara yaitu
sebanyak 130.344 jiwa atau sekitar 20,16 persen dari total penduduk Kota Pontianak. Wilayah
Kecamatan Pontianak Tenggara merupakan wilayah dengan jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu
52.326 jiwa atau sekitar 8,09 persen dari total penduduk Kota Pontianak.
II.11
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 9. Jumlah, Persentase dan Sex Ratio Penduduk Kota Pontianak Menurut Kecamatan Tahun
2019
Jumlah Penduduk
Kecamatan Sex Ratio
Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase
Pontianak Selatan 48.191 49.011 97.202 15,03 98,60
Pontianak Tenggara 25.473 26.853 52.326 8,09 95,13
Pontianak Timur 48.101 47.928 96.029 14,85 100,63
Pontianak Barat 71.418 71.642 143.060 22,12 99,97
Pontianak Kota 63.226 64.474 127.700 19,75 98,33
Pontianak Utara 65.847 64.497 130.344 20,16 102,38
Kota Pontianak 322.256 324405 646.661 100,00 99,34
Sumber : Hasil Tabulasi Data BPS
Sex ratio penduduk Kota Pontianak pada Tahun 2019 adalah 99,34 persen. Arti dari angka tersebut
adalah terdapat 99 perempuan dari 100 laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota
Pontianak relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan. Sex ratio penduduk tiap kecamatan juga
menunjukkan hal yang tidak berbeda, dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk laki-laki relatif
berimbang dengan jumlah penduduk perempuan. Walaupun demikian, jika dilihat lebih rinci, maka
Kecamatan Pontianak Tenggara adalah kecamatan yang perbandingan antara jumlah penduduk laki-
laki dan jumlah penduduk perempuan terkecil yaitu 95,13 persen. Sementara itu, kecamatan yang sex
rationya paling besar adalah Kecamatan Pontianak Utara, yaitu 102,38 persen.
B. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk Kota Pontianak tahun 2019 adalah 5.998 jiwa per Km2. jika dibandingkan dengan
tahun 2018 dengan kepadatan penduduk sekitar 5.915 jiwa per Km2, kepadatan penduduk Kota
Pontianak meningkat sekitar 83 jiwa per km2-nya. Hal ini seiring dengan pertumbuhan penduduk
dengan luas wilayah yang tetap maka terjadi peningkatan kepadatan. Kepadatan penduduk per
kecamatan di Kota Pontianak relatif tidak merata. Dilihat dari kepadatan menurut kecamatan,
Kecamatan Pontianak Timur merupakan kecamatan paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya,
dengan luas wilayah 8,78 km2, Kecamatan Pontianak Timur dihuni oleh 96.029 jiwa sehingga tingkat
kepadatan penduduk mencapai 10.937 jiwa tiap km2-nya. Kecamatan Pontianak Utara merupakan
kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling rendah, dengan luas wilayah 37,22 km2, dihuni
oleh 130.344 jiwa, sehingga tingkat kepadatan penduduk mencapai 3.502 jiwa tiap km2-nya.
Sementara itu kepadatan penduduk di kecamatan-kecamatan lain dapat dilihat pada tabel 2.4, yaitu,
Kecamatan Pontianak Barat (8.686 jiwa/km2), Kecamatan Pontianak Kota (7.991 jiwa/km2), Kecamatan
Pontianak Selatan (6.420 jiwa/km2).
II.12
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 10. Kepadatan Penduduk Kota Pontianak Menurut Kecamatan Tahun 2019
Luas Penduduk
Kepadatan Penduduk
No Kecamatan
(jiwa/km2)
Km2 % Jumlah %
1 Pontianak Selatan 14,54 13,49 97.202 15,03 6.420
2 Pontianak Tenggara 14,83 13,75 52.326 8,09 3.680
3 Pontianak Timur 8,78 8,14 96.029 14,85 10.937
4 Pontianak Barat 16,94 15,71 143.060 22,12 8.686
5 Pontianak Kota 15,51 14,39 127.700 19,75 7.991
6 Pontianak Utara 37,22 34,52 130.344 20,16 3.502
Kota Pontianak 2019 107,82 100 646.661 100 5.998
Kota Pontianak 2018 107,82 100 637.723 100 5.915
Sumber : Hasil Tabulasi Data BPS
Penduduk menurut kelompok umur menggambarkan distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur.
Untuk negara-negara berkembang, seperti Indonesia, penduduk cenderung banyak di usia muda dan
semakin kecil seiring dengan kelompok umur di atasnya. Kota Pontianak, sebagai wilayah dari
Indonesia, distribusi penduduk juga mengikuti kecenderungan penduduk muda. Jumlah penduduk
berdasarkan kelompok umur di Kota Pontianak dapat dilihat pada gambar berikut:
35,000
Penduduk Sesuai Kelompok Umur
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
0-4 5-910- 15- 20- 25- 30- 35- 40- 45- 50- 55- 60- 65- 70- 75+
14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69 74
Laki-laki 28,8 27,9 26,1 28,9 31,5 27,4 25,2 24,6 23,6 20,8 17,0 14,0 10,7 7,09 4,45 3,67
Perempuan 27,6 26,8 25,3 30,4 32,4 27,8 25,6 25,7 23,1 20,0 16,7 14,3 10,6 7,28 5,12 5,24
Penduduk usia 20-24 tahun adalah kelompok umur dengan jumlah terbanyak yaitu 63.969 jiwa, yang
terdiri atas penduduk laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 32.454 jiwa.
Kelompok umur dengan jumlah terbanyak kedua adalah kelompok umur 15-19 tahun dengan jumlah
59.413 jiwa, yang terdiri atas penduduk laki-laki sebanyak 28.935 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 30.478 jiwa. Kelompok umur 25-29 tahun dengan jumlah 55.215 jiwa merupakan kelompok
umur terbanyak ketiga. Kelompok umur dengan jumlah terkecil adalah kelompok umur 75 tahun ke atas
dengan jumlah sebanyak 8.915 jiwa.
Grafik penduduk Kota Pontinak juga menggambarkan dinamika penduduk berdasarkan kelompok umur.
Dari grafik dapat diamati bahwa kelompok umur produktif (usia 15-64 tahun) mendominasi jumlah
II.13
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
penduduk Kota Pontianak, jumlahnya mencapai 450.998 jiwa atau mendekati 70 persen. Sedangkan
kelompok umur tidak produktif yaitu kelompok 0-14 dan kelompok diatas 64 tahun berjumlah 195.663
jiwa atau sekitar 30 persen.
Beban ketergantungan (Dependency Ratio) penduduk tidak produktif terhadap penduduk produktif
sebesar mencapai 43,38 persen, artinya secara rata-rata 100 orang produktif menanggung 43 orang
tidak produktif. Komposisi umur penduduk yang demikian menunjukkan bahwa Kota Pontianak sudah
memasuki bonus demografi dimana angka beban ketergantungan dibawah 50, yang berarti setiap lebih
dari dua orang produktif menanggung satu orang usia tidak produktif.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian
secara riil di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai pertambahan jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua lapangan usaha kegiatan ekonomi yang ada di suatu
wilayah selama kurun waktu setahun.
5.08
4.99
4.96
4.91
4.81
Selama kurun waktu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 perekonomian Kota Pontianak
menunjukkan pertumbuhan dengan tren yang cenderung menurun. Pertumbuhan Ekonomi tahun 2019
tercatat sebesar 4,81% cenderung melambat 0,1 poin dari pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang
tumbuh sebesar 4,91% sedangkan tahun 2015 Pertumbuhan Ekonomi tercatat sebesar 4,99%. PDRB
Kota Pontianak atas dasar harga konstan tahun 2010 pada tahun 2019 sebesar 25,16 triliun rupiah,
meningkat sebanyak 1,15 triliun rupiah dari tahun 2018 yang hanya sebesar 24,01 triliun rupiah.
Dari 17 lapangan usaha, lapangan usaha yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi dalam pertumbuhan
ekonomi Kota Pontianak tahun 2019 adalah Informasi dan Komunikasi dengan laju pertumbuhan
sebesar 9,00%. Kemudian diikuti oleh lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib yang mengalami pertumbuhan 8,91% dan lapangan usaha Jasa Lainnya dengan
pertumbuhan 8,21%. Sementara itu, 3 lapangan usaha dengan pertumbuhan terendah pada tahun
II.14
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
2019 yakni lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi (-2,23%), lapangan usaha Konstruksi
(1,17%), dan lapangan usaha Real Estate (3,23%).
Lapangan usaha dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat dari tahun sebelumnya yakni lapangan
usaha Pengadaan Listrik dan Gas; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Jasa Keuangan dan Asuransi; dan Real
Estate. Sementara sepuluh lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi
daripada tahun sebelumnya.
B. Laju Inflasi
Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus dan menyebabkan
kecenderungan turunnya nilai mata uang di suatu wilayah. Indikator yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Perkembangan inflasi Kota Pontianak dari tahun 2015 hingga tahun 2019 cenderung mengalami
penurunan, yakni dari 6,17% pada tahun 2015 turun menjadi 3,88% pada tahun 2016, dan 3,86% pada
tahun 2017, sedikit mengalami kenaikan pada tahun 2018 menjadi 3,99%, namun kembali menurun
pada tahun 2019 menjadi 2,64%. Angka inflasi tahun 2019 merupakan inflasi terendah selama lima
tahun kebelakang.
Apabila dilihat dari inflasi tahunan perkelompok pengeluaran, terdapat kenaikan dan penurunan di setiap
kelompok pengeluaran pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kelompok
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang pada tahun 2018 mengalami inflasi hingga 6,09%,
pada tahun 2019 mengalami deflasi sebagaimana yang pernah terjadi pada tahun 2015 dan 2016, yakni
sebesar -0,47%. Penurunan besaran inflasi tersebut dikarenakan terjadinya deflasi pada subkelompok
pengeluaran Transportasi serta Komunikasi dan Pengiriman. Kelompok pengeluaran yang mengalami
inflasi tahunan tertinggi pada tahun 2019 adalah kelompok Kesehatan, yang mengalami kenaikan dari
4,31% pada tahun 2018 menjadi 7,60% pada tahun 2019. Kenaikan tersebut didorong oleh inflasi yang
terjadi pada subkelompok obat-obatan serta jasa kesehatan.
Sejak tahun 2014, IHK dihitung berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) di 82 kota tahun 2012 yang
mencakup sekitar 225–462 komoditas. IHK mencakup 7 kelompok, yaitu: bahan makanan; makanan
jadi, minuman, rokok, dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; sandang;
kesehatan; pendidikan, rekreasi, dan olahraga; transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
II.15
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 11. Laju Inflasi Gabungan (Nasional) di Kota Pontianak Menurut Kelompok Pengeluaran
Tahun 2015-2019
PDRB per Kapita atau juga sering disebut Pendapatan per Kapita merupakan gambaran pendapatan
yang diterima oleh masing-masing penduduk dalam suatu daerah sebagai keikutsertaannya dalam
proses produksi. Besaran PDRB per kapita diperoleh dari output yang dihasilkan pada tahun tertentu
dibagi jumlah penduduk pada tahun tersebut. Pendapatan perkapita ini sering digunakan oleh para ahli
perencanaan wilayah, pengembangan wilayah, studi pembangunan, ekonomi, dan lainnya untuk
mengkaji kemajuan suatu wilayah. Semakin besar pendapatan perkapitanya, maka semakin besar juga
kemungkinan wilayah itu memiliki tingkat pembangunan dan pendapatan rata-rata penduduk yang
tinggi. Berikut rangkuman data yang menggambarkan tingkat pendapatan perkapita penduduk di Kota
Pontianak dari tahun 2015 hingga tahun 2019.
Tabel 2. 12. PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun
Kota Pontianak Tahun 2015-2019
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pontianak Tahun 2020, diolah ( *) Angka Sementara **) Angka sangat
sementara )
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pontianak, kenaikan PDRB Kota Pontianak setiap
tahunnya diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Pontianak. Namun demikian,
pertambahan jumlah penduduk mampu diimbangi oleh peningkatan PDRB sehingga PDRB per kapita
Kota Pontianak juga menunjukkan terjadinya peningkatan setiap tahunnya. PDRB per kapita penduduk
Kota Pontianak meningkat dari 45,88 juta rupiah per tahun pada tahun 2015 menjadi 60,21 juta rupiah
II.16
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
per tahun pada tahun 2019. Hal ini menggambarkan terjadinya peningkatan pendapatan Penduduk Kota
Pontianak. Kendatipun demikian, peningkatan PDRB per kapita harus diiringi dengan peningkatan dan
pemerataan pendapatan penduduk sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan.
D. Indeks Gini
Peningkatan PDRB Perkapita serta pertumbuhan ekonomi yang positif tidak menjamin adanya sebuah
pemerataan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu untuk mengukur peningkatan
pembangunan suatu daerah selain melihat dari faktor pertumbuhan ekonomi perlu dilihat pula tingkat
pemerataannya yang dapat dilihat salah satunya melalui Indeks Gini (Gini Rasio). Indeks Gini secara
luas digunakan untuk mengukur ketimpangan dan distribusi pendapatan. Cara untuk menganalisis
distribusi pendapatan perorangan adalah menggunakan kurva Lorenz. Kurva Lorenz menunjukkan
hubungan kuantitatif antara persentase pemduduk dengan persentase pendapatan yang mereka
terima. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal (pemerataan sempurna), maka semakin tinggi
pula derajat ketidakmerataan ditunjukkan. Keadaan yang paling ekstrim dari ketidakmerataan
sempurna, misalnya keadaan dimana seluruh pendapatan hanya diterima oleh satu orang, akan
ditunjukkan oleh berimpitnya kurva Lorenz tersebut dengan sumbu horizontal bagian bawah dan sumbu
vertikal sebelah kanan.
Nilai Gini Rasio berkisar antara 0 hingga 1. Semakin tinggi nilai gini rasio mendekati 1 maka
menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk makin melebar, atau mendekati ketimpangan
sempurna. Berdasarkan nilai gini rasio, terdapat tiga kelompok ketimpangan yaitu: ketimpangan tinggi
jika nilai koefisien gini rasio 0,5 atau lebih, sedang jika nilainya antara 0,30-0,49 dan rendah jika kurang
dari 0,30.
Gini Rasio Kota Pontianak selama tahun 2015-2019 menunjukkan nilai yang cenderung meningkat dari
kisaran 0,32 hingga 0,37 yang bila dilihat dari pengelompokan ketimpangannya masih tergolong dalam
kategori sedang. Namun, bila dilihat dari perkembangannya, gini rasio di tahun 2018 tercatat sebagai
gini rasio tertinggi selama lima tahun terakhir. Hal ini menggambarkan semakin lebarnya kesenjangan
di Kota Pontianak. Pada Tahun 2015 Gini Rasio Kota Pontianak tercatat 0,32, meningkat menjadi 0,33
di tahun 2016. Indeks tersebut terus meningkat di tahun 2017 dan 2018 menjadi 0,34 dan 0,37. Gini
rasio Kota Pontianak pada tahun 2019 mengalami perbaikan yang ditunjukkan dengan menurunnya
indeks menjadi 0,34. Hal tersebut mengindikasikan adanya penurunan kesenjangan di Kota Pontianak
pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2018. Penurunan indeks ini diharapkan terus terjadi di
tahun-tahun kedepan sehingga peningkatan kesejahteraan dapat dirasakan merata oleh seluruh
masyarakat Kota Pontianak.
II.17
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan
ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan
SDA dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan
ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda.
Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga
mempunyai implikasi pula terhadap formulasi terhadap kebijakan pembangunan wilayah dan
infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Untuk mengukur tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah dalam hal ini antar kecamatan yang ada di
Kota Pontianak dapat menggunakan berbagai macam pendekatan. Salah satunya adalah
menggunakan Indeks Williamson. Dasar perhitungannya adalah dengan menggunakan PDRB per kapita
dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per daerah.
Pada dasarnya Indeks Williamson merupakan koefisien persebaran (coefficient of variation) dari rata-
rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari nilai-nilai PDRB dan penduduk daerah-daerah yang
berada pada lingkup wilayah yang dikaji dan dianalisis dimana dalam hal ini adalah wilayah kecamatan-
kecamatan di Kota Pontianak. Rumus Indeks Williamson ini akan menghasilkan angka indeks yang lebih
besar atau sama dengan nol dan lebih kecil dari satu. Ekstrimnya jika angka indeks = nol maka
menandakan tidak terjadi kesenjangan ekonomi antar kecamatan. Angka indeks yang lebih besar dari
nol menunjukkan adanya kesenjangan antar kecamatan. Semakin besar indeksnya berarti semakin
besar pula tingkat kesenjangan ekonomi antar kecamatan.
II.18
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 15. PDRB Per Kapita Kecamatan di Kota Pontianak Tahun 2015-2018
Selama kurun waktu 2015 – 2018, PDRB per Kapita setiap kecamatan di Kota Pontianak nilainya
bervariasi yaitu ada yang diatas angka PDRB per Kapita Kota Pontianak dan ada juga yang dibawah.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan kesenjangan ekonomi antar kecamatan, yang
dalam hal ini ditunjukkan oleh perbedaan pendapatan per kapitanya diduga disebabkan oleh perbedaan
penyerapan investasi serta kesenjangan infrastruktur yang ada.
Tabel 2. 16. Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kota Pontianak Tahun 2015-2018
Dengan demikian dapat diduga lebih tingginya angka pendapatan regional per kapita di Kecamatan
Pontianak Kota lebih disebabkan oleh lebih tingginya investasi yang diserap di Kecamatan Pontianak
Kota serta relatif lebih baik nya infrastruktur yang ada dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan
yang lain. Untuk melihat lebih jauh tingkat kesenjangan ekonomi antar kecamatan di Kota Pontianak
maka dapat dilihat dari hasil penghitungan Indeks Williamson berikut.
II.19
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Indeks Williamson
0.432
0.4306
0.43
0.4294
0.4287
0.428
0.426
0.424
0.4230
0.422
0.42
0.418
2015 2016 2017 2018
Dari Hasil penghitungan, terlihat bahwa kesenjangan ekonomi antar kecamatan di Kota Pontianak tidak
terlampau besar, ditunjukkan dengan angka indeks yang berkisar dari 0,42 sampai dengan 0,43. Namun
bila dilihat dari trennya, ada kecenderungan terjadinya peningkatan indeks. Kondisi ini mengindikasikan
tingkat kesenjangan antar wilayah di Kota Pontianak semakin melebar.
Garis Kemiskinan atau batas kemiskinan menurut BPS adalah representasi dari jumlah rupiah minimum
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100
kkal/kapita/hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Garis Kemiskinan setiap Kabupaten dan Kota
berbeda satu dengan yang lain, mengingat setiap kabupaten kota memiliki harga bahan pokok makanan
dan non makanan yang berbeda-beda sehingga uang yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan non makanan juga akan menjadi berbeda di setiap kabupaten dan kota yang ada
di seluruh NKRI.
Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, Garis Kemiskinan Kota Pontianak selalu mengalami
peningkatan, dari 403.905 rupiah di tahun 2015 menjadi 523.736 rupiah di tahun 2019. Hal ini berarti
terdapat peningkatan harga makanan maupun non makanan yang tergolong sebagai kebutuhan dasar
dari tahun ke tahun di Kota Pontianak. Pada tahun 2019, dibutuhkan biaya sebesar 523.736 rupiah
untuk setiap orang memenuhi kebutuhan dasar baik kebutuhan makanan maupun kebutuhan non-
makanan setiap bulannya. Sehingga, apabila terdapat penduduk yang memiliki pendapatan kurang dari
523.736 rupiah setiap bulannya pada tahun 2019 akan digolongkan sebagai penduduk miskin.
II.20
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 17. Angka dan Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk di atas
Garis Kemiskinan Kota Pontianak Tahun 2015-2019
Jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 cenderung
mengalami penurunan. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan menjadi
34.130 jiwa dari tahun sebelumnya yang tercatat berjumlah 31.560 jiwa. Kondisi sebaliknya terjadi di
tahun berikutnya, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi 33.180 jiwa pada tahun 2017
dan 31.761 jiwa di tahun 2018. Pada tahun 2019 jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak kembali
mengalami penurunan 300 jiwa menjadi 31.460 jiwa.
Sama halnya dengan jumlah penduduk miskin, angka kemiskinan di Kota Pontianak juga cenderung
menurun. Dari tahun 2015 hingga tahun 2016, angka kemiskinan di Kota Pontianak sempat mengalami
peningkatan dari 5,22% menjadi 5,55% di tahun 2016. Angka kemiskinan tersebut kemudian secara
perlahan-lahan mengalami penurunan di tahun 2017 dan 2018 menjadi 5,31% dan 5%, hingga akhirnya
mencapai 4,88% pada tahun 2019.
Untuk mengetahui Persentase Penduduk di atas Garis Kemiskinan dapat dilihat dari angka
kemiskinannya, yakni dengan mengurangkan angka 100 dengan angka kemiskinan. Hasilnya
menunjukkan Persentase Penduduk di atas Garis Kemiskinan di Kota Pontianak dari tahun 2015 hingga
tahun 2016 memperlihatkan adanya penurunan yakni dari 94,78% di tahun 2015 menjadi 94,45% di
tahun 2016. Sementara untuk tahun 2017 hingga tahun 2019 Persentase Penduduk di atas garis
Kemiskinan meningkat menjadi 94,69 persen pada tahun 2017 dan 95 persen pada tahun 2018, terus
mengalami peningkatan hingga mencapai 95,12% pada tahun 2019.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks
berarti semakin dalam tingkat kemiskinan karena semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin
terhadap Garis Kemiskinan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Pontianak berada pada angka 0,52 pada tahun 2015. Angka
tersebut meningkat di tahun 2016 dan 2017 menjadi 0,71 dan 1,01, namun kemudian kembali menurun
di tahun 2018 menjadi 0,62. Ini menandakan adanya perbaikan pada tingkat kedalaman kemiskinan di
Kota Pontianak pada tahun 2018 dikarenakan rata-rata pengeluaran penduduk miskin mendekati Garis
Kemiskinan. Pada tahun 2019 indeks ini sedikit mengamai kenaikan dari tahun 2018 menjadi 0,70 yang
mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin jauh
dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2018.
II.21
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 2. 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(Poverty Severity Index) Kota Pontianak Tahun 2015-2019
1.01
0.71 0.70
0.62
0.52
0.35
Sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index) merupkan indeks yang memberikan
gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan
Kota Pontianak tahun 2015-2019 mengalami tren yang sama Indeks Kedalaman Kemiskinan. Pada
tahun 2015, Indeks Keparahan Kemiskinan berada pada 0,10 sempat mengalami kenaikan yang cukup
signifikan pada tahun 2017 menjadi 0,35, kemudian turun menjadi 0,14 pada tahun 2018 yang
menggambarkan semakin berkurangnya ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Namun
pada tahun 2019, indeks ini sedikit mengalami peningkatan menjadi 0,16. Kendatipun tidak setinggi
kenaikan pada tahun 2017, indeks tersebut mengindikasikan adanya kenaikan ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin di Kota Pontianak dibandingkan dengan keadaan di tahun
sebelumnya.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan indeks yang
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM dibentuk oleh tiga aspek, meliputi aspek
kesehatan melalui pengukuran angka harapan hidup saat lahir, pendidikan melalui pengukuran angka
harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, serta aspek hidup layak melalui pengukuran
kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata
besarnya pengeluaran per kapita. IPM merupakan indikator yang sangat penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat dan menentukan peringkat atau level
pembangunan suatu wilayah.
II.22
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
79.35
78.56
77.93
77.52 77.63
IPM Kota Pontianak menunjukkan tren yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015, IPM Kota
Pontianak sebesar 77,52 meningkat menjadi 79,35 pada tahun 2019. Nilai IPM yang terus meningkat
dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kualitas hidup masyarakat semakin baik dan pembangunan
Kota Pontianak semakin meningkat dari tahun sebelumnya. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota
lainnya di Kalimantan Barat, Indeks Pembangunan Manusia Kota Pontianak berada pada peringkat
pertama, indeks ini bahkan berada di atas IPM Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional yang masing-
masing hanya mencapai 67,65 dan 71,92 pada tahun 2019.
Pendidikan
Pemerintah memberlakukan program wajib belajar yang mengharuskan penduduk usia sekolah 6-17
tahun untuk mengikuti pendidikan formal SD sampai SLTP. Program Pemerintah tersebut membuat
angka melek huruf menjadi semakin tinggi. Angka melek huruf adalah proporsi penduduk usia 15 tahun
keatas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya tanpa harus
mengerti apa yang dibaca dan ditulisnya.
Sebenarnya angka melek huruf ini sudah tidak lagi sensitif untuk menggambarkan keberhasilan
implementasi kebijakan di bidang pendidikan karena sebagian besar di Indonesia termasuk Kota
Pontianak angka melek huruf tahun 2018 untuk usia 15-24 tahun sudah mencapai 100 persen,
sedangkan angka melek huruf untuk usia 15-55 tahun mencapai 98,73 persen. Hal ini menggambarkan
bahwa tidak ada lagi penduduk usia produktif yang buta huruf, dan hanya tersisa sedikit saja yang belum
melek huruf untuk penduduk usia tua.
II.23
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
99.07
98.73
98.40 98.36
Rata-Rata Lama Sekolah (Mean Years School) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Angka ini dapat digunakan untuk mengetahui kualitas
pendidikan dalam suatu wilayah. Penduduk yang tamat Sekolah Dasar diperhitungkan lama sekolah
selama 6 (enam ) tahun, tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) diperhitungkan lama sekolah selama
9 (sembilan) tahun, tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) diperhitungkan lama sekolah selama 12 (dua
belas) tahun tanpa memperhitungkan apakah pernah tinggal kelas atau tidak.
Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Pontianak mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 9,77 tahun
pada tahun 2015 meningkat menjadi 10,14 tahun pada tahun 2019 yang artinya secara rata-rata jumlah
tahun yang digunakan oleh penduduk Kota Pontianak (usia 25 tahun ke atas) dalam menjalani
pendidikan formal sebanyak/hingga 10,14 tahun, atau jika dirata-ratakan pada jenjang pendidikan
setara dengan SMA dikelas sebelas.
Grafik 2. 7. Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Di Kota Pontianak Tahun 2015-2019
10.14
9.90
9.78 9.79
9.77
II.24
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Angka Harapan Lama Sekolah adalah lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan
oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan
tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per
jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk
penduduk berumur 7 tahun ke atas, dimana angka tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya
pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
Angka Harapan Lama Sekolah Kota Pontianak mengalami peningkatan 0,51 poin selama kurun waktu
lima tahun, yaitu dari 14,48 pada tahun 205 menjadi 14,99 pada tahun 2019. Hal ini berarti secara rata-
rata anak berusia 7 tahun yang masuk ke jenjang pendidikan diharapkan mampu bersekolah hingga
14,99 tahun atau setara Diploma III.
Grafik 2. 8. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Di Kota Pontianak Tahun 2015-2019
14.99
14.81
14.72
14.48 14.49
Kesehatan
Angka (Usia) Harapan Hidup didefinisikan sebagai rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur tersebut dalam situasi kematian yang berlaku di
lingkungan masyarakatnya. Semakin tinggi kematian maka semakin rendah Angka Harapan Hidup.
Angka Harapan Hidup dapat digunakan sebagai indikator pembangunan ekonomi. Semakin tinggi
Angka Harapan Hidup di suatu wilayah, maka semakin baik pembangunan ekonominya.
II.25
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
72.80
72.41
72.14 72.17
72.11
Selama periode tahun 2015 hingga tahun 2019, angka usia harapan hidup Kota Pontianak menunjukkan
tren peningkatan dari 72,11 tahun pada tahun 2015 meningkat menjadi 72,80 pada tahun 2019. Hal ini
mengindikasikan semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Kota Pontianak.
Gizi buruk adalah kondis i gizi kurang hingga tingkat yang berat dan disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Grafik 2. 10. Persentase Balita Gizi Buruk di Kota Pontianak Tahun 2015-2019
2.3
0.44 0.47
0.33 0.34
Presentase balita gizi buruk di Kota Pontianak selama empat tahun terakhir menujukkan tren
berfluktuatif. Pada tahun 2017, persentase balita gizi buruk sedikit mengalami kenaikan dari 0,33 persen
di tahun 2016 meningkat menjadi 0,47 persen, namun kemudian dapat diturunkan menjadi 0,34 persen
di tahun 2018. Pada tahun 2019 persentase balita gizi buruk di Pontianak kembali mengalami
peningkatan, namun peningkatan ini lebih dikarenakan semakin baiknya sistem surveilans gizi sehingga
semakin banyak kasus yang bisa dilaporkan. Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan
program gizi secara terus menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis dan pengkajian data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk
pengambilan tindakan sebagai respon segera dan terencana.
II.26
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.
Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat.
Grafik 2. 11. Prevalensi Balita Gizi Kurang di Kota Pontianak Tahun 2015-2019
15.60
12.51 12.50
9.80
8.59
Prevalensi balita gizi kurang di Kota Pontianak sepanjang tahun 2015 hingga tahun 2019
memperlihatkan angka yang berfluktuasi. Pada tahun 2015 prevalensi balita gizi kurang berada pada
angka 12,51%. Angka ini sempat mengalami penurunan pada tahun 2016 dan 2017, namun selanjutnya
kembali meningkat dengan angka yang cukup signifikan menjadi 15,60% pada tahun 2018. Pada tahun
2019 angka tersebut kembali mengalami penurunan sebesar 3,10% dari tahun sebelumnya menjadi
12,50%.
Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan perbandingan antara angkatan kerja dengan jumlah
seluruh penduduk usia kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja memberikan gambaran tentang
penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari. Semakin tinggi Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja menunjukkan bahwa semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang
tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
II.27
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 2. 12. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota Pontianak tahun 2015-2019
63.66
61.89
61.62
61.19
Data Tingkatan Partisipasi Angkatan Kerja diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).
Pada tahun 2016 kegiatan Sakernas tidak dilakukan sehingga data ketenagakerjaan tidak tersedia
untuk tahun 2016. Dari tahun 2015 hingga tahun 2017 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota
Pontianak mengalami peningkatan dari 61,89% menjadi 63,66%, namun di tahun 2018 terjadi
penurunan menjadi 61,19%. Pada tahun 2019 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Pontianak sedikit
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 61,62%. Angka ini menunjukkan dari 100
penduduk Kota Pontianak usia 15 tahun ke atas, sebanyak hampir 62 orang tersedia untuk
memproduksi pada tahun 2019.
I. Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.
Pengangguran terjadi karena berbagai macam faktor, diantaranya karena terbatasnya lapangan kerja
sementara jumlah penduduk tinggi, pendidikan dan keterampilan yang rendah, angkatan kerja tidak
dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja, teknologi yang semakin modern, dan berbagai
macam faktor lain.
10.37
9.44 9.36
9.13
II.28
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tingkat pengangguran di Kota Pontianak dari tahun 2015 hingga tahun 2019 menunjukkan adanya
fluktuasi. Pada tahun 2015 tingkat pengangguran Kota Pontianak menunjukkan angka 9,44%, angka ini
sedikit mengalami penurunan menjadi 9,36% pada tahun 2017, namun kemudian mengalami kenaikan
signifikan menjadi 10,37% pada tahun 2018. Pada tahun 2019 tingginya tingkat pengangguran di Kota
Pontianak dapat dikurangi sebesar 1,24% menjadi 9,13%.
Rasio Penduduk yang Bekerja merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
yang bekerja dengan angkatan kerja. Rasio ini menggambarkan hubungan antara angkatan kerja
dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja atau bisa disebut sebagai gambaran permintaan tenaga
kerja.
Grafik 2. 14. Rasio Penduduk yang Bekerja di Kota Pontianak tahun 2015-2019
90.87
90.64
90.56
89.63
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bekerja setiap tahunnya dari tahun
2015 hingga tahun 2019 berfluktuasi. Pada tahun 2015 rasio penduduk yang bekerja berada pada
angka 90,56%. Rasio ini sedikit mengalami peningkatan di tahun 2017 menjadi 90,64%, namun
kemudian menurun hingga mencapai 89,63% pada tahun 2018. Pada tahun 2019 rasio penduduk yang
bekerja di Kota Pontianak meningkat kembali menjadi 90,87%, dimana angka ini merupakan yang
tertinggi selama lima tahun terakhir. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa 90,87% dari angkatan kerja
yang ada memperoleh pekerjaan sedangkan sisanya masih mencari kerja atau belum mendapatkan
pekerjaan.
Pembangunan seni, budaya dan olahraga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembinaan dan pembangunan bangsa dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia,
terutama diarahkan pada peninkatan kesehatan jasmani dan rohani, serta untuk membangun watak dan
keribadian yang memiliki disiplin dan sportivitas yang tinggi. Di samping itu, pembangunan seni, budaya
dan olahraga juga dijadikan sebagai media untuk memperlihatkan eksistensi bangsa melalui pembinaan
prestasi yang setinggi-tingginya. Data perkembangan seni, budaya dan olahraga Kota Pontianak dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
II.29
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 18. Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Kota Pontianak, Tahun 2015-2019
Realisasi Kinerja
No Aspek/Fokus/Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Kebudayaan
1.1 Jumlah Kelompok Seni Budaya Kelompok 167 169 136 137 137
Cagar Budaya dan Warisan Budaya Tak
1.2 Buah 2 2 2 2 2
Benda yang ditetapkan
1.3 Dokumentasi Budaya Buah 1 1 0 1 2
Pagelaran/Festival Seni Budaya yang
1.4 Kegiatan 9 11 11 13 16
Dilaksanakan
Kelompok Seni/Budaya yang
1.5 Kelompok 20 12 12 12 33
berpartisipasi dalam Pagelaran/Festival
2 Kepemudaan dan Olahraga
2.1 Jumlah Organisasi Pemuda Organisasi 160 165 170 175 72
2.2 Jumlah Organisasi Olahraga Organisasi 32 35 37 37 72
2.3 Jumlah Atlet Orang 650 660 665 710 637
2.4 Jumlah Gedung Olahraga Unit 32 32 36 36 26
2.5 Jumlah Lapangan Olahraga Unit 114 118 118 118 253
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Kepemudaan Olahraga dan
Pariwisata Kota Pontianak, 2020. diolah
Data di atas menunjukkan adanya penurunan pada jumlah kelompok seni budaya dari tahun 2015 ke
tahun 2019. Sementara jumlah cagar budaya dan warisan budaya tak benda yang ditetapkan,
dokumentasi budaya, pagelaran/festival seni budaya yang dilaksanakan, dan kelompok seni/budaya
yang berpartisipasi dalam pagelaran/festival mengalami peningkatan pada tahun 2019. Dari indikator
kepemudaan dan olahraga jumlah organisasi pemuda, jumlah atlet dan jumlah gedung olahraga
mengalami penurunan pada tahun 2019, sedangkan jumlah organisasi olahraga dan lapangan olahraga
mengalami peningkatan.
Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah provinsi dan
kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
A. Urusan Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Satuan
pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
II.30
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
dan pendidikan tinggi. Dalam penyelenggaraan Pendidikan di Kota Pontianak, pendidikan diarahkan
pada perluasan dan pemerataan pendidikan. Hal tersebut diketahui melalui indikator-indikator yang
digunakan untuk mengukur perluasan dan pemerataan pendidikan seperti: Angka Partisipasi Murni,
Angka Partisipasi Kasar, Angka Melek Huruf, Angka Putus Sekolah, dan Angka Lulus Sekolah.
Angka Partisipasi Murni adalah Proporsi dari penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang sedang
bersekolah tepat di jenjang pendidikan yang seharusnya (sesuai antara umur penduduk dengan
ketentuan usia bersekolah di jenjang tersebut) terhadap penduduk kelompok usia sekolah yang
bersesuain. Sejak tahun 2007, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, Paket C) turut diperhitungkan.
Grafik 2. 15. Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Pontianak Tahun 2014-2019
350
300
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber:Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, 2020 dan BPS Kota Pontianak, 2020
Angka Partipasi Murni di Kota Pontianak untuk tingkat SD/MI selama 6 tahun terakhir cukup stabil
dengan angka 106,49% ditahun 2014, 109,55% pada tahun 2017 hanya sedikit menurun pada tahun
2018 dengan angka 96,75% dan namun meningkat kembali menjadi 107,75% ditahun 2019.
Angka Partipasi Murni di Kota Pontianak untuk tingkat SLTP/MTs agak menurun pada 2tahun terakhir
yang sebelumnya 103,38% ditahun 2014, 106,84% ditahun 2017 turun menjadi 76,6% pada tahun
2018 dan sedikit meningkat ditahun 2019 menjadi 82,37%.
Sedangkan Angka Partipasi Murni di Kota Pontianak untuk tingkat SMA/SMK/MA terus meningkat
ditahun 2014 dengan angka 94,04%, 94,1% ditahun 2015, 96,52% tahun 2016 dan puncaknya 96,61
ditahun 2017, namun terjadi penurunan ditahun 2018 menjadi 77,17% dan meningkat kembali ditahun
2019 menjadi 87,03%.
Angka partisipasi kasar adalah Perbandingan antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang
pendidikan tertentu (tanpa memandang usia penduduk tersebut) dengan jumlah penduduk yang
memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan yang sama. Sejak tahun 2007
Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, dan Paket C) turut diperhitungkan.
II.31
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
400
350
300 101.14 104.41 103.65
101 107.29
250
200 61.39
111.12 114.82 111.27 114.5
150 105.74
68.32
100
50 114.47 127.78 126.06 124.36 112.95 95.69
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber:Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak dan BPS Kota Pontianak, 2020
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Pontianak Tahun 2014-
2018 untuk seluruh tingkat pendidikan cukup stabil dengan angka diatas 100%, namun terjadi
penurunan ditahun 2019 menjadi 95,69% untuk tingkat SD/MI, 68,32% untuk tingkat SMP/MTs dan
61,39% untuk tingkat SMA/SMA/MA.
Pemerintah memberlakukan program wajib belajar yang mengharuskan penduduk usia sekolah 6-17
tahun untuk mengikuti pendidikan formal SD sampai SLTP. Program Pemerintah tersebut membuat
angka melek huruf menjadi semakin tinggi. Angka melek huruf adalah proporsi penduduk usia 15 tahun
keatas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya tanpa harus
mengerti apa yang dibaca dan ditulisnya.
Grafik 2. 17. Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas tahun 2018-2019
2018 2019
99.40%
99.27%
98.67%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
98.28%
96.57%
87.89%
86.94%
Sumber: Diolah dari Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, 2020 dan BPS
Kota Pontianak, 2020
Sebenarnya angka melek huruf ini sudah tidak lagi sensitif untuk menggambarkan keberhasilan
implementasi kebijakan di bidang pendidikan karena sebagian besar di Indonesia termasuk Kota
Pontianak angka melek huruf tahun 2019 untuk usia 15-34 tahun sudah mencapai 100 persen,
sedangkan angka melek huruf untuk usia 35-49 tahun mencapai rata-rata diatas 90% persen. Hal ini
II.32
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
menggambarkan bahwa tidak ada lagi penduduk usia produktif yang buta huruf, dan hanya tersisa
sedikit saja yang belum melek huruf untuk penduduk usia tua (50+) dan jumlahnya tersebut sedikit yaitu
86,94% pada tahun 2019.
Angka putus sekolah menunjukkan tingkat putus sekolah di suatu jenjang pendidikan, misalnya angka
putus sekolah SD menunjukkan persentase anak yang berhenti sekolah sebelum tamat SD yang
dinyatakan dalam persen.
Grafik 2. 18. Angka Putus Sekolah di Kota Pontianak Tahun 2014 – 2018
1.09
0.82
0.66
0.44
0.21
0.19
0.18
0.15
0.09
0.07
0.06
0.04
0.04
0
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Angka Putus Sekolah terendah di Kota Pontianak terjadi pada
tahun 2016 dengan angka 0 untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs sedangkan pada tingkat SMA/SMK/MA
sebesar 0,04%. Dan mulai terjadi peningkatan ditahun 2017 dan 2018 dengan angka masing-masing
0,09% dan 0,21 untuk tingkat SD/MI, 0,44% dan 0,82% untuk tingkat SMP/MTs serta 0,66% dan 1,09%
untuk tingkat SMA/SMK/MA.
12,000
11,868
11,601
11,474
11,462
11,210
10,910
10,676
10,580
10,422
10,411
10,394
10,174
9,935
Sumber: Diolah dari Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, 2020 dan BPS Kota Pontianak, 2020
II.33
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik diatas memperlihatkan jumlah kelulusan SD/MI sebanyak 11.601 siswa pada tahun
2017/2018mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2015/2016 sebanyak 12.276 siiswa dan
tahun 2016/2017 sebanyak 12.000 siswa.Sedangkan tingkat kelulusan SMP mengalami peningkatan
sejak 5 tahun terakhir yaitu dari 9.935 siswa pada tahun 2013/2014menjadi 11.462 siswa pada tahun
2017/2018. Sedangkan tingkat kelulusan SMA/SMK/MA mengalami peningkatan dari tahun 2013/2014
sebanyak 10.174 siswa dibandingkan dengan tahun 2017/2018 meningkat menjadi sebesar 10.580
siswa. Jika dilihat secara keseluruhan total jumlah kelulusan tahun 2014 sebanyak 31.583 siswa
dibandingkan tahun 2017/2018 sebanyak 33.643 siswa.
Angka melanjutkan siswa SD/MI ke SMP/MTs berada pada rata-rata 46,49 persen dimana angka 57,72
persen ditahun 2015, 51,83 persen ditahun 2016, namun ditahun 2017 menurun jadi 26,19 persen dan
naik lagi ke angka 50,2 persen pada tahun 2018. Sedangkan angka melanjutkan siswa SMP/MTs ke
SMA/SMK/MA sangat baik berada pada angka 100,7 persen ditahun 2015, 100,23 persen ditahun
2016, 100,95 persen ditahun 2017 dan 96,43 persen ditahun 2018.
57.72
51.83 50.2
26.19
Adapun jumlah guru di Kota Pontianak pada tahun 2019 mengalami peningkatan jika dibandingkan
tahun 2018. Jumlah seluruh guru dari tingkat TK-SD-SMP sederajat baik PNS maupun non PNS pada
tahun 2019 sebanyak 6.686 guru pada tahun 2018 sebanyak 5.704 guru, bertambah 982 guru atau
sebesar 17,22%.
Jika dilihat dari rasio PNS dan NON-PNS, jumlah guru di Kota Pontianak pada tingkat TK/PAUD lebih
banyak guru NON-PNS yaitu sebesar 88,6% atau 780 guru dari guru PNS sebanyak 11,4% atau 100
guru. Ini disebabkan karena jumlah sekolah swasta ditingkat PAUD/TK di Kota Pontianak lebih banyak
dibandingkan dengan sekolah PAUD/TK Negeri.
Untuk tingkat SD, perbandingan guru PNS dan NON PNS adalah sebesar 46,1% untuk guru PNS dan
53,9% untuk guru Non PNS. Untuk tingkat SMP guru PNS sebanyak 38,9% dan guru Non PNS
sebanyak 61,1%.
II.34
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Untuk tenaga kependidikan, tahun 2018 secara umum mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun
2016. Jika pada tahun 2017 jumlah tenaga kependidikan seluruhnya dari tingkat PAUD, SD, dan SMP
dederajat adalah 1.288 orang, maka menurun sebesar 13,28% atau sebanyak 171 orang pada tahun
2018 menjadi 1.117 orang.
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020 (data 2019 belum tersedia)
Pada tahun 2019 jumlah siswa di Kota Pontianak mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun
2018. Penurunan yang terjadi sebesar 2,16% atau sebanyak 2.594 siswa, terbanyak dari tingkat
TK/PAUD.
SMP / Mts
TK / PAUD SD / MI (Setingkat)
NO Tahun (Setingkat) Jumlah
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1 2015 212 8.331 52.687 22.307 19.306 16.232 119.075
2 2016 406 8.308 57.347 23.717 21.292 17.740 128.810
3 2017 404 8.792 49.314 21.804 17.287 12.489 110.090
4 2018 445 10.802 49.961 23.488 20.848 14.626 120.170
5 2019 391 7.026 50.774 24.115 20.545 14.725 117.576
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020
II.35
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
B. Urusan Kesehatan
Capaian Indikator Kinerja pada Angka Kematian Ibu per 100.000 KH di Tahun 2019 mengalami
penurunan sebesar 42,09% jika di bandingkan dengan capaian di Tahun 2018 yaitu sebesar 49,66%.
Dan Angka ini juga lebih lebih rendah dari target tahun 2019 yang ditentukan yaitu sebesar 60/100.000
KH. Berikut Grafik Trend Kasus Kematian Ibu empat (4) tahun terakhir, sebagai berikut:
Grafik 2. 21. Trend Kasus kematian Ibu Maternal Kota Pontianak tahun 2015- 2019
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa kematian ibu maternal tahun 2019 terjadi penurunan 1
(satu) kasus dibanding tahun 2018, dengan penyebab kematian adalah Hipertensi Dalam Kehamilan
(HDK), Infeksi, perdarahan dan lain-lain. Berikut Grafik presentasi Jumlah Kasus penyebab kematian
Ibu:
Grafik 2. 22. Jumlah Kasus Penyebab Kematian Ibu Maternal Kota Pontianak Tahun 2019
II.36
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Capaian Indikator Kinerja Angka Kematian Bayi per 1000 KH tahun 2019 sebesar 1,85%, mengalami
penurunan tahun 2018 dengan capaian sebesar 2,48% dan lebih rendah dari target yang ditentukan
yaitu 10/ 1000 KH untuk tahun 2019.Atau terjadi penurunan jumlah kasus yaitu 22 kasus tahun 2019
sedangkan tahun 2018 sebanyak 30 kasus. Berikut Grafik trend Kasus Kematian bayi 4 (Empat) tahun
terakhir, sebagai berikut:
Grafik 2. 23. Tren Kasus Kematian Bayi Kota Pontianak Tahun 2015-2019
Berdasarkan trend diatas tahun 209 kematian bayi terbanyak disebabkan oleh Asfeksia, Prematur dan
Bayi dengan Berat badan Lahir Rendah , Infeksi serta Kelainan bawaan. Berikut Grafik presentasi
Jumlah Kasus penyebab kematian bayi.
Grafik 2. 24. Jumlah Kasus Penyebab Kematian Bayi Kota Pontianak Tahun 2019
Pada tahun 2019 Dinas Kesehatan Kota Pontianak melaksanakan survey Pemantauan Status Gizi (PSG)
dengan jumlah sampel balita sebanyak 6670 orang tersebar di 29 kelurahan, dimana setiap kelurahan
II.37
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
meliputi 23 kluster dan tiap kluster diambil sampel sebanyak 10 balita, sehingga total sampel balita per
kelurahan sebanyak 230 orang. Selain untuk memberikan gambaran status gizi balita di tingkat Kota
Pontianak, hasil PSG ini juga dapat menggambarkan kondisi status gizi balita di tingkat Kecamatan dan
Kelurahan. Prevalensi Kekurangan Gizi (Underweight) pada Anak Balita ditentukan berdasarkan jumlah
status gizi balita buruk dan kurang atau KEP Total (indikator BB/U). Hasil Kekurangan Gizi (Underweight)
pada Anak Balita di Kota Pontianak diperoleh sebesar 12,52% (mengalami perbaikan) dibanding tahun
2018 (15,51%), dan beradadi bawah target RPJMD yaitu 15%. Untuk mengetahui perkembangan
prevalensi balita Kekurangan Gizi (Underweight) pada Anak Balita di Kota Pontianak dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut:
Hasil survey PSG Kota Pontianak menunjukkan bahwa masalah kurang gizi di Kota Pontianak masih
berada pada masalah ringan (range 10 – 15%) tetapi jika dilihat di tingkat Kelurahan, terdapat 2
kelurahan yang masuk dalam kategorimasalah gizi berat (>20%) yaitu Parit Mayor dan Bansir Laut.
