Kelompok 4 2C KMB 2 Traksi
Kelompok 4 2C KMB 2 Traksi
Kelompok 4 2C KMB 2 Traksi
2. Tujuan Traksi
a. Untuk meminimalkan spasme otot.
b. Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuh.
c. Untuk mengimobilisasi fraktur.
d. Untuk mengurangi deformitas.
e. Untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang.
4. Jenis-jenis Traksi
1) Traksi lurus atau langsung. Traksi ini memberi gaya tarikan dalam satu garis lurus
dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Contohnya, traksi ekstensi Buck
dan traksi pelvis.
2) Traksi suspensi seimbang. Traksi ini memberi dukungan pada ekstremitas yang
sakit di atas tempat tidur, sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas
tertentu tanpa terputusnya gaya tarikan.
1) Traksi kulit adalah traksi yang dapat dilakukan pada kulit. Berat beban yang
dipasang tidak boleh lebih dari 2-3 kg tetapi pada traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg
bergantung pada berat badan paisen.
2) Traksi Skeletal adalah traksi yang dilakukan langsung pada skeletal tulang tubuh.
Metoda traksi ini digunakan paling sering untuk menangani praktur femur, tibia,
humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang menggunakan pin
logam atau kawat (mis., tong Gadner, tong Wells) difiksasi di kepala untuk
member traksi yang mengimobilisasi fraktur leher.
Gambar 5 Traksi Skeletal
3) Traksi manual adalah traksi yang dapat dipasang dengan tangan. Ini merupakan
traksi yang sementara yang dapat digunakan pada saat pemasangan gips, member
perawatan kulit di bawah boot busa ekstensi Buck,atau saat menyesuaikan dan
mengatur alat traksi.
5. Komplikasi Traksi
a. Dekubitus
Kulit pasien diperiksa sesering mungkin mengenai tanda tekanan atau lecet. Perhatian
khusus diberikan pada tonjolan tulang. Perlu diberikan intervensi awal untuk
mengurangi tekanan. Perubahan posisi pasien perlu sering dilakukan dan memakai alat
pelindung kulit sangat membantu. Bila risiko kerusakan kulit sangat tinggi, seperti pada
pasien trauma ganda atau pada pasien lansia yang lemah, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter mengenai penggunaan tempat tidur khusus untuk membantu mencegah
kerusakan kullit. Bila telah terbentuk ulkus akibat tekanan, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter mengenai penanganannya.
b. Kongesti paru/pneumonia.
Paru pasien diauskultasi untuk mengetahui status pernapasannya. Pasien diajari untuk
menarik napas dalam dan batuk-batuk untuk membantu pengembangan penuh paru-paru
dan mengeluarkan skresi paru. Bila riwayat pasien dan data dasar pengkajian
menunjukkan bahwa pasien mempunyai resiko tinggi mengalami komplikasi respirasi,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus. Bila
telah terjadi masalah respirasi, perlu diberikan terapi sesuai resep.
6. Peran Perawat
Peran perawat pada pasien fraktur yang menggunakan gips yaitu mengkaji TTV
pasien, monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas mengajarkan,
teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, mengatur posisi nyaman,
mengajarkan teknik mencuci tangan dan membersikan luka supaya tidak terjadi infeksi,
mengajarkan imobilisasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk pemberian
obat dan terapi lainnya dan memberikan edukasi serta motivasi kepada pasien untuk
kesembuhannya.
KASUS
Tn R, umur 34 tahun datang ke unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Husada dengan keluhan
nyeri pada tungkai kanan dan tidak dapat digerakkan pasca kecelakaan bermotor 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Saat itu pasien sedang membawa motor sendirian memakai helm dan tidak
sedang dalam keadaan mabuk, ditabrak oleh motor dari arah sebelah kanan. Saat kejadian pasien
langsung terjatuh dan pingsan sekitar 5 menit, saat sadar pasien sudah tidak dapat lagi
menggerakkan tungkai kanannya, tungkai kiri dan anggota gerak atas tidak ada keluhan. Riwayat
sakit kepala, muntah, lupa dengan kejadian lama serta keluar darah dari hidung/telinga tidak ada.
Pasien langsung dibawa ke puskesmas dan dilakukan pemasangan spalk lalu dirujuk ke RS
Husada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, denyut nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36,7
0
C, glasgow coma scale (GCS) 15. Pasien mengeluh nyeri di daerah kaki kanan, dengan skala 7
(rentang 0 – 10). Pada pemeriksaan lokalis pada regio cruris dextra didapatkan pada pemeriksaan
Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak
terdapat luka robek). Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, pulsasi distal teraba,
sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak
pasif, range of motion (ROM) sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan. Pada pemeriksaan Neuro
vascular distal (NVD) didapatkan A. Dorsalis pedis teraba, capillary refill time (CRT) kurang
dari 2 detik, dan sensibilitas normal.
Dari pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur komplit pada
femur dekstra 1/3 tengah dengan aligment dan aposisi buruk. Kemudian pasien diberikan terapi
asam mefenamat 500 mg 3x1 tablet dan amoxicillin 500 mg 3x1 tablet, pemasangan spalk ulang
dan direncanakan untuk pemasangan internal fiksasi.
Ds :
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian tungkai kanan
- Pasien mengatakan terasa kesemutan sampai telapak kakinya
- Pasien mengatakan tidak dapat menggerakan bagian tungkai bawah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan 3 jam SMRS
- Pasien mengatakan pingsan selama 5 menit setelah kecelakaan
- P : pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan nyeri diperberat saat pasien mencoba
untuk bergerak
- Q : pasien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat dan diremas
- R : pasien mengatakan nyeri dirasakan pada bagian tungkai kanan
- S : skala nyeri 7 dari 10
- T : pasien mengatakan merasa nyeri selama 3 jam SMRS
Do :
- Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis
- Pasien tampak dipasang spalk
- Hasil TTV
Tekanan darah 130/70 mmHg, denyut nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu
36,7°C
- Pasien tampak gelisah dan meringis
- glasgow coma scale (GCS) 15
- Pada pemeriksaan lokalis pada regio cruris dextra didapatkan pada pemeriksaan
Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh
(tidak terdapat luka robek)
- Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, pulsasi distal teraba, sensibilitas
normal.
- Pada pemeriksaan Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, range
of motion (ROM) sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan.
- Tonus otot/kekuatan otot : adanya fraktur dipaha sebelah kanan
5555 5555
1111 5555
- Pada pemeriksaan Neuro vascular distal (NVD) didapatkan A.
- Dorsalis pedis teraba, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, dan sensibilitas
normal.
- Hasil rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur komplit pada femur
dekstra 1/3 tengah dengan aligment dan aposisi buruk.
- Pasien direncanakan untuk pemasangan spalk ulang dan pemasangan internal fiksasi.
Analisa data
No Data Masalah Etiologi
Do :
- Pasien tampak gelisah dan meringis
- Pada pemeriksaan lokalis pada regio
cruris dextra didapatkan pada
pemeriksaan Look: didapatkan
pemendekan, bengkak, deformitas,
angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak
terdapat luka robek)
- Pada pemeriksaan Feel: didapatkan
nyeri tekan, pulsasi distal teraba,
sensibilitas normal.
- Pada pemeriksaan Movement:
didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri
gerak pasif, range of motion (ROM)
sulit dinilai, krepitasi tidak dilakukan.
- Hasil TTV
Do :
- Pasien tampak dipasang spalk
- Tonus otot/kekuatan otot :
adanya fraktur dipaha
sebelah kanan
5555 5555
1111 5555
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN