Rangkuman by Yulia Vionita

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

YULIA VIONITA PUNYA

 Anterior:
SPECIFIC TEST subacromial
Neer’s test impingement
 Posterior: internal
CERVICAL REGION impingement

Subacromial
Compression test Saraf cervical Hawkin’s test
impingement

 Anterior:
subacromial
impingement
Apprehension
 Posterior: internal
test
postero-superior
Spurling test Saraf cervical glenoid
impingement

O’brien test SLAP / AC lession

Distraction test Radicular pain

Superior labral tear


Speeds test atau bicipital
tendonitis
Cervical ridiculous
Valsava
syndrome atau
maneuver test
cervical radiculopathy

Cervical Yergason test Bicipital tendonitis


Shoulder radiculopathy atau
abduction test cervival nerve root
pathology

SHOULDER REGION
 Shoulder depression Empty can test Subacromial
 Shoulder ABD (Jobe test) impingement
 Wrist/finger extension
 Forearm supination Thumb menghadap ke lantai
ULTT 1  Shoulder ER Nervus medianus
 Elbow extension
 Structural differentiation
- Cervical sidebending
- Release wrist extension Subacromial
 Shoulder depression impingement
 Elbow extension Painful arc test
syndrome (60-120
 Shoulder ER + forearm supination derajat)
 Wrist/finger extension
Nervus medianus,
ULTT 2a  Shoulder ABD axillary,
 Structural differentiation musculocutaneous
- Cervical sidebending
- Release shoulder girdle
depression
- Release wrist extension
 Shoulder depression
 Elbow extension Roos test TOS
 Shoulder IR + forearm pronation
 Wrist/finger flexion Instruksikan pasien untuk membuka
 Shoulder ABD dan menutup tangannya selama 3
ULTT 2b Nervus radialis mnt.
 Structural differentiation
- Cervical sidebending
- Release shoulder girdle
depression
- Release wrist flexion TOS + entrapment
Adson test plexus brachial (m.
 Wrist/finger extension
scalenus)
 Forearm pronation
Eksorotasi+ABD shoulder, palpasi
 Elbow flexion radial pulse, ekstensi cervical. (+)
 Shoulder ER radial pulse tidak teraba
 Shoulder depression
ULTT 3  Shoulder ABD Nervus ulnaris
 Structural differentiation
- Cervical sidebending TOS e.c
- Release shoulder girdle Eden’s test costoclavicular
depression pathology
- Release wrist extension Palpasi radial pulse, lalu traksi
shoulder + tekan clavicula. (+)
radial pulse tidak teraba

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA

De quervein tendonitis
Eichoff’s test e.c tendon EPB dan
Full thickness tear APL
Drop arm test tendon. supraspinatus
ABD 90 derajat + ER pasif dan dan m. infraspinatus
mintalah pasien untuk menahan
posisi tsb. (+) tidak mampu
mengontrol gerakan saat tangan
fisioterapis tidak menyangga.
ELBOW REGION Instability/subluksasi
Watsons test os. Lunatum dan
Gerakkan scapoid
 ulnar deviasi + sedikit ekstensi
 Epicondylus lateral  Radial deviasi + sedikit fleksi →
(tennis elbow) subluxation force
Cozen’s test
 Partial tear otot HIP REGION
Mintalah pasien untuk mngepalkan ECRL-B
tangan+pronasi+radial
deviasi+ekstensi wrist sambil
melawan tahanan Sacroiliac joint
Sacral thrust
dysfunction

 Epicondylus lateral Force di sacrum


(tennis elbow)
Maudsley’s tets
 Partial tear otot
EDC
Test gerak aktif melawan tahanan di Sacroiliac joint
Thigh thrust test
jari tengah kearah ekstensi wrist dysfunction

fiksasi di sacrum
 Epicondylus lateral
(tennis elbow)
Mill’s test
 Partial tear otot
ECRL-B
Pronasi secara pasif disertai fleksi SIJ pain, hip
wrist + ekstensi elbow Gaenslen test pathology, L4 nerve
root lession
Tungkai yang nyeri dijuntaikan
melewati tepi bed, sedangkan
tungkai satunya di fleksikan kea rah
Golfer’s elbow dada pasien
Epicondylus medial
test

Supinasi secara pasif disertai Nyeri diatas 35-70


ekstensi wrist/elbow Lasegue’s test derajat → lumbar
spine/SIJ

Ligament collateral
Valgus stress test
ulnar

Slump test Spinal cord lesi

Ligament collateral
Varus stress test
radial Patrick’s
test/FABER
Iliopsoas spasm
test/Figure four
WRIST & HAND REGION test

Aliran darah arteri Femoral acetabular


Allen test FADIR test impingement/labral
radial dan ulnar
tear

(+) kembali mengalir < 5 detik


Piriformis muscle
Piriformis test tightness → sciatic
CTS e.c penekanan nerve
Phalen test
nervus medianus

1 menit
Trendelenburg Kelemahan otot
test gluteus medius
CTS e.c penekanan
Tinel’s test
nervus medianus

Kontrantur/tightness
De quervein tendonitis Ober’s test
ITBS
Finkelstein’s test e.c tendon EPB dan
Side lying + knee flexion 90 derajat.
APL
Minta pasien melakukan gerakan
aktif ektensi dan abduksi hip hingga
keluar dari bed

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA

Kontrantur/tightness
Thomas test
grup otot iliopsoas Patellar grind
CMP
test/Clarke’s sign
(+) terjadi ekstensi hip > 15 derajat Force di superior pada patella +
minta pasien mengkontraksikan m.
quadriceps
ANKLE & FOOT REGION
Kontrantur/tightness
Ely’s test
otot rectus femoris
Anterior drawer Partial/complete
(+) tumit tidak dapat menyentuh test rupture ATFL
pantat
KNEE REGION

Rupture tendon
Varus test Tear pada LCL Thomson test
Achilles

Homan’s sign DVT


Valgus test Tear pada MCL

Tarsal tunner
Tinel’s foot test
Anterior drawer syndrome
Tear pada ACL
test

Posterior drawer
Tear pada PCL
test

Lachman’s test Tear pada ACL

Mc. Murray test Tear pada meniscus

SRT: posisi terapis dibelakang pasien, stabilisasi pada


Apley’s test Tear pada meniscus margo medial scapula dan pundak pasien, gerak aktif elevasi
dan eksternal rotasi, terapis menahan posisi scapula.

Windlass test merupakan test untuk mendiagnosis adanya


plantar fascitis yang ditandai dengan adanya nyeri pada
daerah plantar fascia. Test dilakukan dengan cara melakukan
Tear pada meniscus
Thessaly test
medial/lateral
passive dorsofleksi pada ibu jari baik dalam posisi weight
Pasien berdiri diatas tungkai yang di
test dengan posisi knee fleksi 20
bearing ataupun non weight bearing.
derajat. Lalu intruksikan pasien
untuk merotasikan knee ke medial
dank e lateral sebanyak 3x/gerakan

Pivot shift test Rupture ACL

Patellar Subluksasi atau


apprehension instability patellar

Patellar tap
test/Ballotement Knee effusion
test

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA
 Kenny Self Care Index: untuk menilai kemandirian
STASE MUSCULOSKELETAL individu di rumah atau tempat lain dengan lingkungan
terbatas
Soft tissue healing  WOMAC: untuk mengukur nyeri, kekakuan dan fungsi
Fase Timeline Proses Tanda dan Gejala
Inflamasi Selama 3 x 24 Vasokontriksi (5-10 menit Kemerahan
pada pasien OA panggul atau lutut, terkadang juga
Jam pertama) untuk merangsang Panas digunakan pada kasus remathoid arthritis dsb
penutupan luka, dikuti oleh Odem  Barthel Index: untuk mengukur kemandirian pasien
vasodilatasi pembuluh darah Nyeri
menyebabkan masuknya dengan masalah neuromuskular atau musculoskeletal
mediator pro inflamasi  Oswestry score: untuk mengukur dampak LBP pada
(sitokin bradikinin dkk),
Peningkatan permeabilitas kemampuan fungsional
kapiler dan kebocoran
eksudat kedalam jaringan.
Proliferasi Mulai hari ke Fibroblast mensintesis Kemerahan &
Berdasarkan pemeriksaan PERFECT scheme, yang harus
3-5. kolagen jaringan berair diperhatiakn atau diukur adalah P (power/kekuatan
Berlangsung kontraksi), E (Endurance/lamanya durasi 1x kontraksi), R
2-3 minggu
Remodelling Dimulai Sintesis kolagen baru Penutupan luka (Repetition), dan F (Fast yang merupakan kemampuan
(maturation) minggu 4-6. diimbangi dengan dilakukannya kontraksi secara cepat, setelah short rest).
Berlangsung degradasi. Bekas luka merah
hingga 2 Pemunculan serat kolagen dan timbul
tahun di sepanjang “stress line” berkembang Carrying angle normal berkisar 5o-10o valgus (laki- laki),
menjadi pucat
rata dan lentur.
dan 10o -15o valgus (perempuan), sudut < 5o disebut cubitus
Jaringan parut varus atau sering disebut gun stock deformity.
mengencang.

Tes joint play movement: adanya kontriksi kapsul sendi


Sumber : Surgical wound dehiscence: improving prevention and outcomes. Wounds (nyeri semua gerakan) → capsulitis adhesive
International, 2018

Hemostatis Inflamasi Proliferasi Remodelling Reverse humeroscapular: gerakan scapula lebih dominan
Fase Immune barrier Fibroblast Keseimbangan dibanding humerus
exsaguination melawan mirco- Migration antara degradasi
(Pendarahan) organism Collagen Syntesis dan sintesis
Macrophages Angiogenesis dan Intracelluler matrix Scapulohumeral rhythm: pola gerakan scapula dan humerus
phase: Pagositosis granulasi tissue maturation normal
dan netrofil formation Increase of tensile
Re-epitel wound Collagen fiber
Scar tissue PES ANSERINUS: Sartorius, gracilis, semitendinosus
maturation

