Kaidah Penyusunan Stimulus
Kaidah Penyusunan Stimulus
Kaidah Penyusunan Stimulus
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam panduan ini meliputi penilaian berbasis
kompetensi, teknik, alat penilaian dan prosedur pengembangan tes,
penyusunan kisi-kisi, dan penyusunan butir soal.
1
Penulisan Butir Soal
2
Penulisan Butir Soal
A. Pengertian
Tes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya
didasarkan pada perbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis butir soal
untuk tes perbuatan, guru dapat mengecek dengan pertanyaan berikut.
Tepatkah kompetensi (yang akan diujikan) diukur dengan tes tertulis? Jika
jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat diujikan
dengan tes perbuatan/praktik.
Dalam menulis butir soal untuk tes perbuatan, penulis soal harus mengetahui
konsep dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam soal
harus disusun dengan pernyataan yang betul-betul menilai
perbuatan/praktik, bukan menilai yang lainnya.
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks
yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal,
perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan.
Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus
diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Aspek
yang dinilai di antaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi,
dan (3) keaslian.
Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam
membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal lukisan,
gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap
persiapan: pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi:
prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika hasil karya.
Di samping itu, guru dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk
rancang bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui: (1)
adopsi, (2) modifikasi, atau (3) difusi.
3
Penulisan Butir Soal
4
Penulisan Butir Soal
A. Pengertian
Instrumen non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian
yang dapat digunakan antara lain adalah: lembar pengamatan/observasi
(seperti catatan harian, portofolio, life skill) dan instrumen tes sikap, minat,
dsb.
B. Pengamatan
5
Penulisan Butir Soal
JUMLAH SOAL =
Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus mengetahui
terlebih dahulu validitas konstruknya yang disusun/dirumuskan melalui teori.
Cara termudah untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku,
hasil penelitian, atau mencari informasi lain yang berhubungan dengan
variabel atau tujuan tes yang dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik
atau responden yang hendak mengerjakan tes ini (instrumen non-tes) tidak
perlu mempersiapkan/belajar materi yang hendak diteskan terlebih dahulu
seperti pada tes prestasi belajar.
Setelah teori diperoleh dari berbagai buku, maka langkah selanjutnya adalah
menyimpulkan teori itu dan merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi
konsep dan definisi operasional) dengan kata-kata sendiri berdasarkan
pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku yang telah dibaca.
Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang dinamakan konstruk.
Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu, langkah selanjutnya adalah
menentukan dimensi (tema-objek/hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan
teori), indikator (uraian/rincian dimensi yang akan diukur), dan penulisan
butir soal berdasarkan indikatornya. Untuk lebih memudahkan dalam
menyusun kisi-kisi tes, perhatikan alur urutannya seperti pada bagan berikut.
TEORI KONSTRUK
(Dari hasil penelitian/ - Definisi
pendapat dari: konsep
1. Buku A - Definisi DIMENSI INDIKATOR SOAL
2. Buku B Operasional
3. Buku C
4. Buku D
5. Buku E
dst
6
Penulisan Butir Soal
Jadi kesimpulannya instrumen tes yang telah disusun merupakan alat ukur
yang (sudah tepat atau belum tepat) mewakili teori.
7
Penulisan Butir Soal
8
Penulisan Butir Soal
9
Penulisan Butir Soal
NO. PERNYATAAN SS S KK J TP
1. ….
2. Saya segera mengerjakan PR sastra sebelum
datang pekerjaan yang lain.
7. Saya asyik dengan pikiran sendiri ketika
guru menerangkan sastra di kelas.
16. Saya suka membaca buku sastra.
20. ….
Keterangan : SS = sangat sering, S = sering, KK = kadang-kadang, J =
jarang, TP = tidak pernah.
Perhatikan contoh tes minat lainnya berikut ini.
CONTOH TES MINAT PESERTA DIDIK
TERHADAP MATA PELAJARAN
NO. PERNYATAAN SL SR JR TP
1. Saya Senang mengikuti pelajaran ini.
2. Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini.
3. Saya merasa pelajaran ini bermanfaat.
4. Saya berusaha menyerahkan tugas tepat
waktu.
5. Saya berusaha memahami pelajaran ini.
6. Saya bertanya kepada guru bila ada yang
tidak jelas
7. Saya mengerjakan soal-soal latihan di
rumah.