Distribusi kekurangan gizi per kelurahan seperti pada gambar 2 di bawah ini.
II.38
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 2. 26. Prevalensi Balita Kurang Gizi (Indikator BB/U) Menurut Wilayah Kelurahan di Kota
Pontianak Tahun 2019
B.4. Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada anak di bawah Dua Tahun
Realisasi Indikator Kinerja Utama pada Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada anak di
bawah Dua Tahun di Tahun 2019 sebesar 14,77%, dan masih berada di bawah Target Pemerintah
sebesar 28%.
Adapun Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada anak di bawah Dua Tahun beserta
Target Indikator Kinerjanya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
II.39
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
B.5. Persentase Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang memenuhi Persyaratan sesuai
standar
Persentase FKTP yang memenuhi Persyaratan sesuai standar ditentukan apabila 7 (tujuh) Parameter
besar dari FKTP terpenuhi, diantaranya lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, ketenagaan, perijinan
dan penyelenggaraan). Realisasi Indikator Persentase FKTP yang memenuhi Persyaratan sesuai
standar di Tahun 2019 sebesar 100%.
II.40
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Klinik/Balai Kesehatan 23 31 38 38 38 36
Realisasi Indikator Kinerja Utama pada Menurunnya kesakitan Penderita DBD di Tahun 2019 sebesar
16,39 per 100.000 Penduduk dan masih berada di bawah Target Dinas Kesehatan sebesar < 49 per
100.000 Penduduk.
Realisasi Indikator Kinerja Utama pada Menurunnya kesakitan Penderita HIV di Tahun 2019 sebesar
0,0201 per % penduduk dan lebih dari target Dinas Kesehatan Kota Pontianak sebesar < 0,015 per %
penduduk. Hal ini disebabkan karena peningkatan upaya sosialisasi Pencegahan HIV yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kota Pontianak secara terus menerus untuk dapat menurunkan jumlah kesakitan
Penderita HIV di Kota Pontianak.
II.41
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Indikator Persentase Rumah Sakit di Kota Pontianak yang Terakreditasi memiliki Realisasi di Tahun 2019
sebesar 92.31%. Dan sudah melebihi Target sebesar 75%.
Akreditasi RS di Kota Pontianak berjalan cukup baik didukung oleh komitmen manajemen RS dan
kerjasama dengan Dinas Kesehatan. Pembinaan yang dilakukan kepada 13 RS pada tahun 2019 terus
mendorong upaya percepatan akreditasi RS untuk mempercepat proses peningkatan mutu dan
pelayanan rujukan di Kota Pontianak dengan capaian kinerja Akreditasi RS tahun 2019 adalah 123,08%.
Adapun untuk RS yang belum terakreditasi terus didorong oleh Dinas Kesehatan dengan upaya kegiatan
kunjungan lapangan maupun pertemuan dengan RS yang ada diKota Pontianak.
Dari 13 Rumah Sakit Kota Pontianak yang ada terdapat 12 Rumah sakit yang terakreditasi dengan
pencapian Realisasi 92.31%, Hal ini sudah diatas target tahun 2019 sebesar 75%. Adapun Rumah Sakit
Yang belum terakreditasi adalah RS. Promedika. Yang direncanakan akan diakreditasi tahun 2020.
97.05
95.63
93.61
90.05
87.69
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020 Tabel 2. 238
II.42
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020
Prosentase jalan dalam kondisi baik terus meningkat dari 87,69% ditahun 2015 menjadi 97,05% ditahun
2018 namun menurun lagi menjadi 90,05% ditahun 2019 atau sepanjang 167,850 Km. Hal ini terjadi
karena ada perubahan asumsi/kriteria dan kondisi jalan kota banyak mengalami kerusakan akibat
genangan (banjir) sedangkan penanganan jalan tidak hanya fokus pada kondisi jalan kota.
46.62 48.48
43.41
41.2
34.7
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020
II.43
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Prosentase panjang saluran drainase denga kuliatas baik terus meningkat dari 34,7% pada 2015
menjadi 48,48% pada 2019 atau sepanjang 604,808. Peningkatannya tidak terlalu tinggi karena
pembangunan saluran drainase mulai lebih fokus kepada parit-parit besar (penurapan) yang biayanya
besar namun outputnya kecil.
92.14
91.75 91.75
91.34 91.34
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020
Dari grafik diatas prosentase rumah tangga bersanitasi terus meningkat dari 91,34% ditahun 2015
hingga 92,14% ditahun 2019.
91.34
87.86
85.6
80.08
77.23
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020
Prosentase cakupan pelayanan air bersih Kota Pontianak terus meningkat sebesar 77,23% di tahun
2015 telah mencapai 91,34% ditahun 2019. Peningkatan cakupan layanan air bersih ini tergantung
ketersediaan dana untuk pembangunan jaringan air bersih.
II.44
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
85
82
79
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020
Prosentase Kesesuaian Bangunan dan Lingkungan dengan RTRW Kota Pontianak terus meningkat
sejak pembenahan data dan perumusan indikator yang dilkasanakan pada tahun 2017 dan dilanjutkan
dengan pengawasan dan pengendalian RTRW yang lebih baik. Dengan capaian 79% ditahun 2017,
82% ditahun 2018 dan 85% ditahun 2019.
18.75 18.75
18.6
18.3
18
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020
Prosentase Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak terus meningkat dari 18% ditahun 2015 telah
mencancapai 18,75% ditahun 2018 dan 2019. Peningkatanyang terjadi dapat dikatakan lambat karena
RTH yang bisa dikelola semakin sedikit dan ketersediaan dana untuk penanganan dan pengelolaannya
masih terbatas.
II.45
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
105
100 99.5
98.64 99.07
95
90
86.61
85
80
2016 2017 2018 2019
Persentase Rumah
86.61 98.64 99.07 99.5
Layak Huni
Sumber: Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Pontianak, 2020
Persentase Rumah Layak Huni Kota Pontianak terus meningkat dari 86,61% ditahun 2016 telah
mencapai 99,50% ditahun 2019. Persentase Rumah Layak Huni mencapai 99,50%, realisasi ini lebih
tinggi dibandingkan Target yaitu 99%. Pada tahun 2019 berdasarkan update data yang dilakukan
Bidang Perumahan, jumlah rumah se-Kota Pontianak sebanyak 152.994 unit dengan jumlah rumah tidak
layak huni sebanyak 1.587 unit, dengan bantuan dari pemerintah sebanyak 671 unit dan perbaikan dari
masyarakat itu sendiri sebanyak 154 unit, maka jumlah rumah tidak layak huni berkurang menjadi 762
unit maka rumah layak huni Kota Pontianak sampai dengan tahun 2019 adalah 152.232 unit. Sehingga
Persentase Rumah Layak Huni diperoleh dengan membandingkan antara jumlah Rumah Layak Huni
(152.232) dengan jumlah Rumah se-Kota Pontianak (152.994 unit), maka persentasenya sebesar
99,50%.
100.10
100.00 99.97
99.90
99.80 99.77
99.70
99.60
99.55
99.50
99.40 99.40
99.30
99.20
99.10
2016 2017 2018 2019
Persentase Kawasan Tidak Kumuh 99.40 99.55 99.77 99.97
Sumber: Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Pontianak, 2020
II.46
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Berkurangnya Luas kawasan kumuh di Kota Pontianak pada Tahun 2015 dari 70,51 Ha menjadi 66,06
Ha (99,38%), Tahun 2016 berkurang menjadi 64,62 Ha (99,40%), tahun 2017 berkurang menjadi 48,42
Ha (99,55%) dan pada tahun 2018 Luas kawasan kumuh di Kota Pontianak 24,62 Ha dari luas Kota
Pontianak 10.782 Ha dengan kata lain, luas Kawasan Tidak Kumuh sebesar 10.757,38 atau sebesar
99,77%. Tahun 2019 luas kawasan kumuh tersisa sebesar 3,49 Ha atau luas kawasan tidak kumuh
menjadi 10.778,76 Ha atau 99,97%. Perbandingan realisasi dari tahun 2015 (99,38%), tahun 2016
(99.40%), tahun 2017 (99,55%), tahun 2018 (99,77%), dan tahun 2019 (99,97%), hal ini menunjukkan
adanya peningkatan realisasi, yang berarti terjadinya peningkatan kinerja dari tahun ke tahun.
Grafik 2. 38. Persentase Tanah Asset Pemerintah Kota Pontianak yang Telah Dimanfaatkan Sesuai
Ketentuan
Sumber: Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Pontianak, 2020
Pada Tahun 2017 sebelum pemeriksaan BPK, data jumlah tanah asset yang dimiliki Pemerintah Kota
Pontianak sebanyak 1.225 persil, dengan tanah kosong yang belum dimanfaatkan sebanyak 242 persil
dan yang telah dimanfaatkan sebanyak 983 persil, setelah dilakukannya pemeriksaan BPK yang
dilakukan pada triwulan II, maka diketahui berdasarkan hasil audited bahwa jumlah tanah asset yang
dimiliki Pemerintah Kota Pontianak sebanyak 1.238 persil, dengan tanah kosong yang belum
dimanfaatkan sebanyak 55 persil dan tanah aset yang telah dimanfaatkan sebanyak 1.183 persil
(95,55%). Pada Tahun 2018 jumlah tanah asset yang dimiliki Pemerintah Kota Pontianak sebanyak
1.314 persil, dengan tanah kosong yang belum dimanfaatkan sebanyak 55 persil dan yang telah
dimanfaatkan sebanyak 1.259 persil (95,81%). Untuk tahun 2019, jumlah tanah aset yang dimiliki
Pemerintah Kota Pontianak sebanyak 1.365 persil, dengan tanah kosong yang belum dimanfaatkan
sebanyak 53 persil dan yang telah dimanfaatkan sebanyak 1.300 persil (95,23%).
Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa urusan penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah, yang
secara teknis dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja. Sebagai implementasinya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja,
Pemerintah Kota Pontianak telah membentuk Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak dengan
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 1 Tahun 2005.
Fungsi utama dari Satpol PP adalah sebagai garda depan penengakkan aturan daerah khususnya
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan
kaitan dengan penenggakan aturan daerah ini adalah berupa Penertiban/razia terhadap pelanggaran
permainan layang-layang, penginapan, tempat hiburan, senjata tajam dan lain-lain. Selain itu juga
dilaksanakan kegiatan terpadu penertiban bekerjasama dengan dengan Dinas/Instansi terkait yaitu
penertiban PKL (gerobak, gubuk liar, kios, lapak dan lain-lain), pembinaan/razia gepeng dan PSK,
razia/penertiban tempat kost, penertiban bangunan yang melanggar ijin bangunan,
penyuluhan/sosialisasi Perda tentang ketertiban umum serta pembinaan dan penataan PKL di Kota
Pontianak.
II.47
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Upaya penertiban bangunan/kios liar merupakan langkah terakhir yang ditempuh, setelah melakukan
pendekatan dengan pemilik bangunan dan diberikan penjelasan dan penyuluhan. Setelah upaya
tersebut tidak berhasil maka bagi pemilik bangunan/kios liar diberikan Surat Perintah Membongkar (SP).
Surat Perintah 1 (SP-1) diberikan kesempatan kepada pemilik bangunan/kios liar selama 7 hari untuk
membongkar sendiri bangunannya.
Surat Peringatan 2 (SP-2) diberikan kepada pemilik bangunan agar membongkar sendiri bangunannya
dalam tempo 5 (lima) hari, apabila dalam waktu 5 (lima) hari pemilik bangunan tidak membongkar
bangunannya, maka diberikan surat peringatan ke 3 (SP-3). Surat Peringatan ke 3 (SP-3) memberikan
kesempatan kepada pemilik bangunan untuk membongkar sendiri dalam tempo waktu selama 3 hari.
Apabila dalam jangka waktu kesempatan selama 3 hari pemilik bangunan belum juga membongkar
bangunannya sendiri, maka dilakukan pembongkaran oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang
dibantu dan di back up oleh Kepolisian sektor, Koramil maupun unsur/instansi terkait seperti Dinas
Pekerjaan Umum dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Berikut informasi mengenai kegiatan
penertiban yang dilakukan dalam rangka menjaga ketertiban dan ketentraman umum.
Tipiring adalah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3(tiga) bulan
dan/denda atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 7.500 (dengan penyesuaian) dan pengbinaan ringan,
kecuali pelanggaran lalu lintas.
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak secara berkala melakukan Tipiring di wilayah Kota
Pontianak. Pada tahun 2019 Jenis pelanggaran terbanyak adalah pelaku perbuatan asusila yang
berjumlah 555 laporan. Jenis pelanggaran kedua terbanyak adalah warga yang membuang sampah
tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan pemerintah daerah sebanyak 57 laporan, naik 24 laporan
dari tahun 2018 sebesar 33 laporan. Pelanggaran ketiga yang paling banyak adalah pedagang/PKL
berjualan di Fasum/Fasos sebanyak 23 laporan.
Beberapa pelanggaran yang masih ditemukan pada tahun 2019 adalah Warga yang tidak memiliki
indentitas/KTP , Merokok di kawasan tanpa rokok, Warnet tanpa izin dan melewati jam operasional,
orang bermain layang-layang tanpa izin, pelaku usaha tidak memilki Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL) dan lainnya.
Dengan dilaksanakannya Tipiring secara berkala di Kota Pontianak oleh Satuan Polisi Pamong Praja,
diharapkan kedepannya masyarakat Kota Pontianak dapat lebih patuh lagi terhadap hukum yang
berlaku di Kota Pontianak terutamanya untuk Peraturan Daerah (PERDA) Kota Pontianak.
Tabel 2. 26. Jumlah Laporan Persidangan Tipiring Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak Tahun
2015-2019
II.48
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak dalam menertibkan pedang kaki lima pada Tahun 2018
mengalami penurunan sebesar 496 PKL, dimana pada Tahun 2017 berjumlah 2818 PKL turun menjadi
2322 PKL di Tahun 2018. Hal ini dikarenakan ada komitmen dari Pemerintah Kota Pontianak untuk
melakukan pembersihan pedagang kaki lima setiap tahunnya.
Tabel 2. 27. Jumlah Penertiban Gerobak, Kios/Pondok, Lapak Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Pontianak
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Penertiban Gerobak 154 81 125 88 65 42
Pontianak Barat 45 9 26 10 9 7
Pontianak Kota 39 26 64 16 21 15
Pontianak Selatan 57 26 27 26 18 11
Pontianak Tenggara 5 6 - 12 5 3
Pontianak Timur 8 4 2 11 7 4
Pontianak Utara 0 10 6 13 5 2
II.49
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pontianak Timur 15 9 - 87 8 6
Pontianak Utara 22 10 1 21 10 3
Kegiatan Pembinaan Ketertiban Masyarakat (BIMTIBMAS) merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak setiap tahunnya untuk melakukan patroli. Kegiatan patroli
tersebut terdiri dari Operasi rutin, operasi gabungan dengan instansi terkait serta pengawalan pejabat.
Kegiatan BIMTIBMAS yang dilaksanakan pada tahun 2018 meningkat dari tahun sebelumnya. Dimana
tahun 2018 berjumlah 609 kegiatan sedangkan tahun 2017 hanya berjumlah 447 kegiatan
Tabel 2. 28. Kegiatan Bintibmas Yang Dilaksanakan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak
Tahun
No. Kegiatan
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah operasi rutin (patrol) yang
1 53 200 160 240 223 239
dilaksanakan
Jumlah operasi gabungan (penertiban
2 53 150 138 103 223 257
dengan Instansi terkait) yang dilaksanakan
Jumlah pengawalan pejabat yang
3 52 73 59 104 163 168
dilaksanakan
Jumlah 158 423 357 447 609 664
Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak secara berkala melakukan razia terhadap masyarakat yang
bermain layang-layang bukan ditempat yang seharusnya dan bermain layang-layang tidak boleh
dimainkan disembarang tempat. Peraturan Daerah yang telah dibuat oleh Pemerintah Kota Pontianak
tentang bermain layang-layang adalah harusnya di tempat terbuka dan jauh dari jaringan listrik. Salah
satu penyebab terbesar untuk kerusakan jaringan listrik di Kota Pontianak adalah layang-layang.
II.50
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Pada tahun 2018 razia layang-layang yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak paling
banyak terletak di Kecamatan Pontianak Kota berjumlah 46 razia. Jumlah ini meningkat dari tahun 2017
yang hanya berjumlah 19 razia. Untuk lebih jelasnya data razia yang dilakukan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Pontianak dapat dilihat pada table 2.23. dibawah ini.
Tabel 2. 29. Razia Layang-Layang Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak
Tahun
No Kecamatan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Pontianak Barat 2 2 18 35 1
2 Pontianak Timur 2 2 14 12 3
3 Pontianak Selatan 1 1 20 33 7
4 Pontianak Utara 1 1 12 11 1
5 Pontianak Kota 20 30 19 46 6
6 Pontianak Tenggara 20 30 13 16 3
Jumlah 46 66 96 153 21
Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak
Didalam melaksanakan pengamanan dan perlindungan kepada masyarakat pada saat event-event
tertentu seperti pengamanan Ramadhan dan Idul Fitri, acara Cap Go Meh pengawalan pejabat serta
pengawalan-pengawalan lainnya, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak selalu bekerjasama
dengan pihak Kepolisian Daerah untuk melakukan pengamanan dan perlidungan kepada masyarakat.
Untuk lebih jekasnya lagi kegiatan pengamanan dan perlindungan kepada masyarakat dapat dilihat
pada table 14.9 dibawah ini.
Tabel 2. 30. Jumlah Pengamanan dan Perlindungan Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Pontianak
Tahun Anggaran
No. Program dan Kegiatan
2014 2015 2016 2017 2018
1. Pengamanan Ramadhan dan Idul Fitri 25 23 26 25 10
2. Pengamanan Idul Adha 1 1 - 1 1
3. Pengamanan Cap Go Meh/Liong 2 2 2 2 2
4. Pengamanan Natal dan Tahun Baru 2 2 - 2 2
5. Pengamanan dan Pengawalan Pejabat,tamu VIP dan
89 80 52 104 166
Lain-lain
6. Pengamanan Gubernur dan Wakil Gubernur - - - - 1
7. Pengamanan PILLEG - - - - -
8. Pengamanan Hari Jadi Kota Pontianak 4 5 4
8 titik -
titik titik titik
9. Pengamanan HUT RI 1 1 1
2 titik -
titik titik titik
10. Pembinaan Poskamling dan Linmas - - - 24 -
11. Patroli Bersama Garnisum 48 48 56 100 -
II.51
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tahun Anggaran
No. Program dan Kegiatan
2014 2015 2016 2017 2018
12. Pengamanan asset daerah/Alunpalun Kapuas
(Monitoring Aset daerah/Alun Kapuas) - - - 120 120
Hingga 2019 jumlah tenaga linmas sebanyak 2.602 orang, namun yang diberdayakan baru berjumlah
1.276 orang dengan jumlah poskamling yang ada dan diberdayakan sejumlah 130.
Tabel 2.25.
TAHUN
NO DATA
2015 2016 2018 2019
1 Jumlah Tenaga Linmas 1428 1428 2602 2602
2 Jumlah Tenaga Linmas yang diberdayakan 70 70 1276 1276
3 Jumlah Poskamling 426 426 130 130
4 Jumlah Poskamling yang diberdayakan 401 401 130 130
*Tahun 2017 tidak ada data Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak
Dalam penangulangan kebakaran di Kota Pontianak tidak terlepas dari peran serta masyarakat yang
bernaung dibawah yayasan pemadam kebakaran swasta dengan jumlah sebanyak 16 buah yayasan
dengan personil secara keseluruhan sebanyak 1.006 (aktif dan non aktif) yang dapat dikerahkan apabila
terjadi bencana kebakaran, serta sarana kendaraan sebanyak 16 unit fire truk, fire jip sebanyak 12 unit,
trailer sebanyak 22 unit dan portable fire sistem sebanyak 25 unit.
Jumlah kejadian kebakaran pada tahun 2019 adalah 35 kejadian, ini menurun 37,5% atau sebanyak 21
kejadian jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang berjumlah 56 kejadian kebakaran.
Jika dilihat pada tabel 2.25 setiap tahunnya jumlah kejadian kebakaran mengalami penurunan. Dimana
jumlah kejadian kebakaran gudang ditahun 2019 tidak pernah terjadi. Tetapi kejadian kebakaran lahan
tidak terdata.
Dari total kejadian kebakaran tersebut yang paling banyak adalah kejadian kebakaran permukiman
penduduk sebanyak 19 kejadian, menurun dari tahun 2018 yaitu 29 kejadian. Terbanyak kedua adalah
kebakaran Ruko yaitu 13 kejadian, meningkat dari tahun 2018 yaitu 5 kejadian. Lebih jelasnya lagi
kejadian kebakaran dapat dilihat pada table dibawah ini.
TAHUN
NO KEBAKARAN
2015 2016 2017 2018 2019
1 Permukiman 72 62 44 29 19
2 Ruko 20 3 26 5 13
II.52
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
3 Gudang 2 1 2 2 0
4 Mobil / Motor 2 1 2 0 3
5 Lahan 21 49 12 20 0
Total 233 116 86 56 35
Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak
F. Urusan Sosial
Persentase Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Mandiri terdapat peningkatan yang cukup
signifikan, dimana pada tahun 2018 realisasi mencapai 59,88% dan di tahun 2019 meningkat menjadi
60,50%. Tingginya hasil capaian dikarenakan komitmen dan kinerja ASN pada Dinas Sosial untuk
melaksanakan kegiatan dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakatan miskin
dan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Kota Pontianak.
60.50
59.88
2018 2019
Persentase
Penyandang Masalah
59.88 60.50
Kesejahteraan Sosial
Mandiri
Persentase Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial yang Aktif Dalam Penanganan Permasalahan
Kesejahteraan Sosial tahun 2019 sebesar 54%. dimana pada tahun 2018 realisasi mencapai 56,40%
penyebab turunya capaian realisasi penetapan target pada bantuan sarana prasarana panti asuhan
ditetapkan sebanyak 29 namun namun dari hasil monev terdapat 2 (dua) Panti asuhan/Panti Sosial yang
sudah tidak aktif lagi 2 (dua) panti asuhan/panti sosial yang fasilitas sarana prasarana sudah layak
sehingga tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan dan 1 (satu) panti asuhan/panti sosial
yang tidak ditemukan lagi alamatnya.sehingga jumlah yang dapat diberikan sebanyak 24 (dua puluh
empat) panti asuhan/panti sosial.
II.53
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 2. 40. Persentase Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial Yang Aktif Dalam Penanganan
Permasalahan Kesejahteraan Sosial
57.00
56.50 56.40
56.00
55.50
55.00
54.50
54.00 54.00
53.50
53.00
52.50
2018 2019
Persentase Potensi
Sumber
Kesejahteraan Sosial
yang aktif dalam 56.40 54.00
penanganan
Permasalahan
Kesejahteraan Sosial
Dalam pembahasan masalah ketenagakerjaan, penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) dibedakan
menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang bekerja atau
mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang mengurus rumah tangga
atau mereka yang sedang sekolah. Persentase usia yang bekerja yang biasa dinamakan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menjadi salah satu indikator ketenagakerjaan yang menjadi salah
satu ukuran mengenai ketenagakerjaan. Disamping TPAK, persentase pengangguran juga merupakan
ukuran ketenagakerjaan yang penting karena ukuran ini memberikan informasi persentase penduduk
yang menganggur atau sedang mencari pekerjaan. Angka-angka tersebut secara makro dapat
digunakan oleh stake holder untuk perencanaan maupun evaluasi program pembangunan. Sementara
itu, untuk mendalami masalah ketenagakerjaan memang diperlukan penelitian yang lebih dalam baik
pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pontianak *data tahun 2016 tidak tersedia
II.54
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, kondisi penduduk usia kerja di Kota Pontianak dapat dilihat seperti
pada tabel di atas. Dalam tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase angkatan kerja di Kota Pontianak
pada tahun 2019 adalah 61,62 persen dan sebanyak 38,37 persen termasuk bukan angkatan kerja. Ini
berarti di Kota Pontianak ada potensi 61,62 persen penduduk usia kerja yang sudah atau perlu
dikaryakan meningkat 0,43 persen dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 61,19 persen. Namun
masih dibawah persentase angkatan kerja tahun 2017 yang mencapai 63,66 persen.
Pengangguran terbuka merupakan persentase penduduk yang tidak bekerja dan sedang mencari
pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, termasuk pula penduduk yang sudah diterima
bekerja namun belum mulai bekerja. Pada tahun 2019, tingkat pengangguran terbuka Kota Pontianak
adalah 5,63 persen. Ini artinya terdapat sekitar 5,63 persen dari penduduk usia kerja yang menganggur.
Jika diamati, angka ini cenderung lebih besar daripada tahun 2014 yang angkanya hanya 4,19 persen.
Banyak faktor yang menyebabkannya, namun yang paling utama adalah kurang tersedianya lapangan
usaha yang tepat untuk para penganggur. Perlu riset lebih detail mengenai hal ini jika ingin melihat
fenomena ini lebih dalam. Namun demikian dapat diasumsikan bahwa kesimpulan sementara seperti
berikut: oleh karena Kota Pontianak adalah salah satu tujuan utama para pencari kerja di Kalimantan
Barat, dan dari tahun ke tahun pencari kerja semakin meningkat, sementara lapangan usaha yang
ditawarkan cenderung stabil, atau kurang cocok dengan latar belakang pencari kerja, maka pada
akhirnya jumlah/persentase pengangguran semakin meningkat. Di sisi lain, adanya efisiensi beberapa
perusahaan di Kota Pontianak mengakibatkan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja.
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah lainnya terkait Urusan Ketenagakerjaan dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini:
IKM Lama Rata-Rata Waktu Pelayanan di tahun 2017 selama 2 hari, dan peningkatan di tahun 2018
menjadi selama 1 hari, kemudian mengalami peningkatan lagi di tahun 2019 menjadi selama 6,5 jam
per hari.
Besaran Kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB) di tahun 2017 sebesar 43,02%, dan
meningkat di tahun 2018 sebesar 50,53%, kemudian mengalami penurunan di tahun 2019 menjadi
37,35%. Penurunan terjadi karena Kasus Perselisihan Hubungan Industrial pada tahun 2019 telah
dilimpahkan kepada Mediator di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat
Besaran Pekerja/ Buruh yang menjadi peserta program Jamsostek aktif di tahun 2017 sebesar 15,44%,
dan realisasi masih sama di tahun 2018 sebesar 42,07%, kemudian mengalami peningkatan lagi di
tahun 2019 menjadi 61,72%.
II.55
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Jika dilihat dari jenisnya, untuk pengaduan kasus anak pada tahun 2019 terdapat zero kasus adalah
anak jalanan, Kekerasan seksual, mediasi anak asuh, anak terlantar, anak punk, kabur dari rumah, dan
perebutan hak kuasa asuh.
Secara keseluruhan terjadi peningkatan jumlah kasus pengaduan yakni kasus anak pada tahun 2019
(Tabel 2.29) yaitu 76 kasus jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang hanya 8 kasus. Dengan data ini
perlu dilakukan upaya yang lebih baik untuk mencegah terjadinya kasus anak di Kota Pontianak.
Tabel 2. 35. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Urusan KetenagakerjaanData Pengaduan Kasus
Anak Kota Pontianak
Tahun
No Jenis Kasus
2015 2016 2017 2018 2019
1 Anak Jalanan 0 2 0 0 0
2 Kekerasan Seksual 24 9 6 5 0
3 Trafficking 9 3 1 0 1
4 KDRT 0 2 9 1 14
5 Mediasi Anak Asuh 0 1 0 0 0
6 Anak Terlantar 1 1 0 2 0
7 Anak Punk 0 2 0 0 0
8 Pencurian 4 0 0 0 9
9 Kasus Media Sosial 1 0 0 0 1
10 Kabur dari Rumah 0 0 0 0 0
11 Pencabulan 0 0 3 0 37
12 Hak Kuasa Asuh 0 0 4 0 0
13 Bullying 0 0 1 0 8
14 Eksploitasi 0 0 0 0 2
15 Prostitusi 0 0 0 0 4
Jumlah 39 20 24 8 76
Sumber : Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kota Pontianak
Dari data pengaduan kasus perempuan di Kota Pontianak tahun 2019 (Tabel 2.30) seluruhnya terjadi
di dalam rumah tangga atau KDRT yaitu sebesar 13 kasus, meningkat 9 kasus jika dibandingkan dengan
pengaduan pada tahun 2018 yang terjadi hanya 4 kasus. Tentu ini harus menjadi perhatian khusus dari
Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak untuk
menjadikan rumah tempat yang aman bagi perempuan dan anak di Kota Pontianak dengan penguatan
kader.
Tahun
No Jenis Kasus
2015 2016 2017 2018 2019
1 Kekerasan Seksual 1 0 0 0 0
2 Trafficking 14 0 0 0 0
3 KDRT 2 2 3 4 13
4 Perempuan Terlantar 1 3 0 0 0
II.56
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tahun
No Jenis Kasus
2015 2016 2017 2018 2019
5 Pencabulan 0 0 0 0 0
6 Hak Kuasa Asuh 0 0 0 0 0
Jumlah 18 5 3 4 13
Sumber : DPA2KB
C. Urusan Pangan
Tahun 2019 persentase Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita memiliki realisasi 133,17% jika
dibanding tahun 2018 yaitu 183,53 dan realisasi tahun 2017 yaitu 145,03, pencapaian kinerja indikator
ini sudah melebihi target Kota Pontianak dan juga telah melebihi target yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat. Secara grafis untuk pencapaian di tahun 2019 memang mengalami penurunan jika dibanding
dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun jika dilihat dari target minimal ketersediaan energy dan protein
di Kota Pontianak cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
200
180 183.53
160
140 145.03
133.17
120
100
80
60
40
20
0
2017 2018 2019
Persentase Ketersediaan Energi dan
145.03 183.53 133.17
Protein Perkapita
Tahun 2019 persentase Penigkatan Skor Pola Pangan Harapan memiliki realisasi 95,90% jika dibanding
tahun 2018 yaitu 96,50 dan tahun 2017 yaitu 90,90 indikator ini mengalami penurunan dikarenakan
penurunan jumlah ketersediaan masing-masing jenis bahan pangan di Kota Pontianak yang antara lain
disebabkan oleh penurunan jumlah pasokan akibat cuaca.
II.57
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
97
96.5
96 95.9
95
94
93
92
91 90.9
90
89
88
2017 2018 2019
Persentase Peningkatan Skor Pola Pangan
90.9 96.5 95.9
Harapan
Tahun 2019 indikator Produktivitas Padi memiliki realisasi 30,96% jika dibanding tahun 2018 yaitu
35,87% dan realisasi tahun 2017 yaitu 34,4% pencapaian kinerja indikator ini sudah melebihi target
Kota Pontianak. Secara grafis untuk pencapaian di tahun 2019 memang mengalami penurunan jika
dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan salah satu upaya Dinas Pangan
Pertanian dan Perikanan Kota Pontianak dalam upaya meningkatkan produksi, produktivitas serta
Indeks Pertanaman (IP) tanaman padi di Kota Pontianak adalah melalui penanaman padi di luar musim
(padi gadu), dengan support sarana produksi pertanian kepada petani. Hal ini dilakukan karena petani,
khususnya petani padi di Kota Pontianak hanya terbiasa menanam padi di musim besar (padi
rendengan).
250
218.21
200 197.93
190.5
150
140 141 140
100
50
34.4 35.87 30.9
0
2017 2018 2019
Produktifitas Padi 34.4 35.87 30.9
Produktifitas Ubi Kayu 190.5 218.21 197.93
Produktifitas Keladi 140 141 140
Untuk tahun 2019 pelaksanaan penanaman padi gadu mengalami kendala, dimana realisasi bantuan
padi gadu baru tersalurkan di bulan September (penanaman padi gadu biasanya dilaksanakan antara
bulan April – Mei). Hal ini disebabkan karena Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Pontianak
menunggu perubahan nomenklatur untuk kode anggaran Belanja barang yang akan diserahkan kepada
masyarakat. Akibat dari keterlambatan ini, realisasi tanam padi gadu mengalami penurunan dimana dari
target 60 hektar, realisasi hanya sekitar 40 Ha.
II.58
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tahun 2019 untuk indikator Produktivitas Ubi Kayu memiliki realisasi 197,93% jika dibanding tahun 2018
yaitu 218,21% dan realisasi tahun 2017 yaitu 190,5%. Secara grafis untuk pencapaian di tahun 2019
memang mengalami penurunan jika dibanding dengan tahun 2018, hal ini dikarenakanTanaman ubi
kayu banyak ditanam di kecamatan Pontianak Barat yang merupakan komoditas pangan yang banyak
ditanam oleh petani selain padi. Manajemen kebun ubi kayu di Kecamatan Pontianak Barat sudah
terbentuk sejak lama, sehingga petani dapat melakukan panen secara berjenjang sepanjang tahun.
Salah satu ciri khas tanaman ubi kayu adalah rentan terhadap cuaca panas dalam jangka waktu lama
terutama pada saat tanaman muda dan umbi ubi kayu yang tidak tahan terhadap cekaman air dalam
jangka waktu yang lama. Hal ini yang menyebabkan produktivitas tanaman ubi kayu di tahun 2019
mengalami penurunan dimana pada akhir tahun terdapat curah hujan dengan intensitas yang sangat
tinggi yang menyebabkan beberapa petani gagal panen.
Indikator Produktivitas Keladi tahun 2019 memiliki realisasi 140%; tahun 2018 yaitu 141% dan realisasi
tahun 2017 yaitu 140%. Secara grafis untuk pencapaian di tahun 2019 memang mengalami penurunan
jika dibanding dengan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan tanaman keladi merupakan komoditas
pangan unggulan bagi petani yang ada di Kecamatan Pontianak Utara. Mayoritas tanaman keladi yang
ada di Kecamatan Pontianak Utara dibudidayakan di sekitaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di
Kelurahan Batu Layang. Pada tahun 2019 terjadi penurunan produktivitas keladi sebesar 1%,
disebabkan gagal panen sebagian lahan keladi yang ada di sebelah Barat TPA Batu Layang dikarenakan
lahan tersebut terendam oleh air lindian dari TPA.
D. Urusan Pertanahan
Pada Tahun 2017, terdapat pengaduan 9 kasus, dan hanya sebanyak 7 kasus atau 77,77% yang dapat
diselesaikan. Pada Tahun 2018, terdapat pengaduan 4 kasus dan hanya sebanyak 1 kasus atau 25%
yang dapat diselesaikan. Pada Tahun 2019, terdapat pengaduan 7 kasus, dan dapat diselesaikan
seluruhnya atau 100%. Selain itu penyelesaian pengaduan untuk tahun 2017 ada 2 kasus dan
penyelesaian pengaduan untuk tahun 2018 ada 3 kasus. Sehingga jumlah pengaduan yang diselesaikan
pada Tahun 2019 sebanyak 12 kasus.
120
100 100
80 77.77
60
40
20 25
0
2017 2018 2019
Persentase Penurunan Konflik, Sengketa
77.77 25 100
dan Masalah Pertanahan
Sumber: Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Pontianak, 2020
II.59
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energy dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi dengan baik
sesuai dengan peruntukkannya.
Dalam upaya peningkatan kualitias lingkungan yang bersih perlu diperhatikan beberapa faktor yang
menjadi penyebab kerusakan lingkungan hidup. Selain itu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat
perlu adanya ketertiban dilingkungan, sehingga tercipta kerjasama antar masing-masing masyarakat.
Tabel 2. 37. Perkembangan Kasus dan Penyelesaian Pencemaran di Kota Pontianak Tahun 2015-
2019
Jumlah kasus pencemaran yang diterima dan ditangani oleh Badan Lingkungan Hidup tahun 2015
sampai dengan 2019 bervariasi, diamana tahun 2015 jumlah kasus dugaan pengaduan masyarakat
akibat adanya pencemaran sebanyak 19 kasus, meningkat hingga 33 kasus pada tahun 2017, sempat
turun ditahun 2018 menjadi 17 kasus namun meningkat kembali ditahun 2019 menjadi 27 kasus.
Kegiatan pemantauan kualitas udara ambient ini dilakukan dalam upaya memperoleh data kualitas
udara ambient Kota Pontianak bulanan dengan 6 parameter yaitu PM 10, SO2, CO, O3, NO2, HC dan
PM 25. Selain itu juga dilakukan kaliberasi peralatan Fix Station dan pengadaan suku cadang AQMS
dan pengambilan uji petik emisi kendaraan bermotor. Dengan tersedianya data kualitas udara tersebut
dapat memberikan informasi dan peringatan dini kepada masyarakat terhadap perubahan kualitas
udara ambient terutama pada musim kemarau, serta sebagai bahan/ data untuk pengendalian
pencemaran udara ambient Kota Pontianak.
Pada saat ini Pemerintah Kota Pontianak telah memiliki Gedung Laboratorium Lingkungan untuk uji
emisi dilapangan, Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) laboratorium lingkungan seluas 10 M3 dan
pengadaan mobil laboratorium lingkungan serta sarana dan prasarana pemantauan kualitas air,
sehingga memudahkan dalam melakukan pengkajian/analisis beban pencemaran/ tingkat kerusakan
kualitas lingkungan hidup berdasarkan hasil pemantauan kualitas air dan pemantauan kualitas udara
ambient tersebut. Rata-rata parameter pencemar udara dari tahun 2015 sampai dengan 2019 dapat
dilihat pada table dibawah ini:
II.60
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 38. Jumlah Rata-Rata Parameter Pencemar Udara di Kota Pontianak Tahun 2015 – 2019
Tahun
No Indikator
2015 2016 2017 2018 2019
4 O3 - - 1,61 22,2 -
Tahun 2015 jumlah produksi sampah sebanyak 612.047 m3/tahun dengan jumlah volume sampah yang
terangkut ke TPA sebanyak 52.341 m3/tahun atau jumlah sampah yang dapat diangkut sebesar 8,55%,
jika dibandingkan dengan tahun 2019 telah terjadi peningkatan yang signifikan dimana produksi sampah
sebanyak 1.834.396 m3/tahun dengan jumlah volume sampah yang terangkut ke TPA hanya sebanyak
1.619.000 m3/tahun atau 88,26% jumlah sampah yang dapat terangkut ke TPA . Untuk lebih jelas
melihat perkembangan pengelolaan sampah selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 2. 39. Perkembangan Pengelolaan Kebersihan Di Kota Pontianak Tahun 2015 – 2019
Prosentase Berkurangnya Volume Pembuangan Sampah ke Lokasi TPA telah berkurang dari 100%
ditahun 2017 dan 2018 telah mencapai 86,69% ditahun 2019. Capaian ini belum sesuai target sebesar
82% karena program dan kegiatan tidak langsung berdampak pada hasil, namun masih sebatas kajian
dan sosialisasi.
II.61
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
105
95
90
86.69
85
80
2017 2018 2019
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak, 2020
Jumlah penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil didapatkan berdasarkan jumlah penduduk
yang teregistrasi baik menggunakan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP) maupun dari
identitas lainnya yang tinggal di Kota Pontianak dalam kurun waktu tertentu.
Jumlah penduduk Kota Pontianak berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun
2018 yaitu sebanyak 665.694 jiwa. Jika dilihat dari Kecamatannya, jumlah penduduk yang paling banyak
berada di Kecamatan Pontianak Barat yaitu sebanyak 149.934 jiwa atau sebesar 22,52% dari jumlah
penduduk total, dilanjutkan oleh Kecamatan Pontianak utara sebanyak 143.337 jiwa atau sebesar
21,53% dari jumlah penduduk total, kemudian terbanyak ketiga adalah kecamatan Pontianak Kota
sebanyak 126.521 jiwa atau sebesar 19,01% dari jumlah penduduk total, keempat adalah Kecamatan
Pontianak Timur dengan penduduk sebanyak 102.587 jiwa atau sebesar 15,41% dari jumlah penduduk
total, kelima adalah Kecamatan Pontianak Selatan dengan penduduk sebanyak 94.097 jiwa atau
sebesar 14,14% dari jumlah penduduk total dan terakhir adalah Kecamatan Pontianak Tenggara
dengan penduduk sebanyak 49.218 jiwa atau sebesar 7.39% dari jumlah penduduk total.
Tabel 2. 40. Realisasi Indikator Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak
Tahun 2015 hingga 2019
2 Rasio Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk 95,04 88,59 95,56 85,61 97,67
(KTP)
3 Rasio Kepemilikan Kutipan Akta Kelahiran 89,12 91,53 92,59 94,08 90,19
Pada tahun 2015 angka rasio kepemilikan Kartu Keluarga (KK) tercatat memiliki angka realisasi sebesar
99,07%. Angka ini menurun pada tahun 2016 menjadi 94,32%, kemudian kembali meningkat menjadi
97,84% pada yahun 2017. Di tahun 2019, realisasi rasio kepememilikan kartu keluarga (KK) tercatat
II.62
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
sebesar 98,19%. Data di atas menunjukkan bahwa trend angka realisasi rasio kepemilikan Kartu
Keluarga (KK) sempat turun pada tahun 2016, namun terus mengalami perbaikan pada tahun 2017,
2018 dan 2019. Hal ini menunjukkan bahwa program sosialisasi administrasi kependudukan, baik yang
dilaksanakan melalui media cetak, media elektronik maupun dalam berbagai event yang dilaksanakan
berdampak efektif. Di samping itu, evaluasi program dan kegiatan terkait pelayanan administrasi
kependudukan juga membuahkan hasil yang positif.
Pada tahun 2015 angka rasio kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) tercatat memiliki angka realisasi
sebesar 95,04%. Angka ini menurun menjadi 88,59% pada tahun 2016 pada tahun 2017 95,56% dan
pada tahun 2018 85,61%. Di tahun 2019, realisasi rasio kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
tercatat sebesar 97,67%. Data di atas menunjukkan bahwa trend angka realisasi rasio kepemilikan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) mengalami penurunan dari tahun 2015 ke tahun 2016, namun sempat
mengalami perbaikan pada tahun 2017. Kemudian angka ini kembali mengalami penurunan di tahun
2018 dan kembali mengalami perbaikan pada tahun 2019. Fluktuasi angka realisasi rasio kepemilikan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) berhubungan dengan ketersediaan blanko KTP Elektronik yang masih
terkait dengan wewenang pemerintah pusat.
Pada tahun 2015 angka rasio kepemilikan Kutipan Akta Kelahiran tercatat memiliki angka realisasi
sebesar 89,12%. Angka ini terus meningkat pada tahun 2016 menjadi 91,53%, kemudian kembali
meningkat menjadi 92,59% pada tahun 2017 dan 94,08% pada tahun 2018. Di tahun 2019, realisasi
rasio kepememilikan kepemilikan Kutipan Akta Kelahiran tercatat sebesar 90,19%. Data di atas
menunjukkan bahwa trend angka realisasi rasio kepemilikan Kutipan Akta Kelahiran terus meningkat
sepanjang tahun 2015 hingga 2018 dan mengalami penurunan pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan
bahwa berbagai kegiatan percepatan pembuatan akta kelahiran, baik dari segi pelayanan di lokasi-
lokasi tertentu hingga pelayanan dengan bentuk kerja sama dengan klinik bersalin, puskesmas, rumah
sakit dan bidan praktek menunjukkan hasil yang positif.
Pada tahun 2015 angka cakupan kepemilikan akta kematian tercatat memiliki angka realisasi sebesar
65,68%. Angka ini terus meningkat pada tahun 2016 menjadi 75,06%, kemudian kembali meningkat
menjadi 75,94% pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 menjadi 79,76%. Di tahun 2019, realisasi rasio
kepememilikan kepemilikan Kutipan Akta Kelahiran tercatat sebesar 79,08%. Data di atas menunjukkan
bahwa trend angka realisasi rasio kepemilikan Kutipan Akta Kelahiran terus meningkat sepanjang tahun
2015 hingga 2018 dan menurun di tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan berbagai
pencatatan peristiwa kematian yang diselenggarakan berjalan baik dan berdampak positif terhadap
target kinerja.
Tingkat keakurasian data kependudukan mulai dicatat sebagai indikaor kinerja pada 2017. Pada tahun
2017 angka tingkat keakurasian data kependudukan tercatat memiliki angka realisasi sebesar 99,44%
dan pada tahun 2018 sebesar 99,58. Angka ini terus meningkat pada tahun 2019 menjadi 99,97%.
Data di atas menunjukkan bahwa trend angka realisasi Tingkat keakurasian data kependudukan
meningkat dari tahun 2017 hingga 2019. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai kegiatan peningkatan
akurasi data kependudukan yang diselenggarakan berjalan baik dan berdampak positif terhadap target
kinerja.
II.63
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat merupakan Pusat Perhatian dalam Proses Pembangunan
saat ini sebagaimana yang di atur dalam Pedoman Umum Pengelolaan Pembangunan, dalam rangka
mendukung pelaksanaan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, di mana Pembangunan yang dilaksanakan
menggunakan Paradigma Pemberdayaan, artinya pelaksanaan pembangunan sangat diperlukan
partisipasi aktif masyarakat, baik dalam perencanaan pelaksanaan dan pengendalian pembangunan
pada umumnya.
Upaya pemberdayaan masyarakat Kota Pontianak dilakukan dengan melalui kegiatan pembinaan bulan
bakti gotong royong mayarakat yang dilaksanakan selama bulan mei setiap tahunnya, yang terdiri dari
4 bidang yaitu;
1. Bidang Kemasyarakat yang dilakukan berupa rapat koordinasi, perbaikan 100 gang dan
perbaikan MCK.
2. Bidang Lingkungan Hidup yang dilakukan berupa rapat koordinasi, pengelolaan lingkungan,
Amdal, UKL dan UPL serta pengelolaan kebersihan dan ruang terbuka hijau.
3. Bidang Sosial Budaya yang dilakukan berupa rapat koordinasi, penyuluhan tentang narkoba dan
kenakalan remaja.
4. Bidang Ekonomi yang dilakukan berupa rapat koordinasi, kemitraan masyarakat dan pemerintah
dalam meningkatkan kegiatan ekonomi sehingga penghasilan dan kesejahteraan masyarakat
dapat meningkat.
Selain itu juga dalam rangka meningkatkan kapasitas dan keterampilan masyarakat dilaksanakan
berbagai macam kursus/diklat keahlian seperti kursus reparasi hp, kursus rias pengantin, tata rias
rambut/salon dengan bekerjasama dengan praktisi/tenaga ahli di bidangnya. Diharapkan dengan bekal
keahlian dan keterampilan tersebut dapat menjadi bekal bagi masyarakat untuk merintis usaha dan
membuka lapangan kerja baru sehingga lebih berdaya.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Pontianak menjadi indikator pelayanan umum untuk urusan
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana yang dilaksanakan oleh Dinas Pengendalian
Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Pontianak dengan taget angka
1,7 ditahun 2019. Dari data Badan Pusat Statistik Kota Pontianak diperoleh data laju pertumbuhan
penduduk tahun 2017 sebesar 1,4%, 2018 sebesar 1,7% dan tahun 2019 sebesar 1,4%, hal ini
menunjukkan keberhasilan kinerja dari Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kota Pontianak dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.
Peserta KB Baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan metode
kontrasepsi termasuk mereka yang pasca keguguran, sesudah melahirkan, atau pasca istirahat minimal
3 bulan. Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur yang pada saat ini masih menggunakan salah
satu cara/alat kontrasepsi.
II.64
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Dilihat dari trennya dari tahun ke tahun jumlah peserta KB baru selalu mengalami penurunan. Jika pada
tahun 2017 jumlah peserta KB Baru adalah 9.625, menurun menjadi 8.322 pada tahun 2019. Ini
menggambarkan bahwa masih banyak pasangan baru yang baru memiliki anak pertama tidak
menggunakan KB setelah melahirkan, akan tetapi peserta KB yang menggunakan KB dalam waktu
jangka panjang terus meningkat. Untuk tahun 2019 saja, jumlah peserta KB aktif di Kota Pontianak
sebanyak 71.116 peserta.