Jaringan non-kontraktil: tes gerak pasif


Bone healing Jaringan kontraktil: tes gerak isometric
Pembentukan
Hematoma Proliferasi Konsolidasi Remodelling
Kalus
Fase Pertambahan Fase union Fase union Tulang baru Biomekanik
pendarah jumlah sel-sel secara klinis. secara akan
yang osteogenik. Setelah radiologi. membentuk  Arthrokinematic → gerakan yang terjadi pada
mengalir Dan Sel sel pembentukan Kallus bulbus. Fase permukaan sendi.
dari pada osteoblast mengeras ini perlahan
pembuluh peiosteum kemudian dan menjadi terjadi  Osteokinematic → gerakan yang tampak terjadi pada
darah yang berproliferasi terjadi tulang yang reabsorpsi tulang.
robek. disekitar pembentukan mature. Dan secara
Terjadi lokasi fraktur kondroblast sisa osteoklasik
robekan dan menjadi pada tulang kelebihan dan  Traction-compression: tarikan-tekanan tegak lurus
lapisan osteoblast. rawan. Kallus dari kallus osteoblastik
periosteum Terjadi 1-3 yang telah akan di pada kalus
permukaan sendi (concave)
dan terjadi hari sampai 2- terbentuk reabsorpsi secara  Translation: dorongan sejajar permukaan sendi.
ekstravasi
darah
3 minggu memberikan
efek rigiditas
secara
bertahap.
perlahan
menghilang.
 Spin: putaran pada sumbu longitudinal
kedalam pada 6-10 hari Mulai dari Dan akhirnya
jaringan. hingga 4-8 minggu ke 4- membentuk Concave → cekung
Terjadi 1- minggu. Saat 8 dan sumsum
2jamx24 pemeriksaan berakhir tulang. Mulai Convex → cembung
jam dan bisa radiologi pada 8-12. dari 8-12
sampai 2-3 tulang sudah minggu
minggu mulai terbentuk hingga  MLPP (maximal lose packed position) → kedua
beberapa permukaan sendi dalam keadaan melonggar maksimal,
tahun setelah
fracture. kapsul sendi dan ligament begitu pula.
 CPP (closed packed position) → suatu posisi dimana
Pemeriksaan permukaan sendi dalam keadaan merapat/kompresi
 VAS/ VDS: untuk mengukur derajat nyer maksimal, keadaan ini terjadi pada posisi akhir suatu
 MMT: kekuatan otot gerakan.
 Antropometri: untuk pengukuran tubuh manusia
Tempromandibular joint
 Figure of eight: untuk oedema
 MLPP: mulut sedikit membuka
Instrumen pemeriksaan fungsional  CPP: menggigit gigi
 SPADI: untuk memeriksa nyeri dan disabilitas terkait
dengan masalah pada regio bahu Arah glide searah dengan tulang yang bergerak
Arah traksi shoulder → LATEROVENTROCRANIAL
Arah traksi hip → LATEROVENTROCAUDAL
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
area incisinya dibagian posterolateral. Jika area incisinya
CAPSULAR PATTERN pada anterolateral maka kebalikannya. Waktu minimal
Pola kapsular muncul apabila terdapat permasalahan kapsul sendi untuk dapat menahan tekanan minimal
articular pada sebuah sendi. Masing- masing persendian yakni 3 minggu.
memiliki pola yang berbeda.
Untuk kondisi bone grafting biasanya graft diambilkan dari
crista illiaca, dapat juga diambil dari tibia maupun fibula.
Area pengambilan ini disebut ekstraoral. Untuk
pengambilannya sendiri biasa dilakukan secara autograft.
Autograft merupakan tulang yang umumnya diambil berasal
dari tubuh pasien sendiri. Sedangkan allograft merupakan
tulang yang diambil umumnya berasal dari cadaver.

Endfeel
 Springy endfeel: musculotendonogen
 Boggy endfeel: oedema

Weight bearing
 Non weight bearing: dilakukan selama 3 minggu post op.
 Partial weight bearing: pada minggu ke 3-4. Beban dapat
ditingkatkan perlahan dari 30%-50% dari berat badan.
 Full weight bearing: secara perlahan pada minggu ke 6-8
post op.

Jalan dengan penanggungan beban penuh pada metode


penanganan ORIF hanya dapat dilakukan pada saat fase
FRACTURE remodeling, disaat gambaran X-ray terdapat kalus dan
stabilitas fraktur telah stabil, dimana keadaan ini terjadi pada
 Montegia fracture: fraktur 1/3 proximal ulna disertai
minggu 12-16 minggu.
dislokasi ke anterior, lateral, posterior dari kapitulum
radius.
Gait pathology
 Galeazzi fracture: fraktur distal radius disertai dislokasi
 Antalgic gait: ditandai dengan pengurangan pembebanan
atau subluksasi sendi radioulnar distal.
pada satu sisi tungkai yang biasanya dikarenakan adanya
 Colles fracture: fraktur melintang pada radius tepat
nyeri.
diatas pergelangan tangan dengan pergeseran dorsal
 Trendelenburg gait: kelemahan gluteus medius
fragmen distal. Kasus colles fracture (posisi jatuh dengan
posisi telapak tangan dorsifleksi) dan deformitas yang  Hemiplegic gait: lesi separuh tubuh, dengan foot drop
dapat terjadi disebut dinner fork deformity dan circumduction
 Smith fracture: fraktur radius distal dengan fragmen  Festinating gait: pada penderita Parkinson
distal berpindah ke arah volar (fragmen distal bergeser  Horse gait: kelemahan tibialis anterior (drop foot)
ke anterior dan ke medial). Kasus smith’s fracture (jatuh  Waddling gait: gaya berjalan terombang-ambing
dengan posisi telapak tangan palmar fleksi) dan
deformitas yang dapat terjadi disebut Garden spade
deformity.
 Boxer fracture: fraktur metacarpal V
 Bennet fracture: fraktur metacarpal I

Kontraindikasi
 Fraktur distal radius + subluksasi distal radio ulnar post
ORIF: pronasi supinasi elbow
 AMP: adduksi, endorotasi
 Untuk kondisi fraktur patella, proses yang perlu
dihindari adalah proses menuju gerakan fleksi,
dikarenakan pada proses ini quadriceps menarik patella
ke arah superior. Biasanya untuk kondisi fraktur patella,
dilakukan pemasangan wiring figure of eight. Proses
gerakan fleksi dapat dilakukan jika implant yang
digunakan wiring model figure of eight di kombinasikan
dgn implant yang dapat mengubah distraction force ke
compression force yakni tension band wiring. Biasanya
digunakan untuk fraktur pada patella atau olecranon.
 Untuk kondisi THR dengan area incisi di bagian
posterolateral kontraindikasinya adalah gerakan
adduksi, fleksi >90 derajat, dan endorotasi karena
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
Intervensi  High Voltage Pulsed Current, Interferential Current
 Stretching merupakan intervensi yang bertujuan untuk - Untuk kasus lymph oedem
meningkatkan fleksibilitas, terutama terkait panjang otot. - Untuk kasus kontraksi otot
 Passive exercise merupakan latihan yang bertujuan untuk
mempertahankan ROM, menjaga mobilitas sendi,  SWD
mencegah kontraktur ataupun meningkatkan pergerakan - Kondisi peradangan akut, sub-akut, dan kronis
cairan synovial. PROM tidak akan memberikan efek - Trauma pada sistem musculoskeletal
pencegahan atropi ataupun meningkatkan kekuatan otot. - Adanya keluhan nyeri pada sistem musculoskeletal
 Active exercise: untuk memingkatkan kekuatan otot dan - Tightness/spasme/contracture
mencegah atropi - Gangguan pada sistem peredaran darah
 Relaxed passive movement merupakan gerakan yang
diberikan sepenuhnya berasal dari gaya eksternal yang  US
diberikan sesuai dengan ambang nyeri. - Kondisi peradangan sub-akut dan kronik
 Isometric exercise: untuk mengurangi nyeri dan bengkak - Kondisi traumatic sub-akut dan kronik
 Pada kondisi pasien tidak mampu menggerakan - Adanya jaringan parut (scar tissue) pada kulit
sendinya, nyeri masih tinggi namun tetap ingin - Kondisi tightness/spasme/contracture (otot, tendon,
memberikan terapi yang dapat mengurangi bengkak dan ligament)
dengan adanya kontraksi otot pada latihan, maka latihan - Kondisi nflamasi kronik
yang tepat adalah static contraction.
 William flexion: gerakan fleksi  CPM
 Mc. Kenzie exercise: gerakan ekstensi - Post-op joint replacement
 Continuous passive movement: untuk mencegah joint - Kontraktur sendi pasca immobilisasi atau post-op
stiffenss, adhesive, oedema - Kontraktur pasca combustion

Modalitas  Traksi cervical: beban 20-30% berat badan


 Strength Duration Curve (SDC) - Penekanan radiks
- Kelumpuhan otot akibat trauma atau penyakit (bell’s - Proses degenerasi discus intervertebralis/vertebrae
palsy) - Proses klasifikasi dari tendon, otot, ligament discus
- Brachial palsy intervertebralis
- Peripheral nerve lesion
- Monoparesis post poliomyelitis  Traksi lumbal: beban 50-60% berat badan
- Myophathy - Penekanan radiks
- Neurophathy atau radiculophathy - Proses degenerasi discus intervertebralis/vertebrae
- Proses klasifikasi dari tendon, otot, ligament discus
 IDC/Galvanic intervertebralis
- LMN baru + nyeri
- LMN kronik yang terjadi partial/total dennervated  Intermitten vacuum & compression therapy
muscle - Arterial disease (intermittent claudication, gangrene)
- Post-OP tendon tranverse - Lypmh/venous oedem kaki dan/atau anggota gerak
- Keluhan nyeri pada otot bawah
- OA - Lypmh/venous oedem tangan dan/atau anggota gerak
- RA atas
- Tennis elbow
- Local oedema yang belum 10 hari  Terapi inhalasi
- Allergic hypersensitive bronchitis
 TENS - Ashma bronchial
- Nyeri myofascial - COPD
- Nyeri sendi - Akumulasi sputum dan/atau kental
- Nyeri benigne lainnya
- Adanya pembengkakan lokal/setempat pada anggota STASE SPORT
gerak
- Spasme/contracture

 Faradik
- LMN dengan MMT dibawah normal
- Disuse atrhopy
- Adanya pembengkakan lokal/setempat pada anggota
gerak
- Otot yang tidak mampu berkontraksi karena nyeri
yang sangat
- Spasme/contracture

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA

STASE NEUROMUSCULAR

Sistem saraf → struktur yang terdiri dari komponen-


komponen sel saraf (neuron).

Fungsi sitem saraf → untuk menerima, mengolah, dan


menyampaikan rangsangan dari seluruh organ.

