Rangkuman by Yulia Vionita
Rangkuman by Yulia Vionita
Rangkuman by Yulia Vionita
Anterior:
SPECIFIC TEST subacromial
Neer’s test impingement
Posterior: internal
CERVICAL REGION impingement
Subacromial
Compression test Saraf cervical Hawkin’s test
impingement
Anterior:
subacromial
impingement
Apprehension
Posterior: internal
test
postero-superior
Spurling test Saraf cervical glenoid
impingement
SHOULDER REGION
Shoulder depression Empty can test Subacromial
Shoulder ABD (Jobe test) impingement
Wrist/finger extension
Forearm supination Thumb menghadap ke lantai
ULTT 1 Shoulder ER Nervus medianus
Elbow extension
Structural differentiation
- Cervical sidebending
- Release wrist extension Subacromial
Shoulder depression impingement
Elbow extension Painful arc test
syndrome (60-120
Shoulder ER + forearm supination derajat)
Wrist/finger extension
Nervus medianus,
ULTT 2a Shoulder ABD axillary,
Structural differentiation musculocutaneous
- Cervical sidebending
- Release shoulder girdle
depression
- Release wrist extension
Shoulder depression
Elbow extension Roos test TOS
Shoulder IR + forearm pronation
Wrist/finger flexion Instruksikan pasien untuk membuka
Shoulder ABD dan menutup tangannya selama 3
ULTT 2b Nervus radialis mnt.
Structural differentiation
- Cervical sidebending
- Release shoulder girdle
depression
- Release wrist flexion TOS + entrapment
Adson test plexus brachial (m.
Wrist/finger extension
scalenus)
Forearm pronation
Eksorotasi+ABD shoulder, palpasi
Elbow flexion radial pulse, ekstensi cervical. (+)
Shoulder ER radial pulse tidak teraba
Shoulder depression
ULTT 3 Shoulder ABD Nervus ulnaris
Structural differentiation
- Cervical sidebending TOS e.c
- Release shoulder girdle Eden’s test costoclavicular
depression pathology
- Release wrist extension Palpasi radial pulse, lalu traksi
shoulder + tekan clavicula. (+)
radial pulse tidak teraba
De quervein tendonitis
Eichoff’s test e.c tendon EPB dan
Full thickness tear APL
Drop arm test tendon. supraspinatus
ABD 90 derajat + ER pasif dan dan m. infraspinatus
mintalah pasien untuk menahan
posisi tsb. (+) tidak mampu
mengontrol gerakan saat tangan
fisioterapis tidak menyangga.
ELBOW REGION Instability/subluksasi
Watsons test os. Lunatum dan
Gerakkan scapoid
ulnar deviasi + sedikit ekstensi
Epicondylus lateral Radial deviasi + sedikit fleksi →
(tennis elbow) subluxation force
Cozen’s test
Partial tear otot HIP REGION
Mintalah pasien untuk mngepalkan ECRL-B
tangan+pronasi+radial
deviasi+ekstensi wrist sambil
melawan tahanan Sacroiliac joint
Sacral thrust
dysfunction
fiksasi di sacrum
Epicondylus lateral
(tennis elbow)
Mill’s test
Partial tear otot
ECRL-B
Pronasi secara pasif disertai fleksi SIJ pain, hip
wrist + ekstensi elbow Gaenslen test pathology, L4 nerve
root lession
Tungkai yang nyeri dijuntaikan
melewati tepi bed, sedangkan
tungkai satunya di fleksikan kea rah
Golfer’s elbow dada pasien
Epicondylus medial
test
Ligament collateral
Valgus stress test
ulnar
Ligament collateral
Varus stress test
radial Patrick’s
test/FABER
Iliopsoas spasm
test/Figure four
WRIST & HAND REGION test
1 menit
Trendelenburg Kelemahan otot
test gluteus medius
CTS e.c penekanan
Tinel’s test
nervus medianus
Kontrantur/tightness
De quervein tendonitis Ober’s test
ITBS
Finkelstein’s test e.c tendon EPB dan
Side lying + knee flexion 90 derajat.