8. Saya mendiskusikan materi pelajaran
dengan teman sekelas.
9. Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
10. Saya berusaha mencari bahan pelajaran di
perpustakaan
Keterangan : SL = selalu, SR = sering, JR = jarang, TP = tidak pernah.
Keterangan : Dari 4 kategori: skor terendah 10, skor tertinggi 40.
33- 40 Sangat berminat
25- 32 Berminat
17- 24 Kurang berminat
10- 16 Tidak berminat
10
Penulisan Butir Soal
11
Penulisan Butir Soal
SKOR JAWABAN
Skor Jawaban a b c d e
Pernyataan Positif 5 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4 5
3. Tes Kreativitas
Kreativitas merupakan proses berpikir yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan
bermanfaat (Devito, 1989 : 118). Disamping itu, kreativitas juga
merupakan kemampuan berpikir divergen yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan dan orisinal dalam proses berpikir (Good Brophy,
1990 : 619). Ciri-ciri kreativitas berkaitan dengan imaginasi, orisinalitas,
berpikir devergen, penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal
yang menyangkut perubahan dan eksplorasi (Coben, 1976 : 17). Desain
tes kreativitas terdiri dari dua subtes yaitu dalam bentuk gambar dan
verbal yang masing-masing bentuk memiliki ciri kelancaran (fluency).
keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration)
(Torrance, 1974 : 8).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, definisi konsepsual kreativitas
adalah kemampuan berpikir divergen. Adapun definisi operasionalnya
adalah kemampuan berpikir divergen yang memiliki sifat (dapat diukur
melalui) kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan hasilnya dapat
berguna untuk keperluan tertentu. Dari hasil pendefinisian konstruk ini,
kisi-kisinya dapat disusun seperti contoh berikut ini.
12
Penulisan Butir Soal
13
Penulisan Butir Soal
Keterangan: nomor soal ganjil adalah pernyataan positif, nomor soal genap
adalah pernyataan negatif.
NO. PERNYATAAN SS S KK J TP
1. Saya cemas terhadap kemampuan saya di
sekolah.
6. Saya takut ranking saya turun.
20. Saya kehilangan nafsu makan setiap
menghadapi tuntutan tugas.
36. Jantung saya berdebar-debar ketika sedang
menyelesaikan tugas
50. …..
Keterangan : SS = sangat sering, S = sering, KK = kadang-kadang,
J = jarang, TP = tidak pernah.
6. Teknik Penskoran
Salah satu kegiatan dari penulisan butir soal yaitu teknik penskoran. Ada
cara sederhana untuk menskor hasil jawaban peserta didik dari instrumen
non-tes. Sebagai contoh, tes skala sikap di atas telah dikerjakan oleh
salah satu peserta didik.
Nama peserta didik : Susiana
14
Penulisan Butir Soal
Penjelasan: Dalam kisi-kisi tes, soal nomor 1-6 hanya mewakili indikator
“mau menerima pendapat orang lain” dari dimensi “toleransi” untuk
topik “sikap belajar peserta didik di sekolah”. Sebagai contoh
penskorannya adalah seperti berikut ini.
1. Perilaku positif terdapat pada soal nomor 1, 3, 5 dengan pemberian
skor: SS= 4, S= 3, TS= 2, STS= 1.
2. Perilaku negatif terdapat pada soal nomor 2, 4, 6 dengan pemberian
skor: SS= 1, S= 2, TS= 3, STS= 4
3. Skor yang harus diperoleh dalam perilaku positif minimal 3 x 4 = 12,
Maksimal 3 x 5 = 15, (3 berasal dari 3 butir soal yang positif; 3 adalah
skor S; 4 adalah skor SS).
4. Skor yang harus diperoleh dalam perilaku negatif minimal 3 x 2 = 6,
Maksimal 3 x 1 = 3 (3 berasal dari 3 butir soal yang negatif, 2 adalah
skor S; 1 adalah skor SS).
5. Skor rata-rata: perilaku minimal adalah (12 + 6):2 = 9.
Perilaku maksimal adalah (15 + 3) : 2 = 9.
6. Jadi skor Susiana di atas adalah seperti berikut ini.
Perilaku positif 5+4+1 = 10, perilaku negatif 4+2+3 = 9.