Bagian sistem saraf


 Ligamen merupakan struktur yang memiliki fungsi
1. Sistem saraf pusat → menerima informasi dari semua
utama sebagai stabilizer.
area tubuh dan kemudian mengkoordinasikan semua arus
 Meniscus memiliki fungsi utama sebagai shock absorber.
lalu lintas tersebut untuk menghasilkan respons tubuh.
a. Saraf otak
Periodesasi latihan terdiri dari
1) Cerebrum
 Pra Season
a) Cerebral cortex
 In Season  Lobus frontal (bagian depan) yang
 Off Season: latihan difokuskan pada pemulihan, dengan mengendalikan gerakan, ucapan,
durasi yang cukup lama, dan didukung program untuk perilaku, memori, emosi, dan
relaksasi. kepribadian. Bagian otak ini juga
berperan dalam fungsi intelektual, seperti
Grade of Sprain ankle proses berpikir, penalaran, pemecahan
 Grade I represents a microscopic injury without masalah, pengambilan keputusan, dan
stretching of the ligament on a macroscopic level. perencanaan.
 Grade II has macroscopic stretching, but the ligament  Lobus parietal (atas) yang
remains intact. mengendalikan sensasi, seperti sentuhan,
 Grade III is a complete rupture of the ligament. tekanan, nyeri, dan suhu. Lobus ini juga
mengendalikan orientasi spasial atau
pemahaman tentang ukuran, bentuk, dan
arah.
 Lobus temporal (samping) yang
mengendalikan indra pendengaran,
ingatan, dan emosi. Lobus temporal kiri
juga berperan dalam fungsi bicara.
 Lobus oksipital (belakang) yang
mengendalikan fungsi penglihatan.
b) Medullary body: berwarna putih karena
mengandung banyak serabut saraf dan
Rupture ACL dapat digolongkan menjadi 3 golongan berfungsi mengirimkan impuls dari dank e
(William E. Prentice, 2016) cerebral cortex.
 Grade 1: ligamen mergang tetapi tetapi tidak robek. c) Basal ganglia: berwarna abu-abu, berfungsi
Ada pembengkakan sedikit dan nyeri ringan. Tidak ada mengatur pergerakan otot rangka.
kelemahan dan tetap ada end feel. 2) Brainstem
 Grade 2: serat ligament robek sebagian dengan a) Midbrain → untuk relay impuls dari cerebral
perdarahan. Ada pembengkakan moderat dengan cortex ke pons dan spinal
beberapa kehilangan fungsi. Sendi tidak stabil saat b) Pons → pengontrol proses pernapasan
beraktivitas. Nyeri akan meningkat dengan Lachman test c) Medulla oblongata → pusat pengaturan
dan anterior drawer test. detak jantung, tekanan darah, pernapasan,
 Grade 3: Serat ligamen benar-benar robek (rupture) menelan, dan muntah.
sepenuhnya. Tidak banyak rasa sakit yang muncul. 3) Dienchepalon: terdiri dari thalamus dan
Lutut sangat tidak stabil. hypothalamus
Cases 4) Cerebellum: berfungsi untuk kontrol kontraksi
Sprain ankle otot, postur, dan keseimbangan
Shin splints b. Sel saraf neuron
Tennis elbow tipe 2 1) Dendrit: untuk menerima dan mengantarkan
ACL impuls rangsang dari reseptor ke badan sel
PCL 2) Badan sel (the cell body): tempat proses dari
MCL impuls yang diterima oleh ujung-ujung saraf.
LCL 3) Akson: membawa rangsangan dari badan sel ke
Jumper’s knee/tendinitis patellaris ke neuron lain
CMP c. Sum-sum tulang belakang
Meniscus tear
Internal impingement
Rectus femoris rupture 2. Sistem saraf tepi
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
a. Sistem saraf otonom: mengontrol aktivitas yang
dilakukan secara tak sadar atau tanpa perlu
memikirkannya.
1) Sistem saraf simpatik → mengatur respons
perlawanan dari dalam tubuh ketika ada ancaman
pada diri.
2) Sistem saraf parasimpatik → menjaga fungsi
tubuh normal stelah ada sesuatu yang mengancam
diri.
b. Sistem saraf somatic: bekerja dengan mengontrol
semua hal yang disadari dan secara sadar
memengaruhi respon tubuh → membawa respons
keluar dari otak untuk menghasilkan gerakan

Gangguan pada cerebellum


 Ataksia serebelar: misalnya menjadi sulit berdiri atau
duduk tegak tanpa sandaran, kesulitan mengatur langkah
saat berjalan Interpretasi
 Dismetria: ketidakmampuan memperkirakan kecepatan - Composmentis (15): normal
atau jarak suatu benda, misalnya salah memperkirakan - Somnolen (13-14): mengantuk
jarak saat hendak mengambil gelas, atau saat naik tangga - Sopor/stupor (8-12): pasien masih dapat dibangunkan
 Tremor: terutama saat hendak melakukan pergerakan dengan rangsang yang kuat, namun segera menurun
dengan tujuan, misalnya saat hendak mengambil pensil lagi.
atau bolpen - Semicoma : tidak dapat merespons
 Disdiadokokinesia: ketidakmampuan melakukan sesuatu - Coma (3-7)
dengan cepat, terutama gerakan antagonistik, misalnya
tidak bisa membalik-balik telapak tangan dengan cepat Pemeriksaan nyeri
VRS, VAS
 Disartria: gangguan bicara karena ketidakmampuan
mengkoordinasi gerakan lidah, bibir, pita suara
Pemeriksaan sensorik
 Nistagmus: gerakan repetitif abnormal pada mata
 Pemeriksaan tajam-tumpul
 Hipotonia: otot atau kekuatan kontraksi otot yang
 Pemeriksaan raba kasar-halus
berkurang
 Stereognosis merupakan salah satu pemeriksaan sensoris
LMN UMN yang memiliki tujuan untuk mengenali suatu objek hanya
Kelemahan pada otot berdasarkan sentuhan saja.
Hemiparesis,
Bentuk kelumpuhan
tertentu sesuai
quadriparesis,  Barognosis merupakan pemeriksaan sensoris yang
distribusi radiks atau dilakukan untuk mengetahui kemampuan membedakan
paraparesis
pleksus
Atropi akibat Disuse atrophy berat antara dua benda. Syarat pemeriksaan barognosis
Atrofi denervasi (muncul (muncul belakangan adalah propioseptik pasien harus baik.
lebih cepat dan jelas) dan tidak terllau jelas)
Fasikulasi (kedutan Sensitifitas
+ -
otot) dan fibrilasi
Reflex fisiologis Menurun atau hilang Meningkat
 Hipoestesia (berkurangnya sensasi sentuhan)
Klonus - +  Hipoalgesia (berkurangnya rasa nyeri)
Tonus Hipotonus Hipertonus
Reflex patologis - + Pemeriksaan koordinasi
 Heel to knee; heel to toe
Pemeriksaan kesadaran  Nose to finger
 Glasgow Comma Scale (GCS) merupakan alat yang  Finger to finger
digunakan untuk mengevaluasi status kesadaran pasien.  Finger to nose
Rentang nilai total GCS yaitu 3-15 dengan interpretasi  Finger opposition
nilai 3-8 menunjukkan cedera kepala berat, 9-12
 Finger to physiotherapist finger
menunjukkan cedera kepala sedang dan 13-15
menunjukkan cedera kepala ringan.
Pemeriksaan saraf
Meningitis (clue: fleksi hip, ekstensikan knee untuk test
meninges)
 Kaku kuduk: tidak mampu chintuc hingga nempel
jugularis.
 Brudzinki 1 dia fleksi neck pasif ada respon hip dan knee
fleksi.
 Brudzinki 2 px terlentang, kaki kiri hip fleksi pasif yang
kaki kanan ikut fleksi.
 Kernign: px fleksi hip 90 derajat di ekstensikan knee dan
(+) px merasa nyeri pada spine.

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA

Pemeriksaan saraf kranialis


 N.I (nervus olfactorius)
 N.II (nervus opticus)
 N. III (nervus occulomotoris)
 N. IV (nervus trochlearis)
 N. V (nervus trigeminus)
 N. VI (nervus anducens)
 N. VII (nervus facialis)
 N. VIII (nervus vestibulocochlear)
 N. IX (nervus glossopharyngeus)
 N. X (nervus vagus) STROKE
 N. XI (nervus accessorius)  Stroke ismkemik: stroke sumbatan
 N. XII (nervus hypoglossus - Stroke trombotik: akibat adanya penggumpalan
darah → trancient ischemic attacks (TIA) < 24 jam.
Nervus trigeminal (V) merupakan saraf yang memiliki - Stroke emboli: adanya gumpalan darah yang
fungsi control sensoris/sensasi pada wajah sedangkan terbentuk pada area tubuh lain → serangan jantung.
kontrol motorik seperti menggigit dan mengunyah.  Stroke hemoragik: pecahnya saluran darah yang terdapat
Neuralgia pada nervus ini (trigeminal neuralgia) juga pada bagian dalam tengkorak, hingga terjadi perdarahan
dikenal sebagai facial pain syndrome. sampai ke otak.
- Intraserebral hemoragik: biasanya terjadi karena
Spinal Accessory Nerve (XI) merupakan saraf kranialis hipertensi → muncul secara tiba-tiba dan terjadi
yang dibagi menjadi bagian kranial dan spinal. Bagian sangat cepat (tidak ada tanda atau gejala).
kranial, bersama-sama dengan nervus 9 dan 10 menginervasi - Hemoragik subarachnoid: akibat dari perdarahan
larynx, pharynx dan lidah. Sedangkan bagian spinal yang muncul antara otak dan membrane yang
meningervasi otot sternocleidomastoid dan trapezius. menyelubungi otak pada ruang subarchnoid.
 Stroke ringan (trancient ischemic attacks): aliran darah
Pemeriksaan deep tendon reflex menuju ke otak tersumbat tapi hanya dalam kurun waktu
 Biceps (C5,6) sebentar, biasanya tidak > 5 menit.
 Triceps (C6)
 Brachioradialis (C6-7) PARKINSON
 Patella tendon (L3,4)  Memengaruhi bagian kecial dari otak tengah →
 Achilles tendon (L5-S1) substantia nigra → dopamine
Interpretasi  Dopamine → hormone yang berfungsi untuk mengontrol
Nilai Keterangan gerakan di dalam tubuh
0+ absent  Perubahan postur pada Parkinson
1+ tonus change (terjadi perubahan tonus tapi tidak timbul - Rigidity and trembling of head
gerakan)
2+ normal - Forward tilt of trunk
3+ exaggerated (terjadi gerakan penuh pada ekstermitas) - Reduced arm swinging
4+ abnormal (ada gerakan dn tertahan selama 30s) - Rigidity and trembling of extremities
- Shuffling gait with short steps
Myotome testing  Parkinson menyebabkan ekspresi wajah yang datar,
Cervical myotome Lumbar myotome lengan tidak berayun saat berjalan, suara menjadi kecil,
C1 → neck flexor L2 → hip flexor hingga gangguan gerak tubuh. Gejala lainnya meliputi:
C5 → shoulder ABD L3 → knee extensor
C6 → elbow flexor L4 → ankle dorsi flexor & foot
- Tremor
inventors - Bradikinesia atau melambatnya gerakan
C7 → elbow extensor L5 → toe extensor - Kekakuan otot atau rigiditas
C8 → thumb extensor S1 → ankle plantar flexor & foot  Klasifikasi Hoehn & Yahr, Parkinson dibagi:
eventors
Th1 → finger ABD S1 & S2 → knee flexor

Pemeriksaan kognitif
 MoCA-Ina: untuk memeriksa disfungsi kognitif ringan,
yang terdiri dari Visuopatial (I, kubus, jam), Penamaan,
Memori, Atensi, Pengulangan kalimat, Verbal fluency,
Abstraksi, Ingatan tertunda (delayed recall)
 Mini mental stase examination: untuk pemeriksaan
kognitif
SPINAL CORD INJURY (SCI)
Frankle score merupakan penilaian terhadap gangguan
motorik dan sensorik yang diakibatkan cedera pada tulang
belakang (medula spinalis, cauda equina dan nerve root)
 Frankle score A: kehilangan fungsi motorik maupun
sensorik lengkap (complete loss)
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
 Frankle score B: fungsi motorik hilang, fungsi sensorik a. Ekstensi pain (+)
utuh b. Adson maneuver (+)
 Frankle score C: Fungsi motorik ada tetapi secara praktis c. Tenderness: anterior scalene, diatas clavicula
tidak berguna (dapat menggerakkan tungkai tetapi tidak
dapat berjalan) → nilai otot < 3 2. Costoclavicula space
 Frankle score D: fungsi motorik terganggu (dapat a. Ekstensi pain (-)
berjalan tetapi tidak dengan normal gait) → nilai otot > 3 b. Shoulder motion retriksi: fleksi, ADD horizontal
 Frankle score E: tidak terdapat gangguan neurologik c. ROOS test (+)
(tetapi masih punya reflex yang abnormal)
(Sumber : American spinal injury association_NCBI) 3. Pectoralis minor space
a. Axillary nerve irritation (+)
b. Extensi pain (-)
c. Shoulder restriksi: resisted ABD
d. Allen test (+)
e. Wright test/hyperabduction test (+)
f. Tenderness: pectoralis minor, dibawha clavicula
g. C8 nerve root irritation

Adson maneuver, Roos, Halstead maneuver, dan criax


adalah test untuk mendiagnosa TOCS.

