Refleksi Persalinan Revisi 1
Refleksi Persalinan Revisi 1
Refleksi Persalinan Revisi 1
Pukul 13.00 WIB Ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan rasa ingin buang
air besar. Dilakukan pemeriksaan TTV TD 120/80 Nadi 89x/menit Rr 23x/menit Suhu
36,8oC, .DJJ 145 x/menit His 4x10 menit 45 detik serta adanya gejala pasti kala II yaitu
ibu merasa ingin meneran, ibu merasa adanya tekanan pada vagina, perineum terlihat
menonjol, vulva membuka, serta meningkatnya pengeluaran lender dan darah. Dilakukan
pemeriksaan dalam : Vulva Vagina tidak ada kelainan, pembukaan 10cm ketuban (-)
presentasi kepala posisi Ubun- ubun kanan depan molase tidak ada, penurunan bagian
terendah hodge III+ tidak ada bagian yang menyertai. Kemudian bidan melakukan
persiapan, persiapan mendekatkan alat dan bahan, mempersiapkan tempat untuk
kelahiran bayi, lalu ibu dipimpin persalinan dan dilakukan pemantauan djj setiap 5 menit.
Pukul 13.30 WIB bayi lahir spontan, menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot
baik, JK Laki-Laki. Kemudian dilakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat. Bidan
mengeringkan tubuh bayi dan menghangatkan bayi. Dilakukan pemeriksaan dengan hasil
BB: 3300gr PB: 49cm LK: 25 LD: 24 Kemudian memeriksakan apakah ada janin ke dua
dan dilanjut dengan penyuntikan oksitosin 10IU/IM pukul 13.31 lalu dilakukan PTT dan
terlihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat yang memanjang,
semburan darah tiba-tiba, dan uterus yang globuler. Plasenta lahir pukul 13.40 . Teraba
kontraksi uterus keras dan tidak ada robekan jalan lahir. Kemudian di lakukan IMD 1 jam
pertama setelah lahir.
Persalinan adalah proses fisiologis yang harus dialami oleh setiap wanita yang
hamil dan ini adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan
kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga disertai rasa nyeri
yang membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas.
Relaksasi merupakan proses mengistirahatkan tubuh dan pikiran dari segala beban fisik
dan kejiwaan, sehingga ibu menjadi lebih tenang. Disamping itu, relaksasi juga membuat
sirkulasi darah rahim, plasenta, dan janin menjadi lancar sehingga kebutuhan oksigen dan
makanan si janin terpenuhi. Sirkulasi darah yang lancar juga akan membuat otot-otot
yang berhubungan dengan kandungan dan janin seperti otot panggul, punggung dan
perut, menjadi lemas, dan kendur. Sementara ketika persalinan, relaksasi membuat proses
kontraksi berlangsung aman, alami, dan lancar. Menurut Mander metode ini dapat
mencegah kesalahan yang berlebihan pasca-persalinan. Ada pun relaksasi pernapasan
selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam
keadaan homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, menguragi
kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradapatasi dengan nyeri selama proses
persalinan. (Susilawati,2017)
Pada persalinan kala I kontraksi otot rahim bersifat simetris, fundan dominant,
involunter, intervalnya makin lama makin pendek Pada kala I dan kala II, ibu hamil akan
merasakan ketidaknyamanan selama proses ini. Rasa tidak nyaman selama persalinan
disebabkan 2 hal yaitu pada tahap pertama persalinan, kontraksi uterus menyebabkan
dilatasi dan penipisan serviks serta Iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga
oksigen lokal mengalami defisit). Rasa tidak nyaman akibat perubahan servik dan
iskemia rahim ialah nyeri viseral yang berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar
ke daerah lumbal punggung dan menurun ke paha. Biasanya nyeri ini hanya selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval kontraksi. Relaksasi adalah metode
pengendalian nyeri non farmakologik yang paling sering digunakan di Inggris. Dalam
studi yang ia laporkan, 34 % wanita menggunakan relaksasi Penatalaksanaan dalam
upaya mengurangi nyeri secara non farmakologik yaitu dengan relaksasi dengan metode
AIR (Akui, Ijinkan dan Rasakan) (Anggraeni, 2019)
Kemajuan persalinan untuk mendapatkan persalinan yang normal bergantung
pada interaksi ketiga komponen dalam persalinan, yaitu : power (tenaga), passage (jalan
lahir), passenger (janin). Disamping itu faktor-faktor psikologis juga berperan penting
dalam mempengaruhi kemajuan persalinan. Selama fase kehamilan dalam tiga bulan
terakhir, ansietas mengenai persalinan kembali muncul. Respon emosional (kecemasan)
yang berlebihan pada ibu hamil trimester tiga merupakan suatu masalah serius yang perlu
segera diintervensi. Karena hal ini dapat menyebabkan timbulnya penyulit dalam
persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin (Ernawati & Herwono,
2015).