APL
Minta pasien melakukan gerakan
aktif ektensi dan abduksi hip hingga
keluar dari bed
Kontrantur/tightness
Thomas test
grup otot iliopsoas Patellar grind
CMP
test/Clarke’s sign
(+) terjadi ekstensi hip > 15 derajat Force di superior pada patella +
minta pasien mengkontraksikan m.
quadriceps
ANKLE & FOOT REGION
Kontrantur/tightness
Ely’s test
otot rectus femoris
Anterior drawer Partial/complete
(+) tumit tidak dapat menyentuh test rupture ATFL
pantat
KNEE REGION
Rupture tendon
Varus test Tear pada LCL Thomson test
Achilles
Tarsal tunner
Tinel’s foot test
Anterior drawer syndrome
Tear pada ACL
test
Posterior drawer
Tear pada PCL
test
Patellar tap
test/Ballotement Knee effusion
test
Hemostatis Inflamasi Proliferasi Remodelling Reverse humeroscapular: gerakan scapula lebih dominan
Fase Immune barrier Fibroblast Keseimbangan dibanding humerus
exsaguination melawan mirco- Migration antara degradasi
(Pendarahan) organism Collagen Syntesis dan sintesis
Macrophages Angiogenesis dan Intracelluler matrix Scapulohumeral rhythm: pola gerakan scapula dan humerus
phase: Pagositosis granulasi tissue maturation normal
dan netrofil formation Increase of tensile
Re-epitel wound Collagen fiber
Scar tissue PES ANSERINUS: Sartorius, gracilis, semitendinosus
maturation
Endfeel
Springy endfeel: musculotendonogen
Boggy endfeel: oedema
Weight bearing
Non weight bearing: dilakukan selama 3 minggu post op.
Partial weight bearing: pada minggu ke 3-4. Beban dapat
ditingkatkan perlahan dari 30%-50% dari berat badan.
Full weight bearing: secara perlahan pada minggu ke 6-8
post op.
Kontraindikasi
Fraktur distal radius + subluksasi distal radio ulnar post
ORIF: pronasi supinasi elbow
AMP: adduksi, endorotasi
Untuk kondisi fraktur patella, proses yang perlu
dihindari adalah proses menuju gerakan fleksi,
dikarenakan pada proses ini quadriceps menarik patella
ke arah superior. Biasanya untuk kondisi fraktur patella,
dilakukan pemasangan wiring figure of eight. Proses
gerakan fleksi dapat dilakukan jika implant yang
digunakan wiring model figure of eight di kombinasikan
dgn implant yang dapat mengubah distraction force ke
compression force yakni tension band wiring. Biasanya
digunakan untuk fraktur pada patella atau olecranon.
Untuk kondisi THR dengan area incisi di bagian
posterolateral kontraindikasinya adalah gerakan
adduksi, fleksi >90 derajat, dan endorotasi karena
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
Intervensi High Voltage Pulsed Current, Interferential Current
Stretching merupakan intervensi yang bertujuan untuk - Untuk kasus lymph oedem
meningkatkan fleksibilitas, terutama terkait panjang otot. - Untuk kasus kontraksi otot
Passive exercise merupakan latihan yang bertujuan untuk
mempertahankan ROM, menjaga mobilitas sendi, SWD
mencegah kontraktur ataupun meningkatkan pergerakan - Kondisi peradangan akut, sub-akut, dan kronis
cairan synovial. PROM tidak akan memberikan efek - Trauma pada sistem musculoskeletal
pencegahan atropi ataupun meningkatkan kekuatan otot. - Adanya keluhan nyeri pada sistem musculoskeletal
Active exercise: untuk memingkatkan kekuatan otot dan - Tightness/spasme/contracture
mencegah atropi - Gangguan pada sistem peredaran darah
Relaxed passive movement merupakan gerakan yang
diberikan sepenuhnya berasal dari gaya eksternal yang US
diberikan sesuai dengan ambang nyeri. - Kondisi peradangan sub-akut dan kronik
Isometric exercise: untuk mengurangi nyeri dan bengkak - Kondisi traumatic sub-akut dan kronik
Pada kondisi pasien tidak mampu menggerakan - Adanya jaringan parut (scar tissue) pada kulit
sendinya, nyeri masih tinggi namun tetap ingin - Kondisi tightness/spasme/contracture (otot, tendon,
memberikan terapi yang dapat mengurangi bengkak dan ligament)
dengan adanya kontraksi otot pada latihan, maka latihan - Kondisi nflamasi kronik
yang tepat adalah static contraction.
William flexion: gerakan fleksi CPM
Mc. Kenzie exercise: gerakan ekstensi - Post-op joint replacement
Continuous passive movement: untuk mencegah joint - Kontraktur sendi pasca immobilisasi atau post-op
stiffenss, adhesive, oedema - Kontraktur pasca combustion
Faradik
- LMN dengan MMT dibawah normal
- Disuse atrhopy
- Adanya pembengkakan lokal/setempat pada anggota
gerak
- Otot yang tidak mampu berkontraksi karena nyeri
yang sangat
- Spasme/contracture
STASE NEUROMUSCULAR
Pemeriksaan kognitif
MoCA-Ina: untuk memeriksa disfungsi kognitif ringan,
yang terdiri dari Visuopatial (I, kubus, jam), Penamaan,
Memori, Atensi, Pengulangan kalimat, Verbal fluency,
Abstraksi, Ingatan tertunda (delayed recall)
Mini mental stase examination: untuk pemeriksaan
kognitif
SPINAL CORD INJURY (SCI)
Frankle score merupakan penilaian terhadap gangguan
motorik dan sensorik yang diakibatkan cedera pada tulang
belakang (medula spinalis, cauda equina dan nerve root)
Frankle score A: kehilangan fungsi motorik maupun
sensorik lengkap (complete loss)
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
Frankle score B: fungsi motorik hilang, fungsi sensorik a. Ekstensi pain (+)
utuh b. Adson maneuver (+)
Frankle score C: Fungsi motorik ada tetapi secara praktis c. Tenderness: anterior scalene, diatas clavicula
tidak berguna (dapat menggerakkan tungkai tetapi tidak
dapat berjalan) → nilai otot < 3 2. Costoclavicula space
Frankle score D: fungsi motorik terganggu (dapat a. Ekstensi pain (-)
berjalan tetapi tidak dengan normal gait) → nilai otot > 3 b. Shoulder motion retriksi: fleksi, ADD horizontal
Frankle score E: tidak terdapat gangguan neurologik c. ROOS test (+)
(tetapi masih punya reflex yang abnormal)
(Sumber : American spinal injury association_NCBI) 3. Pectoralis minor space
a. Axillary nerve irritation (+)
b. Extensi pain (-)
c. Shoulder restriksi: resisted ABD
d. Allen test (+)
e. Wright test/hyperabduction test (+)
f. Tenderness: pectoralis minor, dibawha clavicula
g. C8 nerve root irritation
BELL’S PALSY
Kelemahan sebagian otot wajah → nervus facialis (N.
VII)
Pengukuran kekuatan otot wajah dilakukan dengan
menggunakan manual muscle testing (MMT) wajah.
(0) tidak ada kontraksi
(1) ada kontraksi minimal
(3) pasien mampu melakukan gerakan dengan susah
payah
(5) gerakan pasien normal (kontraksi dan terkontrol.
Upper extremity
Brachial Plexus: C5-Th1
Musculocutaneous Brachialis, biceps brachii,
C5,C6,C7
nerve coracobrachialis muscles
1. SCI level cervical-thorakal-L1 → tipe spastik & UMN. Axillary nerve C5,C6 Teres minor, deltoid muscles
Pola karakteristik sindrom: complete dan incomplete. Median nerve C6-Th1
Flexor muscles in forearm, thenar
Incomplete terbagi beberapa bagian: muscles, index and middle fingers
Triceps brachii, extensors wrist and
a. Central cord syndrome: ditandai dengan hilangnya Radial nerve C5-Th1
fingers
kekuatan motoric lebih banyak pada UE Muscles of the hand, flexor carpi
dibandingkan engan LE Ulnar nerve C8-Th1 ulnaris, medial half of flexor
b. Anterior cord syndrome: ditandai dengan paraplegi digitorum profundus
dan kehilangan sensorik disosiasi dengan
hilangnya sensasi nyeri dan suhu
c. Brown sequard: ditandai parese ipsilateral dibawah
level lesi disertai kehilangan fungsi sensoris
sentuhan, tekanan, getaran, dan posisi
2. Cornu medullaris level terkena L2 1/3 atas → tipe
hipetonus
3. Cauda equine level terkena L2 2/3 bawah – S3 → tipe
hipotonus dan LMN
Nervus peroneus communis: nyeri tekan hanya pada daerah Pada penampang transversal medulla spinalis, dapat
popliteal, drop foot dijumpai bagian sentral yang berwarna lebih gelap (abu-abu)
yang dikenal dengan istilah gray matter. Gray matter adalah
C5 Fleksor siku (M. Biceps, brachialis) suatu area yang berbentuk seperti kupu-kupu atau huruf H.
C6 Ekstensor pergelangan tangan (M. Ekstensor karpi Gray matter dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
radialis longusbrevis) 1. kornu anterior/dorsalis, yang mengandung serat saraf
C7 Ekstensor siku (M.Triseps) motorik, terdiri atas lamina VIII, IX, dan bagian dari
C8 Fleksor jari (M. Fleksor digitorum profundus) pada lamina VII.
jari tengah 2. Kornu posterior/ventralis, yang membawa serat serat
T1 Abduktor jari kelingking (M. Abduktor digiti minimi) saraf sensorik, terdiri atas lamina I-IV.
L2 Fleksor panggul (M. Iliopsoas) 3. Kornu intermedium, yang membawa serat-serat asosiasi,
L3 Ekstensor lutut (M. Quadriseps) terdiri atas lamina VII.
L4 Dorsofleksor pergelangan kaki (M. Tibialis Anterior) 4. Kornu lateral, merupakan bagian dari kornu intermedium
L5 Ekstensor jempol kaki (M. Ekstensor halusis longus) yang terdapat pada segmen torakal dan lumbal
S1 Plantarfleksor pergelangan kaki (M. Gastroknemius yangmembawa serat saraf simpatis.
soleus)
Arteri femoralis merupaakn arteri yang terletak dimulai
Specific test dari ligamentum inguinalis dam berakhir tepat di atas
Stork standing test positive apabila terdapat nyeri local lutut melitasi tulang femur.
yang mengindikasikan masalah facet, kapsul sendi Arteri radialis, arteri yang dapat terpalpasi saat
ataupun kemungkinan instabilitas. pergelangan tangan diekstensikan dan teretak antar
radius distal dan tendon carpi radialis.
Arteri carotis, aerteri yang terletak di leher.