BELL’S PALSY
 Kelemahan sebagian otot wajah → nervus facialis (N.
VII)
 Pengukuran kekuatan otot wajah dilakukan dengan
menggunakan manual muscle testing (MMT) wajah.
(0) tidak ada kontraksi
(1) ada kontraksi minimal
(3) pasien mampu melakukan gerakan dengan susah
payah
(5) gerakan pasien normal (kontraksi dan terkontrol.

Upper extremity
Brachial Plexus: C5-Th1
Musculocutaneous Brachialis, biceps brachii,
C5,C6,C7
nerve coracobrachialis muscles
1. SCI level cervical-thorakal-L1 → tipe spastik & UMN. Axillary nerve C5,C6 Teres minor, deltoid muscles
Pola karakteristik sindrom: complete dan incomplete. Median nerve C6-Th1
Flexor muscles in forearm, thenar
Incomplete terbagi beberapa bagian: muscles, index and middle fingers
Triceps brachii, extensors wrist and
a. Central cord syndrome: ditandai dengan hilangnya Radial nerve C5-Th1
fingers
kekuatan motoric lebih banyak pada UE Muscles of the hand, flexor carpi
dibandingkan engan LE Ulnar nerve C8-Th1 ulnaris, medial half of flexor
b. Anterior cord syndrome: ditandai dengan paraplegi digitorum profundus
dan kehilangan sensorik disosiasi dengan
hilangnya sensasi nyeri dan suhu
c. Brown sequard: ditandai parese ipsilateral dibawah
level lesi disertai kehilangan fungsi sensoris
sentuhan, tekanan, getaran, dan posisi
2. Cornu medullaris level terkena L2 1/3 atas → tipe
hipetonus
3. Cauda equine level terkena L2 2/3 bawah – S3 → tipe
hipotonus dan LMN

Perbedaan Cauda vs Cornu medullaris


1. Lokasi cidera: cornu (L2 1/3 ata); cauda (L2 2/3
bawah) Thoracalis longus (C5-7): mengangkat lengan diatas pada
2. Presentasi: cornu (bilateral dan langsung terkena); bidang horizontal, tidak mampu melakukan gerakan
cauda (unilateral, gradual/berprogres) mendorong dengan lengan ke depan
3. Spincter dysfunction: cornu (early inkontinance);
cauda (late inkontinance/gejala incontinence telat Lower extremity
muncul) Lumbar Plexus: L1-L4
Iliohypogastric Internal oblique, transversus
L1 (Th12)
nerve abdominis
THORACIC OUTLET CERVICAL SYNDROME Internal oblique, transversus
Ilioinguinal nerve L1
(TOCS) abdominis
1. Scaleni space Genitofemoral L1,L2 Cremasteric muscle

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA
Lumbar Plexus: L1-L4  Farfan test dilakukan dengan Pasien berada dalam posisi
nerve tidur tengkurap. Satu tangan terapis menstabilisasi spine
Lateral cutaneous (sekitar T12) dan satu tangan pada anterior ilium,
L2,L3 none
nerve
Medial thigh: Obturator externus,
pemeriksa mengangkat ilium dengan cara menarik ilium
Obturator nerve L2,L3,L4 adductor longus, adductor brevis, ke belakang.
adductor magnus, gracilis  Quadrant test dilakukan dengan posisi berdiri Pasien
Anterior thigh: iliacus, pectineus, menggerakkan trunk ke arah ekstensi, lateral fleksi, dan
Femoral nerve L2,L3,L4
sartorius, quadriceps femoris
rotasi searah nyeri. Pada akhir gerakan diaplikasikan
overpressure.
Sacral Plexus: S1-S4
Superior gluteal Gluteus minimus, gluteus mediaus,
 SLR tes dilakukan untuk mengetahui stress pada nervus
L4,L5,S1 sciatic dan akar saraf lumbosacral dari L4-S2. Test ini
nerve tensor fascia lata
Inferior gluteal dilakukan dengan menaikkan kaki secara pasif lalu
L5, S1, S2 Gluteus maximus
nerve mengevaluasi nyeri yang dirasakan. Beberapa test
Genitofemoral tambahan yang dapat dikombinasikan dari test ini yaitu:
L1,L2 Cremasteric muscle
nerve
L4,L5, S1,  Tibial portion
(a) ditambah dengan fleksi leher dinamakan Neri test,
Sciatic nerve
S2, S3  Common fibular portion Hyndman’s sign, Brudzinski’s sign, Linder’s sign atau
Posterior femoral Soto-Hall test; (b) ditambah dengan dorsofleksi ankle
S1, S2, S3 None
nerve disebut Lasegue’s test atau bragard test; (c) ditambah
Perineum, external urethral dengan ekstensi ibu jari disebut Sicard’s test.
Pudendal nerve S2, S3, S4 sphincter, external anal sphincter,
levator ani  Upper Limb Tension Test (ULTT) merupakan tes yang
dilakukan untuk mengetahui mobilisasi dari nervus
Femoralis posterior, femoralis lateral dan obturatorius medianus, ulnaris dan radialis.
merupakan saraf yang menjadi bagian dari plexus lumbalis  ULTT 1: nervus medianus, nervus interosseus
(L2-L4). anterior, nerve root C5-C7
 ULTT 2a: nervus medianus, nervus axillary, nerve
Plexus sacralis musculocutaneous
 Gluteus superior (glute medius, minimus) (L4-S1)  ULTT 2b: radialis
 Gluteus inferior (glute maximus) (L5-S2)  ULTT 3: nervus ulnaris, nerve root C8-Th1
 Tibialis nerve(L4-S3) untuk plantar fleksi
 Fibularis nerve (L4-S2) Lapisan otak (meninges) terdiri dari tiga lapisan, yaitu
- Peroneous profundus/deep (jari 1-2) (L4-S1)  duramater yang merupakan lapisan paling luar dan
- Peroneous superficial (jari 3,4,5) (L5-S1) memiliki sifat terkuat dan berfungsi untuk melindungi
otak.
Gangguan pada nervus ini menyebabkan terjadinya  arachnoid merupakan lapisan tengah yang bersifat
hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan dorsofleksi avascular dan tidak menerima inervasi. Dibawah lapisan
serta eversi. ini tedarap ruang subarachnoid yang berisi cairan
cerebrospinal yang berfungsi sebagai cushion pada otak.
Penyempitan S1 dan S2: gluteus superior (tidur miring  piamater berada dibawah ruang subarachnoid yang
kekanan. Lutut kiri menekuk tidak mampu mengangkat memiliki vaskularisasi tinggi untuk mensuplai darah ke
tungkai kirinya) jaringan otak.

Nervus peroneus communis: nyeri tekan hanya pada daerah Pada penampang transversal medulla spinalis, dapat
popliteal, drop foot dijumpai bagian sentral yang berwarna lebih gelap (abu-abu)
yang dikenal dengan istilah gray matter. Gray matter adalah
C5 Fleksor siku (M. Biceps, brachialis) suatu area yang berbentuk seperti kupu-kupu atau huruf H.
C6 Ekstensor pergelangan tangan (M. Ekstensor karpi Gray matter dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
radialis longusbrevis) 1. kornu anterior/dorsalis, yang mengandung serat saraf
C7 Ekstensor siku (M.Triseps) motorik, terdiri atas lamina VIII, IX, dan bagian dari
C8 Fleksor jari (M. Fleksor digitorum profundus) pada lamina VII.
jari tengah 2. Kornu posterior/ventralis, yang membawa serat serat
T1 Abduktor jari kelingking (M. Abduktor digiti minimi) saraf sensorik, terdiri atas lamina I-IV.
L2 Fleksor panggul (M. Iliopsoas) 3. Kornu intermedium, yang membawa serat-serat asosiasi,
L3 Ekstensor lutut (M. Quadriseps) terdiri atas lamina VII.
L4 Dorsofleksor pergelangan kaki (M. Tibialis Anterior) 4. Kornu lateral, merupakan bagian dari kornu intermedium
L5 Ekstensor jempol kaki (M. Ekstensor halusis longus) yang terdapat pada segmen torakal dan lumbal
S1 Plantarfleksor pergelangan kaki (M. Gastroknemius yangmembawa serat saraf simpatis.
soleus)
Arteri femoralis merupaakn arteri yang terletak dimulai
Specific test dari ligamentum inguinalis dam berakhir tepat di atas
 Stork standing test positive apabila terdapat nyeri local lutut melitasi tulang femur.
yang mengindikasikan masalah facet, kapsul sendi Arteri radialis, arteri yang dapat terpalpasi saat
ataupun kemungkinan instabilitas. pergelangan tangan diekstensikan dan teretak antar
radius distal dan tendon carpi radialis.
Arteri carotis, aerteri yang terletak di leher.
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
Arteri brachialis, terlertak di dalam otot biceps medial 9) Apneustic: prolonged inspiratory + shortened
anterior bagian antecubital fossa. expiratory