D. Diagnosis
Pukul 10.00 WIB Ny. M usia 22 Tahun G1P0A0 38 Minggu Inpartu kala 1 fase aktif
Janin Hidup, tunggal, intra uterin, presentasi kepala
Pukul 13.35 WIB Ny. M usia 22 Tahun P1A0 Partus kala III
Berdasarkan data yang di proleh ibu berusia 22 tahun dan mengaku ini hamil anak
pertama belum pernah keguguran tidak mengetahui sebelumnya proses pesalinan,banyak
informasi dari tetangga sekitar bahwa persalinan itu sakit. kehamilan adalah suatu krisis
yang mematangkan dan dapat menimbulkan stres tetapi imbalanya adalah wanita tersebut
siap memasuki fase baru untuk bertanggungjawab dan memberi perawatan. Ibu hamil
pertama tak jarang memiliki pikiran yang mengganggu, sebagai pengembangan reaksi
kecemasan terhadap cerita yang diperolehnya. Oleh karena itu muncul ketakutan-
ketakutan pada ibu hamil pertama yang belum memiliki pengalaman persalinan. Usia di
sini juga menjadi suatu faktor internal yang mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil.
Semakin muda usia semakin sedikit pengalaman dan tingkat pengetahuannya tentang
kehamilan dan persalinan yang didapat, sehingga dapat dikatakan bahwa usia muda lebih
besar kemungkinannya untuk mengalami kecemasan (Ernawati & Herwono, 2015).
Ibu mengeluh mules semakin sering dan hampir tidak ada jeda merupakan tanda
awal persalinan yang akan dirasakan oleh ibu. menjelang melahirkan, ibu hamil juga akan
mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim
(myometrium) sebagai pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin
menjelang persalinan. Kontraksi ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk
keluar secara perlahan melalui uterus bawah hingga akhirnya keluar atau lahir. Kontraksi
yang dialami bumil terasa makin sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa,
disertai mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut bumil juga terasa kencang. Nyeri yang
dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan
(fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian bawah. Oleh karena itu, ibu perlu
mengetahui terhadap adanya kontraksi yang terjadi. Sehingga ibu dapat mengambil
keputusan yang tepat saat kontraksi terjadi. (Meti, 2016)
Berdasarkan data yang di proleh ibu berusia 22 tahun dan mengaku ini hamil anak
pertama belum pernah keguguran tidak mengetahui sebelumnya proses pesalinan,banyak
informasi dari tetangga sekitar bahwa persalinan itu sakit. kehamilan adalah suatu krisis
yang mematangkan dan dapat menimbulkan stres tetapi imbalanya adalah wanita tersebut
siap memasuki fase baru untuk bertanggungjawab dan memberi perawatan. Ibu hamil
pertama tak jarang memiliki pikiran yang mengganggu, sebagai pengembangan reaksi
kecemasan terhadap cerita yang diperolehnya. Oleh karena itu muncul ketakutan-
ketakutan pada ibu hamil pertama yang belum memiliki pengalaman persalinan. Usia di
sini juga menjadi suatu faktor internal yang mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil.