Skor akhir Susiana adalah (10+9):2 = 9,5 atau 10.
15
Penulisan Butir Soal
A. Pengertian
Dalam menulis butir soal, penulis soal memiliki kecenderungan untuk menulis
butir-butir soal yang menuntut perilaku “ingatan”. Di samping mudah
penulisan soalnya, materi yang hendak ditanyakan juga mudah diperoleh dari
buku pelajaran. Untuk menuliskan butir soal yang menuntut penalaran tinggi,
penulis soal biasanya merasa agak kesulitan dalam mengkreasinya. Disamping
sulit menentukan perilaku yang diukur atau merumuskan masalah yang
dijadikan dasar pertanyaan, juga uraian materi yang akan ditanyakan (yang
menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran.
Bagaimana peserta didik bisa maju bila pola berpikirnya hanya ingatan? Oleh
karena itu, ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para
penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi.
Caranya adalah seperti berikut ini.
1. Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan).
Perilaku ingatan juga diperlukan, namun kedudukannya adalah sebagai
langkah awal sebelum peserta didik dapat memahami, menerapkan,
menyintesiskan, menganalisis, dan mengevaluasi materi yang diperoleh
dari guru. Uraian tentang perilaku ini dapat dilihat pada perilaku kognitif
yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom pada bab di depan.
2. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus).
3. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
4. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
5. Penjelasan nomor 2, 3 dan 4 diuraikan secara rinci di bawah ini.
16
Penulisan Butir Soal
17
Penulisan Butir Soal
8. Menilai
Contoh indikatornya:
Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah, dan kemungkinan
penyelesaian masalahnya, peserta didik dapat menentukan: (1) solusi
yang positif dan negatif, (2) solusi mana yang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang disajikan, dan dapat memberikan alasannya.
9. Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal:
Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah, peserta didik dapat
mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
10. Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal
Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang implisit di dalam
asumsi, peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai
dengan asumsi.
11. Mendeskripsikan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan, segmen dari video
klip, peserta didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan.
18
Penulisan Butir Soal
19
Penulisan Butir Soal
20
Penulisan Butir Soal
A. Pengertian
Merakit soal adalah menyusun soal yang siap pakai menjadi satu
perangkat/paket tes atau beberapa paket tes paralel. Dasar acuan dalam
merakit soal adalah tujuan tes dan kisi-kisinya. Untuk memudahkan
pelaksanaannya, guru harus memperhatikan langkah-langkah perakitan soal.
Dalam bab ini juga diuraikan penskoran jawaban soal. Pemeriksaan terhadap
jawaban peserta didik dan pemberian angka merupakan langkah untuk
mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Pada
prinsipnya, penskoran soal harus diusahakan agar dapat dilakukan secara
objektif. Artinya, apabila penskoran dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan skor atau angka yang
sama, atau jika orang yang sama mengulangi proses penskoran akan
dihasilkan skor yang sama.
21
Penulisan Butir Soal
22
Penulisan Butir Soal
23
Penulisan Butir Soal
mudah, sedang, dan sukar, masing-masing tes masih berada pada skala
yang sama dan bisa dibandingkan. Oleh karena itu, tes yang diberikan
kepada peserta didik sudah selayaknya harus sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik. Apabila kemampuan peserta didik dalam
memahami materi yang diajarkan guru itu tinggi (sudah tercapai target
kompetensinya), peluang menjawab benar soal pasti tinggi. Namun
sebaliknya bila kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
diajarkan guru itu rendah (belum tercapai target kompetensinya),
peluang menjawab benar soal pasti rendah. Apakah tesnya berbentuk tes
lisan, tertulis (soalnya berbentuk pilihan ganda, uraian, isian, dll.), atau
perbuatan. Model Rasch merupakan salahsatu model dalam teori respon
butir yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran butir soal.
Model ini telah digunakan di berbagai kalangan seperti untuk sertifikasi
ujian kedokteran di USA, sejumlah program penilaian sekolah di USA,
program penilaian di Australia, studi matematik dan science internasional
ketiga, National School English Literacy Survey di Australia, equating tes
English di Provinsi Guandong Cina, dan beberapa tes diagnostic. Model ini
banyak digunakan orang sebagai pendekatan analitik standard untuk
kalibrasi instrumen karena modelnya sederhana, elegant, hemat, atau
efektif dan efisien.