Apabila nyeri terjadi ipsilateral/ homolateral maka Cysne’s stokes: ditandai dengan terjadinya percepatan
gangguan yang mungkin adalah facet. pernapasan mendalam secara bertahap, sebelum kemudian
Apabila disertai dengan penjalaran bisa disebabkan oleh terjadi perlambatan dan semakin dangkal. Pola pernapasan
keterlibatan saraf. ini kemudian diikuti periode apnea, di mana pernapasan
Sedangkan discus akan terprovokasi pada gerakan fleksi, berhenti untuk sementara.
maupun lateral fleksi dengan nyeri pada sisi Hypernea: bernapas lebih dalam dari biasanya dengan tujuan
contralateral. meningkatkan volume udara di paru-paru
Orthopnea: distress pernapasan yang terjadi saat berbaring
Carpal tunnel syndrome merupaka syndrome yang terlentang, sehingga perlu segera duduk tegak
disebabkan adanya penyempitan terowongan carpal oleh Dyspnea d’effort: sesak napas yang timbul saat melakukan
transversus ligament sehingga menekan nervus aktivitas namun tidak terjadi saat istirahat
medianus. Kesemutan yang dirasakan pada area yang Prolonged expiration: pola napas tidak teratur
diinervasi oleh nervus tersebut yaitu jari 1,2,3 dan
setengah jari 4. e. Clubbing finger: ujung-ujung jari membesar seperti
De quervein syndrome: menekan saraf ulnaris tabuh
f. Cyanosis: perubahan warna kebiruan dari kulit dan
Tarsal tunnel syndrome merupakan neuropatik yang selaput lendir
terjadi karena penekanan saraf posterior tibial.
Terowongan “tunnel” terdapat pada medial malleolus 2. Perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ankle dibawah flexor retinaculum. Gejala yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi)
dihasilkan syndrome ini adalah adanya nyeri menjalar di diafragma. dengan cara melakukan pengetukan pada
kaki, biasanya memburuk saat berjalan. Pemeriksaan bagian tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat
tinel sign pada tibial nerve positif, adanya kelemahan kecil untuk mengevaluasi ukuran, konsistensi, batas atau
dan atrofi pada otot kecil atau hilangnya sensasi pada adanya cairan dalam organ tubuh.
kaki.  Sonor : suara perkusi jaringan paru yang normal.
Perbandingan massa padat dengan udara pada paru
Myastenia gravis merupakan penyakit autoimun masih normal.
neuromuscular yang cukup jarang terjadi dan  Hipersonor: Resonansi suara ketokan sangat jelas
menyebabkan kelemahan otot dan kelelahan yang terdengar, ini disebabkan adanya peningkatan kadar
fluktuatuif. Gejala klinis pada penyakit ini diantaranya udara di dalam massa paru
adanya kelemahan pada ekstremitas, kelemahan lebih  Redup: suara perkusi jaringan yang lebih
berat pada bagian proksimal dibandingkan distal, adanya padat/konsolidasi paru-paru seperti pneumonia.
ptosis, serta diplopia.  Pekak: suara perkusi jaringan yang padat seperti
pada; adanya cairan di rongga pleura, Perkusi daerah
STASE CARDIO-PULMO-VASKULAR jantung, Perkusi daerah hepar

3. Palpasi adalah diilakukan untuk mengkaji kesimetrisan


Pemeriksaan pergerakan dada dan mengetahui vocal/tactile premitus
1. Inspeksi statis adalah memeriksa dengan melihat pasien (vibrasi).
saat posisi diam.
a. Bentuk dan simetris rongga dada 4. Auskultasi paru adalah menedengarkan suara pada
1) Kifosis dinding thorax menggunakan stetoskope karena
2) Kifoskoliosis sistematik dari atas ke bawah dan membandngkan kiri
3) Pectus ekskavatum (funnel chest): sternum maupun kanan suara yang didengar.
tertekan/terdorong ke dalam/mencekung a. Suara nafas yang normal adalah
4) Pectus carinatum/pigeon chest: sternum menonjol  Vesicular: suara nafas vesicular terdengar di
ke depan/anterior semua lapangan paru yang normal. Barsifat halus,
5) Barrel chest: diameter antero-posterior nada rendah, inspirasi lebih panjang dari
mengalami kenaikan → emfisema berat ekspirasi.
b. Jugular venous pressure  Broncho-vesicular: suara nafas broncho-vesicular
c. Oedema/bengkak terdengar di daerah percabangan broncus dan
d. Pola pernapasan trachea, di sekitar sternum dan daerah
1) Eupnea: normal breathing interscapular. Nadanya sedang lebih kasar di
2) Tachypnea: increased RR bandingkan vesicular, inspirasi sama panjang
3) Bradypnea: decreased RR dengan ekspirasi.
4) Apnea: absence breathing  Bronchial: suara nafas bronchial terdengar di
5) Hyperpnea: deep respiration daerah trachea (leher) dan supra sternal notch.
6) Cheyne-stokes Bersifat kasar, nada tinggi/inspirasi lebih pendek
7) Biot’s di bandingkan dengan ekspirasi.
8) Kussmaul’s: tachypnea and hyperpnea  Tracheal: suara nafas di trachea

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA
b. Suara tambahan biasanya bersifat progresif serta berhubungan dengan
 Rales: bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket peningkatan respons inflamasi kronis saluran napas yang
saat saluran-saluran halus pernafasan disebabkan oleh gas atau partikel iritan tertentu.
mengembang pada inspirasi  Bronkietasis adalah penyakit kronis progesif yang
 Ronchi: suara yang terjadi akibat penyumbatan ditandai dengan dilatasi bronkus dan bronkiolus yang
pada bronchus bersifat menetap serta penebalan dinding bronkus.
 Wheezing: bunyi musical terdengar “ngiii….ik”  Bronkitis adalah peradangan satu atau lebih bronkhus,
atau pendek ngiik. Yang bisa didapat pada fase dapat bersifat akut dan kronik. Pneumothorax adanya
inspirasi dan atau ekspirasi, bahkan biasanya udara dalam rongga pleura, ini dapat terjadi secara
lebih jelas pada ekspirasi. spontan atau karena trauma.
 Emfisema
Monitoring  Atelektasis
 Pemeriksaan RR bertujuan untuk mengetahui pergerakan
involunter (tidak disadari) dan volunter (disadari) yang Secara umum cairan pleura dapat diklasifikasikan
diatur oleh pusat nafas di batang otak dan dilakukan menjadi transudat atau eksudat
dengan bantuan otot-otot pernafasan dan pola  Transudat berasal dari ultrafiltrasi membran dan
pernapasan mengandung protein yang rendah, sedangkan eksudat
 Pemeriksaan denyut nadi, dengan menghitung frekuensi terbentuk dari sekresi aktif atau kebocoran membran dan
denyut nadi dapat diketahui frekuensi denyut jantung mengandung protein yang tinggi.
dalam satu menit.  Adanya cairan eksudat menunjukkan adanya keterlibatan
 Pemeriksaan tekanan darah untuk mengetahui tekanan pleura dalam proses inflamasi atau proses keganasan
dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding yang menyebabkan adanya peningkatan permeabilitas
arteri. kapiler. Reaksi peradangan timbul pada dinding
bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel
Skala pemeriksaan menjadi rusak. Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli,
 Borg scale: untuk digunakan untuk mengukur sesak yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan
napas napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien
menderita penyakit jalan napas reaktif.

 Proses ekspirasi terjadi apabila otot antar tulang rusuk


dan otot diafragma mengendur, maka diafragma akan
melengkung ke arah rongga dada lagi, dan tulang rusuk
akan kembali ke posisi semula.
 Proses inspirasi Bila otot diafragma 17 berkontraksi,
maka diafragma akan mendatar.

Intervensi
 FET terdiri dari Postural Drainage, Breathing exercise
(SMI) dan Huffing
 Active Cycle of Breathing Technique (ACBT): teknik
pernapasan aktif yang dilakukan oleh pasien, dan dapat
digunakan untuk memobilisasi dan membersihkan
sekresi paru berlebih dan untuk memperbaiki fungsi paru
WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk secara umum. Ini memiliki serangkaian tiga fase utama:
mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, breathing control, TEE, FET
rongga thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa  Chest fisioterapi biasanya digunakan dalam latihan untuk
penghubung. Tujuan dari pemasangan WSD: penyakit respirasi kronis serta akut, bertujuan
1. memungkinkan cairan ( darah, pus ) keluar dari rongga mengeluarkan sputum serta perbaikan ventilasi pada
pleura paru yang sakit terdiri dari postural drainage, vibrasi,
2. memungkinkan udara keluar dari rongga pleura, clapping.
mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang  Vibrasi merupakan gerakan memberikan getaran
dapat menyebabkan pneumotoraks didaerah thorax terdapat sekret.
3. mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan  Postural drainage adalah cara yang sudah lama
jalan mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura. digunakan dalam pengeluaran sputum dari paru-paru
mengunakan berat serta aliran sputum.
Obstruksi merupakan gangguan saat eksipirasi

Case pulmo
 Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru,
bronkiolus respiratorius dan alveoli, menimbulkan
konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.
 COPD sebagai penyakit respirasi kronis yang ditandai
adanya hambatan aliran udara yang persisten dan
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
Myocardium (tengah): Karakteristik lapisannya tebal dan
terdiri dari sel otot jantung. Miokardium berkontraksi untuk
memompa darah ke aorta.
Endocardium (dalam): Karakteristik lapisan ini adalah tidak
kaku karena berfungsi untuk mengumpulkan darah dan
memompa darah → endotel, jaringan ikat subendotel,
lapisan otot tipis.

Ruang jantung
Atrium (serambi) → kanan dan kiri
Ventrikel (bilik) → kanan dan kiri

Katub jantung
Katup tricuspid (katup antriventrikular kanan): mengatur
aliran darah antara serambi kanan dan bilik kanan.
Katup semilunaris arteri pulmonalis: mengatur aliran darah
 Clapping merupakan penepukkan ringan pada dinding dari bilik kanan ke arteri pulmonalis yang membawa darah
dada dengan tangan dimana tangan membentuk seperti ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
mangkuk. Katup mitral (katup bicuspid/katup antriovenntrikular kiri):
 Segmental breathing exercise diberikan dengan tujuan mengalirkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru
untuk menimbulkan penurunan tekanan intra pleura mengalir dari serambi kiri ke bilik kiri.
sehingga meningkatkan tekanan gradien transpulmonary Katup semilunaris aorta: membuka jalan bagi darah yang
yang mengakibatkan peningkatan ekspansi sangkar kaya akan oksigen dari bilik kiri ke aorta (arteri terbesar
thoraks. pada tubuh).