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
Arteri brachialis, terlertak di dalam otot biceps medial 9) Apneustic: prolonged inspiratory + shortened
anterior bagian antecubital fossa. expiratory
Apabila nyeri terjadi ipsilateral/ homolateral maka Cysne’s stokes: ditandai dengan terjadinya percepatan
gangguan yang mungkin adalah facet. pernapasan mendalam secara bertahap, sebelum kemudian
Apabila disertai dengan penjalaran bisa disebabkan oleh terjadi perlambatan dan semakin dangkal. Pola pernapasan
keterlibatan saraf. ini kemudian diikuti periode apnea, di mana pernapasan
Sedangkan discus akan terprovokasi pada gerakan fleksi, berhenti untuk sementara.
maupun lateral fleksi dengan nyeri pada sisi Hypernea: bernapas lebih dalam dari biasanya dengan tujuan
contralateral. meningkatkan volume udara di paru-paru
Orthopnea: distress pernapasan yang terjadi saat berbaring
Carpal tunnel syndrome merupaka syndrome yang terlentang, sehingga perlu segera duduk tegak
disebabkan adanya penyempitan terowongan carpal oleh Dyspnea d’effort: sesak napas yang timbul saat melakukan
transversus ligament sehingga menekan nervus aktivitas namun tidak terjadi saat istirahat
medianus. Kesemutan yang dirasakan pada area yang Prolonged expiration: pola napas tidak teratur
diinervasi oleh nervus tersebut yaitu jari 1,2,3 dan
setengah jari 4. e. Clubbing finger: ujung-ujung jari membesar seperti
De quervein syndrome: menekan saraf ulnaris tabuh
f. Cyanosis: perubahan warna kebiruan dari kulit dan
Tarsal tunnel syndrome merupakan neuropatik yang selaput lendir
terjadi karena penekanan saraf posterior tibial.
Terowongan “tunnel” terdapat pada medial malleolus 2. Perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ankle dibawah flexor retinaculum. Gejala yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi)
dihasilkan syndrome ini adalah adanya nyeri menjalar di diafragma. dengan cara melakukan pengetukan pada
kaki, biasanya memburuk saat berjalan. Pemeriksaan bagian tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat
tinel sign pada tibial nerve positif, adanya kelemahan kecil untuk mengevaluasi ukuran, konsistensi, batas atau
dan atrofi pada otot kecil atau hilangnya sensasi pada adanya cairan dalam organ tubuh.
kaki. Sonor : suara perkusi jaringan paru yang normal.
Perbandingan massa padat dengan udara pada paru
Myastenia gravis merupakan penyakit autoimun masih normal.
neuromuscular yang cukup jarang terjadi dan Hipersonor: Resonansi suara ketokan sangat jelas
menyebabkan kelemahan otot dan kelelahan yang terdengar, ini disebabkan adanya peningkatan kadar
fluktuatuif. Gejala klinis pada penyakit ini diantaranya udara di dalam massa paru
adanya kelemahan pada ekstremitas, kelemahan lebih Redup: suara perkusi jaringan yang lebih
berat pada bagian proksimal dibandingkan distal, adanya padat/konsolidasi paru-paru seperti pneumonia.
ptosis, serta diplopia. Pekak: suara perkusi jaringan yang padat seperti
pada; adanya cairan di rongga pleura, Perkusi daerah
STASE CARDIO-PULMO-VASKULAR jantung, Perkusi daerah hepar
Intervensi
FET terdiri dari Postural Drainage, Breathing exercise
(SMI) dan Huffing
Active Cycle of Breathing Technique (ACBT): teknik
pernapasan aktif yang dilakukan oleh pasien, dan dapat
digunakan untuk memobilisasi dan membersihkan
sekresi paru berlebih dan untuk memperbaiki fungsi paru
WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk secara umum. Ini memiliki serangkaian tiga fase utama:
mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, breathing control, TEE, FET
rongga thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa Chest fisioterapi biasanya digunakan dalam latihan untuk
penghubung. Tujuan dari pemasangan WSD: penyakit respirasi kronis serta akut, bertujuan
1. memungkinkan cairan ( darah, pus ) keluar dari rongga mengeluarkan sputum serta perbaikan ventilasi pada
pleura paru yang sakit terdiri dari postural drainage, vibrasi,
2. memungkinkan udara keluar dari rongga pleura, clapping.
mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang Vibrasi merupakan gerakan memberikan getaran
dapat menyebabkan pneumotoraks didaerah thorax terdapat sekret.
3. mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan Postural drainage adalah cara yang sudah lama
jalan mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura. digunakan dalam pengeluaran sputum dari paru-paru
mengunakan berat serta aliran sputum.
Obstruksi merupakan gangguan saat eksipirasi
Case pulmo
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru,
bronkiolus respiratorius dan alveoli, menimbulkan
konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.
COPD sebagai penyakit respirasi kronis yang ditandai
adanya hambatan aliran udara yang persisten dan
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
Myocardium (tengah): Karakteristik lapisannya tebal dan
terdiri dari sel otot jantung. Miokardium berkontraksi untuk
memompa darah ke aorta.
Endocardium (dalam): Karakteristik lapisan ini adalah tidak
kaku karena berfungsi untuk mengumpulkan darah dan
memompa darah → endotel, jaringan ikat subendotel,
lapisan otot tipis.
Ruang jantung
Atrium (serambi) → kanan dan kiri
Ventrikel (bilik) → kanan dan kiri
Katub jantung
Katup tricuspid (katup antriventrikular kanan): mengatur
aliran darah antara serambi kanan dan bilik kanan.
Katup semilunaris arteri pulmonalis: mengatur aliran darah
Clapping merupakan penepukkan ringan pada dinding dari bilik kanan ke arteri pulmonalis yang membawa darah
dada dengan tangan dimana tangan membentuk seperti ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
mangkuk. Katup mitral (katup bicuspid/katup antriovenntrikular kiri):
Segmental breathing exercise diberikan dengan tujuan mengalirkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru
untuk menimbulkan penurunan tekanan intra pleura mengalir dari serambi kiri ke bilik kiri.
sehingga meningkatkan tekanan gradien transpulmonary Katup semilunaris aorta: membuka jalan bagi darah yang
yang mengakibatkan peningkatan ekspansi sangkar kaya akan oksigen dari bilik kiri ke aorta (arteri terbesar
thoraks. pada tubuh).
CARDIO-VASKULAR Vena
Lapisan jantung: Tunika media lebih tipis daripada arteri
Epicardium (luar): terdiri dari perikardium fibrosa dan Dinding vena lebih tipis daripada arteri
jaringan epitel. Karakteristik jaringannya adalah jaringan Beberapa vena mempunyai katup untuk mencegah aliran
ikat yang kuat, padat, dan tidak elastis. balik
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan
Arteriola: mengatur volume aliran darah kiri (LA) dengan tangan kanan dan kaki kiri yang
Kapiler: diameter kecil, dinding tipis, tempat pertukaran mana tangan kiri bermuatan (+)
udara/nutrisi, ada 2 tipe: continuous (ex: CNS,PNS, otot) & Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki
discontinuous (ex. Glomerulus ginjal, sebagian besar kiri (LF) dengan tangan kanan dan tangan kiri
jaringan) yang mana kaki kiri bermuatan (+)
Venula post kapiler: tempat lewatnya sel darah, sensitive Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial
terhadap serotonin & histamine → meingkatkan lead di dada dengan ketiga lead ekstremitas. Yaitu
permeabilitas cairan & sel darah selama reaksi alergi & V1 s/d V6
inflamasi, tidak ada tunika media sejati, hanya ada 1-2 lapis
otot. Kurva EKG
Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)
Sinusoid Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena
Dinding tipis, merupakan kapiler yang tidak komplet, bersamaan dengan depolarisasi ventrikel)
mempunyai diameter besar Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
Di hati, nodus lymphaticus, jaringan heremopoetik, Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)
seperti sumsum tulang & limpa
EKG 12 Lead
Mekanisme peredaran darah Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Peredaran darah sistemik (peredaran darah besar): aliran Lead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
darah dari jantung → seluruh tubuh → jantung Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Peredaran darah pulmonal (peredaran darah kecil):
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan
peredaran darah dari jantung → paru-paru → jantung
EKG sudah benar
Systole: ventrikel kiri jantung berkontraksi
Aksis jantung
Diastole: jantung berelaksasi
Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF
sedangkan bidang horisontal dengan melihat lead-lead
Faktor risiko penyakit jatung prekordial terutama V3 dan V4.