Konversi nilai berdasarkan Model Rasch memiliki keunggulan bila
dibandingkan dengan konversi nilai berdasarkan model pengukuran secara
klasik. Keterbatasan model pengukuran secara klasik adalah seperti
berikut. (1) Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah “true score”.
Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan peserta didik rendah. Jika tes
mudah artinya tingkat kemampuan peserta didik tinggi. (2) tingkat
kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam
kelompok yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal
tergantung pada kemampuan peserta didik yang dites dan keberadaan tes
yang diberikan. (3) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes
didefinisikan berdasarkan grup peserta didik. Artinya bahwa konversi nilai
berdasarkan teori tes klasik memiliki kelemahan, yaitu (1) tingkat
kesukaran dan daya pembeda tergantung pada sampel; (2) penggunaan
metode dan teknik untuk desain dan analisis tes dengan
memperbandingkan kemampuan peserta didik pada pembagian kelompok
di atas, tengah, bawah. Meningkatnya validitas skor tes diperoleh dari
tingkat kesukaran tes dihubungkan dengan tingkat kemampuan setiap
peserta didik; (3) konsep reliabilitas tes didefinisikan dari istilah tes
paralel; (4) tidak ada dasar teori untuk menentukan bagaimana peserta
didik memperoleh tes yang sesuai dengan kemampuan peserta didik; (5)
Standar kesalahan pengukuran hanya berlaku untuk seluruh peserta didik.
Disamping itu, tes klasik telah gagal memberi kesimpulan yang tepat
terhadap beberapa masalah testing seperti: desain tes (statistik butir
klasik tidak memberitahu penyusun tes tentang lokasi maksimum daya
pembeda butir pada skala skor tes), identifikasi item bias, dan equating
skor tes (tidak suksesnya pada item bias dan equating skor tes karena
sulit menentukan kemampuan yang sebenarnya di antara kelompok).
24
Penulisan Butir Soal
Kelebihan model Rasch atau teori respon butir secara umum adalah
bahwa: (1) model ini tidak berdasarkan grup dependen, (2) skor peserta
didik dideskripsikan bukan tes dependen, (3) model ini menekankan pada
tingkat butir soal bukan tes, (4) model ini tidak memerlukan paralel tes
untuk menentukan reliabilitas tes, (5) model ini merupakan suatu model
yang memberikan suatu pengukuran ketepatan untuk setiap skor tingkat
kemampuan. Tujuan utama teori respon butir adalah memberikan
invariant pada statistik soal dan estimasi kemampuan. Oleh karena itu,
kelebihan teori respon butir adalah: (1) responden dapat diskor pada
skala yang sama, (2) skor responden dapat dibandingkan pada dua atau
lebih bentuk tes yang sama, (3) semua bentuk soal memperoleh
perlakuan melalui cara yang sama, (4) tes dapat disusun sesuai keahlian
berdasarkan tingkat kemampuan yang akan dites.
25
Penulisan Butir Soal
26
Penulisan Butir Soal
Contoh
27
Penulisan Butir Soal
Berdasarkan perhitungan skor yang telah dibuat, penilaian ke lima butir soal
di atas dapat doskor secara mudah pada setiap peserta didik. Contoh seperti
berikut ini
Nama Nomor Soal
Nilai
No peserta 1 2 3 4 5
(Jumlah N)
didik SP N SP N SP N SP N SP N
1 Raufan 7 7,5 4 8 9 27 5 10 7 21 83,50
2 dst
3
4
5
Keterangan : SP = Skor Perolehan. N = Nilai
28
Penulisan Butir Soal
29
Penulisan Butir Soal
A. Pengertian
Bank soal bukan hanya bank pertanyaan, pool soal, kumpulan soal, gudang
soal, atau perpustakaan soal (Millman and Arter, 1984: 315); melainkan bank
yang butir-butir soal terkalibrasi (Wright and Bell, 1984: 331) dan disusun
secara sistematis agar memudahkan penggunaan kembali dan manfaat
soalnya. Untuk itu butir-butir soal di dalam bank soal harus tersedia untuk
setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran,
tingkat kesukaran butir soal, dan jenjang pendidikan. Hal ini sangat
diperlukan untuk memiliki suatu tujuan yang jelas sebagai panduan dan
pengembangan bank soal.