Pemeriksaan Analisis Gas Darah Sirkulasi jantung


1. Evaluasi pH Atrium: menerima darah dari vena
 Jika pH < 7.35  asidosis (peningkatan Ventrikel: memompa darah ke arteri
konsentrasi ion H+)
 Jika pH > 7.45  alkalosis (penurunan konsentrasi Kontrol denyut jantung
ion H+) Kontrol instrinsik: pacu jantung dari Nodus Sinoauricularis
2. Evaluasi fungsi pernapasan (ventilasi (NSA) di atrium kanan → gelombang dihantarkan ke
 Jika PaCO2 > 45 mmHg  gagal nafas/respiratory suluruh dinding atrium → kontraksi atrium
failure & asidosis respiratorik (peningkatan PCO2) Kontrol ekstrinsik: diatur oleh pusat jantung di medulla
 Jika PaCO2 < 35 mmHg  hiperventilasi & alkalosis oblongata → saraf simpatis & parasimpatis n. vagus
respiratorik (penurunan PCO2).
3. Evaluasi proses metabolik Bunyi jantung
 Jika serum HCO3 < 22 mEq/L dan/atau kelebihan S1 : mitral dan tricuspid
basa (base excess/BE) < -3  asidosis metabolik S2: aorta dan pulmonal
(penurunanan kadar HCO3-) S3: pengisian ventrikel dengan cepat
 Jika serum HCO3 > 26 mEq/L dan/atau kelebihan S4: kontraksi atrium
basa (base excess/BE) > -3  alkalosis metabolik
(peningkatan kadar HCO3-) Pembuluh darah
Kapiler: tempat pertukaran nutrisi, udara, hormone, dan
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, metabolit
yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam Arteri: mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh
darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem Vena: pembuluh darah balik → mengalirkan darah kembali
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. ke jantung
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah
dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Arteri
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang  Ada 3 tipe: elastic (besar), muscular (medium), arteriola
berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah (kecil)
sebagai akibat dari fungsi paru-paru 8 yang buruk atau  Mempunyai 3 lapis: tunika intima, media, adventitia
pernafasan yang lambat. 1. TUNIKA INTIMA (lapisan sel endotel permukaan
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah halus & lap jar. elastin)
menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, 2. TUNIKA MEDIA (mengandung lap smooth muscle)
sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah 3. TUNIKA ADVENTITIA (jar. penyambung fibro-
menjadi rendah. elastis)

CARDIO-VASKULAR Vena
Lapisan jantung:  Tunika media lebih tipis daripada arteri
Epicardium (luar): terdiri dari perikardium fibrosa dan  Dinding vena lebih tipis daripada arteri
jaringan epitel. Karakteristik jaringannya adalah jaringan  Beberapa vena mempunyai katup untuk mencegah aliran
ikat yang kuat, padat, dan tidak elastis. balik
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
 Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan
Arteriola: mengatur volume aliran darah kiri (LA) dengan tangan kanan dan kaki kiri yang
Kapiler: diameter kecil, dinding tipis, tempat pertukaran mana tangan kiri bermuatan (+)
udara/nutrisi, ada 2 tipe: continuous (ex: CNS,PNS, otot) &  Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki
discontinuous (ex. Glomerulus ginjal, sebagian besar kiri (LF) dengan tangan kanan dan tangan kiri
jaringan) yang mana kaki kiri bermuatan (+)
Venula post kapiler: tempat lewatnya sel darah, sensitive  Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial
terhadap serotonin & histamine → meingkatkan lead di dada dengan ketiga lead ekstremitas. Yaitu
permeabilitas cairan & sel darah selama reaksi alergi & V1 s/d V6
inflamasi, tidak ada tunika media sejati, hanya ada 1-2 lapis
otot. Kurva EKG
 Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)
Sinusoid  Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena
 Dinding tipis, merupakan kapiler yang tidak komplet, bersamaan dengan depolarisasi ventrikel)
mempunyai diameter besar  Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
 Di hati, nodus lymphaticus, jaringan heremopoetik,  Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)
seperti sumsum tulang & limpa
EKG 12 Lead
Mekanisme peredaran darah  Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Peredaran darah sistemik (peredaran darah besar): aliran  Lead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
darah dari jantung → seluruh tubuh → jantung  Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Peredaran darah pulmonal (peredaran darah kecil):
 Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan
peredaran darah dari jantung → paru-paru → jantung
EKG sudah benar
Systole: ventrikel kiri jantung berkontraksi
Aksis jantung
Diastole: jantung berelaksasi
Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF
sedangkan bidang horisontal dengan melihat lead-lead
Faktor risiko penyakit jatung prekordial terutama V3 dan V4.
Risiko yang tidak dapat diubah: umur, jenis kelamin,
 Normal aksis jantung frontal berkisar -30 s/d +110
keturunan/ras
derajat.
Risiko yang dapat diubah: merokok, dyslipidemia,
 Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat.
hipertensi, DM, kurang aktivitas fisik, BB lebih dan
obesitas, diet yang tidak sehat, stress, konsumsi alcohol  Deviasi ke kanan antara +110 s/d -180 derajat.
berlebih (Sumber: https://www.rsi.co.id/fasilitas/penunjang-
medis/elektrokardiografi-ekg)
Atherosklerosis: penebalan (sclerosis) dan penimbunan lipid
(athere) dalam arteri koronaria sehingga mempersempit Six minute walking test
lumen pembuluh darah secara progresif. 1. Menentukan keterbatasan fungsi kardiorespirasi terkait
aktivitas
Angina pectoris: rasa tidak nyaman di daerah dada yang 2. Menentukan level/tingkat kebugarn kardiorespirasi
disebabkan oleh gangguan supply darah (ischemia) otot 3. Monitor keberhasilan terapi
jantung

Lead EKG
Terdapat 2 jenis lead :
1. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2
elektrode
 Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan
(RA) dengan tangan kiri (LA) yang mana tangan
kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
 Lead II : merekam beda potensial antara tangan
kanan (RA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan
kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
 Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri
(LA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan kiri
bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+) METs adalah rasio tingkat metabolisme kerja relatif
2. Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 terhadap tingkat metabolisme istirahat
elektode
 Lead unipolar ekstremitas Mets = VO2max/3,5  3,5 ml merupakan oksigen
 Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan yang dikonsumsi per menit.
kanan (RA) dengan tangan kiri dan kaki kiri yang
mana tangan kanan bermuatan (+) VO2 max adalah konsumsi oksigen maksimal saat
beraktifitas berat

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA
VO2 max = 15 (HRmax / HRrest) (HRmax = 220-usia) Case cardio
*HR = Heart rate  VSD adalah defek yang terjadi pada septum
ventricularis, dinding yang memisahkan ventriculus
VO2 max = 0,03 x Jarak (meter) + 3,98 dextra dengan sinistra.
 ASD merupakan defek septum atrium adalah kelainan
VO2 (jalan) = 3,5 + [0,1 x kecepatan] + [1,8 x kecepatan x akibat adanya lubang pada septum intersisial yang
grade] memisahkan antrium kiri dan kanan.
 PDA adalah penyakit jantung bawaan yang asianotik
VO2 (lari) = 3,5 + [0,2 x kecepatan] + [0,9 x kecepatan x yang dimana tetap terbukanya duktus arterious setelah
grade] lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi ) ke dalam
Leg ergocycle arteri pulmoner (tekanan lebih rendah).
VO2 = 7 + [1,8 x workrate (kgm/min)] / BB (kg)  TOF adalah merupakan kelainan jantung bawaan yang
terdiri atas ventricular septal defect, overriding aorta,
Arm ergocycle stenosis pulmonal, dan hipertrofi ventrikel kanan.
VO2 = 3,5 + [3 x workrate (kgm/min)] / BB (kg)  TGA adalah kegagalan pemisahan trunkus arteriosus,
sehingga aorta keluar dari bagian anterior ventrikel
Program Rehabilitasi Kardiovaskuler kanan dan arteri pulmonal keluar dari ventrikel kiri
1. Fase I (fase inpatient): program yang dilakukan pada sat  Pericarditis merupakan suatu pembengkakakn dan iritasi
pasien masih dalam perawatan. Tujuannya adalah untuk yan terjadi pada membran seperti kantung tipis yang
menghindarkan pasien dari efek penyakit, efek membungkus jantung (perikardium).
tindakan, efek tirah baring lama atau efek  Endokarditis merupakan infeksi yang terjadi pada
dekondisioning dan mengupayakan mobilisasi dini lapisan jantung yang melibatkan katup jantung.
agar dapat keluar dari rumah sakit, mampu
 Miokarditis merupakan peradangan yang terjadi pada
melakukan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
lapingan tengah dinding jantung.
secara mandiri.
2. Fase II (fase outpatient atau fase intervensi): sekumpulan
kegiatan pelayanan yang dilakukan kepada pasien pasca STASE OBSGYN
perawatan dengan penyakit kardiovaskuler. Tujuannya
adalah untuk mengintervensi faktir risiko dan
Amenorea: tidak adanya menstruasi selama 3 bulan atau
mengembalikan pasien ke kondisi fisik, mental, sosial
lebih
terbaiknya. Program fase II dapat dilakukan selama 1
Hipermenorea: perdarahan lebih banyak dari normal atau
sampai 3 bulan
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari)
3. Fase III (fase maintenance): mempertahankan
Dismenorea: nyeri sewaktu menstruasi
keterkontrolan faktir risiko, mempertahankan kebiasaan
Hipomenorea: perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan
hidup sehat yang dilakukan secara mandiri. Fase
atau lebih kurang dari biasanya
rehabilitasi jangka panjang dengan basis komunitas yang
Polimenorea: siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya
bertujuan untuk mempertahankan kapasitas
(kurang dari 21 hari)
fungsional seoptimal mungkin. Konsultasi dan
Oligomenorea: siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35
pengkajian ulang dapat dilakukan tiap 6 sampai 12
hari.
bulan.
5 jenis inkontinensia urin dan penyebabnya tercantum
Kontraindikasi
di bawah ini:
 Angina pectoris tidak stabil
1. Stress urinary incontinence: kebocoran urin yang tidak
 Sytole > 200 mmHg; diastole > 100 mmHg disengaja yang terjadi dengan peningkatan tekanan
 Tekanan darah ortostatik turun > 20 mmHg intraabdominal (misalnya, dengan tenaga, usaha, bersin,
 Sinus takikardia (> 120x/menit) atau batuk) karena sfingter uretra dan/atau kelemahan
 Depresi atau elevasi segmen ST rest (> 2mm) dasar panggul. Wanita muda yang aktif berolahraga
mungkin mengalami jenis inkontinensia ini. Selain itu,
Risiko rendah wanita hamil dan wanita yang pernah melahirkan
 Kapasitas fungsional  7 METs mungkin rentan terhadap inkontinensia urin tipe stres.
 Fraksi ejaksi saat isirahat  50% 2. Urge urinary incontinence: kebocoran urin yang tidak
disengaja yang dapat didahului atau disertai dengan rasa
Risiko sedang urgensi urin (tetapi dapat juga tanpa gejala) karena
 Kapasitas fungsional < 5 METs aktivitas detrusor yang berlebihan. Kontraksi dapat
 Fraksi ejaksi saat isirahat 40% hingga 49% disebabkan oleh iritasi kandung kemih atau hilangnya
kontrol neurologis.
Risiko rendah 3. Mixed urinary incontinence: kebocoran urin yang tidak
 Kapasitas fungsional pada level rendah (< 5METs) disengaja yang disebabkan oleh kombinasi stres dan
 Fraksi ejaksi saat isirahat < 40% inkontinensia urin seperti yang dijelaskan di atas.
4. Overflow urinary incontinence: kebocoran urin yang
tidak disengaja dari kandung kemih yang terlalu besar
karena gangguan kontraktilitas detrusor dan/atau
obstruksi saluran keluar kandung kemih. Penyakit
YULIA VIONITA PUNYA
YULIA VIONITA PUNYA
neurologis seperti cedera tulang belakang, multiple kebiruan
sclerosis, dan diabetes dapat mengganggu fungsi Pulse Tidak HR Normal,
ada dibawah HR diatas
detrusor. Obstruksi saluran keluar kandung kemih dapat 100 bpm 100 bpm
disebabkan oleh kompresi eksternal oleh massa perut Grimace Tidak Hanya ada Bersin,
atau panggul dan prolaps organ panggul, di antara ada gerakan di batuk,
penyebab lainnya. Penyebab umum pada pria adalah respons wajah menangis
terhadap (meringis) dengan
hiperplasia prostat jinak. stimulasi dengan rangsangan
5. Functional urinary incontinence: kebocoran urin yang rangsangan
tidak disengaja karena hambatan lingkungan atau fisik Activity Tidak Lengan Aktif,
untuk ke toilet. Jenis inkontinensia ini terkadang disebut ada dan kaki gerakan
gerakan tertekuk spontan
sebagai kesulitan buang air kecil. dengan
sedikit
Diastasis rectus abdominis adalah peningkatan jarak inter- gerakan
recti karena peregangan ataupun penipisan linea alba. Respiration Tidak Pernapasan Pernapasan
Peningkatan jarak > 2cm pada level umbilicus ataupun 4.5 bernapas lambat normal,
atau tidak disertai
cm diatas ataupun diabwah umbilicus. teratur atau tangisan
Bladder training adalah latihan yang bertujuan menangis yang kuat
mengoptimalkan fungsi kantung kemih, dengan melatih lemah
pasien mengendalikan proses berkemihnya. TOTAL
Kegel’s exercise adalah latihan untuk memperkuat otot Interpretasi
dasar panggul.  0-3 = bayi dalam kondisi gawat darurat
 4-6 = bayi dalam kondisi lemah
 7-10 = bayi sehat
STASE PEDIATRI
3. Denver Development Screening Test
DDST untuk usia 0-6 tahun
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI PEDIATRI  Perilaku sosial
1. Pemeriksaan Dasar  Fine motor
a. Panjang dan berat bayi  Bahasa
b. Lingkar kepala  Gross motor
c. Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan Skala 4. Gross Motor Function Measurement (GMFM)
XOTR Dimensi Kemampuan
Skala A Berbaring dan berguling
Pengertian
XOTR B Duduk
Anak mampu menggerakan persendian dengan C Merangkak dan berlutut
X
normal D Berdiri
O Tidak ada gerakan dan tonus otot E Berjalan, berlari, dan melompat
Terdapat tonus otot namun tidak memiliki Interpretasi
T
gerakan pada persendian Nilai Penjelasan
Munculnya gerakan yang diakubatkan karena Tidak mengerti atau tidak memiliki inisiatif untuk
R 0
refleks melakukan perintah
Memiliki inisiatif untuk melakukan perintah, namun
1
d. Lingkup gerak sendi (LGS) tidak dapat melakukan
e. Pemeriksaan spastisitas menggunakan Skala Mampu melakukan perintah namun tidak sampai
2
tuntas
Asworth
3 Mampu menyelesaikan tugas
Nilai Pengertian
NT Tes tidak dilakukan
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
Sedikit peningkatan tonus otot, ditandai dengan
1 terasanya tahanan minimal pada akhir ROM saat sendi 5. Gross Motor Function Classification System (GMF-
bergerak fleksi maupun ekstensi CS)
Sedikit peningkatan tonus otot, namun adanya
pemberhentian di akhir gerakan diikuti oleh tahanan
1+
minimal sepanjang sisa ROM, namun pada umumnya
persendian mudah untuk digerakan
Peningkatan tonus otot, namun adanya pemberhentian
di akhir gerakan diikuti oleh tahanan minimal
2
sepanjang sisa ROM, namun pada umumnya
persendian lebih mudah untuk digerakan
Peningkatan tonus otot sangat mudah terlihat, gerakan
3
pasif sangat sulit dilakukan
Persendian yang diperiksa mengalami kaku pada saat
4
digerakan fleksi maupun ekstensi
6. Pemeriksaan Refleks
2. APGAR Score Refleks normal
Tanda 0 1 2 Skor
Apperance Warna Warna Warna
 Root reflex
kulit abu- tubuh kulit  Suck reflex
abu atau normal, normal  Moro reflex
kebiruan tapi ujung
kaki dan
 Tonic neck reflex
tangan  Grasp reflex