Risiko yang tidak dapat diubah: umur, jenis kelamin,
Normal aksis jantung frontal berkisar -30 s/d +110
keturunan/ras
derajat.
Risiko yang dapat diubah: merokok, dyslipidemia,
Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat.
hipertensi, DM, kurang aktivitas fisik, BB lebih dan
obesitas, diet yang tidak sehat, stress, konsumsi alcohol Deviasi ke kanan antara +110 s/d -180 derajat.
berlebih (Sumber: https://www.rsi.co.id/fasilitas/penunjang-
medis/elektrokardiografi-ekg)
Atherosklerosis: penebalan (sclerosis) dan penimbunan lipid
(athere) dalam arteri koronaria sehingga mempersempit Six minute walking test
lumen pembuluh darah secara progresif. 1. Menentukan keterbatasan fungsi kardiorespirasi terkait
aktivitas
Angina pectoris: rasa tidak nyaman di daerah dada yang 2. Menentukan level/tingkat kebugarn kardiorespirasi
disebabkan oleh gangguan supply darah (ischemia) otot 3. Monitor keberhasilan terapi
jantung
Lead EKG
Terdapat 2 jenis lead :
1. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2
elektrode
Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan
(RA) dengan tangan kiri (LA) yang mana tangan
kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
Lead II : merekam beda potensial antara tangan
kanan (RA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan
kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri
(LA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan kiri
bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+) METs adalah rasio tingkat metabolisme kerja relatif
2. Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 terhadap tingkat metabolisme istirahat
elektode
Lead unipolar ekstremitas Mets = VO2max/3,5 3,5 ml merupakan oksigen
Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan yang dikonsumsi per menit.
kanan (RA) dengan tangan kiri dan kaki kiri yang
mana tangan kanan bermuatan (+) VO2 max adalah konsumsi oksigen maksimal saat
beraktifitas berat
Jenis kondisi
1. Lansia dengan gangguan kebugaran = physical fitness 4. Lansia dengan gangguan keseimbangan & koordinasi
aerobic fitness → mengukur METS, VO2 max (gold Keseimbangan statis
standard) Single leg stance/one leg stance test (OLS):
selama 10 detik; , 10 sec → risiko jatuh tinggi
Unipedal stance test (UPST): sama spt OLS,
selama 5 detik; < 5sec baik mata terbuka atau
tertutup → risiko jatuh
Romberg test: kaki rapat, berdiri selama 30
detik, pertama dgn mata terbuka 30 detik; lanjut
mata tertutup 30 detik degn posisi kedua tangan
“cross arm”
Tandem stance test: satu kaki di depan dan
satunya lurus dgn kaki belakangnya
Four square step test (FSST)
STASE INTEGUMEN
Oedema
derajat I : Kedalaman 1-3mm
derajat II : 3-5 mm
Berikut ini lapisan kulit dan fungsinya bagi tubuh derajat III : 5-7 mm
1. Epidermis: lapisan terluar. Ada lima lapisan epidermis, derajat IV: 7 mm
yaitu:
a. Stratum basale: memiliki sel-sel basal berbentuk Ulcus decubitus
kolom yang membelah dan mendorong sel-sel tua ke Grade 1: zona tekanan dengan kemerahan yang tidak
permukaan kulit. Sel-sel tua menjadi rata dan memucat dengan tekanan ujung jari, dengan kulit yang
akhirnya mati dan luruh. Begitulah siklus masih utuh .