Untuk meningkatkan peserta KB Baru perlu diadakannya sosialisasi penggunaan KB kepada pasangan
baru menikah atau pasangan yang sedang mengandung anak pertama untuk segera menggunakan KB
setelah melahirkan. Berikut disajikan data perkembangan pasangan usia subur (PUS) di Kota Pontianak
per-Kecamatan:
Tahun
No. Kecamatan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Pontianak Utara 19.360 19.682 19.866 15.811 7.506
2 Pontianak Selatan 15.253 15.454 15.619 16.948 15.811
3 Pontianak Timur 15.499 15.712 15.805 22.409 22.685
4 Pontianak Barat 20.586 21.487 21.885 20.162 20.287
5 Pontianak Kota 16.500 17.077 17.200 17.433 17.664
6 Pontianak Tenggara 7.184 7.185 7.295 7.389 16.949
Kota Pontianak 94.382 96.597 97.670 100.152 100.902
Sumber : BPA2KB
Dari data diatas terlihat terus meningkatnya jumlah pasangan usia subur se-Kota Pontianak. Pada tahun
2019 terjadi peningkatan yag cukup besar terjadi di Kecamatan Pontianak Tenggara dengan jumlah
16.949 orang jika dibandingkan dengan jumlah tahun 2018 sejumlah 7.389 orang, meningkat 9.560
orang. Data ini perlu menjadi perhatian untuk dilakukannya sosialisasi penggunaan KB.
I. Urusan Perhubungan
Mengingat Sistem transportasi merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh suatu kota, yang memiliki
banyak aktivitas dan banyak penduduk. Sistem transportasi juga merupakan hal yang krusial dalam
menentukan keefektifan suatu kota. Pergerakan penduduk dan aktivitas ekonomi yang menggerakkan
kota sangat bergantung pada sistem transportasi.
1. Kualitas pelayanan umum urusan perhubungan dapat dilihat diantaranya dari indikator sebagai
berikut:
2. Tingkat Kinerja Pelayanan Ruas Jalan (Kelancaran Lalu Lintas) Kota Pontianak.
3. Tingkat Ketersediaan Fasilitas Pendukung Lalu Lintas.
4. Persentase Angkutan Umum, Online, dan Barang yang Lulus Uji KIR.
5. Tingkat Ketersediaan Fasilitas Angkutan Sungai dan Penyeberangan
II.65
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Berdasarkan tabel di atas untuk Indikator Tingkat Kinerja Pelayanan Ruas Jalan (Kelancaran Lalu Lintas)
Kota Pontianak untuk tahun 2017 dan 2018 dengan nilai realisasi B sedangkan untuk tahun 2019
mengalami penurunan dengan nilai capaian C.
Untuk Indikator Tingkat Ketersediaan Fasilitas Pendukung Lalu Lintas selalu mengalami peningkatan
dimana tahun 2017 tercapai 82,01%, tahun 2018 tercapai 83,79%, dan 2019 mencapai 89,90%.
Untuk Indikator Persentase Angkutan Umum, Online, dan Barang yang lulus uji KIR secara umum
mengalami penurunan dimana pada tahun 2017 dengan realisasi 91,27%, pada tahun 2018 sebesar
78,39% dan tahun 2019 sebesar 78,62%.
Indikator Tingkat Ketersediaan Fasilitas Angkutan Sungai dan Penyeberangan realisasi tahun 2017 dan
2018 sebesar 70% dan ada peningkatan tahun 2019 menjadi 73,34%.
Pelayanan umum Urusan Komunikasi dan Informatika dapat dilihat capaiannya pada indikator dibawah
ini:
1. Persentase (%) Organisasi Perangkat Daeah (OPD) yang menerapkan e-government dengan
pencapaian kinerja dari tahun 2017 sebesar 86,26% meningkat sampai dengan 2019 sebesar
100% ini menujukan bahwa kinerja pada sasaran ini dapat di capai dengan sangat baik.
2. Persentase (%) pelayanan online yang bisa di akses masyarakat dalam perkembangan capaian
dari tahun 2017 sebesar 80% sampai dengan tahun 2018 sebesar 90% dan untuk tahun 2019
capaian menurun menjadi 70%, namun secara keseluruhan dapat di ketegorikan sangat baik.
Tabel 2. 44. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Urusan Komunikasi dan Informatika
Persentase (%) Organisasi Perangkat Daeah (OPD) yang 86,26% 92,82% 100%
menerapkan e-government
Persentase (%) pelayanan online yang bisa di akses masyarakat 80,00% 90,00% 70,00%
II.66
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Kinerja pelayanan umum pada urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dapat dilihat pada
beberapa indikator dibawah ini:
Tabel 2. 45. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Persentase pertumbuhan industri kreatif, dimana Realisasi Indikatornya di Tahun 2016 pencapaian
indikator sebesar 12%, Tahun 2017 pencapaian indikator sebesar 18,51%, Tahun 2018 menjadi
sebesar 21,95%. Tahun 2019 pencapaian indikator Persentase pertumbuhan industri kreatif sebesar
15,79 %.
Persentase Koperasi aktif di Tahun 2016 sebesar 92,33%, Tahun 2017 pencapaian indikator sebesar
95,94%, Tahun 2018 mengalami penurunan menjadi sebesar 95,90% dan Pada Tahun 2019
pencapaian indikator persentase koperasi aktif sebesar 95,40%.
Tahun 2016 pencapaian indikator Jumlah Usaha Mikro yang naik kelas sebanyak 3 usaha, Tahun 2017
pencapaian indikator sebanyak 4 usaha, Tahun 2018 pencapaian indikator sebanyak 7 usaha, dan
Tahun 2019 pencapaian indikator Jumlah Usaha Mikro yang naik kelas sebanyak 10 Usaha yaitu : 1.
Ayam Penyet Ibu Nina; 2. Ayam Geprek Murni Sari; 3. Kopi Aming; 4. Kopi Tiam; 5. Jeruju Meubel; 6.
Kopi surya; 7. Bebek budjang; 8. lokale kopi; 9. Givie dessert; dan 10. Rumah makan asam pedas pak
amat. atau dibandingkan target sebesar 100%.
Persentase bulan dengan harga stabil, Realisasi Indikatornya di Tahun 2017 pencapaian indikator
Persentase bulan dengan harga stabil sebesar 100% , Tahun 2018 pencapaian indikator Persentase
bulan dengan harga stabil sebesar 100%. Tahun 2019 pencapaian indikator Persentase bulan dengan
harga stabil sebesar 100%.
Jumlah Pasar Rakyat yang berSNI Realisasi Indikatornya di Tahun 2016 tidak ada karena perubahan
indikator dari semula Prosentase pemanfaatan kios/los pasar tradisional Tahun 2015 sebesar 81,95%
dan Tahun 2016 sebesar 87% menjadi Jumlah Pasar Rakyat yang berSNI pada Tahun 2017 sebanyak
II.67
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
1(satu) pasar yaitu Pasar Flamboyan. Dan pada tahun 2019 Pasar Rakyat yang berSNI tetap 1 ( satu )
pasar yaitu Pasar Flamboyan.
Kinerja pelayanan umum Urusan Penanaman Modal dilaksanakan oleh Dinas Penanaman Modal,
Tenaga Kerja Dan Pelayaan Terpadu Satu Pintu Kota Pontianak melalui indikator Persentase
Peningkatan Investasi Daerah (PMA/ PMDN), diperoleh data sebagaimana tabel dibawah ini:
Sumber: Dinas Penanaman Modal, Tenaga Kerja Dan Pelayaan Terpadu Satu Pintu Kota
Pontianak
Dari tabel diatas, terlihat bahwa target pada indikator kinerja utama pada sasaran Persentase
Peningkatan Investasi Daerah (PMA/ PMDN) dengan target 9%, dimana realisasi indikatornya di tahun
2017 sebesar 4,35% dan realisasi mengalami peningkatan di tahun 2018 sebesar 6,20%, kemudian
mengalami peningkatan di tahun 2019 sebesar 33,94%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan Realisasi di tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2018.
Kinerja pelayanan umum Urusan Kepemudaan dan Olahraga dilaksanakan oleh Dinas Peningkatan
Prestasi Olahraga tingkat Propinsi/Nasional dinilai dari Persentase pemuda yang berprestasi di tingkat
Provinsi/Nasional sebesar 85% dan Jumlah medali yang diperoleh ditingkat Kab/Kota dan
Propinsi/Nasional sejumlah 83 medali.
N. Urusan Statistik
Kinerja pelayanan umum Urusan Statistik dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Pontianak dan diukur dari indikator Persentase Perangkat Daerah Yang Data Sektoralnya Sudah
Terintegrasi dengan Portal Data Kota Pontianak, sebagaimana tabel dibawah ini:
Persentase Organisasi Perangkat Daerah yang data sektoral 80,00% 85,00% 85,00%
sudah terintegrasi dengan Website Kota Pontianak
Persentase Organisasi Perangkat Daerah yang data sektoral sudah terintegrasi dengan Website Kota
Pontianak dengan capaian tahun 2017 sebesar 80% sampai dengan 2018 sebesar 85% hingga tahun
2019 juga sebesar 85%.
II.68
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
O. Urusan Kebudayaan
Pembangunan kebudayaan di Kota Pontianak tidak hanya bertujuan untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan untuk mencapai standar tertentu, namun juga untuk memanfaatkan
kekayaan khasanah seni dan budaya dalam bidang ekonomi khususnya pendukung pariwisatadaerah.
Kekayaan budaya merupakan potensi ekonomi kreatif yang apabila dikelola dapat menciptakan
lapangan kerja, dan mengentaskan kemiskinan.
Gelombang ekonomi keempat (fourth wave economic) yang kini tengah memasuki peradaban dunia di
mana kesejahteraan manusia tidak lagi ditopang oleh sektor pertanian ataupun manufaktur, tetapi lebih
ditopang dari karya kreativitas, keahlian, dan bakat individu yang berakar dari karya budaya. Dalam
rangka pengembangan nilai budaya, Pemerintah Kota Pontianak mendorong berdirinya berbagai
macam sanggar seni budaya di masyarakat. Saat ini telah terbentuk sanggar seni dan budaya sejumlah
136 dengan 9 jenis sanggar dan seni budaya. Akan tetapi akibat keterbatasan sumberdaya dan sumber
dana yang ada, baru 102 sanggar seni budaya atau 75% saja yang mendapatkan pembinaan dari
Pemerintah Kota Pontianak.
Pembangunan kebudayaan di Kota Pontianak tidak hanya bertujuan untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan untuk mencapai standar tertentu, namun juga untuk memanfaatkan
kekayaan khasanah seni dan budaya dalam bidang ekonomi khususnya pendukung pariwisata daerah.
Kekayaan budaya merupakan potensi ekonomi kreatif yang apabila dikelola dapat menciptakan
lapangan kerja, dan mengentaskan kemiskinan.
Selain melakukan pembinaan sanggar seni dan budaya, Pemerintah Kota Pontianak melakukan
pendataan dan pemantauan terhadap benda-benda yang memiliki nilai sejarah.
P. Urusan Perpustakaan
Untuk mendukung pelaksanaan urusan kearsipan, Pemerintah Kota Pontianak membentuk unit kerja
Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Pontianak yang bertugas mengelola arsip-arsip penting
daerah serta mengelola Perpustakaan daerah. Pelaksanaan pembangunan dibidang perpustakaan
tidak terlepas dari peningkatan minat baca masarakat, yang dapat diwujudkan dengan meningkatkan
ketersediaan jumlah buku yang ada diperpustakaan daerah dan taman bacaan yang dikelola oleh
masyarakat serta pemerintah Kota Pontianak. Selanjutnya untuk melihat perkembangan perpustakaan
daerah selama tahun 2015-2019, jika dilihat dari jumlah koleksi buku tahun 2015 sebanyak 28.628 buku
meningkat terus tahun 2017 jumlah buku menjadi 51.036 buku dan hingga tahun 2019 menjadi 73.384
buku. Juga tersedia koleksi karya rekam hingga tahun 2019 sejumlah 1.516 dan E-Book sejumlah 1.271.
Anggota perpustakaan meningkat dari tahun 2015 sejumlah 7.737 orang menjadi 13.831 orang ditahun
2019. Dan secara keseluruhan persentase kunjungan keseluruhan tahun 2018 dan 2019 adalah
88,02%
Tabel 2. 48. Data Peminjaman, Judul Buku, Jumlah Koleksi dan Data Pengunjung di Perpustakaan
dan Tempat Baca Yang Dikelola dan Dibina Pemerintah Kota Pontianak Tahun 2015 – 2019
Tahun
No Uraian Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah Koleksi Judul Buku Judul 8.003 8.530 9.024 7.149 8.864
Yang Dipinjam
2 Pengguna Internet Buah 3.875 5.040 7.200 7.920 9.821
3 Anggota Perpustakaan Orang 7.737 9.200 10.756 11.888 13.831
II.69
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tahun
No Uraian Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
3 Jumlah judul buku yang baru Judul 11.886 18.919 23.062 25.306 31.379
4 Jumlah Koleksi Jumlah Buku, Karya Rekam dan E-Book Yang Tersedia Di Perpustakaan
a. Buku Eks 28.628 42.694 51.036 59.181 73.384
b. Karya Rekam - 428 888 1.018 1.223 1.516
c. E-book Judul 416 1.025 1.025 1.025 1.271
5 Rata-rata pengunjung perhari di Orang 56 75 69 47 42
Perpustakaan Umum
6 Jumlah pengunjung Perpustakaan Pemerintah Kota Pontianak
A. Jumlah Pengunjung Perpustakaan Yang Dikelola Pemkot
a. Perpustakaan Umum Orang 19.946 25.010 24.522 16.780 15.398
Q. Urusan Kearsipan
Pelaksanaan pelayanan umum urusan kearsipan dilaksanakan oleh Dinas Perpustakaan Kota Pontianak
melalui kinerja persentase jumlah perangkat daerah yang menerapkan arsip secara baku telah
mencapai 100% pada tahun 2018 dan 2019. Dan untuk indikator persentase arsip yang diselamatkan
dan dilestarikan meningkat dari 80% ditahun 2015 telah mencapai 100% ditahun 2019.
A. Urusan Pariwisata
II.70
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Adapun sarana dan prasarana penunjang pariwisata di Kota Pontianak pada saat ini telah cukup
memadai antara lain dengan tersedianya 53 hotel dan sarana penunjang wisata lainnya seperti
restoran/rumah makan, souvenir shop dan fasilitas rekreasi dan hiburan umum lainnya. Dan Jumlah
produk seni berbasis ekonomi kreatif yang dilestarikan di tahun 2019 sebesar 405 jenis produk seni,
melebihi sedikit dari target yang ditetapkan yaitu 400 jenis produk seni.
B. Urusan Pertanian
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Produktifitas Sawi Produktifitas Bayam Produktifitas Kangkung Produktifitas Pepaya
2017 1264 848 1688 5318
2018 8334.7 1051 1928.7 10135
2019 1296.1 1134 2534.7 12585.4
Pada tabel diatas ditampilkan perbandingan capaian kinerja tahun 2019 dengan tahun 2018 dan 2017.
Realisasi tahun 2019 untuk indikator Produksi Sawi memiliki realisasi 1.296,1 ton jika dibanding tahun
2018 yaitu 8.334,7 ton dan realisasi tahun 2017 yaitu 1.264 ton. Secara grafis untuk pencapaian di
tahun 2019 memang mengalami penurunan jika dibanding dengan tahun 2018.
Indikator Produksi Bayam 2019 memiliki realisasi 1.134 ton jika dibanding tahun 2018 yaitu 1.051 ton
dan realisasi tahun 2017 yaitu 848 ton. Secara grafis untuk pencapaian di tahun 2019 mengalami
peningkatan jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Indikator Produksi Kangkung 2019 memiliki realisasi 2.534,7 ton jika dibanding tahun 2018 yaitu 1.928,7
ton dan realisasi tahun 2017 yaitu 1.688 ton. Secara grafis untuk pencapaian di tahun 2019 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi maupun produktivitas komoditas tanaman sayuran
(daun). Usia tanaman yang pendek, usaha tani yang intensif dari pengolahan tanah dan pemberian
nutrisi tanaman, prasarana pendukung budidaya yang baik serta kondisi cuaca yang bersahabat secara
otomatis akan meningkatkan hasil produksi dan produktivitas. Kondisi sebaliknya dapat menyebabkan
angka produksi dan produktivitas menjadi turun.
Indikator Produksi Pepaya 2019 memiliki realisasi 12.585,4 ton jika dibanding tahun 2018 yaitu 10.135
ton dan realisasi tahun 2017 yaitu 5.318 ton. Secara grafis untuk pencapaian di tahun 2019 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan
tanaman pepaya varietas California merupakan salah satu jenis papaya yang sedang digandrungi dan
mulai banyak dikebunkan para petani pada saat ini karena sangat menjanjikan keuntungan. Pepaya
California ini memiliki sifat dan keunggulan tersendiri yaitu buahnya tidak terlalu besar dengan bobot 0,8
– 1,5 kg/buah, berkulit hijau tebal dan mulus, berbentuk lonjong, buah matang berwarna kuning, rasanya
manis, daging buah kenyal dan tebal. Peningkatan produktivitas pada tanaman pepaya sebesar 24%
disebabkan karena tanaman pepaya yang ada tahun 2019 telah memasuki masa puncak dalam
II.71
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
menghasilkan buah (usia 1 – 2 tahun), termasuk pepaya varietas Merah Delima yang dikembangkan
oleh BPTP Kalimantan Barat.
25000000
20000000
19096000
15000000
10000000 10841527
9219480
5000000
0
2017 2018 2019
Produktifitas Lidah Buaya 9219480 10841527 19096000
Indikator Produksi Lidah Buaya 2019 memiliki realisasi 19.096.000 ton jika dibanding tahun 2018 yaitu
10.841.527 ton dan realisasi tahun 2017 yaitu 9.219.480 ton. Secara grafis untuk pencapaian di tahun
2019 mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya,
hal ini disebabkanLidah buaya merupakan komoditas unggulan dan spesifik lokasi yang ada di Kota
Pontianak.
C. Urusan Perdagangan
Tahun 2016 Jumlah Usaha Mikro yang naik kelas sebanyak 3 usaha, Tahun 2017 sebanyak 4 usaha,
Tahun 2018 sebanyak 7 usaha, dan Tahun 2019 Jumlah Usaha Mikro yang naik kelas sebanyak 10.
10
4
3
Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontinak, 2020
Tahun 2016 Persentase bulan dengan harga stabil sebesar 95%, Tahun 2017 Persentase bulan dengan
harga stabil sebesar 100% , Tahun 2018 Persentase bulan dengan harga stabil sebesar 100%. Tahun
2019 Persentase bulan dengan harga stabil sebesar 100%.
II.72
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
95
Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontinak, 2020
Jumlah Pasar Rakyat yang berSNI pada Tahun 2017 sebanyak 1(satu) pasar yaitu Pasar Flamboyan.
Dan hingga tahun 2019 Pasar Rakyat yang berSNI tetap 1 ( satu ) pasar yaitu Pasar Flamboyan.
1 1 1
Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontinak, 2020
Target pada indikator kinerja persentase koperasi aktif di tahun 2016 sebesar 92,33%, tahun 2017
pencapaian indikator sebesar 95,94%, tahun 2018 mengalami penurunan menjadi sebesar 95,90% dan
pada tahun 2019 pencapaian indikator persentase koperasi aktif sebesar 95,40%.
95.94 95.90
95.40
92.33
Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak, 2020
II.73
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
D. Urusan Perindustrian
Persentase pertumbuhan industri kreatif Tahun 2016 pencapaian indikator sebesar 12%, Tahun 2017
pencapaian indikator sebesar 18,51%, Tahun 2018 menjadi sebesar 21,95% dan Tahun 2019
pencapaian indikator Persentase pertumbuhan industri kreatif sebesar 15,79%.
21.95
18.51
15.79
12.00
Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontinak, 2020
Untuk mendukung pelaksanaan urusan Kelautan dan Perikanan, Dinas Pangan Pertanian dan
Perikanan Kota Pontianak melaksanakan 2 indikator kinerja dengan sasaran Meningkatnya Produksi
Hasil Perikanan yaitu Produksi Perikanan Tangkap dan Produksi Perikanan Budidaya, dengan rincian
sebagai berikut:
Produksi Perikanan Tangkap 2019 mencapai 777,23 ton meningkat jika dibanding tahun 2018 yang
hanya sebesar 378,18 ton dan tahun 2017 sebesar 757,43 ton. Hasil produksi perikanan tangkap masih
dalam kategori capaian cukup berhasil hal ini dikarenakan kewenangan untuk Kabupaten dan Kota
dalam UU No 23 tahun 2014 menyatakan kapal yang dibina dan dikelola hanya kapal ukuran 1-5GT
sehingga jangkauan wilayah tidak sampai ke laut lepas dan berpengaruh pada hasil produksi tangkapan.
Produksi Perikanan Budidaya 2019 hanya mencapai 232,89 ton, terus menurun jika dibanding tahun
2018 sebesar 378,18 ton dan tahun 2017 sebesar 543,57 ton.
II.74
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
II.75
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
dalam rangka memberikan dasar/guideline bagi pengambil keputusan untuk menetapkan berbagai
kebijakan yang terkait dengan pembangunan Kota Pontianak. Diharapkan setiap kebijakan
pembangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah kota Pontianak telah dikaji secara mendalam baik efek
positif ataupun dampak negatif yang mungkin timbul dari kebijakan tersebut sehingga tidak terjadi
tumpang tindah, ketidaksinkronan, ataupun kontra produktif.
B. Urusan Keuangan
Dalam pelaksanaan pelayanan umum Urusan Keuangan oleh Badan Keuangan Daerah Kota Pontianak
untuk mewujudkan Pelayanan Administrasi Keuangan SKPD yang transparan dan tepat waktu diukur
melalui indikator Persentase Pelayanan Administrasi Keuangan SKPD yang sesuai Standar Operasional
Prosedur (SOP), dengan capaian yang teru meningkat dari 85,35% pada tahun 2017, menjadi 99,57%
pada tahun 2018 dan terus meningkat menjadi 99,80% ditahun 2019.
Pengelolaan Aset Yang Optimal diukur melalui 2 (dua) indikator yaitu Persentase Bidang Tanah dan
Bangunan Milik Daerah Yang Digunakan Sesuai Peruntukan yang telah mencapai 99,85% pada tahun
2019 meningkat dari tahun 2017 dan 2018 dengan persentase masing-masing sebesar 99,72% dan
99,78% serta Persentase Aset Materiil Dengan Resiko Tinggi Mendapat Pengamanan Aset Sesuai
Ketentuan Yang Berlaku yang telah mencapai 95,05% pada tahun 2019, yang juga meningkat dari
tahun 2017 mencapai 90,38% dan tahun 2018 mencapai 94,13%.
Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota
Pontianak, jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota Pontianak adalah
sebanyak 4.993 PNS pada tahun 2019. Jika dibandingkan dengan jumlah Penduduk Kota Pontianak
yang berjumlah 646.661 jiwa rasio antara PNS dan penduduk di Kota Pontianak hanya 0,77. Dari jumlah
tersebut, PNS yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 3.302 PNS (66%) dan yang berjenis kelamin
laki-laki berjumlah 1.691 PNS (34%).
II.76
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tahun
No. Jenis Kelamin Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Laki – laki Orang 2.444 1.955 1.863 1.742 1.691
2 Perempuan Orang 4.369 3.748 3.535 3.330 3.302
JUMLAH 6.813 5.703 5.398 5.072 4.993
sumber : BKPSDM Kota Pontianak 2020
Dari 4.993 jumlah PNS yang ada di Pemerintah Kota Pontianak pada tahun 2019, jenjang pendidikan
yang paling banyak dimiliki adalah tingkat D4/S1 dengan jumlah pegawai 2.049 PNS (41%) disusul oleh
jenjang pendidikan D1-D3 dengan jumlah pegawai 1.498 PNS (30%). Untuk PNS dengan jenjang S2
yang dimiliki Pemerintah Kota Pontianak adalah sejumlah 249 PNS (4,9%), sedangkan untuk PNS
dengan jenjang SD, SLTP SLTA jumlah berturut-turut adalah 32 PNS (0,64%), 63 PNS (1,26%), dan
1.102 (22,07%).
S2 /SLTP
SD
S3 SD
5% 1% SLTA
1%
22% SLTP
D4 / S1
SLTA
41%
D1 - D3 D1 - D3
30% D4 / S1
S2 / S3
Tabel 2. 52. Jumlah Pegawai Pemerintah Kota Pontianak Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun
2014-2018
Tahun
No. Pendidikan Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
1 SD Orang 70 56 48 38 32
2 SLTP Orang 112 95 82 74 63
3 SLTA Orang 1.830 1.663 1.457 1.274 1.102
4 D1 - D3 Orang 2.107 1.952 1.789 1.575 1.498
5 D4 / S1 Orang 2.499 1.749 1.817 1.877 2.049
6 S2 / S3 Orang 195 188 205 234 249
JUMLAH 6.813 5.703 5.398 5.072 4.993
sumber : BKPSDM Kota Pontianak 2020
II.77
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Pada tahun 2019 jumlah formasi pegawai adalah 29 untuk Eselon II, 111 untuk tingkat eselon III, 363
untuk tingkat eselon IV.
Tabel 2. 53. Jumlah Pegawai Pemerintah Kota Pontianak Berdasarkan Eselon Tahun 2014-2018
Tahun
No. Eselon Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Eselon II Orang 30 31 25 26 29
2 Eselon III Orang 120 123 121 112 111
3 Eselon IV Orang 524 542 444 426 363
JUMLAH 674 696 590 564 503
sumber : BKPSDM Kota Pontianak 2020
Pelaksanaan Urusan Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan oleh Badan Kepegawaian dan
pengembangan Sumber Daya manusia Kota Pontianak jika dilihat dari indikator kinerja sebagaimana
tabel dibawah ini, untuk Nilai Evaluasi AKIP mencapai nilai BB di tahun 2018 dan 2019. untuk Persentase
Temuan Yang Ditindaklanjuti dan Persentase Peningkatan Disiplin ASN telah mencapai 100% pada
tahun 2018 dan tahun 2019.
Sedangkan untuk jumlah pegawai yang telah mengikuti diklatpim, diklat teknis tugas belajar, izin belajar,
beasiswa dan ikatan dinas pada tahun 2019 sebanyak 975 PNS, meningkat dari tahun 2018 sebanyak
594 PNS. Namun paling banya dilaksanakan pada tahun 2016 yaitu sebesar 1958 PNS.
Tabel 2. 54. Jumlah Peserta Diklatpim, Diklat Teknis, Tugas Belajar, Izin Belajar, Beasiswa Dan Ikatan
Dinas
Urusan Penelitian dan Pengembanga dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Pontianak melalui kinerja "Persentase Hasil Penelitian BAPPEDA Yang Ditindaklanjuti OPD"
dengan pencapaian 55 persen ditahun 2016 dan 60 persen dari tahun 2017 sampai tahun 2019
sebagaimana tabel dibawah ini:
II.78
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
E. Urusan Pengawasan
Urusan Pengawasan dilaksanakan oleh Inspektorat Kota Pontianak dengan indikator kinerja
pembangunan daerah sebagai berikut:
Persentase OPD yang bebas dari penyimpangan aset yang material pada tahun 2019 dibandingkan
dengan 3 tahun sebelumnya yaitu 2016, 2017 dan 2018 relatif sama, dengan capaian 100%. Capaian
ini dapat dilihat dari jumlah temuan dan rekomendasi hasil pemeriksaan oleh BPK RI atas Laporan
Keuangan, Pengendalian Intern dan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan yang trenya
semakin menurun setiap tahun.
Persentase jumlah temuan BPK-RI dan Aparat Pengawasan (APIP) yang selesai ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi tahun 2019 tidak lebih baik dari 3 tahun sebelumnnya yaitu 2016, 2017 dan 2018.
Untuk indikator Persentase Nilai Evaluasi SAKIP OPD oleh Inspektorat dengan kategori “Memuaskan”,
pada 2019 telah dilaksanakan evaluasi SAKIP 30 Perangkat Daerah oleh Inspektorat Kota Pontianak,
terhadap kinerja PD tahun anggaran 2018, berpedoman kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi dan Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasilnya 1 (satu) Perangkat Daerah
berkinerja Memuaskan (A) atau 3,33 %. Realisasi Kinerja dan capaian pada tahun 2019 dibandingkan
dengan tahun 2018 hasilnya sama, jika dibandingkan dengan tahun 2016 dan 2015 realisasi dan
capaiannya meningkat dan lebih baik.
Urusan Sekretariat Dewan dilaksanakan dengan indikator sebagaimana dalam tabel berikut ini:
II.79
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Untuk tahun 2017 dan 2018 memiliki kesamaan sasaran strategis dan indikator kinerjanya, tetapi untuk
survey yang dilakukan berbeda dimana di tahun 2017 dan 2018 survey kepuasan anggota DPRD Kota
Pontianak terhadap seluruh Pelayanan Sekretariat DPRD. Sedangkan di tahun 2019 survey yang
dilakukan tentang fasilitasi rapat-rapat DPRD, sehingga persentase yang dihasilkan berbeda. Dimana di
tahun 2017 dan 2018 bernilai 89.72 sedangkan di tahun 2019 bernilai 81.03. kalau di lihat dari nilai
terjadi penurunan, tapi hal ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan pertanyaan quisioner dan Anggota
DPRD yang di survey pun merupakan kebanyakan Anggota DPRD yang baru.
Untuk indikator kinerja persentase pengaduan masyarakat yang diteruskan kepada DPRD
mendapatkan nilai sebesar 100% ditahun 2017, 2018 dan 2019 dikarenakan semua aspirasi yang
masuk telah diteruskan kepada Pimpinan DPRD Kota Pontianak.
A. Pengeluaran Perkapita
Untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap
sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai
pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
Selama kurun waktu dari tahun 2015 hingga tahun 2019, pengeluaran perkapita masyarakat Kota
Pontianak mengalami peningkatan dari 13.736.740 rupiah per tahun menjadi 14.515.000 rupiah per
tahun.
II.80
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 2. 54. Pengeluaran Perkapita yang Disesuaikan di Kota Pontianak (Rp/tahun) tahun 2015-2019
14600000.0
14500000.0 14,515,000
14400000.0
14300000.0 14,322,000
14200000.0
14100000.0
14000000.0
13900000.0 13,904,000
13,838,000
13800000.0
13,736,740
13700000.0
13600000.0
2015 2016 2017 2018 2019
Grafik 2. 55. Persentase Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Makanan/Pangan dan Non Makanan/Non
Pangan Per Kapita Sebulan di Kota Pontianak Tahun 2015-2019
Pengeluaran non makanan penduduk Kota Pontianak lebih besar dari pengeluaran untuk makanan.
Melihat kondisi ini mengindikasikan bahwa penduduk yang berpendapatan sedang dan tinggi sudah
semakin banyak dibandingkan penduduk berpendapatan rendah sebab yang berpendapatan rendah
akan cenderung terlebih dulu memenuhi kebutuhan makanannya.
Rasio Ekspor + Impor terhadap PDRB merupakan indikator yang digunakan untuk menggambarkan
keterbukaan ekonomi suatu daerah. Semakin tinggi rasio ekspor + impor terhadap PDRB menunjukkan
semakin terbuka pulalah perekonomian suatu daerah terhadap perdagangan internasional. Rasio ini
dapat juga dipandang sebagai indikator globalisasi ekonomi suatu daerah. Data menunjukkan bahwa
dari tahun 2015 hingga tahun 2019 rasio ekspor + impor terhadap PDRB Kota Pontianak mengalami
fluktuasi dari 0,17 pada tahun 2015 turun menjadi 0,14 pada tahun 2016, namun kemudian meningkat
lagi pada tahun 2017 dan 2018 kembali berada pada rasio 0,17. Pada tahun 2019 Rasio Ekspor + Impor
terhadap PDRB Kota Pontianak mengalami peningkatan menjadi 0,18. Ini mengindikasikan semakin
terbukanya ekonomi Kota Pontianak terhadap perdagangan internasional.
II.81
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 2. 56. Rasio Ekspor + Impor terhadap PDRB Kota Pontianak tahun 2015-2019
0.19
0.18
0.17 0.17 0.17 0.17
0.15
0.14
0.13
2015 2016 2017 2018 2019
Fungsi Utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan taraf hidup orang banyak.
Grafik 2. 57. Rasio Pinjaman terhadap Simpanan di Bank Umum Kota Pontianak tahun 2015-2019
1.2
1 0.98 0.96
0.89 0.86
0.8
0.72
0.6
0.4
0.2
0
2015 2016 2017 2018 2019
Rasio Pinjaman terhadap simpanan di Bank Umum di Kota Pontianak menunjukkan adanya peningkatan
dari 0,89 pada tahun 2015 meningkat menjadi 0,98 pada tahun 2016. Namun pada tahun 2017 rasio
tersebut mengalami penurunan menjadi 0,72. Rasio tersebut kembali meningkat menjadi 0,96 pada
tahun 2018 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 0,86.
Panjang jalan di Kota Pontianak pada tahun 2019 tercatat sepanjang 286,08 km, angka ini meningkat
cukup signifikan dari tahun 2015 yang hanya sepanjang 274,29 km. Sebagian besar permukaan jalan
berupa aspal dan beton meskipun masih terdapat jalan dengan permukaan tanah sepanjang 3,10 km.
Kondisi jalan di Kota Pontianak dalam kondisi baik cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2015
II.82
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
ke tahun 2018 yakni dari 168,29 km meningkat menjadi 216,14 km. Namun, pada tahun 2019 panjang
jalan dalam kondisi baik mengalami pengurangan dari tahun sebelumnya menjadi hanya 167,85 km
saja. Sementara itu, panjang jalan yang mengalami rusak ringan dan rusak berat dapat terus dikurangi
dari tahun 2015 ke tahun 2018 melalui berbagai upaya perbaikan dari yang sebelumnya di tahun 2015
sepanjang 26,64 km dan 51,06 km hanya tinggal 5,59 km dan 4,66 km saja pada tahun 2018. Pada
tahun 2019 panjang jalan dalam kondisi rusak dan rusak berat mengalami peningkatan dari tahun 2018
menjadi 21,79 km dan 11,99 km. Kondisi ini dapat terjadi karena pada tahun 2019 anggaran Pemerintah
Kota Pontianak lebih banyak dialokasikan untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan di luar status
jalan kota, seperti Jl. Sultan Hamid 2, Jl. Kom. Yos Sudarso, Jl. Husein Hamzah, dan trotoar di Jl. Ahmad
Yani. Sementara kerusakan jalan akibat genangan terus terjadi.
Grafik 2. 58. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Tahun 2019 (km)
21%
1% 2%
76%
Tabel 2. 58. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Pontianak (Km) Tahun 2015-2019
Tahun
Kondisi Jalan
2015 2016 2017 2018 2019
Baik 168,29 139,43 211,28 216,14 167,85
Industri perbankan di Kota Pontianak selama empat tahun terakhir mengalami perkembangan yang
cukup baik. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari bertambahnya jumlah Kantor Bank dengan berbagai
bentuk pelayanannya, dimulai dari Kantor Pusat hingga Kantor Unit. Pada tahun 2018, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencatat bahwa di Kota Pontianak terdapat 4
Bank Umum Pemerintah, 33 Bank Umum Swasta, 2 Bank Pemerintah daerah, dan 13 Bank Perkreditan
Rakyat.
II.83
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 2. 59. Jenis dan Jumlah Bank dan Cabangnya di Kota Pontianak Tahun 2015-2018
Tahun/Status Pelayanan
Jumlah 12 42 73 37 11 42 13 52 78 36 11 43 13 41 61 59 14 40 13 41 59 59 14 40
Keterangan: KP = Kantor Pusat; KC = Kantor Cabang; KCP = Kantor Cabang Pembantu; KK = Kantor Kas; PP =Payment Point
II.84
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tercatat sebanyak 503.181 pelanggan PLN sampai dengan Desember 2019 yang meliputi pelanggan
sosial, rumah tangga, bisnis, industri, perkantoran, dan pelanggan prabayar. Pelanggan yang paling
banyak menggunakan listrik PLN adalah golongan rumah tangga dengan konsumsi listrik sebanyak
46,67% dari total listrik yang diproduksi PLN, sedangkan pelanggan listrik industri hanya mengkonsumsi
listrik sebesar 0,04%.
Tabel 2. 60. Jumlah Pelanggan PLN Area Pontianak Menurut Jenisnya Tahun 2019
Rumah
Bulan Industri Perkantoran Bisnis Sosial Prabayar Jumlah
Tangga
Tabel 2. 61. Banyaknya Pelanggan Air PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kota Pontianak Tahun
2015-2019
Selama tahun 2015-2019 jumlah pelanggan air PDAM di Kota Pontianak terus mengalami peningkatan
dari 98.032 pelanggan pada tahun 2015 meningkat menjadi 128.453 pelanggan pada tahun 2019.
Pelanggan terbesar berasal dari Non Niaga yakni rumah tangga dan instansi pemerintah yakni sebesar
89,77% pada tahun 2015, dan 89,26% pada tahun 2019.
II.85
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Pada tahun 2019 jumlah laporan atas tindakan kriminalitas menunjukkan adanya penurunan dari tahun
sebelumnya, tercatat jumlah pelaporan atas tindak kejahatan/pelanggaran di Kota Pontianak tahun
2019 adalah 1.709 laporan, ini lebih rendah dari jumlah pelaporan atas tindak kejahatan/pelanggaran
yang dilaporkan di tahun 2018 yang berjumlah 2.065 laporan. Dari 1.709 laporan di tahun 2019, jumlah
kriminalitas yang diselesaikan oleh Poltabes Kota Pontianak adalah 1.418 kasus atau sebesar 82,97%
dari jumlah yang dilaporkan menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 70,80%. Berikut disajikan
jumlah kejahatan/pelanggaran yang dilaporkan dan diselesaikan menurut satuan kepolisian di Kota
Pontianak:
Tabel 2. 62. Jumlah Kejahatan/Pelanggaran yang Dilaporkan dan Diselesaikan Menurut Satuan
Kepolisian di Kota Pontianak Tahun 2015-2019
Sepanjang tahun 2015 hingga tahun 2017 jumlah surat izin usaha yang diterbitkan yang terdiri dari Surat
Izin Usaha Perdagangan Besar, Surat Izin Usaha Perdagangan Menengah dan Surat Izin Usaha
Perdagangan Kecil yang telah diterbitkan di Kota Pontianak menunjukkan adanya peningkatan yakni
dari 1.407 surat meningkat menjadi 2.010 surat pada tahun 2016 dan meningkat lagi pada tahun 2017
menjadi 2.112 surat. Namun pada tahun 2018 jumlah surat izin usaha yang diterbitkan mengalami
penurunan, hanya berjumlah 1.278 izin saja.
II.86
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 2. 59. Jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang Telah Diterbitkan di Kota Pontianak
Tahun 2015-2018
1595
1600
1391
1400
1200
1000 915
874
800
600 524
439 413
310
400
200 94 95 104 53
0
SURAT IZIN USAHA SURAT IZIN USAHA SURAT IZIN USAHA
PERDAGANGAN BESAR PERDAGANGAN PERDAGANGAN KECIL
MENENGAH
Sumber : Dinas Penenaman Modal, Tenaga Kerja, dan PTSP Kota Pontianak;
BPS Kota Pontianak 2019. diolah
Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam rangka pembangunan daerah adalah
menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM berkaitan erat dengan kualitas tenaga
kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja yang tercermin dari jumlah lulusan sarjana. Data
terkait rasio lulusan S1/S2/S3 Kota Pontianak dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 2. 63. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas di Kota Pontianak Menurut Ijazah Tertinggi yang
Dimiliki Tahun 2018
II.87
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Berdasarkan tabel di atas, penduduk Kota Pontianak sebagian besar memiliki ijazah /STTB SLTA
sederajat dengan persentase sebesar 33,86% pada tahun 2018. Sementara itu, rasio lulusan S1/S2/S3
penduduk Kota Pontianak pada tahun 2018 tercatat sebesar 11,33% jumlah ini mengalami peningkatan
dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya mencapai 8,88%pada tahun 2015, 9,83% pada tahun 2016,
dan 9,54% pada tahun 2017. Hal ini menggambarkan semakin tingginya tingkat pendidikan penduduk
Kota Pontianak.
B. Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14
tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan
kerja) dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja). Semakin tinggi rasio
ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif, demikian pula sebaliknya.
Berikut digambarkan kondisi rasio ketergantungan di Kota Pontianak dari tahun 2015 hingga tahun
2019.
44
43.95 43.95
43.9
43.8
43.7
43.6 43.60
43.5 43.49
43.4 43.38
43.3
2015 2016 2017 2018 2019
Rasio ketergantungan di Kota Pontianak dari tahun 2015 hingga tahun 2019 menunjukkan tren
penurunan, dari 43,95% pada tahun 2015 dan 2016 menurun menjadi 43,60% pada tahun 2017 dan
43,49% pada tahun 2018, dan kembali menurun menjadi 43,38% pada tahun 2019. Hal ini
menunjukkan semakin berkurangnya beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif terhadap
penduduk usia yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Penurunan ini dapat terlihat dari setiap 100
orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 44 orang pada tahun
2015, 2016 dan 2017 dan berkurang menjadi 43 orang pada tahun 2018 dan 2019.
II.88
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB III
GAMBARAN KEUANGAN DAERAH
U
ntuk melaksanakan urusan pemerintahan yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah beserta perubahannya, maka dibutuhkan
alokasi anggaran sebagai bentuk kebijakan keuangan daerah dalam rangka penyelenggaraan
fungsi pemerintahan daerah.
Adapun pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) sehingga dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) perlu dilakukan analisis pengelolaan keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun sebelumnya dan perlu juga di lakukan review terhadap kondisi keuangan yang terjadi pada saat
ini baik pada skala nasional, provinsi maupun di Kota Pontianak, yang dimaksudkan untuk menghasilkan
gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan pendanaan di masa yang akan
datang dengan mempertimbangkan peluang dan hambatan yang dihadapi.
Secara umum, perubahan kebijakan keuangan daerah yang terjadi di dalam dokumen perubahan
RPJMD ini dipengaruhi oleh perubahan kondisi keuangan riil saat ini yang menurun akibat dari dampak
pandemi wabah covid-19 yang juga berpengaruh kepada turunnya kondisi perekonomian dari tingkat
pusat sampai ke daerah. Selain itu penyesuaian struktur anggaran juga harus dilakukan untuk
memenuhi amanat peraturan perundangan yang ada.
Kinerja keuangan daerah digambarkan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan yang
dipergunakan oleh Pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan. Hasil evaluasi terhadap kinerja
keuangan daerah dalam periode 5 (lima) tahun terakhir dapat menjadi salah satu informasi bagi
Pemerintah Daerah dalam menetapkan kebijakan keuangan daerah guna membiayai pembangunan di
masa yang akan datang.
Di sisi lain, pengelolaan keuangan daerah menganut azas tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa
keadilan, kepatuhan dan manfaat untuk masyarakat.
Adapun kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang meliputi pedapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Dari sisi
APBD, keuangan daerah dipergunakan untuk membiayai program/kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dari tahun ke tahun yang disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan pembangunan, baik secara fisik maupun non fisik. Secara umum kinerja
pemerintah di bidang keuangan dianggap baik jika Pendapatan Asli Daerah bisa meningkat dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk pembiayaan pembangunan.
III.1
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Grafik 3. 1. Komposisi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Pada APBD Tahun 2016-2020
1,764.01 1,800.38
1,849.83
1,663.20
1,800 1,545.62
1,418.52 1,605.72 1,617.63
1,512.48
1,428.92
1,300
800
300 -2.09
26.63 39.54 49.45
13.28
-200 Realisasi 2016 Realisasi 2017 Realisasi 2018 Realisasi 2019 APBD 2020
Secara umum, struktur APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan
daerah, dimana dalam penyusunan APBD ini asumsi dasar kondisi makro ekonomi nasional turut
menjadi bahan penting yang berdampak pada perkembangan ekonomi Kabupaten/Kota diantaranya
adalah pandemi wabah Covid-19 yang melanda hampir di seluruh dunia yang berimbas pada
menurunya perekonomian nasional dan daerah secara keseluruhan dan diperkirakan masih
berlangsung hingga akhir tahun 2020 sampai sampai awal tahun 2021. Kondisi pertumbuhan Anggaran
Pendap atan dan Belanja Daerah Kota Pontianak periode tahun 2016-2020 secara umum dijabarkan
sebagaimana tabel berikut:
III.2
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 1. Rata-Rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pontianak Tahun 2016 s/d Tahun 2020
Rata-Rata
REALISASI RENCANA
Pertumbuhan
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 APBD-P TAHUN 2020*
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%)
1.1 Pendapatan Asli Daerah 389.368.654.493,49 476.050.410.313,57 440.358.120.030,76 478.790.894.895,49 427.660.250.731,62 3,20%
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 258.149.996.119,00 303.127.995.782,00 308.900.825.494,25 332.139.762.217,00 274.755.213.519,61 2,39%
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 42.016.145.122,00 35.657.077.655,00 36.039.842.255,00 39.515.721.695,00 34.152.426.650,00 -4,50%
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil
1.1.3 Pengelolaan Kekayaan daerah yang 35.532.504.080,37 14.662.443.316,10 18.322.956.064,98 25.059.575.372,46 33.240.482.702,62 8,91%
Dipisahkan
1.1.4 Lain-Lain PAD yang Sah 53.670.009.172,12 122.602.893.560,47 77.094.496.216,53 82.075.835.611,03 85.512.127.859,39 25,49%
1.2 Dana Perimbangan 890.541.184.485,00 905.713.690.781,00 942.558.769.606,00 945.027.112.787,00 887.467.663.000,00 -0,01%
Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan 1,86%
1.2.1 46.610.485.200,00 41.951.188.877,00 53.786.710.306,00 38.860.106.726,00 45.452.594.000,00
Pajak
1.2.2 Dana Alokasi Umum (DAU) 711.955.758.000,00 699.448.985.000,00 699.448.985.000,00 726.769.846.000,00 678.270.110.000,00 -1,13%
1.2.3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 131.974.941.285,00 164.313.516.904,00 189.323.074.300,00 179.397.160.061,00 163.744.959.000,00 6,44%
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang 24,94%
1.3 138.606.549.082,00 163.858.186.221,75 280.287.539.923,75 340.195.414.971,65 303.166.269.000,00
Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah 6.432.000.000,00 6.510.000.000,00 64.792.320.000,00 69.117.699.573,65 67.511.300.000,00 225,21%
Dana Bagi Hasil Provinsi dan 14,14%
1.3.2 125.742.229.082,00 149.848.186.221,72 198.745.219.923,00 211.469.117.798,00 208.027.000.000,00
Pemerintah Daerah Lainnya
1.3.3 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 5.000.000.000,00 7.500.000.000,00 16.750.000.000,00 57.526.840.000,00 27.627.969.000,00 91,20%
III.3
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Rata-Rata
REALISASI RENCANA
Pertumbuhan
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 APBD-P TAHUN 2020*
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%)
2.1 Belanja Tidak Langsung 640.261.656.132,00 588.843.468.032,00 630.436.249.347,50 576.753.083.463,98 748.668.557.724,64 5,08%
2.1.1 Belanja Pegawai 622.931.840.225,00 554.642.202.781,00 555.753.490.182,00 552.501.631.005,00 666.515.705.492,64 2,32%
2.1.2 Belanja Bunga 0 0 0 0 0
2.1.3 Belanja Subsidi 0 0 0 0 0
2.1.4 Belanja Hibah 12.536.300.000,00 23.518.536.400,00 65.873.868.130,50 14.530.988.613,00 26.976.508.232,00 68,85%
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 3.256.167.571,00 4.088.478.851,00 7.106.332.035,00 7.404.443.755,65 7.863.844.000,00 27,44%
III.4
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Rata-Rata
REALISASI RENCANA
Pertumbuhan
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 APBD-P TAHUN 2020*
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%)
Keterangan : * Untuk tahun 2020 menggunakan data APBD Murni Tahun 2020, dengan struktur APBD dipetakan seperti struktur APBD
TA. 2016-20
III.5
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
A. Pendapatan Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pendapatan daerah
adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran
yang bersangkutan.