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA
 Babinski reflex either:
Dystonic: Alternating between
 Step reflex rigidity and flaccidity.
Dalam tumbuh kembang bayi terbagi menjadi beberapa Choreoathetoid Cerebral
level: Palsy: Constant
 Level spinal (total fleksi ekstensi) Diplegia: affects either both the Ataxic: Involvement of the
legs or both the arms cerebellum (smaller brain).
Flexor with drawl, ekstensor trust, crosseo Quadriplegia: affects all four Mixed Cerebral
ekstensor limbs Palsy: Involvement of different
 Level brainstem (status postural spastik/flaccid) parts of the brain.
ATNR, STNR, tonic labyrinthine supine, tonic  Pendekatan rehabilitasi
labyrinthine prone, reaksi asosiasi, supporting  Patterning
reaction, negative supporting reaction  Release dan peregangan
 Level midbrain (otak kecil)  Functional exercise
Neck righting, body righting action on body, reaksi 5. Lesi plexus brachialis (C5-Th1)
keseimbangan kepala, optical righting, amphibian  Upper plexus palsy (Erb’s palsy = C5-C7)
reaction, naoro, landau, parachute - Pars supraclavicularis akan bercabang dan
 Levelcortical (cortek, bangsal ganglia) memberikan innervasi pada otot-otot dari
Reaksi keseimbangan cingulum superior. Saraf-saraf dri pars
7. Pemeriksaan Sensoris supraclavicularis berjalan di permukaan
Anak yang dapat diperiksa kemampuan sensorisnya posterior dan lateral dari thorax. Cedera pada
adalah anak yang memiliki usia diatas 3 tahun. bagian pars supraclavicula akan menyebabkan
terjadinya paralisis otot-otot yang ada pada
PROBLEM SARAF PADA ANAK cingulum superior dan menyebabkan kesulitan
1. Spina bifida untuk mengangkat lengan. Type paralisis ini
 Ambulasi (Erb’s palsy)
 Penggunaan alat bantu: penyangga, kruk, atau alat  Lower plexus palsy (Klumpke’s palsy = C8-Th1)
bantu jalan  Total plexus lesion = C5-Th1
2. Epilepsy  Splinting
 Berenang dan olahraga air  NMES
 Olahraga di ketinggian: menunggang kuda  Stimulasi sensorik
 Olahraga menembak  Stretching, fasilitas pergerakan, positioning
3. Hidrosefalus serta perbaikan ROM
 Latihan duduk, merangkak, berdiri 6. Gullain Bare Syndrome (GBS)
 Mobilisasi dan peregangan  Mengembalikan kemandirian pasien dengan
 Modalitas terapeutik aktivitas sehari-hari
 Kontrol motoric (koordinasi otot tungkai)  Latih kembali pola gerakan normal
4. Cerebral palsy  Memperbaiki postur pasien
 Mwnurunkan rasa nyeri
 Tingkatkan keseimbangan dan koordinasi
 Pertahankan kemampuan pernapasan dari inspirasi-
ekspirasi serta mencegah terjadinya infeksi pada
paru-paru
 Melatih aktivitas fungsional
 Pencegahan terjadinya decubitus
 Pertahankan sirkulasi darah perifer
 Berikan dukungan psikologis

PROBLEM MUSKULOSKELETAL PADA ANAK


1. Skoliosis
 Brace
 Tape
 Exercise therapy
2. Dystrophy Muscular Progressive (DMP)
 Stretching exrcise
 Breathing exercise
 Penggunaan alat bantu: tongkat, kursi roda, dan alat
Based on Clinical bantu jalan (AFO, KAFO)
Based on affected region:
Presentation:  Hydrotherapy
Monoplegia: affects one limb,
usually an arm
Spastic Cerebral
Palsy: Tightness in the limbs
 Aktivitas fungsional
involved. Involuntary movement 3. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV)
leading to abnormal postures.  Teknik ponsetti
Hemiplegia: affects one side of Dyskinetic Cerebral  Foot abduction brace
the body including arm, leg, and Palsy: Involvement of Excessive
trunk Involuntary movements. Can be  Strapping

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA
 10 meter walking test
PROBLEM KARDIO RESPIRASI PADA ANAK  Minta pasien berjalan sepanjang 10 meter
1. Tetralogi Fallot  Hitung berapa waktu yang dibutuhkan
 Teknik ekspansi segmental  6 minutes walking test
 Tappotement  Track sepanjang 30 meter
 Vibrasi  Berikan titik star dan finish 30 meter
2. Pediatric Respiratory Disease  Mintalah pasien berjalan selama 6 mneit
a. Bronchiolitis semampu pasien
b. Pneumonia  Catat berapa meter kemampuan berjalan pasien
c. Tuberculosis selama 6 menit
d. Peran Fisioterapi  2 minutes walking test
 Teknik manual untuk pembersihan jalan napas  Track sepanjang 30 meter
 Drainase postural  Cara melakukan sama dengan 6MWT
 Terapi latihan  Perbedaannya pasien diminta berjalan sepanjang
 rehabilitasi 30 meter selama 2 menit

PROBLEM PERILAKU PADA ANAK 2. Lansia dengan penurunan kekuatan otot


1. Autism Spectrum Disorder  Ekstremitas atas: MMT, hand grip (exc:
2. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) menggenggam bola, meremas plastisin), hand held
3. Intellectual disability dynamometer (dapat dogunakan untuk mengukur
 Keterampilan motoric kasar: duduk, berdiri, kekuatan otot UE & LE)
berjalan, berlari  Gold standard: isokinetic test → biodex isokinetic
 Keterampilan keseimbangan/koordinasi: naik-turun test
tangga, melompat Ekstremitas bawah: leg extension test (hand held
 Meningkatkan kekuatan otot: jalan jauh tanpa dynamometer atau isokinetic test) → sit to stand test
menjadi lelah
 Motor fungsional: naik ke kursi goyang
 Menata reflek primitif

GANGGUAN KROMOSOM PADA ANAK


1. Down Syndrome Trisomy 21
2. Edward Syndrome Trisomy 18
3. Patau Syndrome Trisomy 13
4. Turner Syndrome
5. Triple X Syndrome
3. Lansia dengan gangguan fleksibilitas/perubahan postur
STASE GERIATRI → Sit and reach flexibility

