Dokumen ini membahas asuhan kebidanan dengan infus jaga pada ibu bersalin, meliputi konsep dasar infus, tujuan, indikasi, bagian vena untuk pemasangan, jenis cairan, ukuran jarum, prosedur pemasangan, prinsip pemasangan pada anak dan lansia, kontraindikasi dan komplikasi.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
344 tayangan10 halaman
Dokumen ini membahas asuhan kebidanan dengan infus jaga pada ibu bersalin, meliputi konsep dasar infus, tujuan, indikasi, bagian vena untuk pemasangan, jenis cairan, ukuran jarum, prosedur pemasangan, prinsip pemasangan pada anak dan lansia, kontraindikasi dan komplikasi.
Judul Asli
YENI TERRY LESTARY_H522265_LAPORAN PENDAHULUAN KDK
Dokumen ini membahas asuhan kebidanan dengan infus jaga pada ibu bersalin, meliputi konsep dasar infus, tujuan, indikasi, bagian vena untuk pemasangan, jenis cairan, ukuran jarum, prosedur pemasangan, prinsip pemasangan pada anak dan lansia, kontraindikasi dan komplikasi.
Dokumen ini membahas asuhan kebidanan dengan infus jaga pada ibu bersalin, meliputi konsep dasar infus, tujuan, indikasi, bagian vena untuk pemasangan, jenis cairan, ukuran jarum, prosedur pemasangan, prinsip pemasangan pada anak dan lansia, kontraindikasi dan komplikasi.
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN INFUS JAGA PADA
IBU BERSALIN
Diajukan sebagai salah satu tugas stase Keterampilan Dasar Kebidanan
Profesi Kebidanan
YENI TERRY LESTARY
H522265
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN
FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG 2023 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN DENGAN INFUS JAGA PADA IBU BERSALIN
A. KONSEP DASAR TEORI INFUS
1. Definisi Infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilaukkan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok. 2. Jenis cairan infus a. Hipotonik Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi. b. Isotonic Osmolalitasnya cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi. c. Hipertonik Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu mensstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
B. TUJUAN PEMASANGAN INFUS
1. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tdak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral. 2. Memperbaiki keseimbangan asam basa. 3. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah. 4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh. 5. Memonitor tekan vena central (CVP). 6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan
C. INDIKASI PEMASANGAN INFUS
1. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena. 2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti furosemid, digoxin) 3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena 4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit. 5. Pasien yang mendapatkan transfuse darah. 6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat). 7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
D. BAGIAN VENA UNTUK PEMASANGAN INFUS
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya : 1. Vena lengan (vena safalika basilica dan vena medianan cubiti) 2. Vena pada tungkai (vena saena) 3. Vena pada kepala , seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anka-anak). Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan, atau kerusakan kulit. E. PEMBAGIAN CAIRAN INFUS BERDASARKAN KELOMPOKNYA 1. Kristaloid : bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan garam fisiologis. 2. Koloid : ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya albumin dan steroid.
F. JENIS CAIRAN INFUS
1. Asering Indikasi : dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat. Keunggulan : Asetat di metabolism di otot dan maasih dapat ditolerir pada pasien yang mengalami gangguan hati, pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis laktat lebih baik daripada RL pada neonates dan mempunyai efek vasodilator. 2. KA-EN1B Indikasi : sebagai larutan awal pasien belum diketahui, misalnya pada kasus emergency. 3. KA-EN3A Dan KA-EN 3B Indikasi : sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk menggantikan ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas. 4. KA-EN MGE Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L 5. KA-EN 4A Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik. 6. KA-EN 4B Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun digunakan untuk dehidrasi hipertonik 7. Otsu-NS Indikasi : untuk resusitasi kehilangan Na>Cl 8. Otsu –RL Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat 9. Martos 10 Indikasi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic. 10. Amiparen Indikasi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor. 11. Aminovel-600 Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang dipuasakan. 12. Pan-amin G Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi. G. UKURAN JARUM INFUS 1. Ukuran 16 Penggunaan : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar. 2. Ukuran 18 Penggunaan : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental lainnya Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar. 3. Ukuran 20 Penggunaan : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah dan infus kental lainnya. 4. Ukuran 22 Penggunaan : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk sebagian besar cairan infus. Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yagn keras. 5. Ukuran 24, 26 Penggunaan : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat. Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras. H. PROSEDUR PEMASANGAN INFUS 1. Alat dan Bahan : a. Standar infus b. Set infus c. Cairan sesuai program medis d. Jarum infus untuk ukuran yang sesuai e. Pengalas f. Tornikuet g. Kapas alcohol h. Plester i. Gunting j. Kassa steril k. Betadin l. Sarung tangan 2. Prosedur : a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan b. Cuci tangan c. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan bagian karet atau selang akses ke botol infus d. Isi cairan ke dalam infus set dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara keluar e. Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan f. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular g. Gunakan sarung tangan steril h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol i. Lakukkan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari dibagian bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas j. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka Tarik keluar bagian dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena k. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan / disambungkan dengan selang infus l. Buka pengaturan tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan m. Lakukan fiksasi dengan kasa steril n. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catata ukuran jarum o. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
I. PRINSIP PEMASANGAN INFUS
1. Pada anak/paediatrik Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai kebutuhan. 2. Pada lansia Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24- 26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih lancer. 3. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum. 4. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum. J. KONTRAINDIKASI DAN PERTIMBANGAN PADA PEMASANGAN INFUS 1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan infuse. 2. Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan A-V shut pada tindakan hemodialisa. 3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vean kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan kaki).
K. BEBERAPA KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI PADA
PEMASANGAN INFUS 1. Hematoma: darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum 2. Infiltrasi: masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. 3. Tromboflebitis: bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketet dan benar. 4. Emboli udara: masuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah. DAFTAR PUSTAKA
Andares. (2009). Analisa hubungan karakteristik perawat dan tingkat
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan infus di Rumah Sakit Badrul Aini Medan. Jurnal Keperawatan (2014, https://www.google.com/search?q=da ftar+pustaka+priharjo+2008&gws_rd=ssl. diperoleh 14 juli 2014)
Apirilin, H. (2011). Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya
Phlebitis Pada Pasien Yang Terpasang Infus di Puskesmas Krian Sidoarjo. Jurnal keperawatan. (2014, http: //www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jurper1-2-het.pdf. diperoleh 18 Mei 2014)
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Pasaribu, M.
(2008). Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Terhadap Kejadian Plebitis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan. Jurnal Keperawatan. (2014, http://www.researchgate.net/publication/4 2324736. diperoleh 14 juli 2014