Data menunjukkan bahwa pendapatan daerah Pemerintah Kota Pontianak dari tahun 2016-2020 atau
lima tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata pertumbuhan pendapatan yaitu sebesar 3,59
persen. Dengan pertumbuhan per komponen yaitu PAD sebesar 3,20%, Dana Perimbanagn sebesar -
0,01% dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 24,94%. Secara nominal penopang
pendapatan daerah terbesar di kota Pontianak Tahun 2016 – 2020 masih berasal dari Dana
Perimbangan yang terdiri dari Dana bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
Adapun gambaran perkembangan Pendapatan Daerah Kota Pontianak dari tahun 2016 sampai dengan
tahun 2020 dapat dilihat pada grafik berikut ini:
2,000.00
1,800.00 1,618.29 (Dalam Rp. Milyar)
1,600.00
1,418.52
1,400.00
1,200.00
1,000.00 890.54 887.47
800.00
600.00
389.37 427.66
400.00 303.17
200.00 138.61
0.00
PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
realisasi 2016 realisasi 2017 realisasi 2018 realisasi 2019 APBD- P 2020
Sumber : Badan Keuangan Daerah Kota Pontianak, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Pontianak. 2020 (diolah)
B. Belanja Daerah
Pengukuran kinerja APBD suatu daerah dapat dilihat dari sumber pendapatan daerah dan dari besaran
realisasi belanja daerah yang telah terserap selama tahun anggaran APBD bersangkutan. Semakin
banyak belanja yang terserap maka semakin bagus pula kinerja suatu daerah. Penting bagi suatu
daerah untuk merasionalisasikan belanja yang dikeluarkan agar belanja dapat efektif dan efisien, maka
formulasi kebijakan umum belanja daerah harus diarahkan pada program prioritas baik prioritas
pendidikan, kesehatan maupun pemberdayaan ekonomi yang didukung dengan pembangunan
infrastruktur wilayah untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya.
III.6
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Belanja Daerah Pemerintah Kota Pontianak selama tahun 2016-2020 cenderung menggambarkan
peningkatan. Rata-rata pertumbuhan yang terjadi selama 5 (lima) tahun terakhir mencapai 5,77 persen,
dimana setiap tahunnya proporsi belanja langsung selalu lebih besar dari pada belanja tidak langsung
sehingga hal ini menunjukkan bahwa kebijakan anggaran belanja Pemerintah Kota Pontianak adalah
mengedepankan program prioritas pembangunan dan pro public atau mengedepankan urusan-urusan
yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat secara langsung ketimbang belanja pegawai.
Adapun perkembangan belanja daerah Kota Pontianak selama tahun 2016-2020 dapat dilihat pada
grafik berikut:
2,000.00
1,784.35
1,800.00 (Dalam Rp. Milyar)
1,600.00
1,428.92
1,400.00
1,200.00
1,035.68
1,000.00
748.67 788.66
800.00
640.26
600.00
400.00
200.00
0.00
BELANJA DAERAH Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
realisasi 2016 realisasi 2017 realisasi 2018 realisasi 2019 APBD- P 2020
Sumber : Badan Keuangan Daerah Kota Pontianak, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Pontianak. 2020 (diolah)
C. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah dimanfaatkan untuk menyeimbangkan komponen belanja dan pendapatan,
sehingga rencana penggunaan anggaran untuk kegiatan dapat dipenuhi seluruhnya. Pembiayaan
Daerah terdiri dari dua pos pembiayaan yakni penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran
pembiayaan daerah.
Adapun perkembangan pembiayaan daerah Kota Pontianak selama tahun 2016-2020 dapat dilihat
pada grafik berikut:
III.7
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
200.00
186.06
180.00 (Dalam Rp. Milyar)
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
46.36
40.00
20.00
20.00 8.63
0.00
Penerimaan Pembiayaan Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah
realisasi 2016 realisasi 2017 realisasi 2018 realisasi 2019 APBD- P 2020
Sumber : Badan Keuangan Daerah Kota Pontianak, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Pontianak. 2 020 (diolah)
A. Aset
Dalam periode 2015-2019, secara umum jumlah total aset lancar memperlihatkan tren kenaikan.
Khusus dari tahun 2016 ke tahun 2017 aset lancar mengalami penurunan sebesar 2,51 persen atau
menurun senilai Rp.3.348.312.680,85 yang disebabkan oleh penurunan saldo Kas dan Setara Kas.
Di sisi lain, investasi jangka panjang dalam bentuk investasi permanen pada Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah dalam kurun waktu lima tahun terus mengalami keiankan selama tahun 2015
sampai dengan tahun 2019, namun pada tahun 2017 investasi mengalami penurunan. Adapun rata-
rata pertumbuhan selama lima tahun adalah 2,52 persen dan nilai investasi jangka panjang tahun 2019
adalah sebesar Rp. 335.470.002.809,68.
Aset tetap Pemerintah Daerah Kota Pontianak selama tahun 2015 sampai dengan 2019
memperlihatkan kecendurangan kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan aset sebesar 64,03 persen
dengan total nilai aset tetap Rp. 7.574.115.785.663,25 pada tahun 2019. Hal ini sejalan dengan
berbagai kegiatan pembangunan yang terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Pontianak. Sedangkan
pada pos Aset Lainnya, penyumbang terbesar perkembangan nilai aset lainnya adalah Aset Lain-lain.
Hal ini memberikan nilai positif sehingga perlu terus dikembangkan.
Secara kumulatif, jumlah aset Pemerintah Daerah Kota Pontianak selama kurun waktu tahun 2015
sampai dengan 2019 terus mengalami pertumbuhan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 49,02
persen dan nilai total aset pada tahun 20179 adalah senilai Rp.8.411.362.105.492,39.
III.8
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 2. Neraca Aset Pemerintah Kota Pontianak, Per 31 Desember 2015 – 31 Desember 2019
TAHUN
NO URAIAN R
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (5) (6) (7) (6) (7) (8)
I ASET
1 ASET LANCAR
1.1 Kas dan Setara Kas 44.678.065.600,40 29.342.906.558,06 22.454.701.992,59 70.738.001.086,85 185.954.006.232,36
1.1.1 Kas di Kas Daerah 27.601.180.629,48 9.168.627.087,09 13.215.362.707,20 60.549.045.307,34 178.441.067.272,84
1.1.2 Kas di Bendahara Penerimaan 14.761.000,00 15.543.000,00 11.727.025,00 10.980.000,00 5.170.000,00
1.1.3 Kas di Bendahara Pengeluaran 1.146.748.069,13 111.620.930,00 320.163.304,98 175.308.990,00 7.797.667
1.1.4 Kas di Bank 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1.1.4 Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1.1.5 Kas Lainnya di BLUD 3.902.172.175,00 5.075.284.184,00 4.500.923.677,57 8.177.063.890,86 2.417.354.577,11
1.1.6 Kas Lainnya 12.013.203.726,79 14.971.831.356,97 4.406.525.277,84 1.825.602.898,65 5.082.616.715,41
1.2 Piutang Pajak Daerah 71.122.834.215,00 81.801.563.895,00 82.816.051.307,00 90.404.117.295,00 100.743.129.211,00
1.3 Penyisihan Piutang Pajak Daerah (49.314.319.481,60) (53.996.869.675,20) (50.123.651.441,60) (59.716.975.611,60) (65.033.284.936,60)
1.4 Piutang Retribusi Daerah 953.419.511,80 2.140.783.986,00 2.090.391.553,70 3.316.569.183,50 3.747.656.531,00
1.5 Penyisihan Piutang Retribusi Daerah (125.692.308,70) (1.323.51.101,69) (127.593.431,30) (1.404.385.845,75) (2.146.838.611,01)
1.6 Piutang lainnya 51.066.782.723,84 64.673.729.027,84 53.555.122.627,64 85.675.389.997,48 80.507.048.541,02
1.7 Penyisihan Piutang Lainnya (7.227.690.940,64) (10.027.952.767,56) (11.299.716.942,17) (7.151.405.228,07) (7.510.361.125,39)
1.8 Belanja /Biaya dibayar di muka 226.871.795,17 967.614.650,01 646.718.319,71 74.043.258,00 192.650.077,77
1.9 Persediaan 19.587.627.164,00 18.507.015.978,71 31.116.622.225,53 31.595.540.005,03 47.608.140.106,05
JUMLAH ASET LANCAR 130.967.898.279,27 133.281.198.221,56 129.932.885.540,71 213.530.894.140,44 344.062.146.026,20 31,18%
III.9
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
TAHUN
NO URAIAN R
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (5) (6) (7) (6) (7) (8)
2 INVESTASI JANGKA PANJANG
2.1 Investasi Jangka Panjang Non Permanen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah Investasi Jangka Panjang Non 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Permanen
3 ASET TETAP
3.1 Tanah 658.163.909.990,72 585.348.661.990,72 666.104.436.950,72 5.030.043.331.458,72 5.820.266.141.467,72
3.2 Peralatan dan Mesin 306.057.512.534,81 331.132.136.949,69 376.889.539.431,50 437.139.793.757,49 539.541.059.245,62
3.3 Gedung dan Bangunan 1.058.527.578.265,70 1.115.302.641.021,70 1.230.533.028.160,93 1.369.324.305.659,53 1.497.137.732.463,19
3.4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 1.990.301.921.335,85 2.222.571.373.676,90 2.446.067.738.816,35 2.678.838.052.233,84 2.925.766.870.962,26
3.5 Aset Tetap Lainnya 33.509.813.677,59 34.358.759.464,65 36.584.568.103,70 41.339.927.590,34 48.611.644.823,34
3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 66.418.708.625,00 10.696.070.296,00 47.792.519.128,50 11.648.959.169,00 7.633.560.766,00
3.7 Akumulasi Penyusunan Aset Tetap (2.349.565.526.938,59) (2.496.346.002.164,60) (2.745.159.787.502,74) (2.829.943.155.903,44) (3.264.841.224.064,88)
JUMLAH ASET TETAP 1.763.413.917.491,08 1.803.063.641.235,06 2.058.812.043.088,96 6.738.391.213.965,48 7.574.115.785.663,25 64,03%
4 DANA CADANGAN
4.1 Dana Cadangan 0,00 0,00 10.000.000.000,00 0,00 0,00
JUMLAH DANA CADANGAN 0,00 0,00 10.000.000.000,00 0,00 0,00
III.10
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
TAHUN
NO URAIAN R
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (5) (6) (7) (6) (7) (8)
5 ASET LAINNYA
5.1 Tagihan Penjualan Angsuran 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5.2 Tuntutan Perbendaharaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5.3 Tuntutan Ganti Rugi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5.4 Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 89.143.267.141,28 89.143.267.141,28 90.916.467.141,28 90.916.467.141,28 90.916.467.141,28
5.5 Akumulasi Penyusutan Kemitraan Pihak Ketiga 0,00 0,00 (8.394.451.097,50) (9.718.701.317,00) (11.042.951.536,50)
III.11
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
III.12
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 3. Neraca Kewajiban Pemerintah Kota Pontianak Per 31 Desember 2015 – 31 Desember 2019
TAHUN
NO URAIAN R
2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (5) (6) (7) (6) (7) (8)
II KEWAJIBAN
1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1.1 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 83.017.278,00 84.037.991,66 279.216.118,00 275.252.709,00 280.309.762,54
1.2 Utang Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1.3 Kewajiban Kepada Pihak Lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1.4 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1.5 Pendapatan Diterima di Muka 4.593.916.887,28 5.618.801.937,81 4.689.607.801,02 5.459.696.941,28 5.805.751.632,82
1.6 Utang Belanja 4.834.996.059,00 9.977.093.468,00 5.163.880.426,00 18.951.630.374,00 25.474.466.795,30
1.7 Utang Jangka Pendek Lainnya 23.640.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 9.535.570.224,28 15.679.933.397,47 10.132.704.345,02 24.686.580.024,28 31.560.528.190,66 50,13%
III.13
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini menggambarkan kemampuan daerah untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
Likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat
dipersamakan dengan uang tunai di satu pihak dengan jumlah utang di pihak lain, juga dengan
pengluaran-pengeluaran untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di
lain pihak. Rasio likuiditas keuangan daerah dapat dilihat dengan cara melihat rasio lancar dan rasio
quick.
Rasio Lancar
Penilaian rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan besaran current asset dengan current
liabilities untuk melihat tingkat kemampuan aktiva lancar daerah dalam memenuhi hutang jangka
pendek secara tepat waktu. Perhitungan rasio ini dilakukan dengan rumus:
Rasio Lancar = Aktiva Lancar : Kewajiban Jangka Pendek
Hasil perhitungan dengan formula tersebut memberikan gambaran perkembangan nilai rasio lancar
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3. 4. Rasio Lancar Neraca Keuangan Pemerintah Kota Pontianak Tahun 2015-2019
Rasio Quick
Rasio Quick digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban yang dimiliki tanpa memperhitungkan persediaan. Rasio ini dinilai lebih valid dari rasio lancar
karena aset lancar yang nantinya akan dicairkan untuk menutup tagihan jangka pendek sudah
dikurangkan dengan jumlah persediaan, yang dinilai kurang liquid untuk membayar utang. Rasio ini
III.14
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
sebaiknya tidak kurang dari 1 atau 100% karena apabila kurang dari 1 berarti Pemerintah Daerah tidak
mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Perhitungan rasio ini dilakukan dengan rumus:
Rasio Quick = (Aktiva Lancar – Persediaan) : Kewajiban Jangka Pendek
Hasil Perhitungan dengan formula tersebut memberikan gambaran perkembangan nilai rasio quick
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3. 5. Rasio Quick Neraca Keuangan Pemerintah Kota Pontianak Tahun 2015-2019
Rasio ini sebaiknya tidak kurang dari 1 atau 100% karena apabila kurang dari 1 berarti Pemerintah
Daerah tidak mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Dari perhitungan rasio quick Kota
Pontianak menunjukkan nilai di atas 1 dan setiap tahunnya semakin meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa aset lancar Pemerintah Kota Pontianak setelah dikurangi persediaan yang dimiliki sangat liquid
untuk menutup semua tagihan jangka pendek yang dimilikinya. Maka dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan hasil perhitungan terhadap rasio lancar dan rasio quick diperoleh nilai yang tinggi. Hal ini
berarti bahwa Pemerintah Kota Pontianak memiliki tingkat investasi persediaan yang cukup rendah.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk megetahui kemampuan daerah dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya maupun jangka pendek. Rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur seberapa besar beban
utang yang ditanggung Pemerintah Daerah dibandingkan dengan aset yang dimiliki atau untuk
mengukur sejauh mana aset Pemerintah Daerah dibiayai dari utang. Rasio Solvabilitas keuangan daerah
diwakili oleh Rasi Total Utang terhadap Total Aset dan Rasio Total Utang terhadap Modal.
III.15
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 6. Rasio Utang Terhadap Total Aset Neraca Keuangan Pemerintah Kota Pontianak Tahun
2015-2019
URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019
Total Utang 9.535.570.224,28 15.679.933.397,47 10.152.704.345,02 24.706.580.024,28 31.580.528.190,66
Semakin kecil nilai yang didapat dari perhitungan berarti semakin baik rasio utang terhadap total aset.
Rasio ini juga dapat mengukur besarnya kemampuan Pemerintah Daerah dalam membayarkan utang
nya kepada kreditur. Dari hasil perhitungan didapat rasio total utang terhadap total aset Pemerintah
Kota Pontianak sebesar 0,0038 untuk tahun 2019. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pemerintah Kota Pontianak sangat solvabel dan tidak bergantung kepada utang untuk memenuhi aset-
asetnya.
Tabel 3. 7. Rasio Utang Terhadap Modal Neraca Keuangan Pemerintah Kota Pontianak Tahun 2015 -
2019
URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019
Total Utang 9.535.570.224,28 15.679.933.397,47 10.152.704.345,02 24.706.580.024,28 31.580.528.190,66
Rasio Utang
Terhadap 0,0039 0,0059 0,0037 0,0033 0,0038
Modal
Semakin kecil nilai rasio ini maka semakin sehat kondisi keuangan Pemerintah Daerah. Berdasarkan
kriteria tersebut, maka jika dibandngkan dengan hasil perhitungan terlihat bahwa kecenderungan nilai
rasio ini semakin mengecil tiap tahunnya. Kondisi ini memberikan kesimpulan bahwa Pemerintah Kota
Pontianak tidak akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jikalau memutuskan untuk mengajikan
pinjaman kepada kreditur.
3. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan bagaimana Pemerintah Daerah memprioritaskan alokasi dananya pada
belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Belanja rutin atau belanja operasional adalah
belanja yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah yang manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu
III.16
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
periode anggaran, bersifat jangka pendek, dan sifatnya berulang atau rutin. Belanja rutin diperoleh dari
belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja barang dan jasa.
Sedangkan belanja pembangunan dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal serta
menambah aset daerah, belanja pembangunan atau belanja modal merupakan pengeluaran anggaran
untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode seperti
belanja tanah, peralatan dan mesin, gedung, bangunan, jalan dan irigasi. Semakin tinggi persentase
dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan)
yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil,
atau dapat dikatakan bahwa kemampuan daerah dalam mengelola belanja dikatakan baik jika belanja
pembangunan lebih besar dari belanja rutin. Secara sederhana, rasio keserasian itu dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Rasio Belanja Rutin terhadap APBD = Total Belanja Rutin : Total APBD
Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD = Total Belanja Pembangunan : Total APBD
Adapun perhitungan rasio aktivitas ditunjukkan dalam tebel berikut:
Tabel 3. 8 . Perhitungan Rasio Aktivitas Realisasi Anggaran Pada Kota Pontianak Periode Tahun 2015-
2019
Rasio Belanja
Tahun Belanja Rasio Belanja
Total APBD Belanja Rutin Pembangunan thd
Anggaran Pembangunan Rutin thd APBD
APBD
III.17
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
REALISASI RENCANA
Proporsi
NO URAIAN
APBD-P rata-rata
Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
2020*
Dari data tabel tersebut di atas, menunjukkan bahwa realisasi anggaran dari tahun 2016–2019 proporsi
belanja langsung terus meningkat, tetapi pada tahun 2020 proporsi tersebut sedikit mengalami
penurunan. Hal ini terkait formulasi penganggaran Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) dengan
konsep Tunjangan Kinerja yang baru diterapkan pada tahun 2020 mengakibatkan anggaran Belanja
Pegawai pada Belanja Langsung (berupa honorarium ASN dan Uang Lembur) pindah ke rekening
Belanja Tidak Langsung (menjadi bagian dari TPP).
III.18
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 10. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Pontianak Tahun 2016-
2020
Sumber : Badan Keuangan Daerah Kota Pontianak, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Pontianak. 2020 (diolah)
REALISASI RENCANA
NO URAIAN
TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 APBD- P 2020
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
PENDAPATAN
1 1.418.516.388.060,49 1.545.622.287.316,32 1.663.204.429.559,76 1.764.013.422.654,14 1.618.294.182.731,62
DAERAH
DIKURANGI
1 BELANJA DAERAH 1.428.917.646.777,12 1.512.476.062.493,85 1.605.719.399.875,65 1.617.630.806.975,56 1.784.352.063.641,98
Pengeluaran
2 Pembiayaan 8.633.000.000,00 31.425.000.000,00 19.000.000.000,00 31.185.000.000,00 20.000.000.000,00
Daerah
SURPLUS /
-19.034.258.716,63 1.721.224.822,47 38.485.029.684,11 115.197.615.678,58 -186.057.880.910,36
DEFISIT RIIL
Sumber : Badan Keuangan Daerah Kota Pontianak, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Pontianak. 2020 (diolah)
III.19
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Dari tabel tersebut diatas, tampak bahwa pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 Kota Pontianak
mengalami surplus dan defisit anggaran. Gambaran komposisi penutup defisit riil anggaran selama 5
tahun terakhir (2016-2020) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 12. Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Pontianak Tahun 2016-2020
REALISASI RENCANA
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 APBD-P 2020
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Penggunaan
1 46.320.964.991,46 29.308.587.153,46 22.191.438.958,13 70.705.993.836,24 186.007.880.910,36
SiLPA
Pencairan Dana
2 0 0 10.000.000.000,00 0 0
Cadangan
Penerimaan
Kembali
2 35.086.500,00 24.565.285,00 28.565.194,00 22.028.370,00 50.000.000,00
Pemberian
Pinjaman
sumber : Badan Keuangan Daerah Kota Pontianak, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Pontianak 2020
Secara lengkap gambaran pembiayaan riil daerah selama 5 tahun terakhir (2015-2019) dapat dilihat
pada tabel berikut:
REALISASI RENCANA
NO URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 APBD-P 2020*
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
PENDAPATAN
1 1.418.516.388.060,49 1.545.622.287.316,32 1.663.204.429.559,76 1.764.013.422.654,14 1.618.294.182.731,62
DAERAH
DIKURANGI
1 BELANJA DAERAH 1.428.917.646.777,12 1.512.476.062.493,85 1.605.719.399.875,65 1.617.630.806.975,56 1.784.352.063.641,98
Pengeluaran
2 Pembiayaan 8.633.000.000,00 31.425.000.000,00 19.000.000.000,00 31.185.000.000,00 20.000.000.000,00
Daerah
SURPLUS /DEFISIT RIIL -19.034.258.716,63 1.721.224.822,47 38.485.029.684,11 115.197.615.678,58 -186.057.880.910,36
1 Penggunaan SiLPA 46.320.964.991,46 29.308.587.153,46 22.191.438.958,13 70.705.993.836,24 186.007.880.910,36
Pencairan Dana
2 0 0 10.000.000.000,00 0 0
Cadangan
Penerimaan
3 Kembali Pemberian 35.086.500,00 24.565.285,00 28.565.194,00 22.028.370,00 50.000.000,00
Pinjaman
PENERIMAAN
46.356.051.491,46 29.333.152.438,46 32.220.004.152,13 70.728.022.206,24 186.057.880.910,36
PEMBIAYAAN
SISA LEBIH PEMBIAYAAN
ANGGARAN TAHUN 27.321.792.774,83 31.054.377.260,93 70.705.033.836,24 185.925.637.884,82 0,00
BERKENAAN
sumber : Badan Keuangan Daerah Kota Pontianak, Badan Perencanaan Pembangunan Daer ah
Kota Pontianak. 2020
Dengan tingginya kebutuhan akan pembangunan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pelayanan
publik di daerah dan terbatasnya sumber dana, maka pembiayaan yang berasal dari pinjaman daerah
merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang cukup potensial. Tetapi dengan beberapa
pertimbangan yang telah dilakukan maka untuk periode RPJMD ini, Pemerintah Kota Pontianak belum
merencanakan untuk melakukan pinjaman daerah.
III.20
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
III.21
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
B. Pendapatan Transfer
Pendapatan Transfer merupakan pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari pemerintah pusat
atau dari pemerintah daerah lainnya. Untuk Kota Pontianak pendapatan transfer dari pemerintah pusat
berupa Dana Perimbangan (yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil Pajak/bukan Pajak,
Dana Alokasi Khusus Fisik/non Fisik), dan Dana Insentif Daerah (DID). Sedangkan Pendapatan Transfer
dari pemerintah daerah lainnya berasal Transfer Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berupa Dana
Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan
Pendapatan yang diperoleh dari dana perimbangan pada dasarnya merupakan hak pemerintah daerah
sebagai konsekuensi dari revenue sharing policy. Konsep revenue sharing didasarkan atas pemikiran
untuk pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan. Seiring meningkatnya tuntutan akuntabilitas kinerja
pemerintah maka kebijakan revenue sharing harus transparan, demokratis dan adil.
Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, meskipun relatif sulit untuk
memperkirakan besaran alokasinya karena tergantung pada pemerintah pusat. Sumber Dana Alokasi
Khusus (DAK) juga dapat diupayakan peningkatannya melalui penyusunan program-program ungulan
yang dapat diajukan untuk dibiayai dengan dana DAK. Sedangkan peningkatan pendapatan dari bagi
hasil pajak provinsi dan pusat dapat diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Pendapatan
Bagi Hasil sangat terkait dengan aktivitas perekonomian daerah. Dengan semakin meningkatnya
aktivitas ekonomi akan berkorelasi dengan naiknya pendapatan yang berasal dari bagi hasil dan
Pemerintah Daerah harus mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian daerah.
Beberapa langkah yang akan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi
melalui koordinasi penyaluran dana bagi hasil, peningkatan akurasi data sebagai dasar perhitungan
pembagian dalam dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah, dan peningkatan koordinasi
dengan pemerintah pusat dan kabupaten/kota dalam mengoptimalkan bagi hasil dana perimbangan
dan lain-lain pendapatan yang sah.
III.22
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Belanja Daerah merupakan perwujudan dari kebijakan penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan yang berbentuk kuantitatif. Belanja daerah diarahkan untuk dapat mendukung
pencapaian visi dan misi pembangunan 5 (lima) tahun ke depan. Sesuai dengan visi pembangunan yang
telah ditetapkan, belanja daerah dapat digunakan sebagai instrumen pencapaian visi tersebut.
Pengelolaan belanja sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban harus
memperhatikan aspek efektivitas, efisiensi, transparan dan akuntabel. Belanja harus diarahkan untuk
mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perbandingan antara masukan
dan keluaran (efisensi), dimana keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati oleh
masyarakat (hasil). Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala
prioritas dan kebutuhan. Selain itu pengelolaan belanja harus diadministrasikan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Belanja daerah sebagai komponen keuangan daerah dalam kerangka ekonomi makro diharapkan dapat
memeberikan dorongan atau stimulan terhadap perkembangan ekonomi daerah secara makro ke dalam
kerangka pengembangan yang lebih memberikan efek multiplier yang lebih besar bagi peningkatan
kesejehateraan rakyat yang lebih merata. Untuk itu, kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah
perlu disusun dalam kerangka yang sistematis dan terpola.
Dalam rangka mempertimbangkan alokasi belanja, maka diperlukan struktur anggaran dan pengelolaan
keuangan daerah yang tepat. Struktur anggaran yang tepat harus disusun sesuai prioritasnya, yakni
antara alokasi belanja untuk urusan pemerintahan dan penunjang urusan pemerintahan, serta antara
alokasi belanja yang dirasakan manfaatnya secara langsung dan tidak langsung oleh masyarakat.
Pengelolaan keuangan di daerah meliputi mobilisasi pendapatan, penetapan alokasi belanja daerah,
dan mobilisasi pembiayaan. Untuk memenuhi syarat kecukupan (sufficient condition) bagi pengelola
keuangan daerah yang baik maka daerah perlu memahami dan menggali potensi keunggulan daerah
serta mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan yang ada, prioritas-prioritas pembangunan daerah
dengan beberapa pertimbangan tersebut menjadi dasar pola alokasi belanja di Kota Pontianak.
Belanja daerah disusun dengan pendekatan kinerja yang ingin dicapai (performance-based budgeting).
Dalam perencanaan 5 (lima) tahun ke depan, belanja daerah diproyeksikan berdasarkan kebutuhan
daerah untuk membiayai:
1. Belanja Operasi, merupakan anggaran untuk kegiatan sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi
manfaat jangka pendek;
2. Belanja Modal, merupakan pengeluaran anggaran untuk memperoleh asset tetap dan asset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode akuntansi;
3. Belanja Tidak Terduga, merupakan pngeluaran anggaran atas Beban APBD untuk keperluan darurat
termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat diprediksi sebelumnya; dan
4. Belanja Transfer, yang merupakan pengeluaran uang dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah
Daerah lainnya dan/atau dari Pemerintah Daerah kepada pemerintah desa.
III.23
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Kebijakan belanja Pemerintah Kota Pontianak, diprioritaskan untuk melaksanakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah dimana arah pengelolaan belanja daerah adalah sebagai
berikut:
1. Transparansi dan Akuntabel
Setiap pengeluaran belanja dipublikasikan dan dipertanggungjawabkansesuai denganketentuan
yang berlaku. Dipublikasikan berarti pula masyarakat mudah dan tidak mendapatkan hambatan
dalam mengakses informasi belanja daerah. Pertanggungjawaban belanja daerah tidak hanya dari
aspek administrasi keuangan, tetapi menyangkut pula proses, keluaran dan hasilnya.
2. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedianharus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat meningkatkan
pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat
dapat diwujudkan dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur daerah,
terutama yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat. Efisiensi belanja antara lain
dilakukan dengan meminimalkan belanja yang tidak langsung dirasakan oleh masyarakat,
melakukan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat efektivitas setiap program, dan
melakukan prudent spending melalui pemetaan profil resiko atas setiap belanja kegiatan beserta
perencanaan langkah antisipasinya.
3. Optimalisasi Belanja Untuk Kepentingan Masyarakat.
Belanja untuk kepentingan masyarakat di dalam APBD biasanya tergambar dari belanja barang jasa
dan belanja modal diluar Program Penunjang urusan pemerintah daerah (program rutin di
sekretariat Perangkat Daerah), yang pada prinsipnya untuk mewujudkan visi, misi Kepala Daerah
yang tercantum di Dalam RPJMD Kota Pontianak untuk kepentingan masyarakat Kota Pontianak.
4. Prioritas
Penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan,
kesehatan, pengembangan wilayah, peningkatan infrastruktur guna mendukung ekonomi
kerakyatan dan pertumbuhan ekonomi serta diarahkan untuk penanggulangan kemiskinan, secara
berkelanjutan dengan menitikberatkan pada Urusan Wajib Pelayanan Dasar, urusan Wajib Non
Pelayanan Dasar, Urusan Pilihan dan Non Urusan sesuai dengan Prioritas Pembangunan Kota,
dengan meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang langsung menyentuh
kepentingan masyarakat.
5. Tolok Ukur dan Target Kinerja
Belanja daerah di arahkan untuk pemenuhan target pada setiap indikator kinerja yang meliputi
masukan, keluaran dan hasil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, dengan kata lain bahwa belanja
daerah disusun berdasarkan sasaran/target kinerja Perangkat Daerah yang harus dicapai setiap
tahunnya (performance-based budgeting).
III.24
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
1. Penerimaan pembiayaan bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pengelolaan
keuangan pada waktu APBD dijalankan;
2. SiLPA sedapat mungkin ditekan realisasinya dengan mengedepankan efektivitas dan efisiensi
anggaran tentunya dengan tetap memperhatikan capaian indikator kinerja program. Selain itu juga
SiLPA juga harus memperhatikan data realisasi tahun-tahun sebelumnya;
3. Untuk penerimaan laba dari BUMD tidak dimasukkan dalam kerangka penerimaan pembiayaan
karena akan dimasukkan kembali sebagai bentuk Pendapatan Asli Daerah.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, secara umum proyeksi anggaran pendapatan dan belanja
daerah tahun 2020-2024 disajikan dalam tabel berikut:
III.25
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 14 . Proyeksi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Pontianak Tahun 2020 s/d Tahun 2024
KODE URAIAN APBDP- TA. 2020 RAPBD TA. 2021 Perubahan RPJMD Perubahan RPJMD Perubahan RPJMD Rata-rata
Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 pertumbuhan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 427.660.250.731,62 538.009.872.339,00 549.771.700.000,00 595.397.000.000,00 645.127.870.000,00 11,16%
4.1.01 Pajak Daerah 274.755.213.519,61 358.500.000.000,00 358.500.000.000,00 369.255.000.000,00 391.410.300.000,00 9,87%
4.1.02 Retribusi Daerah 34.152.426.650,00 38.331.401.300,00 44.078.000.000,00 46.861.000.000,00 49.764.000.000,00 9,93%
4.1.03 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 33.240.482.702,62 35.240.482.703,00 36.500.000.000,00 40.000.000.000,00 45.738.570.000,00 8,38%
4.1.04 Lain-lain PAD yang Sah 85.512.127.859,39 105.937.988.336,00 110.693.700.000,00 139.281.000.000,00 158.215.000.000,00 16,95%
4.2 PENDAPATAN TRANSFER 1.123.122.632.000,00 1.164.863.598.000,00 1.203.708.300.000,00 1.253.132.000.000,00 1.374.339.700.000,00 5,21%
4.2.01 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 915.095.632.000,00 920.836.598.000,00 957.599.542.400,00 994.718.000.000,00 1.087.630.700.000,00 4,46%
4.2.01.01 Dana Perimbangan 887.467.663.000,00 888.929.719.000,00 920.099.542.400,00 957.218.000.000,00 1.050.130.700.000,00 4,35%
4.2.01.02 Dana Insentif Daerah (DID) 27.627.969.000,00 31.906.879.000,00 37.500.000.000,00 37.500.000.000,00 37.500.000.000,00 8,25%
4.2.02 Pendapatan Transfer Antar Daerah 208.027.000.000,00 244.027.000.000,00 246.108.757.600,00 258.414.000.000,00 286.709.000.000,00 8,53%
4.2.02.01 Pendapatan Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi 208.027.000.000,00 244.027.000.000,00 244.027.000.000,00 256.228.000.000,00 284.413.000.000,00 8,33%
4.2.02.02 Bantuan Keuangan 0,00 0,00 2.081.757.600,00 2.186.000.000,00 2.296.000.000,00 5,02%
4.3 LAIN LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 67.511.300.000,00 67.511.300.000,00 66.520.000.000,00 69.471.000.000,00 72.570.000.000,00 1,86%
4.3.01 Pendapatan Hibah 67.511.300.000,00 67.511.300.000,00 66.520.000.000,00 69.471.000.000,00 72.570.000.000,00 1,86%
5 BELANJA DAERAH 1.784.352.063.641,98 1.869.498.506.700,00 1.782.550.000.000,00 1.883.050.000.000,00 2.042.087.570.000,00 3,55%
III.26
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
KODE URAIAN APBDP- TA. 2020 RAPBD TA. 2021 Perubahan RPJMD Perubahan RPJMD Perubahan RPJMD Rata-rata
Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 pertumbuhan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
-. Hibah Kepada Bawaslu 3.000.000.000,00 4.500.000.000,00 -
-. Hibah Untuk Pengamanan Pilkada 3.000.000.000,00 4.000.000.000,00 -
-. Hibah Ke Partai Politik 3.314.590.000,00 3.314.590.000,00 3.314.590.000,00
-. Hibah Lainnya 8.421.410.000,00 8.421.410.000,00 8.421.410.000,00
5.1.06 Belanja Bantuan Sosial 7.863.844.000,00 9.718.844.000,00 7.000.000.000,00 7.000.000.000,00 7.000.000.000,00 -1,10%
5.2 BELANJA MODAL 440.503.802.788,13 402.676.059.616,00 512.900.442.400,00 578.205.000.000,00 652.000.000.000,00 11,07%
5.3 BELANJA TIDAK TERDUGA 44.082.500.000,00 10.246.827.194,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 -39,31%
6 PEMBIAYAAN DAERAH 166.057.880.910,36 99.113.736.361,00 -37.450.000.000,00 -34.950.000.000,00 -49.950.000.000,00 -35,46%
6.1.05 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 0,00%
6.1.06 Penerimaan Pembiayaan Lainnya Sesuai dengan
Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
III.27
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
III.28
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 15. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Pontianak Tahun 2020-2024
2 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 186.007.880.910,36 144.063.736.361,00 15.000.000.000,00 15.000.000.000,00 15.000.000.000,00
3 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00
Sumber : Hasil Analisis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pontianak. 2020 (diolah)
III.29
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Berdasarkan proyeksi kapasitas riil kemampuan keuangan daerah tersebut di atas, selanjutnya
ditetapkan kebijakan alokasi keuangan daerah ke dalam program pembangunan di luar program
kegiatan agar dalam mengalokasikan anggaran benar-benar sesuai dengan prioritas daerah.
Selanjutnya perlu ditetapkan kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah tersebut
ke dalam 3 kelompok prioritas, yakni:
✓ Prioritas I, merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan
(dedicated) Kepala Daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan amanat/kebijakan
nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas
bidang pendidikan minimal 20% (dua puluh persen), kesehatan minimal 10 % (diluar gaji), serta
belanja untuk membiayai urusan pemerintahan yang wajib untuk pelayanan dasar termasuk di
dalamnya untuk pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) ;
✓ Prioritas II, merupakan program prioritas di tingkat Perangkat Daerah yang merupakan penjabaran
dari analisis per urusan setelah pemenuhan urusan urusan wajib pelayanan dasar terpenuhi. Suatu
prioritas II berhubungan dengan program/kegiatan unggulan Perangkat Daerah yang paling
berdampak luas pada masing-masing segmentasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas
dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi
Perangkat Daerah termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang berhubungan dengan itu;
✓ Prioritas III, merupakan perencanaan penganggaran untuk Belanja Bantuan Sosial, Belanja Hibah,
belanja Tidak terduga dan Pengeluaran pembiayaan;
Rencana alokasi penggunaan kemampuan keuangan daerah Kota Pontianak tahun 2020-2024
disajikan dalam tabel berikut:
III.30
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 3. 16. Rencana Penggunaan Kemampuan Keuangan Daerah Kota PontianakTahun 2020-2024
I KAPASITAS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH 1.804.352.063.641,98 1.914.498.506.700,00 1.835.050.000.000,00 1.933.050.000.000,00 2.107.087.570.000,00 4,07%
1 Pendapatan 1.618.294.182.731,62 1.770.384.770.339,00 1.820.000.000.000,00 1.918.000.000.000,00 2.092.037.570.000,00 6,66%
2 Penerimaan Pembiayaan 186.057.880.910,36 144.113.736.361,00 15.050.000.000,00 15.050.000.000,00 15.050.000.000,00 -28,03%
II Belanja Prioritas I 1.180.276.582.083,39 1.251.912.838.123,00 1.184.167.270.260,49 1.259.303.788.724,01 1.405.606.595.212,49 4,66%
1 Belanja Bidang Pendidikan 422.734.624.238,84 465.457.498.285,00 454.466.842.919,67 471.078.333.208,96 495.561.361.769,34 4,15%
2 Belanja Bidang Kesehatan 334.610.039.952,09 358.394.793.500,00 341.420.745.048,53 351.364.243.768,05 404.653.503.372,25 5,11%
Belanja Program Urusan Wajib pelayanan Dasar
3 422.931.917.892,46 428.060.546.338,00 388.279.682.292,30 436.861.211.747,00 505.391.730.070,90 5,03%
Lainnya
III Belanja Prioritas II 521.922.629.326,59 617.585.668.577,00 598.382.729.739,51 623.746.211.275,99 636.480.974.787,52 5,37%
Belanja Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar dan
1 254.250.090.464,99 285.953.119.584,00 261.378.549.739,26 270.545.956.276,39 294.211.897.286,93 4,03%
Urusan Pilihan
2 Belanja Unsur Pendukung 110.101.270.369,00 117.169.681.762,00 117.177.099.999,81 123.165.230.000,19 130.907.403.000,21 4,46%
3 Belanja Unsur Penunjang 157.571.268.492,60 118.614.803.761,00 89.028.890.000,45 92.843.238.000,07 97.569.770.800,38 -10,07%
4 Belanja Unsur Pengawasan 11.370.937.539,00 11.838.000.000,00 11.802.000.000,00 12.450.000.000,00 3,10%
5 Belanja Unsur Kewilayahan 77.116.865.038,00 87.290.760.000,00 89.459.975.999,34 93.566.673.600,00 6,76%
6 Belanja Unsur Pemerintahan Umum 7.360.260.893,00 31.669.430.000,00 35.929.811.000,00 7.775.230.100,00 88,46%
IV Belanja Prioritas III 102.152.852.232,00 45.000.000.000,00 52.500.000.000,00 50.000.000.000,00 65.000.000.000,00 -3,51%
1 Belanja Hibah 30.206.508.232,00
2 Belanja Bantuan Sosial 7.863.844.000,00
3 Belanja Tidak Terduga 44.082.500.000,00
4 Pengeluaran Pembiayaan 20.000.000.000,00 45.000.000.000,00 52.500.000.000,00 50.000.000.000,00 65.000.000.000,00 41,73%
JUMLAH Prioritas I + II + III 1.804.352.063.641,98 1.914.498.506.700,00 1.835.050.000.000,00 1.933.050.000.000,00 2.107.087.570.000,00 4,07%
Keterangan :
- Pada APBD TA. 2020 Penganggaran Belanja prioritas III masih berada di SKPKD/PPKD
- Untuk Tahun 2021 - 2024 Penganggaran Belanja Hibah, Bansos, Tidak terduga dan Pengeluaran Pembiayaan terintegrasi dalam belanja
program sesuai urusannya pada Perangkat Daerah
III.31
Gambaran Keuangan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB IV
PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGI DAERAH
A
nalisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan keputusan dalam
proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang
telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis dapat
menentukan sasaran dan program pembangunan. Isu strategis ini diperoleh dengan cara
mengidentifikasi isu-isu penting dan permasalahan-permasalahan pembangunan.
Jika melihat Kondisi Kota Pontianak dengan perkembangan infrastuktur yang telah terjadi dari akibat
pembangunan pada masa lampau atau dengan kata lain akibat pembangunan yang telah terjadi,
maka sedikitnya mengakibatkan permasalahan baru baik dilingkungan lokasi yang dibangun maupun
daerah sekitarnya. Ada beberapa hal telah dialami yang dapat dihimpun di Kota Pontianak antara lain
yaitu :
Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Sungai ini menjadi denyut aktifitas
masyarakat Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak mulai dari perdagangan sampai aktifitas
rumah tangga seperti mandi dan mencuci. Seiring dengan aktifitas masyarakat yang membuang
limbah langsung ke Sungai Kapuas menyebabkan kualitas air Sungai Kapuas menurun. Dari sisi
kualitas dimana aktifitas di badan Sungai Kapuas tidak hanya dipakai sebagai sumber air industri,
tetapi sungai tersebut di manfaatkan oleh sebagian besar masyarakat Kota Pontianak sebagai sumber
air baku pengolahan air minum, mandi dan cuci, penampung air limbah domestik dan penunjang
sarana transportasi.Semakin meningkat populasi penduduk di suatu wilayah maka semakin banyak
juga kegiatan atau aktifitas penduduk di sepanjang aliran sungai, seperti bertambahnya pemukiman
penduduk, keberadaan pasar, rumah sakit, dan lain lain menyebabkan menurunnya kualitas air di
sungai tersebut. Hal ini terjadi karena pada umumnya perairan sungai menjadi tempat pembuangan
limbah dan merupakan saluran drainase tempat pembuangan limbah dari berbagai aktifitas
masyarakat sehingga menyebabkan air sungai/parit tersebut menjadi tercemar. Hal ini disebabkan
karena kurangnya kesadaran maupun kepedulian masyarakat terhadap Pencemaran air sungai
dengan membuang sampah sembarangan sehingga disaat terjadi air pasang surut maka sampah-
sampah yang terdapat diparit maupun sungai yang ada di badan sungai / air akan mencemari air
sungai yang ada serta sistem pengolahan limbah komunal yang belum maksimal.
Oleh sebab itu perlu di lakukan suatu usaha dalam bentuk penelitian untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi Kota Pontianak dalam menyumbang beban pencemaran bagi Sungai Kapuas di tinjau
IV.1
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
dari akumulasi beban pencemaran yang akan masuk ke badan air Sungai Kapuas yang dilihat dari
sungai atau parit di kawasan Kota Pontianak.
Sebagai contoh saluran primer seperti Sungai Jawi memiliki air dengan warna gelap/hitam yang
tercemar oleh limbah perumahan. Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya pengolahan limbah yang
optimal. Akan diupayakan untuk membangun pintu drainase terintegrasi dengan sistem pengolahan
limbah pada mulut pertemuan drainase sekunder ke drainase primer. Sistem unit pengolahan dengan
kedalaman 80 cm dan tertutup yang dapat pula berfungsi sebagai jalan.
Kota Pontianak merupakan kota yang kondisi datarannya berada sekitar 0.5 – 1 meter diatas
permukaan laut dan sebagian daerah berada dibawah ketinggian air pasang laut yang maksimal,
sehingga menjadikan daerah-daerah tertentu di Kota Pontianak akan tergenang air saat hujan maupun
saat terjadinya air pasang atau rob. Selain itu penyebab tergenangnya beberapa lokasi atau titik
genangan air disebabkan oleh hujan yang intensitas curah hujan dengan durasi yang cukup lamadan
disaat yang bersamaan terjadi air pasang (rob) di Sungai Kapuas.
Perubahan sikap mental bagaimana menyikapi kondisi alam yang setiap saat. Nenek moyang lebih
cerdas melalui pengalaman sehingga membangun rumah yang tinggi terhadap tanah. Seiring
perubahan waktu, kayu belian semakin sulit diperoleh, sehingga metode pembangunan beralih ke
semen dan beton.
Kota Pontianak mengalami genangan dengan jarak waktu 3–7 jam.Sementara itu, sistem jaringan
saluran di Pontianak telah mengalami perbaikan di beberapa lokasi,namun hal ini belum dapat
mengatasi genangan yang sering timbul akibat curah hujan yang tinggi dibarengi oleh air pasang
Sungai Kapuas, sehingga masih terus mengalami genangan, hal ini pula disebabkan permukaan tanah
di Kota Pontianak yang datar dan banyak titik lokasi yang berada dibawah permukaan air pasang
yang tertinggi, sehingga perlu adaanya pembenahan didalam pembangunan drainase yang sesuai
dengan karakteristik yang unik yang membentuk Kota Pontianak. Adapun Kharakteristik unik tersebut
seperti topografi yang relatif datar, muka air tanah yang tinggi, curah hujan yang tinggi, daya dukung
tanah yang rendah, serta selalu dipengaruhi pasang surut air laut. Kelima karakteristik itu merupakan
faktor–faktor penting yang harus selalu menjadi pertimbangan utama dalam penanggulangan masalah
genangan air di Kota Pontianak.
Permasalahan genangan dapat pula dikarenakan berkurangnya area resapan air. Pemerintah Kota
Pontianak sudah mengarahkan pengembang perumahan (developer)untuk membangun drainase/parit
dalam site planperumahan mereka, namun oknum masyarakat menutup drainase. Diperlukan
pengawasan yang lebih ketatdan ketegasan dari pemerintah, terhadap bangunan dan/atau oknum
yang mengganggu aliran air sehingga harus segera disikapi. Perlu adanya regulasi yang mengatur
area resapan air secara umum, sebagai contoh pelarangan pembetonan halaman rumah atau ruko
dan diarahkan untuk menggunakan paving block untuk mempermudah resapan air.
Kota Pontianakmerupakan Kota yang selalu terimbas akibat kejadian yang terjadi kabupaten lain yang
terdekat di Kalimantan Barat.Pada musim kemarau sering terjadi kebakaran hutan atau ladang yang
membuat suasana udara di Kota Pontianak terimbas dengan kabut asap sehingga sering pula
terindikasi berdasarkan alat pantau Indeks Standar Pencemaran Udara atau ISPU, dengan kategori
berbahaya. Kondisi kabut asap yang pekat disebabkan oleh kebakaran yang menyebabkan asap dan
abu sisa pembakaran mengotori udara.
IV.2
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Banyak upaya yang telah dilakukan antara lain melibatkan masyarakat serta komunitas aktivitas
lingkungan di Kota Pontianak melakukan aksi penanganan maupun pencegahan. Berbagai aktivis
membentuk forum masyarakat anti kabut asap kebakaran hutan dan lahan yang terdiri dari kumpulan
seniman, pengusaha, pemadam kebakaran, organisasi kepemudaan dan pelajar. Permasalahan kabut
dan asap merupakan permasalahan bersama dan tanggung jawab bersama pula. Melihat tipikal lahan
gambut, sangat mungkin api sudah menjalar dibawah permukaan. Pemadam kebakaran tidak hanya
dimiliki oleh pemerintah, tetapi pihak swasta juga mempunyai suatu organisasi pemadam kebakaran
yang dengan sukarela mengadakan pemadaman untuk membantu pemerintah mengatasinya.