Semakin muda usia semakin sedikit pengalaman dan tingkat pengetahuannya tentang
kehamilan dan persalinan yang didapat, sehingga dapat dikatakan bahwa usia muda lebih
besar kemungkinannya untuk mengalami kecemasan (Ernawati & Herwono, 2015).
Ibu mengeluh mules semakin sering dan hampir tidak ada jeda merupakan tanda
awal persalinan yang akan dirasakan oleh ibu. menjelang melahirkan, ibu hamil juga akan
mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim
(myometrium) sebagai pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin
menjelang persalinan. Kontraksi ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk
keluar secara perlahan melalui uterus bawah hingga akhirnya keluar atau lahir. Kontraksi
yang dialami bumil terasa makin sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa,
disertai mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut bumil juga terasa kencang. Nyeri yang
dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan
(fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian bawah. Oleh karena itu, ibu perlu
mengetahui terhadap adanya kontraksi yang terjadi. Sehingga ibu dapat mengambil
keputusan yang tepat saat kontraksi terjadi. (Meti, 2016)
Ibu bersalin di damping oleh keluarga dan suami sangat mempengaruhi proses
persalinan. Perubahan psikologis terutama kecemasan ibu yang menghadapi persalinan
sangat bervariasi. Dukungan yang diterima di lingkungan tempatnya melahirkan,
termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikologisnya,
maka dalam hal ini, ibu yang bersalin harus ditemani oleh orang yang ia percaya dan
membuatnya merasa nyaman (Primasnia et al., 2016)
Antisipasi jika saya menemukan kasus yang sama saya menyarankan bagi ibu bersalin
Ibu bersalin yang mengalami kecemasan dan nyeri saat persalinan, hendaknya
dapat mengikuti setiap advice yang diberikan oleh tenaga Kesehatan atau penolong
persalinan untuk bisa mengatasi nyeri dan kecemasan yang dialami. Bagi penolong
persalinan, penolong persalinan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
yang dimiliki terutama dalam pemberian teknik komplementer pada ibu inpartu
untuk bisa mengatasi nyeri dan kecemasan yang dialami selama kala persalinan
berlangsung. Ikut serta dalam kegiatan pelatihan terapi komplementer dan
menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi adalah upaya yang dapat dilakukan
penolong persalinan untuk menerapkan terapi komplementer dalam proses persalinan.
Referensi
Anggraeni, kurnia indrayanti purnamasari dan widya. (2019). Efektivitas Implementasi
Teknik Relaksasi Metode Air Untuk Menurunkan Nyeri Persalinan. Jurnal
Keperawatan, 12(1), 35–41.
Ernawati, N., & Herwono, D. (2015). PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN
KESEHATAN TENTANG PROSES PERSALINAN TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III Nunung. Jurnal
Kesehatan Hesti Wira Sakti, 3, 45–49.
http://jurnal.poltekkes-soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/viewFile/
110/44%0A%0A
Fitriani, R. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Respon Adaptasi
Nyeri Pada Pasien Inpartu Kala I Fase Laten Di RSKDIA Siti Fatimah Makassar
Tahun 2013. Jurnal Kesehatan, VII(2), 443–452.
file:///C:/Users/Intel/AppData/Local/Temp/62-166-1-PB.pdf
Meti, D. (2016). Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Tanda-Tanda Persalinan
Di Wilayah Lampung Utara. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 12(2), 228–232.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/603.
Primasnia, P., Wagiyo, -, & Elisa, -. (2016). Hubungan Pendampingan Suami Dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I
Di Rumah Bersalin Wilayah Kota Ungaran. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 1(4), 212–216.
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/
view/184
Susilawati Dosen D-Iv KebidananPoltekkesKemenkes Riau, E. (2017). PENGARUH
METODE RELAKSASI PERNAFASAN TERHADAP INTENSITAS NYERI
PADA PERSALINAN KALA I FASE AKTIF. Journal Of Midwifery Science) P-
ISSN, 1(2), 2549–2543. http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jomis/article/view/203