WHO mengolongkan lanjut usia menjadi 4, yaitu:


 Usia pertengahan (middle age = 45-59 tahun)
 Lanjut usia (elderly = 60-74 tahun)
 Lanjut usia tua (old = 75-90 tahun)
 Usia sangat tua (very old = diatas 90 tahun)

Estrogen: untuk membawa kalsium ke dalam tulang

Jenis kondisi
1. Lansia dengan gangguan kebugaran = physical fitness 4. Lansia dengan gangguan keseimbangan & koordinasi
 aerobic fitness → mengukur METS, VO2 max (gold  Keseimbangan statis
standard)  Single leg stance/one leg stance test (OLS):
selama 10 detik; , 10 sec → risiko jatuh tinggi
Unipedal stance test (UPST): sama spt OLS,
selama 5 detik; < 5sec baik mata terbuka atau
tertutup → risiko jatuh
 Romberg test: kaki rapat, berdiri selama 30
detik, pertama dgn mata terbuka 30 detik; lanjut
mata tertutup 30 detik degn posisi kedua tangan
“cross arm”
 Tandem stance test: satu kaki di depan dan
satunya lurus dgn kaki belakangnya
 Four square step test (FSST)

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA
 Keseimbangan dinamik Dermis adalah rumah bagi tiga jenis jaringan berbeda
 The timed up and go test yang ada di seluruh: kolagen, jaringan elastis, serat
 The dynamic gait index (DGI) retikuler.
 The functional gait assessment (FGA) Dermis juga mengandung beberapa sel dan struktur
Gold standard untuk test keseimbangan → Sensory khusus, termasuk:
Organization Test  Folikel rambut
 Kelenjar sebaceous
Berg balance scale merupakan pengukuran yang  Kelenjar apokrin dan endokrin
dilakukan untuk mengetahui keseimbangan yang  Pembuluh darah dan ujung saraf
biasanya dilakukan pada populasi lansia dengan  Sel-sel Meissner dan sel-sel pipih yang
gangguan keseimbangan khususnya pasien stroke mentransmisikan sensasi sentuhan dan tekanan.
akut. Berg balance scale terdiri dari 14 item 3. Jaringan Subkutan: lapisan terdalam dari kulit adalah
penilaian, dimana setiap item terdiri dari nilai 0-4. jaringan subkutan, hipodermis, dan subkutis. Jaringan
Nilai 0 menunjukkan nilai fungsional keseimbangan subkutan juga menyediakan kulit dengan saraf dan suplai
terendah dan nilai 4 menunjukkan nilai fungsional darah. Hipodermis mengandung sebagian besar lemak,
keseimbangan tertinggi. jaringan ikat, dan elastin, yang merupakan protein elastis
 Koordinasi yang membantu jaringan kembali ke bentuk normal
 Ekstremitas atas: adiadochokiesia atau setelah peregangan.
dysdiadochokinesia (gerakan pronasi-supinasi,
masing-masing selama 60 sec); dysmetria test; Reseptor kulit
dyssynergia  Meisner: reseptor terhadap sentuhan ringan (peraba)
 Ekstremitas bawah: heel to shine test (dysmetria  Ruffini: reseptor panas
LE)  Krause: reseptor dingin
5. Lansia dengan penurunan kemandirian aktivitas
 Paccini: reseptor tekanan
fungsional sehari-hari
 Merkel: reseptor sentuhan

STASE INTEGUMEN
Oedema
 derajat I : Kedalaman 1-3mm
 derajat II : 3-5 mm
Berikut ini lapisan kulit dan fungsinya bagi tubuh  derajat III : 5-7 mm
1. Epidermis: lapisan terluar. Ada lima lapisan epidermis,  derajat IV: 7 mm
yaitu:
a. Stratum basale: memiliki sel-sel basal berbentuk Ulcus decubitus
kolom yang membelah dan mendorong sel-sel tua ke Grade 1: zona tekanan dengan kemerahan yang tidak
permukaan kulit. Sel-sel tua menjadi rata dan memucat dengan tekanan ujung jari, dengan kulit yang
akhirnya mati dan luruh. Begitulah siklus masih utuh .
seterusnya. Grade 2: ulkus dekubitus (nyeri tekan) dengan erosi kulit,
b. Stratum spinosum: disebut juga sel skuamosa, lepuh, hilangnya sebagian epidermis dan/atau dermis, atau
merupakan lapisan kulit yang paling tebal. Lapisan hilangnya kulit
ini juga mengandung sel langerhans yang dapat Grade 3: hilangnya semua lapisan kulit dan kerusakan
mencegah infeksi. jaringan subkutan, yang meluas ke fasia di bawahnya.
c. Stratum granulosum: lapisan ini mengandung lebih Grade 4: dengan nekrosis jaringan otot, tulang, atau struktur
banyak keratinosit yang bergerak ke permukaan. pendukung seperti tendon atau sendi kapsul
d. Stratum lucidum: lapisan ini hanya ada di telapak (Sumber: Decubitus Ulcers: Pathophysiology and Primary
tangan dan telapak kaki. Prevention Jennifer Anders, Axel Heinemann, Carsten
e. Stratum korneum: merupakan lapisan terluar yang Leffmann)
akan luruh setiap dua minggu.
Epidermis juga mengandung tiga sel khusus, yaitu: Klasifikasi luka bakar
 Melanosit yang menghasilkan pigmen (melanin). Berdasarkan derajat kedalaman luka
 Sel Langerhans yang bertindak sebagai garis  derajat I Terbatas pada lapisan epidermis dan ditandai
pertahanan pertama dalams istem kekebalan kulit. dengan hiperemi, nyeri, tidak ada bula dan sembuh
 Sel Merkel yang memiliki fungsi yang belum secara spontan dalam kurun waktu 5-10 hari
sepenuhnya dipahami.  derajat II Meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa
2. Dermis: lapisan tengah yang terletak di antara epidermis reaksi inflamasi yang disertai proses eksudasi, adanya
dan jaringan subkutan. Lapisan kulit ini berisi jaringan bula, nyeri, dasar luka berwarna merah atau pucat.
ikat, kapiler darah, kelenjar minyak dan keringat, ujung derajat II dibagi menjadi dua yaitu luka bakar dangkal
saraf, serta folikel rambut. (superficial) dan dalam (deep).
a. dermis papiler, yang merupakan lapisan atas yang  derajat III Kerusakan meliputi seluruh tebalnya dermis
tipis. dan lapisan yang lebih dalam, subkutis, otot dan tulang,
b. dermis retikuler, yang merupakan lapisan bawah tidak ada bula, kulit berwarna pucat, abu-abu sampai
yang tebal. kehitaman. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal dengan eskar. Dan tidak dijumpai
adanya rasa nyeri dan hilang sensasi.

YULIA VIONITA PUNYA


YULIA VIONITA PUNYA
tambahan seperti hipotensi infeksi atau edema
Berdasarkan berat ringannya luka bakar menurut American berkepanjangan.
Burn Association  Zona hiperemi (zona terluar): perfusi jaringan
 Luka bakar ringan meningkat. Jaringan di sini akan selalu sembuh kecuali
- Luka bakar derajat II < 15% pada dewasa atau < 10% ada sepsis berat atau hipoperfusi berkepanjangan
pada anak atau orang tua (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC421790/)
- Luka bakar derajat III < 2%
 Luka bakar sedang Luka bakar
- Luka bakar derajat II 15-25% pada dewasa atau 10-  Derajat I: Kemerahan, tanpa blisters
20% pada anak atau orang tua  Derajat IIA: blister, lembab kemerahan, terkena pada
- Luka bakar derajat III 20-10% epidermis sampai superficial dermis
 Luka bakar berat  Derajat IIB: kering, putih, sampai semua epidermis dan
- Luka bakar derajat II > 25% pada dewasa atau >20% hampir seluruh dermis
pada anak atau orang tua  Derajat III: Merah atau putih, kering, dengan thrombosed
- Luka bakar derajat III  10% vessel.
- Luka bakar derajat III pada tangan, kaki, muka
- Luka bakar disertai trauma inhalasi, trauma listrik, Partial Thickness
dan komplikasi medis lain. Superfisial (derajat pertama) melibatkan epidermis kulit
saja. Tampak merah muda hingga merah, tidak ada lepuh,
Berdasarkan luas luka bakar = Rule of nine biasanya juga dan kering. Ini cukup menyakitkan. Luka bakar superfisial
disebut sebagai rule of Wallace, yaitu: sembuh tanpa bekas luka dalam waktu 5 sampai 10 hari.
 Kepala & leher dihitung : 9%
 Lengan masing-masing dihitung 9% = 18% Superficial partial-thickness (derajat kedua) melibatkan
 Badan depan 18%, badan belakang dihitung 18% = 36% dermis superfisial. Tampak merah dengan lecet dan
 Tungkai maisng-masing dihitung 18% = 36% basah. Eritema memucat dengan tekanan. Rasa sakit yang
 Genetalia/perineum dihitung : 1% terkait dengan ketebalan parsial superfisial sangat
(https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-rule-of- parah. Penyembuhan biasanya terjadi dalam waktu 3 minggu
nine-combutio-luka-bakar/6381/2) dengan jaringan parut minimal.

Deep partial-thickness (derajat kedua) melibatkan dermis


yang lebih dalam. Tampaknya kuning atau putih, kering, dan
tidak pucat dengan tekanan. Ada sedikit rasa sakit karena
penurunan sensasi. Penyembuhan terjadi dalam 3 sampai 8
minggu dengan adanya jaringan parut.

Deep Thickness
Derajat tiga: seluruh ketebalan kulit dan struktur
subkutan. Tampaknya putih atau hitam / coklat. Dengan
tekanan, tidak terjadi blansing. Luka bakarnya kasar dan
kering. Ada sedikit atau tidak ada rasa sakit karena
penurunan sensasi. Luka bakar full-thickness sembuh
dengan kontraktur dan memakan waktu lebih dari 8
Zona luka bakar berdasarkan Jaksson’s burn model minggu. Luka bakar dengan ketebalan penuh membutuhkan
 Zona koagulasi: terjadi pada titik maksimum kerusakan pencangkokan kulit.
yang mengakibatkan kehilangan jaringan secara
permanen. Hal tersebut disebabkan oleh koagulasi Derajat keempat: kulit hangus dengan kemungkinan tulang
protein penyusunnya. terbuka.
 Zona statis: ditandai oleh adanya penurunan perfusi
jaringan. Jaringan di zona ini masih memiliki potensi Derajat lima: hangus, kulit putih, dan tulang terbuka.
untuk terselamatkan. Tujuan utama resusitasi luka bakar
adalah untuk meningkatkan perfusi jaringan dan Derajat keenam: kehilangan kulit dengan tulang terbuka.
mencegah kerusakan menjadi permanen. Selain itu, (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539773/)
jaringan dapat hilang total apabila terdapat penyakit

YULIA VIONITA PUNYA

Anda mungkin juga menyukai