Permasalahan terletak pada pemadam kebakaran baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai
perlengkapan dan peralatan yang sangat terbatas. Disamping itu diupayakan sinergitas dan kerjasama
yang intens baik kepada pemerintah kabupaten yang bertetangga dengan Kota Pontianak, serta
komunitas maupun tenaga sukarela yang telah terbentuk dalam mengangani permasalahan
kebakaran dan pencegahan kebakaran lahan dan bangunan sehingga permasalahan ini menjadi hal
yang sangat penting diatasi, mengingat hal tersebut dapat mengganggu kelangsungan hidup banyak
orang baik mengganggu kesehatan maupun transportasi baik darat dan udara diakibatkan oleh kabut
asap. Polusi udara yang terjadi akibat meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor serta
diperparah pada musim tertentu disebabkan oleh pembakaran lahan yang terjadi pada Kabupaten
Kubu Raya maupun Kabupaten Pontianak yang berdampak pada Kota Pontianak.
Tupoksi penanganan kebakaran di Kota Pontianak diemban oleh Badan Perencanaan Bencana
Daerah yang terfokus pada kebakaran lahan, sedangkan kebakaran permukiman berada di bawah
Satuan Polisi Pamong Praja. Kebakaran lahan sering kali disengaja oleh oknum.Permasalahan utama
dalam penanganan kebakaran yang sering ditemui dilapangan berupa sulitnya memperoleh sumber
air, solusi kedepan yang dilakukan dapat berupa membangun tandon air maupun outlet air di dekat
area yang rawan kebakaran. Diperlukan naskah akademis yang mengandung kajian secara spesifik
yang membahas lokasi rawan kebakaran lahan dan permukiman, sehingga pembangunan tandon air
dan water outletakan efektif dan efisien. Dampak kebakaran yang berupa asap tidak hanya berasal
dari dalam Kota saja, sehingga penanganan hal ini harus mengundang kabupaten sekitar.
Kota Pontianak merupakankota perdagangan dan jasa dikarenakan karakteristik wilayah geografis
yang minim sumber daya alam. Kota Pontianak memiliki memaksimalkan pertumbuhan ekonomi lewat
perdagangan dan jasa yang dapat menghasilkan permasalahan baru berupakepadatanlalu lintas di
beberapa ruas jalan tertentu. Kemacetan lalu lintas tidak terlepas dari pesatnya angka pertumbuhan
kendaraan bermotor, hal ini disebabkan pula oleh meningkatnya kebutuhan akan kendaraan baik roda
empat maupun roda dua. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ketertiban dan keselamatan
bertransportasi masih kerap dijumpai.
Permasalahan ini apabila tidak dikendalikan akan berujung pada kemacetan lalu lintas mengingat
pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat dan kapasitas jalan yang terbatas. Permasalahan ini
dapat diatasimelalui penambahan kapasitas jalan yang tersedia beserta perangkat pendukungnya.
Kota Pontianak dapat mengupayakan konsep membangun jalan baru menyerupai “jaring laba–laba“
berupa pengembangan jalur alternatif dengan fungsi memecah sejumlah titik kepadatan dan
kemacetan lalu lintas.
Beberapa solusi akan dilaksanakan untuk memecah arus padatnya lalu lintas di beberapa titik dan
ruas jalan akibat semakin tingginya jumlah kendaraan di Kota Pontianak, yaitu dengan memperluas
kapasitas jalan melalui pembangunan jalur dan jalan baru. Pembangunan Jembatan Paralel Kapuas
akan dibangun menggunakan bantuan dana APBN. Simpang Sultan Hamid II akan dilakukan penataan
IV.3
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
rekayasa lalu lintas dan melengkapi perangkat jalan baik pada kaki Jembatan Landak di Kecamatan
Pontianak Timur maupun di Kecamatan Pontianak Utara.
Jalur altenatif pemecah kepadatan arus lalu lintas dapat pula melalui jalan komplek, namun sering
dijumpai jalan komplek tersebut ditutup dengan portal dengan alasan keamanan. Perlu adanya kajian
dan ketegasan dalam mengatasi hal tersebut. Selain itu perlu adanya pembatasan jumlah kendaraan
yang terus meningkat, hal ini dapat melalui edukasi pada masyarakat pentingnya menggunakan
modatransportasi publik. Kota Pontianak harus menyediakan fasilitas transportasi publik perkotaan
yang memiliki konektivitas dan halte pada seluruh titik pusat perekonomian, pemerintahan, dan
kawasan permukiman di Kota Pontianak. Konektivitas angkutan umum berupa jalur Bus Rapid Transit
untuk jalan besar, serta dengan dukungan kendaraan angkutan shuttle untuk jalan yang lebih kecil.
Proyeksi kedepan perlu adanya perubahan fungsi kendaraan oplet (angkot) sebagai kendaraan antar
jemput anak sekolah. Transportasi air juga perlu didorong dengan menyiapkan dermaga sampan
dan/atau kapal yang lebih besar serta terhubung dengan jalur transportasi publik di darat.
Lebih lanjutperlu suatu regulasi yang mengacu pada RTRW dan bersifat komperhensifuntuk mengatasi
permasalahan kepadatan hingga kemacetan lalu lintas yang ada serta yang akan timbul kedepannya
di Kota Pontianak.
Air Bersih merupakan kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak selain makanan dan sandang.
Ketersediaan air bersih baik untuk makan dan minum belum teratasi secara keseluruhan sampai saat
ini dilihat dari masih banyaknya warga masyarakat yang masih mempergunakan air dari tadahan air
hujan sehingga kekurangan bahan air hujan dapat dipenuhi dari bahan air minum yang di subsidi
daerah / Kabupaten lainnya, begitu pula adanya intrusi air laut maka sering terjadi kendala penyediaan
air bersih.
Terkait pelayanan air bersih untuk seluruh warga Kota Pontianak masih terdapat kebocoran (32%)
pada tahun 2019 sehingga untuk tahun 2024 PDAM menargetkan presentase kebocoran dapat
diruntkan menjadi 25,8%, dan diupayakan umtuk tahun 2024 target cakupan air bersih berada di
96,5% dan selanjutnya Cakupan air bersih diupayakan terus mencapai 100%.
Peningkatan pelayanan Kepada Masyarakat dari berbagai kalangan, di tahun 2019 PDAM
menargetkan terealisasinya penambahan pemasangan sambungan baru sebanyak 10.289
Sambungan Rumah yang terdiri dari pemasangan sambungan reguler sebanyak 6108 sambungan
dan pemasangan melalui program pemasangan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebanyak
4081 SR yang tidak dikenakan biaya sambungan baru. Ditargetkan dari tahun 2020 hingga 2024
terdapat 33.604 SR baru. Untuk pelayanan yang maksimal, Pemerintah bersama dengan PDAM Tirta
Khatulistiwa telah melakukan pengembangan jaringan perpipaan 2.009 km, dimana dengan adanya
pengembangan jaringan perpipaan dimaksud berdasarkan Standard BPKP PDAM dapat menargetkan
cakupan pelayanan sampai dengan target yang telah ditetapkan serta dilaksanakan beberapa
program untuk mendukungnya antara lain :
- Pengecekan dan perbaikan kebocoran jaringan perpipaan distribusi
- Penyegelan ulang meter air
- Evaluasi dan penertiban eks pelanggan PDAM
- Evaluasi dan Pengecekan pemakaian 0-10 m3
- Rehab jaringan pipa distribusi yang berada di kapling dan penggantian pipa dinas non PE (PE-
NISASI)
- Penertiban pipa lama yang telah direhab tetapi masih berfungsi
IV.4
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Permasalahan yang dihadapi Kota Pontianak berkaitan dengan Limbah dan sampah adalah sebagai
berikut:
Limbah:
- Belum efektifnya sistem pengelolaan sampah kota akibat sarana dan prasarana yang kurang
memadai;
- Pengelolaan TPA dengan Control Landfill dan Sanitary Landfill belum maksimal sehingga
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.
- Seiring perkembangan ke arah luar kota (Kabupaten Kubu Raya dan Mempawah) Kota
Pontianak mengalami urban sprawl menerima luberan pembangunan fisik, perdagangan dan
jasa yang mengakibatkan naiknya urbanisasi, produktivitas, mobilitas serta berdampak polusi
udara, inefisensi, konflik kebijakan, tanah mahal dan banyak migran; kebutuhan ruang
meningkat, gejala ekspansi kegiatan kota ke Kabupaten.
- Perkembangan antar kecamatan yang berbeda;
IV.5
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
- Memanfaatkan energi surya yang berlimpah sebagai sumber energi listrik di ruang terbuka atau
taman-taman kota dan untuk fasilitas umum.
- Komitmen pada Kebijakan pengurangan sampah yang dibawa ke TPA, sehingga lebih efisien
biaya dengan strategi sebagian sampah harus di proses dengan metode 3R terlebih dahulu.
Permasalahan yang dihadapi Kota Pontianak berkaitan dengan Ruang terbuka Hijau antara lain:
- Belum adanya keterkaitan prasarana dan sarana perkotaan yang membentuk satu kesatuan
pola menghubungkan seluruh wilayah Kota;
- Belum optimalnya pemanfaatan dan pengendalianpemanfaatan rencana tata ruang
kota.
- Masih terjadi disparitas perkembangan antar wilayah kecamatan membutuhkan percepatan
pembangunan pusatpusat pelayanan pada wilayah yang relatif tertinggal sehingga kepatuhan
akan zona ruang terbuka hijau sering terabaikan;
- Belum optimalnya instrumen pengendalian fungsi lahan sehingga ketersediaan ruang terbuka
hijau sangat terbatas ;
- Belum adanya rencana rinci dan integratif dalam pengembangan kawasan terbuka hijau dan
pengembangan fasilitas pendukungnya;
- RTH yang teralokasi sebanyak 12%. Penambahan RTH dilakukan dengan melalui penerbitan
perijinan pengembangan perumahan harus menyertakan fasos. Identifikasi fasos kemudian
dibangun taman tematik, hal ini termasuk ke dalam komponen RTH dengan konsep ‘dibangun
pemkot, dirawat warga’. RTH seharusnya memiliki total luas 20% dari keseluruhan luas Kota
Pontianak.
- RTH dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pontianak melalui program
penataan bangunan dan lingkungan (dengan fungsi keindahan dan estetika), sedangkan RTH
yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dimaksud dengan tujuan kelestarian alam dan
keanekaragaman hayati.
- Perlu disusunnya regulasi yang mengatur Ruang Terbuka Hijau di Kota Pontianak.
IV.6
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
viii. Kekeringan
Kalimantan Barat sering mengalami kebakaran hutan, terutama pada saat terjadinya el-nino dan la
nina. Fenomena tersebut menyebabkan terjadinya penurunan dan peningkatan intensitas curah hujan
di wilayah Kalbar dan sekitarnya, sehingga membawa dampak negatif di Kota Pontianak. Apabila
musim kemarau terjadi di Kota Pontianak, sebaiknya dilakukan antisipasi jauh hari agar resiko dan
permasalahan yang terjadi tidak membawa dampak yang sangat berat bagi kelangsungan hidup
khalayak ramai dengan timbulnya berbagai permasalahan yang berupa: Kekeringan, Penyakit,
Kebakaran dan permasalahan lainnya. Terbatasnya fasilitasi penyediaan air bersih yang tersedia di
masing – masing kecamatan merupakan kendala yang dihadapi kedepan. Solusi yang dapat diambil
dalam mengatasi kekeringan di Kota Pontianak dapat berupa pembangunan embung banjir atau
polder sebagai penampung air.
Kawasanperkotaandituntutuntukmenjadikotayangbaik.Kotayangbaikdapatdidefinisikansebagaikotayan
gmemberikankemudahan
terhadappergerakanlalulintas,sepertijalurpedestrianataujalurpejalankaki.Jalurpedestriansangatpenting
perannyadalammenunjangkelancaranaktivitasdankepentinganmasyarakatkhususnyaKotaPontianak.Ko
taPontianaksudahmemilikijalanyangmemilikijalurpedestrian.SalahsatunyaJalanAhmadYani.Jalurpedestr
iandiJalanAhmadYaniberupatrotoar,zebracross,jembatanpenyebranganorang
danlainsebagainya.JalurpedestriandiJalanAhmadYanimemilikipermasalahansepertisedikitnyamasyarak
atyangberminatmenggunakanjalurpedestrian,sertamasih
kurangnyapenyediaanprasaranadansaranapedestrianyangmemadai.Halinimenyebabkanefektivitasjalur
pedestrianberkurang.
Kota Pontianak merupakan kota sekaligus sebagai pusat pemerintahan dari Provinsi Kalimantan Barat
dengan segala daya tarik kemajuannya serta memiliki fasilits-fasilitas seperti perkantoran, lembaga
masyarakat, lembaga pemerintahan, dan lain-lain yang menjadi pelengkap Kota Pontianak. Namun
dikala malam hari kegiatan yang paling dominan di Kota Pontianak adalah Pedagang Kaki Lima (PKL).
Keberadaan pedagang kaki lima merupakan suatu realita saat ini. Dengan adanya pedagang kaki lima
ini mempengaruhi kinerja jalan dan sekitarnya, bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya
perekonomian di suatu kota atau daerah. Keberadaan pedagang kaki lima di ruas-ruas jalan memang
sangat meresahkan masyarakat sekitar dan membuat suasana menjadi tidak teratur, serta merusak
keindahan. Keberadaan pedagang kaki lima juga merugikan bagi para pengendara karena akan
mengakibatkan kemacetan. Selain itu, terdapat beberapa pedagang kaki lima yang menggunakan
sungai terdekat untuk membuang sampah.
Pemerintah Kota Pontianak, melalui Satpol PP Kota Pontianak telah melakukan patroli penertiban PKL
seminggu dua kali. Fasum yang dipantau kebanyakan bahu jalan yang digunakan sebagai tempat
jualan. Untuk kedepannya diharapkan lahan fasum tak lagi dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat
jualan. Agar inovasi program berjalan, pihaknya juga sudah memberikan pandangan dalam revisi
Perda RTRW. Dalam pembahasan, diharapkan ke depan agar ada satu tempat khusus diberikan bagi
pedagang informal. Dengan memiliki tempat khusus, diharapkan agar lokasi fasum utamanya badan
jalan, tak lagi digunakan masyarakat untuk berjualan.
IV.7
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
a . Keciptakaryaan
▪ Masih rendahnya keterkaitan spasial dan fungsional antara pusat-pusat permukiman dan
pertumbuhan wilayah.
▪ Belum tuntasnya penanganan kawasan kumuh dan rumah tidak layak huni;
▪ Belum optimalnya pengembangan prasarana dan sarana dasar terpadu yang menunjang
kawasan permukiman;
▪ Belum terawat dan tertatanya dengan baik bangunan dan lingkungan pada kawasan cagar
budaya dan heritage;
▪ Pesatnya pertambahan kendaraan bermotor tidak diimbangi dengan sistem tata kelola lalu
lintas yang baik serta pertambahan jalan yang ideal sehingga mulai terjadi kemacetan lalu lintas
di beberapa ruas jalan kota dimana (Kecenderungan meningkatnya kepemilikan kendaraan
bermotor pribadi (sepeda motor, mobil keluarga);
▪ Aksesibilitas antar wilayah belum baik terutama antara kawasan utara dan selatan yang
dipisahkan sungai Kapuas dan rendahnya tingkat penambahan jalan kota dan terbatasnya
koneksi ke Pontianak Utara dan Timur;
▪ Kualitas jalan kota belum seluruhnya baik dan merata;
▪ Sistem dan jaringan transportasi masih belum efektif dalam melayani pergerakan kegiatan
masyarakat di seluruh wilayah kota;
▪ Belum ideal dan meratanya kualitas eksisting konstruksi pondasi jalan, kapasitas daya dukung
jalan dan struktur perkerasan jalan;
▪ Menurunnya kuantitas dan kualitas transportasi publik, sebagi berikut:
- Adanya perubahan peruntukan dan bentuk alat angkut: banyak oplet yang berubah
menjadi pick up (angkutan barang; sampah);
- Belum terkonsepnya Angkutan umum
- Rute bus yang yang belum dapat menjangkau seluruh bagian wilayah Kota;
- jalur angkutan barang dan orang;
- Rute bus yang yang belum dapat menjangkau seluruh bagian wilayah Kota;
- jalur angkutan barang dan orang;
- Belum tersedianya Transportasi massal yang representatif.
- Kondisi Halte yang kurang memadai.
- Belum optimalnya pemanfaatan angkutan sungai;
- Masih lemahnya kesadaran pengguna kendaraan dalam berlalu lintas.
IV.8
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
▪ Belum terintegrasinya sistem drainase yang ada sehingga menyebabkan pengendalian banjir
dan genangan belum optimal;
▪ Tingginya sedimentasi pada saluran menyebabkan daya tampung saluran menjadi berkurang
dan beban biaya normalisasi;
▪ Masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap pemeliharaan saluran drainase yang ada
menyebabkan terjadi penyempitan bahkan penutupan saluran;
▪ Terjadi penyempitan saluran pada muara-muara saluran primer dan tepian sungai/saluran akibat
pembangunan di kawasan bantaran sungai/saluran;
▪ Kondisi turap yang ada pada saluran-saluran drainase yang ada belum seluruhnya baik
sehingga berpotensi terjadinya sedimentasi;
▪ Penyediaan air baku untuk pemerosesan air bersih belum optimal mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk terlebih pada musim kemarau akibat intrusi air laut;
▪ Penyediaan layanan air bersih belum dapat mencakup seluruh kawasan kota/rumah tangga.
▪ Belum optimalnya infrastruktur dan sumberdaya di bidang Teknologi Informasi dan Komputer
(TIK) dalam rangka implementasi e-government;
▪ Belum adanya standar pelayanan minimal terkait dengan ketersediaan informasi;
▪ Belum tersedianya perangkat aturan daerah dan acuan penataan menara telekomunikasi.
IV.9
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Permasalahan yang dihadapi Kota Pontianak berkaitan dengan kependudukan adalah sebagai berikut:
▪ Terjadi ketimpangan penyebaran dan pertambahan penduduk antar wilayah (tertinggi di
Kecamatan Pontianak Barat, dan terendah di Kecamatan Pontianak Tenggara), sehingga
menyebabkan beban layanan fasilitas dan utilitas perkotaan tidak ideal;
▪ Semakin meningkatnya usia harapan hidup berarti semakin banyaknya penduduk lanjut usia
memerlukan perhatian dan pelayanan sesuai kebutuhan hidup penduduk lanjut usia;
▪ Pertambahan penduduk di kota juga di akibatkan oleh migrasi dan urbanisasi mengakibatkan
tekanan terhadap kualitas pelayanan fasilitas yang ada di kota Pontianak dan menciptakan
potensi kerawanan sosial;
▪ Ketimpangan distribusi penduduk akan semakin memperlebar kesenjangan dalam pemenuhan
kebutuhan pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, budaya, ekonomi, infrastruktur dan
birokrasi yang cenderung berkembang dan dinamis di kota.
▪ Masih banyak hambatan dalam layanan kependudukan dan catatan sipil akibat pengelolaan
data kependudukan yang belum efisien
▪ Terdapat peningkatan perpindahan domisili penduduk di bulan Juli 2020 yang cukup tinggi.
ii. Pendidikan
Sistim pelaksanaan penerimaan peserta didik baru sistem online berpengaruh terhadap pelayanan
akses pendidikan kepada masyarakat Kota Pontianak. Hal ini latar belakangi dengan pola persebaran
posisi sekolah yang belum merata di setiap kecamatan, sebagai contoh di Kecamatan Pontianak
Tenggara hanya terdapat 1 SMP Negeri.
Dalam pelayanan pendidikan kepada masyarakat, selain faktor penyediaan sarana dan prasarana fisik,
ketersediaan tenaga pendidik juga perlu di siapkan dalam melaksanakan proses pembelajaran di
sekolah.
Saat ini jumlah tenaga pendidik untuk jenjang SD sejumlah 1.998 untuk jumlah siswa sebanyak
65.647. Perbandingan jumlah guru terhadap murid secara ideal untuk jenjang SD adalah 1:20.
Adapun untuk jenjang SMP jumlah guru sebanyak 985 untuk jumlah siswa sebanyak 27.800 dan
secara ideal perbandingannya jumlah guru terhadap murid untuk jenjang SMP adalah 1:20. Sebagai
dasar hukum rasio minimal jumlah peserta didik terhadap guru tertuang di peraturan pemerintah No
74 tahun 2008 tentang guru di Pasal 17.
Selain itu perlu dilakukan kajian terhadap sebaran penerimaan calon siswa jalur zonasi, untuk melihat
apakah seluruh wilayah di Kota Pontianak sudah terlayani di sektor pendidikan.
iii. Pengangguran
▪ Pendidikan dan keterampilan yang ada saat ini belum dapat sepenuhnya memenuhi
kebutuhan pasar kerja;
▪ Peningkatan mutu dan produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan dan keterampilan belum
maksimal;
IV.10
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
▪ Belum optimalnya pengembangan semangat kewirausahaan bagi penduduk usia kerja agar
mampu bekerja secara mandiri dan menciptakan lapangan kerja baru;
▪ Terbatasnya perluasan lapangan kerja menyebabkan belum maksimalnya penyerapan
tenaga kerja yang ada
iv. Kemiskinan
Pada Tahun 2017 terdapat sekitar 5,31 persen penduduk miskin di Kota Pontianak. Hal ini dapat
terjadi karena pertumbuhan ekonomi kota belum optimal dan belum merata sehingga Tingkat
pengangguran dan jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi dimana Kebijakan permodalan,
pemasaran, aturan hukum dan peran serta pihak swasta dan perbankan belum optimal dalam
mendorong pengembangan produk unggulan daerah. Proses pemberian insentif dan kemudahan
investasi belum efektif menarik investasi sehingga belum dapat secara optimal melakukan kualitas
pelayanan dan investasi. Adapun peningkatan daya saing investasi melalui dukungan penyediaan
infrastruktur pendukung masih belum optimal sehingga tidak jarangterjadi adanya ketidak
sinambungan sumber pembiayaan daerah seperti terjadinya silpa yang bersumber dari kegagalan
penyerapan anggaran. Belum Fokusnya pembangunan Kota Pontianak yakni meliputi pembangunan
dasar sumber daya manusia sehingga perlu mereduksi kemiskinan, mereduksi penggangguran,
mereduksi penyakit- penyakit sosial masyarakat, menurunkan kekumuhan, pemerataan infrastruktur
perkotaan, meningkatkan akses antar wilayah (melanjutkan inner ringroad) dan membangun jalan-
jalan baru, melanjutkan pembangunan sanitasi perkotaan serta merintis sistem transportasi publik.
Data DTKS masih belum sempurna. Perlu diselenggarakan Muskel yang akan diadakan satu kali
dalam satu tahun, untuk sinkronisasi dan perbaikan data kemiskinan. Masih terdapat banyak masalah
administrasi kependudukan baik tidak punya KK maupun KTP. Di lapangan banyak ditemukan lebih
dari satu bantuan untuk pribadi yang sama. Kota Pontianak terkendala dalam
menyampaikan/sosialisasi bantuan sosial yang berupa BKH, BPNT dsb. Dinas Sosial merencanakan
akan mengupayakan aplikasi penerimaan bantuan sosial untuk masyarakat.
▪ Masih rendahnya masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan prabayar dari 627.021 jumlah
penduduk Kota Pontianak yang telah mengikuti jaminan kesehatan berjumlah 248.413
peserta ( 47,55 %).
▪ Belum maksimalnya fungsi Puskesmas disebabkan oleh terbatasnya fasilitas Puskesmas itu
sendiri sehingga masyarakat selalu dirujuk ke RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota
Pontianak dan rumah sakait Sudarso milik Pemerintahan Propinsi Kalimantan Barat sehingga
jika terjadi kondisi penyakit yang mewabah sering mengalami kesukaran dalam
mengatasinya.
▪ Masih kurangnya tenaga kesehatan, non kesehatan maupun administrasi baik di puskesmas
maupun di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak:
i. Mutu layanan kesehatan belum sepenuhnya sesuai dengan standar nasional;
ii. Pemahaman petugas tentang AFP belum optimal dan sistem kewaspadaan dini Rumah
Sakit belum berfungsi optimal
iii. Perkembangan metode dan teknologi medis yang berlangsung cepat dan dinamis
belum diikuti peningkatan profesionalisme pelayanan kesehatan, serta ketercukupan
IV.11
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
jumlah tenaga-tenaga medis dan spesialis serta paramedis, bidan, ahli gizi, dan ahli
sanitasi;
▪ Masih ditemukannya kasus kematian ibu, kematian bayi dan kasus gizi buruk
▪ Pelayanan yang diberikan di RSUD Kota Pontianak belum optimal disebabkan masih banyak
sumber daya manusia yang berstatus non PNS sehingga kesulitan dalam membagi waktu
dalam rangka meningkatkan keterampilan petugas untuk mengikuti kursus ataupun diklat.
Permasalahan yang dihadapi Kota Pontianak berkaitan dengan sosial adalah sebagai berikut:
▪ Jangkauan, mutu dan akses sistem jaminan sosial masyarakat yang berkelanjutan belum
mencakup seluruh masyarakat kota;
▪ Masih cukup banyak masyarakat penyandang masalah sosial dan dalam penanganan dan
pemberdayaannya belum terjadi sinergi antara pemerintah, swasta dan masyarakat;
▪ Penanganan dan pelayanan sosial penduduk lanjut usia yang mendorong kemandirian dan
memberikan peluang bagi masyarakat untuk berperan nyata dalam usaha-usaha
kesejahteraan sosial didukung prasarana yang mencukupi dan berkualitas belum berjalan
seperti yang diharapkan.
▪ Perlunya mengoptimalkan peran Komunitas yang menangani Bidang sosial di masyarakat
dengan mensinergikan program kerja dalam rangka penanganan permasalahan yang ada di
masyarakat sehingga terjalin mitra yang saling mendukung antara Pemerintah dan Komunitas
yang terakreditasi.
▪ Muskel akan diadakan satu kali dalam satu tahun, untuk sinkronisasi dan perbaikan data
kemiskinan. Data DTKS.
▪ Masih terdapat banyak masalah administrasi kependudukan baik tidak punya KK maupun
KTP
▪ Di lapangan banyak ditemukan lebih dari satu bantuan untuk pribadi yang sama. Kota
Pontianak terkendala dalam menyampaikan/sosialisasi bantuan sosial yang berupa BKH,
BPNT dan sebagainya.. Dinas Sosial merencanakan akan mengupayakan aplikasi
penerimaan bantuan sosial untuk masyarakat.
▪ Penerimaan Sekolah jalur Zonasi memacu penduduk untuk pindah domisili dalam KK (pindah
alamat tinggal). Dalam program PKH untuk warga yang sudah tidak lagi tercantum dalam KK,
akan tidak diberikan bantuan sosial.
▪ Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi, kehidupan seni,
bahasa dan sastra;
▪ Peninggalan warisan budaya fisik (tangible) saat ini sudah terancam keberadaannya;
▪ Belum optimalnya pengelolaan budaya sebagai aset yang sangat berharga untuk
mengundang kunjungan dan perhatian dari luar daerah dan dunia internasional;
▪ Belum optimalnya pengembangan keragaman seni dan budaya serta pemberdayaan
lembaga budaya;
IV.12
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
▪ Masih lemahnya perlindungan hukum bagi semua aset kebudayaan baik fisik maupun non
fisik dalam bentuk Hak atas Kekayaan Intelektual bangsa;
▪ Dengan perkembangan IT selain membawa dampak positif bagi masyarakat dan generasi
muda tidak jarang membawa dampak negatif yang mengakibatkan terjadinya degradasi
moral bagi bangsa Indonesia.
Terkait dengan posisi BNN yang berada sebagai lembaga independen dalam pelaksanaan
pemberantasan narkoba dalam menyampaikan komunikasi dan pemberantasan narkoba tentu akan
menghadapi tantangan tersendiri.
Sejalandengan itu BNN Kota Pontianak sudah melakukan penanganan dan sosalisasi sesuai
kapasitasnya. Adanya kerjasama yang baik serta dukungan dari Pemerintah Kota Pontianak dalam
melakukan pemberantasan Narkoba di Kota Pontianak yang dimulai dari kalangan PNS Kota
Pontianak secara Rutin.
Pemberantasan yang dilakukan dengan melakukan sosialisasi secara gencar tentu akan
mempercepat pemberantasan terjadinya penyalah gunaan narkoba di lingkungan PNS Kota
Pontianak.
Akibat gencarnya pemberantasan yang telah dilakukan dengan dukungan berbagai elemen, ternyata
kota Pontianak tidak dapat serta merta merasa sudah berhasil melainkan mendapat tantangan baru.
Problem yang lebih marak yaitu adanya penggunaan sejenis zat adiktif yaitu inhallen dan lainnya
dengan cara–cara yang baru yang pada akhirnya merusak generasi penerus. Hal ini perlu adanya
penanganan yang serius dari berbagai elemen dan Pemerintah secara terus menerus.
Gizi buruk atau stunting merupakan persoalan yang tidak bias dianggap ringan dalam menghadapi
kelangsungan hidup kedepannya.Kalimantan Barat secara Nasional merupakan Daerah dengan angka
yang terbesar ke dua (2) di Indonesia. Setelah diteliti ternyata Kota Pontianak juga merupakan Kota
yang mempunyai angka Stunting yang perlu diperhatikan karena menyangkut kelangsungan hidup
untuk generasi penerus.
Kota Pontianak mengupayakan agar Kota yang bebas dari Keluarga Stunting dengan berbagai
program kerja yang dipadukan dengan segenap elemen masyarakat yang memperdulikan
kelangsungan hidup masyarakat miskin maupun keluarga yang terkena Stunting. Program dengan
Upaya bebas dari Stunting bertujuan untuk mengedukasi masyarakat khususnya kader-kader
kesehatan mengenai peran masyarakat dalam urusan menjaga kecukupan gizi.
Terkait dengan gizi ini sangat diperlukan peran lintas sektoral dan organisasi-organisasi sosial
kemasyarakatan, bagaimana bersama-sama melakukan intervensi terhadap masalah masalah
sensitive seperti masalah stunting. Khusus mengenai stunting di Kota Pontianak, hal ini dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu untuk usia dua tahun Kota Pontianak sudah mencapai angka standar
dan penilaian tersebut menunjukan bahwa pelayanan kesehatan pada anak-anak sudah baik.
Tetapi, untuk kategori usia anak mencapai lima tahun ke atas terjadi peningkatan kurang gizi hal ini
dipengaruhi prilaku hidup dalam keluarga yang kurang memperhatikan pentingnya masalah gizi untuk
tumbuh kembang anak-anak ketika anak anak sudah dikenalkan dengan makanan orang dewasa,
IV.13
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
dimana angkanya naik terakhir 2018 dengan angka 28 persen, ini menunjukan bahwa adanya perilaku
dalam keluarga kurang sadarnya menjaga pentingnya masalah gizi.
Untuk itu perlunya penanganan khusus dalam rangka peningkatan Pengetahuan kepada Keluarga
penyediaan Makanan bergizi serta upaya peningkatan kwalitas gizi anak balita melalui Posyandu
maupun pemberdayaan masyarakat dalam rangka Penanganan Gizi buruk pada masyarakat.
x. Penyakit Menular
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang berasal dari
sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang
rentan.Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
agen penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan
yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui perantara (vector) atau lingkungan.
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang sering terjadi di Kota
Pontianak, baik yang sedang marak saat ini yaitu pandemi Virus Corona (Covid 19) yang tertular dari
masyarakat Kota Pontianak atau Penularan dari warga yang berkunjung dari Kota Lain antara lain:
a. Penyakit menular potensial mewabah antara lain: Diare, Demam berdarah (dengue), Malaria,
yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kotor dan dapat juga karena Konsumsi yang
tidak higienis serta air minum yang dikonsumsi sehingga pada waktu tertentu penyakit tersebut
sering mewabah di Kota Pontianak.
c. Penyakit menular penting lain dikelompokkan dengan sejumlah penyakit antara lain: Penyakit
menular seksual, Sifilis (Raja Singa), Gonorhoe (kencing nanah), HIV/AIDS, Hepatitis-B, Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
d. Pandemi Covid-19 yang saat ini sedang melanda dunia, bahkan secara khusus Kota
Pontianak mengalami dampaknya juga. Akibat Pandemi Covid-19 ini mengakibatkan
sejumlah aktivitas sosial, ekonomi, dan pendidikan terhambat. Berbagai upaya pun
terus dilakukan pemerintah. Salah satunya melalui kebijakan Pembatasan Sosial
maupun Work From Home (WFH) maupun School From Home (SFH) yang juga telah
diterapkan dalam rangka mengatasi penyebaran Virus dalam masa Pendemi ini agar
tidak berdampak luas, namun dengan dilakukan pembatasan social (Social Distancing)
ini disamping mempunyai sisi positif dalam rangka penyebaran virus, pembatas sosial
telah menimbulkan dampak negatif antara lain menurunkan omzet dunia usaha,
pengurangan karyawan, pengurangan jumlah hari kerja karyawan, PHK karyawan,
tutupnya dunia usaha, pengangguran meningkat, angka kemiskinan bertambah, angka
kriminalitas meningkat, kecemburuan social meningkat. Dari permasalahan yang ada
akibat pandemi Covid-19 ini maka sektor yang terdampak langsung antara lain sektor
perdagangan, sektor pariwisata, dan sektor kesehatan.
IV.14
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Program penanganan pandemi Covid-19 di Kota Pontianak dilakukan dengan melakukan refocusing
dan realokasi anggaran belanja daerah berupa memberikan porsi alokasi untuk melakukan tindakan
sebagai berikut :
1 Membuat Jaring Pengaman Sosial antara lain berupa bantuan Sembako selama masa pandemi
kepada masyarakat yang terkena dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19
2 Meningkatkan Pelayanan Kesehatan, berupa menyediakan Tempat Isolasi dan penambahan ruang
di unit layanan kesehatan yang ada.
3 Melakukan pemulihan ekonomi melalui kegiatan :
a Pembinaan dan Pengembangan Kegiatan Perdagangan, Industri, Koperasi dan UMKM antara
lain berupa bantuan modal usaha, keringanan pajak
b Pembinaan dan Pengembangan Sektor Pariwisata, melalui penerapan New Normal di seluruh
aktivitas pariwisata di Kota Pontianak
c Pengembangan Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit menular yang setiap tahunnya selalu memakan
korban jiwa menjadi perhatian dalam pembangunan kesehatan di Kota Pontianak dengan
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
▪ Surveillance penyakit menular
▪ Antisipasi/ pencegahan penyakit menular
▪ Penanggulangan wabah/ kejadian luar biasa(KLB)
▪ Penanganan Warga yang terpapar Covid 19.
Perlindungan Kesehatan bagi warga kurang mampu, Pemerintah Kota Pontianak telah mempunyai
program jaminan Kesehatan masyarakat miskin yang terintegrasi dengan BPJS Kesehatan serta
penangan masyarakat yang terpapar covid 19 dengan menyediakan tempat isolasi dalam membatasi
penyebaran virus yang melanda dunia secara umum dengan segala keterbatasan fasilitas yang benar-
benar dirasakan oleh tenaga kesehatan serta kurangnya pengetahuan atau keperdulian sebagian dari
masyarakat dalam pencegahan penyebaran virus corona.
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan seperti tingkat pendapatan, pendidikan, akses tehadap barang dan jasa, lokasi geografis,
gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak hanya dipahami sebagai ketidak mampuan ekonomi,
tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam menjalani hidupnya secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara
umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, dan rasa aman dari perlakuan atau ancaman
kekerasan.
Sebagai bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, kemiskinan
perkotaan masih menjadi permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Kota Pontianak. Secara
kuantitas jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan terus mengalami penurunan, namun
belum sepenuhnya terselesaikan. Hal ini terlihat dari data prosentase jumlah penduduk miskin yang
dirilis BPS di tahun 2014 tercatat 5,15% (30.93.000 jiwa dengan garis kemiskinan Rp.
369.079./kap/bulan), 2015 sebesar 5,22% (31.56.000 jiwa dengan garis kemiskinan Rp.
IV.15
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
403.905/kap/bulan) dan di tahun 2016 tercatat sebanyak 5,55% (34.11.000 jiwa dengan garis
kemiskinan Rp. 427.783 /kap/bulan) penduduk dan 2017 sebesar 5,31% (33.18.000 jiwa dengan
garis kemiskinan Rp. 439.648/kap/bulan) Kota Pontianak.
Satu hal yang perlu dicermati terkait angka kemiskinan adalah potensi meningkatnya jumlah penduduk
yang masuk dalam kategori rawan miskin yang sangat rentan terkena dampak perubahan kebijakan
ekonomi. Selain menimbulkan masalah ekonomi, kemiskinan kota juga dapat menimbulkan pengaruh
terhadap ketentraman dan ketertiban umum. Berbagai gangguan dan masalah sosial seringkali
disebabkan karena tekanan kemiskinan sebagai faktor pemicu. Apabila tidak ditangani dengan serius
dan sistematis kondisi ini dapat menimbulkan ganggguan terhadap ketertiban umum. Penanganan
masalah sosial ini tidak cukup hanya diserahkan pada pemerintah saja, akan tetapi dibutuhkan
partisipasi seluruh pemangku kepentingan terutama pemuka masyarakat, tokoh agama dan para
pembina masyarakat di tingkat lokal.
Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan dalam menanggulangi permasalahan peningkatan
kesejahteraan masyarakat antara lain:
a. Penguatan Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan salah satu fokus dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan ketahanan pangan diharapkan dapat mendukung ketahanan sosial, stabilitas ekonomi,
stabilitas politik, dan keamanan serta ketahanan nasional. Dalam mewujudkan ketahanan pangan, isu
strategis yang harus diperhatikan adalah penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas sumber daya
manusia, dan pengembangan tata laksana dengan mengedepankan aspek ilmu pengetahuan dan
teknologi, ketersediaan dan kesehatan pangan, akses atau keterjangkauan pangan, serta distribusi
dan diversifikasi pangan. Untuk itu diperlukan sinergitas pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat
dengan mengedepankan kerjasama antar daerah, antar lembaga penelitian, serta penegakan hukum.
IV.16
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
kebijakan Pemerintah Pusat yang tertuang dalam Masterplan Percepatan Perluasan Pembangungan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan SDG’s.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakt relatif belum merata, hal ini terlihat dari
ukuran PDRB per kapita penduduk di wilayah Kecamatan Pontianak Utara dan Timur lebih rendah
dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. Begitupula dari indikator angka kemiskinan di dua
kecamatan tersebut merupakan angka tertinggi apabila dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
Dalam upaya mengurangi ketimpangan ekonomi masyarakat tersebut, diperlukan kebijakan dan
strategi khusus diantaranya dengan membuka lapangan pekerjaan dengan akses untuk berusaha di
wilayah tersebut serta merancang program-program untuk mendorong Usaha Mikro Kecil dan
Menengah termasuk pedagang informal baik melalui kebijakan maupun penyediaan fasilitas dan modal
kerja.
e. Pemberdayaan
Isu gender merupakan salah satu isu pokok lain yang harus mendapatkan perhatian dalam rangka
memperbesar peran serta perempuan secara aktif dalam pembangunan kota. Potensi perempuan
sangatlah besar mengingat rasio penduduk menurut jenis kelamin di Kota Pontianak di tahun 2017
adalah 99,61 artinya jumlah penduduk perempuan hampir seimbang dengan jumlah penduduk laki-
laki. Untuk itu perempuan perlu mendapatkan porsi yang lebih besar dalam segala bidang
pemerintahan dan pembangunan.
Disisi lain peran anak dan pemuda juga tidak dapat dikesampingkan. Anak dan pemuda adalah
gambaran masa depan sehingga perlu mendapatkan porsi yang sesuai dalam pembangunan seperti
pelibatan dalam proses perencanaan pembangunan, mendesain program-program yang
mengakomodir anak-anak berbakat dan pemuda berprestasi serta kegiatan-kegiatan yang
merangsang kreatifitas mereka sehingga terhindar dari aktifitas negatif dan tidak produktif.
Peraturan Daerah Kota Pontianak yang sudah diterbitkan perlu diimplementasikan jika pelanggaran
terjadi dan sebagai acuan kerja bagi Perangkat Daerah yang menangani pelanggaran–pelanggaran
yang telah dilakukan oleh masyarakat maupun Pemerintah.
Pemerintah Kota Pontianak menetapkan Perda Tentang Ketertiban Umum dengan tujuan salah
satunya mengatur ketertiban kesehatan di sarana atau tempat tempat umum. Salah satu ketertiban
kesehatan berupa pengaturan Kawasan Tertib Rokok. Permasalahan terletak pada belum adanya
penegakan sanksi bagi para perokok yang melanggar ketentuan dilarang merokok di kawasan
pendidikan dan tempat-tempat umum.
IV.17
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Selain itu masih banyak terdapat pelanggaran pada Perda 20 tahun 2019 tentang Bangunan dan
gedung yang membutuhkan sinergitas dari berbagai Perangkat Daerah dengan dukungan Instansi
luar. Begitu pula Perda yang lainnya perlu ada penegakan hingga penetapan sanksi yang tegas.
Kota Pontianak sebagai kota yang dihuni oleh beragam masyarakat yang multietnis memiliki sifat
rawan terhadap konflik sosial yang terbawa dari sejarah masa lalu. Permasalahan konflik dapat ditinjau
dari berbagai aspek, baik aspek ekonomi maupun aspek lainnya. Kondisi Kota Pontianak kalau
diperbandingkan antara daerah kabupaten dengan kota, ternyata tingkat pengangguran di Kota
Pontianak dan Kota Singkawang relatif lebih tinggi di bandingkan dengan daerah kabupaten lainnya.
Hal ini dikarenakan, sebagai daerah perkotaan tidak bisa menghindari arus urbanisasi (migrasi),
sehingga perkembangan jumlah penduduk yang cepat diperkotaan tidak diikuti dengan tersedianya
lapangan pekerjaan yang cukup, akibatnya timbul pengangguran. Seiring kurangnya lapangan
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan, tidak menutup kemungkinan terjadi kerawanan serta gesekan
yang terjadi di lingkungan masyarakat, sehingga menjadi perhatian SKPD terkait secara bersama-
sama dan sinergi menciptakan suatu program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut.
Melihat konflik yang pernah terjadi di Kota Pontianak maka perlu dimaksimalkan peran dan kesadaran
masing masing pengurus FKUB dengan meningkatkan serta mencari suatu bentukatau kegiatan yang
dapat dilakukan sehingga keterbatasan. Rescue Linmas tidak menjadi penghambat dalam
menciptakan kondisi toleran di Kota Pontianak. Perlu adanya selektifitas dalam menjaring dengan
menyeleksi pengurus atau anggota yang memahami aturan yang dikeluarkan dengan Peraturan
Bersama (PBM). Aturan–aturan Pusat dapat di adopsi kepada aturan yang tercipta di Kota Pontianak
sehingga aturan secara nasional tentang pengurus/anggota FKUB yang merangkappengurus dan
anggota partai politik, atau yang terlibat dalam kegiatanpolitik praktis dapat ditinjau karena dapat
mempengaruhi kinerja pengurus itu sendiridan citra independensi FKUB sebagai wadah yang netral
untuk pembinaankerukunan hidup umat beragama.
Pembinaan lembaga FKUB di daerah dilakukan bersama antara Pemerintahan Kota Pontianak melalui
Kantor Kesatuan Bangsa dan Sosial Politikdan Kementerian Agama melalui Kantor Kementerian
Agama Kota Pontianak. Kantor Kesatuan Bangsa dan Sosial Politik Kota Pontianak memfasilitasi dari
aspek administrasi Pembuatan Keputusan Walikota Pontianaktentang pembentukan Dewan
Penasehat FKUB Kota Pontianak, dan anggaran Pembinan untuk honorarium Dewan Penasehat dan
Keanggotaan FKUB. Sedangkan Kantor Kementerian Agama memfasilitasi pelaksanaan tugas dan
Fungsi FKUB, termasuk kesekretariatan FKUB berada di Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak.
Sengketa antara Pengusaha dan Pekerja masih seringterjadi di Kota Pontianak walaupun tidak jarang
dapat diselesaikan dengan damai dengan memberikan peran serikat pekerja mendampingi
penanganan kasus yang dialami para pekerja.Tidak jarang pula kasus yang terjadi sampai naik ke
meja Pengadilan karena ketidak adanya kesepahaman kedua belah bihak, hal ini disebabkan :
a. Kurangnya pemahaman dari Pengusaha atas aturan- aturan yang dapat ditaati sebagai
pengusaha terhadap pekerja dan pengetahuan dari pekerja atas hak dan kewajibannya
sebagai pekerja.
b. Kurang maksimalnya peran serikat pekerja karena keterbatasan anggota pekerja yang dapat
mengikuti organisasi tersebut diakibatkan pembatasan dari para pengusaha.
IV.18
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Pergeseran pengertian Linmas yang dulu berada pada naungan Kasbangpol kini sudah bergeser di
bawah binaan Satpol PP sebagai potensi keterlibatan masyarakat di kelurahan maupun tingkat
kecamatan. Kewenangan Linmas yang ada masih banyak yang belum tercover. Penguatan Linmas
diarahkan berbasis Masyarakat yang tidak lagi memerlukanpenggunaan baju hijau hansip. Paradigma
Linmas kini harusnya bergerak kearah pemberdayaan masyarakat sebagai contoh dengan
terciptanya kampung siaga, kampung tertib lalu lintas, kampung aman, kampung bebas narkoba,
serta komunitas yang mengarah ke ketertiban dan perlindungan masyarakat. Forkopincam diharapkan
dapat mengakomodir perkembangan dan inovasi yang dibutuhkan sesuai perkembangan teknologi
dan harapan masyarakat.
Masih banyak terdapat kasuk-kasus yang terjadi masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak
sehingga perlunya suatu regulasi jaminan keamanan bagi Perempuan dalam beraktifitas maupun
berperan didalam berbagai bidang pembangunan serta mengoptimalkan Peran perempuan terutama
dalam struktur pemerintahan dan organisasi politik yang membawa dampak peningkatan wawasan
terhadap kaum perempuan ;
a. Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak dasar perempuan dalam kehidupan sosial,
ekonomi, budaya dan politik belum memadai;
b. Pengarusutamaan gender dalam perumusan peraturan perundang-undangan, kelembagaan,
dan kebijakan anggaran masih kurang;
c. Tingkat trafficking tinggi sehingga Perlu dicari solusi nya.
d. Pemanfaatan data dari Capil akan sangat membantu. Untuk mencapai Kota Layak Anak, perlu
adanya perubahan database terkait perubahan nama dari data “anak dikeluarkan sekolah”
menjadi “anak dikembalikan ke orang tua”.
e. Diupayakan untuk membuat MOU kerjasama antara Pemkot dan Pesantren, terkait penitipan
anak sekolah yang bermasalah.
f. Perlu adanya sekolah layak anak namun terkendala anggaran.
g. Perkawinan di bawah umur masih terjadi
Permasalahan dalam Olah Raga dan Kepemudaan adalah kurangnya peran dan partisipasi para
pemuda Kota Pontianak yang masih rendah, hal ini terlihat dalam nilai LPPD yang sangat kurang.