seterusnya. Grade 2: ulkus dekubitus (nyeri tekan) dengan erosi kulit,
b. Stratum spinosum: disebut juga sel skuamosa, lepuh, hilangnya sebagian epidermis dan/atau dermis, atau
merupakan lapisan kulit yang paling tebal. Lapisan hilangnya kulit
ini juga mengandung sel langerhans yang dapat Grade 3: hilangnya semua lapisan kulit dan kerusakan
mencegah infeksi. jaringan subkutan, yang meluas ke fasia di bawahnya.
c. Stratum granulosum: lapisan ini mengandung lebih Grade 4: dengan nekrosis jaringan otot, tulang, atau struktur
banyak keratinosit yang bergerak ke permukaan. pendukung seperti tendon atau sendi kapsul
d. Stratum lucidum: lapisan ini hanya ada di telapak (Sumber: Decubitus Ulcers: Pathophysiology and Primary
tangan dan telapak kaki. Prevention Jennifer Anders, Axel Heinemann, Carsten
e. Stratum korneum: merupakan lapisan terluar yang Leffmann)
akan luruh setiap dua minggu.
Epidermis juga mengandung tiga sel khusus, yaitu: Klasifikasi luka bakar
Melanosit yang menghasilkan pigmen (melanin). Berdasarkan derajat kedalaman luka
Sel Langerhans yang bertindak sebagai garis derajat I Terbatas pada lapisan epidermis dan ditandai
pertahanan pertama dalams istem kekebalan kulit. dengan hiperemi, nyeri, tidak ada bula dan sembuh
Sel Merkel yang memiliki fungsi yang belum secara spontan dalam kurun waktu 5-10 hari
sepenuhnya dipahami. derajat II Meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa
2. Dermis: lapisan tengah yang terletak di antara epidermis reaksi inflamasi yang disertai proses eksudasi, adanya
dan jaringan subkutan. Lapisan kulit ini berisi jaringan bula, nyeri, dasar luka berwarna merah atau pucat.
ikat, kapiler darah, kelenjar minyak dan keringat, ujung derajat II dibagi menjadi dua yaitu luka bakar dangkal
saraf, serta folikel rambut. (superficial) dan dalam (deep).
a. dermis papiler, yang merupakan lapisan atas yang derajat III Kerusakan meliputi seluruh tebalnya dermis
tipis. dan lapisan yang lebih dalam, subkutis, otot dan tulang,
b. dermis retikuler, yang merupakan lapisan bawah tidak ada bula, kulit berwarna pucat, abu-abu sampai
yang tebal. kehitaman. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal dengan eskar. Dan tidak dijumpai
adanya rasa nyeri dan hilang sensasi.
Deep Thickness
Derajat tiga: seluruh ketebalan kulit dan struktur
subkutan. Tampaknya putih atau hitam / coklat. Dengan
tekanan, tidak terjadi blansing. Luka bakarnya kasar dan
kering. Ada sedikit atau tidak ada rasa sakit karena
penurunan sensasi. Luka bakar full-thickness sembuh
dengan kontraktur dan memakan waktu lebih dari 8
Zona luka bakar berdasarkan Jaksson’s burn model minggu. Luka bakar dengan ketebalan penuh membutuhkan
Zona koagulasi: terjadi pada titik maksimum kerusakan pencangkokan kulit.
yang mengakibatkan kehilangan jaringan secara
permanen. Hal tersebut disebabkan oleh koagulasi Derajat keempat: kulit hangus dengan kemungkinan tulang
protein penyusunnya. terbuka.
Zona statis: ditandai oleh adanya penurunan perfusi
jaringan. Jaringan di zona ini masih memiliki potensi Derajat lima: hangus, kulit putih, dan tulang terbuka.
untuk terselamatkan. Tujuan utama resusitasi luka bakar
adalah untuk meningkatkan perfusi jaringan dan Derajat keenam: kehilangan kulit dengan tulang terbuka.
mencegah kerusakan menjadi permanen. Selain itu, (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539773/)
jaringan dapat hilang total apabila terdapat penyakit