Butir-butir soal yang akan disimpan di dalam bank soal harus diproses melalui
prosedur pengembangan bank soal. Prosedur pengembangan butir soal yang
digunakan di dalam pengembangan bank soal adalah :
(1) Penyusunan kisi-kisi, (2) Penulisan butir soal, (3) Revisi/validasi butir, (4)
Perakitan tes, (5) Uji coba tes, (6) Memasukkan data, (7) Analisis butir soal
secara klasik dan IRT, (8) Menyeleksi butir untuk bank soal yang terkalibrasi.
Dalam mengolah butir-butir soal dalam bank soal diperlukan perangkat lunak
yang tepat. Secara singkat, perangkat lunak yang digunakan memiliki tiga
kelebihan, yaitu : (1) Kemudahan pada penyimpanan dan pencarian kembali,
30
Penulisan Butir Soal
Gagasan lain yang perlu dipertimbangkan pada setiap sekolah adalah adanya
konsep bank tes. Gunanya adalah untuk menyusun beberapa paket paralel
tes kecil berdasarkan unit-unit pembelajaran, seperti ulangan harian,
ulangan bersama setiap selesai mengerjakan kompetensi minimal pada
beberapa standar kompetensi/kompetensi dasar, ulangan tengah semester,
atau ulangan akhir semester.
Para guru dapat memilih tes itu untuk penilaian kelas. Hal ini tidak hanya
dapat menghemat waktu bagi guru, model tes seperti ini dapat diharapkan
memiliki mutu yang lebih baik. Karena kurikulum di Indonesia adalah
standar, maka model seperti ini sangat tepat.
Proses pengembangan bank soal dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Pemberian
Tes
Jawaban
siswa
Kalibrator
(Bigsteps)
Pengembangan
Bank
Perubahan
Linker
Pelaporan Peserta
Pelaporan Butir Soal
didik
Gambar 1 : Pengembangan Bank Soal (Wright and Bell, 1984: 336)
31
Penulisan Butir Soal
DAFTAR PUSTAKA
Crites, John O. (1969). Vocational Psychology. New York: McGraw Hill Book
Company
Crow, Lester D. and Crow, Allice. (1984). Educattional Psychology. New York:
American Book Company.
David and Steinberg, Lynne. (1997). A Response Model for Multiple-Choice Items
dalam Wim J. van der Linden and Ronald K. Hambleton (Editor).
Handbook of Modern Item Response Theory. New York: Springer-
Verlag.
32
Penulisan Butir Soal
Good, Thomas L. and Brophy, Jere E. (1990) Educational Psychology. New York:
Longman.
Holland. PW & Thaycr. DT (1988). Test Validity. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates, Publishers.
Izard, John. (1995). Trial Testing and Item Analysis (Module (A). Australia:
Australian Council Ibr Pdtrcallonal Research, UNESCO.
Joreskog, Karl and Sorboni, Dag. (1996). PRELIS2: User’s Reference Guide.
Chicago: Scientific Software Internasional, Inc.
33
Penulisan Butir Soal
Lord, F.M. (1952). A Theory of Test Scores. USA: Educational Testing Service.
Norusis, Marija J. (1993). SPSS for Windows Base System user's Guide, Release
6.0. Chicago: Marketing Departernent SPSS Inc.
Nunally, Jum C. (1978). Psychometric Theory, Second Edition. New Delhi: Tata
McGrawHill Publishing Company Limited.
34
Penulisan Butir Soal
Petersen, Nancy S, Kolen, Michael J; and Hoover H.D( 1993). Scaling, Norming,
and Equating. In Educational Measurement ( Third Edition ). Editor
Robert L Linn Phoenix: American Council on Education, Seriess on Higher
Education Oryx Press
Safari. (1995). Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta:
PT. Kartanegara.
Skaggs. G and Lissitz,R.W.(1986). IRT Tes Equating: Relevant issues and a Review
of Recent Research . Review of Educational Research, 56(4),495-529
35
Penulisan Butir Soal
Wright, Benjamin D. and Bell, Susan R. Item Banks : What, Why, How. In Journal
of Educational Measurement, Volume 21, No. 4, Winter 1984; p.331
Wright, Benjamin D. and Stone, Mark H (1979). Best Test Design. Chicago :
MESA Press.
36