Adapun permasalahan lain diuraikan sebagai berikut:
a. Peran serta pemuda dan keterlibatan organisasi kepemudaan sebagai mitra kerja pemerintah
dalam pelaksanaan pembangunan dirasakan belum optimal;
b. Belum optimalnya pembinaan pemuda berprestasi dan berbakat;
c. Sistem manajemen keolahragaan yang belum professional dari masing-masing cabang olahraga
dapat diatasi dengan membangun Sistem Informasi Pembinaan Olahraga berbentuk web;
IV.19
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
d. Belum sinerginya program kerja di bidang olahraga diantara beberapa lembaga dan stakeholder
keolahragaan seperti KONI, Pengcab, dsb dapat diatasi dengan membentuk FORMI hingga
olahraga tradisional dapat diangkat;
e. Masih terbatasnya fasilitas sarana dan prasarana olahraga dan disisi lain sumber daya
penunjang pembinaan olahraga seperti pelatih yang berkualitas masing sangat kurang sehingga
pembentukan keahlian dan keterampilan teknis atlet kurang maksimal.
f. Belum optimalnya pembinaan olahraga di usia muda hampir di tiap cabang olahraga sehingga
sangat sulit menyiapkan atlit yang akan diorbitkan untuk berbicara di tingkat yang lebih tinggi.
g. Belum maksimalnya pengakomodiran program Ekonomi Kreatif baik dari segi program maupun
pendanaan.
a. Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi, kehidupan seni, bahasa
dan sastra;
b. Peninggalan warisan budaya fisik (tangible) saat ini sudah terancam keberadaannya;
c. Belum optimalnya pengelolaan budaya sebagai aset yang sangat berharga untuk mengundang
kunjungan dan perhatian dari luar daerah dan dunia internasional;
d. Belum optimalnya pengembangan keragaman seni dan budaya serta pemberdayaan lembaga
budaya;
e. Masih lemahnya perlindungan hukum bagi semua aset kebudayaan baik fisik maupun non fisik
dalam bentuk Hak atas Kekayaan Intelektual bangsa;
Dinas Kependudukan terus berupaya memberikan layanan serta mengembangkan pola pelayanan
prima agar Masyarakat dapat terfasilitasi dengan baik dalam melaksanakan tertib administrasi
kependudukan serta memangkas birokrasi untuk mempercepat pelayanan. Namun kendala kerap
terjadi dikarenakan keterbatasan blanko KTP yang disediakan oleh Pemerintah Pusat.
Kota Pontianak adalah kota yang berkembang karena lokasi strategis dan fungsi yang diembannya
sebagai ibukota propinsi Kalimantan Barat. Kota ini sangat sedikit dikaruniai kekayaan alam yang
dapat dipergunakan untuk memacu perkembangannya. Efek positif dari hal tersebut adalah
berkembangnya sektor perdagangan dan jasa serta konstruksi sebagai dinamo pertumbuhan ekonomi
kota. Disisi lain dengan beragam keunikan dan potensi lain yang dimilikinya, sangat memungkinkan
untuk pengembangan pariwisata sebagai katalisator perkembangan sektor perdagangan dan jasa.
Untuk itu dalam perkembangannya, kedepan sektor pariwisata perlu mendapatkan perhatian dalam
konsep pembangunan strategis Kota Pontianak.
IV.20
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Kini Kota Pontianak memiliki beberapa lokasi wisata, yaitu Alun-Alun Kapuas, Tugu Khatulistiwa,
Waterfront, Taman Digulis, kampung-kampung tematik, dan beberapa titik wisata lainnya yang terus
berkembang. Sebagai contoh pembangunan waterfront yang pemanfaatannya harus lebih diarahkan.
Perkembangan dan pembangunan lokasi wisata ini harus disertai dengan pengendalian dan dan
pemanfaatan yang tepat. Pemerintah Kota Pontianak perlu untuk membentuk badan unit yang secara
khusus mengelola seluruh lokasi wisata di Kota Pontianak. Badan unit ini sendiri diharapkan menjadi
leading sector dalam koordinasi bersama Perangkat Dinas terkait penggunaan dan pemanfaatan
lokasi wisata hingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal pada perekonomian Kota
Pontianak.
Jenis tanah di Kota Pontianak terdiri dari jenis tanah organosol, gley, humus dan aluvial dengan
karakteristik masing- masing berbeda satu dengan lainnya. Wilayah dengan jenis tanah ini memiliki
karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Pada wilayah tanah yang bergambut ketebalan
gambut dapat mencapai 1-6 meter, sehingga menyebabkan daya dukung tanah yang kurang baik
apabila diperuntukkan untuk mendirikan bangunan besar sehingga lebih tepat dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian. Luas wilayah Pontianak sebesar 107,82 km2, di mana wilayah tersebut merupakan
pesisir di Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan lahan kosong di Kota Pontianak tidak terlalu banyak.
Ketersediaan lahan kosong di Pontianak hanyalah sekitar 30%, Hal ini disebabkan demografis dari
kota tersebut. Dari total lahan kosong tersebut diperuntukkan bagi daerah jalur hijau yang merupakan
lahan gambut, sementara lahan gambut di sudah ditetapkan lahan pertanian, jalur hijau dan
peternakan.
c. Pengendalian Inflasi
Kota Pontianak terhitung bulan Januari hingga Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 1,28%
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 145,58%. Inflasi terjadi karena kenaikan indeks semua
kelompok pengeluaran dari tujuh kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan, “Ada empat
kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks tertinggi yaitu kelompok transportasi,
komunikasi, dan jasa keuangan 4,43% serta kelompok bahan makanan 1,61% ”
Fenomena yang terjadi bahwa ada persamaan inflasi di bulan Desember 2018 dengan bulan
Desember 2017 sebelumnya yaitu 3,99%. Karenanya Pontianak menjadi kota ketiga dengan inflasi
tertinggi setelah Kota Tarakan dan Sampit.
Sementara di bulan Desember 2018, sepuluh komoditas mengalami kenaikan harga tertinggi secara
berurutan yaitu angkutan udara, daging ayam ras, sotong, kacang panjang, rokok kretek, bubur,
bawang merah, makanan ringan/snack, emas perhiasan, dan cabe rawit. sedangkan sepuluh
komoditas mengalami penurunan tertinggi yaitu bayam, sawi hijau, ikan tongkol, minyak goreng,
sepatu, ikan dencis, oyong/gambas, sepeda motor, kol putih/kubis, dan nanas. Dengan Upaya
menekan angka inflasi, Kota Pontianak membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah sehingga tim
tersebut dapat menggali potensi dalam pengendalian harga – harga di Kota Pontianak.
Kebutuhan pangan akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk itu
produksi komoditas tanaman pangan di wilayah Kota Pontianak perlu dipacu perkembangannya agar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat beras dan tanaman sumber karbohidrat lainnya merupakan
Fokus utama dalam pengembangan pembangunan pertanian di wilayah Kota Pontianak. Beralihnya
IV.21
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian menjadi tantangan yang perlu dicermati secara
seksama. Kebijakan strategis pemerintah dalam pembangunan sektor pertanian dan Perikanan dalam
upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan.
Kondisi lahan Kota Pontianak sebagian besar terdiri atas lahan gambut dengan luasan mencapai 5592
ha atau sekitar 51,86% dari luas wilayah Kota Pontianak yang sangat potensial untuk pengembangan
komoditas tanaman biofarmaka khususnya lidah buaya Aloevera yang merupakan salah satu
komoditas unggulan di kota Pontianak. Selanjutnya, pengembangan sektor pertanian di Kota
Pontianak lebih dititikberatkan pada pengembangan diversifikasi produk yang mempunyai nilai
ekonomi strategis yang diharapkan dapat bersaing di pasar global dengan memanfaatkan keunggulan
komparatif dan kompetitif Komoditas pertanian yang ada di kota Pontianak.
Disamping itu pembangunan pertanian di Kota Pontianak juga diarahkan pada peningkatan
ketersediaan bahan pangan asal hewan yang ASU (Aman Sehat Utuh) dan ASUH(Aman Sehat Utuh
dan Halal). Ketersediaan bahan pangan asal hewan berasal dari hewan sapi, ayam, kambing, dan itik
merupakan bahan pangan asal hewan yang ASUH, sedangkan bahan pangan asal hewan yang ASU
berasal dari hewan babi. Tumbuhnya kesadaran masyarakat Kota Pontianak akan pentingnya bahan
pangan yang sehat.
Pengembangan kawasan perikanan budidaya air tawar masih berpotensi untuk dikembangkan
mengingat Kota Pontianak dilalui dua aliran sungai yang cukup panjang dan dalam yakni Sungai
Kapuas dan sungai landak Selain itu pemanfaatan lahan pekarangan di lokasi pemukiman yang masih
belum optimal dimanfaatkan masyarakat untuk dikembangkan usaha budidaya ikan air tawar
menggunakan kolam terpal.
Permasalahan yang kerap terjadi adalah kurangnya partisipatif dari Koperasi dalam pembangunan
perekonomian di Kota Pontianak. Masih terdapat banya koperasi yang tidak lagi aktif. Koperasi yang
tergolong pasif tersebut diklasifikasikan sehingga dibubarkan dengan mekanisme yang sesuai.
Penilaian sifat aktif dan pasif dari koperasi yang ada di Kota Pontianak, dilakukan melalui asistensi
kegiatan LPPD.
Adapun Permasalahan lain dalam pembinaan sektor ini dapat diuraikan sebagai berikut:
▪ Masih lemahnya Daya saing produk UMKM akibat kualitas produk, pengemasan yang belum
baik dan akses pasar yang rendah sehingga perlu pembinaan yang intensif;
▪ Pengembangan industri/usaha mikro, kecil dan menengah belum komprehensif dan
berkelanjutan;
▪ Belum optimalnya peningkatan kualitas produk melalui standarisasi dan sertifikasi produk serta
perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HAKI);
▪ Kemampuan teknologi IKM masih kurang;
▪ Industri kecil dan menengah yang berorientasi pasar belum berkembang dan kesulitan dalam
pemasaran;
▪ Kemitraan antara usaha ekonomi besar, menengah dan kecil termasuk pedagang informal
belum terjalin secara efektif;
▪ Peran Koperasi dalam mengangkat perekonomian masyarakat belum maksimal akibat
sebagian besar koperasi berkategori tidak sehat;
IV.22
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
▪ Penanganan pedagang informal (PKL) belum maksimal dan masih bersifat parsial.
▪ Jaringan pemasaran dan pemberian fasilitas masih kurang mendukung;
▪ Jumlah koperasi aktif masih sedikit;
▪ Manajemen dan inovasi pengembangan usaha koperasi dan UMKM belum optimal;
▪ Kualitas SDM pengelola koperasi dan kelembagaan koperasi dan UMKM masih kurang;
▪ Akses pemodalan bagi koperasi dan UMKM masih rendah.
▪ Belum terjalinnya kemitraan sinergis antara pelaku usaha UMKM dan Koperasi dengan Pelaku
Usaha Skala Besar.
▪ Kurangnya pengetahuan atau keterampilan UMKM dengan pola strategi pemasaran dengan
gaya milenial.
Peningkatan Peran Badan Usahan Milik Daerah dan Badan Layanan Umum Daerah diharapkan dapat
mempercepat pelayanan kepada masyarakat.
BUMD Aneka Usaha merupakan BUMD yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Pontianak. BUMD ini
masih berada dalam tahap kajian program. Beberapa program yang akan menjadi penggerak Badan
Usaha ini diantara lain: SPBU, ATK, Kolam Renang, gedung parkir, sembako. Opsi pembentukan
BUMD ini dipilih mengingat pembentukan UPT yang memiliki daftar syarat yang panjang dengan
mengacu pada Permendagri 12 tahun 2017.
Peningkatan peranan dunia usaha dalam perekonomian perlu dilakukan seperti CSR. Selain itu
program Bussines Development Center diharapkan memiliki kontribusi pada dunia usaha di Kota
Pontianak
Beberapa permasalahan di bidang pemerintahan yang bersifat umum dan terus menjadi perhatian
untuk perbaikan sehingga memperoleh manfaat yang maksimal berupa:
- Sinkronisasi Perencanaan, Penganggaran dan pengendalian
IV.23
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Sedangkan permasalahan di bidang ini yang bersifat spesifik dan khusus di Kota Pontianak yaitu:
Penerapan smart government di kota Pontianak diarahkan menuju untuk menuju Kota Pontianak
sebagai Smart City. Konsep smart city ini akan berhasil apabila diperoleh pemahaman seluruh
aparatur dan masyarakatnya. Untuk memberikan pemahaman terkait Pontianak Smart City, maka
gerakan literasi mulai ditingkatkan kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan meningkatkan
kemampuan literasi masing-masing individu diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan
kualitas hidup baik itu secara individu, keluarga maupun dalam masyarakat. Secara luas, sifat litersi
yang memiliki “multiple effect” dapat membantu pembangunan berkelanjutan, termasuk didalam
pembangunan Pontianak Smart City.
Beberapa konsep pengembangan literasi dari Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia dapat di adopsi di Kota Pontianak dalam mendukung perwujudan smart city, diantaranya:
▪ Sosialisasi dan Training of Trainer Internet CAKAP (Cerdas, Kreatif, dan Produktif), bertujuan
untuk memfasilitasi, mengedukasi/literasi dan memberikan pemahaman tentang penggunaan
internet secara positif tidak hanya sehat dan aman namun juga cerdas, kreatif dan produktif
kepada agen perubahan di masyarakat guna mendorong pemberdayaan TIK yang berdaya
guna, bernilai tambah dan bermanfaat.
▪ Bimbingan Teknis di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), merupakan kegiatan
dalam rangka peningkatan kapasitas yang diperuntukkan bagi Pemuda, Pelaku Usaha, Guru,
Responsif Gender dan Kaum Difable dengan Topik pelatihan berupa Teknologi Website,
Jaringan Komputer, Aplikasi dan Konten.
▪ Pembentukan, Pembinaan dan Pelatihan Agen Perubahan Informatika, yaitu orang yang mampu
menggunakan TIK dan Internet dan dapat mempromosikan, menularkan serta memberikan
edukasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan Internet Secara Cerdas, Kreatif dan Produktif.
Selain itu, kegiatan sosialisasi dan publikasi konsep pengembangan Pontianak Smart City, juga harus
terus dilakukan seiring dengan usaha pemerintah dalam menyiap berbagai perangkat dan infrstruktur
yang mendukung. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, diantaranya:
▪ Sosialisasi berbagai progam aplikasi berbasis TIK di lingkungan kecamatan, kelurahan, Rukun
Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) sebagai aparatur yang paling dekat hubungannya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
▪ Sosialisasi melalui kelompok-kelompok masyarakat dan komunitas-komunitas yang berkembang
di Kota Pontianak.
▪ Publikasi melalui media massa dan media sosial lokal.
▪ Sosialisasi dan publikasi melalui berbagai kegiatan yang berbasis teknologi informasi dan
kreatifitas.
Beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam penerapan Smart City di Kota Pontianak akan dituangkan di
dalam revisi Dokumen Masterplan Smart City Kota Pontianak.
Dalam rangka menciptakan Pemerintahan yang baik dan bersih perlu adanya perbaikan dan upaya
dalam penyelenggaraan di Pemerintahan di Kota Pontianak, walaupun Kota Pontianak sudah termasuk
IV.24
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
baik namun masih diperlukan pembenahan atas setiap permasalahan yang terjadi. Adapun
permasalahan yang ada antara lain:
▪ Kurangnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan;
▪ Kerjasama, kemitraan dan jejaring kerja antara masyarakat sipil, DPRD, partai politik dan
pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan daerah serta dalam kapasitas penguatan
kelembagaan masih perlu ditingkatkan;
▪ Pengembangan dan peningkatan kapasitas pelayanan pemerintah berbasis elektronik dan
internet (electronic Government, e-Gov) masih perlu ditingkatkan;
▪ Belum optimalnya implementasi Good Governance;
▪ Masih kurangnya tenaga sumber daya aparatur pangawasanyang memiliki
kemampuan/keahlian seperti akuntansi,bidang hukum dan tenaga penyidik;
▪ ASN Pemkot Pontianak kurang meminati diklat PPNS;
▪ Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaanpemerintahan masih perlu
ditingkatkan;
▪ Masih terdapatnya temuan dan tindak lanjut dari temuan yang belum terselesaikan.
Sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap perbaikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan, dibutuhkan perbaikan menyeluruh terhadap birokrasi yang ada.
Reformasi birokrasi merupakan konsep perbaikan birokrasi dengan ruang lingkup yang luas,
mencakup pembenahan struktural, prosedural, kultural, dan etika birokrasi. Perbaikan bukan hanya
mencakup aspek sistem birokrasi belaka akan tetapi juga meliputi budaya kerja dan perubahan
paradigma penyelenggaraan pemerintahan.
Isu penting menyangkut reformasi birokrasi ini adalah penataan kelembagaan atau institusi yang
efisien dengan tata laksana yang jelas (transparan), kapasitas SDM yang profesional, akuntabilitas
tinggi kepada masyarakat dan pelayanan publik yang prima. Selain itu isu lainnya dalam konteks ini
adalah menciptakan sinergitas antar lembaga pemerintah, sinergitas antara pemerintah dengan dunia
usaha dan masyarakat untuk mewujudkan birokrasi yang profesional.
Wujud nyata reformasi birokrasi ini dapat berupa berbagai program seperti penataan struktur
birokrasi, penataan jumlah dan distribusi PNS, sistem seleksi CPNS dan promosi PNS secara terbuka,
pengembangan Sistem Elektronik Pemerintah (e-Government), penyederhanaan perizinan usaha dan
izin mendirikan bangunan, serta peningkatan remunerasi berdasarkan "merit system".
Dokumen Perencanaan dari Pemerintah Daerah merupakan suatu runtutan yang tidak terlepas satu
dengan yang lain. Penyusunan dokument dilakukan secara terstruktur dari dokumen perencanaan
untuk periode jangka panjang dengan gambaran program secara umum, hingga dokumen
perencaaan untuk periode satu tahun dengan gambaran program yang diturunkan ke dalam kegiatan
dan sub-kegiatan dalam suatu Perangkat Daerah. Secara sistematis dokumen perencanaan tersebut
berupa RPJP, RPJM, RKPD, Renstra, hingga Renja. Selain itu dokumen perencanaan lain yang
menjadi landasan pembangunan Kota Pontianak berupa RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang
diturunkan melalui RDTR dan RTBL dengan mencantumkan kawasan strategis sebagai prioritas
pembangunan.
IV.25
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Produk Dokumen Perencanaan yang disusun harus bersifat komperhensif dan tersinkronisasi kepada
dokumen turunannya. Pembuatan dokumen ini harus melibatkan banyak Perangkat Daerah terkait
sehingga isi pembahasan dari dokumen tepat sasaran. Dokumen harus melewati konsultasi publik
dengan mengundang masyarakat terkait dan akademisi. Editor yang secara khusus memperbaiki
penulisan dan redaksional. Hal ini diperlukan untuk memperoleh dokumen yang memiliki substantif
yang lebih baik.
Dokumen Tata Ruang memiliki indikasi program serta pengembangan kawasan strategis. KSK harus
dituangkan ke dalam RPJM agar mengakomodir amanah Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
untuk dilaksanakan. Hal ini kemudian yang akan dinilai oleh Kementerian Dalam Negeri, sehingga
harus menjadi prioritas perhatian. Beberapa Pengembangan kawasan di Kota Pontianak mengarah
kepada Kawasan Lingkar Kota, dan Jembatan Siantan-Bardan. Pengawasan dan Pembangunan
pengembangan Kawasan harus tersinkronisasi.
Dokumen perencanaan yang telah disusun seperti RPJM diharapkan dapat dievaluasi pada tiap
tahunnya untuk mengetahui capaian pembangunan sesuai yang telah direncanakan. Dokumen lain
seperti SAKIP perlu ditetapkan Perangkat Daerah mana yang akan menjadi leading sektor-nya.
v. Perubahan SOTK
Perubahan Nomenklatur Perangkat Daerah mengacu pada Permendagri Nomor 90 tahun 2019.
Sebagai contoh Perangkat Daerah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Pontianak
akan dikonversi menjadi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Pontianak, sehingga perangkat
pendukung berupa Peraturan Daerah terkait perlu didorong untuk menjadi perhatian.
Pembentukan Kelurahan Baru sudah tertuang di dalam Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008
tentang Pemekaran Kecamatan Pontianak Utara. Setelah dilakukan analisis, Peraturan Daerah
tersebut melanggar Permendagri terkait Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Kelurahan.
Perda tersebut harus dicabut dengan melalui Peraturan Daerah yang lebih baru. Penyusunan Perda
yang baru memerlukan Kajian Naskah Akademik secara komperhensif dengan memperhatikan aspek
ekonomi, sosial, budaya, dan tata pemerintahan yang sesuai.
Rukun Tetangga/Rukun Warga memiliki dana operasional yang kini masih berada di bawah Bagian
Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Kota Pontianak dalam bentuk fasilitasi dan pembinaan
RT/RW. Selain itu Bagian Kesra memiliki dana bantuan guru ngaji dan fardu kifayah. Kewenangan
dana operasional ini kedepannya diharapkan untuk dipindahkan kepada Badan Keuangan Daerah
Kota Pontianak.
IV.26
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Dalam perencanaan kedepan dalam rangka mendukung visi dan Misi Walikota ,maka perlu di
identifikasi issue – issue Pembangunan yang berkelanjutan yang telah dikaji pada SDG’s yaitu yang
tertera di Tabel berikut di bawah ini :
7 tergesernya budaya
lokal/kearipan
lokal/dekadensi moral/
8 Human trapicking
Pilar 7. Menjamin akses terhadap energi yang 9 Energy listrik yang andal,
Pemban terjangkau, dapat diandalkan, bersih dan terbarukan
gunan berkelanjutan dan modern bagi (kelistrikan/PLN biar pet) dan
Ekonomi semua. BBM
IV.27
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
15 Banjir /genangan
IV.28
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
IV.29
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
6. Manajemen Lalu Lintas 6. Antisipasi dan 6. Sampah dan limbah 6. Belum optimalnyapengelolaan
(bidang fisik prasarana dan Pengendalian potensi lahan untuk tercapai
infrastruktur) Banjir keseimbangan kepentingan
pemanfaatan sumber daya lahan
(kawasan lindung dan kawasan
budidaya)
7. Pengelolaan Parkir (bidang 7. Antisipasikebakar 7. Belum optimalnya 7. Terbatasnya Peluang
fisik prasarana dan an Lahan dan pengelolaan potensi kesempatan pekerjaan yang layak
infrastruktur) Kekeringan daratan (kawasan lindung
dan kawasan budidaya)
agar tercapai
keseimbangan kepentingan
pemanfaatan
8. Pengelolaan Sumber Daya 8. Pelestarian 8. Alih fungsi lahan dan 8. Kualitas Pendidikan di
Air, Sampah dan Limbah Budaya Lokal konflik lahan masyarakat
(bidang fisik prasarana dan
infrastruktur)
10. Penataan dan Pemerataan 10. Peningkatan 10. Pencemaran air 10. Belum optimalnya pola
kawasan Taman an Ruang Stabilitas parit/sungai yang ada di kehidupan sehat dan sejahtera
Terbuka Hijau (bidang fisik Keamanan dan badan sungai/air
prasarana dan Ketertiban Umum
infrastruktur)
11. Peningkatan infrastruktur 11. Isu Global dan 11, kehidupan sehat dan 11. Ketahanan pangan dan gizi
guna Mendukung Peran dan Nasional serta sejahtera (Kelaparan/Kemantapan keters ediaan
Daya Saing (bidang fisik keterkaitannya lahan dan bahan pangan+sayuran+9
prasarana dan infrastruktur) dengan Visi Kota bahan pokok )
Pontianak
12. Antisipasi Kebakaran Lahan 12. kesempatan pekerjaan 12. Banjir /gena
dan Kekeringan (bidang fisik yang layak
prasarana dan infrastruktur)
13. Pengembangan Sistem Kepadatan dan keadaan 13. Ketersediaan air bersih dan
Transportasi dan Angkutan pemukiman di perkotaan sanitasi yang layak
Umum (bidang fisik serta infrastrukturnya
prasarana dan infrastruktur)
IV.30
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
14. MDG's (bidang fisik 14. Banjir /genangan 14. Kepadatan dan keadaan
prasarana dan pemukiman di perkotaan serta
infrastruktur) infrastrukturnya
15. Peningkatan Kualitas SDM 15. Pelayanan dan 15. Kekeringan dan kebakaran
(Bidang sosial budaya dan Transparansi pengelolaan lahan/pemukiman
kependudukan) kelembagaan
16. Pendataan kependudukan 16. Kemiskinan 16. Kemiskinan dimasyarakat
(Bidang sosial budaya dan dimasyarakat (pendapatan (pendapatan minim)
kependudukan) minim)
17. Pengendalian Penduduk 17. Kuantitas dan Kualitas 17. Kestaraan Gender (peran
(Bidang sosial budaya dan Pendidikan masyarakat perempuan dan anak)
kependudukan)
18. Penanggulangan Masalah 18. Kemacetan arus lalu 18. Kemacetan arus lalu lintas
Sosial (Bidang sosial lintas darat darat
budaya dan
kependudukan)
19. Peningkatan Kualitas 19. Kestaraan Gender 19. Pelayanan dan Transparansi
Pendidikan (Bidang sosial (peran perempuan dan pengelolaan kelembagaan
budaya dan anak)
kependudukan)
20. Peningkatan Kualitas 20. tergesernya budaya 20. Pergeseran budaya
Kesehatan masyarakat lokal/kearipan
lokal/kearipan lokal/dekadensi
(Bidang sosial budaya dan lokal/dekadensi moral/
moral/
kependudukan)
21. Pemberdayaan 21. Kekeringan dan 21. Intrusi air laut (sumber air
Masyarakat (Bidang sosial kebakaran baku)
budaya dan lahan/pemukiman
kependudukan)
22. Pemberdayaan Perempuan 22. Human trapicking 22. Kurang terbukanya Akses
dan Anak (Bidang sosial (Provinsi) masyarakat terhadap informasi
budaya dan kependudukan) Pembangunan dan kelembagaan
23. Pembinaan Pemuda dan 23. Energy listrik yang Peningkatan Stabilitas Keamanan
Olah Raga (Bidang sosial andal, bersih dan dan Ketertiban Umum
budaya dan kependudukan) terbarukan (kelistrikan/PLN
biar pet) dan BBM
(Provinsi)
IV.31
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
IV.32
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam
perencanaan pembangunan Daerah karena dampaknya yang signifikan bagi Daerah dengan
karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka menengah/panjang dan menentukan
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah di masa yang akan datang. Memperhatikan
permasalahan yang dihadapi Kota Pontianak seiring dengan dinamika dan perkembangan kota, maka
rumusan isu strategis pembangunan jangka menengah daerah yang perlu menjadi perhatian dalam
pelaksanaan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan guna mewujudkan Kota Pontianak yang
berwawasan lingkungan, cerdas dan bermartabat , serta sebagai Kota Layak Huni dan Kota Masa
Depan adalah:
ii. Pembinaan dan Pengembangan Kegiatan Perdagangan, Industri, Koperasi dan UMKM
Dengan di Bangunnya UMKM Centre maka diharapkan agar pembangunan yang dilaksanakan diiringi
dengan kwalitas hasil UMKM yang dipasarkan dengan melakukan pengembangan produk dan kualitas
setiap pelaku Usaha.
Dengan mengefektifkan koordinasi dan kerja tim Pengendalian Inflasi maka harga barang dan komoditi
penyumbang inflasi dapat di tekan. Hal tersebut perlu kebijakan yang tepat karena inflasi kadang
terjadi bukan dari factor kondisi di Kota Pontianak saja melainkan secara Luas dengan pengaruh
Kondisi Nasional. Upaya Kota Pontianak dengan melakukan Sidak Harga Barang di pasar yang
beredar dan penyediaan stok barang pengendali, diharapkan pula perlu ditingkatkan penyediaan
keragaman jenis produk yang cendrung meningkatkan Inflasi.
Upaya Pengembangan Destinasi wisata diiringi dengan perbaikan Infrastruktur serta pembinaan SDM
di wilayah yang menjadi tujuan wisata di Kota Pontianak.
v. Pengembangan Kewirausahaan
Dalam Rangka Pengembangan pada Bidang Agribisnis Kota Pontianak melakukan Upaya
pengembangan Produk Lidah Buaya sebagai Ikon Produk yang dihasilkan dari Kota Pontianak.Tetapi
IV.33
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
sering mengalami Gangguan dengan kualitas yang kalah bersaing dengan Produk Luar. Hal ini
dianggap perlu Kajian Khusus atas Kendala yang dihadapi dari permasalahan Hilir dan Hulu dalam
peningkatan Produksi, Kualitas Barang dan kemasan , Pemasaran, Varian Produk yang ada.
Dengan permasalahan yang sering terjadi dimana tenaga kerja yang baru memulai pencarian kerja
tidak mempunyai keterampilan sehingga Pemerintah Kota Pontianak perlu memperhatikan kualitas
tenaga kerja atau pencari kerja dengan membuka kursus gratis bahasa asing sehingga dapat
menambah keterampilan tenaga kerja dengan melakukan pelatihan bagi calon tenaga kerja maupun
pekerja itu sendiri ( misalnya : Kursus Satpam, Otomotif dan keterampilan lainnya sesuia kebutuhan
lapangan kerja)
Dalam rangka Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dilakukan upaya
penciptaan lapangan kerja yang dilaksanakan melalui kegiatan yang bertujuan menciptakan
keterampilan pencari kerja dalam bentuk pelatihan kerja serta memfasilitasi pengusaha dan pencari
kerja melalui kegiatan Pameran Bursa Kerja atau Job Fair Kota Pontianak penyerapan tenaga kerja
yang penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak bagi semua pencari kerja.
ix. Peningkatan Investasi (Infrastruktur, SDM, Birokrasi, Keamanan dan Kepastian Hukum)
Kota Pontianak yang identik sebagai kota perdagagangan dan jasa tentunya sangat dpegaruhi oleh
investasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kegiatan perekonomian untuk kesejahteraan
masyarakat. Sebagai modal dasar agar investasi dapat terus masuk di Kota Pontianak tentunya harus
didukung oleh beberapa hal seperti ketersediaan infrastruktur dasar yang memadai (jalan, saluran, air
bersih, listrik, dll) , Sumber daya manusia baik kuliatas maupun kuantitas, iklim birokrasi dan perizinan
yang kondusif (mudah, transparan, cepat dan murah) serta didukung juga keamanan dan ketertiban
Kota yang baik.
Salah satu kewajiban penting pemerintah yang harus dilaksanakan untuk kesejahrteraan warganya
adalah menjaga stabilitas pemenuhan dan harga kebutuhan pokok masyarakat. Untuk menjaga agar
tidak terjadi inflasi yang berakibat penurunan daya beli masyarakat dan bertambahnya angka
kemiskinan, salah satu kegiatan / kiat yang harus selalu dilakukan adalah menyediakan informasi
harga pasar, khususnya terhadap barang-barang penting dan kebutuhan pokok masyarakat.
xi. Akurasi Data Rumah Tangga Miskin dan Peningkatan Rumah Layak Huni
IV.34
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
integritas data sebagai dasar penyelenggaraan jaminan sosial untuk fakir miskin, peran pemerintah
daerah sangat signifikan.
Selain itu penuntasan kemiskinan juga dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah melalui perbaikan
rumah tidak layak huni, yang secara langsung juga akan mengurangi luasan wilayah kumuh di Kota
Pontanak.
Dalam ekonomi kependudukan dikenal dengan istilah transisi demografi, yaitu sebuah konsep
mengenai proses penurunan angka kelahiransampai terciptanya tingkat populasi yang stabil. Proporsi
usia penduduk 66 tahun keatas atau usia tua membawa dampak akan terjadi Bonus Demografi yang
nantinya akan membawa pengaruh dapat mengatasi kesejahteraan dan masuk fase jendela
kesempatan dimana jumlah penduduk produktif dapat diakumulasikan untuk memacu pertumbuhan
ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan diKota Pontianak
Dengan pemanfaatan Bonus demografi maka Kota Pontianak memaksimalkan kualitas SDM angkatan
Kerja yang lebih baik dan membuka seluas- luasnya lapangan pekerjaan dalam rangka pengentasan
kemiskinan.
Subsidi pengurangan beban bagi masyararak tidak mampu diluar yang diberikan oleh pemerintah Kota
Pontianak akan tetap dipertahankan/diberikan sesuai dengan kewenangan dalam bentuk
menyelenggarakan Pendidikan gratis, pemberian beasiswa untuk masyarakat tidak mampu,
pemberian jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin yang belum tercover oleh pemerintah pusat,
perbaikan rumah tidak layak huni, melakukan operasi pasar pada waktu dan tempat-tempat tertentu.
Selain itu pelatihan-pelatihan untuk masyarakat tidak mampu juga tetap akan dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan skilldalam meningkatkan pendapatan keluarga.
Salah satu sarana prasarana yang wajib dipertahankan kondisi dan fungsinya agar tetap bisa
menopang perekonomian Kota Pontianak dan Kabupaten sekitarnya adalah keberadaan Pasar-pasar
tradisional. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha pembangunan, peremajaan, perbaikan dan
pemeliharaan pasar-pasar tersebut agar tetap bisa beroperasi secara maksimal.
xv. Evaluasi Penerimaan Tiap Jenis Pajak Daerah Termasuk Kesesuaian Tarif dan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP)
Pajak Daerah merupakan salah satu pendapatan yang mempunyai kontribusi cukup besar dalam
Pendapatan Asli Daerah. Walaupun dari sisi pendapatan bisa mendukung belanja daerah, tetapi perlu
terus dilakukan evaluasi agar pajak daerah tersebut tidak memberikan dampak negative terhadap
iklim investasi di Kota Pontianak dan dapat pula mengakibatkan ekonomi biaya tinggi dalam aktivitas
perekonomian yang ada.
IV.35
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Ekonomi kreatif adalah gagasan baru sistem ekonomi yang menempatkan informasi dan kreativitas
manusia sebagai faktor produksi yang paling utama. Ide merupakan barang mahal dalam ekonomi
kreatif, karena ide-ide yang kreatif inilah yang akan mendorong terciptanya inovasi-inovasi yang
kemudian menjadi solusi baru dan produk baru, dimana ini merupakan jawaban selama ini atas
masalah minimnya kualitas produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah 17 tujuan yang telah ditentukan oleh PBB
sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi . Tujuan ini
diformulasikan sejak 19 Juli 2014 dan diajukan pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh
Kelompok Kerja Terbuka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Termasuk didalamnya adalah
pengentasan kemiskinan dan kelaparan, perbaikan kesehatan, dan pendidikan, pembangunan kota
yang lebih berkelanjutan, mengatasi perubahan iklim, serta melindungi hutan dan laut.
Berikut 17 tujuan SDGs :
1. Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta
menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
3. Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia.
4. Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan.
6. Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua.
7. Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern
untuk semua.
8. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan
pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan mendorong
inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
11. Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.
12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
13. Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
14. Pelindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan
15. Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun,
menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan
keanekaragaman hayati.
16. Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif
17. Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan
IV.36
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
IV.37
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
(20) SDG’s
IV.38
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
IV.39
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
▪ Sosialisasi dan Training of Trainer Internet CAKAP (Cerdas, Kreatif, dan Produktif), bertujuan untuk
memfasilitasi, mengedukasi/literasi dan memberikan pemahaman tentang penggunaan internet
secara positif tidak hanya sehat dan aman namun juga cerdas, kreatif dan produktif kepada agen
perubahan di masyarakat guna mendorong pemberdayaan TIK yang berdaya guna, bernilai tambah
dan bermanfaat.
▪ Bimbingan Teknis di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), merupakan kegiatan dalam
rangka peningkatan kapasitas yang diperuntukkan bagi Pemuda, Pelaku Usaha, Guru, Responsif
Gender dan Kaum Difable dengan Topik pelatihan berupa Teknologi Website, Jaringan Komputer,
Aplikasi dan Konten.
▪ Pembentukan, Pembinaan dan Pelatihan Agen Perubahan Informatika, yaitu orang yang mampu
menggunakan TIK dan Internet dan dapat mempromosikan, menularkan serta memberikan edukasi
kepada masyarakat tentang pemanfaatan Internet Secara Cerdas, Kreatif dan Produktif.
Selain itu, kegiatan sosialisasi dan publikasi konsep pengembangan Pontianak Smart City, juga harus
terus dilakukan seiring dengan usaha pemerintah dalam menyiap berbagai perangkat dan infrstruktur
yang mendukung.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, diantaranya :
▪ Sosialisasi berbagai progam aplikasi berbasis TIK di lingkungan kecamatan, kelurahan, Rukun
Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) sebagai aparatur yang paling dekat hubungannya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
▪ Sosialisasi melalui kelompok-kelompok masyarakat dan komunitas-komunitas yang berkembang
di Kota Pontianak.
▪ Publikasi melalui media massa dan media sosial lokal.
▪ Sosialisasi dan publikasi melalui berbagai kegiatan yang berbasis teknologi informasi dan kreatifitas.
IV.40
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
- Masih terdapatnya temuan dan tindak lanjut dari temuan yang belum terselesaikan;
b) Sumber Daya Aparatur
- Kuantitas sumber daya aparatur masih belum ideal, terjadi kekurangan SDM aparatur;
- Masih terkendalanya pengembangan profesionalisme, keahlian dan keterampilan SDM
aparatur sesuai dengan bidang kerjanya;
- Belum semua sumber daya aparatur yang ada bekerja sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya;
- Belum optimalnya pemahaman SDM aparatur terhadap peraturan kepegawaian
- Belum Optimalnya pelayanan Informasi Publik di setiap OPD berbasis Tehnologi Informasi
dengan rancangan dan terapan system kearsipan, pelayanan pubik daerah dengan
menggunakan Teknologi Informasi; sehingga perlu membentuk tim pelayanan informasi pubik
disetiap Perangkat Daerah
- Belum Optimalnya system dan mekanisme pengawasan dari masyarakat yang terintegrasi
dan terlembaga seperti menyusun system dan mekanisme saluran pengelolaan pengaduan
dan keluhan masyarakat secara partisipatif dan terintegrasi; memperkuat peran serta
masyarakat yang terlembaga dalam pengawasan pelaksanaan program dan kebijakan
daerah;
- Belum optimalnya penerimaan restribusi dan pajak daerah dalam PAD Kota Pontianak
4.2.5. Isu Global dan Nasional serta keterkaitannya dengan Visi Kota Pontianak
Tahun 2016, Sustainable Development Goals (SDGs)dicetuskan untuk meneruskan MDGs agar lebih
terarah dan berkelanjutan. SDGs diharapkan dapat dicapai pada tahun 2031 dan memiliki 5
(lima)pondasi utama yang meliputi: Manusia, Planet, Kesejahteraan, Perdamaian dan Kemitraan
dengan 17 (tujuh belas) target sasaran utama, yakni:
1. Tanpa Kemiskinan
Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia.
2. Tanpa Kelaparan
Tidak adalagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta
mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan
Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk
seluruh masyarakat di segala umur.
IV.41
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
4. Pendidikan Berkualitas
Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan
kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang dimulai dari
tingkat dasar dengan pola pengenalan lingkungan dan pembangunan karakter
yang positif dan inklusif serta berkeadilan mendorong kesempatan belajar seumur
hidup bagi semua orang serta Peningkatan mutu Hasil Pendidikan baik ditingkat
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
5. Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan
dengan meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan dalam kesempatasan
berpartisipasi dalam pembangunan.
6. Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
orang.
7. Energi , Bersih dan Terjangkau
Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpecaya,
berkelanjutan dan modern dengan mengembangkan pola- pola sumber energi
alternatif untuk semua orang.
8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak
Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan
kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industri baik
kecil, menengah dan besar yang memberdayakan pelaku ekonomi kreatif yang
inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi dari segala lini.
10. Mengurangi Kesenjangan
Mengurangi ketidaksetaraan baik dalam sebuah negara maupun di antara negara-
negara di dunia.
11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas
Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas, aman,
berketahanan dan berkelanjutan.
12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab
Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
IV.42
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Hal terpenting bagi kota-kota di dunia termasuk Kota Pontianak dalam pencapaian SDGs adalah
sasaran yang ke-8 dan ke-9 yaitu bagaimana mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan
dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang
serta membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industri baik industri kecil
yang , menengah maupun besar yang yang di support dari pelaku ekonomi kreatif yang inklusif dan
berkelanjutan serta mendorong inovasi. Namun demikian, sasaran-sasaran yang lain akan
disinkronkan dengan isu-isu strategis yang digali dari permasalahan pembangunan di Kota Pontianak.
Dalam Rangka memetakan posisi dan kondisi saat ini merupakan tahapan krusial dalam merancang
rencana strategis. Hal ini menjadi pijakan dasar untuk menentukan strategi dan arah kebijakan yang
diambil terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi, memaksimalkan potensi kekuatan yang
dimiliki serta mereduksi kelemahan untuk mencapai pertumbuhan optimal.
Analisis lingkungan strategis meliputi dua area analisis yaitu: eksternal yang berguna untuk
mengidentifikasikan peluang dan tantangan apa yang akan dihadapi kedepan; internal untuk
mengidentfikasikan kekuatan dan kelemahan apa saja yang dimiliki sebagai modal untuk mencapai
mimpi masa depan yang dicita-citakan.
i. Analisis Eksternal
Analisis ini bertujuan untuk memetakan peluang dan tantangan yang dihadapi kota Pontianak dalam
kurun waktu lima tahun kedepan sebagai dasar awal untuk meletakkan kerangka pembangunan kota.
Tinjauan eksternal ini tidak dapat dipisahkan dari posisi kota Pontianak baik dalam lingkup regional,
nasional maupun internasional sebagaimana dijelaskan dalam analisis posisi (positioning analysis)
berikut.
Dalam lingkup regional, sebagaimana dijabarkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
Kalimantan Barat, kota Pontianak berkedudukan sebagai pusat pertumbuhan Wilayah Pembangunan
B (WP B) yang terdiri dari Kota Pontianak dan Kabupaten Mempawah, merupakan pusat
IV.43
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
pembangunan utama di Provinsi Kalimantan Barat, dengan kegiatan utama pembangunan yang akan
dikembangkan meliputi jasa pelayanan, perdagangan, pariwisata, dan agroindustri. Dalam hirarki
pusat-pusat permukiman di Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak berperan sebagai kota orde I,
yang memiliki skala pelayanan regional dengan luas wilayah pelayanan mencakup sekitar 7.450 km2.
Dalam hirarki pusat-pusat permukiman di Kalimantan Barat, Kota Pontianak termasuk ke dalam pola
kota Muara Kapuas dengan luas sekitar 18.300 km2. Pusat dari pola kota Muara Kapuas ini adalah
Kota Pontianak. Dalam pola kota Muara Kapuas, kota-kota lainnya yang merupakan subpusat
pelayanan terdiri dari Rasau Jaya, Mempawah, dan Ngabang. Kota Pontianak juga merupakan pusat
dari kerangka kerjasama Pokusikarang (Pontianak, Kuala Mandor, Siantan, Sungai Kakap, Sungai
Raya, dan Sungai Ambawang) dan KMP (Kawasan Metropolitan Pontianak).
Dalam lingkup nasional dan internasional, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, posisi Kota Pontianak diarahkan sebagai berikut:
1. Kota Pontianak sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan peran dan fungsi sebagai
berikut :
- Menjadi pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional (khususnya ASEAN) dan menjadi
pendorong bagi daerah sekitarnya. Letak kota Pontianak yang dekat dengan Kuching dan
Sabah (Malaysia), Bandar Seri Begawan (Brunai Darussalam), Singapura memberikan implikasi,
aksesibilitas dan kinerja pelabuhan (sungai dan udara), terminal antarnegara, terminal
antarprovinsi, maupun dengan wilayah hinterland-nya perlu ditingkat dalam kualitas yang
memadai.
- Sebagai pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank dengan skala pelayanan nasional atau
melayani beberapa provinsi.
- Sebagai pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional atau beberap provinsi.
- Sebagai simpul transportasi secara nasional atau untuk beberapa provinsi di sekitarnya.
- Sebagai pusat jasa pemerintahan untuk nasional atau meliputi beberapa provinsi di sekitarnya.
- Sebagai pusat jasa-jasa kemasyarakatan.
2. Sektor unggulan wilayah hinterland Kota Pontianak adalah tanaman pangan, perkebunan,
industri, dan perikanan laut. Implikasi dari kondisi ini, dimana di lain pihak Kota Pontianak juga
berperan sebagai pendorong daerah sekitarnya, maka di Kota Pontianak harus tersedia fasilitas dan
ruang untuk memberikan jasa pelayanan untuk mewadahi kegiatan terkait dengan sektor unggulan di
kawasan sekitarnya (berperan sebagai pintu keluar perdagangan untuk produk sektor unggulan
maupun industri pengolahan tanaman pangan/perkebunan dan perikanan laut yang berasal dari
wilayah luar Kota Pontianak).
3. Kota Pontianak sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat, dimana
kota-kota yang merupakan kota penyebar kegiatan ekonomi dan hinterland dari Pontianak tersebut
yaitu Kubu Raya dan Mempawah. Untuk mewujudkan hal ini, maka mutlak diperlukan terjalinnya
integrasi yang saling menguntungkan antara Kota Pontianak dan kota tadi. Oleh karena itu, harus ada
aksesibilitas yang tinggi yang menghubungkan Kota Pontianak dengan kota-kota tersebut.
4. Kota Pontianak diarahkan untuk dikembangkan sebagai pelabuhan internasional dalam sistem
simpul transportasi laut Indonesia sedangkan bandara di Kabupaten Pontianak yang memiliki
aksesibilitas tinggi ke kota Pontianak ditetapkan sebagai bandara udara kelas dua. Peran ini
dikembangkan berkaitan dengan adanya AFTA (ASEAN Free Trade Area) sehingga diharapkan dapat
bersaing dan menangkap peluang dalam perdagangan antar Negara khususnya ASEAN.
IV.44
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Berdasarkan positioning analysis di atas dan kondisi riil yang ada saat ini, dalam kerangka lingkungan
strategis dapat disimpulkan faktor-faktor yang menjadi peluang dan tantangan bagi kota Pontianak
dalam pelaksanaan pembangunan adalah sebagai berikut:
A. Peluang
1. Globalisasi yang tidak mengenal batas negara dan budaya memberikan peluang Kota
Pontianak untuk memainkan peran di kancah internasional.
2. Terbukanya akses pasar internasional dan kerjasama antar wilayah nasional-internasional
sebagai implikasi dari disepakatinya AFTA (ASEAN Free Trade Area).
3. Perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat mereduksi hambatan jarak dan
meningkatkan efisiensi di berbagai bidang pembangunan.
4. Peran dan fungsi kota Pontianak yang prospektif dalam lingkup regional, nasional dan
internasional.
5. Kebijakan nasional yang mendukung pengembangan kota-kota di luar Jawa khususnya
Kalimantan sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang menjadi pilar pertumbuhan ekonomi
nasional.
6. Dukungan wilayah hinterland yang kuat dengan kekayaan sumber daya alam yang berlimpah
akan menopang pertumbuhan kota apabila dapat disinergikan dengan baik.
B. Tantangan
1. Kondisi geografis wilayah kota Pontianak dalam konstelasi yang lebih luas (berada pada muara
sistem DAS Kapuas) memposisikannya sangat rentan terpengaruh perubahan wilayah
hinterlandnya seperti pencemaran logam berat akibat PETI di wilayah hulu dan deforestrasi di
wilayah hulu menyebabkan debit air sungai Kapuas yang semakin menurun sehingga intrusi air
laut semakin jauh memberikan tantangan penyediaan air baku yang berkualitas dalam proses
layanan air bersih.
2. Disparitas perkembangan wilayah yang masih cukup tinggi menyebabkan Pontianak sebagai
tujuan pergerakan penduduk berpotensi menimbulkan keresahan sosial.
3. Menurunnya daya dukung lingkungan dan maraknya pencemaran merupakan sebuah
tantangan nyata bagi keberlangsungan/kelestarian lingkungan hidup.
4. Dominasi kawasan yang telah maju menyebabkan terjadinya monopoli orientasi kegiatan
pembangunan sehingga menyebabkan perkembangan struktur wilayah yang kurang ideal.
5. Ketergantungan yang besar kepada pemerintah pusat, memberikan tantangan untuk lebih
berswadaya khususnya dalam hal pembiayaan pembangunan.
6. Sentra-sentra pertumbuhan kawasan yang belum merata menyebabkan tidak terbentuknya
sistem struktur pelayanan regional/wilayah yang ideal
7. Koordinasi dan komunikasi antar wilayah dan antar level pemerintahan belum terjalin dengan
baik
IV.45
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Secara garis besar, tinjauan internal bertujuan untuk memahami diri, memetakan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki untuk diterjemahkan menjadi potensi dan modal pembangunan. Kesadaran
akan potensi diri serta kelemahan yang dimiliki akan memberikan arah yang jelas terhadap perbaikan
dan eksploitasi apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Berdasarkan deskripsi kondisi dan isu-isu stratgeis yang telah diuraikan pada bagain sebelumnya,
maka dapat diindentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kota Pontianak sebagai berikut:
A. Kekuatan
1. Komitmen yang tinggi dari pucuk pimpinan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan
yang baik, bersih dan berdisiplin.
2. Keragaman budaya, serta keunikan sebagai kota Khatulistiwa, kota tepian sungai, kota seribu
parit merupakan modal untuk menjadi daya tarik pengembangan pariwisata
3. Status kota Pontianak sebagai ibukota propinsi serta lokasinya yang strategis sebagai pintu
masuk dan keluar orang dan barang memberikan potensi besar berkembangnya sektor-sektor
perdagangan dan jasa.
4. Jumlah penduduk yang cukup besar dan kualitas sumber daya manusia Kota Pontianak yang
lebih baik dibandingkan wilayah hinterland-nya merupakan sebuah potensi yang besar untuk
menopang sekaligu aktor dalam pengembangan perekonomian dan fisik wilayah.
5. Hubungan sosial dan akulturasi budaya masyarakat heterogen yang semakin baik
menciptakan kondisi yang kondusif untuk pembangunan.
6. Partisipasi masyarakat yang semakin besar dalam kegiatan pembangunan.
7. Kewenangan yang dimiliki pemerintah kota semakin luas memberikan potensi untuk
melakukan berbagai inovasi untuk menunjang kemandirian.
B. Kelemahan
1. Kondisi geografis kota Pontianak yang berada di kawasan muara Sungai Kapuas dan topografi
wilayah yang datar menyebabkannya sangat rentan terhadap bencana banjir, intrusi air laut
serta angin puting beliung.
2. Keterbatasan lahan dan alih fungsi lahan yang tinggi menyebabkan harga tanah yang tinggi
berimplikasi biaya pembangunan yang juga semakin tinggi
3. Kapasitas keuangan daerah yang terbatas dan masih sangat tergantung pada pemerintah
pusat
4. Sarana dan prasaranan perkotaan belum ideal dan belum mampu menopang
kebutuhan/perkembangan yang terjadi
5. Pengawasan dan pengendalian program pembangunan belum optimal
6. Sebagai pusat orientasi berbagai kegiatan, menyebabkan tekanan yang tinggi terhadap
7. sistem transporasi kota diperparah tingkat pertumbuhan kendaraan pribadi yang semakin
tinggi sehingga menyebabkan kemacetan.
IV.46
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
IV.47
Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
V
isi pembangunan jangka panjang Kota Pontianak sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Daerah Kota Pontianak Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pontianak Tahun 2005-2025 adalah “Pontianak Kota
Khatulistiwa Yang Sejahtera Melalui Perdagangan dan Jasa Berwawasan Lingkungan”. Visi
tersebut dijabarkan dalam enam misi pembangunan yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat yang berkualitas, berahlak mulia, berbudaya dan beradab;
2. Mewujudkan masyarakat madani, manusiawi, berkurangnya masalah sosial, makin berdaya dan
terjamin hak-hak warga;
3. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan penanaman modal untuk kesejahteraan dan keadilan;
4. Mewujudkan kota perdagangan, jasa, koperasi dan UKM untuk menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan kemakmuran;
5. Mewujudkan sarana, prasarana, tata ruang dan wilayah perkotaan untuk perdagangan dan jasa
yang berwawasan lingkungan;
6. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), masyarakat yang paham
politik dan taat hukum.
Visi dan misi jangka panjang tersebut didesain untuk dapat tercapai melalui empat periode
pembangunan jangka menengah yang masing-masing memiliki tujuan dan arah kebijakan tersendiri.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pontianak Tahun 2020-2024 sendiri
merupakan periode terakhir/ periode ke-empat pembangunan jangka menengah dalam kerangka
pembangunan jangka panjang Kota Pontianak.
Arah kebijakan pada tahap ke-empat RPJMD ini dititik beratkan pada upaya: meningkatkan
kualitas lingkungan agar air, udara dan tanah tidak melebihi ambang batas baku mutu lingkungan;
adanya ruang terbuka hijau dan memasyarakatkan unit pengolahan limbah (UPL) kepada pihak-pihak
yang menimbulkan pencemaran; sarana dan prasarana fisik kota yang dimungkinkan dibangun dan
dikelola oleh swasta untuk menghasilkan profit terus didorong dan dilaksanakan agar beban pemerintah
tidak semakin berat; terwujudnya pembangunan transportasi umum masal kota yang aman tanpa
kecelakaan, tanpa kemacetan, nyaman dan efisien; Perencanaan tata ruang dan wilayah lebih merata
dan berorientasi lingkungan serta hinterland Kota Pontianak lebih serasi dan sinergitas antar wilayah
kota dan kabupaten; semakin mantap dan kuatnya pemahaman politik masyarakat dan kesadaran
hukumnya; keamanan dan ketertiban sudah semakin mantap dan kondusif bagi perwujudan iklim
investasi yang kondusif; angka kriminalitas secara struktural dikurangi dengan penyediaan lapangan
pekerjaan. Peran Pemerintah di tahap ini sudah bergeser ke peran regulator, fasilitator dan simulator,
sedangkan peran sebagai investor pada sarana dan prasarana publik sudah bisa diperankan oleh
swasta.
V.1
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
5.1. VISI
Dengan mempertimbangkan visi dan misi jangka panjang serta fokus arah pembangunan jangka
panjang daerah, kondisi, permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu-isu
strategis yang berkembang, maka visi pembangunan Kota Pontianak untuk tahun 2020-2024 adalah:
Berwawasan Lingkungan
Memiliki maksud bahwa aspek lingkungan merupakan hal penting dalam setiap pembangunan di
Kota Pontianak menuju kota yang bersih, hijau dan teduh.
Cerdas
Memiliki pengertian Kota yang dilengkapi dengan infrastruktur dasar yang nyaman untuk didiami
dengan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan, melalui penerapan solusi cerdas berbasis
teknologi informasi, serta berorientasi kepada peningkatan kualitas hidup dengan pengelolaan
sumber daya kota secara efektif, efisien, inovatif, dan terintegrasi.
Bermartabat
Artinya Kota Pontianak memiliki tingkat daya saing dengan masyarakatnya yang toleran terhadap
keragaman, didukung tata kelola pemerintahan yang berintegritas, bersih, melayani, transparan dan
akuntabel.
5.2. MISI
V.2
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
➢ Misi 3: Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat yang didukung dengan teknologi
informasi, serta aparatur yang berintegritas, bersih dan cerdas;
Misi ini dimaksudkan untuk mewujudkan pelayanan birokrasi pemerintah Kota Pontianak yang prima,
menjalankan fungsi birokrasi sebagai pelayan masyarakat yang didukung dengan kompetensi
aparatur yang profesional dengan sistem modern berbasis teknologi menuju tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government). Prinsip tersebut
dilaksanakan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
penyelenggaraan pemerintahan dengan mengedepankan kepentingan dan aspirasi masyarakat.
➢ Misi 4: Mewujudkan masyarakat sejahtera yang mandiri, kreatif dan berdaya saing;
Dimaksudkan untuk memantapkan perekonomian masyarakat Kota Pontianak menjadi lebih mandiri
dan berdaya saing dengan mendorong usaha-usaha ekonomi lokal untuk mampu berinovasi dan
mengembangkan industri kreatif agar mampu bersaing dengan daerah lainnya. Melakukan upaya
untuk terus meningkatkan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja, menciptakan iklim
usaha yang kondusif, mengembangkan koperasi dan UMKM, mewujudkan pariwisata yang berdaya
saing, serta meningkatkan produksi dan distribusi pangan secara berkelanjutan.
➢ Misi 5: Mewujudkan kota yang bersih, hijau, aman, tertib dan berkelanjutan.
Misi ini dimaksudkan untuk menciptakan Kota Pontianak yang nyaman melalui perencanaan dan
pengendalian tata ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan dalam upaya meningkatkan
kualitas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Meningkatkan
ketenteraman dan ketertiban umum untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan daerah melalui
upaya untuk meningkatkan kualitas dan intensitas pengawasan dan pengendalian penegakan hukum
dan peraturan, serta meningkatkan toleransi di kalangan masyarakat.
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima
tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-
isu snalisis strategis. Sedangkan sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata, spesifik dan
terukur. Ukuran keberhasilan dari sasaran diwujudkan dengan tingkat pencapaian indikator keinerja
sasaran yang ditetapkan.
Berdasarkan visi, misi dan isu-isu strategis yang ada, maka tujuan dan sasaran serta indikator
kinerja sasaran yang hendak dicapai dalam kurun waktu lima tahun dijabarkan dalam tabel berikut:
V.3
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Tabel V.1
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Kota Pontianak Tahun 2020-2024
2. Meningkatnya 1. Rata Rata Lama Sekolah Tahun 10.14 9.92 10.25 10.35 10.44 10.53 10.53
Aksesibilitas dan
Kualitas Pendidikan
2. Angka Harapan Lama Tahun 14.99 15.05 15.28 15.31 15.43 15.56 15.56
serta Pengembangan
Sekolah
Budaya
3. Persentase Cagar Persen 50.00 50.00 60.00 70.00 80.00 85.00 85.00
Budaya Kota yang
Dilestarikan
3. Meningkatnya 1. Laju Pertumbuhan Persen 1.65 1.71 1.65 1.51 1.23 1.11 1.11
Pengendalian Penduduk
Pertumbuhan Jumlah
2. Indeks Pembangunan Persen 93.62 93.88 93.92 93.98 94.05 94.17 94.17
Penduduk, Peran
Gender Kota Pontianak
Perempuan dan
Perlindungan Anak
3. Tingkat Capaian Kota Tingkatan Pratama Madya Pratama Madya Nindya Utama Utama
Layak Anak
4. Meningkatnya Kualitas 1. Persentase Peningkatan Persen 2.50 2.52 2.54 2.56 2.58 2.60 2.60
dan Prestasi Pemuda Pemuda dan Olahraga
dan Olahraga Yang Berprestasi di
Tingkat Kota / Provinsi /
Nasional
2. Menciptakan 1. Meningkatkan 1. Indeks Persen 72.21 76.02 77.84 79.22 81.17 83.39 83.39
Infrastruktur Kualitas Infrastruktur Infrastruktur
Perkotaan yang Dasar Perkotaan
Berkualitas dan 1. Meningkatnya Kualitas 1. Rasio Infrastruktur Jalan Persen 86.60 87.00 87.50 88.00 90.00 92.00 92.00
Representatif Infrastruktur Jalan dan
Drainase Perkotaan
2. Rasio Infrastruktur Persen 47.00 48.00 50.00 52.00 54.00 60.00 60.00
Saluran Drainase
4. Meningkatnya Kualitas 1. Indeks Infrastruktur Persen 85.67 88.09 89.56 90.33 91.00 91.33 91.33
Sarana Dan Prasarana Permukiman
Lingkungan
Permukiman
5. Meningkatnya Kualitas 1. Rata-Rata Waktu Jam 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Transportasi Tempuh
3. Meningkatkan 1. Meningkatkan Tata 1. Indeks Reformasi Indeks 65.74 71.74 71.74 77.74 80.74 83.74 83.74
Kualitas Kelola Pemerintahan Birokrasi
Pelayanan dan Akuntabilitas
Kepada Kinerja 2. Nilai SAKIP Nilai BB A A A A A A
Masyarakat yang
Didukung
dengan
1. Meningkatnya Kualitas 1. Indeks Reformasi Indeks 65.74 71.74 71.74 77.74 80.74 83.74 83.74
Teknologi
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Informasi Serta
Birokrasi
Aparatur yang
Berintegritas,
Bersih dan
Cerdas 2. Meningkatnya 1. Indeks Profesional ASN Indeks 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 80.00
Profesionalisme ASN
3. Indeks Kepuasan 1. Meningkatnya Kualitas 1. Indeks Kepuasan Nilai Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Masyarakat Layanan Kepada Masyarakat (IKM)
(IKM) Masyarakat
2. Meningkatkan 1. Opini BPK 1. Meningkatnya 1. Opini BPK terhadap Nilai WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Penerapan Akuntabilitas Keuangan Pelaporan Keuangan
Akuntabilitas Pemerintah Daerah
Keuangan
3. Meningkatkan 1. Nilai LPPD 1 Meningkatnya Kualitas 1. Nilai LPPD Nilai Bintang 2 (**) Bintang 2 (**) Bintang 2 (**) Bintang 3 (***) Bintang 3 (***) Bintang 4 (****) Bintang 4 (****)
Kualitas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan Daerah
Daerah
4. Mewujudkan 1. Meningkatkan 1. Pertumbuhan Persen 4.81 5.20 4,0-4,5 4,1-4,6 4,2-4,7 4,3-4,8 4,3-4,8
Masyarakat Kesejahteraan, Ekonomi
Sejahtera Yang Kemandirian,
Mandiri, Kreatif Kreatifitas dan Daya 2. Tingkat inflasi Persen 2.64 ≤5 3±1 3±1 3±1 3±1 3±1
dan Berdaya Saing Masyarakat
Saing
3. Gini Rasio Rasio 0.34 0.35 0.34 0.34 0.33 0.32 0.32
1. Meningkatnya Sektor 1. Kontribusi Sektor Persen 1.29 1.33 1.33 1.33 1.34 1.34 1.34
Pertanian dan Pertanian dan Perikanan
Perikanan Terhadap PDRB
2. Meningkatnya Sektor 1. Kontribusi Sektor Persen 14.61 14.61 14.61 14.61 14.61 14.61 14.61
Perdagangan Perdagangan Terhadap
PDRB
5. Meningkatnya Investasi 1. Persentase Peningkatan Persen 5.00 5.00 5.00 6.00 6.00 6.00 6.00
Daerah Investasi daerah
(PMA/PMDN)
6. Meningkatnya Sektor 1. Kontribusi Sektor Persen 3.48 3.40 3.41 3.42 3.43 3.49 3.49
Pariwisata Pariwisata terhadap
PDRB
7. Menurunnya Angka 1. Angka Kemiskinan Persen 4.88 0.05 5.00 4.80 4.70 4.60 4.60
Kemiskinan
8. Meningkatnya 1. Rasio Penduduk yang Persen 90.03 90.03 89,30-89,98 81,54-90,21 89,78-90,43 90,01-90,65 90,01-90,65
Penyerapan Tenaga Bekerja
Kerja
5. Mewujudkan 1. Mewujudkan Kota 1. Indeks Kualitas Indeks 61.42 61.42 61.90 62.40 62.90 63.40 63.40
Kota yang Bersih, yang Bersih, Hijau , Lingkungan
Hijau, Aman, Nyaman, dan Hidup (IKLH)
Tertib, dan Berwawasan
1. Menurunnya 1. Indeks Kualitas Air (IKA) Indeks 52.50 52.50 53.00 53.50 54.00 54.50 54.50
Berkelanjutan Lingkungan
Pencemaran
Lingkungan
2. Indeks Kualitas Udara Indeks 81.50 81.50 82.00 82.50 83.00 83.50 83.50
(IKU)
3. Indeks Kualitas Tutupan Indeks 39.60 39.60 40.00 40.50 41.00 41.50 41.50
Lahan (IKTL)
2. Meningkatnya Kualitas 1. Persentase Pemanfaatan Persen 82.00 85.00 88.00 90.00 92.00 95.00 95.00
Tata Ruang Lahan Sesuai Tata
Ruang
3 Indeks Resiko Indeks 85.66 83.00 81.00 79.00 77.00 75.00 75.00
Bencana
1. Meningkatnya 1. Indeks Kapasitas Daerah Indeks 0.45 0.50 0.53 0.55 0.58 0.60 0.60
Kapasitas Daerah
dalam Penanggulangan
Bencana dan 2. Persentase penduduk Persen 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kebakaran yang memperoleh
layanan Penyelamatan
dan Evakuasi korban
kebakaran
BAB VI
STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN DAERAH
S
trategi dan arah pembangunan daerah merupakan rumusan perencanaan komprehensif
mengenai metode atau pendekatan Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan dan sasaran
RPJMD sehingga efektif dan efisien. Melalui pendekatan yang komprehensif tersebut, strategi
juga dapat digunakan sebagai instrumen untuk melakukan transformasi, reformasi dan
perbaikan manajemen kinerja birokrasi secara menyeluruh sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi setiap program pembangunan. Strategi dan arah kebijakan disusun dari
serangkaian proses perencanaan strategik, yang dirumuskan dengan mempertimbangkan isu-isu
strategis pembangunan daerah yang harus dihadapi selama lima tahun kedepan.
6. 1. STRATEGI
Strategi merupakan serangkaian upaya yang berisikan gambaran proses pencapaian sasaran strategis
pembangunan. Strategi menjadi salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah
(strategy focussed-management). Rumusan strategi juga menunjukkan keinginan yang kuat bagaimana
Pemerintah Daerah berupaya menciptakan nilai tambah bagi stakeholder pembangunan daerah untuk
meningkatkan kontribusi secara aktif dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Hal
ini penting mengingat peran dan fungsi pemerintah yang semakin bergeser ke arah fasilitator, regulator
dan pembinaan seluruh stakeholder pembangunan daerah.
Pemerintah daerah mempunyai peran strategis dalam fungsinya sebagai fasilitator yang mengupayakan
akses modal, promosi dan pasar bagi swasta dan masyarakat; regulator yang menekankan pada fungsi
regulasi dan administratif perijinan, dokumen/akta, kartu identitas; serta fungsi konsultatif yang
memberikan bimbingan teknis, pembinaan dan penasehat aktifitas yang dilakukan oleh seluruh
stakeholder.
Secara konseptual, suatu strategi secara spesifik dikaitkan dengan satu sasaran atau sekelompok
sasaran dengan kerangka logis. Perumusan strategi membutuhkan kesatuan tujuan untuk
mendapatkan kesatuan tindak. Satu strategi juga dapat terhubung dengan pencapaian satu sasaran.
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah, strategi yang
dipilih untuk perubahan RPJMD tahun 2020-2024 dan hubungannya dengan visi dan misi Kota
Pontianak tahun 2020-2024 secara matrik dalam tabel VI.1 berikut:
VI.1
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VI.2
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VI.3
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
5. Meningkatkan Penguasaan dan Pengembangan Aplikasi dan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta tata
kelola pemerintahan berbasis elektronik
6. Meningkatkan Penyelenggaraan Pengamanan Informasi Pemerintah Daerah
2. Meningkatnya profesionalisme 1. Meningkatkan kompetensi ASN Kota Pontianak
ASN 2. Meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur di lingkungan Pemerintah Kota Pontianak
3. Meningkatkan integritas ASN terhadap peraturan kepegawaian
4. Meningkatkan kemampuan manajerial ASN
3. Meningkatnya Perencanaan, 1. Meningkatnya perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah
Pengukuran dan Capaian Kinerja
2. Meningkatkan penelitian, inovasi dan pengembangan daerah
4. Meningkatnya Kualitas Layanan 1. Meningkatnya kualitas pelayanan prima dengan mengacu pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
kepada Masyarakat
2. Meningkatkan pelayanan penanaman modal
3. Meningkatkan pengelolaan data dan sistem informasi penanaman modal
4. Meningkatkan Pelayanan Administrasi Kependudukan
5. Meningkatkan Pelayanan Administrasi Pencatatan Sipil
6. Meningkatkan Kerjasama Disdukcapil dengan Instansi terkait
7. Meningkatkan Ketersediaan Database Kependudukan berskala Kota
8. Meningkatkan Pelayanan Dokumen Kependudukan secara Optimal
9 Meningkatkan mutu pembinaan kepada perpustakaan di Kota Pontianak.
10. Meningkatkan mutu pengelolaan arsip Perangkat Daerah
11. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
12. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat kelurahan
13. Meningkatkan koordinasi ketentraman dan ketertiban umum
14. Mengoptimalkan peyelenggaraan urusan pemerintahan umum
15. Meningkatkan dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD
16. Meningkatkan Layanan Informasi Publik
17. Meningkatkan Kualitas Data Statistik Sektoral Kota Pontianak dan Kualitas Informasi Pembangunan
Meningkatkan 1. Meningkatnya Akuntabilitas 1. Meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
Penerapan Keuangan
Akuntabilitas 2. Meningkatkan akuntabilitas pengelolaan barang milik daerah
Keuangan 2. Meningkatnya kualitas 1. Meningkatkan Pelaporan Kinerja Pemerintahan
penyelenggaraan urusan
2. Meningkatkan kerjasama Pemerintah Kota Pontianak dengan Kota-kota lainnya
pemerintah daerah
3. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah
VI.4
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VI.5
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
2. Meningkatkan Penanganan Warga Negara Migran Yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan
3. Melaksanakan Rehabilitasi Sosial Dasar
4. Meningkatkan Kualitas Perlindungan dan Jaminan Sosial
5. Meningkatkan Kualitas Penanganan Bencana Alam
6. Melaksanakan Pengelolaan Taman Makan Pahlawan
8. Meningkatnya Penyerapan Tenaga 1. Meningkatkan Kesempatan Kerja
Kerja
2. Melaksanakan pelatihan kerja untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja
3. Meningkatkan hubungan industrial yang harmonis antara pengusaha dan pekerja
VI.6
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
6. 2. ARAH KEBIJAKAN
Arah kebijakan merupakan suatu bentuk konkrit dari usaha pelaksanaan perencanaan pembangunan
yang memberikan arahan dan panduan kepada pemerintah daerah agar lebih optimal dalam
menentukan dan mencapai tujuan. Arah kebijakan juga merupakan keputusan dari stakeholder sebagai
pedoman untuk mengarahkan perumusan strategi yang dipilih agar selaras dalam mencapai tujuan dan
sasaran pada setiap tahapan.
Selain itu, arah kebijakan pembangunan daerah juga merupakan pedoman dalam mengarahkan
rumusan strategi yang sebelumnya telah dirumuskan agar lebih sistematis dalam mencapai tujuan dan
sasaran dalam kurun waktu 5 (lima) tahun periode pembangunan. Penekanan prioritas dalam setiap
tahapan berbeda-beda, tetapi memiliki kesinambungan dari satu periode ke periode lainnya atau satu
tahun ke tahun berikutnya dalam rangka mencapai mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah
ditetapkan. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai
dengan pengaturan pelaksanaannya.
Arah kebijakan pembangunan Kota Pontianak tahun 2020-2024 ditetapkan sebagai berikut:
ARAH KEBIJAKAN
Tahun Tahun Tahun
Tahun Pertama Kedua Ketiga Tahun Keempat Kelima
(2020) (2021) (2022) (2023) (2024)
TAHAPAN FOKUS PEBANGUNAN
Tahap Tahap Tahap Tahap Tahap
Konsolidasi Percepatan Pengembangan Pemantapan Penguatan
Penguatan tata Optimalisasi Melaksanakan Memperindah Peningkatan
kelola pengelolaan pembangunan di dan kualitas
pemerintahan sumber daya seluruh wilayah meningkatkan lingkungan
serta kota secara dan seluruh kualitas sarana hidup, ekonomi
pemenuhan cerdas serta sektor secara dan prasarana dan sosial
sarana dan Percepatan seimbang sesuai perkotaan serta budaya untuk
prasarana dasar Pembangunan karakteristik dan optimalisasi mewujudkan
perkotaan untuk kawasan dan potensi masing- peran seluruh kota yang
mewujudkan sektor strategis masing wilayah stakeholder berwawasan
kota yang yang yang disertai dengan untuk lingkungan,
aman dan mendukung peningkatan mewujudkan cerdas dan
nyaman peningkatan aksessibilitas kota yang bermartabat
produktifitas antar kawasan aman, nyaman,
dan produktif, dan
kesejahteraan berkelanjutan
masyarakat
Adapun beberapa pelaksanaan dari arah kebijakan dilaksanakan dalam rencana waktu pelaksanaan
tahun jamak / multiyears sebagai berikut :
VI.7
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 6.3 Rencana Waktu Pelaksanaan Tahun Jamak / Multiyears Tahun 2020-2024
No. Tahap Pembangunan Waktu Pelaksanaan
2020 2021 2022 2023 2024
1. Pembangunan Rumah Sakit Kecamatan
Pontianak Utara
2. Pembangunan Gedung Sekolah Terpadu
Kecamatan Pontianak Selatan
3. Pembangunan Water Front City
4. Pembangunan Gedung SPN
5. Pembangunan Gedung Kejaksaan
VI.8
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
1. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, meliputi 6 (enam) urusan
yaitu:
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
d. Perumahan rakyat dan Kawasan Permukiman;
e. Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat; dan
f. Sosial.
2. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, meliputi 18
(delapan belas) urusan yaitu:
a. Tenaga Kerja;
b. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
c. Pangan;
d. Pertanahan;
e. Lingkungan Hidup;
f. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
g. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;
h. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana;
i. Perhubungan;
j. Komunikasi dan Informatika;
k. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;
l. Penanaman Modal;
m. Kepemudaan dan Olahraga;
n. Statistik;
o. Persandian;
p. Kebudayaan;
q. Perpustakaan; dan
r. Kearsipan.
3. Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi 8 (delapan) urusan yaitu:
a. Kelautan dan Perikanan;
b. Pariwisata;
c. Pertanian;
d. Perdagangan; dan
e. Perindustrian.
VI.9
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Terdapat 3 (tiga) urusan pilihan yang ada dalam Undang-Undang 23 Tahun 2014 namun
tidak masuk dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah Kota Pontianak
yaitu (1) urusan Energi dan Sumber Daya Mineral, (2) urusan Kehutanan, dan (3) urusan
Transmigrasi. Hal ini dikarenakan Kota Pontianak tidak memiliki pemanfaatan langsung
terhadap sumber daya alam baik minyak dan gas bumi yang dapat dikelola lebih lanjut, tidak
memiliki luasan taman hutan raya yang harus dikelola lebih lanjut, serta Kota Pontianak tidak
mengelola secara langsung urusan ketransmigrasian.
4. Unsur pendukung urusan pemerintahan meliputi 2 (dua) unsur yaitu:
a. Unsur Sekretariat Daerah; dan
b. Unsur Sekretariat DPRD.
5. Unsur penunjang urusan pemerintahan meliputi 7 (unsur) yaitu:
a. Unsur Perencanaan;
b. Unsur Keuangan;
c. Unsur Kepegawaian;
d. Unsur Pendidikan dan Pelatihan;
e. Unsur Penelitian dan Pengembangan;
Terdapat 2 (dua) unsur penunjang yang tidak masuk dalam perencanaan pembangunan
jangka menengah daerah Kota Pontianak yaitu (1) Unsur Penghubung, dan (2) Unsur
Pengelolaan Perbatasan Daerah.
6. Unsur Pengawasan Urusan Pemerintahan yaitu Inspektorat Daerah
7. Unsur Kewilayahan yaitu Kecamatan
8. Unsur Pemerintahan Umum yaitu Kesatuan Bangsa dan Politik.
Adapun keterkaitan antara Misi, Tujuan, sasaran dan program pembangunan dapat dilihat pada tabel
6.4 berikut:
VI.10
Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah
Tabel 6.4
Program Pembangunan Daerah yang disertai Pagu Indikatif
Kota Pontianak 2020 - 2024
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Misi 1 : MEWUJUDKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA YANG SEHAT, CERDAS DAN BERBUDAYA
1 TUJUAN 1 :
Meningkatkan Kualitas Hidup Indeks Pembangunan Manusia 79.35% 79.35% 80.40% 80.85% 81.30% 81.30%
Masyarakat (IPM)
1 1 SASARAN 1 :
Meningkatnya Derajat Kesehatan 1. Angka Harapan Hidup 72,82 thn 73,01 thn 73,19 thn 73,36 thn 73,54 thn 73,54 thn
Masyarakat 2. Angka Stunting Balita 17.04% 18.00% 17.00% 16.00% 14.00% 14.00%
DINAS KESEHATAN
2. Persentase Puskesmas yg
menyelenggarakan kesehatan
90% 92% 95% 97% 100% 100%
balita
3. Persentase Puskesmas yg
melaksanakan usia anak
90% 92% 95% 97% 100% 100%
sekolah dan remaja
4. Persentase Puskesmas yg
menyelenggarakan pelayanan
75% 85% 90% 95% 100% 100%
kesehatan lansia
5. Persentase fasilitas
kesehatan sesuai standar
100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 1 2 Program Peningkatan Kapasitas 1. Ratio Dokter, Perawat, dan 607,878,622 2,3 per 547,987,808 2,3 per 896,773,358 2,3 per 986,450,694 2,3 per
Sumber Daya Manusia Kesehatan Bidan 2,3 per 1.000 2,3 per 1.000
1.000 1.000 1.000 1.000 986,450,694
Penduduk Penduduk
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
2. Jumlah Faskes yang
memenuhi SDM berkualitas
90% 90% 90% 90% 90% 90%
sesuai standar
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.11
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 1 4 Program Pemberdayaan Masyarakat 1. Persentase tatanan kota 90% 90% 424,575,927 90% 349,690,000 90% 349,690,000 90% 384,659,000 90% 384,659,000
Bidang Kesehatan sehat yang telah
dilaksanakan
DINAS PANGAN PERTANIAN DAN PERIKANAN
2. Persentase Ketersediaan
Cadangan Pangan Daerah 60% 60% 65% 70% 75% 75%
sesuai Standar
3. Persentase Target Konsumsi
81.3% 83% 84% 84% 85% 85%
Pangan
1 1 6 Program Penanganan Kerawanan 1. Persentase Peningkatan
90% 90% 147,205,650 91% 183,123,000 92% 192,279,150 93% 201,893,108 93 % 201,893,108
Pangan Tahan Pangan
1 1 7 Program Pengawasan Keamanan 1.
Persentase kasus pangan
Pangan
yang tidak sesuai standar 21.0% 20.0% 79,708,905 19.5% 91,000,000 19.0% 95,550,000 18.5% 100,327,500 18.5% 100,327,500
mutu yang telah ditetapkan
1 2 SASARAN 2 :
Meningkatnya Aksesibilitas dan 1. Rata Rata Lama Sekolah 10,14 thn 10,25 thn 10,35 thn 10,44 thn 10,53 thn 10,53 thn
Kualitas Pendidikan 2. Angka Harapan Lama
14,99 Thn 15,28 Thn 15,31 Thn 15,43 Thn 15,56 Thn 15,56 Thn
Sekolah
3. Persentase Cagar Budaya
Kota yang Diletarikan 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 85.00% 85.00%
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.12
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 3 SASARAN 3 :
Meningkatnya Pengendalian 1. Laju Pertumbuhan Penduduk 1.65% 1.65% 1.51% 1.23% 1.11% 1.11%
Pertumbuhan Jumlah Penduduk,
Peran Perempuan dan Perlindungan 2. Indeks Pembangunan Gender 93.92% 93.92% 93.98% 94.05% 94.17% 94.17%
Anak Kota Pontianak
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.13
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Meningkatnya Pengendalian
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Pertumbuhan Jumlah Penduduk, Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Peran Perempuan dan Perlindungan
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
Anak
3. Tingkat Capaian Kota Layak Pratama Pratama Madya Nindya Utama Utama
Anak
DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
1 3 1 Program Pengendalian Penduduk 1. TFR (Angka Kelahiran Total) 2.17 2.39 258,988,035 2.21 277,176,390 2.19 297,088,029 2.1 318,990,832 2.1 318,990,832
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.14
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 4 SASARAN 4 :
Meningkatnya Kualitas dan Prestasi 1. Persentase Peningkatan 2.50% 2.54% 2.56% 2.58% 2.60% 2.60%
Pemuda dan Olahraga Pemuda dan Olahraga Yang
Berprestasi di Tingkat Kota /
Provinsi / Nasional
2 TUJUAN 1 :
Meningkatnya kualitas Infrastruktur 1. Indeks Infrstruktur 72.85% 77.92% 79.25% 81.25% 82.92% 82.92%
dasar perkotaan
2 1 SASARAN 1 :
Meningkatnya Kualitas Infrastruktur 1. Rasio Infrastruktur Jalan 86.60% 87.50% 88.00% 90.00% 92.00% 92.00%
Jalan dan Drainase Perkotaan
2. Rasio Infrastruktur Saluaran
Drainase 47.00% 50.00% 52.00% 54.00% 60.00% 60.00%
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.15
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
2 2 SASARAN 2 :
Meningkatnya Aksesibilitas 1. Persentase Warga yang
Masyarakat Terhadap Air Minum Memperoleh Kebutuhan
86.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Pokok Air Minum Sehari Hari
2 2 1 Program Pengelolaan dan 1. Persentase sarana prasarana 85% 100% 6,723,106,756 100% 3,976,541,000 100% 9,316,590,000 100% 9,000,000,000 100% 9,000,000,000
Pengembangan Sistem Penyediaan perpipaan terakses ke Rumah
Air Minum Tangga
2 3 SASARAN 3 :
Meningkatnya Kualitas Sarana dan 1. Persentase Kantor Perangkat
Prasarana Pelayanan Publik Daerah Dalam Kondisi Baik 50.00% 60.00% 65.00% 70.00% 75.00% 75.00%
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.16
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.17
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
DINAS PERHUBUNGAN
Misi 3 : MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT YANG DIDUKUNG DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SERTA APARATUR YANG BERINTEGRITAS, BERSIH DAN CERDAS
3.1 TUJUAN 1 :
Meningkatkan Tata Kelola 1. Indeks Reformasi Birokrasi
Pemerintahan dan Akuntabilitas 65.74 71.74 77.74 80.74 83.74 83.74
Kinerja
2. NILAI SAKIP BB A A A A A
3.1 1 SASARAN 1 :
Meningkatnya Kualitas Pelaksanaan 1. Indeks Reformasi Birokrasi
Reformasi Birokrasi (RB) 65.74 71.74 77.74 80.74 83.74 83.74
SEKRETARIAT DAERAH
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.18
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
INSPEKTORAT
2. Persentase aparatur
pengawasan yang mengikuti
diklat serta bimtek minimal 100% 100% 100% 1,252,600,000 100% 1,471,000,000 100% 1,616,800,000 100% 1,616,800,000
120 jam /tahun per APIP
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.19
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
3.1.1 1 Sasaran 1
Meningkatnya Kualitas Layanan 1. Indeks Kepuasaan
Keapada Masyarakat Masyarakat (IKM) Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.20
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
SEKRETARIAT DAERAH
DINAS PENANAMAN MODAL, TENAGA KERJA, DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
3. Persentase Penyelesaian
Penerbitan KTP 80.00 80.50 81.00 81.50 82.00 82.00
4. Persentase Penyelesaian
Penerbitan KIA 85.00 85.50 86.00 86.50 87.00 87.00
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.21
1,461,048,834
5. Persentase penerbitan
dokumen KTP
El,KK,KIA,pada pelayanan 100% 100% 100% 262,500,000 100% 262,500,000 100% 262,500,000 100% 262,500,000
keliling
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.22
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
DINAS PERPUSTAKAAN
SEKRETARIAT DEWAN
2. Presentase fasilitasi
kehumasan, protokoler,
perjalanan dinas dalam 100% 100% 100% 100% 100% 100%
rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi DPRD
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.23
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.24
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
3.2 1 Sasaran 1
Meningkatnya Akuntabilitas 1. Opini BPK terhadap
Keuangan Pelaporan Keuangan WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Pemerintah Daerah
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.25
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
2. Presentase dokumen
perbendaharaan tervalidasi
tepat waktu dan sesuai 100% 100% 100% 100% 100% 100%
ketentuan
3.3 Tujuan 3
Meningkatkan Kualitas 1. Nilai LPPD Bintang 2 (**) Bintang 2 (**) Bintang 3 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 4
Penyelenggaran Urusan Pemerintah (***) (***) (****) (****)
Daerah
3.3 1 Sasaran 1
Meningkatnya Kualitas 1. Nilai LPPD Bintang 2 (**) Bintang 2 (**) Bintang 3 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 4
Penyelenggaran Urusan Pemerintah (***) (***) (****) (****)
Daerah
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.26
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
SEKRETARIAT DAERAH
Misi 4 : MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA YANG MANDIRI, KREATIF DAN BERDAYA SAING
4 Tujuan 1 :
Meningkatkan Kesejahteraan, 1. Pertumbuhan Ekonomi 4.81% 4,0-4,5% 4,1-4,6% 4,2-4,7% 4,3-4,8% 4,3-4,8%
Kemandirian, Kreatifitas dan Daya
2. Tingkat Inflasi 2.64% 3±1% 3±1% 3±1% 3±1% 3±1%
Saing Masyarakat
4 1 Sasaran 1
Meningkatnya Sektor Pertanian dan 1. Kontribusi Sektor Pertanian 1.29% 1.33% 1.33% 1.34% 1.34% 1.34%
Perikanan dan Perikanan Terhadap
PDRB
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.27
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
3.
Luas pertanaman ubi kayu
1 ha 3.15 5 6 7 7
yang menggunakan pupuk
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.28
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.29
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
4 4 Sasaran 4
Meningkatnya Daya Saing Koperasi 1. Persentase Koperasi yang 4.00% 4.00% 4.50% 4.80% 4.90% 4.90%
dan Usaha Mikro Berkualitas
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.30
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
DINAS PENANAMAN MODAL, TENAGA KERJA, DAN PELAYANA TERPADU SATU PINTU
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.31
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
4 6 Sasaran 6
Meningkatnya Sektor Pariwisata 1. Kontribusi Sektor Pariwisata 3.48% 3.41% 3.42% 3.43% 3.49% 3.49%
terhadap PDRB
DINAS SOSIAL
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.32
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
4 8 Sasaran 8
Meningkatnya Penyerapan tenaga 1. Rasio Penduduk yang
Kerja Bekerja 90.03% 89,30-89,98% 81,54-90,21% 89,78-90,43% 90,01-90,65% 90,01-90,65%
DINAS PENANAMAN MODAL, TENAGA KERJA, DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Misi 5 : MEWUJUDKAN KOTA YANG BERSIH, HIJAU, AMAN, TERTIB, DAN BERKELANJUTAN
5.1 Tujuan 1 :
Mewujudkan Kota yang Bersih, Hijau 1. Indeks Kualitas Lingkungan 55.09% 55.88% 56.33% 56.79% 57.24% 57.24%
, Nyaman, dan Berwawasan Hidup (IKLH)
Lingkungan
5.1 1 Sasaran 1
Menurunnya Pencemaran 1. Indeks Kualitas Air (IKA) 50.00% 53.00% 53.50% 54.00% 54.50% 54.50%
Lingkungan
2. Indeks Kualitas Udara (IKU) 80.82% 82.00% 82.50% 83.00% 83.50% 83.50%
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.33
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
5.1 2 Sasaran 2
Meningkatnya Kualitas Tata Ruang 1. Persentase Pemanfaatan 82.00% 88.00% 90.00% 92.00% 95.00% 95.00%
Lahan Sesuai Tata Ruang
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.34
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.35
Capaian Kinerja Program dan Kerangka pendanaan
Misi/Tujuan/Sasaran/Program Kondisi
Kode Indikator Kinerja 2021 2022 2023 2024 Kondisi pada akhir periode RPJMD
Pembangunan Daerah Kinerja Awal
Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
--- Bab VI. Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah --- VI.36
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB VII
KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN
PROGRAM PERANGKAT DAERAH
Kerangka pendanaan merupakan analisis pengelolaan keuangan daerah untuk menentukan sumber-
sumber dana yang digunakan dalam pembangunan, optimalisasi penggunaan sumber dana dan
peningkatan kualitas belanja dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya
mencapai visi dan misi Kepala Daerah serta target pembangunan nasional. Dalam rencana
pembangunan jangka menengah daerah, kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5
(lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD, RTRW dan RPJMN.
Secara umum, sebagaimana tealah dijelaskan pada Bab III tentang Gambaran Keuangan Daerah, maka
kemampuan keuangan daerah untuk mendanai Belanja Daerah secara ringkas dapat dilihat pada table
VII.1. Khusus untuk anggaran Belanja Daerah pada tabel VII.1 merupakan gambaran kapasitas
keuangan pemerintah daerah untuk membiayai program pembangunan tahun 2020-2024.
Kerangka pendanaan pembangunan daerah Kota Pontianak tahun 2020-2024 diuraikan dalam tabel
VII.1 berikut:
VII.1
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VII.2
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Adapun rencana program prioritas dalam pencapaian visi dan misi serta seluruh program yang
dirumuskan dalam renstra Perangkat Daerah beserta indikator kinerja, pagu indikatif target, Perangkat
Daerah Penanggung jawab berdasarkan bidang urusan dijabarkan dalam tabel VII.2 berikut:
VII.3
Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah
Tabel VII.2
Indikasi rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan
Kota Pontianak Tahun 2021 - 2024
1 01 02 Program Pengelolaan Pendidikan Persentase Warga 100% 100% 100% 18,430,690,459 100% 18,485,423,911 100% 18,540,431,030 100% 18,540,431,030 Dinas Pendidikan dan
Negara Usia 5-6 tahun Kebudayaan
yang berpartisipasi
dalam pendidikan PAUD
1 01 02 Program Pengelolaan Pendidikan Persentase warga 100% 100% 100% 3,653,639,356 100% 3,671,907,553 100% 3,690,267,091 100% 3,690,267,091 Dinas Pendidikan dan
negara usia 7--18 tahun Kebudayaan
yang belum
menyelesaikan
pendidikan dasar dan
atau menengah yang
berpatisipasi dalam
pendidikan kesetaraan
1 01 04 Program Pendidik Dan Tenaga Persentase Tenaga 100% 100% 28,172,821,653 100% 28,195,196,007 100% 28,336,171,987 100% 28,477,852,847 100% 28,477,852,847 Dinas Pendidikan dan
Kependidikan Pendidik yang memiliki Kebudayaan
kualifikasi D-IV dan S1
bagi Satuan Pendidikan
Dasar, PAUD, dan
Pendidikan
Nonformal/Kesetaraan
1 01 06 Program Pengembangan Bahasa Persentase 100% 0% - 100% 200,000,000 100% 201,000,000 100% 202,005,000 100% 202,005,000 Dinas Pendidikan dan
Dan Sastra Terlaksananya Kebudayaan
Pengembangan Bahasa
dan Sastra
1 01 01 Program Penunjang Urusan 100% 100% 282,429,363,955 100% 264,600,919,860 100% 280,300,500,534 100% 278,867,059,931 100% 278,867,059,931 Dinas Pendidikan dan
Pemerintah Daerah Kebudayaan
1 02 Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan
Dinas Kesehatan
1 02 02 Program Pemenuhan Upaya Persentase Puskesmas 85% 87% 189,036,921,840 85% 215,561,574,621 95% 211,604,483,181 100% 250,314,859,905 100% 250,314,859,905 Dinas Kesehatan
Kesehatan Perorangan Dan Upaya yg menyelenggarakan
Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan ibu
hamil dan bayi baru lahir
Persentase Puskesmas 90% 92% 95% 97% 100% 100% - Dinas Kesehatan
yg menyelenggarakan
kesehatan balita
Persentase Puskesmas 90% 92% 95% 97% 100% 100% - Dinas Kesehatan
yg melaksanakan usia
anak sekolah dan remaja
Persentase Puskesmas 75% 85% 90% 95% 100% 100% - Dinas Kesehatan
yg menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
lansia
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.4
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase fasilitas 100% 100% 100% 100% 100% 100% - Dinas Kesehatan
kesehatan sesuai
standar
Persentase puskesmas 100% 100% 100% 100% 100% 100% -
yang melaksanakan
pelayanan reproduksi
1 02 03 Program Peningkatan Kapasitas Ratio Dokter, Perawat, 2,3 per 2,3 per 607,878,622 2,3 per 547,987,808 2,3 per 896,773,358 2,3 per 986,450,694 2,3 per 986,450,694 Dinas Kesehatan
Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Bidan 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Pendudu Pendudu
k k
Jumlah Faskes yang 90% 90% 90% 90% 90% 90% - Dinas Kesehatan
memenuhi SDM
berkualitas sesuai
standar
1 02 04 Program Sediaan Farmasi, Alat Persentase Fasilitas 90% 90% 476,715,731 90% 298,064,730 90% 327,871,203 90% 360,658,323 90% 360,658,323 Dinas Kesehatan
Kesehatan dan Makanan Minuman Kesehatan Farmasi,
makan, minuman sesuai
standar
1 02 05 Program Pemberdayaan Masyarakat Persentase tatanan kota 90% 90% 424,575,927 90% 349,690,000 90% 349,690,000 90% 384,659,000 90% 384,659,000 Dinas Kesehatan
Bidang Kesehatan sehat yang telah
dilaksanakan
1 02 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 80% 80% 167,848,701,380 80.0% 124,663,427,889.70 80.0% 138,185,426,025.67 80.0% 152,606,875,450.24 80.0% 152,606,875,450 Dinas Kesehatan
Pemerintahan Daerah Kepuasan Bidang/Bagian
Kabupaten/Kota terhadap pelayanan
Kesekretariatan
1 03 07 Program Pengembangan Persentase pelaksanaan 100% 100% 20,522,970,440 100% 26,260,000,000 100% 1,300,000,000 100% 1,300,000,000 100% 1,300,000,000 Dinas Pekerjaan
Permukiman pembangunan dan Umum dan Penataan
pengembangan Ruang
infrastruktur kawasan
permukiman
1 03 08 Program Penataan Bangunan Persentase capaian 100% 100% 48,182,666,079 100% 40,183,424,416 100% 43,362,050,196 100% 55,428,266,091 100% 55,428,266,091 Dinas Pekerjaan
Gedung penataan bangunan Umum dan Penataan
gedung dan pelaksanaan Ruang
kegiatan penataan dalam
penyelenggaraan
bangunan gedung
pemerintah dan
pelayanan publik serta
pemberian IMB dan SLF
bangunan gedung
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.5
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 03 09 Program Penataan Bangunan dan Persentase peningkatan 18.90% 18.90% 34,829,818,645 18.90% 33,274,002,257.00 18.95% 44,462,763,882.00 19.00% 35,824,600,000.00 19.00% 35,824,600,000 Dinas Pekerjaan
Lingkungan penataan bangunan dan Umum dan Penataan
lingkungan di Kota Ruang
Pontianak
1 03 10 Program Penyelenggaraan Jalan Persentase penambahan 2.00% 2.00% 70,572,500,693 2.00% 60,145,678,000 2.00% 83,770,738,000 2.00% 102,794,500,000 2.00% 102,794,500,000 Dinas Pekerjaan
kinerja jalan kota Umum dan Penataan
Ruang
1 03 11 Program Pengembangan Jasa Persentase capaian 100% 100% 460,828,241 100% 550,000,000 100% 810,000,000 100% 810,000,000 100% 810,000,000 Dinas Pekerjaan
Konstruksi pengembangan jasa Umum dan Penataan
konstruksi Ruang
1 03 12 Program Penyelenggaraan Penataan Persentase capaian 100% 96.89% 781,165,510 96.89% 2,100,000,000.00 98.18% 3,500,000,000.00 99.47% 2,900,000,000.00 99.47% 2,900,000,000 Dinas Pekerjaan
Ruang penyelenggaraan tata Umum dan Penataan
ruang Ruang
1 03 01 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 100% 100% 22,829,001,324 100% 24,105,736,384.00 100% 27,902,135,584.00 100% 23,306,139,344.00 100% 23,306,139,344 Dinas Pekerjaan
Pemerintahan Daerah kepuasan bidang/bagian Umum dan Penataan
terhadap pelayanan Ruang
kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.6
Bidang Urusan Pemerintahan dan Kondisi
Indikator Kinerja Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 05 Urusan Pemerintahan Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum Serta Perlindungan Masyarakat
Satuan Polisi Pamong Praja
1 05 02 Program Peningkatan Ketenteraman Persentase Pelanggaran 100% 100% 2,234,772,253 100% 2,085,434,190 100% 2,294,439,334 100% 2,356,632,333 100% 2,356,632,333.11 Satuan Polisi Pamong
dan Ketertiban Umum Penegakan PERDA dan Praja
PERKADA yang dapat
diselesaikan secara
preventif dan represif,
non yustisi maupun
yustisi
1 05 04 Program Pencegahan, Prosentase Layanan 100% 100% 89,409,900 100% 279,893,250 100% 580,630,141.25 100% 582,982,766 100% 582,982,765.63 Satuan Polisi Pamong
Penanggulangan, Penyelamatan Respon Cepat Praja
Kebakaran Dan Penyelamatan Non (Response Time)
Kebakaran Penanggulangan
Kejadian Kebakaran
1 05 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 100% 100% 20,281,344,718 100% 21,788,822,560 100% 21,914,435,525.00 100% 23,025,690,401 100% 23,025,690,401 Satuan Polisi Pamong
Pemerintah Daerah kepuasan Bidang/Bagian Praja
terhadap pelayanan
kesekretariatan
1 06 05 Program Perlindungan Dan Jaminan % Penerima Bantuan 100% 100% 1,832,335,400.00 100% 2,009,277,000.00 100% 2,092,571,600.00 100% 2,445,053,600.00 100% 2,445,053,600.00 Dinas Sosial
Sosial
1 06 06 Program Penanganan Bencana % Penanganan Korban 100% 100% 567,612,000.00 100% 1,227,878,000.00 100% 1,327,878,000.00 100% 1,122,000,000.00 100% 1,122,000,000.00 Dinas Sosial
Bencana Alam dan
Bencana Sosial
1 06 07 Program Pengelolaan Taman Makam % Makam Pahlawan 100% 100% 39,412,500.00 100% 50,000,000.00 100% 50,000,000.00 100% 50,000,000.00 100% 50,000,000.00 Dinas Sosial
Pahlawan Yang Dikelola
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.7
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 06 01 Program Penunjang Urusan % Tingkat Kepuasan 100% 100% 7,859,559,494.00 100% 8,263,880,600.00 100% 8,129,440,400.00 100% 8,688,010,400.00 100% 8,688,010,400.00 Dinas Sosial
Pemerintah Daerah Bidang/Bagian Terhadap
Pelayanan Kesektariatan
2 07 05 Program Hubungan Industrial Persentase Tenaga Kerja 100% 100% 214,333,467.00 100% 246,873,150.00 100% 252,873,500.00 100% 263,735,000.00 100% 263,735,000.00 Dinas Penanaman
Yang Dilindungi Sesuai Modal Tenaga Kerja
Dengan Peraturan Yang dan PTSP
Berlaku
2 08 Urusan Pemerintahan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
2 08 02 Program Pengarus Utamaan Gender Tingkat capaian Pratama Pratama 148,816,150 Madya 201,632,329 Madya 221,795,562 Madya 243,975,118 Madya 243,975,118 Dinas Pengendalian
Dan Pemberdayaan Perempuan Anugerah Penduduk, KB,
Parahita Ekapraya (APE) Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
2 08 03 Program Perlindungan Perempuan Rasio kekerasan 0.0037 0.0038 620,643,059 0.0036 252,864,550 0.0033 252,045,805 0.0031 315,465,185 0.0031 315,465,185 Dinas Pengendalian
terhadap perempuan, Penduduk, KB,
termasuk TPPO (per Pemberdayaan
100.000 penduduk Perempuan dan
perempuan) Perlindungan Anak
2 08 05 Program Pengelolaan Sistem Data Persentase keterlibatan 60% 65% 9,500,000 75% 14,291,200 90% 15,720,320 100% 17,292,352 100% 17,292,352 Dinas Pengendalian
Gender Dan Anak stackholder dalam Penduduk, KB,
pemutakhiran data Pemberdayaan
Gender dan Anak Perempuan dan
Perlindungan Anak
2 08 06 Program Pemenuhan Hak Anak Persentase Forum Anak 100% 100% 378,315,260 100% 212,948,010 100% 234,242,811 100% 257,667,092 100% 257,667,092 Dinas Pengendalian
(PHA) Daerah Aktif Penduduk, KB,
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
2 08 07 Program Perlindungan Khusus Anak Persentase anak korban 100% 100% 84,521,590 100% 101,171,840 100% 111,289,024 100% 122,417,926 100% 122,417,926 Dinas Pengendalian
kekerasan yang Penduduk, KB,
ditangani instansi terkait Pemberdayaan
kabupaten / kota Perempuan dan
Perlindungan Anak
2 09 Urusan Pemerintahan Bidang Pangan
Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan
2 09 03 Program Peningkatan Diversifikasi Persentase Stabilitas 90% 90% 1,225,223,364 90.5% 1,252,615,400 91% 1,315,246,170 91.5% 1,381,008,478 91,5 % 1,381,008,478 Dinas Pangan
Dan Ketahanan Pangan Masyarakat Pasokan dan Harga Pertanian dan
Pangan Perikanan
Persentase Ketersediaan 60% 60% 65% 70% 75% 75% -
Cadangan Pangan
Daerah sesuai Standar
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.8
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Target 81.3% 83% 84% 84% 85% 85% -
Konsumsi Pangan
2 09 04 Program Penanganan Kerawanan 90% 90% 147,205,650 91% 183,123,000 92% 192,279,150 93% 201,893,108 93 % 201,893,108 Dinas Pangan
Persentase Peningkatan
Pangan Pertanian dan
Tahan Pangan
Perikanan
2 09 05 Program Keamanan Persentase kasus
Pengawasan 21.0% 20.0% 79,708,905 19.5% 91,000,000 19.0% 95,550,000 18.5% 100,327,500 18.5% 100,327,500 Dinas Pangan
Pangan pangan yang tidak Pertanian dan
sesuai standar mutu Perikanan
yang telah ditetapkan
2 10 Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman
2 10 04 Program Penyelesaian Sengketa Prosentase Penyelesaian 100% 80% 43,194,900 100% 82,080,000 100% 95,760,000 100% 109,440,000 100% 109,440,000 Dinas Perumahan
Tanah Garapan konflik pertanahan yang Rakyat dan Kawasan
dimediasi Pemukiman
2 10 05 Program Penyelesaian Ganti Persentase penyelesaian 41% 100% 48,291,553,786 100% 15,487,902,800 100% 14,239,077,086 100% 14,275,709,385 100% 14,275,709,385 Dinas Perumahan
Kerugian Dan Santunan Tanah ganti rugi tanah untuk Rakyat dan Kawasan
Untuk Pembangunan pembangunan Pemukiman
2 10 08 Program Pengelolaan Tanah Kosong Persentase bidang tanah 100% 100% 72,497,880 100% 120,197,000 100% 120,197,000 100% 120,197,000 100% 120,197,000 Dinas Perumahan
Pemerintah Kota Rakyat dan Kawasan
Pontianak yang telah Pemukiman
dimanfaatkan sesuai
peruntukan
2 10 10 Program Penatagunaan Tanah Persentase penggunaan 100% 100% 111,270,000 100% 162,570,000 100% 162,570,000 100% 162,570,000 100% 162,570,000 Dinas Perumahan
tanah Rakyat dan Kawasan
Pemukiman
2 11 Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup
Dinas Lingkungan Hidup
2 11 2 Program Perencanaan Lingkungan Persentase perencanaan 0% 0% 10,000,000 100% 425,000,000 100% 650,500,000.00 100% 702,540,000 100% 702,540,000 Dinas Lingkungan
Hidup lingkungan hidup Hidup
2 11 3 Program Pengendalian Pencemaran Persentase pengendalian 100% 100% 2,017,162,619 60% 2,355,360,355 70% 2,571,681,976 80% 3,097,416,534 80% 3,097,416,534 Dinas Lingkungan
dan/atau Kerusakan Lingkungan pencemaran Hidup
2 11 4 Program Pengelolaan Persentase pengelolaan 100% 100% 132,370,000 100% 1,220,000,000 100% 1,518,200,000 100% 9,314,526,000 100% 9,314,526,000 Dinas Lingkungan
Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Keanekaragaman Hayati Hidup
(KEHATI)
2 11 5 Program Pengendalian Bahan Persentase 100% - 100% 350,000,000 100% 371,000,000 100% 450,680,000 100% 450,680,000 Dinas Lingkungan
Berbahaya dan Beracun (B3) dan Pengendalian Bahan Hidup
Limbah Bahan Berbahaya dan Berbahaya dan Beracun
Beracun (Limbah B3) (B3) dan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3)
2 11 6 Program Pembinaan dan Persentase pelaku usaha 100% 100% 96,937,500 100% 575,000,000 100% 609,500,000 100% 658,260,000 100% 658,260,000 Dinas Lingkungan
Pengawasan Terhadap Izin yang menerapkan izin Hidup
Lingkungan dan Izin Perlindungan lingkungan dan izin PPLH
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH)
2 11 7 Program Pengakuan Keberadan Terwujudnya Kearifan 100% 100% 82,189,600 100% 310,000,000 100% 328,600,000 100% 354,888,000 100% 354,888,000 Dinas Lingkungan
Masyarakat Hukum Adat (MHA), Lokal di masyarakat Hidup
Kearifan Lokal dan Hak MHA yang terhadap PPLH
terkait dengan PPLH
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.9
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 11 8 Program Peningkatan Pendidikan, Peningkatan kapasitas 100% 100% 2,939,973,718 100% 3,146,991,240 100% 3,335,810,714 100% 3,602,675,572 100% 3,602,675,572.00 Dinas Lingkungan
Pelatihan dan Penyuluhan kader masyarakat peduli Hidup
Lingkungan Hidup Untuk Masyarakat lingkungan
2 11 9 Program Penghargaan Lingkungan Persentase penghargaan 100% 100% 523,206,547 100% 491,106,551 100% 520,572,944 100% 562,218,780 100% 562,218,780.00 Dinas Lingkungan
Hidup Untuk Masyarakat lingkungan hidup yang Hidup
dicapai
2 11 10 Program Penanganan Pengaduan Persentase Penanganan 100% 100% 49,573,300 100% 275,000,000 100% 291,500,000 100% 314,820,000 100% 314,820,000 Dinas Lingkungan
Lingkungan Hidup Pengaduan Lingkungan Hidup
Hidup
2 11 11 Program Pengelolaan Sampah Persentase pengelolaan 100% 100% 46,381,197,536 100% 48,576,837,499 100% 51,491,447,749 100% 55,650,763,569 100% 55,650,763,569 Dinas Lingkungan
sampah Hidup
2 11 1 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 100% 100% 17,201,746,612 100% 19,085,846,054 100% 20,382,062,185 100% 22,114,777,025 100% 22,114,777,025 Dinas Lingkungan
Pemerintahan Daerah kepuasan Bidang/Bagian Hidup
terhadap pelayanan
Kesekretariatanv
Persentase penerbitan 100% 1.00 1,461,048,834 1.00 262,500,000 100% 262,500,000 100% 262,500,000 100% 262,500,000 Dinas Kependudukan
dokumen KTP dan Pencatatan Sipil
El,KK,KIA,pada
pelayanan keliling
2 12 03 Program Pencatatan Sipil Persentase Penduduk 40 42.50 519,916,738 45 380,874,900 93.50 395,709,896 50 417,962,390 50 417,962,390 Dinas Kependudukan
berusia 0-18 tahun yang dan Pencatatan Sipil
menerima Akta Kelahiran
tepat waktu pelaporan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.10
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Penduduk 50 52.50 519,916,738 55 57.50 60 60 Dinas Kependudukan
yang menikah menerima dan Pencatatan Sipil
Akta Perkawinan tepat
waktu pelaporan
Persentase penerbitan 100% 100% 519,916,738 100% 141,550,000 100% 141,550,000 100% 141,550,000 100% 141,550,000 Dinas Kependudukan
dokumen Akte Kelahiran dan Pencatatan Sipil
dan Akte Kematian pada
pelayanan keliling
2 12 04 Program Pengelolaan Informasi Persentase Jumlah 75 77.50 336,578,934 80.00 269,569,600 82.50 276,435,584 85 286,734,560 85 286,734,560 Dinas Kependudukan
Administrasi Kependudukan Instansi yang telah dan Pencatatan Sipil
memanfaatkan Data
Kependudukan melalui
DWH
Persentase data 1% 1% 336,578,934 1% 100,190,000 1% 104,197,600 1% 110,209,000 1% 110,209,000 Dinas Kependudukan
penduduk anomali dalam dan Pencatatan Sipil
database SIAK
2 12 05 Program Pengelolaan Profil Persentase Penyusunan 100% 100% 19,122,933 100% 19,175,000 100% 19,942,000 100% 21,092,500 100% 21,092,500 Dinas Kependudukan
Kependudukan Profil Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2 12 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 100% 100% 11,542,488,221 100% 9,877,421,500 100% 9,961,241,160 100% 10,609,814,250 100% 10,609,814,250 Dinas Kependudukan
Pemerintah Daerah Kepuasan Bidang/Bagian dan Pencatatan Sipil
terhadap pelayanan
Kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.11
3,432,786,738
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
12.14% 12.47% 8% 7.70% 7.40% 7.40% - Dinas Pengendalian
Persentase kebutuhan Penduduk, KB,
ber-KB yang tidak Pemberdayaan
terpenuhi (unmet need) Perempuan dan
Perlindungan Anak
2 14 04 Program Pemberdayaan Dan Median Usia Kawin 0.0% 19.0% 993,190,262 20.9% 329,142,704 21.0% 362,056,974 21.0% 398,262,672 21.00% 398,262,672 Dinas Pengendalian
Peningkatan Keluarga Sejahtera (KS) Pertama Penduduk, KB,
Perempuan (MUKP) Pemberdayaan
seluruh Perempuan dan
wanita umur 25-49 tahun Perlindungan Anak
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.12
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 16 03 Program Aplikasi Informatika Persentase jumlah 91% 91% 3,647,150,040 94% 2,409,849,400 97% 2,517,395,700 100% 2,524,924,085 100% 2,524,924,085 Dinas Komunikasi dan
perangkat daerah yang Informatika
telah menerapkan SPBE
2 16 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 92% 92% 6,874,380,412 94% 6,970,971,800.00 96% 7,335,652,960.00 100% 8,166,964,200.00 100% 8,166,964,200 Dinas Komunikasi dan
Pemerintah Daerah Kepuasan Bidang/Bagian Informatika
terhadap pelayanan
Kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.13
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 18 06 Program Pengelolaan Data Dan Persentase Sistem 100% 100% 123,941,350 100% 30,000,000 100% 30,729,000 100% 32,050,000 100% 32,050,000 Dinas Penanaman
Sistem Informasi Penanaman Modal Pengelolaan Data dan Modal Tenaga Kerja
Sistem Informasi dan PTSP
Pelayanan Publik yang
Terintegrasi
2 18 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 100% 100% 10,736,751,244 100% 10,755,456,850.00 100% 11,015,675,000.00 100% 11,489,101,700.00 100% 11,489,101,700 Dinas Penanaman
Pemerintah Daerah Kepuasan Bidang/Bagian Modal Tenaga Kerja
terhadap pelayanan dan PTSP
Kesekretariatan
2 19 04 Program Pengembangan Kapasitas Persentase 15.00% 15.23% 86,924,330 15.37% 99,196,163 15.51% 109,115,779 15.64% 120,027,357 15.64% 120,027,357 Dinas Kepemudaan
Kepramukaan Meningkatnya organisasi Olahraga dan
kepramukaan yang Pariwisata
dibina dan
dikembangkan.
2 19 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 100% 100% 9,573,497,133 100% 9,140,890,555.00 100% 9,195,411,708.00 100% 9,195,411,708.00 100% 9,195,411,708 Dinas Kepemudaan
Pemerintah Daerah Kepuasan Bidang/Bagian Olahraga dan
terhadap pelayanan Pariwisata
Kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.14
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 22 04 Program Pembinaan Sejarah Persentase Objek 100% 100% 135,956,350 100% 136,636,132 100% 137,319,312 100% 138,005,909 100% 138,005,909 Dinas Pendidikan dan
kemajuan kebudayaan Kebudayaan
yang dikembangkan
(penyebarluasan,
pengkajian,
penanyangan
keragaman)
2 22 05 Program Pelestarian Dan Persentase Teregister 100% 100% 78,270,316 100% 133,936,668 100% 134,606,351 100% 135,279,383 100% 135,279,383 Dinas Pendidikan dan
Pengelolaan Cagar Budaya cagar budaya Kebudayaan
(pendaftaran,
pengkajian, penetapan,
pencatatan,
pemeringaktan,
penghapusan)
2 22 06 Program Pengelolaan Permuseuman Persentase Pengelolaan, 100% 100% 200,000,000 100% 201,000,000 100% 202,005,000 100% 203,015,025 100% 203,015,025 Dinas Pendidikan dan
pengamanan, Kebudayaan
pengembangan dan
pemanfaatan koleksi
museum
3 25 06 Program Pengolahan Dan Persentase jumlah 40% 80% 140,591,172 83.33% 81,000,000 85.71% 86,200,000 100% 91,500,000 100% 91,500,000 Dinas Pangan
Pemasaran Hasil Perikanan pelaku usaha mikro dan Pertanian dan
kecil pengolah dan Perikanan
pemasar hasil perikanan
yang
dilayani/didampingi/dibin
a
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.15
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3 26 Urusan Pemerintahan Bidang Pariwisata
Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata
3 26 02 Program Peningkatan Daya Tarik Meningkatnya daya tarik 3.39% 3.42 % 685,488,702 3.42 % 1,934,870,814 3.43 % 1,561,464,800 3.44 % 1,561,464,800 3.44 % 1,561,464,800 Dinas Kepemudaan
Destinasi Pariwisata destinasi pariwisata Olahraga dan
Pariwisata
3 26 03 Program Pemasaran Pariwisata 3.39% 3.42 % 606,452,000 3.42 % 739,992,000 3.43 % 750,218,070 3.44 % 1,057,397,087 3.44 % 1,057,397,087 Dinas Kepemudaan
Meningkatnya Program
Olahraga dan
Pemasaran Pariwisata
Pariwisata
3 26 04 Program Pengembangan Ekonomi Presentase pelaku 1.80% 1.80% - 1.86% 150,000,000 1.88% 152,820,000 1.89% 152,820,000 1.89% 152,820,000 Dinas Kepemudaan
Kreatif Melalui Pemanfaatan Dan ekonomi kreatif yang Olahraga dan
Perlindungan Kekayaan Intelektual mendapatkan Pariwisata
perlindungan hak
kekayaan intelektual
3 26 05 Program Pengembangan 3.42 % 3.42 % 1,018,439,510 3.42 % 765,497,000 3.43 % 765,497,000 3.44 % 739,992,000 3.44 % 739,992,000 Dinas Kepemudaan
Sumberdaya Pariwisata dan Meningkatnya Olahraga dan
Ekonomi Kreatif Pengembangan Sumber Pariwisata
Daya Pariwisata dan
ekonomi Kreatif
Presentase pelaku 2% 2% 0.0186 1,674,430,000 0.0188 1,674,430,000 0.0189 1,674,430,000 0.0189 1,674,430,000 Dinas Kepemudaan
ekonomi kreatif yang Olahraga dan
mengikuti Pariwisata
pengembangan sumber
daya ekonomi kreatif
3 27 Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian
Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan
3 27 02 Program Penyediaan Dan Persentase luas lahan 0.28% 0.32% 2,057,772,725 0.33% 1,801,250,600 0.34% 1,887,933,130 0.36% 2,458,471,274 0.36% 2,458,471,274 Dinas Pangan
Pengembangan Sarana Pertanian yang ditanami dengan Pertanian dan
benih bersertifikat Perikanan
1.13 1.24 1.27 1.30 1.33 1.33 - Dinas Pangan
Nilai indeks pertanaman
Pertanian dan
(IP)
Perikanan
Luas pertanaman ubi 1 ha 3.15 5 6 7 7 - Dinas Pangan
kayu yang menggunakan Pertanian dan
pupuk Perikanan
1 ha 2 3 4.5 5 5 - Dinas Pangan
Luas pertanaman keladi Pertanian dan
Perikanan
Persentase luas panen 2.5% 2.5% 2.9% 4.5% 4.5% 4.5% - Dinas Pangan
tanaman hortikultura Pertanian dan
Perikanan
Persentase bibit Sumber 0.0% 1.0% 1.4% 1.4% 2.0% 2.0% - Dinas Pangan
Daya Genetik (SDG) Pertanian dan
bersertifikat Perikanan
5% 5% 5.5% 6.05% 6.7% 6.7% - Dinas Pangan
Persentase sarana yang
Pertanian dan
memenuhi standar
Perikanan
Persentase Peningkatan 7.69% 3.68% 3.68% 21,838,800 3.68% 23,838,800 3.68% 227,838,800 3.68% 227,838,800 Dinas Pangan
Jumlah Benih/Bibit Pertanian dan
Ternak, Tanaman Pakan Perikanan
Ternak serta Pakan
Ternak yang cukup
secara kuantitas dan
kualitas
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.16
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase Peternak dan 3.86% 3.68% 3.68% 3.68% 3.68% 3.68% - Dinas Pangan
Pelaku Usaha Pertanian dan
Peternakan yang Perikanan
Menerapkan Teknologi
Unggul
Persentase Peningkatan 3% 4% 3% 3% 3% 3% - Dinas Pangan
Keberhasilan Sapi Pertanian dan
Indukan Wajib Bunting Perikanan
(SIWAB)
3 27 03 Program Penyediaan Dan Persentase Peningkatan 20% 20% 1,489,268,045 40% 604,726,000 40% 439,329,800 60% 1,103,351,190 60% 1,103,351,190 Dinas Pangan
Pengembangan Prasarana Pertanian Ketersediaan Prasarana Pertanian dan
Pertanian Perikanan
3 27 04 Program Pengendalian Kesehatan Persentase Penurunan 0% 0% 1,956,140,773 0% 1,111,461,200 0% 1,753,482,700 0% 1,240,376,950 0% 1,240,376,950 Dinas Pangan
Hewan Dan Kesehatan Masyarakat Hewan yang Terkena Pertanian dan
Veteriner Penyakit Menular Ternak Perikanan
3 27 07 Program Penyuluhan Pertanian Persentase peningkatan 25% 25% 330,715,044 50% 314,385,000 75% 330,104,250 100% 346,609,300 100% 346,609,300 Dinas Pangan
kapasitas kelembagaan Pertanian dan
peyuluh pertanian Perikanan
3 27 01 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 100.00% 100.00% 12,640,270,318 100% 11,871,880,000 100% 11,981,374,000 100% 12,303,542,700 100% 12,303,542,700 Dinas Pangan
Pemerintahan Daerah kepuasan bidang/bagian Pertanian dan
Kabupaten/Kota terhadap pelayanan Perikanan
kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.17
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3 30 Urusan Pemerintahan Bidang Perdagangan
Dinas Koperasi, Usaha Mikro Dan Perdagangan
3 30 02 Program Perizinan Dan Pendaftaran Persentase pelaku usaha 100% 100% 79,941,040 100% 112,440,950 100% 139,440,950 100% 153,840,950 100% 153,840,950 Dinas Koperasi,
Perusahaan yang memperoleh izin Usaha Mikro Dan
sesuai dengan ketentuan Perdagangan
( IUPP/SIUP Pusat
Perbelanjaan dan
IUTM/IUTS/SIUP Toko
Swalayan
3 30 03 Program Peningkatan Sarana Persentase sarana 8.82% 11.76% 2,480,903,400 35.29% 2,680,504,350 44.12% 2,321,191,000 50% 2,665,191,000 50% 2,665,191,000 Dinas Koperasi,
Distribusi Perdagangan distribusi perdagangan Usaha Mikro Dan
binaan yang tingkatkan Perdagangan
3 30 04 Program Stabilisasi Harga Barang Tingkat stabilisasi harga 83% 83% 94,028,450 92% 138,468,200 92% 164,629,200 100% 344,774,200 100% 344,774,200 Dinas Koperasi,
Kebutuhan Pokok Dan Barang barang kebutuhan pokok Usaha Mikro Dan
Penting dan barang penting Perdagangan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.18
3 31 03
persentase kepuasan 100% 100% 2,607,298,337 100% 2,657,339,099 100% 2,941,164,442 100% 3,235,280,886 100% 3,235,280,886 Sekretariat Daerah
masyarakat terhadap
pelayanan keprotokolan
dan komunikasi pimpinan
Presentase tingkat 100% 100% 41262066492 100.00% 41,655,119,639.98 100.00% 43,263,300,683.74 ###### 45,931,930,752.11 45,931,930,752 Sekretariat Daerah
Kepuasan Bidang/Bagian
terhadap pelayanan
Kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.19
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
4 02 Sekretariat DPRD
4 02 02 Program Dukungan Pelaksanaan Persentase fasilitasi 100% 100% 13,833,398,720 100% 14,851,122,437 100% 15,469,165,334 100% 15,315,014,394 100% 15,315,014,394 Sekretariat DPRD
Tugas dan Fungsi DPRD pelaksanaan tugas dan
fungsi DPRD
Presentase fasilitasi 100% 100% 100% 100% 100% 100% - Sekretariat DPRD
kehumasan, protokoler,
perjalanan dinas dalam
rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi DPRD
4 02 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 100% 100% 40,836,683,899.00 100% 40,687,177,563.00 100% 42,314,664,666.00 100% 45,330,548,606.00 100% 45,330,548,606 Sekretariat DPRD
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Kepuasan Bidang/Bagian
terhadap pelayanan
Kesekretariatan
5 02 Keuangan
Badan Keuangan Daerah
5 02 02 Program Pengelolaan Keuangan Presentase dokumen 100% 100% 37,014,432,725 100% 19,630,030,000 100% 20,108,940,000 100% 20,773,490,000 100% 20,773,490,000 Badan Keuangan
Daerah APBD diselesaikan tepat Daerah
waktu dan sesuai
ketentuan
Presentase dokumen 100% 100% 100% 100% 100% 100% -
perbendaharaan
tervalidasi tepat waktu
dan sesuai ketentuan
Presentase laporan 100% 100% 100% 100% 100% 100% -
keuangan sesuai SAP
dan disampaikan tepat
waktu
Presentase dokumen 100% 100% 100% 100% 100% 100% -
data penunjang urusan
pengelolaan keuangan
daerah yang tervalidasi
dan sesuai ketentuan
Presentase ketersedian 100% 100% 100% 100% 100% 100% -
data keuangan dalam
sistem informasi yang
tervalidasi
5 02 03 Program Pengelolaan Barang Milik Persentase barang milik 99% 100% 8,733,727,693 100% 4,967,740,000 100% 5,459,550,000 100% 6,142,000,000 100% 6,142,000,000 Badan Keuangan
Daerah daerah yang tercatat Daerah
sesuai ketentuan yang
berlaku
5 02 04 Program Pengelolaan Pendapatan Persentase pelayanan 100% 100% 4,512,827,699 100% 3,249,080,000 100% 3,570,740,000 100% 4,017,090,000 100% 4,017,090,000 Badan Keuangan
Daerah kepada wajib pajak dan/ Daerah
retribusi yang
diselesaikan tepat waktu
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.20
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase tingkat 47% 50% 55% 60% 65% 65% -
kepatuhan wajib pajak
dan/ retribusi dalam
melakukan pembayaran
pajak/ retribusi
5 02 01 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 100% 100% 31,742,765,096 100% 27,837,120,000 100% 28,214,156,000.0 100% 28,746,403,600 100% 28,746,403,600 Badan Keuangan
Pemerintahan Daerah kepuasan bidang/bagian Daerah
Kabupaten/Kota terhadap pelayanan
kesekretariatan
5 03 Kepegawaian
Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM
5 03 02 Program Kepegawaian Daerah Persentase Layanan 80% 80% 6,131,804,326 80% 6,309,674,323 85% 6,928,022,407 90% 7,620,824,647 90% 7,620,824,647 Badan Kepegawaian
Administrasi dan Pengembangan
Kepegawaian Daerah SDM
5 03 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 100% 100% 11,263,661,615.00 100% 11,339,221,238.00 100% 11,534,344,679.32 100% 12,008,829,147.26 100% 12,008,829,147 Badan Kepegawaian
Pemerintah Daerah Kepuasan Bidang/Bagian dan Pengembangan
terhadap pelayanan SDM
Kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.21
6 01 02
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Persentase obrik binaan 80% 81% 82% 27,500,000 83% 32,500,000 84% 40,000,000 84% 40,000,000 Inspektorat Daerah
Irban yang selesai
menindaklanjuti RHP
BPK
Persentase obrik binaan 100% 100% 100% 7,500,000 100% 12,500,000 100% 20,000,000 100% 20,000,000 Inspektorat Daerah
Irban yang selesai
menindaklanjuti RHP
APIP
6 01 03 Program Perumusan Kebijakan, Persentase perumusan 100% 100% 1,139,155,600 100% 29,000,000 100% 36,000,000 100% 47,000,000 23,33% 47,000,000 Inspektorat Daerah
Pendampingan dan Asistensi kebijakan tehnis di
bidang pengawasan dan
bidang fasilitasi
pengawasan
Persentase aparatur 100% 100% 100% 1,252,600,000 100% 1,471,000,000 100% 1,616,800,000 100% 1,616,800,000 Inspektorat Daerah
pengawasan yang
mengikuti diklat serta
bimtek minimal 120 jam
/tahun per APIP
Persentase unit kerja 10% 13,33% 16,67% 541,000,000 20% 574,000,000 23,33% 620,000,000 100% 620,000,000 Inspektorat Daerah
yang memenuhi standar
untuk diusulkan
memperoleh predikat
WBK/WBBM
6 01 01 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 100% 100% 9,916,245,739 100% 9,671,750,000 100% 9,336,000,000 100% 9,671,200,000 100% 9,671,200,000 Inspektorat Daerah
Pemerintah Daerah kepuasan bidang/bagian
terhadap pelayanan
kesekretariatan
7 UNSUR KEWILAYAHAN
7 01 Kecamatan Pontianak Barat
7 01 02 Program Penyelenggaraan Presentase 90% 90% 262,224,725 90% 274,604,098 95% 281,606,502 100% 341,584,119 100% 341,584,119 Kecamatan Pontianak
Pemerintahan Dan Pelayanan Publik terlaksananya kegiatan Barat
pemerintahan dan
pelayanan publiik
7 01 03 Program Pemberdayaan Presentase Keterlibatan 90% 90% 611,190,005 90% 2,038,640,684 95% 2,054,926,021 100% 2,127,037,472 100% 2,127,037,472 Kecamatan Pontianak
Masyarakat Desa Dan Kelurahan Masyarakat dalam Barat
kegiatan Kecamatan
7 01 05 Program Penyelenggaraan Presentasi Koordinasi 90% 90% 554,477,879 90% 647,226,363 95% 663,730,635 100% 688,620,538 100% 688,620,538 Kecamatan Pontianak
Urusan Pemerintahan Umum penyelenggaraan urusan Barat
pemerintahan umum
7 01 01 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 90% 90% 10,656,101,048 90% 10,768,799,401.52 95% 11,069,087,386.50 100% 11,566,179,061.77 100% 11,566,179,062 Kecamatan Pontianak
Pemerintah Daerah kepuasan bidang/bagian Barat
terhadap pelayanan
kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.22
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
7 01 03 Program Pemberdayaan Presentase keterlibatan 90 % 90 % 1,150,475,915 90 % 2,965,199,600 95 % 2,969,503,592 100 % 2,980,478,772 100 % 2,980,478,772 Kecamatan Pontianak
Masyarakat Desa Dan Kelurahan masayarakat dalam Selatan
kegiatan di Kecamatan
7 01 04 Program Koordinasi Ketentraman Presentase Koordinasi 90 % 90 % 428,135,064 90 % 102,000,000 95 % 104,040,000 100 % 109,242,000 100 % 109,242,000 Kecamatan Pontianak
Dan Ketertiban Umum Gangguan Trantibum Selatan
yang dapat diselesaikan
7 01 05 Program Penyelenggaraan Presentasi Koordinasi 90 % 90 % 406,239,619 90 % 525,708,000 95 % 536,222,160 100 % 563,033,268 100 % 563,033,268 Kecamatan Pontianak
Urusan Pemerintahan Umum penyelenggaraan urusan Selatan
pemerintahan umum
7 01 01 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 90% 90% 10,786,987,724 90% 10,971,022,400 95% 11,288,488,448 100% 11,811,591,470.40 100% 11,811,591,470 Kecamatan Pontianak
Pemerintah Daerah kepuasan bidang/bagian Selatan
terhadap pelayanan
kesekretariatan
7 01 05 Program Penyelenggaraan Presentasi Koordinasi 90% 90% 361,566,762 90% 433,342,146 95% 441,893,410 100% 552,084,100 100% 552,084,100 Kecamatan Pontianak
Urusan Pemerintahan Umum penyelenggaraan urusan Utara
pemerintahan umum
7 01 01 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 90% 90% 10,049,806,170 90% 10,331,968,054 95% 10,583,680,475 100% 11,077,530,781 100% 11,077,530,781 Kecamatan Pontianak
Pemerintah Daerah kepuasan bidang/bagian Utara
terhadap pelayanan
kesekretariatan
7 01 05 Program Penyelenggaraan Presentasi Koordinasi 90 % 90 % 347,349,753 90 % 414,856,363 95 % 423,153,490 100 % 444,311,165 100 % 444,311,165 Kecamatan Pontianak
Urusan Pemerintahan Umum penyelenggaraan urusan Kota
pemerintahan umum
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.23
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
7 01 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 90.00% 90.00% 10,810,329,525 90.00% 11,000,183,299 95% 11,311,166,965 100% 11,875,608,313 100% 11,875,608,313 Kecamatan Pontianak
Pemerintah Daerah Kepuasan Bidang/Bagian Kota
terhadap pelayanan
Kesekretariatan
7 01 04 Program Koordinasi Ketentraman Persentase Koordinasi 90 % 90 % 317,325,163 90 % 166,135,000 95 % 200,135,000 100 % 211,635,000 100 % 211,635,000 Kecamatan Pontianak
Dan Ketertiban Umum Gangguan Trantibum Tenggara
yang dapat diselesaikan
7 01 05 Program Penyelenggaraan Persentase Koordinasi 90 % 90 % 479,193,707 90 % 511,617,400 95 % 592,657,000 100 % 669,712,200 100 % 669,712,200 Kecamatan Pontianak
Urusan Pemerintahan Umum penyelenggaraan urusan Tenggara
pemerintahan umum
7 01 01 Program Penunjang Urusan Persentase tingkat 90% 90% 8,769,868,970 90% 10,315,047,600 95.0% 10,425,700,000 100% 10,789,700,000 100% 10,789,700,000 Kecamatan Pontianak
Pemerintah Daerah kepuasan bidang/bagian Tenggara
terhadap layanan
kesekretariatan
7 01 Kecamatan Pontianak Timur
7 01 02 Program Penyelenggaraan Persentase 80% 80% 157,303,160 82% 172,000,000 85% 180,630,000 90% 282,500,000 90% 282,500,000 Kecamatan Pontianak
Pemerintahan Dan Pelayanan Publik terlaksananya kegiatan Timur
pemerintahan dan
pelayanan publik
7 01 03 Program Pemberdayaan Masyarakat Presentase Lembaga 75% 75% 1,123,513,500 80% 3,686,000,000 82% 4,056,656,545 85% 4,320,000,000 85% 4,320,000,000 Kecamatan Pontianak
Desa Dan Kelurahan Kemasyarakatan yang Timur
Aktif (LPM, PKK, Karang
taruna/forum anak,
RT/RW, Posyandu)
7 01 04 Program Koordinasi Ketentraman Persentase Koordinasi 80% 80% 555,214,350 82% 110,000,000 85% 115,000,000 90% 120,000,000 90% 120,000,000 Kecamatan Pontianak
Dan Ketertiban Umum Penanganan Gangguan Timur
Trantibum
7 01 05 Program Penyelenggaraan Urusan Persentasi Koordinasi 80% 80% 846,577,710 82% 943,526,545 85% 1,010,000,000 90% 1,135,000,000 90% 1,135,000,000 Kecamatan Pontianak
Pemerintahan Umum penyelenggaraan urusan Timur
pemerintahan umum
7 01 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 100% 100% 13,371,594,265 100% 13,761,273,455 100% 13,763,273,455 98% 14,143,716,000 98% 14,143,716,000 Kecamatan Pontianak
Pemerintah Daerah Kepuasan Bidang/Bagian Timur
terhadap pelayanan
Kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.24
Bidang Urusan Pemerintahan dan Indikator Kinerja Kondisi Perangkat Daerah
Kode Kinerja Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024 Kondisi Akhir Periode RPJMD Penanggung Jawab
program Prioritas Pembangunan Program (Outcome)
Awal Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
8 UNSUR UNSUR PEMERINTAHAN UMUM
8 01 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
8 01 02 Program Penguatan Ideologi Persentase Peningkatan 100% 100% 269,707,830 100% 235,000,000 100% 255,000,000 100% 275,000,000 100% 275,000,000 Kantor Kesatuan
Pancasila dan Karakter Kebangsaan Wawasan Kebangsaan Bangsa dan Politik
Dalam Kehidupan
berbangsa dan
bernegara
8 01 03 Program Peningkatan Peran Partai Persentase Jumlah 80% 80% 3,422,593,953 80% 28,349,590,000 80% 32,369,590,000 80% 3,896,590,000 80% 3,896,590,000 Kantor Kesatuan
Politik dan Lembaga Pendidikan Pemahaman tentang Bangsa dan Politik
Melalui Pendidikan Politik dan pendikan politik
Pengembangan Etika serta Budaya
Politik
8 01 04 Program Pemberdayaan dan Persentase Jumlah 80% 80% 16,500,000 80% 10,000,000 80% 12,000,000 80% 15,000,000 80% 15,000,000 Kantor Kesatuan
Pengawasan Organisasi Ormas di Kota Pontianak Bangsa dan Politik
Kemayarakatan
8 01 05 Program Pembinaan dan Persentase Jumlah 80% 80% 199,712,207 80% 195,000,000 80% 240,000,000 80% 320,000,000 80% 320,000,000 Kantor Kesatuan
Pengembangan Ketahanan Ekonomi, Pembentukan Kelompok Bangsa dan Politik
Sosial dan Budaya Keagaman serta
pebentukan kader P4GN
8 01 06 Program Peningkatan Kewaspadaan Persentase Jumlah 100% 100% 968,530,000 100% 585,000,000 100% 750,000,000 100% 860,000,000 100% 860,000,000 Kantor Kesatuan
Nasional dan Peningkatan Kualitas Konflik Yang Dapat Bangsa dan Politik
dan Fasilitasi Penanganan Konflik ditangani
Sosial
8 01 01 Program Penunjang Urusan Presentase tingkat 87% 90% 2,483,216,903 90% 2,294,840,000 90% 2,303,221,000 95% 2,408,640,100 95% 2,408,640,100 Kantor Kesatuan
Pemerintah Daerah Kepuasan Bidang/Bagian Bangsa dan Politik
terhadap pelayanan
Kesekretariatan
---- Bab VII. Kerangka Pendanaan Pembangunan Dan Program Perangkat Daerah --- VII.25
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB VIII
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH
DAERAH
P
enetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran
keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir
periode masa jabatan. Keberhasilan tersebut ditunjukkan dari akumulasi pencapaian
indikator pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri
setiap tahun.
Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kota Pontianak meliputi Aspek Kesejahteraan
Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum dan Aspek Daya Saing. Dalam Aspek Kesejahteraan Masyarakat
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kebijakan pembangunan untuk mengetahui
keberhasilan pembangunan yang telah dicapai serta menentukan arah pembangunan Pemerintah Kota
Pontianak lima tahun kedepan. Dalam masa pandemi ini Pemerintah Kota Pontianak cukup optimis
untuk menargetkan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam kurun lima tahunan tersebut diatas 4%.
Sedangkan untuk Indeks Pembangunan Manusia, Kota Pontianak untuk lingkup Provinsi Kalimantan
Barat berdasarkan indeks setiap tahunnya meningkat cukup signifikan dimana indeks Tahun 2019
sebesar 79,35%, lebih tinggi dari IPM Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 67,65 dan IPM nasional
sebesar 71,92 poin. Peningkatan IPM ini dipicu oleh upaya peningkatan kualitas bidang kesehatan yaitu
semakin meratanya sarana dan prasarana kesehatan, kemudahan untuk mengakses persalinan medis,
untuk bidang pendidikan yaitu peningkatan rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah, serta
terjaganya kondisi makro ekonomi yang mempengaruhi daya beli masyarakat. Dengan kondisi angka
IPM Kota Pontianak yang terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun, dapat diartikan bahwa
pembangunan manusia di Kota Pontianak semakin baik.
Untuk Aspek Pelayanan Umum Kota Pontianak dijabarkan dalam pelayanan urusan wajib baik
terkait pelayanan dasar maupun tidak terkait pelayanan dasar, dan pelayanan urusan pilihan.
Pemerintah sebagai aparat pelayanan masyarakat wajib memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam wujud pelayanan publik. Pelayanan pubik merupakan pelayanan umum dalam segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan
perundangundangan yang berlaku. Pelayanan yang baik dicerminkan dari tercapainya indikator-
indikator pada urusan wajib dan urusan.
Sedangkan Aspek Daya Saing terfokus kepada kemampuan ekonomi daerah, fasilitas dan
infrastruktur wilayah, Iklim Investasi dan Sumber Daya Manusia. Salah satu alat ukur tingkat
kesejahteraan masyarakat adalah dengan pendapatan/pengeluaran yang diterimanya. Sesuai dengan
hukum ekonomi, dimana semakin besar pendapatan yang diterima maka akan diikuti dengan semakin
besarnya pengeluaran yang dikeluarkan. Pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi dapat mencerminkan
tingkat kemampuan ekonomi dan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga.
VIII.1
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Adapun penetapan indikator kinerja utama Kota Pontianak disajikan dalam tabel berikut :
Target Tahun
No Indikator
2021 2022 2023 2024
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Nilai SAKIP A A A A
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Angka Konflik 0 0 0 0
VIII.2
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
Tabel 8. 2. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kota Pontianak Tahun 2020-2024
1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Umum, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1 PertumbuhanEkonomi % 4,81 4,0-4,5 4,1-4,6 4,2-4,7 4,3-4,8 4,3-4,8
1.3.1 PDRB Per kapita ADHB Rp. 60.205.412,00 61.778.976 63.355.250 65.214.038 67.271.528 67.271.528
1.3.2 PDRB Per kapita ADHK 2010 Rp. 38.907.600,00 39.924.512 40.943.175 42.144.412 43.474.060 43.474.060
1.4 Indeks Gini Indeks 0,34 0,34 0,34 0,33 0,32 0,32
1.5 Indeks Ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) Indeks 0,4310 0,4190 0,4130 0,4070 0,4010 0,4010
1.6 Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan % 95,12 95 95,20 95,30 95,40 95,40
1.7 Indeks Pembangunan Manusia % 79,35 79,35 80,40 80,85 81,30 81,30
Fokus Kesejahteraan Sosial
1 Kesehatan
1.1 Prevalensi Balita Gizi Kurang % 6,9 7,7 7,5 7,3 7 7
2 Ketenagakerjaan
2.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 61,62 70,74 72,51 74,28 76,05 76,05
2.2 Tingkat Pengangguran % 9,13 10,02-10,07 9,79-10,46 9,57-10,22 9,35-9,99 9,35-9,99
VIII.3
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VIII.4
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VIII.5
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
14 Persandian
14.1 Indeks Reformasi Birokrasi Indeks 65,74 71,74 77,74 80,74 83,74 83,74
VIII.6
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VIII.7
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VIII.8
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
VIII.9
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
BAB IX
PENUTUP
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pontianak tahun 2020 –
2024 disusun sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembangunan Kota Pontianak selama kurun waktu
3 tahun kedepan (2022-2024). Perubahan RPJMD ini telah diimplementasikan dan menjadi rujukan
dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran tahun 2021 dan 2024 yang sedang dalam proses
perencanaan.
Perubahan RPJMD Kota Pontianak tahun 2020 – 2024 ini akan menjadi pedoman dan arahan bersama
bagi seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kota
Pontianak, serta terpadu dan searah dengan pembangunan Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional
selama tiga tahun mendatang.
Dalam perjalanannya, dengan adanya beberapa kebijakan dan peraturan yang baru serta untuk
menyesuaikan dengan kondisi riil yang terjadi pada saat ini, maka dianggap perlu untuk melakukan
perubahan atas RPJMD Kota Pontianak Tahun 2020-2024, sehingga dokumen perencanaan
selanjutnya dapat selaras dengan peraturan perundangan yang ada dan dapat menjawab
permasalahan aktual yang terjadi pada saat ini sampai batas tahun yang direncanakan.
Pasal 342 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
menyebutkan bahwa Perubahan RPJMD dapat dilakukan apabila :
a. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan tidak sesuai dengan
tahapan dan tatacara penyusunan pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan
Mentreri No 86 tahun 2017.
b. Hasil Pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak sesuai
dengan Permendagri No. 86 tahun 2017.
c. Terjadi perubahan mendasar.
Perubahan mendasar mencakup terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis ekonomi,
konflik social budaya, gangguan keamanan, pemekaran daerah dan perubahan kebijakan
nasional.
Adapun beberapa hal mendasar yang menjadi pertimbangan untuk melakukan perubahan atas RPJMD
Kota Pontianak tahun 2020 – 2024 adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukannya penyelarasan dengan dokumen RPJMN yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2020-2024.
2. Perlu dilakukannya penyelarasan dengan dokumen RPJMD Provinsi Kalimantan Barat yang
telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 2 tahun 2019
IX.1
Penutup
Perubahan RPJMD Kota Pontianak 2020-2024
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2018-2023.
3. Perlu dilakukannya restrukturisasi dan beberapa penyesuaian terhadap tujuan, sasaran dan
indikator dalam RPJMD sebagai hasil dari asistensi/pembahasan SAKIP yang dilakukan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
4. Perlu dilakukannya penyesuaian terhadap klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur program,
keuangan dan hal lainnya untuk menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 90
tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah.
5. Dengan adanya kondisi darurat menghadapi Pandemi Covid-19 di tahun 2020 ini baik di tingkat
pusat maupun daerah mengakibatkan perlunya dilakukan penyesuaian terhadap target kinerja,
kebijakan keuangan, rencana program dan hal lain yang dianggap perlu.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Perubahan RPJMD Kota Pontianak Tahun 2020 –
2024, Bappeda Kota Pontianak melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penjabaran Perubahan
beserta indikatornya kedalam Perubahan Rentra Perangkat Daerah serta ketercapaian dalam
pelaksanaannya. Dari sisi waktu pelaksanaan penyusunan perubahan RPJMD ini, maka Perubahan
RPJMD ini berlaku efektif sebagai pedoman penyusunan RKPD untuk tiga tahun anggaran berikutnya
yaitu tahun anggaran 2022, 2023 dan 2024.
Demikian disampaikan RPJMD Perubahan yang telah disusun atas dasar dan pertimbangan yang telah
disampaikan diatas.
WALIKOTA PONTIANAK
IX.2
Penutup